BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Dewan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
2. Program Pensiun Manfaat Pasti adalah program pensiun
dengan manfaat yang sudah ditetapkan dalam peraturan
dana pensiun Bank Indonesia.
3. Dana Pensiun Bank Indonesia yang selanjutnya disebut
DAPENBI adalah Dana Pensiun Bank Indonesia yang
melaksanakan Program Pensiun Manfaat Pasti.
4. Peraturan Dana Pensiun DAPENBI yang selanjutnya
disebut Peraturan DAPENBI adalah peraturan yang
ditetapkan oleh pendiri, yang berisi ketentuan yang
menjadi dasar penyelenggaraan Program Pensiun Manfaat
Pasti di Bank Indonesia sebagaimana dituangkan dalam
Peraturan Dewan Gubernur ini.
5. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Bank Indonesia.
6. Pendiri adalah Bank Indonesia.
7. Anggota Dewan Gubernur adalah Gubernur, Deputi Gubernur
Senior, dan Deputi Gubernur yang diangkat berdasarkan
Undang-Undang tentang Bank Indonesia.
8. Pengurus adalah orang perseorangan yang ditunjuk oleh
Pendiri untuk menjalankan tugas kepengurusan DAPENBI.
9. Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang ditunjuk
oleh Pendiri untuk menjalankan tugas pengawasan terhadap
DAPENBI.
BAB II
DANA PENSIUN BANK INDONESIA
Bagian Kesatu
Nama dan Tempat Kedudukan
Pasal 2
(1) Pendiri mendirikan Dana Pensiun dengan nama Dana Pensiun
Bank Indonesia.
(2) DAPENBI berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.
(3) DAPENBI dapat mendirikan cabang atau perwakilan di
tempat lain.
(4) Pendirian cabang atau perwakilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) harus mendapatkan persetujuan Pendiri,
dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai dana pensiun.
Pasal 3
(1) DAPENBI didirikan pada tanggal 14 Juli 1993 yaitu pada
saat Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
26/01/KEP/DIR tanggal 15 April 1993 tentang Peraturan
Dana Pensiun dari Dana Pensiun Bank Indonesia memperoleh
pengesahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
berdasarkan Keputusan Nomor KEP-137/KM.17/1993
tanggal 14 Juli 1993 tentang Pengesahan Peraturan Dana
Pensiun dari Dana Pensiun Bank Indonesia.
(2) DAPENBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank
Indonesia, yang didirikan berdasarkan Akta Nomor 19
tanggal 8 Maret 1972 yang dibuat di hadapan Abdul Latief,
Notaris di Jakarta.
(3) DAPENBI didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Bagian Ketiga
Asas dan Dasar
Pasal 4
DAPENBI berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bagian Keempat
Maksud dan Tujuan
Pasal 5
(1) Maksud pendirian DAPENBI yaitu untuk mengelola dan
menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti dengan
mengembangkan dana untuk menjamin pembayaran Manfaat
Pensiun.
Bagian Kelima
Kekayaan DAPENBI
Pasal 6
(1) Kekayaan awal DAPENBI berasal dari kekayaan Yayasan
Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia
sepanjang menyangkut program pensiun.
(2) Kekayaan DAPENBI dihimpun dari:
a. iuran Pendiri;
b. iuran Pegawai yang menjadi Peserta;
c. hasil investasi; dan
d. pengalihan dari Dana Pensiun lain.
(3) Kekayaan DAPENBI terpisah dari kekayaan Pendiri.
(4) Kekayaan DAPENBI harus dikelola dengan baik dan aman
agar diperoleh hasil optimal dengan mengembangkan
kekayaan DAPENBI sesuai dengan arahan investasi yang
ditetapkan oleh Pendiri dan tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai dana
pensiun.
(5) Kekayaan DAPENBI tidak dapat dipinjamkan atau diagunkan
sebagai jaminan atas suatu pinjaman.
BAB III
PENDIRI
Pasal 7
Anggota Dewan Gubernur mewakili Pendiri.
Pasal 8
Kewajiban Pendiri terdiri atas:
a. membayar iuran yang menjadi bebannya;
b. memungut iuran Pegawai yang menjadi Peserta;
c. menyetor seluruh iuran sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b kepada DAPENBI setiap bulan, paling
lambat tanggal 15 bulan berikutnya;
d. membayar bunga atas hutang iuran sebagaimana dimaksud
dalam huruf c yang belum disetor setelah melewati 2,5
(dua koma lima) bulan sejak tanggal jatuh tempo;
e. membayar denda dan menyetorkan ke kantor kas negara
atas keterlambatan Pengurus menyampaikan laporan berkala
kepada OJK serta menyampaikan tembusan bukti setoran
denda tersebut sesuai dengan ketentuan;
f. menyampaikan laporan tertulis kepada OJK, atas:
1. perubahan Pengurus;
2. perubahan anggota Dewan Pengawas; dan
3. perubahan arahan investasi;
g. memberikan data Pegawai dan Pihak yang Berhak yang
berkaitan dengan kepesertaan Pegawai kepada DAPENBI;
dan
h. mendengarkan dan memperhatikan saran Pegawai untuk
penetapan Peraturan DAPENBI dan perubahannya.
Bagian Kedua
Kewenangan Pendiri
Pasal 9
Kewenangan Pendiri terdiri atas:
a. menetapkan dan memberlakukan Peraturan DAPENBI beserta
perubahannya;
b. menunjuk dan memberhentikan Pengurus;
Bagian Ketiga
Tanggung Jawab Pendiri
Pasal 10
(1) Pendiri bertanggung jawab atas kecukupan dana untuk
memenuhi kewajiban membayar Manfaat Pensiun.
(2) Dalam hal DAPENBI dibubarkan, Pendiri tetap bertanggung
jawab atas iuran yang terhutang sampai pada saat
DAPENBI dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pendanaan dan solvabilitas
dana pensiun.
Bagian Keempat
Rapat Pendiri
Pasal 11
(1) Penyelenggaraan rapat Pendiri dilakukan:
a. paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun; dan
b. sewaktu-waktu berdasarkan permintaan lebih dari
½ (setengah) jumlah Anggota Dewan Gubernur.
Pasal 12
(1) Keputusan rapat Pendiri dianggap sah apabila disetujui oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah Anggota Dewan Gubernur
yang hadir.
