Akurasi Berita Bencana Di Media Online
Akurasi Berita Bencana Di Media Online
indah.suryawati@budiluhur.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mendeskripsikan dan membandingkan tingkat akurasi dalam berita bencana
gempa Lombok dengan berita bencana gempa Donggala-Palu di viva.co.id dan kompas.com; kedua, untuk
mendeskripsikan dan membandingkan penggunaan narasumber dalam berita gempa Lombok dengan berita gempa
Donggala-Palu di viva.co.id dan kompas.com, dan ketiga, untuk mendeskripsikan peran viva.co.id dan kompas.com
dalam berita gempa Lombok dengan berita gempa Donggala-Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analisis isi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah berita gempa Lombok dan berita
gempa Donggala-Palu yang diberitakan viva.co.id dan kompas.com. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbe-
daan tingkat akurasi dalam teks berita bencana gempa Lombok dengan teks berita bencana gempa Donggala-Palu di
viva.co.id dan kompas.com. Dalam pemberitaan gempa Lombok, viva.co.id minim melakukan kesalahan dalam penu-
lisan ejaan (99%) dan kompas.com mengutamakan pemilihan narasumber yang relevan (98%). Sedang dalam pember-
itaan Donggala-Palu sama-sama mengutamakan unsur kesesuaian judul dengan isi berita (100 %), unsur pencantuman
waktu terjadinya peristiwa (100 %), dan unsur tidak ada kesalahan dalam penulisan ejaan (100 %). Selain itu, penelitian
ini menemukan ada sedikit perbedaan penggunaan narasumber dalam berita bencana gempa Lombok dengan berita
bencana gempa Donggala-Palu yang dilakukan oleh viva.co.id dengan kompas.com. Dengan kata lain, kedua media ini
telah berusaha menjalankan peran media massa dengan baik terkait pemberitaan bencana.
The purposes of this study are; first, to describe and compare the level of accuracy between the news of Lombok earth-
quake disaster and Donggala-Palu earthquake disaster on viva.co.id and kompas.com. Second, to describe and com-
pare the use of informants between the news of Lombok earthquake and Donggala-Palu earthquake on viva.co.id and
kompas.com. Third, to describe the role of viva.co.id and kompas.com in creating the news of Lombok earthquake and
Donggala-Palu earthquake. The research method used is the content analysis method using a quantitative approach.
The object of this research are the news of Lombok earthquake and Donggala-Palu earthquake that had been reported
by viva.co.id and kompas.com. The results of this study indicate there are differences in the level of accuracy about the
news text between Lombok earthquake disaster and Donggala-Palu earthquake disaster on viva.co.id and kompas.com.
In reporting the Lombok earthquake, viva.co.id had made a minimal mistake in spelling (99%) and kompas.com priori-
tized the selection of relevant sources (98%). While in reporting about Donggala-Palu both prioritized the element of
appropriateness of the title with the content of the news (100%), the element of inclusion of time of the event (100%),
and the element of no error in writing the spelling (100%). In addition, this study found that there was a slight differ-
ence in the use of informants in between the news of Lombok earthquake disaster and Donggala-Palu earthquake disas-
ter that conducted by viva.co.id and kompas.com. In other words, both of these media have tried to carry out the role of
mass media well related to disaster reporting.
Keywords: content analysis, accuracy, earthquake news, online media
59
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
60
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
Write For The Web: The Online Journalism berita per hari. Ini yang harus diperbaiki.
