com
Artikel
Agus Masrianto* , Hartoyo Hartoyo, Aida Vitayala S. Hubeis dan Nur Hasanah
kapabilitas pemasaran digital adalah kompetensi perusahaan dalam menggunakan internet dan
teknologi informasi lainnya untuk memfasilitasi interaksi mendalam dengan pelanggan. Interaksi ini
memberi pelanggan akses ke sumber daya dan informasi perusahaan serta memberikan informasi
kepada perusahaan tentang pelanggan mereka [4,5]. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemasaran digital tidak hanya mengenai adopsi teknologi pemasaran digital, namun
juga tentang bagaimana perusahaan dapat merencanakan, menerapkan, dan mengelola pemasaran
digitalnya. Perusahaan harus memiliki kemampuan pemasaran digital karena dapat meningkatkan
kinerja bisnis. Menurut temuan Field [5], perusahaan dapat mencapai hasil yang mengesankan dengan
meningkatkan kemampuan pemasaran digital mereka, menurunkan biaya kampanye sebesar 30%, dan
meningkatkan pendapatan sebesar 20%. Bahkan ketika perusahaan menggunakan teknologi canggih
dan sumber daya manusia dengan keterampilan pengawasan yang unggul, kinerja kampanye dapat
meningkat sebesar 30%.
Model penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemasaran digital perusahaan telah
ditetapkan [6]. Model tersebut menyatakan bahwa kemampuan pemasaran digital suatu
perusahaan dapat ditingkatkan melalui kesiapan ekosistem inovasi, adopsi teknologi
pemasaran digital, dan transformasi digital.
Kesiapan ekosistem inovasi menunjukkan tingkat kesiapan ekosistem inovasi perusahaan dalam
merespons perubahan lingkungan bisnis eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan yang mampu
membangun kesiapan ekosistem inovasi akan cenderung memiliki kemampuan pemasaran digital yang
lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya. Adopsi pemasaran digital menunjukkan tingkat
penggunaan teknologi pemasaran digital dalam organisasi. Perusahaan yang mampu mengadopsi
teknologi pemasaran digital yang efektif akan cenderung memiliki tingkat kemampuan pemasaran
digital yang lebih tinggi. Terakhir, transformasi digital menunjukkan proses yang dilakukan perusahaan
untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses bisnisnya. Proses ini erat kaitannya dengan
kemampuan kepemimpinan dan kemampuan teknologi. Perusahaan yang mampu mengembangkan
transformasi digital akan cenderung memiliki tingkat kemampuan pemasaran digital yang lebih baik
dibandingkan perusahaan lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung dan menganalisis indeks pemanfaatan pemasaran
digital (DMUI) suatu perusahaan yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan pemasaran digital suatu perusahaan.DMUImenilai kemampuan
organisasi dalam menggunakan pemasaran digital untuk menciptakan nilai bagi perusahaan dengan
memanfaatkan kesiapan ekosistem inovasi, teknologi pemasaran digital, dan transformasi digital. Lebih khusus
lagi, penelitian ini akan mendefinisikan bagaimana indeks dihitung, dan menunjukkan bagaimana hasil indeks
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan pemasaran digital perusahaan. Angka1
menggambarkan ringkasan latar belakang dan tujuan penelitian.
yang ditentukan oleh tujuh faktor, yaitu (1) menciptakan pengalaman pelanggan yang menarik, (2)
memanfaatkan kekuatan proses operasional, (3) menemukan model bisnis baru, (4) mengembangkan
visi transformasi, (5) melibatkan karyawan untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan,
(6) mengelola proses transformasi, dan (7) membangun kemampuan kepemimpinan teknologi.
Keseluruhan faktor tersebut merupakan proses untuk menciptakan kompetensi digital perusahaan
melalui pengembangan kapabilitas digital dan kapabilitas kepemimpinan.
penargetan dan personalisasi, perencanaan dan pelaksanaan kampanye, integrasi lintas saluran, analitik,
pengaturan organisasi dan model agensi, serta produksi aset dan strategi konten [24]; alat penilaian
kematangan pemasaran digital menggunakan kerangka RACE [25]; dan Indeks Kesiapan Digital UKM
Indonesia (ISDRI), yang menggunakan lima dimensi dalam penilaian untuk mengukur seberapa siap
suatu bisnis menghadapi perubahan digital: sumber daya manusia, proses, strategi, teknologi, dan
integrasi [26].
Meskipun demikian, indeks kapabilitas digital dalam konteks perusahaan yang secara
khusus membahas kapabilitas pemasaran digital perusahaan berdasarkan pilar kesiapan
ekosistem inovasi, adopsi teknologi pemasaran digital, dan transformasi digital, belum
pernah dilakukan, atau indeks yang selanjutnya disebut sebagai Digital Marketing Utilization
Index (DMUI) belum ada.DMUImengukur kemampuan organisasi dalam memanfaatkan
pemasaran digital untuk menciptakan nilai bagi perusahaan melalui pemanfaatan kesiapan
ekosistem inovasi, teknologi pemasaran digital, dan transformasi digital.