(2) Dalam hal jumlah suara yang setuju dari Anggota Dewan
Gubernur yang hadir dalam rapat Pendiri sama dengan
yang tidak setuju, pemimpin rapat berwenang menetapkan
keputusan akhir.
(3) Hasil rapat harus dibuat dalam risalah rapat yang
ditandatangani oleh Anggota Dewan Gubernur yang hadir.
Pasal 13
(1) Dalam hal rapat Pendiri tidak dapat dilaksanakan,
pengambilan keputusan dianggap sah tanpa melalui rapat
apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. semua Anggota Dewan Gubernur telah diberitahukan
secara tertulis mengenai hal yang akan diputus; dan
BAB IV
PENGURUS
Bagian Kesatu
Keanggotaan Pengurus
Pasal 14
(1) Pengurus ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada
Pendiri untuk mengelola DAPENBI dengan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
(2) Pengurus ditunjuk dan diberhentikan oleh Pendiri yang
ditetapkan dengan surat keputusan.
(3) Persyaratan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. kejujuran;
b. integritas; dan
c. persyaratan lain yang ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana
pensiun.
(4) Setiap Pengurus harus membuat pernyataan secara tertulis
tentang kesediaannya untuk:
a. ditunjuk sebagai Pengurus; dan
b. tidak merangkap jabatan sebagai:
1. Dewan Pengawas;
2. pengurus Dana Pensiun lain;
3. dewan pengawas Dana Pensiun lain; dan/atau
4. komisaris, direksi, atau jabatan eksekutif, pada
perusahaan atau badan hukum lain.
Bagian Kedua
Masa Jabatan Pengurus
Pasal 15
(1) Pengurus ditunjuk untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan
dapat ditunjuk kembali.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
ditetapkan kurang dari 5 (lima) tahun berdasarkan keputusan
Pendiri.
(3) Jabatan Pengurus berakhir apabila:
a. masa jabatan berakhir;
b. meninggal dunia;
c. mengundurkan diri;
d. diberhentikan oleh Pendiri;
e. dijatuhi hukuman pidana sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penilaian kembali bagi pihak utama lembaga jasa
keuangan nonbank; atau
f. DAPENBI bubar.
Pasal 16
(1) Pendiri dapat memberhentikan Pengurus sebelum masa
jabatannya berakhir.
(2) Pengurus dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan
memberitahukan secara tertulis kepada Pendiri paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pengunduran diri.
Bagian Ketiga
Kewajiban Pengurus
Pasal 18
Kewajiban Pengurus terdiri atas:
a. mengelola DAPENBI dengan mengutamakan kepentingan
Peserta dan Pihak yang Berhak;
b. menyusun pedoman tata kelola DAPENBI dan menyampaikan
kepada Pendiri untuk ditetapkan;
c. menginvestasikan kekayaan DAPENBI sesuai dengan arahan
investasi yang ditetapkan Pendiri dengan sebaik-baiknya
guna memperoleh hasil yang optimal;
d. memelihara buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan
untuk pengelolaan DAPENBI;
e. bertindak teliti, terampil, bijaksana, dan cermat dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dalam mengelola DAPENBI;
f. merahasiakan data dan informasi pribadi Peserta dan
Pihak yang Berhak;
g. menyampaikan laporan kepada OJK sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai dana pensiun;
h. menyampaikan laporan kepada Pendiri;
i. menyerahkan laporan keuangan, laporan investasi, dan
memperlihatkan dokumen pendukungnya serta memberikan
Bagian Keempat
Kewenangan dan Hak Pengurus
Pasal 19
(1) Kewenangan Pengurus terdiri atas:
a. mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga untuk
pelaksanaan Peraturan DAPENBI, pengelolaan
Bagian Kelima
Tanggung Jawab Pengurus
Pasal 20
(1) Dalam melakukan tugasnya, Pengurus bertanggung jawab
kepada Pendiri.
(2) Tanggung jawab Pengurus terdiri atas:
a. melaksanakan Peraturan DAPENBI;
b. mengelola DAPENBI sesuai dengan Peraturan DAPENBI
dan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
dana pensiun; dan
c. baik sendiri maupun bersama-sama, bertanggung jawab
secara pribadi atas segala kerugian yang timbul pada
kekayaan DAPENBI akibat tindakan Pengurus yang
melanggar atau melalaikan tugas dan/atau kewajibannya
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan DAPENBI dan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
dana pensiun, dan mengembalikan kepada DAPENBI
Bagian Keenam
Rapat Pengurus
Pasal 21
(1) Pengurus mengadakan rapat paling sedikit 1 (satu) kali
dalam sebulan dan sewaktu-waktu berdasarkan permintaan
lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus.
(2) Rapat Pengurus dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari
½ (setengah) jumlah Pengurus.
(3) Keputusan rapat Pengurus dianggap sah apabila disetujui
oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus yang hadir.
(4) Dalam hal jumlah suara yang setuju dari Pengurus yang
hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sama dengan
yang tidak setuju, pemimpin rapat berwenang menetapkan
keputusan akhir.
(5) Hasil rapat Pengurus harus dibuat dalam risalah rapat yang
ditandatangani oleh pemimpin rapat dan 1 (satu) orang
Pengurus lain yang ditunjuk oleh pemimpin rapat.
(6) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan rapat Pengurus maka perbedaan pendapat
tersebut dicantumkan dalam risalah rapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) disertai alasan perbedaan pendapat.
Pasal 22
(1) Dalam hal rapat Pengurus tidak dapat dilaksanakan,
pengambilan keputusan dianggap sah tanpa melalui rapat
Pengurus apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. semua anggota Pengurus telah diberitahukan secara
tertulis mengenai hal yang akan diputus; dan
b. lebih dari ½ (setengah) jumlah Pengurus menyetujui hal
yang akan diputus tersebut secara tertulis.
(2) Keputusan Pengurus tanpa melalui rapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan hukum yang
BAB V
DEWAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 23
(1) Dewan Pengawas ditunjuk oleh Pendiri dengan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
(2) Persyaratan yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. kejujuran;
b. integritas; dan
c. persyaratan lain yang ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana pensiun.
(3) Setiap anggota Dewan Pengawas harus membuat pernyataan
secara tertulis tentang kesediaannya untuk ditunjuk sebagai
Dewan Pengawas.
(4) Anggota Dewan Pengawas ditunjuk dan diberhentikan oleh
Pendiri yang ditetapkan dengan surat keputusan.
