TP62125
Disusun Oleh :
NANDA MAHARANI
31201700045
2021
PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM
SEMARANG
TUGAS AKHIR
TP62125
Disusun Oleh :
NANDA MAHARANI
31201700045
FAKULTAS TEKNIK
2021
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir yang berjudul
“Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalulintas Di
Jalan KH. Agus Salim Semarang”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat
menyelesaikan studi pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang. Dengan selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak. Sehingga pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, yaitu:
Penyusun menyadari bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini masih terdapat beberapa
kekurangan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Semarang,Agustus 2021
Nanda Maharani
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” QS. Ali Imran(110)
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca
Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” QS. Thaha (114)
Tugas akhir ini penyusun persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih
kepada:
Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya agar penulis
dapat mengerjakan dan meyelesaikannya
Skripsi ini saya tujukan kepada Orang Tua penyusun Lukman Santoso dan Siti Maesaroh,
dan saudara saya Nafrilia Ade Maharani yang telah banyak membantu dari segi materi dan
non materi
Bapak/Ibu Dosen semoga bekal ilmu yang diberikan menjadikan bermanfaat dikemudian
hari bagi saya dan kehidupan saya kedepannya
Kepada Rizki Aldian Destanto yang selalu mendukung saya ketika saya kehilangan
kepercayaan pada diri sendiri. Terimakasih atas kebaikan yang telah diberikan selama ini.
Untuk saya sendiri terimakasih masih selalu berproses di dalam maupun diluar yang
berkaitan dengan pendidikan untuk mencari pengalaman yang lebih banyak, dan terimakasih
atas rasa syukur yang selalu dipanjatkan atas apa-apa yang telah ditetapkan oleh sang pencipta
Allah SWT.
Nanda Maharani
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH
NIM : 31201700045
dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak
Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data,
dan dipublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap
mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari terbukti ada
pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan
hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas
Islam Sultan Agung.
(Nanda Maharani)
ABSTRAK
“Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalulintas Di
Jalan KH. Agus Salim Semarang”.
Oleh :
Nanda maharani
Kemacetan lalulintas yang ada dijalan KH.Agus Salim Semarang disebabkan oleh aktivitas
perekonomian dan keberadaan pasar Johar yang sebagai pusat perdagangan. Hal ini
menjadikan jalan KH.Agus Salim memiliki peran yang cukup penting dikarenakan sebagai
salah satu jalur lalulintas untuk menuju ke pasar Johar. Kemudian juga keberadaan pedagang
kaki lima (PKL) yang berdagang di sisi jalan menyebabkan terhambatnya sirkulasi lalulintas
yang ada. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan teknik analisis
regresi linier berganda untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima dan kemacetan
lalulintas yang ditimbulkannya. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karakterisitk PKL
didasarkan tiga aspek yaitu aspek ruang aktivitas,aspek aktivitas dan aspek pergerakan. Hasil
dari uji pengaruhnya pedagang kaki lima terhadap kemacetan lalulintas diketahui kecepatan
lalulintas 10-20km/jam,kapasitas jalan 1.419 smp/jam,derajat kejenuhan 0,77 dan tingkat
pelayanan jalan kategori D. Dari hasil Uji F,Uji T dan Uji Koefisien Determinasi menunjukan bahwa
keberadaan pedagang kaki lima memiliki pengaruh terhadap kemacetan lalulintas dari sisi pengguna jalan jika
dilihat dari aspek pergerakan konsumen dan lokasi parkir konsumen. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
adanya aktivitas kegiatan pedagang kaki lima (PKL) dapat mempengaruhi kemacetan
lalulintas.
9
2.1.3 Pola Pelayanan Pedagang Kaki Lima (PKL) .......................................................... 39
2.1.4 Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) ........................................................ 40
2.2. Transportasi................................................................................................................... 41
2.2.1 Pengertian Transportasi........................................................................................... 41
2.2.2. Sistem Transportasi ................................................................................................ 42
2.3. Jalan Perkotaan ............................................................................................................. 44
2.3.1. Karakteristik Jalan Perkotaan................................................................................. 44
2.4 Kemacetan Lalu lintas .................................................................................................... 47
2.4.1 Kapasitas Jalan ........................................................................................................ 47
2.4.2 Volume Lalu Lintas ................................................................................................ 47
2.4.3 Tingkat Pelayanan Jalan (LOS atau Level Of Service) .......................................... 48
2.4.4 Derajat Kejenuhan................................................................................................... 49
2.4.5 Aktivitas Samping Jalan atau Hambatan Samping ................................................. 49
2.3 Kesimpulan Landasan Teori .......................................................................................... 52
BAB III..................................................................................................................................... 53
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN ........................................................... 53
3.1 Letak Geografis dan Administratif Wilayah Penelitian ................................................. 53
3.2 Sejarah Lokasi Penelitian Kelurahan Purwodinatan ...................................................... 56
3.3 Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah .............................................................. 57
3.4 Kondisi Fisik Alam Kecamatan Semarang Tengah ....................................................... 57
3.5 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim ............................... 59
3.5.1 Sarana Perdagangan dan jasa .................................................................................. 60
3.5.2 Jenis Dagangan ....................................................................................................... 61
3.5.3 Sifat Berdagang ....................................................................................................... 62
3.5.4 Ruang Berdagang .................................................................................................... 63
3.5.5 Kondisi Umum Prasarana Penunjang Pedagang Kaki Lima ................................... 63
BAB IV .................................................................................................................................... 69
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM SEMARANG ................. 69
4.1 Identifikasi Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim Semarang . 69
4.2 Identifikasi Kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) 71
4.2.1 Aspek Ruang Aktifitas PKL ................................................................................... 79
4.2.2 Aspek Akifitas Pedagang kaki Lima ....................................................................... 85
4.2.3 Aspek Pergerakan Konsumen ................................................................................. 90
4.2.4 Hasil Uji Validitas................................................................................................... 92
4.2.5 Hasil Uji Reabilitas ................................................................................................. 92
4.2.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda .......................................................................... 93
10
4.3 Identifikasi Lalu lintas dan kemacetan di Jalan KH. Agus Salim Semarang ............... 102
4.4 Korelasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Terhadap Kemacetan Lalulintas ................. 114
BAB V.................................................................................................................................... 120
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 120
5.2 Rekomendasi ................................................................................................................ 121
5.2.1 Rekomendasi Untuk Masyarakat .......................................................................... 122
5.2.2 Rekomendasi Untuk Pemerintah ........................................................................... 122
5.3 Solusi Untuk Pedagang Kaki Lima Dalam Kemacetan Lalulintas .............................. 123
5.4 Kekurangan Studi ......................................................................................................... 124
5.5 Rekomendasi Studi Lanjutan ....................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 125
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 128
11
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1 Keaslian Penelitian .................................................................................................. 20
Tabel I. 2 Kebutuhan Data Primer ........................................................................................... 30
Tabel I. 3 Kebutuhan Data Sekunder ....................................................................................... 30
Tabel I. 4 Penentuan Skor Jawaban ......................................................................................... 33
Tabel I. 5 Matriks Analisis Studi ............................................................................................. 34
Tabel II. 1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima ........................................................................ 37
Tabel II. 2 Paradigma Kebijakan Pedagang Kaki Lima ........................................................... 38
Tabel II. 3 Nilai EMP tiap Jenis Kendaraan ............................................................................ 48
Tabel II. 4 Standar tingkat pelayanan jalan .............................................................................. 49