Kami menggunakan 2759 kontak bisnis dari salah satu stasiun televisi nasional Indonesia yang
memuat informasi pemilik perusahaan, direktur, general manager, manajer, dan/atau orang-orang yang
berperan dalam meningkatkan kinerja pemasaran perusahaan, dari berbagai industri seperti makanan,
minuman. , rokok, produk bayi, obat-obatan/farmasi, perlengkapan mandi dan kosmetik, pakaian/
aksesoris pribadi, produk/perlengkapan rumah tangga, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, dan
mobil. Pendapatan pasar TV, radio, dan multimedia Indonesia dari perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di Indonesia meningkat menjadi USD 5,3 miliar pada tahun 2020. Segmen televisi
menghasilkan sebagian besar pendapatan ini, terhitung lebih dari USD 3,8 miliar atau mewakili 72% dari
seluruh pendapatan media [27]. Pada tahun tersebut, terdapat 777 perusahaan yang memasang iklan di
TV nasional di Indonesia. Selain itu, banyak perusahaan yang beriklan di televisi telah menggabungkan
kampanyenya dengan media digital [28]. Berdasarkan hal tersebut, sampel penelitian diharapkan dapat
mewakili perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berpotensi berinvestasi dalam transformasi digital.
Selama periode Juli hingga Desember 2021, seluruh kontak bisnis diarahkan untuk
mengisi website berisi pertanyaan penelitian melalui email dan aplikasi WhatsApp. Penelitian
ini memperoleh 217 responden yang berhasil mengisi kuesioner melalui website penelitian
dengan menggunakan metode vulnerative sample survey sampling sebagai desain
nonprobability sampling yang baru [29].
interaksi; Layanan Web 2.0 berorientasi pada pengguna, memanfaatkan kecerdasan kolektif; Web 3.0
mengidentifikasi dan menghubungkan konten Web dengan cara yang memungkinkan mesin memahami
dan memperoleh makna dari data; dan Web 4.0 adalah Web yang bergerak menuju kecerdasan buatan.
Hasilnya, agen yang dipersonalisasi dapat berkolaborasi dengan pengguna untuk meningkatkan
pengalaman pengguna. Berdasarkan karakteristik aktivitas Web 1.0, Web 2.0, Web 3.0, dan Web 4.0, kami
menetapkan bobot berikut untuk indikator pemasaran digital dengan nilai berkisar antara 0 (tidak ada)
hingga 1 (digunakan): Situs web diberi bobot 1, Pemasaran Email dan Newsletter diberi bobot 2,
Ecommerce, Social Media Marketing, Digital Public Relations, Digital Advertising, dan Display Advertising
diberi bobot 3, dan sisanya diberi bobot 4. Bobot tersebut kemudian dikonversikan sehingga jumlah
seluruh indikator sama dengan 1. Langkah ketiga adalah menghitung indeks pemanfaatan pemasaran
digital (DMUI) menggunakanDMUIFormulasi indeks [35].
4. Hasil
Hasil penelitian akan diawali dengan pembuktian hipotesis penelitian melalui analisis PLS-
SEM, menggunakan pengujian model pengukuran dan pengujian model struktural serta pengujian
akurasi model. Kemudian dilanjutkan dengan analisis indeks pemanfaatan pemasaran digital.
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 6.Adopsi pemasaran digital berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemasaran digital.
1Indikator dikembangkan dari Gibson [10], Bala [11], Srividhya [12], orang Barat [15], Lakukan [16,17], dan Chaffey [3].
Penelitian ini menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal seluruh variabel penelitian yang
tinggi, ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,89 dan nilai Composite Reliability
lebih besar dari 0,90 namun kurang dari 0,95, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator dalam
kuisioner penelitian ini dapat diandalkan. untuk mengukur hal yang sama dalam suatu konstruksi. Lebih
lanjut, penelitian ini memiliki validitas konvergen yang baik, dibuktikan dengan nilai AVE yang lebih besar
dari 0,50, menunjukkan bahwa konstruk penelitian ini menjelaskan lebih dari 50% keberagaman yang
terkandung dalam indikator penelitian. Variabel indeks adopsi pemasaran digital, sebagai satu-satunya
variabel manifes dalam penelitian, memiliki nilai satu untuk CR, Cronbach’s alpha, dan AVE. Hal ini dapat
dimaklumi mengingat indeks adopsi pemasaran digital hanya memiliki satu nilai respon. Nilai HTMT juga
antara 0,371 dan 0,894, kurang dari 0,90. Artinya, berdasarkan indikator-indikator tersebut, setiap
konstruk telah menunjukkan validitas diskriminan yang baik, atau setiap variabel mempunyai keunikan
tersendiri. Meja4menunjukkan hasil validitas diskriminan spesifik untuk setiap variabel.