(5) Mayoritas Dewan Pengawas dilarang saling memiliki hubungan
keluarga sampai derajat kedua baik vertikal maupun
horizontal termasuk mertua, menantu, dan ipar dengan
sesama Dewan Pengawas dan/atau Pengurus.
Pasal 24
(1) Jumlah anggota Dewan Pengawas paling sedikit 4 (empat)
orang, yang terdiri atas:
a. satu orang ketua Dewan Pengawas merangkap anggota;
dan
b. tiga orang atau lebih sebagai anggota Dewan Pengawas.
Pasal 25
Mantan Pengurus yang akan menjadi Dewan Pengawas wakil
Peserta, harus menjalani masa tunggu dengan jangka waktu
paling singkat 6 (enam) bulan atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana pensiun.
Bagian Kedua
Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 26
(1) Anggota Dewan Pengawas ditunjuk untuk masa jabatan
5 (lima) tahun dan dapat ditunjuk kembali.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditetapkan kurang dari 5 (lima) tahun berdasarkan
keputusan Pendiri.
(3) Jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas berakhir apabila:
a. masa jabatan berakhir;
b. meninggal dunia;
Pasal 27
(1) Pendiri dapat memberhentikan anggota Dewan Pengawas
sebelum masa jabatannya berakhir.
(2) Anggota Dewan Pengawas dapat mengundurkan diri dari
jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis kepada
Pendiri, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
pengunduran diri.
Pasal 28
(1) Dalam hal terdapat kekosongan jabatan Dewan Pengawas
karena alasan apapun, Pendiri harus menunjuk anggota
Dewan Pengawas yang baru paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak terjadinya kekosongan jabatan.
(2) Anggota Dewan Pengawas yang baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyelesaikan masa jabatan anggota Dewan
Pengawas yang digantikan.
Bagian Ketiga
Kewajiban Dewan Pengawas
Pasal 29
Kewajiban Dewan Pengawas terdiri atas:
a. melakukan pengawasan atas pengelolaan DAPENBI oleh
Pengurus agar Peraturan DAPENBI, terutama maksud dan
tujuan DAPENBI, dilaksanakan dengan baik;
b. menyampaikan laporan tahunan secara tertulis atas hasil
pengawasan kepada Pendiri paling lambat 2 (dua) bulan
sejak laporan keuangan dan laporan investasi yang telah
Bagian Keempat
Kewenangan dan Hak Dewan Pengawas
Pasal 30
(1) Kewenangan Dewan Pengawas terdiri atas:
a. menunjuk akuntan publik dari akuntan publik yang
diajukan oleh:
1. komite audit; atau
2. Dewan Pengawas yang melaksanakan fungsi
komite;
b. menunjuk aktuaris dari aktuaris yang diajukan oleh
Pengurus;
c. sewaktu-waktu memasuki gedung kantor dan halaman
yang digunakan oleh DAPENBI dan memeriksa segala
sesuatu yang dikuasai oleh atau atas nama DAPENBI
berupa buku, bukti, surat, kas, atau hal lainnya, baik
sendiri maupun bersama-sama;
Pasal 31
Dalam melakukan pengawasan atas pengelolaan DAPENBI,
Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Pendiri.
Bagian Keenam
Rapat Dewan Pengawas
Pasal 32
(1) Dewan Pengawas mengadakan rapat paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 3 (tiga) bulan dan sewaktu-waktu berdasarkan
permintaan lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota Dewan
Pengawas.
(2) Dewan Pengawas mengadakan rapat yang dihadiri oleh
Pengurus paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(3) Panggilan untuk rapat Dewan Pengawas harus dilakukan
oleh ketua Dewan Pengawas dengan surat resmi paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum rapat dilaksanakan
dengan menyebutkan hari, tanggal, waktu, tempat rapat,
dan keterangan singkat tentang hal yang akan dibahas.
(4) Rapat Dewan Pengawas dipimpin oleh:
a. ketua Dewan Pengawas; atau
b. salah seorang anggota Dewan Pengawas yang ditunjuk
oleh ketua Dewan Pengawas apabila ketua Dewan
Pengawas berhalangan hadir.
(5) Rapat Dewan Pengawas sah apabila dihadiri oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah anggota Dewan Pengawas.
(6) Kehadiran anggota Dewan Pengawas dalam rapat Dewan
Pengawas dalam periode 1 (satu) tahun harus memenuhi
jumlah kehadiran yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang dana pensiun.
(7) Kehadiran anggota Dewan Pengawas dalam rapat Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi jarak
jauh.
Pasal 33
(1) Keputusan rapat Dewan Pengawas dianggap sah apabila
disetujui oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota
Dewan Pengawas yang hadir.
(2) Dalam hal jumlah suara yang setuju dari anggota Dewan
Pengawas yang hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sama dengan yang tidak setuju, pemimpin rapat berwenang
menetapkan keputusan akhir.
(3) Hasil rapat harus dibuat dalam risalah rapat yang
ditandatangani oleh pemimpin rapat dan 1 (satu) orang
anggota Dewan Pengawas lain yang ditunjuk oleh
pemimpin rapat.
(4) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas maka
perbedaan pendapat tersebut dicantumkan dalam risalah
rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai
alasan perbedaan pendapat.
Pasal 34
(1) Dalam hal rapat Dewan Pengawas tidak dapat dilaksanakan,
pengambilan keputusan dianggap sah tanpa melalui rapat
apabila memenuhi syarat:
a. semua anggota Dewan Pengawas telah diberitahukan
secara tertulis mengenai hal yang akan diputus; dan
b. lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota Dewan Pengawas
menyetujui hal yang akan diputus tersebut secara
tertulis.
(2) Keputusan Dewan Pengawas tanpa melalui rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan
hukum yang sama dengan keputusan yang diambil melalui
rapat Dewan Pengawas.
Pasal 35
(1) Dalam mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya, Dewan Pengawas membentuk komite
pemantau risiko.
(2) Selain membentuk komite pemantau risiko sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Dewan Pengawas dapat membentuk
komite audit serta komite nominasi dan remunerasi.
Pasal 36
(1) Komite pemantau risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 ayat (1) bertugas untuk membantu Dewan Pengawas
dalam memantau pelaksanaan manajemen risiko yang
disusun oleh Pengurus.
