Anda di halaman 1dari 7

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI PGRI KEDIRI

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
Status Terakreditasi ”Baik Sekali”
SK. BAN PT No: 671/SK/BAN-PT/Akred/PT/VII/2021, Tanggal 21 Juli 2021
Jl. K.H. Achmad Dahlan No. 76 Telp : ( 0354 ) 771576, 771503, 771495 Kediri

UTS MIKROBIOLOGI:
LITERATUR REVIEW STUDI KASUS MIKROBIOLOGI
Tingkat 2 Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024
Program Studi : Pendidikan Biologi
Dosen Pengampu : Elysabet Herawati, S.Pd., M.Si.

PETUNJUK UMUM
1. Tugas review artikel dengan topik “pengujian daya hambat terhadap mikorba” dan “uji kualitas
mikrobiologi” ini diberikan sebagai bentuk penilaian UTS pada mata kuliah Mikrobiologi.
2. Mahasiswa secara individu mencari contoh kasus “pengujian daya hambat terhadap mikorba”
dan “uji kualitas mikrobiologi” di Indonesia di internet atau literatur lain (setiap mahasiswa bebas
memilih salah satu dari topik tersebut). Isi review artikel meliputi kasus, penelitian terdahulu,
metode penyelesaian masalah yang ditawarkan, kesimpulan dan saran.
3. Dalam mengerjakan literatur review studi kasus ini, bukan menggunakan 1 referensi saja. Namun
pembahasan dll boleh menggunakan lebih dari 1 jurnal. Maka silahkan mencari minimal 2-3
literatur yang relevan.
4. UTS dikumpulkan dengan nama file nama mahasiswa_UTS Mikrobiologi 2023, contoh : Ani_
UTS Mikrobiologi 2023.
5. Pengumpulan maksimal Rabu, 1 Nopember 2023 pukul 24.00 WIB pada link berikut :
https://drive.google.com/drive/folders/1Mg5BpAhJMeeqeq6Q_im0T-fHRK50ZnO-?
usp=drive_link
LEMBAR JAWABAN UTS MIKROBIOLOGI
NAMA :Tia Hartanti
NPM : 2215020026

JUDUL
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG BOMBAY (Allium cepa L)TERHADAP PERTUMBU
HAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

KASUS KESEHATAN YANG DIANGKAT (bobot 10)


Penyakit infeksi yang biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri. Salah satu contoh penya
kit infeksi tersebut yaitu abses yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aure
us adalah patogen utama dalam rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting bagi
kesehatan secara umum seseorang, karena gigi dan mulut yang sehat memungkinkan seseorang untuk ma
kan, berbicara dan bersosialisasi dengan nyaman tanpa mengalami rasa sakit. Pada kenyataannya kondisi i
ni sulit dicapai dan hal ini tergambar lewat banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditemukan
di masyarakat seperti penyakit periodontal, karies gigi, dan penyakit infeksi lainnya. Data Riskesdas 2013
menunjukkan bahwa prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%, sebanyak 14 provinsi me
mpunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas angka nasional. Provinsi Sulawesi Utara merupakan sa
lah satu di antaranya dengan prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 31,6%. Penyakit karies
gigi merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak diderita oleh masyarakat. Menurut data Riskesda
s 2013 indeks karies yang diukur dari indeks DMF-T secara nasional menunjukkan angka 4,6, sedangkan
indeks DMF-T provinsi Sulawesi Utara 5,4. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk memiliki
kira-kira 5 gigi yang berlubang. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan bahwa prevalensi karies aktif pe
nduduk Sulawesi Utara sebesar 57,0% dengan prevalensi pengalaman karies 80,2 %.1Karies sebagai sala
h satu penyakit infeksi apabila dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan infeksi yan
g lebih parah pada jaringan periapikal gigi dan jaringan mulut berupa pembengkakan atau abses. Salah sat
u kuman yang berperan pada infeksi rongga mulut yakni Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus i
alah patogen utama dalam rongga mulut.