Setiap hubungan dalam model struktural juga mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kemampuan pemasaran digital perusahaan. Meja5menampilkan besaran
dan signifikansi koefisien jalur pada model struktural untuk setiap hubungan sekaligus menjawab
berbagai hipotesis pada penelitian Masrianto sebelumnya [6]. Kesiapan ekosistem inovasi
berpengaruh positif signifikan terhadap kapabilitas pemasaran digital perusahaan (H3:β= 0,259; P
-nilai < 0,05), seperti halnya transformasi digital (H5:β= 0,555;P-nilai <0,05), dan adopsi pemasaran
digital (H6:β= 0,125;P-nilai <0,05). Temuan uji hipotesis ini mendukung pendapat penulis bahwa
kesiapan ekosistem inovasi, transformasi digital, dan pemasaran digital sebagai komponennya
DMUImerupakan faktor yang secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan pemasaran
digital suatu perusahaan.
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 10 dari 18
Jalur
Hipotesa1 Statistik T PNilai-nilai Hasil
Koefisien
H1 0,772 24.719 0,000 Didukung
H2 0,114 0,999 0,318 Tidak didukung
H3 0,259 3.440 0,001 Didukung
H4 0,336 3.102 0,002 Didukung
H5 0,555 7.405 0,000 Didukung
H6 0,125 3.015 0,003 Didukung
1Hipotesis tersebut dikembangkan dari penelitian Masrianto [6].
Hasil uji hipotesis lainnya menunjukkan bahwa kesiapan ekosistem inovasi mempunyai
pengaruh langsung terhadap transformasi digital (H1:β= 0,772;P-nilai < 0,05), serta transformasi
digital mempunyai pengaruh langsung terhadap adopsi pemasaran digital (H4:β= 0,336; P-nilai
<0,05). Temuan penelitian ini menarik karena kesiapan ekosistem inovasi tidak berpengaruh
langsung terhadap adopsi pemasaran digital (H2:β= 0,114;P-nilai > 0,05). Perusahaan dengan
kesiapan ekosistem inovasi yang matang tidak akan mengadopsi pemasaran digital sebelum
melakukan transformasi digital; mereka memahami bahwa kemampuan pemasaran digital yang
baik tidak akan pernah tercapai tanpa melalui transformasi digital.
Koefisien determinasi R2menunjukkan nilai 0,695 untuk kapabilitas pemasaran
digital yang berarti kekuatan penjelas model relatif sedang. Rambut [35] menyatakan
bahwa nilai R2yaitu antara 0,50–0,75 menunjukkan bahwa variabel endogen dapat
dijelaskan oleh variabel eksogen dengan tingkat determinasi sedang.
Rumus dasar untuk mengkonversi nilai skor indikator (V) menjadi skor indeks (SAYA) adalah [
33]:
V− menit_nilai
SAYA=100× , (1)
maks_nilai - min_nilai
Di mananilai_minadalah nilai skor serendah mungkin (batas bawah) dannilai_maksadalah
nilai skor setinggi mungkin (batas atas).
Langkah kedua adalah menghitung totalnyaDMUI, yang merupakan hasil perkalian ketiga
indeks kemudian dihitung mean geometriknya untuk menghasilkan bilangan akhirDMUI.
Rumus untuk menghitungDMUIadalah:
√
DMUI=3SAYASAYA×SAYAD×SAYAA, (2)
67, dan 50% mempunyai nilai indeks skor kurang atau lebih dari 78, dan 25% sisanya mempunyai
nilai indeks skor lebih besar dari 92.
Nilai indeks transformasi digital diperoleh dari seluruh perusahaan di Indonesia yang
termasuk dalam penelitian ini dengan menggunakan langkah perhitungan indeks skor di atas
yang menunjukkan bahwa nilai indeks skor berkisar antara 14 hingga 100. Sebanyak 25%
perusahaan memiliki transformasi digital nilai indeks skor kurang dari 61, 50% mempunyai nilai
indeks skor kurang atau lebih dari 75, dan sisanya 25% mempunyai nilai indeks skor lebih besar
dari 93.
Nilai indeks adopsi pemasaran digital diperoleh dari seluruh perusahaan di Indonesia yang
termasuk dalam penelitian ini dengan menggunakan langkah perhitungan indeks skor di atas
yang menunjukkan bahwa nilai indeks skor berkisar antara 0 hingga 100. Sebanyak 25%
perusahaan memiliki digital marketing nilai indeks skor adopsi pemasaran kurang dari 49,5, 50%
memiliki nilai indeks skor kurang atau lebih dari 74, dan sisanya 25% memiliki nilai indeks skor
lebih besar dari 91.