Review, menjelaskan bahwa gaya penulisan oleh Kecepatan bukan satu-satunya ukuran media
jurnalis online adalah short (ringkas) - the shorter online tersebut akan dibaca.
the better; active voice (¬menggunakan kalimat Akurasi perlu upaya secara sungguh-
aktif); strong verbs (menggunakan kata kerja yang sungguh. Meneliti atau mencek fakta seksama
kuat); contextual hyperlinking (melengkapi menuntut konsenterasi. Karenanya wartawan perlu
informasi dengan tautan yang terkait sehingga belajar untuk bisa selalu akurat dalam membuat
memungkinkan pembaca memperkaya laporan mereka. Adalah tugas utama mereka untuk
pengetahuan dan informasi pendukung); use mendapatkan fakta yang benar. Menurut Rachmat
formatting (menggunakan variasi tampilan huruf Kriyantono (2010: 248), akurasi pemberitaan, yaitu
atau kalimat) misalnya dengan menggunakan kejujuran dalam pemberitaan meliputi kesesuaian
daftar (list), header tebal, dan kutipan judul dengan isi berita, pencantuman waktu
(blockquotes); dan easy to read (mudah dibaca). terjadinya peristiwa, penggunaan data pendukung,
(Fernando, 2017). kesalahan dalam penulisan berita, faktualitas
Penelitian ini didasari oleh keprihatinan berita, dan asal berita
banyaknya media online yang mengabaikan Berdasarkan penelusuran peneliti,
prinsip-prinsip jurnalistik maupun etika jurnalistik pemberitaan bencana gempa Lombok maupun
dalam memberitakan peristiwa bencana. Salah satu bencana gempa Donggala dan Palu diberitakan
prinsip jurnalistik yang seringkali dilanggar oleh secara intensif di viva.co.id dan kompas.com.
media online adalah faktor akurasi. Penyebabnya Bahkan peristiwa gempa di tiga daerah itu menjadi
karena media online lebih mengutamakan prinsip trending topic di dua media online tersebut. Ini
kecepatan (aktualitas) dalam menyiarkan beritanya terlihat dari jumlah berita yang diproduksi mulai
dibanding mengutamakan ketelitian (akurasi). awal terjadinya bencana gempa maupun pasca
Padahal media diharapkan mampu menjalankan gempa. Adapun jumlah berita gempa Lombok
perannya sebagai penyampai informasi yang benar, yang diberitakan viva.co.id sebanyak 258 berita
lengkap dan akurat, baik ketika memberitakan dan kompas.com sebanyak 233 berita. Sedangkan
terjadinya bencana hingga dampak yang dialami jumlah berita gempa Donggala dan Palu yang
masyarakat pasca bencana. diberitakan viva.co.id sebanyak 117 berita dan
Media yang berulang kali menyajikan berita kompas.com sebanyak 183 berita.
kurang akurat, akan kehilangan reputasinya dan Menurut Eriyanto, media memberikan
kepercayaan dari audiensnya. Agar akurasi, cara perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari
paling ampuh adalah melakukan check and berbagai isu yang muncul atau mengemuka, ada
recheck. Wartawan harus beberapa kali untuk isu (peristiwa, orang) yang diberitakan dengan
menguji kebenaran setiap data dan fakta yang porsi besar, ada yang diberitakan dengan porsi
didapatnya (Zaenuddin, 2011:140). Founder dan kecil. Perbedaan perhatian (atensi) media terhadap
Chief Editor Vivanews.com, Karaniya suatu isu akan berpengaruh terhadap kognisi
Dharmasaputra mengatakan, fenomena cepat- (pengetahuan dan citra) suatu peristiwa di mata
cepatan dalam menulis berita dan mengorbankan khalayak. Isu yang diberitakan dengan porsi besar
akurasi justru harus dikurangi. Sebab hal itu akan (kerap diberitakan dan diberitakan dengan
meruntuhkan kredibilitas media online itu sendiri. mencolok) akan dinilai sebagai yang penting oleh
Oleh karena itu setiap media tetap harus khalayak. Orang cenderung mengetahui tentang
mengedepankan akurasi dan kedalaman penulisan hal-hal yang diberitakan media massa dan
berita agar pembaca tidak dijejali dengan berita menerima susunan prioritas yang diberikan oleh
sampah Di luar negeri, media online hanya media massa terhadap isu-isu yang berbeda
memproduksi sekitar 40 berita per hari. Sementara (2011:197).
di Indonesia justru bisa memproduksi 600-800
61
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
Tingginya jumlah pemberitaan yang terjadi), dan perdana menteri Jepang meninggal
dilakukan viva.co.id, dan kompas.com. terkait karena frustasi (juga tidak benar) (Randall,
bencana gempa Lombok maupun bencana gempa 1996:118).