PENELITIAN TERDAHULU (bobot 30)


Artikel 1. Uji daya hambat ekstrak belum pumput laut Gracilaria SP terhadap pertumbuhan
bakteri STAPHYLOCOCCUS AUREUS
Pengujian daya hambat dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat yang dihasilkan pada media
yang mengandung bakteri Staphylococcus Aureus setelah dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 37
oC. Media yang sudah diinkubasi diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan
milimeter. Luas zona hambat dihitung dengan rumus lalu dimasukan pada tabel hasil pengamatan. Media
yang sudah diinkubasi dan siap diamati dapat dilihat pada gambar dibawah
Keterangan :
A : Cakram yang diberi ekstrak Gracilaria sp. yang dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator.
B : Cakram yang diberi ekstrak Gracilaria sp. yang dievaporasi dengan oven
C:Cakram yang diberi etanol 95%
D:Cakram yang diberi amoksisilin yang dilarutkan dengan aquades
Zona hambat yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan memiliki diameter yang berbeda-beda dan be
ntuk yang tidak beraturan. Oleh karena itu, pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter horizontal
dan diameter vertikal dari zona yang terbentuk di sekitar cakram. Ke dua diameter tersebut dimasukan ke
dalam rumus untuk mencari nilai rerata luas zona hambat. Hasil pengukuran luas zona hambat yang terbe
ntuk di sekitar cakram dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Keterangan :
Ekstrak I: Ekstrak yang dievaporasi dengan vacuum evaporator.
Ekstrak II : Ekstrak yang dievaporasi dengan oven.
Kontrol positif : Amoksisilin yang dilarutkan dengan aquades.
Kontrol negatif: Etanol 95%
Tabel 2. Pengukuran ada tidaknya daya hambat ekstrak rumput laut terhadap bakteri
Staphylococcus Aureus

Artikel 2.Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertum
buhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro.

Tabel 1. Hasil Uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuh
an bakteri Staphylococcus aureus

Dari Tabel 1. didapatkan bahwa pemberian air perasan buah jeruk nipis dengan konsentrasi berbeda memi
liki daya hambat yang berbeda pula terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Perbedaan ini s
elanjutnya diuji dengan pengukuran statistik secara komputerisasi menggunakan program SPSS 15.0 for
Windows. Berhubung data hasil penelitian yang didapatkan ternyata tidak memenuhi syarat uji annova sat
u arah. Untuk melanjutkan pengolahan, data ditranformasi, tetapi ternyata data tidak dapat ditranformasi
maka pengolahan data dilanjutkan dengan Kruskall Wallis Test. Hasil dpat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan data stasitik diameter hambatan air perasan buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan MannWhit
ney Test

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,022 (p<0,05) yang berarti bahwa perbedaan yang bermakna anta
ra konsentrasi yang diberikan dengan daerah bebas bakteri yang dihasilkan, sehingga pengolahan data dil
anjutkan dengan Mann-Whitney Test. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan yang bermakna an
tara pemberian konsentrasi 25% dengan 75% , 25% dengan 100%, dan 50% dengan 100%. Terlihat bahw
a tidak terdapatnya perbedaan bermakna antara pemberian konsentrasi 25% dengan 50%, 50% dengan 75
%, dan 75% dengan 100%, dimana hal tersebut dapat dimungkinkan karena adanya perbedaan kadar zat a
ntibakteri dan tingkat keasaman yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna antara konsentrasi.
Tabel 3. Pengaruh lama kontak dari air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) konsentrai 100
% terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Dari Tabel 3. didapatkan bahwa lama kontak bakteri Staphylococcus aureus dengan air perasan buah jer
uk nipis berpengaruh terhadap pertumbuhan kuman. Pada lama kontak seketika masih terdapat pertumbuh
an bakteri dan mulai dari lama kontak 5 menit terlihat bakteri tidak tumbuh lagi pada daerah agar Mueller
Hinton II.