Setelah ketiga indeks diDMUIkomponen dihitung, yaituDMUInilai setiap perusahaan dapat dihitung
dengan menggunakan Rumus (2) yang telah disajikan sebelumnya. Nilai indeks pemanfaatan pemasaran
digital diperoleh dari seluruh perusahaan di Indonesia yang termasuk dalam penelitian ini dengan
menggunakan hal tersebut di atasDMUIlangkah perhitungan indeks skor menunjukkan bahwa nilai
indeks skor berkisar antara 27 sampai dengan 100. Sebanyak 25% dari
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 13 dari 18
perusahaan memiliki nilai indeks skor transformasi digital kurang dari 60, 50% memiliki nilai
indeks skor kurang atau lebih dari 74, dan 25% sisanya memiliki nilai indeks skor lebih besar
dari 84.
Berdasarkan hasil pengelompokan perusahaan diatas, dilakukan penyelidikan lebih lanjut
terhadap komponen-komponen penyusunnyaDMUIdilakukan, khususnya dengan membandingkan
rata-rata skor indeks pada masing-masing kelompok perusahaan. Menurut Tabel6, perusahaan
dengan indeks pemanfaatan pemasaran digital kategori rendah juga akan memiliki tingkat
kesiapan ekosistem inovasi, transformasi digital, dan adopsi pemasaran digital yang rendah.
Demikian pula perusahaan dengan indeks pemanfaatan pemasaran digital kategori tinggi lebih
siap menghadapi kesiapan ekosistem inovasi, transformasi digital, dan adopsi pemasaran digital.
4.4. Implementasi DMUI (Studi Kasus pada Perusahaan di Sektor Industri Makanan dan
Minuman, Properti, dan Produk Online)
Pembahasan sebelumnya menjelaskan bagaimana skor indeks dihitung. Penelitian ini
menghasilkan aDMUIkalkulator skor indeks yang berguna untuk mengidentifikasi tingkat penggunaan
pemasaran digital oleh perusahaan, memprediksi tingkat kemampuan pemasaran digital perusahaan,
dan kemudian mengurai penyebab tinggi rendahnya tingkat kemampuan pemasaran digital perusahaan
untuk mengidentifikasi hal-hal yang perusahaan harus ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan
pemasaran digitalnya.
Berikut contoh respon kuesioner dari tiga perusahaan yang diperoleh dalam penelitian ini. Sebagai
tanda penghormatan terhadap etika penelitian, kami tidak menampilkan nama perusahaan, melainkan
menggunakan simbol A, B, dan C. Perusahaan A, B, dan C masing-masing bergerak dalam industri
minuman, real estate, dan produk online. Perusahaan-perusahaan ini ingin mengetahui tingkat
kemampuan pemasaran digital mereka saat ini dan faktor apa saja yang mereka perlukan untuk
meningkatkan kemampuan pemasaran digital mereka. Setiap perusahaan mengisi kuesioner yang
diwakili oleh tim manajemennya, dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel7.
Berdasarkan respon kuesioner yang diberikan oleh manajemen perusahaan A, dapat dihitung dan
diidentifikasi bahwa indeks kapabilitas pemasaran digital perusahaan A adalah sebesar 61, dengan
indeks pemanfaatan pemasaran digital sebesar 44. Indeks kapabilitas pemasaran digital dan indeks
pemanfaatan pemasaran digital perusahaan A tergolong sebagai kategori rendah karena mereka DMUI=
44 (DMUI<60).
MenurutDMUIkalkulator skor indeks, rendahnya kemampuan pemasaran digital
perusahaan A disebabkan oleh rendahnya pemanfaatan pemasaran digital, khususnya pada
aspek kesiapan ekosistem (nilai indeks = 51), transformasi digital (nilai indeks = 49), dan
adopsi pemasaran digital (nilai indeks = 35). Dalam contoh ini, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan A tidak mahir mengelola setiap aspek kemampuan pemasaran digitalnya.
Sebagai langkah awal, kami dapat menyarankan kepada perusahaan A agar segera mulai
membangun kesiapan ekosistem inovasi dengan berfokus pada aspek inovasi manajerial,
kesiapan organisasi, dan persepsi manfaat.
