Anda di halaman 1dari 33

Indeks Kemiskinan

Multidimensi 2012-2021
Jakarta, 9 Agustus 2023

Disampaikan oleh
Victoria Fanggidae
Deputi Direktur The PRAKARSA
Indeks Kemiskinan Multidimensi
IKM pertama kali dikembangkan oleh Oxford Poverty and
Human Initiative (OPHI) dengan United Nation Development Tujuan dari IKM adalah untuk
Program (UNDP) pada tahun 2010. memotret kondisi kemiskinan
secara lebih holistik dan tidak
berusaha menghilangkan
kemiskinan moneter, tetapi
memberikan pandangan yang lebih
luas dan terukur dalam
mengurangi segala aspek
kemiskinan. IKM merefleksikan
deprivasi terhadap kapabilitas yang
dialami oleh masyarakat miskin,
seperti pendidikan, kesehatan dan
IKM relevan dengan agenda SDGs standar hidup.
nomor 1:
Pengurangan Kemiskinan dalam Segala bentuk
Relevansi Indikator IKM dengan Capaian SDGs 2030
Dimensi IKM Indikator IKM Deskripsi deprivasi Bobot SDG area

Kesehatan Nutrisi Balita Individu dalam rumah tangga yang berumur 0-4 tahun 1/10 SDG 2: Zero hunger
dengan gizi seimbang yang dibawah rekomendasi
pemerintah
Morbiditas Individu dalam rumah tangga yang mengalami sakit 1/10 SDG 3: Health and
selama sebulan terakhir dan mengganggu pekerjaan wellbeing
utamanya
Pendidikan Lama Sekolah Individu dalam rumah tangga berumur 19-30 tahun 1/10 SDG 4: Quality
yang pendidikannya dibawah rekomendasi SMP education
Partisipasi Individu dalam rumah tangga berumur 7-18 tahun 1/10 SDG 4: Quality
Sekolah yang tidak pernah sekolah atau tidak lagi melanjutkan education
sekolahnya sesuai pada umurnya dengan pendidikan
yang dikenyam SMA
Perumahan Atap, Lantai, Individu dalam rumah tangga yang salah satu dari 1/10 SDG 11: Make cities
Dinding atap, dinding atau lantai yang menggunakan bahan inclusive, safe, resilient
tidak layak and sustainable
Relevansi Indikator IKM dengan Capaian SDGs 2030
Dimensi IKM Indikator IKM Deskripsi deprivasi Bobot SDG area

Perumahan Kepadatan Rumah tangga yang mempunyai luas lantai 1/10 SDG 11: Make cities inclusive,
dalam hunian dibawah <7,2-meter persegi per orang safe, resilient and sustainable

Kebutuhan Air minum Individu dalam rumah tangga yang minum dari 1/15 SDG 6: Clean water and
dasar layak sumber air minum tidak layak sanitation
Bahan bakar Individu dalam rumah tangga yang 1/15 SDG 7: Affordable and clean
memasak menggunakan sumber bahan bakar memasak energy
yang kurang layak
Sanitasi Individu dalam rumah tangga yang 1/15 SDG 6: Clean water and
menggunakan sanitasi yang kurang layak sanitation

Perlindungan Akta kelahiran Individu yang tidak mempunyai akta kelahiran 1/10 SDG 16.9 :legal identity
sosial dan
sanitasi Internet Jika semua orang dalam satu rumah tangga tidak 1/10 SDG 9: Investing in ICT access
menggunakan internet selama 3 bulan terakhir and quality education to
promote lasting peace
Mengapa pengukuran
kemiskinan moneter tidak
cukup untuk memahami
kemiskinan secara holistik?
Penghitungan IKM di
Negara Lain
PRAKARSA menghitung IKM sebanyak tiga kali
Penghitungan IKM bertujuan untuk Penghitungan IKM secara
berlanjut oleh PRAKARSA
memonitor kemiskinan multidimensi di Indonesia:
mencatat kemajuan untuk mendapatkan
pembelajaran
Tiap periodisasi penghitungan IKM, beberapa
indikator dihilangkan, diganti, dan disesuaikan.
Contoh: Angka kematian bayi di IKM (2012-
2014) dihapus menjadi angka gizi seimbang.