Artikel 3 (Artikel Review ):UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG BOMBAY (Allium cepa
L)TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Cawan petri yang sudah diinkubasi dalam inkubator dilihat zona hambatnya dan diukur menggunakan j
angka sorong, kemudian diameter zona hambat dihitung dengan rumus dan dimasukkan dalam tabel peng
amatan.

Keterangan
1. Ekstrak bawang bombay
2. Klindamisin
3. Etanol 96%
Hasil pengukuran zona hambat diameter zona hambat ekstrak bawang bombay yang terbentuk dapat dil
ihat pada tabel berikut:
Pada tabel yang telihat diatas diameter zona hambat yang dihasilkan ekstrak bawang bombay pada lim
a cawan petri sebesar 84,55 mm dengan rata-rata 16,91 mm. Hasil pengukuran diameter zona hambat Kli
ndamisin dapat dilihat pada tabel berikut:

Pada tabel diatas menunjukan diameter diameter zona hambat yang dihasilkan Klindamisin sebesar 12
1,6 dengan nilai rata-rata 24,32. Hasil pengukuran diameter zona hambat etanol 96% dapat dilihat pada ta
bel berikut:

Pada tabel diatas menunjukkan diameter zona hambat, nilai total, dan nilai konstan di
lima pengulangan yakni 0 mm.

METODOLOGI SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN (bobot 40)


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada lima kali pengujian di lima cawan petri memperlihatk
an adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar cakram
yang diberi ekstrak bawang bombay.Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan ekstrak bawang bomba
y. Suatu bahan dikatakan mempunyai aktivitas antibakteri apabila diameter hambatan yang terbentuk lebi
h besar atau sama dengan 6 mm. (Suciati dkk, 2012)
Perbandingan ekstrak bawang bombay dan Klindamisin menunjukkan bahwa diameter ekstrak bawang b
ombay lebih kecil dari diameter Klindamisin sedangkan cakram yang diberi etanol tidak menunjukan zon
a hambat. Hasil diameter zona hambat ekstrak bawang bombay lebih kecil dari klindamisin, hal ini dipeng
aruhi oleh minimal inhibitory concentration (MIC) klindamisin telah diketahui yakni 2µg sedangkan kem
ampuan bawang bombay untuk menghambat pertumbuhan bakteri belum diketahui. Klindamisin dijadika
n sebagai kontrol positif karena memiliki efek yang baik terhadap mikroba dalam mulut.
Klindamisin dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisida. Klindamisin mempunyai mekanisme dalam
membunuh bakteri itu dengan cara mencegah sintea protein dari bakteri. (Budyantara R)Etanol 96% seba
gai kontrol negatif tidak menunjukan zona hambat. Hal tersebut menguatkan fakta bahwa tidak ada penga
ruh etanol 96% pada pembentukan zona hambat di sekitar sumur yang diberi ekstrak bawang bombay yan
g dalam pembuatannya menggunakan pelarut etanol 96%. Pemilihan etanol 96%, dengan pertimbangan b
ahwa etanol mudah diperoleh, bereaksi netral dan tidak memengaruhi zat yang berkhasiat. (Prishandono,
2013)

KESIMPULAN DAN SARAN (bobtot 15)


Dapat disimpulkan bahwa ihasil penelitian Uji daya hambat ekstrak belum pumput laut Gracilaria
SP terhadap pertumbuhan bakteri STAPHYLOCOCCUS AUREUS bahwa ekstrak rumput laut Gracila
ria sp. tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.
Namun hasil yang akurat terdapat pada penelitian UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG BOMB
AY (Allium cepa L)TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN
VITRO Ekstrak bawang bombay Allium cepa L dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.

DAFTAR PUSTAKA (bobot 5)


Artikel 1:Uji daya hambat ekstrak belum pumput laut Gracilaria SP terhadap pertumbuhan bakteri
STAPHYLOCOCCUS AUREUS https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/6600
Artikel 2:Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumb
uhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro.http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/v
iew/54
Artikel 3(Utama):UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG BOMBAY (Allium cepa L)TERHADA
P PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11221

-SELAMAT MENGERJAKAN-

Anda mungkin juga menyukai