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 14 dari 18
Perusahaan Perusahaan
Variabel Indikator Variabel Indikator
A B C A B C
Kesiapan Ekosistem Inovasi Adopsi Pemasaran Digital
1 Kemudahan penggunaan yang 4 3 5 1 Situs web 0 1 1
2 dirasakan Kegunaan yang dirasakan 3 4 5 2 Email Pemasaran 0 1 1
Organisasi
3 2 4 5 3 Buletin 0 1 1
kesiapan
Manajerial
4 2 4 5 4 Perdagangan elektronik 1 1 1
inovasi
Media sosial
5 Kebutuhan pelanggan 3 3 5 5 1 1 1
pemasaran
Publik digital
6 Tekanan kompetitif 4 4 5 6 0 1 1
hubungan
Inovasi
7 3 4 5 7 Periklanan digital 1 1 1
infrastruktur
8 Kepemimpinan opini 3 3 5 8 Menampilkan iklan 1 1 1
Mesin pencari
9 Fleksibilitas 3 4 5 9 0 1 1
optimasi
Mesin pencari
10 Observabilitas 4 4 5 10 0 1 1
pemasaran
11 CRM Digital 0 1 1
12 Pemasaran konten 1 1 1
Transformasi Digital 13 Pemasaran afiliasi 0 1 1
1 Pengalaman pelanggan 4 4 5 14 Pemasaran seluler 0 1 1
2 Meningkatkan operasi 2 4 5 15 Analitik digital 0 1 1
Penemuan kembali Indeks
3 2 4 5 Hasil Perhitungan Skor Indeks1
model bisnis Skor
Indeks Pemanfaatan Pemasaran
4 Visi digital 4 3 5 44 77 100
Digital (DMUI)
Inovasi
Melibatkan
5 3 3 5 A. Ekosistem 51 68 100
organisasi
Indeks Kesiapan
Digital
Mengatur
6 3 4 5 B. Transformasi 49 68 100
transformasi
Indeks
Teknologi Pemasaran Digital
7 3 4 5 C. 35 100 100
kepemimpinan Indeks Adopsi
1Hasil perhitungan respon kuesioner dan skor indeks pada perusahaan A, B, dan C.
Contoh kedua adalah perusahaan B, melalui pertanyaan dan prosedur yang sama
dengan contoh perusahaan A, dapat dihitung indeks kapabilitas pemasaran digital
perusahaan B adalah 64, dengan indeks pemanfaatan pemasaran digital sebesar 77. Nilai
pemasaran digital indeks kapabilitas dan indeks pemanfaatan pemasaran digital perusahaan
B tergolong kategori sedang karena keduanyaDMUI=64 (DMUI antara 60–84).
MenurutDMUIkalkulator skor indeks, tingkat kemampuan pemasaran digital perusahaan B
yang berada pada tingkat sedang disebabkan oleh rendahnya pemanfaatan pemasaran digital,
khususnya pada aspek kesiapan ekosistem (nilai indeks = 68) dan nilai indeks transformasi digital =
68). Pada contoh ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan B sudah sangat berhasil menerapkan
teknik dan metode pemasaran digital (nilai indeks = 100), namun aspek kesiapan ekosistem dan
transformasi digital masih perlu ditingkatkan. Sebagai langkah selanjutnya, kami dapat
menyarankan kepada perusahaan B untuk segera mulai mengembangkan transformasi digital
dengan memfokuskan perhatian perusahaan pada aspek tata kelola transformasi yang tepat
(governing the Transformation) dan upaya menemukan model bisnis baru (reinvention of business
model).
Contoh terakhir adalah perusahaan C. Indeks kapabilitas pemasaran digital perusahaan C
adalah 100, dengan indeks pemanfaatan pemasaran digital sebesar 100 juga. Nilai digital
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 15 dari 18
5. Diskusi
Pembahasan Temuan Empiris
Studi ini menemukan bahwa transformasi digital mempunyai dampak langsung
terhadap adopsi pemasaran digital serta kemampuan pemasaran digital, namun temuan
serupa juga ditemukan dalam penelitian lain [36,37]. Lebih jauh lagi, bertentangan dengan
penelitian sebelumnya [16,17,38], kesiapan ekosistem inovasi tidak berdampak langsung
terhadap adopsi pemasaran digital. Kesiapan ekosistem inovasi perusahaan tidak menjamin
adopsi pemasaran digital, namun memberikan kesadaran lebih kepada perusahaan untuk
melakukan transformasi digital sehingga perusahaan dapat memilih metode adopsi
pemasaran digital yang lebih sesuai dengan proses bisnis perusahaan. Oleh karena itu, peran
transformasi digital dalam memediasi kesiapan ekosistem inovasi dan adopsi pemasaran
digital menjadi sangat penting.
Penelitian ini mampu merumuskan dan menerapkan indeks pemanfaatan pemasaran digital untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan pemasaran digital perusahaan.DMUIdapat diciptakan dengan
menggabungkan indeks kesiapan ekosistem inovasi, indeks transformasi digital, dan indeks adopsi pemasaran
digital. Berdasarkan penelitian ini, seluruh variabel tersebut mempunyai dampak langsung terhadap
kemampuan pemasaran digital perusahaan. Ia juga mengkategorikan perusahaan-perusahaan di Indonesia ke
dalam tiga kategori: DMUI rendah, sedang, dan tinggi. Perusahaan yang berada pada kategori rendah memiliki
tingkat kesiapan ekosistem inovasi yang rendah, tingkat transformasi digital yang rendah, dan tingkat adopsi
pemasaran digital yang rendah, begitu pula sebaliknya.
Penelitian ini juga mengidentifikasi dan menyajikan cara-cara praktis untuk meningkatkan kemampuan
pemasaran digital perusahaan. ItuDMUIKalkulator skor indeks dapat menghitung dan kemudian
mengidentifikasi tingkat kemampuan pemasaran digital suatu perusahaan. IniDMUIKalkulator juga dapat
menunjukkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kemampuan pemasaran digital perusahaan.