Perubahan indikator juga merefleksikan


suatu masalah sosial mulai ditangani
dengan baik, seperti: indikator akses listrik
di IKM (2012-2014) dihapus di periode
Periode penghitungan pertama (2012-2014), penghitungan karena tingkat deprivasinya
penghitungan kedua (2015- 2018), dan sudah di bawah 1 persen.
penghitungan ke tiga untuk periode (2012-2021).
Sudah ada basis moneter,
kenapa harus IKM? 1. Pandangan holistik
2. Menangkap keparahan
IKM menyajikan pemahaman 3. Menunjukan ketimpangan
kemiskinan secara lebih 4. Desain dan evaluasi kebijakan
komprehensif dan bernuansa. 5. Perspektif jangka panjang
Meskipun basis moneter itu penting,
6. Perspektif global
ia memiliki keterbatasan dan
mungkin tidak mencakup 7. Pendekatan yang berpusat pada orang
keseluruhan kemiskinan dan 8. Mengintegrasikan aspek non-moneter
dampaknya terhadap kehidupan
masyarakat.
Dimensi dan Indikator Cut-off Bobot
Kesehatan (1/5)
Nutrisi Balita Individu dalam rumah tangga yang berumur 0-4 tahun dengan gizi seimbang 1/10

Morbiditas
yang dibawah rekomendasi pemerintah
Individu dalam rumah tangga yang mengalami sakit selama sebulan terakhir dan 1/10 Metodologi IKM
mengganggu pekerjaan utamanya
Pendidikan (1/5) • Sumber data: sampel Susenas,
BPS
Partisipasi Sekolah Individu dalam rumah tangga berumur 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 1/10
atau tidak lagi melanjutkan sekolahnya sesuai pada umurnya dengan • Penghitungan pada masing-
pendidikan yang dikenyam SMA
masing indikator
Lama Sekolah Individu dalam rumah tangga berumur 19-30 tahun yang pendidikannya 1/10
dibawah rekomendasi SMP • Indexing (scoring) berdasarkan
Perumahan (1/5) cut-off kemiskinan multidimensi
Atap, Lantai, Dinding (Aladin) Individu dalam rumah tangga yang salah satu dari atap, dinding atau lantai yang 1/10 (1/3) dengan menggunakan rasio
menggunakan bahan tidak layak
Kepadatan dalam Individu dalam rumah tangga yang mempunyai luas lantai dibawah < 7,2 meter 1/10
censored
hunian/Overcrowdedness persegi per orang • Pembobotan secara populasi
Kebutuhan Dasar (1/5)
Air Minum Layak Individu dalam rumah tangga yang minum dari sumber air minum tidak layak 1/15

Bahan Bakar Memasak Individu dalam rumah tangga yang menggunakan sumber bahan bakar 1/15
𝑰𝑲𝑴 = 𝑨𝑲𝑴 𝒙 𝑨
memasak yang kurang layak
Sanitasi Individu dalam rumah tangga yang menggunakan sanitasi yang kurang layak 1/15

Perlindungan Sosial dan Partisipasi (1/5)


Akta Kelahiran Individu yang tidak mempunyai akta kelahiran 1/10
Internet Individu atau anggota rumah tangga seluruhnya tidak menggunakan internet 1/10
selama 3 bulan terakhir
Total 1
Rasio Uncensored dan Censored Headcount
Censored dan uncensored erat kaitannya dengan populasi individu dan rumah tangga (headcount).

UNCENSORED CENSORED
apabila studi berfokus terjadi apabila studi
pada seluruh individu atau hanya berfokus pada
rumah tangga (headcount (H)) lingkup individu atau rumah
secara populasi, atau dalam tangga yang terdeprivasi saja,
kata lain semua populasi atau dalam kata lain tidak
dimasukkan dalam semua populasi dimasukkan
penghitungan. dalam penghitungan.

Pada tipe rasio censored headcount, hanya individu yang tergolong miskin multidimensi inilah yang digunakan
sebagai dasar menghitung tingkat deprivasi masing-masing indikator. Hal ini dilakukan supaya hasil dari penghitungan
pada populasi miskin dapat digunakan secara langsung dalam perumusan kebijakan.
Intensitas, dan Indeks Kemiskinan Multidimensi

Intensitas ini dihitung dari Indeks Kemiskinan


individu yang telah Multidimensi (IKM)
termasuk dalam kategori mengintegrasikan dua
deprivasi secara faktor kemiskinan, yaitu
uncensored dan AKM yang merupakan
diakumulasikan pada level persentase penduduk
populasi. Semakin tinggi miskin dan intensitas (A)
nilai intensitas individu yang merupakan
persentase keparahan
atau populasi, maka
penduduk miskin. Nilai
semakin parah tingkat indeks dihitung dengan
kemiskinan secara mengalikan angka
multidimensi yang sedang kemiskinan dengan
dialami. intensitas kemiskinan.
IKM lebih adaptif dalam menangkap
masalah sosial yang juga dinamis

Penghitungan IKM bersifat adaptif: dimensi


dan indikator dalam IKM dapat disesuaikan
dengan permasalahan prioritas suatu wilayah.