Donggala dan Palu menunjukkan bahwa dua media Ada beberapa landasan etimologis bahwa
tersebut menganggap musibah ini sebagai jurnalisme bencana adalah genre baru jurnalistik
informasi penting yang perlu diberitakan pada yang sangat penting bagi media-media di
khalayak mereka hingga kurun waktu tertentu. Indonesia. Pertama, Indonesia secara geologis
Menurut McComb dan Shaw (dikutip dari maupun sosiologis adalah negeri yang rentan
McQuail dan Sven Windahl, 1996:104), khalayak bencana. Kedua, media massa selalu akan
tidak hanya mempelajari berita dan hal-hal lain memberitakan setiap peristiwa bencana yang
melalui media massa, tetapi juga mempelajari terjadi, bahkan menjadi headline ataupun mengisi
seberapa besar arti penting diberikan pada suatu waktu-waktu prime time. Ketiga, masyarakat
isu atau topik dari cara media massa memberikan menggantungkan pengetahuannya tentang bencana
penekanan terhadap topik tertentu. kepada informasi yang disajikan oleh media.
Tak dipungkiri bahwa fakta terkait bencana Keempat, bencana selalu diikuti ketidakpastian dan
alam selalu menarik perhatian masyarakat, karena kesimpangsiuran informasi, yang seringkali
mengandung news value yang tinggi. Di awal menyesatkan, karena itu media massa menjadi
kemunculannya, praktik jurnalisme bencana masih tumpuan informasi yang akurat (Muzayin, 2007).
menuai kritik. Sebab praktik jurnalisme bencana Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
yang dilakukan oleh media di Indonesia masih tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk
berkutat dengan unsur dramatisasi dan unsur mendeskripsikan dan membandingkan tingkat
traumatis. Media cenderung lupa menggunakan akurasi dalam teks berita bencana gempa Lombok
prinsip-prinsip jurnalisme yang baik karena dengan teks berita bencana gempa Donggala-Palu
euphoria pemberitaan yang memiliki nilai berita yang disajikan oleh viva.co.id dan kompas.com.
tinggi. Menurut Nazaruddin (2007), beberapa Kedua, untuk mendeskripsikan dan
kejadian/peristiwa/fakta mengenai jurnalisme membandingkan penggunaan narasumber dalam
bencana yang dilakukan oleh media antara lain berita bencana gempa Lombok dengan berita
mengenai dramatisasi, ambivalensi fungsi media, bencana gempa Donggala-Palu yang dilakukan
konsistensi pemberitaan di tiap fase bencana, oleh viva.co.id dan kompas.com. Dan ketiga, untuk
simplifikasi fakta, dan mengenai korban bencana. mendeskripsikan upaya viva.co.id dan
Jumlah korban bencana memang selalu kompas.com dalam memegang teguh akurasi pada
menjadi masalah bagi media yang melaporkan jurnalisme online terkait berita bencana gempa
bencana pada hari-hari pertama. Kesalahan fatal Lombok dengan berita bencana gempa Donggala-
sering terjadi sehingga banyak media yang Palu.