Hal ini tentu akan membantu perusahaan mengidentifikasi dan memahami kelemahannya, sehingga
memungkinkannya mengambil tindakan perbaikan.DMUIberbeda dari indeks kemampuan digital yang ada
karena melibatkan adopsi dan teknik pemasaran digital secara keseluruhan, dan menghubungkannya dengan
transformasi digital dan kesiapan ekosistem.
6. Kontribusi
6.1. Kontribusi Teoritis
Studi ini menambah signifikan pada pemasaran dan literatur digital. Kami mampu
menunjukkan bahwa kemampuan pemasaran digital dapat dikembangkan dengan
menggabungkan indeks kesiapan ekosistem inovasi, transformasi digital, dan adopsi pemasaran
digital. Saat ini belum ada model yang menggambarkan bagaimana perusahaan mengembangkan
kemampuan pemasaran digitalnya dengan mengidentifikasi ketiga indeks secara bersamaan.
Mayoritas indeks kemampuan digital yang dibuat berfokus pada teknologi dibandingkan
pemasaran digital. Temuan kami menyoroti pentingnya mengintegrasikan kesiapan ekosistem
inovasi, transformasi digital, dan adopsi pemasaran digital guna memaksimalkan kekuatan
kapabilitas pemasaran digital suatu perusahaan guna memenangkan persaingan bisnis.
Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya mengenai pendekatan strategi bisnis seperti
kapabilitas dinamis [33] dan tampilan berbasis sumber daya [39]. Pendekatan strategi bisnis berbasis
pandangan kapabilitas dinamis berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengintegrasikan,
membangun, dan mengkonfigurasi ulang kompetensi internal dan eksternal dalam rangka menghadapi
lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. Kami menemukan bahwa transformasi digital, atau penerapan
kapabilitas dinamis, memainkan peran paling penting dalam meningkatkan kapabilitas pemasaran digital.
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 16 dari 18
Pendekatan strategi bisnis berbasis keunggulan sumber daya menekankan bahwa keunggulan
kompetitif suatu perusahaan terbentuk ketika memiliki sumber daya yang unik dan sulit ditiru. Kami
menemukan bahwa adopsi pemasaran digital, yang merupakan penerapan pandangan berbasis sumber
daya, memiliki kontribusi paling kecil terhadap kemampuan pemasaran digital perusahaan.
Implikasi penting dari temuan ini adalah meskipun adopsi pemasaran digital secara luas
direkomendasikan oleh para peneliti seperti Gibson [10], Bala dan Verma [11], dan Srividhya [12],
perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif hanya jika adopsi pemasaran digital
dipadukan dengan transformasi digital dan kesiapan ekosistem. Pendekatan strategi bisnis
berbasis sumber daya, dengan kata lain, harus dikaitkan dengan strategi bisnis berbasis
kapabilitas yang dinamis.40].
7. Kesimpulan
ItuDMUIindeks menilai bagaimana bisnis menggunakan pemasaran digital. Pengukurannya
tidak hanya mencakup adopsi teknologi pemasaran digital, namun juga transformasi digital dan
kesiapan ekosistem inovasi.DMUIdapat menilai pemasaran digital suatu perusahaan
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 17 dari 18
kemampuan dan menentukan akar penyebab tinggi rendahnya kemampuan pemasaran digital, sehingga
memungkinkanDMUIuntuk memberikan rekomendasi tentang cara meningkatkan kemampuan pemasaran
digital perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan dari berbagai sektor industri dan tidak menggunakan
sampling probabilitas. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya lebih banyak lagi contoh perusahaan dalam
kategori industri yang sama yang dipelajari agar pembahasan per kategori industri dimana perusahaan
tersebut menjalankan bisnisnya menjadi lebih mendalam. Oleh karena itu, akan sangat menarik untuk
menggali lebih dalam mengapa setiap industri memiliki perbedaan dalam kemampuan pemasaran digital.
Kontribusi Penulis:Konseptualisasi, AM; pengawasan, HH, AVSH dan NH; metodologi, AM dan HH;
perangkat lunak, SAYA; validasi, HH, AVSH dan NH; analisis formal, AM; investigasi, AM; sumber
daya, AM; kurasi data, AM; penulisan—persiapan draf asli, AM; menulis—review dan editing, AM,
HH, AVSH dan NH; visualisasi, AM; administrasi proyek, AM; perolehan pendanaan, AM Semua
penulis telah membaca dan menyetujui versi naskah yang diterbitkan.
Pernyataan Dewan Peninjau Kelembagaan:Tinjauan etis dan persetujuan diabaikan untuk penelitian ini
karena menghalangi identifikasi individu mana pun.
Pernyataan Persetujuan yang Diinformasikan:Informed consent diperoleh dari semua subjek yang terlibat dalam penelitian
ini.
Pernyataan Ketersediaan Data:Kumpulan data yang dianalisis selama penelitian ini tidak tersedia untuk
umum karena masalah etika dalam penelitian ini.
