Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Made Bayu Widyana Putra

Nim : 2102014278
Kelas : 5B Manajemen sore
Mata kuliah : Kepemimpinan dan Kepemimpinan Hindu

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KULTURAL DALAM BISNIS


1. PENDEKATAN MELALUI TAHAPAN
a) Envisioning ( memimpikan )
Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang merupakan impian yang mencakup
besaran dan lingkup kegiatan, kekuatan ekonomi, hubungan dengan pelanggan dan
budaya internal organisasi.
b) Activating ( mengaktifkan )
Salah satu tugas pemimpin adalah meningkatkan aktivitas followers atau pengikut
dari berbagai aspek.
c) Supporting ( mendukung)
Kepemimpinan yang baik bukan sekedar memberitahu orang tentang apa yang harus
dilakukan. Tetapi lebih kepada memberikan inspirasi kepada mereka untuk melakukan
hal yang lebih baik.
d) Implementing ( melaksanakan )
Langkah implementasi adalah tentang menjalankan rencana sesuai jadwal yang
ditetapkan untuk menjadikan visi menjadi kenyataan.
e) Ensuring ( memastikan )
Rencana, struktur implemetasi dan kebijakan diformulasikan, dan implementasi
perubahan dilakukan.
f) Recognizing ( mengenal)
Langkah terakhir dalam model kepemimpinan perubahan adalah dengan memberikan
pengakuan kepada mereka yang terlibat dalam proses perubahan

2. PENDEKATAN KULTURAL
Pendekatan kultural bersifat humanisdalam memandang manusia sebagai entitasyang utuh
baik secara fisik maupun spiritual.Hidup manusia tidak hanya berkaitan denganurusan fisik
tetapi juga berkaitan dengan aspek kultural dalam diri manusia (Dr Junaidi2012). Pendekatan
kultural sangat penting dalam pembentukan karakter. Pendekatan kultural dapat melalui
keluarga dan
masyarakat. Dalam hal pembentukan karakter, pendekatan kultural oleh keluarga sangat
penting, dimana keluarga yang mendidik dan merawat anak dari kecil sampai besar, sehingga
didikan keluarga sangat berpengaruh terhadap karakterseseorang. Pendekatan kultural atau
cultural approach merupakan salah satu pendekatanyang bisa membentuk karakter seseorang
yang lebih baik. Pendekatan kultural memposisikan manusia secara utuh sebagai manusia.
Pendekatan kultural memiliki keunggulan bila diaplikasikan dalam pembentukan karakter.
Pertama, bersifat holistik. Manusia memiliki jiwa dan raga. Bahkan hakekat manusia itu ada
pada jiwanya sehingga pendekatan kultural melalui keluarga bisa membantu seseorang untuk
membentuk karakter yang lebuh baik. Manusia sebagai satu-satunya makhluk Tuhan yang
memiliki kebudayaan dan dikaruniai potensi kreatifitas untuk dapat bertahan hidup di alam
semesta. Dalam menjalankan kreatifitasnya manusia memiliki sistem moral, rasa, etika, nilai-
nilai, adat, tradisi, etika, dan estetika. Pada dasarnya sifat manusia yang tidak pernah puas
dengan yang mereka miliki dan mempunyai rasa keinginan tahu yang tinggi dengan adanya
pendekatan kultural diharapkan bisa menjadi alat atau perisai manusia tersebut untuk
membatasi kreatifitas sehingga dapat mengendalikan perbuatan atau sikap yang buruk, dan
rasa kasih sayang terhadap orang lain tinggi, sehingga dapat meningkatkan martabat manusia.
Kedua, bersifat partisipatif. Pendekatan kultural memberikan ruang yang lebih luas kepada
keluarga atau masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pembentuka karakter. Keluarga
diposisikan sebagai subjek utama sehingga peran keluarga sangat penting untuk pembentukan
karakter. Hubungan keluarga dan seorang individu dalam keluarga tersebut sangat dekat
maka
dalam hal membentuk karakter yang baik, sehingga membentuk manusia yang lebih beradab.
Ketiga, pendekatan kultural memberikan penghargaan pada kearifan lokal yang terdapat
dalam masyarakat. Setiap keluarga atau masyarakat memiliki tradisi-tradisi luhur yang dapat
dijadikan dasar untuk membentuk karakter.

3. PENDEKATAN KONEKTIF

Pendekatan konektif merupakan pendekatan berdasarkan hubungan yang dilakukan dengan


mengintregasikan sifat saling ketergantungan dan menyadari adanya keberaagaman untuk
mencapai hasil yang diharapkan.

Connective Leadership atau kepemimpinan berdasar hubungan merupakan salah satu model
yang diajukan Jean Lipman-Blumen.
Untuk itu pemimpin harus belajar mengintegrasikan interdependence atau saling
ketergantungan dengan diversity atau keberagaman.

4. PENDEKATAN PEMBERDAYAAN

• Terkait kegiatan pemberdayaan, Negel (1997),


mengemukakan, apapun pendekatan yang akan diterapkan,
harus memperhatikan :
1) tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemberdayaan.
2) Transfer teknologi yang akan dilakukan
3) Pengembangan SDM/fasilitator yang akan dilakukanpemberdayaan
4) Alternatif organisasi pemberdayaan yg akan diterapkan, yg
berhadapan dengan pilihan2 : publik/swasta,pemerintah/non, dari atas/dari bawah, mencari
profit/non profit, umum/sektoral, multi tujuan/tujuantunggal, transfer teknologi/ orientasi
kebutuhan.

Pemberdayaan dilakukan melalui tiga pendekatan : mikro, mezzo, dan makro.


1) Pendekatan mikro
 Pendekatan yang berpusat pada tugas.
2) Pendekatan mezzo
 Dilakukan terhadap sekelompok klien
(penerima manfaat)
3) Pendekatan Makro
 Penerima manfaat diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas.

Dipihak lain, pendekatan pemberdayaan dapat pula


diformulasikan dengan mengacu kpd landasan filosofi
dan prinsip-prinsip pemberdayaan,yg mencakup :
1) Pendekatan partisipatif
 Menempatkan masyarakatsebagai titik-pusat
pelaksanaan pemberdayaan, yang mencakup :
a. Pemberdayaan bertujuan utk memecahkan masalahmasyarakat.
b. Pilihan kegiatan, metode maupun teknik pemberdayaan, maupun teknologi yang
ditawarkan
harus berbasis pada pilihan masyarakat.
c. Ukuran keberhasilan masyarakat berdasarkan ukuranukuran masyarakatsebagai penerima
manfaat.

2) Pendekatan Kesejahteraan
Apapun kegiatan yg akan dilakukan,darimanapun sumberdaya dan teknologi yg digunakan,
dan siapapun stakeholdernya, pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat terhadap
perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan

3) Pendekatan pembangunan berkelanjutan


 Kegiatan PM harus terjamin keberlanjutannya dan tidak boleh menciptakan
ketergantungan.
Kartasasmita (1997), menyatakan : pemberdayaan mayarakat hendaknya
mengikuti pendekatan :
1. Upaya yang terarah (targeted)
2. Harus langsug mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi
penerima manfaat.
3. Menggunakan pendekatan kelompok

Anda mungkin juga menyukai