kemudian memilih informasi tentang jumlah
korban secara hati-hati. Kasus yang terkenal adalah METODOLOGI PENELITIAN
dalam peliputan gempa di Tokyo pada Tahun
1923. Sehari setelah bencana, koran-koran di sana Metode penelitian yang digunakan dalam
melaporkan jumlah korban meninggal mencapai penelitian ini adalah metode analisis isi (content
500.000 jiwa, dan menjadi sekitar 1 juta setelah analysis) dengan menggunakan pendekatan
tiga hari. Padahal, jumlah korban tewas setelah kuantitatif. Analisis isi kuantitatif dapat
dihitung dengan cermat oleh pihak berwenang didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah
adalah 150.000 jiwa. Pada waktu itu media juga yang ditujukan untuk mengetahui gambaran
melaporkan gempa telah menyebabkan Gunung karakteristik isi dan menarik dari isi. Analisis isi
Fuji meletus (tidak terjadi), dan pulau di Teluk ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis
Sagami hilang karena tersapu gelombang (tidak isi komunikasi yang tampak (manifest), dan
62
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat penelitian. Karena analisis ini mencari
direplikasi (Sobur, 2006:70). Eriyanto (2011:10), kecenderungan-kecenderungan yang ada dari
analisis isi adalah metode ilmiah untuk berbagai sisi berita berita viva.co.id dan
mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu kompas.com tentang terjadinya bencana gempa
fenomena dengan memanfaatkan dokumentasi Lombok dan bencana gempa Donggala-Palu, maka
(teks). analisis isi secara sadar ditujukan kepada
Analisis isi adalah teknik penelitian khusus tercapainya tujuan penelitian.
untuk melaksanakan analisis tekstual. Analisis ini
termasuk mereduksi teks menjadi unit-unit HASIL DAN PEMBAHASAN
(kalimat, ide, gambar, bab, halaman depan
majalah, dan sebagainya) dan kemudian A. Akurasi menjadi unsur penting dalam
menerapkan skema pengodean pada unit-unit pemberitaan tentang bencana
tersebut untuk membuat inferensi mengenai
komunikasi dalam teks (West and Turner, 2008: Banyak yang memahami bahwa media online
8). seringkali mengabaikan unsur akurasi dan lebih
Objek penelitian ini adalah berita gempa mengedepankan unsur kecepatan yang menjadi
Lombok dan berita gempa Donggala-Palu yang keunggulan dari jurnalisme online. Pertanyaannya
diberitakan viva.co.id dan kompas.com. Adapun adalah apakah tingginya jumlah pemberitaan yang
jumlah berita gempa Lombok yang diberitakan dilakukan viva.co.id dan kompas.com terkait peri-
viva.co.id sebanyak 258 berita dan kompas.com stiwa bencana di tiga daerah (Lombok, Donggala
sebanyak 233 berita. Sedangkan berita gempa dan Palu) diimbangi dengan tingginya tingkat
Donggala-Palu diberitakan oleh viva.co.id akurasi di setiap beritanya? Selanjutnya hal apa
sebanyak 117 berita dan kompas.com sebanyak saja yang menjadi bagian dari akurasi yang
183 berita. dikedepankan viva.co.id dan kompas.com dalam
Analisis data dalam penelitian ini melaporkan peristiwa bencana? Atau justru unsur
dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap akurasi masih sengaja dikesampingkan oleh vi-
keseluruhan isi pesan dengan standar penilaian va.co.id dan kompas.com untuk mengejar produksi
yang jelas, yakni mencocokkan indikator yang berita? Oleh karena itu, hasil penelitian yang dil-
diturunkan dari konsep objektivitas pemberitaan akukan peneliti tak lain untuk menjawab pertan-
bencana gempa Lombok dan bencana gempa yaan-pertanyaan tersebut.
Donggala-Palu dengan berita yang menjadi sampel
63
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
5. Menggunakan narasum- 20 18 24 29 6 7 14 11
ber 2 sisi
6. Menggunakan narasum- 6 5 10 12 1 1 4 3
ber banyak sisi
7. Pemilihan narasumber 107 96 81 98 87 98 119 98
yang relevan
Ketika memberitakan peristiwa gempa Lombok, Temuan penelitian yang termuat dalam
viva.co.id maupun kompas.com nyaris memiliki tabel 1 membuktikan bahwa viva.co.id maupun
kesamaan dalam menegakkan unsur akurasi. Di kompas.com sepakat mengedepankan unsur yang
mana dua media online ini, sama-sama menguta- sama dalam memberitakan gempa Donggala-Palu.