Referensi
1. Laporan Data. Digital 2021: Indonesia. Tersedia daring:http://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia(diakses pada 31
Januari 2022).
2.Nielsen. Laporan Nielsen CMO 2018: Peta Jalan bagi Pemasar yang Memimpin. Tersedia daring:https://www.nielsen.com/us/en/
insights/report/2018/cmo-report-2018-digital-media-roi-measurement-omnichannel-marketing-technology/(diakses pada 12
Februari 2020).
3. Chaffey, D.; Chadwick, F.Pemasaran Digital: Strategi, Implementasi dan Praktek, edisi ke-6; Pearson: London, Inggris, 2016.
4. Pelatih, KJ; Rap, A.; Beitelspacher, LS; Schillewaert, N. Mengintegrasikan teknologi informasi dan pemasaran: Pemeriksaan pendorong
dan hasil kemampuan e-Marketing.Ind.Markus. Kelola.2010,40, 162–174. [Referensi Silang]
5.BCG. Keuntungan dari Kematangan Pemasaran Digital. 2019. Tersedia daring:https://image-src.bcg.com/Images/BCG-Dividends-Digital-
Marketing-Maturity-Feb-2019_tcm9-214202.pdf(diakses pada 20 Juli 2020).
6. Masrianto, A.; Hartoyo, I.; Vitayala, A.; Hasabah, N. Model Peningkatan Kemampuan Pemasaran Digital Berdasarkan Kesiapan
Ekosistem Adopsi dan Transformasi Digital. Dalam Prosiding Kongres Internasional CEO, Georgia, Turki, 19–12 Agustus 2021.
7. Yasin, H.; Al-Adwan, AS; Al-Madadha, A. Adopsi Pemasaran Digital di kalangan UKM di Yordania: Pendekatan Metode Campuran.J.Teor.
Aplikasi. Inf. Teknologi.2019,97, 1396–1407.
8. De Vries, L.; Gensler, S.; Leeflang, PSH Pengaruh Iklan Tradisional dan Pesan Sosial pada Metrik Pembangunan Merek dan Akuisisi
Pelanggan.J.Markus.2017,81, 1–15. [Referensi Silang]
9. Gillpatrick, T. Transformasi Digital Pemasaran: Dampak pada Praktik Pemasaran & Pasar.Ekonomi2020,7, 139–156.
10. Gibson, C. Strategi & Pendekatan Pemasaran Digital Paling Efektif: Tinjauan Literatur.Int. J.Ilmu. Res. Publikasi.2018,8, 12.
11. Bala, M.; Verma, D. Tinjauan Kritis Pemasaran Digital.Int. J.Manajemen.2018,8, 321–339.
12. Srividhya, V. E-commerce sebagai perangkat tren pemasaran digital.Int. J.Adv. Res. Ide Inovasi. Teknologi.2019,5, 535–537.
13. Morakanyane, R.; O'Reilly, P.; Mcavoy, J.; Grace, A. Menentukan Faktor Keberhasilan Transformasi Digital. Dalam Prosiding
Konferensi Internasional Hawaii tentang Ilmu Sistem ke-53, Maui, HI, AS, 7–10 Januari 2020; Jilid 3, hlm.4356–4365.
14. Vial, G. Memahami transformasi digital: Tinjauan dan agenda penelitian.J. Strategi. Inf. sistem.2019,28, 118–144. [Referensi Silang]
15. Westerman, G.; Topi, D.; McAfee, A.Digital Terkemuka: Mengubah Teknologi menjadi Transformasi Bisnis; HBR Press: Boston,
MA, AS, 2014.
16. Lakukan, J.; Pembasahan, R.; Honyenuga, VDB; Versendaal, J. Model Adopsi Teknologi Perusahaan (F-TAM) Di Kalangan UKM: Perspektif Ekosistem
Interaktif.IADIS Int. J.Komputasi. Sains. Inf. sistem.2018,14, 70–91.
17. Apakah, JK; Penyiraman, RVD; Honyenuga, B.; Versendaal, J. Menuju Model Adopsi Teknologi Perusahaan (F-TAM) Dalam Konteks Negara
Berkembang. 2017. Tersedia daring:http://aisel.aisnet.org/mcis2017/23(diakses pada 12 Februari 2020).
J. Buka Inovasi. Teknologi. Tanda. Kompleks.2022,8, 153 18 dari 18
18. Parasuraman, A. Technology Readiness Index (TRI) skala multi-item untuk mengukur kesiapan dalam menerima teknologi baru.J.Melayani. Res.
2000,2, 307–320. [Referensi Silang]
19. Institut Portulan. Indeks Kesiapan Jaringan (NRI). Tersedia daring:https://networkreadinessindex.org/(diakses pada 6 Agustus
2022).