Tabel II. 5 Faktor Bobot dalam Hambatan Samping ............................................................... 50
Tabel II. 6 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan (FSC) ......................................... 50
Tabel II. 7 Parameter,Variabel dan Indikator........................................................................... 51
Tabel II. 8 Parameter,Variabel dan Indikator Temuan Studi ................................................... 52
Tabel III. 1 Tabel Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah .......................................... 57
Tabel III. 2 Jenis Pedagang Kaki Lima (PKL) ......................................................................... 61
Tabel III. 3 Tipe Unit Pedagang Kaki Lima ............................................................................ 62
Tabel III. 4 Tipe Lokasi Berdagang Peagang kaki Lima ......................................................... 63
Tabel III. 5 Kondisi Jalan Di KH. Agus Salim Semarang ....................................................... 64
Tabel III. 6 Kondisi Prasaranan Persampahan ......................................................................... 66
Tabel III. 7 Kondisi Fasilitas Pendukung Jalan ....................................................................... 66
Tabel III. 8 Kondisi Parkir Jalan KH. Agus Salim Semarang ................................................. 68
Tabel IV. 1 Kriteria Pembobotan Karakterisitik Pedagang Kaki Lima ................................... 70
Tabel IV. 2 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Pagi Hari .................................................................................................................................. 72
Tabel IV. 3 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Siang Hari ................................................................................................................................ 75
Tabel IV. 4 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Sore Hari .................................................................................................................................. 78
Tabel IV. 5 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Lokasi Berdagang PKL ................................. 80
Tabel IV. 6 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Sarana PKL ......................................... 81
Tabel IV. 7 Hasil Distribusi Frekuensi Tipe Unit PKL ........................................................... 83
Tabel IV. 8 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran PKL ............................................................... 85
Tabel IV. 9 Hasil Distribusi Frekuensi Waktu Aktivitas PKL................................................. 87
Tabel IV. 10 Hasil Distribusi Frekuensi Moda Transportasi PKL........................................... 90
Tabel IV. 11 Hasil Distribusi Frekuensi Lokasi Parkir PKL ................................................... 91
Tabel IV. 12 Uji Validitas ........................................................................................................ 92
Tabel IV. 13 Uji Reabilitas ...................................................................................................... 92
Tabel IV. 14 Kriteria Nilai Koefisiensi Korelasi ..................................................................... 94
Tabel IV. 15 Hasil Uji F........................................................................................................... 94
Tabel IV. 16 Hasil Uji T .......................................................................................................... 95
Tabel IV. 17 Uji Koefisien Determinasi .................................................................................. 97
Tabel IV. 18 Hasil Uji F........................................................................................................... 98
Tabel IV. 19 Hasil Uji T .......................................................................................................... 99
Tabel IV. 20 Uji Koefisien Determinasi ................................................................................ 101
Tabel IV. 21 Volume lalu lintas Jalan KH. Agus Salim Semarang ....................................... 103
Tabel IV. 22 Ekivalensi Mobil Penumpang) EMP ................................................................ 104
Tabel IV. 23 Jam Puncak Jalan KH. Agus Salim Semarang ................................................. 106
Tabel IV. 24 Kapasitas Jalan di KH. Agus Salim Semarang ................................................. 106
12
Tabel IV. 25 Derajat kejenuhan Jalan KH. Agus Salim Semarang ....................................... 107
Tabel IV. 26 Kecepatan Waktu Tempuh Jalan KH. Agus Salim Semarang .......................... 108
Tabel IV. 27 Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan Di Jalan KH. Agus Salim Semarang
................................................................................................................................................ 109
Tabel IV. 28 Analisa Kinerja Jalan KH. Agus Salim ............................................................ 112
Tabel IV. 29 Matriks Temuan Studi Dalam Penelitian .......................................................... 114
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah ...... 18
Gambar 1. 2 Gambar Lokasi Penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang ............................ 19
Gambar 1. 3 Diagram Kerangka Pikir..................................................................................... 25
Gambar 1. 4 Diagram Grand Teori ......................................................................................... 27
Gambar 2. 1 Pola penyebaran mengelompok Pedagang Kaki Lima (PKL) ............................ 40
Gambar 2. 2 Pola Penyebaran Memanjang Pedagang Kaki Lima (PKL) ................................ 41
Gambar 2. 3 Sistem Kelembagaan ........................................................................................... 42
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kecamatan Semarang Tengah ............................................... 53
Gambar 3. 2 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah ...... 55
Gambar 3. 3 Peta Lokasi penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang.................................... 55
Gambar 3. 4 Sarana Perdagangan dan jasa .............................................................................. 60
Gambar 3. 5 Jaringan Jalan ...................................................................................................... 63
Gambar 3. 6 Peta Jaringan Jalan KH. Agus Salim Semarang.................................................. 65
Gambar 3. 7 Jaringan Air Bersih.............................................................................................. 65
Gambar 3. 8 Kurva Grafik Waktu dan Kecepatan Akibat Aktivitas Pedagang Kaki Lima ..... 89
Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL) pada
Pagi Hari ................................................................................................................................. 72
Gambar 4. 2 Peta Kondisi Lalu Lintas Terhadap Aktivitas Perdagangan Kaki Lima (PKL) Pada
Siang Hari ................................................................................................................................ 74
Gambar 4. 3 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL) pada
Sore hari ................................................................................................................................... 77
Gambar 4. 4 Diagram Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima .............................................. 80
Gambar 4. 5 Peta Sebaran Lokasi Berdagang PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang ........ 81
Gambar 4. 6 Diagram Ukuran Sarana Aktivitas PKL .............................................................. 82
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Ukuran Sarana Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
.................................................................................................................................................. 83
Gambar 4. 8 Diagram Tipe Unit Pedagang Kaki Lima ............................................................ 84
Gambar 4. 9 Peta Sebaran Tipe Unit Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang..... 85
Gambar 4. 10 Diagram Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima ................................... 86
Gambar 4. 11 Peta Sebaran Jenis Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang .......... 87
Gambar 4. 12 Diagram Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima ............................................... 88
Gambar 4. 13 Chart Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima .................................................... 89
Gambar 4. 14 Diagram Aspek Pergerakan Konsumen ............................................................ 90
Gambar 4. 15 Diagram Lokasi parkir konsumen ..................................................................... 91
Gambar 4. 16 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Lokasi Parkir Konsumen ...... 96
Gambar 4. 17 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Moda Transportasi Konsumen
................................................................................................................................................ 100
Gambar 4. 18 Diagram Tingkat Pelayanan Jalan KH. Agus Salim ....................................... 110
Gambar 4. 19 Manajemen parkir di jalan KH. Agus Salim Semarang .................................. 112
Gambar 4. 20 Diagram Temuan Studi ................................................................................... 119
14
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kelancaran lalulintas dari sisi dalam seperti
meningkatnya produksi kendaraan,kualitas infrastruktu,kapasitas jalan dan faktor eksternal
seperti kecelakan,bencan alam,PKL,on street parking dan lainnya.dari hal tersebut ,kajian akan
mengarah pada faktor ekternal yang berupa keberadaan aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL)
(Rakasiwi, 2020)
Dalam survey yang dilakukan oleh peneliti Jalan KH. Agus Salim berfungsi sebagai jalan
lokal sekunder yang memiliki jalan bertipe 4/2 D dengan median sebagai pemisah fisik jalur
lalu lintas. Pada siang hari kondisi lalulintas di jalan KH Agus Salim dipadati oleh aktivitas
perekonomian dan beberapa hal yang menurunkan kinerja lalulintas. Salah satu halnya adalah
hambatan samping seperti kendaraan mobil dan motor yang memakirkan kendaraannya dijalan.