makan kesesuaian judul dengan isi berita dan pen- Bahkan dapat dikatakan, penegakan akurasi dalam
cantuman waktu terjadinya peristiwa. Yang sedikit pemberitaan gempa Donggala-Palu terlihat lebih
membedakan adalah viva.co.id terbukti minim baik dibanding ketika memberitakan gempa Lom-
melakukan kesalahan dalam penulisan ejaan. Ting- bok. Karena kedua media ini menegakkan unsur-
kat ketepatannya mencapai 99% dari 111 berita unsur akurasi yang sama dan itu mencapai 100%.
yang dijadikan sampel. Hanya 1 berita yang diang- Hal ini bisa saja terjadi karena viva.co.id maupun
gap mengandung kesalahan dalam penulisan ejaan. kompas.com menyadari sepenuhnya bahwa
Sedangkan kompas.com, mengutamakan unsur lain laporan berita bencana harus mengedepankan
terkait akurasi yaitu pemilihan narasumber yang akurasi dibanding unsur yang berkaitan dengan
relevan dan kemunculannya mencapai 98%. Ini sensasi, seperti mengedepankan penderitaan
sejalan dengan data lain dari hasil penelitian ini korban bencana atau kisah sedih yang dapat men-
yang menyebutkan, viva.co.id maupun guras air mata khalayak.
kompas.com mengutamakan Badan Meteorologi Namun ada pernyataan Kepala Bidang
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Mete-
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) se- orologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dary-
bagai narasumber utama. Saat melaporkan gempa ono di liputan6.com yang cukup menggelitik.
Lombok maupun gempa Donggala-Palu, kedua Menurut Daryono, kecepatan informasi bencana
lembaga itu selalu mengisi pemberitaan. harus lebih diutamakan seperti dalam memberikan
Bagaimana viva.co.id dan kompas.com peringatan dini tsunami, dibandingkan akurasi.
ketika memberitakan gempa Donggala-Palu? "Kecepatan dan akurasi adalah dua hal yang tidak
Apakah ada perbedaan ataukah keduanya sepakat selalu memungkinkan terpenuhi dalam waktu yang
untuk mengutamakan unsur yang sama dari bersamaan," kata Daryono. Pernyataan Daryono
akurasi? Hal yang menarik adalah viva.co.id mau- tersebut sejalan dengan pernyataan dari Kepala
pun kompas.com sama-sama mengutamakan tiga BMKG Dwikorita Karnawati yang menjelaskan
hal yaitu 1) unsur kesesuaian judul dengan isi beri- bahwa prinsip yang mengutamakan kecepatan in-
ta, 2) unsur pencantuman waktu terjadinya peristi- formasi ini menjadi pegangan lembaganya. Hal itu
wa, dan 3) unsur tidak ada kesalahan dalam penu- sesuai dengan amanah Undang-undang No 31 Ta-
lisan ejaan dalam memberitakan gempa di Dongga- hun 2009 Pasal 37, sebagaimana halnya yang dit-
la-Palu. Bahkan muatan ketiga unsur tersebut men- erapkan di negara termaju dalam mitigasi dan
capai 100%. Diikuti unsur tidak adanya kesalahan peringatan dini tsunami. Sementara untuk akurasi
dalam penulisan data dan unsur pemilihan nara- data gempa, bisa dicapai dengan proses pemuta-
sumber yang relevan. khiran sesuai perkembangan jumlah sinyal-sinyal
64
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
kegempaan yang terekam jaringan sensor gempa Media online telah menjadi sumber informasi bagi
bumi. masyarakat dewasa ini. Kehadirannya mampu
Undang-Undang No 31 Tahun 2009 ten- memberikan ragam informasi maupun berita secara
tang Meteorologi, Klimatologi dan Geofikasi Pasal cepat karena didukung kemajuan teknolog dan
37 menyebutkan, ‘’dalam hal diketahui adanya mempunyai kualitas penyajian yang memadai. Hal
kejadian ekstream meteorologi, klimatologi, dan ini dapat dipahami mengingat kebutuhan informasi
geofisika oleh petugas stasiun pengamatan, anjun- sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat
gan pertambangan lepas pantai, kapal, atau pe- penting bagi kelangsungan hidup manusia. Seb
sawat terbang yang sedang beroperasi di wilayah agaimana pepatah mengatakan, siapa yang men-
Indonesia, kejadian tersebut wajib seketika guasai informasi maka ia akan menguasai dunia.