(2) Komite pemantau risiko sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit terdiri atas:
a. satu orang Dewan Pengawas yang mewakili Peserta;
dan
b. satu orang pihak lain yang tidak memiliki:
1. hubungan keuangan, kepengurusan, dan/atau
hubungan keluarga dengan Dewan Pengawas,
Pengurus, dan/atau Pendiri; atau
2. hubungan lain yang dapat memengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen.
(3) Anggota komite pemantau risiko dari pihak lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus
memiliki pengalaman di bidang pemantauan risiko.
Pasal 37
(1) Susunan, tugas, dan tanggung jawab komite audit serta
komite nominasi dan remunerasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2) mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana pensiun.
BAB VI
LAPORAN
Bagian Kesatu
Laporan Pendiri
Pasal 38
Pendiri menyampaikan laporan tertulis kepada OJK, atas:
a. perubahan Pengurus, paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sebelum berlakunya perubahan;
b. perubahan anggota Dewan Pengawas, paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal perubahan; dan
c. perubahan arahan investasi, paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal ditetapkannya perubahan.
Bagian Kedua
Laporan Pengurus
Paragraf 1
Laporan Pengurus kepada Pendiri
Pasal 39
(1) Pengurus wajib menyampaikan laporan tahunan kepada
Pendiri mengenai kepengurusan dan laporan keuangan
untuk setiap tahun buku yang bersangkutan paling lambat
1 (satu) bulan setelah berakhirnya tahun buku.
(2) Pengurus wajib menyampaikan laporan keuangan dan
laporan investasi yang telah diaudit oleh akuntan publik
kepada Pendiri melalui Dewan Pengawas, paling lambat
Paragraf 2
Laporan Pengurus kepada Dewan Pengawas
Pasal 40
Pengurus harus menyampaikan laporan perkembangan
portofolio investasi dan hasilnya kepada Dewan Pengawas
paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.
Paragraf 3
Laporan Pengurus kepada OJK
Pasal 41
Laporan Pengurus kepada OJK terdiri atas:
a. laporan keuangan;
b. laporan investasi;
c. laporan teknis;
d. laporan aktuaris;
e. laporan perubahan penunjukan Penerima Titipan;
f. laporan rencana bisnis; dan
g. laporan lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai dana pensiun.
Pasal 42
Pengurus wajib menyampaikan informasi kepada Peserta
mengenai:
a. laporan aset neto, laporan perubahan aset neto, catatan
atas laporan keuangan, neraca dan perhitungan hasil
usaha, menurut bentuk, susunan, dan waktu yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai dana pensiun;
b. hal yang timbul terkait kepesertaannya dalam bentuk dan
waktu yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai dana pensiun;
c. setiap perubahan Peraturan DAPENBI dan/atau ketentuan
lain yang perlu diketahui;
d. perkembangan portofolio investasi dan hasilnya, paling
singkat 6 (enam) bulan sekali;
e. ringkasan dari laporan investasi tahunan dan hasil
pemeriksaan akuntan publik atas laporan investasi tahunan
paling lambat 1 (satu) bulan setelah disampaikan kepada
OJK; dan
f. ringkasan hasil evaluasi Dewan Pengawas atas kinerja
investasi.
BAB VII
PROGRAM KERJA
Pasal 43
(1) Pengurus harus membuat program kerja dan rencana
anggaran pendapatan dan pengeluaran tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf h.
(2) Program kerja dan rencana anggaran pendapatan dan
pengeluaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus telah diajukan oleh Pengurus kepada Pendiri paling
lambat 2 (dua) bulan sebelum dimulainya tahun buku
berikutnya untuk mendapatkan persetujuan Pendiri.
BAB VIII
PENERIMA TITIPAN
Pasal 44
(1) Penerima Titipan kekayaan DAPENBI ditetapkan oleh Pendiri
dengan surat penunjukan.
(2) Dalam pengelolaan titipan kekayaan DAPENBI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pengurus membuat perjanjian
dengan Penerima Titipan.
(3) Isi perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai dana pensiun yang paling sedikit memuat:
a. tugas, wewenang, dan tanggung jawab Penerima
Titipan;
b. biaya penitipan dibebankan kepada DAPENBI; dan
c. pernyataan Penerima Titipan untuk memberikan informasi
dan menyediakan buku, catatan, dan dokumen terkait
dengan kekayaan DAPENBI yang dititipkan untuk
pemeriksaan oleh OJK, akuntan publik yang ditunjuk oleh
OJK, Dewan Pengawas, atau auditor yang ditunjuk oleh
Dewan Pengawas.
(4) Pengurus harus melaporkan kepada OJK atas:
a. perubahan Penerima Titipan yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan/atau
BAB IX
TAHUN BUKU DAN BIAYA
Bagian Kesatu
Tahun Buku
Pasal 45
Tahun buku DAPENBI dimulai pada tanggal 1 Januari dan ditutup
pada tanggal 31 Desember tahun berjalan.
Bagian Kedua
Biaya DAPENBI
Pasal 46
(1) Segala biaya atau pengeluaran yang berkaitan dengan
penyelenggaraan serta pengelolaan administrasi dan
kekayaan DAPENBI menjadi beban DAPENBI.
(2) Biaya yang dibebankan kepada DAPENBI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. biaya investasi yang terdiri atas:
1. biaya transaksi yang meliputi:
a) biaya pengalihan investasi; dan
b) biaya pengelolaan investasi;
2. biaya pemeliharaan tanah dan bangunan;
3. biaya penyusutan bangunan;
4. biaya manajer investasi;
5. biaya investasi lain yang meliputi:
a) biaya penitipan;
b) biaya selisih kurs; dan
c) biaya penghapusan investasi; dan
6. biaya asuransi bangunan;
BAB X
KEPESERTAAN
Bagian Kesatu
Syarat Kepesertaan
Pasal 47
(1) Setiap Pegawai yang telah terdaftar pada DAPENBI
sampai dengan disahkannya Peraturan DAPENBI ini oleh
OJK berhak menjadi Peserta sejak tanggal pengangkatan
menjadi Pegawai.
(2) Kepesertaan pada DAPENBI dimulai sejak Pegawai terdaftar
sebagai Peserta dan berakhir pada saat:
a. meninggal dunia;
b. berhenti bekerja dan telah mengalihkan haknya ke
Dana Pensiun lain; atau
c. berhenti bekerja pada usia pensiun dan mengambil hak
atas Manfaat Pensiunnya secara sekaligus.