Hampir separuh dari badan jalan difungsikan untuk memakirkan kendaraan yang ada.
Kemudian aktivitas PKL yang berdagang di jalur pedestrian. Aktivitas berikutnya adalah
terdapat kendaraan yang memuat barang di pertokoan yang bersangkutan karena tidak memiliki
lahan parkir yang cukup,kegiatan loading barang dilakukan pada badan jalan yang ada. Hal ini
menyebabkan penumpukan aktivitas yang padat sehingga menyebabkan kemacetan lalulintas.
Kemacetan lalulintas yang ada dijalan KH.Agus Salim juga disebabkan oleh aktivitas
perekonomian dan keberadaan pasar Johar yang sebagai pusat perdagangan. Hal ini
menjadikan jalan KH.Agus Salim memiliki peran yang cukup penting dikarenakan sebagai
salah satu jalur lalulintas untuk menuju ke pasar Johar. Kemudian juga keberadaan pedagang
kaki lima (PKL) yang berdagang di sisi jalan menyebabkan terhambatnya sirkulasi lalulintas
yang ada. Terdapat juga masyarakat yang lalu lalang berjalan menyebrang dijalan ini hanya
15
sekedar lewat atau membeli barang yang tawarkan oleh PKL tersebut. Tataguna lahan tidak
mencukupi ini menyebabkan kemacetan yang cukup mengganggu pengguna lalulintas.
Dalam pemilihan sebuah lokasi dengan faktor adanya kegiatan PKL yang berjualan di
kedua sisi jalan. Kegiatan PKL ini yang menggunakan bahu jalan memberikan sebuah dampak
terganggunya sirkulasi jalan.
Tujuan dalam Tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dampak pengaruh keberadaan
aktivitas tiap jenis Pedagang Kaki Lima (PKL) terkait dengan peningkatan kepadatan lalu lintas
berdasarkan karakteristik yang dimiliki, dimana hal tersebut menyebabkan dampak jangka
panjang kemacetan lalulintas disekitarnya. Volume lalulintas yang tinggi juga menjadi salah
satu faktor dari bertambahnya beban kinerja jalan dan hambatan samping jalan. Kegiatan PKL
yang berjualan dibahu jalan inilah menjadikan faktor uama dalam kemacetan yang ada.
3. Hal apa saja yang menyebabkan kemacetan lalulintas di jl. KH. Agus Salim
Semarang?
16
1. Mengidentifikasi karakteristik kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL)
3. Menemukan solusi dalam kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan oleh keberadaan
Pedagang Kaki Lima (PKL)
1. Diri sendiri
Dimana dapat menambah wawasan mengenai keadaan pedagang kaki lima
dijalan KH. Agus Salim Semarang
2. Masyarakat
Digunakan sebagai bahan referensi dan wawasan mengenai karakteristik
pedagang kaki lima di jalan KH. Agus Salim Semarang
17
Sebelah Utara : Kecamatan Semarang Utara.
Sebelah Timur : Kecamatan Semarang Timur.
Sebelah Selatan : Kecamatan Semarang Selatan.
Sebelah barat : Kecamatan Semarang Barat.
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah di Jalan KH. Agus Salim yang
sebagai sampel kemacetan yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan dan jasa di Kota
Semarang. Peneliti mengambil salah satu sampel segmen di wilayah lokasi studi yaitu pada
segmen jalan lampu merah Hotel Metro sampai jembatan sungai Mberok (±200m) sebagai
sampel pengamatan mengenai karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL) dan identifikasi faktor
apa saja yang menyebabkan kemacetan di lokasi studi yang ada.
18
Gambar 1. 2 Gambar Lokasi Penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber: Survey Primer,2021
Penelitian yang berdasarkan fokus penelitian dimana bebarapa artikel atau jurnal
jurnal yang ada melakukan penelitian seperti menganalisis Faktor-faktor keberadaan Pedagang
Kaki Lima(PKL) dan karakteristikanya, dampak pengaruh adanya PKL, Pengaruh Hambatan
Samping Aktifitas Pasar Tradisional dan lain-lainnya.