disebarluaskan kepada pihak lain dan dilaporkan Media online dalam memproduksi infor-
kepada badan sesuai dengan ketentuan peraturan masi sangat penting untuk menyajikan informasi
perundang-undangan.’’ yang benar, akurat dan memenuhi kaidah-kaidah
Jika demikian Standar Operasional jurnalistik. Kepercayaan masyarakat terhadap
Prosedur (SOP) yang harus dilakukan oleh BMKG pemberitaan media sangat terkait dengan nilai-nilai
di lapangan sebagaimana amanat Undang-undang, yang terkandung dalam berita tersebut. Seperti per-
maka dalam hal ini pers harus rajin melakukan ver- istiwa atau fakta yang berkaitan dengan peristiwa
ifikasi data terkait bencana. Karena BMKG sendiri bencana, narasumber berita merupakan faktor pent-
mengutamakan kecepatan penyampaian informasi ing bagi tersusunnya suatu berita. Pemilihan dan
dibanding akurasi dengan tujuan agar masyarakat penggunaan narasumber berita akan mampu mem-
memiliki golden time atau waktu sangat berharga pertajam informasi yang disajikan oleh media.
untuk mengevakuasi diri secara mandiri dan me- Tentunya pemilihan dan penggunaan narasumber
nyelamatkan diri. Media yang berbasis online san- yang dipandang memiliki kredibilitaslah yang
gat memungkinkan untuk mengutamakan ke- diutamakan. Kredibilitas di sini merupakan
cepatan informasi, namun alangkah baiknya tetap seperangkat persepsi masyarakat terhadap
mengutamakan pula unsur-unsur akurasi dalam seseorang atau lembaga yang diyakini memiliki
memberitakan bencana. kemampuan, sehingga semakin dipercaya kemam-
puan orang/lembaga tersebut dibidangnya oleh
B. Pemilihan dan Penggunaan Narasumber masyarakat maka kepercayaan masyarakat ter-
dalam Berita Bencana hadap nilai berita tersebut semakin tinggi.
65
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
9. Polri 3 3 7 8 21 23 3 3
10. PMI 3 3 1 1 1 1 3 3
11. Basarnas 1 1 14 17 1 1 1 1
12. Pihak lain 7 6 3 3 11 12 2 2
Ketika memberitakan musibah gempa di Lombok Sulawesi Tengah (Sulteng) yang menjadi korban
misalnya, viva.co.id dengan kompas.com sama- bencana. Menurut pemberitaan Detik.com,
sama lebih sering mengutip keterangan dari Badan sebanyak 46 anggota Polda Sulteng masih ber-
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) status hilang pasca bencana gempa dan tsunami di
dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Palu. Polisi masih terus mencari rekan-rekannya
(BNPB). Dua media online ini meyakini bahwa yang belum jelas nasibnya tersebut. Mereka adalah
BMKG dan BNPB adalah lembaga bentukan peserta apel pengamanan event Pesona Palu No-
pemerintah yang terpercaya terkait segala informa- moni III di Lapangan Mako Ditlantas yang hancur
si mengenai bencana. Namun ada sedikit yang luluh lantak
membedakan antara viva.co.id dengan kompas, di Hal menarik lainnya juga terlihat dari
mana viva.co.id juga sering menggunakan dan kompas.com. Di mana media ini terbilang sering
memilih narasumber dari pemerintah daerah menggunakan narasumber tidak resmi yaitu war-