(3) Peserta tidak dapat mengundurkan diri atau menuntut hak
dari DAPENBI apabila yang bersangkutan masih memenuhi
syarat kepesertaan sesuai Peraturan DAPENBI dan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana pensiun.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Peserta dan Pihak yang Berhak
Pasal 48
(1) Pegawai yang memiliki masa kepesertaan pada DAPENBI
paling singkat 3 (tiga) tahun berhak atas Manfaat Pensiun
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan DAPENBI.
(2) Peserta dan Pihak yang Berhak harus memenuhi kewajiban
serta menaati peraturan sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan DAPENBI.
(3) Pegawai yang menjadi Peserta wajib membayar iuran
Peserta setiap bulan.
(4) Peserta dapat menyampaikan pendapat dan saran mengenai
perkembangan portofolio investasi dan hasilnya kepada
Pendiri, Dewan Pengawas, dan/atau Pengurus.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan
Pasal 49
(1) Pendiri wajib mendaftarkan Pegawai yang memenuhi syarat
kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1) dan ayat (4), dengan mengisi formulir yang disediakan
oleh DAPENBI.
(2) Pendiri wajib melaporkan kepada DAPENBI apabila terjadi
penambahan atau pengurangan Pegawai yang menjadi
Peserta, dengan mengisi formulir yang disediakan oleh
DAPENBI.
(3) DAPENBI menerbitkan kartu sebagai tanda kepesertaan
dalam DAPENBI dan menyampaikan kepada Peserta.
Bagian Keempat
Penunjukan dan Penggantian Pihak yang Berhak
Pasal 50
Pegawai yang telah terdaftar pada DAPENBI wajib menyampaikan
daftar susunan keluarga yang dilakukan secara bersamaan
dengan pendaftaran kepesertaan, dengan mengisi formulir
yang disediakan oleh DAPENBI.
Pasal 51
(1) Dalam hal Pegawai telah menikah, susunan keluarga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 terdiri atas istri
atau suami dan Anak.
(2) Dalam hal Pegawai yang menjadi Peserta tidak mempunyai
istri atau suami dan Anak, yang berhak atas Manfaat
Pensiun, Pegawai dapat menunjuk pihak lain sebagai Pihak
yang Ditunjuk untuk menerima Manfaat Pensiun.
(3) Penunjukan Pihak yang Ditunjuk sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dinyatakan batal dan tidak berlaku
apabila Pegawai atau Mantan Pegawai yang bersangkutan
menikah dan/atau mempunyai Anak dan didaftarkan
pada DAPENBI.
(4) Apabila terdapat perubahan Pihak yang Ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. bagi Pegawai harus memberitahukan kepada Pendiri;
dan
b. bagi Mantan Pegawai yang bersangkutan harus
memberitahukan kepada DAPENBI,
Pasal 52
(1) Dalam hal istri, suami, atau Anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (1) atau Pihak yang Ditunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) yang
telah terdaftar pada DAPENBI meninggal dunia, yang
bersangkutan dihapus dari daftar susunan keluarga
Peserta dan Pihak yang Ditunjuk.
(2) Dalam hal hubungan perkawinan Peserta dengan istri atau
suami yang telah terdaftar pada DAPENBI menjadi putus,
istri atau suami tersebut dihapus dari daftar susunan
keluarga Peserta sebagai Pihak yang Berhak atas Manfaat
Pensiun sejak putusan perceraian telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Pasal 53
(1) Pegawai yang menjadi Peserta wajib melaporkan kepada
Pendiri setiap terjadi perubahan susunan keluarga, pernikahan,
perceraian, rujuk, kelahiran, kematian, alamat tempat
tinggal, dan/atau perubahan lain yang dianggap perlu,
dengan mengisi formulir yang disediakan oleh DAPENBI.
(2) Pensiunan dan Pihak yang Berhak wajib melakukan Registrasi
Ulang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
DAPENBI.
(3) Pensiunan, Mantan Pegawai, dan Pihak yang Berhak wajib
melaporkan kepada DAPENBI setiap terjadi perubahan
susunan keluarga, pernikahan, perceraian, kematian, alamat
tempat tinggal, dan/atau perubahan lain yang dianggap
perlu, dengan mengisi formulir yang disediakan oleh
DAPENBI.
Bagian Kelima
Penetapan Tanggal Lahir
Pasal 55
(1) Tanggal lahir atau usia Pegawai yang menjadi Peserta
untuk menetapkan hak atas Manfaat Pensiun, ditentukan
atas dasar tanggal lahir yang disebutkan dalam surat
pengangkatan sebagai Pegawai berdasarkan bukti yang
sah.
(2) Tanggal lahir atau usia Janda atau Duda dan/atau Anak
ditentukan atas dasar tanggal lahir yang terdaftar pada
DAPENBI berdasarkan bukti yang sah.
Bagian Keenam
Usia Pensiun
Pasal 56
(1) Usia Pensiun Normal ditetapkan 56 (lima puluh enam) tahun.
(2) Usia pensiun dipercepat ditetapkan paling singkat
46 (empat puluh enam) tahun sampai dengan sebelum
mencapai 56 (lima puluh enam) tahun.
(3) Dalam hal Pegawai masih tetap bekerja pada Pendiri
setelah mencapai Usia Pensiun Normal maka Batas Usia
Maksimum Pensiun yaitu 62 (enam puluh dua) tahun.
Bagian Ketujuh
Masa Kerja
Pasal 57
Masa Kerja yang digunakan dalam perhitungan Manfaat Pensiun
yaitu:
a. Masa Kerja Efektif;
b. masa kerja pada Dana Pensiun lain yang dananya dipindahkan
kepada DAPENBI; dan
c. masa bakti veteran yang disetujui oleh Pendiri untuk
diperhitungkan sebagai Masa Kerja.
Pasal 58
(1) Masa Kerja Efektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf a bagi:
a. penerima Manfaat Pensiun Cacat; dan
b. Pegawai yang menjadi Peserta meninggal dunia sebelum
Usia Pensiun Normal,
dihitung sampai dengan yang bersangkutan mencapai Usia
Pensiun Normal.
(2) Masa Kerja Efektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf a bagi Mantan Pegawai yang meninggal dunia
dihitung sejak yang bersangkutan menjadi Peserta sampai
dengan berhenti bekerja.