Berikut merupakan tabel dalam keaslian penelitian yang telah di rangkum oleh peneliti
sebagai acuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
19
Kesimpulan dari keaslian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan pada penelitian “ Pengaruh Adanya Kegiatan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Jalan KH. Agus Salim Semarang ” belum pernah dilakukan. Berikut merupakan matriks
hasil dari keaslian penelitian
yang terkait
20
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
Hertasning Kota kemacetan yang ada
Makassar diakibatkan oleh perdagangan
dan jasa
4. Hendri Syamsu Pengaruh Hambatan Tugas Akhir Vol -, No - Kota Metode 1. mengetahui kinerja jalan Kinerja jalan berada pada
Samping Aktifitas Pasar dan Hal 1- Makassar,2020 deskriptif dantingkat hambatan kategori F dengan kelas
Tradisional Pa’baeng- 58 dan observasi samping beserta dapat hambatan samping yang
Baeng Terhadap arahan peningjatan kinerja tinggi. Saran dari penelitian ini
Kinerja Jalan Sultan jalan/. adalah mengoptimalkan
Alauddin, Kota penggunaan on street parkir
Makassar dan penambahan pintu masuk
pasar
5. Anna Aga Pertiwi, Pengaruh Keberadaan Rekayasa Vol 5, No 3 Kota Malang,2011 Evaluatif Untuk mengetahui apa saja Dari hasil yang ada pergerakan
Achmad Parkir Dan Pedagang Sipil dan Hal kuantitatif Pengaruh Keberadaan jalan kolonel mayoritas
Wicaksono, Kaki Lima Terhadap 161-167 dan Parkir Dan Pedagang Kaki berasal dari kantor
Mustika Anggraeni Biaya Kemacetan Dan deskriptif Lima Terhadap Biaya
Polusi Udara Di Jalan kualitatif Kemacetan Dan Polusi
Kolonel Sugiono Udara Di Jalan Kolonel
Malang Sugiono Malang
6. Mukti Taufik dan Pengaruh Keberadaan Bumi Vol 5, No 4 Kota Deskriptif Tujuan penelitian ini yaitu PKL di jalan KH Zaenal
Su Ritohardoyo Pedagang Kaki Lima Indonesia dan Hal 1- Tasikmlaya,2016 Kuantitatif menganalisis penggunaan memiliki pola linier dalam
Terhadap Lalu Lintas 12 ruang trotoar dan bahu jalan penyebarannya.dengan LOS
Di Jalan Kh Zaenal oleh kegiatan PKL serta kategori E dan tidak dapat
Mustofa, Kota pengaruh kegiatan PKL oleh menampung kapasitas jalan
Tasikmalaya kondisi arus lalu lintas di yang ada
jalan KH Zaenal Mustofa.
7. Rian Pengaruh Kemacetan JeLAST : Vol 5, No 1 Kota Kuantitatif Untuk mengetauhui Dari hasil analisis kinerja jalan
Nody,Syafaruddin Akibat Parkir Pada Jurnal PWK, dan Hal 1-9 Pontianak,2018 Pengaruh Kemacetan karena yang terjadi di Jalan Gajah
Badan Jalan Terhadap kegiatan Parkir Pada Badan Mada pada
21
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
AS dan Heri Biaya Operasional Laut, Sipil, Jalan Terhadap Biaya Minggu, 21 Mei 2017 sebesar
Azwansyah Kendaraan (Studi Kasus Tambang Operasional Kendaraan Rp 32019.231. Pada hari
Jalan Gajah Mada Pasar Senin, 22 Mei 2017 sebesar Rp
Flamboyan Pontianak) 32972,26. Pada hari Sabtu, 27
Mei 2017 dengan jumlah Rp
32392,95, Total semuanya
adalah Rp 97384,44.
8. Hetty Fadriani dan Pengaruh Pedagang Isu Teknologi Vol 14, No Kota Kausal- untuk mengetahui pengaruh Keberadaan PKL dibadan
Ahmad Iskandar Kaki Lima Di Badan 1 dan Hal 1- Bandung,2019 komparatif kegiatan PKL di badan jalan jalan membuat kecepatan
Syah Jalan Terhadap 7 oleh kecepatan kendaraan kendaraan jadi 93% dan
Kecepatan Dan dan kapasitas ruas jalan. kapasias turun sebesar 49%
Kapasitas Jalan
9. Bayu Azhari Pengaruh Pedagang Tugas Akhir Vol -, No - Kota Medan,2017 Kuantitatif Untuk mengetahui besarnya PKL yang berjualan dibadan
Kaki Lima Terhadap dan Hal 1- pengaruh PKL terhadap jalan maka didapat tingkat
Kinerja Ruas Jalan 89 kemacetan lalu lintas pada kemacetan lalu lintas yang
Aksara ruas jalan Aksara. terbesar (maksimum) per 200
m.
PKL yang di bahu jalan
mengakibakan hambaan
samping inggi.
10 Siti Hajrianti Sari Pengaruh Keberadaan Tugas Akhir Vol -, No - Kota Mixed 1. mengetauhui pengaruh Pengaruh PKL yang ada
Aktivitas Pedagang dan Hal 1- Makassar,2018 methods PKL karena ruang jalan menumbulkan penggunaan
Informal Terhadap 144 2. memiliki solusi dalam fungsi ruang milik jalan
Fungsi Ruang Milik penangan pedagang menimbulkan akivitas tinggi
Jalan Di Sepanjang Jl. informal yang menempati di ruas jalan.
Hertasning Sampai Jl. jalan Aspek pelayanan publik
Tun Abdul Razak menjadi negativ
22
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
Dan dari segi kebihjakan
tataruang menjadikan
kerugian
Sumber : Hasil Analisis penyusun,2021
23
Diagram State Of The Art
Fokus : Pedagang Kaki Lima dan Kemacetan Lalu Lintas
24
1.7 Kerangka Pikir
Studi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di Kota Semarang
dalam kasus Kemacetan Lalu lintas. Penelitian ini akan membahaas mengenai
Pengaruh Adanya Kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu
Lintas Di Jalan KH. Agus Salim Semarang. Secara diagramatis studi ini untuk
mengetahui karakteristik kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menyebabkan
kemacetan lalulintas di jalan KH. Agus Salim Semarang yang sebagai berikut
adalah :
1. Kepadatan lalulintas yang ada di jl. KH. Agus Salim Semarang disebabkan
ind
beberapa faktor salah satunya dalah keberadaan Pedagang kaki Lima (PKL)
2. Permasalahan mengenai pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan
mengganggu kelancaran lalulintas yang ada sehingga menyebabkan kemacetan
1.
Tujuan : menemukan pengaruh keberadaan tiap jenis kegiatan Pedagang Kaki Lima
Input
Sasaran :
1. Mengidentifikasi karakteristik tiap jenis kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL)
2. Menemukan faktor-faktor adanya keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dapat
mempengaruhi kinerja lalulintas di jalan KH.Agus Salim
3. Menemukan solusi dalam kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan oleh keberadaan
Pedagang Kaki Lima (PKL)
Semarang pergerakan,aspek
Tengah,Kota Metode : Deskriptif Kuantitatif ruang aktvitas
Semarang PKL dan aspek
aktivitas PKL
Kemacetan
Analisis : lalulintas
Distribusi frekuensi
Regresi linier berganda
Temuan studi
Output
Metode atau dikenal dengan “method” dimana yang secara harfiah memiliki arti
“cara”. Kemudian menurut bahasa Greeka metode atau metodik dari sebuah“metha”
dengan artian yaitu melalui dan “hodos” yang dengan arian jalan ataupun cara.
Sehingga secara garis besar metode memiliki pengertian sebagai pencapaian tujuan
tertentu dengan melalui suatu jalan atau cara.