setempat (19%). Sedangkan kompas.com se- ga/korban bencana. Padahal ketika memberitakan
baliknya, justru media ini sering menggunakan gempa di Lombok, kompas.com minim
narasumber dari pemerintah pusat (24%). Ini menggunakan narasumber dari warga/korban
menunjukkan bahwa viva.co.id maupun bencana. Kemungkinan ini ada kaitannya dengan
kompas.com lebih mengutamakan narasumber perbedaan news value antara gempa di Lombok
resmi dibanding menggunakan narasumber orang dengan saat terjadinya gempa beserta tsunami di
yang sifatnya tidak resmi, seperti warga yang men- Donggala-Palu. Sebagaimana kita ketahui, peristi-
jadi korban bencana. wa terjadinya gempa di Palu bersamaan dengan
Sementara itu, terkait pemilihan dan akan digelarnya event daerah berskala nasional
penggunaan narasumber dalam memberitakan yaitu event Pesona Palu Nomoni III keesokan
musibah gempa di Donggala-Palu, baik viva.co.id harinya. Selain itu, sempat dikabarkan Wakil Gu-
maupun kompas.com sama-sama lebih sering bernur Sulawesi Tengah yang juga penyanyi terke-
mengutip keterangan dari BNPB dan Pemerintah nal, Pasha Ungu beserta istrinya turut menjadi
Pusat. Namun yang membedakan, viva.co.id juga korban gempa yang selamat.
lebih sering menggunakan narasumber dari Polri
(23%), sementara kompas.com lebih sering C. Peran Media dalam Peristiwa Bencana
menggunakan BMKG (21%) dan warga/korban
(27%). Peran media massa dalam memberitakan peristiwa
Ada hal menarik yang bisa dicermati lebih bencana hakekatnya telah tertuang dalam Undang-
jauh terkait hasil penelitian ini. Ada sedikit undang No 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi,
pergeseran ketika memberitakan gempa Lombok Klimatologi, dan Geofisika Pasal 34 ayat yang
dengan memberitakan gempa Donggala-Palu. Di berbunyi :
mana viva.co.id terbilang sering menggunakan 1. Lembaga penyiaran publik dan media
narasumber dari kepolisian (selain BNPB) yang massa milik pemerintah dan pemerintah
sebelumnya jarang digunakan saat memberitakan daerah harus menyediakan alokasi waktu
gempa Lombok. Kemungkinkan ini ada kaitannya atau ruang kolom setiap hari untuk me-
informasi yang menyebutkan ada anggota Polda nyebarluaskan informasi publik sesuai
66
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
67
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
jukkan bahwa kedua media ini mengalami Hindia dan Samudera Pasifik. Di perut bumi
pergeseran yang semakin baik dalam member- Indonesia terkandung ratusan sesar yang masih
itakan tentang bencana. Artinya, viva.co.id mau- aktif. Menurut, Kepala Bidang Informasi Gempa
pun kompas.com juga turut berperan sebagai Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan
penunjuk arah berbagai ketidakpastian atau Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
alternatif yang beragam yang berkembang di Daryono dalam berita di Liputan6.com
masyarakat. menyebutkan Indonesia memiliki banyak sumber
Pemberian informasi yang akurat di saat gempa, ada 295 sesar aktif.