Pasal 60
(1) Pegawai yang menjadi Peserta yang berhenti bekerja dari
Pendiri dan dipekerjakan kembali oleh Pendiri dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari, masa selama tidak bekerja
tersebut diperhitungkan sebagai Masa Kerja.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku apabila Pegawai yang bersangkutan telah menerima
pembayaran Manfaat Pensiun atau mengalihkan hak atas
Pensiun Ditunda ke Dana Pensiun lain menurut Peraturan
DAPENBI, kecuali apabila hak yang telah dibayarkan atau
dialihkan tersebut dikembalikan kepada DAPENBI dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.
BAB XI
PENGHASILAN DASAR PENSIUN
Pasal 62
(1) Manfaat Pensiun dan iuran normal untuk Program Pensiun
Manfaat Pasti dihitung berdasarkan Penghasilan Dasar
Pensiun.
(2) Penghasilan Dasar Pensiun bulan Desember 2017 sama
dengan gaji pokok Pegawai pada bulan Desember 2017.
(3) Penghasilan Dasar Pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) naik sejalan dengan kenaikan gaji.
(4) Dalam hal Bank Indonesia memberikan kenaikan gaji atas
dasar:
a. perubahan tingkat kemahalan dan kinerja, untuk segmen
jabatan pimpinan dan segmen jabatan pelaksana; atau
b. perubahan tingkat kemahalan dan masa dinas, untuk
kelompok Pegawai asisten,
kenaikan Penghasilan Dasar Pensiun setiap tahun paling
tinggi sebesar 5% (lima persen) dari gaji pokok tahun
sebelumnya.
(5) Dalam hal kenaikan gaji sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) ditetapkan kurang dari 5% (lima persen) maka
kenaikan Penghasilan Dasar Pensiun berdasarkan ketetapan
dimaksud.
(6) Dalam hal Pegawai menjalani promosi, Penghasilan Dasar
Pensiun naik sebesar persentase kenaikan gaji pokok
karena promosi.
Bagian Kesatu
Besar Iuran
Pasal 63
(1) Iuran dibebankan kepada Pendiri dan Pegawai yang
menjadi Peserta.
(2) Iuran Pegawai yang menjadi Peserta ditetapkan sebesar
7% (tujuh persen) dari Penghasilan Dasar Pensiun.
(3) Besarnya iuran Pendiri ditetapkan berdasarkan perhitungan
aktuaria, yang terdiri atas iuran normal dan/atau iuran
tambahan.
Bagian Kedua
Pembayaran Iuran
Pasal 64
(1) Pendiri wajib melaporkan kepada DAPENBI apabila
terdapat perubahan Penghasilan Dasar Pensiun Pegawai
yang menjadi Peserta.
(2) Iuran Pendiri dan iuran Pegawai yang menjadi Peserta
harus dibayarkan dengan angsuran sebanyak 1 (satu) kali
setiap bulan.
(3) Pembayaran iuran dimulai sejak Pegawai terdaftar
sebagai Peserta dan berakhir pada saat Pegawai yang
bersangkutan pensiun, berhenti bekerja, Cacat, atau
meninggal dunia.
(4) Pendiri wajib menyetor seluruh iuran Pendiri dan iuran
Pegawai yang menjadi Peserta kepada DAPENBI paling
lambat setiap tanggal 15 bulan berikutnya.
Pasal 66
(1) Pembayaran iuran dapat ditangguhkan setelah mendapat
persetujuan OJK dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai dana pensiun.
(2) Pendiri bertanggung jawab atas segala iuran yang terhutang
sampai saat sebelum terjadinya penangguhan iuran.
Bagian Kesatu
Manfaat Pensiun Pegawai
Pasal 67
Pegawai yang menjadi Peserta berhak atas Manfaat Pensiun
Normal, Manfaat Pensiun Dipercepat, Manfaat Pensiun Cacat,
atau Pensiun Ditunda.
Pasal 68
(1) Pegawai yang menjadi Peserta yang pensiun pada saat
mencapai Usia Pensiun Normal atau setelahnya, berhak
atas Manfaat Pensiun Normal.
(2) Pegawai yang menjadi Peserta yang pensiun pada saat
mencapai usia pensiun dipercepat, berhak memilih:
a. Manfaat Pensiun dibayarkan oleh DAPENBI setelah
mencapai usia pensiun dipercepat;
b. Manfaat Pensiun dibayarkan oleh DAPENBI setelah
mencapai Usia Pensiun Normal;
c. Manfaat Pensiun dialihkan kepada Dana Pensiun pemberi
kerja lain; atau
d. Manfaat Pensiun dialihkan kepada Dana Pensiun lembaga
keuangan.
(3) Pegawai yang menjadi Peserta dan berhenti bekerja karena
mengalami Cacat, berhak atas Manfaat Pensiun Cacat.
(4) Pegawai yang menjadi Peserta dan berhenti bekerja setelah
memiliki masa kepesertaan paling singkat 3 (tiga) tahun
serta belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak
atas Pensiun Ditunda.
(5) Berdasarkan pilihan Pegawai yang bersangkutan, Pensiun
Ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat:
a. tetap berada di DAPENBI;
b. dialihkan ke Dana Pensiun pemberi kerja lain; atau
c. dialihkan ke Dana Pensiun lembaga keuangan,
Pasal 70
Pegawai yang menjadi Peserta dan berhenti bekerja sebelum
mencapai usia pensiun dipercepat serta memiliki masa kepesertaan
kurang dari 3 (tiga) tahun, berhak atas akumulasi iuran Pegawai
yang bersangkutan ditambah dengan bunga tertinggi dari
bunga deposito berjangka 1 (satu) tahun yang berlaku setiap
bulannya pada bank umum milik pemerintah selama periode
kepesertaannya.
Bagian Kedua
Manfaat Pensiun bagi Janda atau Duda, Anak, dan Pihak
yang Ditunjuk
Pasal 71
(1) Dalam hal Peserta meninggal dunia, Manfaat Pensiun
dibayarkan kepada Janda atau Duda.
(2) Dalam hal Peserta meninggal dunia dan tidak mempunyai
Janda atau Duda, atau Janda atau Duda meninggal dunia
atau menikah kembali, Manfaat Pensiun dibayarkan kepada
Anak sampai dengan Anak mencapai usia paling tinggi
25 (dua puluh lima) tahun.