Data yang diperoleh dalam sebuah penelitian adalah data yang empiris atau
teramati dimana mempunyai kritera yang tertentu dengan artian valid. Dengan
menunjukan derajat ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek data
yang dikumpulkan oleh seorang peneliti. Sugiyono (2016) berkata bahwa dalam
penelitian memiliki suatu tujuan dan kegunannya masingmasing. Secara umum tujuan
dibedakan menjadi tiga yaitu sebuah penemuan,pembuktian dan pegembangan.
Penemuan dalam artian data yang diperoleh merupakan data yang benar baru
dikarenakan sebelumnya idak diketahui. Lalu pembuktian adalah informasi atau
pengetahuan tertentu,sedangkan pengembangan merupakan memperinsi dan
memperluas pengetahuian yang sudah ada.
26
dan studi literatur sebagai tolak ukkur pendekatan proses analisis dan pembahasan
untuk menarik sebuh kesimpulan
Parameter : Variabel :
Grand theory: Konsep :
a. karakterisitik a. aspek
- Pedagang Pengaruh aktivitas ruang,aktivitas,pergerakan
kaki lima PKL terhaap PKL b.
- Kemacetan kemacetan lalulintas b. Faktor kapasitas,volume,DS,W,ting
lalulintas kemacetan kat pelayanan
lalulintas
Indikator :
a. lokasi,ukuran,tipe
b. jenis dan waktu
c. sarana dan lokasi
Rasionalistik d. Data survey dan MKJI
(Interpretasi)
ABSTRAK Kuesioner
EMPIRIS
Tahapan persiapan ini menjadi sebuah awal sebuah penelitian dimana semua
kebutuhan yang dipersiapkan lebih dahulu. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini
adalah dari mengidentifikasi sebuah masalah,bagaiamna menenukan sebuah lokasi
penelitian,dan melakukan sebuah kajian teori. Adapun langkah yang diperlukan untuk
proses penelitian yang ada:
27
Saat menentukan sebuah lokasi studi diperoleh bebrapa faktor berdasarkan
tingkat keterjangkaun lokasi dari seorang peneliti,kemudian permasalahan
yang akan diambil dan ketersediaan sebuah kajian. Sebuah penelitian yang
berada di wilayah yang mengalami atau terindikasi fenomena aktivitas
pedagang kaki lima yang menyebabkan kemacetan lalulintas tepatnya di jalan
KH. Agus Salim,Semarang
3. Kajian teori serta literatur
Kajian yang berkaitan dengan studi kajian hambatan samping dan kemacetan
lalulintas. Sedangkan, untuk kajian literatur yaitu membahas kajian penelitian
yang sudah ada baik dari lokasi studi maupun fokus dari penelitian yang ada
dan metode analisi yang digunakan dalam penelitian dan yang mendukung
penelitian. Sebab itu dalammengkaji sebuah penelitian diwajibkan
memperhatikan buku atau referensi journal atau literarture sebelumnya.
4. Pengumpulan data Penelitian
Untuk data dari penelitian dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder.
Kemudian melakukan analisisndata yang disesuiakan dengan kebutuhan
penelitian.Selanjutnya data sekunder yang didapat diperoleh dari kajian,atau
data yang diberikan oleh dinas yang bersangkutan dengen penelitian atau
undnag-undang yang terkait.
5. Tahapan persiapan akhir berupa tahap urutan teknis, pelaksanaan kegiatan
survey ke lapangan meliputi mengumpulkan data, teknik penglolaan data dan
penyajian data, penyusunan rancangan studi dan melakukan obsesrvasi
B. Kebutuhan Data
28
a. Data Primer
pada data ini bisa didapatkan dari mengumpulkan data secara langsung yang
sesuai dengan kondisi atau siuasi yang berada di eksisting, berikut merupakan kegiatan
peninjauan yang perlu dilakukan dalam pengumpula data primer meliputi:
29
bermanfaat sebagai memperoleh data sekunder bisa berupa kajian yang
berkenaan dengan kondisi kawasan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi atau disebut juga sebagian atau
wakil sari populasi yang dijadikan penelitian. Kemudian sampel penelitian
30
merupakan rangkaian dari sebuah populasi yang diambil dan digunakan untuk
sumber data sehingga dapat mewakili pada seluruh populasi yang ada. terdapat
penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti didalam penyusunan tugs akhir ini
adalahdengan menggunakan metode sampling jenuh. Sugiyono(2002) menjelaskan
bahwa “sampling jenuh merupakan sebuah teknik dalam menentukan sampel
apabila semua anggota populasi yang ada dipergunakan sebagai sampel.
Dalam metode sampel jenuh yang dipergunakan pada penelitian ini merupakan
non probability sampling. Menuru Sugiyono (2002) menjelaskan bahwa Non
Probability Sampling adalah sebuah teknik yang tidak memberikan sebuah peluang
ataupun sebuah kesempatan yang hasilnya sama pada setiap unsur ataupun anggota
populasi yang dipilih untuk dijadikan sampel.
Pada teknik Non Probability Sampling dengan tejnik sampling jenuh ini
dilakukan apabila populasi kecil dari, dari penelitian identifikasi pedagang kaki
lima yaitu 51 pedagang digunakan untuk menentukan sampel pada aspek
pergerakan konsumen sebagai pengguna jalan dilokasi penelitian dimana anggota
populasi ini menajdi sampel.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari sampling jenuh,dari kelebihan yang ada
teknik ini prakttis,mudah,tidak mengelurkan biaya banyak dan waktu yang
dibutuhkan tidak lama dalam mengolah paper wirte data sampel. Damun terdapat
kekurangan yaitu sampel ini tidak cocok jika populasi dengan anggota yang banyak
sehingga teknik ini hanya cocok untuk populasi yang kecil
a. Analisis Deskriptif
dalam analsis ini merupakan sebuah metode yang dapat memberi sebuah
gambaran siuasi keadaan jadi metode ini memiliki kehendak mengadakan akumulasi
dasar pada data yang berlaku. Sugiyono berpendapat bahwa sebuh penelitian yang
31
deskriptif merupakan penelitian yang didasari untuk dapat mengetahui nilai variabel,
tanpa adanya membuat sebuah komparasi atau mengkorelasikan dengan variabel yang
lainnya. Kemudian dilakukan sebuah klasifikasi terhadap jumlah responden yang ada.
total nilai jawaban yang diperoleh disusun sesuai dengan krieria penilaian pada setiap
pertanyaan yang ada.
Pada analisis ini data yang ada di variabel skoring dilakukan dengan cara
menyusun sebuah tabel distribusi yang digunakan untuk mengetahui bagaimaan
tingkat perolehan nilai pada variabel sebuah penelitian masuk pada sebuah kategori.