peristiwa bencana terjadi hingga pasca bencana, Di sisi lain, tingkat kesadaran bencana
masyarakat korban bencana bisa mendapatkan masyarakat Indonesia masih rendah. Kendati
informasi yang akurat sebagai penunjuk arah apa pengetahuan mengenai bencana alam meningkat
yang harus dilakukan selanjutnya. Sementara bagi sejak peristiwa tsunami Aceh. Dan dalam
khalayak yang bukan sebagai korban bencana, praktiknya, mitigasi bencana belum menjadi
informasi yang akurat tentang segala hal yang prioritas. Beda halnya dengan Jepang yang
menyangkut peristiwa bencana hingga pasca menempatkan mitigasi bencana sebagai hal yang
bencana akan menempatkan informasi tersebut serius. Kondisi inilah yang menjadi alasan bahwa
sebagai sarana belajar untuk mengetahui berbagai lembaga penyiaran maupun media massa harus
informasi dan peristiwa yang terjadi di daerah turut andil dalam kegiatan mitigasi bencana. Di
bencana atau dengan kata lain sebagai ‘’jendela’’ mana secara simultan bersama pemerintah
untuk melihat apa yang terjadi pada masyarakat di melibatkan diri dalam upaya mendorong
daerah bencana. Sarana belajar inilah yang masyarakat Indonesia di daerah-daerah rawan
merupakan bagian dari proses mitigasi bencana. bencana agar mereka sadar terhadap bencana.
Kegiatan mitigasi atau penanggulangan Hanya dengan mitigasi bencana yang serius,
resiko bencana dituangkan dalam Undang-Undang bencana alam yang mungkin datang tidak harus
No 24 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa setiap menelan korban jiwa maupun meterial lainnya.
daerah harus melakukan penanggulangan bencana Setidaknya pemerintah dan masyarakat Indonesia
yang meliputi persiapan sebelum, sesaat dan patut belajar dari langkah-langkah yang telah
sesudah tragedi bencana. Dan media massa dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Jepang
terlibat dalam kegiatan mitigasi bencana sebagai terkait mitigasi bencana.
interkulator; tidak sekadar tempat ‘’lalu lalang’’
informasi terkait peristiwa bencana, tetapi SIMPULAN
memungkinkan terjadinya komunikasi yang
interaktif terkait upaya persiapan sebelum Terdapat perbedaan tingkat akurasi dalam teks
terjadinya tragedi bencana. berita bencana gempa Lombok dengan teks berita
Hal ini penting dilakukan mengingat bencana gempa Donggala-Palu di viva.co.id dan
Indonesia berada di wilayah Cincin Api Pasifik kompas.com. Ketika memberitakan peristiwa gem-
(Ring of Fire), gempa dan erupsi gunung berapi pa Lombok, viva.co.id minim melakukan kesala-
seakan menjadi keniscayaan bagi Indonesia. han dalam penulisan ejaan (99%), sedang
Indonesia berada di kawasan sabuk vulkanik yang kompas.com mengutamakan unsur lain yaitu pem-
memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa ilihan narasumber yang relevan (98%). Tapi ketika
Tenggara, hingga Sulawesi. Wilayah ini memiliki memberitakan peristiwa gempa Donggala-Palu,
sisi berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran viva.co.id maupun kompas.com sama-sama men-
rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. gutamakan tiga hal yaitu 1) unsur kesesuaian judul
Selain itu, Indonesia juga menjadi dengan isi berita, 2) unsur pencantuman waktu ter-
pertemuan empat lempeng tektonik. Yaitu lempeng jadinya peristiwa, dan 3) unsur tidak ada kesalahan
Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera dalam penulisan ejaan.
68
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
69
Jurnal Perspektif Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi dan Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Vol. 3 No. 2 Desember 2019
https://tekno.kompas.com/read/2012/02/24/090212
68/Akurasi.dan.Kecepatan.di.Media.
online..Penting.Mana
https://bnpb.go.id/potensi-nasional-masih-mampu-
mengatasi-bencana-lombok-tanpa-harus-
menyatakan-bencana-menyatakan-
bencana-nasional
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/29/1641
5971/begini-kronologi-gempa-dan-
tsunami-palu-donggala-yang-tewaskan-
ratusan-orang
http://lifolitan.com/hasil-survey-orang-Indonesia-
lebih-memilih media-online-dibanding-
media-cetak,
https://www.liputan6.com/news/read/4029233/bmk
g-kecepatan informasi-bencana-lebih-
penting-ketimbang-akurasi
70