(3) Dalam hal Pegawai yang menjadi Peserta atau Mantan
Pegawai meninggal dunia dan tidak mempunyai Janda
Bagian Ketiga
Besar Manfaat Pensiun Peserta
Pasal 72
(1) Besar Manfaat Pensiun Normal yang dibayarkan setiap
bulan bagi Peserta yang pensiun pada saat mencapai Usia
Pensiun Normal atau setelahnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (1), dihitung dengan menggunakan
rumus Manfaat Pensiun Normal:
Bagian Keempat
Besar Manfaat Pensiun bagi Janda atau Duda, Anak, dan
Pihak yang Ditunjuk
Pasal 73
(1) Besar Manfaat Pensiun bagi Janda atau Duda yang
dibayarkan untuk setiap bulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. dalam hal Pegawai yang menjadi Peserta meninggal
dunia, Janda atau Duda berhak atas Manfaat Pensiun
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
1. untuk 12 (dua belas) bulan pertama sebesar:
100% x 2,5% x Masa Kerja x
Penghasilan Dasar Pensiun
dan
2. untuk bulan ke-13 (tiga belas) dan seterusnya,
sebesar:
80% x 2,5% x Masa Kerja x
Penghasilan Dasar Pensiun
Bagian Kelima
Kenaikan Manfaat Pensiun
Pasal 74
(1) Pendiri dapat menetapkan kenaikan Manfaat Pensiun bagi
Pensiunan, Janda atau Duda, atau Anak dengan tetap
memerhatikan kondisi keuangan Pendiri.
(2) Setiap kenaikan Manfaat Pensiun dilakukan dengan mengubah
Peraturan DAPENBI yang didukung oleh laporan aktuaris.
Pasal 75
(1) Kenaikan Manfaat Pensiun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 74 ayat (1) untuk tahun 2020, tahun 2021, tahun
2022, tahun 2023, tahun 2024, dan tahun 2025 ditetapkan
sebesar 4% (empat persen) setiap tahunnya.
(2) Kenaikan Manfaat Pensiun sebesar 4% (empat persen)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
Pensiunan, Janda atau Duda, atau Anak yang tercatat
sebagai penerima Manfaat Pensiun bulanan di DAPENBI
sampai dengan tanggal 1 Januari pada tiap tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Kenaikan Manfaat Pensiun sebesar 4% (empat persen)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan mulai
bulan Januari setiap tahunnya.
(4) Kenaikan Manfaat Pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku untuk pembayaran Manfaat Pensiun
sekaligus.
Pasal 76
(1) Faktor pengurang dan Nilai Sekarang dihitung berdasarkan
asumsi aktuaria yang dipergunakan dalam laporan aktuaris
terakhir.
(2) Nilai Sekarang untuk Manfaat Pensiun yang dibayarkan
guna:
a. pembayaran sekaligus karena Peserta meninggal dunia
lebih dari 10 (sepuluh) tahun sebelum mencapai Usia
Pensiun Normal; atau
b. pengalihan hak Peserta ke Dana Pensiun pemberi kerja
lain atau Dana Pensiun lembaga keuangan lain bagi
Peserta yang berhenti bekerja lebih dari 10 (sepuluh)
tahun sebelum mencapai Usia Pensiun Normal,
dihitung berdasarkan asumsi aktuaria yang dipergunakan
dalam laporan aktuaris terakhir, kecuali proyeksi tingkat
kenaikan Penghasilan Dasar Pensiun, tingkat pengunduran
diri, dan tingkat cacat.
Bagian Ketujuh
Pembayaran Manfaat Pensiun secara Sekaligus
Pasal 77
(1) Pegawai yang menjadi Peserta dan Mantan Pegawai dapat
memilih untuk menerima pembayaran pertama Manfaat
Pensiun secara sekaligus paling banyak 20% (dua puluh
persen) dari Nilai Sekarang atas Manfaat Pensiun
sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 72 ayat (1), bagi Pegawai yang menjadi Peserta
yang pensiun pada Usia Pensiun Normal;
b. Pasal 72 ayat (2) huruf a dan huruf b, bagi Pegawai
yang menjadi Peserta yang pensiun pada usia pensiun
dipercepat;
Pasal 79
Manfaat Pensiun dapat juga dibayarkan secara sekaligus
kepada:
a. Peserta yang memenuhi kriteria:
1. berhenti bekerja setelah memiliki masa kepesertaan
paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
2. belum mencapai usia pensiun dipercepat dan Nilai
Sekarang atas hak pensiun ditunda kurang atau sama
dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
b. Pensiunan atau Pihak yang Berhak yang memenuhi kriteria:
1. dalam kondisi sakit parah dan mengalami kesulitan
keuangan yang didukung dengan dokumen yang
membuktikannya; dan/atau
Pasal 80
Pengambilan Manfaat Pensiun secara sekaligus bagi:
a. Peserta, Janda atau Duda, atau Anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3) dan ayat (4) hanya
dapat dilakukan 1 (satu) kali ketika memasuki usia pensiun;
dan
b. Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf a
hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali ketika berhenti bekerja.
Pasal 81
Dalam hal pembayaran Manfaat Pensiun kepada Pensiunan,
Janda atau Duda, atau Anak telah berakhir, dan jumlah seluruh
Manfaat Pensiun yang telah dibayarkan kurang dari jumlah
akumulasi iuran Pegawai yang menjadi Peserta beserta hasil
pengembangannya sampai pada saat dimulainya pembayaran
Manfaat Pensiun, selisih jumlah tersebut wajib dibayarkan
secara sekaligus kepada ahli waris yang sah dari Pensiunan.
Bagian Kedelapan
Mulai dan Berakhirnya Pembayaran Manfaat Pensiun
Pasal 82
(1) Pembayaran Manfaat Pensiun Normal dilakukan terhitung
sejak bulan berikutnya setelah Pegawai yang menjadi
Peserta pensiun pada Usia Pensiun Normal dan berakhir
pada bulan berikutnya setelah Pensiunan meninggal dunia.
(2) Pembayaran Manfaat Pensiun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (2) huruf a dilakukan terhitung sejak bulan
berikutnya setelah Pegawai yang menjadi Peserta pensiun
di usia pensiun dipercepat dan berakhir pada bulan
berikutnya setelah Pensiunan meninggal dunia.
Pasal 84
(1) Dalam hal Pensiunan dan Pihak yang Berhak tidak melakukan
Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
ayat (2) sampai dengan 3 (tiga) bulan setelah batas waktu
Registrasi Ulang berakhir, Pengurus berwenang untuk
melakukan Penangguhan Pembayaran Manfaat Pensiun.