Untuk nilai rata-rata dimana total jawaban kuesioner dibagi dengan total pertanyaan
yang dikalikan dengan responden yang ada.
C. Skala Pengukuran
Penentuan skor jawaban pada penelitian ini akan menggunakan skor jawaban
dari 1-3 untuk mengartikan sebuah jenjang skor yang dihasilkan melalui data yang
telah didapat dengan menentukan nilai range : (Ʃskor terkecil : Ʃskor terbesar) : 3
32
Tabel I. 4 Penentuan Skor Jawaban
Range Nilai
14 – 15,7 1
15,8 – 17,4 2
17,5 – 19,1 3
Sumber : Analisis penyusun,2021
D. Uji Validitas
Pada uji validitas adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melihat
tingkat ketelitian atau kecermatan data yang didapat dengan apa yang disampaikan
oleh seorang peneliti (Sugiyono,2013). Selain itu terdapat juga validias instrumen
yang diartikan sebagai tingkat ketepatan alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur
sebuah data. Cara dalam melakukan uji validitas data dalah sebaagai berikut :
a. menjabarkan secara jelas konsep uang akan diukur
b. melakukan prngukuran pengujian skala terhadap jumlah responden yang telah
ditentukan.
c. mempersiapkan tabulasi jawaban
E. Uji Reabilitas
33
Y1= (a+b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5) dan
Keterangan :
a : Konstanta
b : koefesien regresi
Y1 : Moda transportasi
Y2 : parkir konsumen
X1 : Lokasi berdagang
X2 : ukuran sarana
X3 : tipe unit
X4 : jenis barang
X5 : waktu berdagang
34
1.9 Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan pada penyusunan laporan ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I dengan muatan latar belakanh,rumusan
masalah,tujuan,sasaran,ruang lingkup makro dan mikro dan
sistematika sebuhah pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
35
BAB II
KAJIAN TEORI
PKL diperkotaan merupakan kondisi umum yang memiliki kasus yang diperdebatkan
oleh banyak tokoh. Menurut McGee dan Yeung(1977:28) mengatakan bahwa PKL atau
hawkers adalah orang-orang yang menawarkan sebuah barang atau jasa untuk dijual di tempat
umum yang terutama di jalan-jalan dan di teotoar. Dalam Marshuhs,2013 Aktivitas Pedagang
PKL rata-rata dilakukan di ruang publik seperti bahu jalan,taman,troroar dan lainya atau di
atas drainase. Sehingga hal ini mengakibatkan permasalahan perubahan fungsi ruang publik
yang ada (Soetomo,dalam (Widjajanti, 2009))
Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL) menurut Peraturan daerah Kota Semarang
Nomor 3 Tahun 2018 merupakan pelaku penjual dimana sarana yang digunakan dapa bergerak
atau tidak dengan menggunakan sarana kota atau fasilitas sosial maupun bersifat sementara
atau menetap. Sedangkan menurut bahasa Indonesia oleh W.J.S Poerwadarmita istilah kaki
limamerupakan lanai yang diberikan atap yang digunakan untuk penghubung rumah ke rumah.
Arti yang berikunya tangga dimuka pintu atau tepi jalan. Arti yang ini tujukan bagian depan
bangunan toko yang mana pada waktu dahulu terjadi sebuah kesepakatan antara perencana kota
dimana bagian depan toko memiliki lebar harus sekitar 5 kaki dan dijalau dimana pejalan kaki
melintas. Karena tempat berjualan yang kecil itulah dinamakan pedagang kaki lima.
36
2.1.1 Karakterisitik Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kegiatan berjualan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) mempunyai bebrapa karakteristik
berbeda.. McGee dan Yeung (1977:72) menjelaskan bahwa kegiatan pedagang kaki lima
memiliki 3 aspek yang penting yaitu aspek pergerakan (flow),aspek ruang atau spasial aktivitas
PKL dan aspek aktivitas PKL, berikut ini merupakan penjelasan dari aspekyang ada :
37
Tipe Unit Pedagang kaki Lima
McGee dan Yeung(1997:81-82) menjelaskan beberapa jenis degangan pedagang kaki
lima, yang meliputi :
PKL Unprocessed dan semiprocessed : berupa bahan mentah misalnya buah dan
daging dan barang yang setengah jadi mislanya beras
PKL Prepared food : Makanan atau minuman yang sudah dimasak dapat dimakan
langsung atau dibawa pulang
PKL Non food : barang jualan yang mentah atau berupa tekstil,obat dan lainnya
PKL service : Jasa pelayanan yang ditawarkan adalah jasa peroroangan seprti tukang
membuat kunci,penjahit,reparasi dan lain-lain.
Aspek Aktivitas Waktu Akvitas Pedagang Kaki Lima
PKL McGee dan yeung,1997 menjelaskan bahwa terdapat klasisikasi durasi dalam berjualan
dengan kalsisikasi pagi siang atau sore malam sesuai dengankonsisi yang ada.
38
e. Membuat
perusahaan besar
mendistribusikan
komoditas
1. Unit PKL tidak menetap berupa sarana fisik yang mana sebuah saran ayang
mudah dibawa, dengan pola pelayanan dengan cirinya adalah bergerak dari satu
tempat ketempat yang lainnay dengan artian berkeliling biasanya berupa
gerobak,jongko/meja .pikulan atau keranjang, dan lain sebagainya.
2. Unit PKL setengah menetap memiliki ciri utama yaitu pada PKL jenis ini pada
waktu terentu biasanya menetap dan akan berpindah tempa atau bergerak ke lokasi
lainnya ketika beerjualan selesai (bisa dari pagi ke sore atau siang ke malam) dengan
saran biasanya kios beroda,kereta yang beratap
3. Unit PKL menetap dimana biasanya jenis PKL ini berjualan dengan cara
menetap di suatu tempat dengan sarana fisik berdagangnya berupa kios beroda dan
lain-lainnya.
39
2.1.4 Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL)
McGee dan Yeung,1997 menjelaskan bahwa terdapat bebrapa faktor yang dapat
mempengaruhi pola penyebaran PKL yaitu :
.Adapun pola penyebaran aktivitas PKL menurut McGee dan Yeung,1997 yang terdiri
dari:
2. Pada pola ini yati memanjang ( linier aglomeration) dimana pola ini berkaitan
dengan jaringan jalan. Pola ini terjadi dikarenakan sepanjang jalan utama ataupun
40
penghubung pola ini memiliki kesempatan yang besar untuk memperoleh
konsumen. Dengan jenis dagangan biasanya pakaian,jasa,buah,obat dan lain-lain
2.2. Transportasi
41
perpindahan sesuatu berupa orang mapun barang yang menggunakan kendaraan ketempat
satu ketempat yang lainnya.