20. Ayanso, A.; Chatterjee, D.; Cho, DI Indeks kesiapan E-Government: Sebuah metodologi dan analisis.Gubernur Inf. Q.2011,28, 522–532. [Referensi
Silang]
21. Cisco. Indeks Kesiapan Digital Cisco. Tersedia daring:https://www.cisco.com/c/en/us/about/csr/research-resources/
digitalreadiness.html(diakses pada 6 Agustus 2022).
22.Kemenperin. Indeks Kesiapan Industri 4.0 Indonesia. Tersedia daring:https://sindi4.kemenperin.go.id/assets/content/INDI4
. 0_Lengkap_v1.pdf(diakses pada 6 Agustus 2022).
23. MATA. Penilaian Kesiapan Digital. Tersedia daring:https://digitalreadiness.ey.com/(diakses pada 6 Agustus 2022).
24.BCG. Indeks Akselerasi Digital. Tersedia daring:https://dai.bcg.com/(diakses pada 6 Agustus 2022).
25. Wawasan Cerdas. Alat Penilaian Kematangan Pemasaran Digital. Tersedia daring:https://www.smartinsights.com/digital-
marketingstrategy/digital-marketing-maturity-assessment/(diakses pada 6 Agustus 2022).
26. ISDRI. Indeks Kesiapan Digital UKM Indonesia. Mungkinkah Bisnis Digital Anda? Tersedia daring:https://isdri.id/(diakses pada 6 Agustus
2022).
27. Statistik. Pendapatan Segmen TV, Radio & Multimedia di Indonesia dari tahun 2016 hingga 2025, berdasarkan Segmen (dalam Juta Dolar
AS). Tersedia daring:https://www.statista.com/forecasts/1256572/indonesia-tv-radio-and-multimedia-device-revenue(diakses pada 6
Agustus 2022).
28. Forbes. Periklanan TV dan Digital Harus Berhenti Bertengkar dan Mengakui Bahwa Mereka Saling Membutuhkan. Tersedia daring:
https://www.forbes.com/sites/forbesagencycouncil/2019/01/31/tv-and-digital-advertising-need-to-stop-fighting-andadmit-they-need-
each-other/(diakses pada 6 Agustus 2022).
29. Muraiwa, S. Desain pengambilan sampel sukarela.Int. J.Adv. Res. Kelola. sosial. Sains.2015,4, 185–200.
30. Tolong. Kapan Menggunakan PLS-SEM (dan Kapan Tidak). Tersedia daring:https://www.smartpls.com/documentation/choosing-plssem/
more-insights-on-when-to-use-pls-sem-and-when-not/(diakses pada 6 Agustus 2022).
31. Rambut, JF; Hult, JTM; Ringle, CM; Sarstedt, M.Panduan Dasar Pemodelan Persamaan Struktural Partial Least Square (PLS-SEM), edisi ke-2;
Publikasi SAGE: London, Inggris, 2017.
32. Cohen, J. A Kekuatan Primer.Bergalah. Metode Psikol.1992,112, 155–159. [Referensi Silang]
33. Teece, DJ; Pisano, G.; Shuen, A. Kemampuan Dinamis dan Manajemen Strategis.Tahu. Strategi1997,18, 509–533. [Referensi Silang]
34. Tiago, MTPMB; VerSayassimo, JMC Pemasaran digital dan media sosial: Mengapa repot?Bis. Horiz.2014,57, 703–708. [Referensi Silang]
35. Persatuan Bangsa-Bangsa. Prosedur Max-Min untuk Mengubah Indikator menjadi Indeks. Tersedia daring:https://www.un.org/development/
desa/dpad/wp-content/uploads/sites/45/max-min.pdf(diakses pada 2 Februari 2002).
36.Abi, J.; Arief, MTS Mengkaji hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kapabilitas dinamis terhadap adopsi pemasaran
digital pada perusahaan barang belanja konsumen.Int. J.Ekon. Kelola.2017,11, 487–504.
37. Theodosiou, M.; Kehagias, J.; Katsikea, E. Orientasi strategis, kemampuan pemasaran dan kinerja perusahaan: Sebuah penyelidikan
empiris dalam konteks manajer garis depan dalam organisasi jasa.Ind.Markus. Kelola.2012,41, 1058–1070. [Referensi Silang]
38. El-Gohary, H.; Idul Fitri, R. Model DMA: Memahami Adopsi dan Implementasi Pemasaran Digital oleh Organisasi Pariwisata Islam.Wisata.
Dubur.2012,17, 523–532. [Referensi Silang]
39. Berburu, SD; Morgan, RM Teori persaingan keunggulan sumber daya: Dinamika, ketergantungan jalur, dan dimensi evolusi.
J.Markus.1996,60, 107–114. [Referensi Silang]
40. Desiana, PM; Ma'arif, MS; Puspitawati, H.; Rachmawati, R.; Prijadi, R.; Najib, M. Strategi Keberlanjutan Perusahaan Sosial di Indonesia:
Pendekatan Structural Equation Modeling.Keberlanjutan2022,14, 1383.[Referensi Silang]