Penghitungan IKM dapat memonitor capaian


sebuah kebijakan dalam menangani suatu
permasalahan sosial melalui penurunan indeks
pada suatu indikator.
Permasalahan Sosial Dinamis = Perlu Alat Monitor yang Adaptif

Penghitungan IKM dapat memonitor capaian sebuah kebijakan


dalam menangani suatu permasalahan sosial melalui penurunan
indeks pada suatu indikator.
Kemiskinan Multidimensi Indonesia
Tren Menurun, Tapi Masih Lebih Tinggi Dibandingkan
Kemiskinan Moneter
Ketimpangan Kemiskinan Multidimensi di
Indonesia (2021)
60%

Papua
55%
AKM (%)

50%

Sulteng NTT
Papua Barat
45% Jabar Maluku Utara
Maluku
Kepri

40%
Jatim
DKI Jakarta
Jateng
Yogyakarta
35%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Intensitas (%)
IKM Indonesia: 14,34% individu dalam
rumah tangga miskin multidimensi
Jumlah Penduduk Miskin AKM Intensitas IKM
Tahun
(dalam jiwa) (dalam persen) (dalam persen) (dalam angka)
2012 120.065.410 48,98 50,87 0,25
2013 112.979.344 45,36 49,53 0,22
2014 106.397.231 42,22 48,78 0,21
2015 89.852.140 35,25 47,77 0,17
2016 82.959.758 32,17 47,27 0,15
2017 73.293.300 28,07 46,68 0,13
2018 65.297.506 24,71 46,39 0,11
2019 61.428.902 22,98 45,40 0,10
2020 47.307.404 17,50 44,98 0,08
2021 38.951.998 14,34 43,99 0,06
Karakter IKM Indonesia (2019-2021):
material rumah layak, air minum layak, dan tingkat
morbiditas paling membentuk kemiskinan multidimensi

Internet
Akta Kelahiran
Sanitasi
Bahan Bakar Memasak
Air Minum Layak
Kepadatan Penduduk
Rumah Layak
Lama Sekolah
Partisipasi Sekolah
Morbiditas
Nutrisi Balita

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%


2019 2020 2021
Tren penurunan
kemiskinan
multidimensi
di 34 Provinsi di
Indonesia 2019-2021
Capaian penanganan kemiskinan multidimensi
2012-2021 di tingkat Provinsi di Indonesia
Capaian penanganan kemiskinan multidimensi
2019-2021 di tingkat Provinsi di Indonesia
Capaian penanganan kemiskinan multidimensi
2019-2021 di tingkat Provinsi di Indonesia
Pemilahan data desa kota

Kemiskinan Multidimensi Desa dan Kota Indonesia 2012 - 2021


68.15%
• Persentase jumlah
70%
penduduk miskin (JPM) di
60%
52.25% Perdesaaan lebih tinggi
50% 44.71% dibandingkan di Perkotaan
47.70%
40% 42.14% • Pada 2021, JPM di wilayah
29.83%
30% kota tersisa ¼ dari angka
23.88%
2012, sedangkan JPM di
20%
wilayah desa tersisa 1Τ3 nya
10% 7.10%

• Intensitas kemiskinan
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 berkurang relatif tidak
JPM Kota (%) JPM Desa (%) Intensitas Kota (%) Intensitas Desa (%) signifikan
Tren dimensi wilayah perdesaan

Internet • Rumah layak (90,7%), air


Akte Kelahiran minum layak (61,850, dan
Sanitasi
bahan bakar memasak
Bahan Bakar Memasak
layak (56,1%) menjadi
56.07%
Air Minum Layak
masalah indikator
61.79%
perdesaan
Kepadatan Penduduk

Rumah Layak 90.72%


• Beberapa indikator
Lama Sekolah menurun signifikan seperti
Partisipasi Sekolah akses internet dan tingkat
Morbiditas morbiditas
Nutrisi Balita

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2019 2020 2021
Tren dimensi wilayah perkotaan

Internet • Indikator rumah layak


Akte Kelahiran (75,3%), morbiditas
Sanitasi (64,3%), dan air minum
Bahan Bakar Memasak
layak (44,9%) menjadi
Air Minum Layak
masalah utama di wilayah
44.86%
Kepadatan Penduduk
perkotaan
Rumah Layak 75.27% • Dari periode 2019 ke 2021,
Lama Sekolah hampir semua indikator
Partisipasi Sekolah meningkat kecuali akses
Morbiditas 64.25% internet
Nutrisi Balita