42
Suatu pergerakan manusia ataupun barang membutuhkan moda transportasi (sarana )
dan media (prasarana tempat sebuah moda transportasi tersebut bergerak. Sistem yang ada
meliputi: sistem jaringan jalan raya,kereta api,terminal bus,bandara dan pelabuhan laut.
Keterkaitan antara sistem kegiatan dan sistem jaringan tersebut menghasilkan sebuah
pergerakan manusia dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan atau pejalan kaki. Sistem
pergerakan tersebut meliputi: sistem pergerakan yang aman,cepat,murah,nyaman,handal dan
sesuai dengan lingkungannya yang dapat diciptakan jika pergerakan tersebut diatur oleh suatu
sistem rekayasa dan menejemen lalaulintas yang baik. Dikarenakan hal tersebut permasalahan
yang sering terjadi biasanya ditimbulkan dikarenakan pemenuhan transp0ortasi lebih besar
dibanding dengan sarana transportasi yang telah disediakan prasarana tidak berjalan
sebagaimana fungsinya.
c. Sistem pergerakan lalulintas
Sistem pergerakan lalulinas akan sangat mempengaruhi sistem jaringan,kegiatan dan
pergerakan yang ada. pada perubahan di sistem kegiatan akan berpengaruh paa sistem jaringan
yang terjadi di tingka pelayanan pada sistem pergerakan yang ada. pada sistem ini pergerakan
memiliki keutamaan yang cukup penting dimana dalam mewadahi kegiatan yang ada tercipta
aktivitas yang tanpa hambatan. Dan akhiran mempengaruhi sistem aktivitas dan jaringan
dimana membentuk sebuah aksebilitas dan mobilitas
d. Sistem kelembagaan
Demi mewujudkan sisem yang terjamin,handal,tanpa hambatan,tidak mahal tapi masih
cocok dengan keadaan sekitarnya, pada sebuah sistem transportasi memiliki sistem tambahan
yang diartikan sistem kelembagaan. Dimana sistem ini mencakup
kelompok,perorangan,instansi dan lainlain.
Di Indonesia sendiri ada beberapa tata kelembagaan yang ada kaitannya dengan
transportasi yang secara umumnya sebagai berikut:
Sistem kegiatan
Sistem kegiatan ini sendiri meliputi: Bappenas, Bappeda Tingkat I dan II, Bangda,
Pemda
Sistem jaringan
Sistem jaringan ini meliputi: departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga
Sistem pergerakan
Sistem pergerakan ini meliputi : DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat. Pada sistem
kelembagaan Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda memegang peranan yang sangat penting
43
dalam menentukan sistem kegiatan melalui kebijakan baik yang berskala wilayah, regional,
maupun sektoral. Kebijakan sistem jaringan secara umum ditentukan oleh Departemen
Perhubungan baik darat, laut, maupun udara serta Departemen PU melalui Direktorat Jenderal
Bina Marga. Sistem pergerakan ditentukan oleh DLLAJ, Organda, Polantas dan masyarakat
sebagai pemakai jalan. Kebijakan yang diambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik
melalui peraturan yang secara tidak langsung juga memerlukan sistem penegakan hukum yang
baik pula. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah, swasta, dan masyarakat
berperan dalam mengatasi masalah sistem transportasi ini, terutama masalah kemacetan.
2.3. Jalan Perkotaan
Berikut ini merupakan pengertian menurut beberapa terkait dari pengertian jalan
diantaranya :
44
b. Kereb: digunakan sebagai batas adanya jalur lalulintas dan trooar dengan pengaruhnya
terhadap dampak hambatan samping pada kecepatan. Kerep yang kecil dengan kapasitas
jalan yang berada di bahu jalan.
c. Bahu: jalan disebuah perkotaan terdapat 2 kereb diseiap sisinya.penggunaan bahu
dipengaruhi oleg lebar dan konsisi permukaan yang ada.
d. Median: Median diujukan untuk meningkatkan sebuah kapasitas yang lebih baik
e. Alinyemen jalan: berupa lengkungan yang horizontas dengan jari yang kecil untuk
mengurangiu kecepatan pada arus bebas
A. Karakteristik Geometrik
a. Jalan dua lajur : Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkotaan dua-lajur dua-
arah (2/2 UD) dengan lehar jalur lalu-lintas lebih kecil dari dan sama dengan 10,5 meter.
Untuk jalan dua-arah yang lebih lebar dari 11 meter, jalan sesungguhnya selama
beroperasi pada kondisi arus tinggi sebaiknya diamati sebagai dasar pemilihan prosedur
perhitungan jalan perkotaan dua-lajur atau empat-lajur tak- terbagi. Kondisi dasar tipe
jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter
Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.
b. Jalan empat-lajur dua-arah : Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dengan
lebar jalur lalu-lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter.
a) Jalan empat-lajur terbagi (4/2 D), Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan
sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 14,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarakantara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
Median
Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
45
Tipe alinyemen datar.
b) Jalan empat-lajur tak-terbagi (4/2 UD), Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan
sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 14,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.
c. Jalan enam-lajur dua-arah terbagi : Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah
dengan lebar jalur lalu-lintas lebih dari 18 meter dan kurang dari 24 meter. Kondisi
dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 21,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
Median
Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.
d. Jalan satu-arah : Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu-arah dengan lebar jalur
lalu-lintas dari 5,0 meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari
mana kecepatan anus bebas dasar dan kapasitas ditentukan didefinisikan sebagai
berikut:
Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter
Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi
Tidak ada median
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.
46
2.3.1.2 Komposisi arus dan Pemisah arah
a. Pemisahan arah lalu-lintas: kapasitas jalan 2 arah paling tinggi pada pemisahan
arah 50 - 50, yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang
dianalisa (umumnya satu jam).
b. Komposisi lalu-lintas: Komposisi lalu-lintas mempengaruhi hubungan
kecepatan-arus jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung pada
rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu-lintas. Jika arus dan kepasitas
dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan kendaraan ringan dan
kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu-lintas.