(2) Dalam hal Pensiunan dan Pihak yang Berhak telah melakukan
Registrasi Ulang dan menyampaikan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan, Manfaat Pensiun dibayarkan kembali
terhitung sejak ditangguhkannya Manfaat Pensiun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 85
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 tidak berlaku
dalam hal yang bersangkutan telah menerima pembayaran
secara sekaligus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78,
Pasal 79, dan Pasal 81.
Pasal 86
(1) Pembayaran Manfaat Pensiun dilakukan secara bulanan,
kecuali pembayaran secara sekaligus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 78,
Pasal 79, dan Pasal 81.
(2) Pembayaran Manfaat Pensiun kepada Pensiunan atau
Pihak yang Berhak dilakukan dengan cara
pemindahbukuan ke rekening Pensiunan atau Pihak yang
Berhak pada bank yang ditunjuk berdasarkan ketentuan
dan syarat yang ditetapkan oleh DAPENBI.
(3) Pembayaran Manfaat Pensiun sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan setelah diterimanya bukti
pendukung sebagai berikut:
a. untuk pembayaran Manfaat Pensiun Normal dan Manfaat
Pensiun Dipercepat, terdiri atas:
1. fotokopi kartu tanda penduduk Peserta;
2. surat keputusan pemberhentian Pegawai dari Pendiri,
termasuk perubahannya; dan
3. data dan informasi kepesertaan dari Pendiri, termasuk
perubahannya;
b. untuk pembayaran Manfaat Pensiun Cacat, terdiri atas:
1. fotokopi kartu tanda penduduk Peserta;
2. surat keputusan pemberhentian Pegawai dari Pendiri,
termasuk perubahannya;
3. data dan informasi kepesertaan dari Pendiri,
termasuk perubahannya; dan
4. surat keterangan Cacat yang dikeluarkan oleh
dokter yang ditunjuk atau disetujui oleh Pendiri;
c. untuk pembayaran Manfaat Pensiun bagi Janda atau
Duda, terdiri atas:
Pasal 87
(1) Hak atas Manfaat Pensiun tidak dapat digunakan sebagai
jaminan pinjaman, dialihkan, dan disita.
(2) Semua transaksi yang mengakibatkan penyerahan,
pembebanan, pengikatan, pembayaran Manfaat Pensiun
sebelum jatuh tempo atau menjaminkan Manfaat Pensiun
yang diperoleh dari DAPENBI dinyatakan batal demi
hukum.
Bagian Kesebelas
Pajak atas Manfaat Pensiun
Pasal 88
(1) Pajak penghasilan atau pajak lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perpajakan yang
dikenakan atas pembayaran Manfaat Pensiun dibebankan
kepada DAPENBI.
(2) Pajak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebesar tarif pajak yang dikenakan bagi wajib pajak yang
memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP).
(3) Dalam hal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, penerima Manfaat Pensiun yang tidak memiliki
NPWP dikenakan tarif pajak penghasilan yang lebih tinggi
dibandingkan penerima Manfaat Pensiun yang memiliki
NPWP, selisih lebih tarif pemotongan pajak penghasilan
dibayarkan atas beban penerima Manfaat Pensiun.
(4) DAPENBI sebagai wajib pungut atas pajak penghasilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) wajib
menyetorkan langsung ke kantor pelayanan perbendaharaan
negara.
Pasal 89
(1) DAPENBI wajib memisahkan dana yang dikategorikan
sebagai dana tidak aktif.
(2) Dana tidak aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
Manfaat Pensiun yang belum dapat dibayarkan kepada
Peserta atau Pihak yang Berhak karena:
a. Peserta tidak diketahui keberadaannya; dan/atau
b. Peserta tidak memiliki pihak yang ditunjuk sebagai Pihak
yang Berhak atau memiliki namun tidak diketahui
keberadaannya.
(3) Sebelum memisahkan dana tidak aktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), DAPENBI wajib melakukan upaya untuk
membayarkan Manfaat Pensiun kepada Peserta atau Pihak
yang Berhak paling lama 1 (satu) tahun sejak Peserta
memasuki Usia Pensiun Normal.
(4) Apabila sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender sejak pemisahan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terjadi pembayaran Manfaat Pensiun,
DAPENBI wajib menyerahkan dana tidak aktif kepada
balai harta peninggalan.
(5) Penyerahan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disertai dengan:
a. berita acara penyerahan; dan
b. dokumen berupa data Peserta atau Pihak yang Berhak
dan dokumen pendukung lainnya.
Pasal 90
(1) Dalam hal terdapat Peserta atau Pihak yang Berhak atas
dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) maka
Peserta atau Pihak yang Berhak meminta pembayaran
kepada balai harta peninggalan.
(2) Permintaan pembayaran kepada balai harta peninggalan
oleh Peserta atau Pihak yang Berhak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan peraturan
BAB XV
PERUBAHAN PERATURAN DAPENBI
Pasal 91
Perubahan Peraturan DAPENBI dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai dana pensiun.
BAB XVI
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN LIKUIDASI DAPENBI
Pasal 92
(1) DAPENBI dapat dibubarkan berdasarkan permintaan Pendiri
kepada OJK.
(2) DAPENBI dapat dibubarkan apabila menurut pendapat OJK:
a. DAPENBI tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
Peserta dan/atau Pihak yang Berhak atas Manfaat
Pensiun; atau
b. dalam hal terhentinya pembayaran iuran yang dinilai
dapat membahayakan keadaan keuangan DAPENBI.
(3) Tata cara pembubaran dan penyelesaian likuidasi DAPENBI
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai dana pensiun.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 93
(1) Kepesertaan Pegawai, Mantan Pegawai, Pensiunan, dan
Pihak yang Berhak yang telah terdaftar pada DAPENBI,
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya ketentuan
kepesertaan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
DAPENBI.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 94
Pada saat Peraturan Dewan Gubernur ini mulai berlaku,
Peraturan Dewan Gubernur Nomor 21/5/PDG/2019 tanggal
25 September 2019 tentang Peraturan Dana Pensiun dari
Dana Pensiun Bank Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 95
Ketentuan mengenai kenaikan Manfaat Pensiun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 untuk tahun 2020 berlaku surut
sejak tanggal 1 Januari 2020.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2020
PERRY WARJIYO