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%


2019 2020 2021
Pemilahan IKM di tiga wilayah Indonesia (opsional)

• Semakin ke timur, IKM


semakin tinggi
• IKM semakin tinggi
karena persentase
penduduk miskin
multidimensi dan
intensitas kemiskinan
semakin tinggi
40%
80%

20%
60%

0%
100%
1
DKI Jakarta

44.99%
Banten
Jawa Barat
Bali
Jawa Timur
Maluku
Jawa Tengah
Papbar
DI Yogyakarta
Kepri
Malut
Babel
Kalbar
Bengkulu
Sulut
NTB
Rumah Layak 2021

Sultra
NTT
Sulsel
Sulteng
Sumsel
Kaltara
Sumut
Deprivasi Headcount Indikator

Gorontalo
Sumbar
Aceh
Kaltim
Sulbar
Papua
Kalsel
Jambi
Lampung
Riau
Kalteng
98.03%

terendah
DKI Jakarta
Kalteng tertinggi,
Deprivasi Headcount Indikator
2
Air Minum Layak 2021
90%
85.1% • Kalbar
80% tertinggi,
70%
DKI Jakarta
terendah
60%

50%

40%

30%
21.9%
20%

10%

0%
10%
20%
30%
50%
60%
70%
80%

40%

0%
3
Papua

21.4%
Kalteng
Papbar
Sumsel
Maluku
Kalbar
Jambi
Kepri
Malut
Riau
Sumut
Kaltim
Sulbar
Babel
Morbiditas 2021

Sulteng
Banten
Sulut
Kalsel
NTT
Kaltara
Bengkulu
Lampung
Deprivasi Headcount Tingkat

Sumbar
Jawa Timur
Sulsel
Sultra
Jawa Barat
Aceh
Gorontalo
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Bali
NTB
DKI Jakarta
73.9%

Papua
tertinggi,

terendah
• DKI Jakarta
20%
40%
60%
80%

0%
100%
4
DKI Jakarta

8.9%
Kaltim
Sumsel
Aceh
Gorontalo
Kalbar
Riau
Babel
Bengkulu
Kalteng
Sulsel
Jambi
Kalsel
Lampung
Jawa Barat
Sumut
Sulut
Sulbar
Sumbar
NTB
Banten
Jawa Tengah
Bahan Bakar Memasak 2021

Kaltara
Jawa Timur
Deprivasi Headcount Indikator

Kepri
Sulteng
Bali
Sultra
DI Yogyakarta
Maluku
NTT
Papbar
Papua
Malut
99.9%

tertinggi, DKI
• Maluku Utara

Jakarta terendah
40%
60%
80%

20%

0%
5
DI Yogyakarta

13.1%
Sulsel
Bali
Kaltara
NTT
Sultra
Kaltim
Lampung
Sulut
Bengkulu
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Sanitasi 2021

Papbar
Babel
NTB
Kalbar
Maluku
Sulbar
Malut
Kalsel
Jawa Barat
Jambi
Riau
Sumut
Deprivasi Headcount Indikator

Banten
Kepri
Sulteng
Gorontalo
Aceh
Sumbar
Jawa Timur
Sumsel
Kalteng
Papua
• Papua 75.6%

terendah
Yogyakarta
tertinggi, DI
Perbedaan karakteristik kemiskinan
multidimensi di 3 Provinsi​

Internet

Akte Kelahiran

Sanitasi

Bahan Bakar Memasak 99.8%

Air Minum Layak 61.3%


Kepadatan dalam Rumah Tangga

Rumah Layak 89.6%

Lama Sekolah

Partisipasi Sekolah

Morbiditas

Nutrisi Balita

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
NTT Kepulauan Riau Banten
Rekomendasi

Pemerintah Indonesia (BAPPENAS atau K/L terkait) perlu


menggunakan hasil pengukuran kemiskinan multidimensi untuk
menentukan prioritas kebijakan/program penanganan kemiskinan.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia menggunakan


hasil pengukuran kemiskinan multidimensi sebagai dasar perumusan
kebijakan/program dan prioritas anggaran untuk pengentasan
kemiskinan di provinsi dan kabupaten/kota atau wilayahnya masing-
masing.

Pemerintah Indonesia memprioritaskan peningkatan pembangunan


pada aspek rumah layak, peningkatan akses air minum yang layak
konsumsi, dan penguatan sistem kesehatan yang merata di wilayah
Indonesia timur.

Anda mungkin juga menyukai