C = Kapasitas (Smp/Jam)
CO = Kapsitas Dasar (Smp/Jam)
FCW = Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
FC SP = Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (Hanya Untuk Jalan Tak Terbagi)
FC SF = Faktor Penyesiaian Hambatan Samping Dan Bahiu Jalan
FCCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
𝑵
Q=𝑻
Keterangan :
Q = Volume (smp/jam)
47
N = Jumlah Kendaraan (smp)
T = Waktu Pengamatan (jam)
Volume lalulintas disimbolkan dengan satuan smp/jam (Qsmp). Dimana semua jenis
kendaraan yang emlintas pada ruas jalan dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang
(emp) dengan emnggunakan (emp) yang diturukan secara empiris untuk tiap tipe kendaran
𝑽
LOS = 𝑪
Dimana :
48
Tabel II. 4 Standar tingkat pelayanan jalan
LOS V/C Keterangan
A < 0.60 Dimana Arus lancar, dengan volume rendah dan kecepatan tinggi
B 0.60 – 0.70 Dengan Arus stabil,kecepatan terbatas,dan volume sesuai
D 0.80 – 0.90 Dimana Mendekati arus tidak stabil dan kecepatan rendah
𝑸
DS = 𝑪
Keterangan :
Q = Arus Lalulintas
C = Kapasitas Jalan
49
a. Pejalan kaki
b. Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti
c. Kendaraan lambat (misalnya becak, kereta kuda)
d. Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan
Berikut adalah faktor bobot dari hambatan samping:
Karna hal tersebut agar lebih mudahnya dalam menghitung dan menganalisinya tingkat
hambatan sudah dikelompokan berdasarkan 5 kelas berupa klasifikasi rendah ke tinggi untuk
frekuensi kejadian di suau jalan yang diteliti.
Tabel II. 6 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan (FSC)
Kelas Kode Jumlah berbobot Kondisi khusus
Hambatan kejadian per 200 m
Samping (SFC) per jam (dua sisi)
Sangat rendah VL < 100 Daerah permukiman; jalan samping tersedia.
Rendah L 100 - 299 Daerah permukiman; beberapa angkutan
umum dsb.
Sedang M 300 - 499 Daerah industri; beberapa toko sisi jalan.
Tinggi H 500 - 899 Daerah komersial; aktivitas sisi jalan tinggi.
Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan.
Sumber : MKJI,1997
50
Tabel II. 7 Parameter,Variabel dan Indikator
No Konsep Parameter Variabel Indikator
1. Pedagang Karakterisitk pedagang Aspek Pergerakan lokasi
Kaki Lima kaki lima (Flow) berdagang
(PKL) Aspek Ruang PKL,Ukuran
Aktivitas PKL sarana
Aspek Aktivitas aktivitas
PKL PKL,Tipe
unit PKL
jenis barang
dan dagangan
PKL dan
waktu
aktivitas
dagangan
PKL
sarana
transportasi
yang
digunakan
dan lokasi
perkir
konseumen
Paradigma kebijakan untuk Lokasi
pedagang kaki lima Struktural
(McGee dan Yeung,1997) Pengetahuan
Pola pelayanan Pedagang Unit PKL tidak menetap
kaki Lima PKL (McGee
dan Yeung,1997)
PKL setengah
menetap
Unit PKL
menetap
Pola Penyebaran Pedagang Pola penyebaran mengelompok
kaki Lima (McGee dan Focus
Yeung,1997) aglomeration
memanjang
(linier
aglomeration
2. Kemacetan Faktor-faktor kemacetan Kapasitas jalan data survey
lalulintas lalulintaas (Manual Volume lalulintas lalulintas
Kapasitas Jalan Derajat kejenuhan ketetapan
Indonesia,1997) Waktu tempuh MKJI
Tingkat pelayanan tentang
jalan Lalulintas
Sumber : Analisi Penyusun,2021
51
2.3 Kesimpulan Landasan Teori
52
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan berkaitan dengan kondisi eksisiting dan karakterisitik
wilayah lokasi penelitian Tugas Akhir dari segi wilayah makro ke wilayah mikro. Dimana
untuk wilayah makronya sendiri yaitu pada Kecamatan Semarang Tengah dan wilayah mikro
nya pada lokasi penelitian di kelurahan Purwodinatan pada penggalan jalan KH. Agus Salim
Semarang.
53
Jarak dari pusat Pemerintahan Kota Semarang + 0,5 km sedangkan dengan pusat ibu
kota Propinsi Jawa Tengah + 1,5 km. dengan kantor pusat pemerintahan terletak di
Kelurahan Miroto. Jarak kelurahan terjauh dengan Kantor Kecamatan Semarang
Tengah + 2,5 km., yakni Kantor Kelurahan Purwodinatan.
Lokasi studi pengamatan dimana jalan KH. Agus Salim secara geografis termasuk ke
dalam wilayah Kecamatan Semarang Tengah, dimana Kecamatan Semarang Tengah
termasuk dalam BWK 1 ( Bagian Wilayah Kota 1) dalam wilayah semarang. Luas
Kecamatan Semarang Tengah memiliki total seluas 604, 997 ha. Kelurahan ini secara
administratif terbagi atas 6 RW dan 35 RT, dan di dalamnya terdapat 11 kampung, yakni:
Bustaman, Bustaman Gedong, Gedong Mulyo, Kertobangsan, Petemesan, Malang,
Purwodinatan, Jurnatan, Pekojan Tengah dan Pesantren. Wilayah Perencanaan BWK I
terdiri dari Kecamatan Semarang Tengah yang mencakup 15 Kelurahan dimana jalan KH.
Agus Salim termasuk dalam Kelurahan Purwodinatan yang memiliki penduduk sebanyak
4.715 jiwa dengan luas wilayah 49, 200 ha dengan batas batas sebagai berikut :
54
Gambar 3. 2 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang
Tengah
Sumber ; Digitasi Penyusun,2021
55
Gambar diatas merupakan lokasi penelitian yang diambil pada kecamatan Semarang
Tengah tepatnya dijalan KH. Agus Salim Semarang. Dengan mengambil lokasi tersebut
sebagai sampel studi yang berhubungan dengan aktivitas PKL terhadap kemacetan lalulintas
yang ada. peneliti mengambil penggalan dari lampu merah Hotel Metro sampai dengan
perbatasan sungai Mberok. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan :
1. Lokasi tersebut sesuai dengan tema penelitian yang saya ambil yaitu studi kemacetan
lalulintas karena adanya kegiatan perekonomian yaitu keberadaan pedagang kaki lima
2. Karena terdapat kegiatan pedagang kaki lima maka peneliti memilih lokasi tersebut
dikarenakan ingin mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima yang digunakan
sebagai variabel dalam penelitian saya
3. Dari aktivitas kemacetan yang ada lokasi tersebut memiliki hambatan samping atau
aktifitas jalan yang sangat tinggi sehingga perlu untuk bisa digali lebih lanjut
mengenai faktor apa saja yang ada di lokasi penelitian yang menyebabkan kemacetan
dan digunakan sebagai bahan pembelajaran peneliti
56
Adapun warga masyarakat terdiri berbagai Etnis ada Jawa, Arab, India Pakistan dan
Cina begitu juga keyakinan berbeda beda, islam, katholik, Kristen, hindu, budha dan
Konghucu. Warga Kelurahan Purwodinatan sangat menonjol kerukunan warganya dan
umat beragamanya terbukti dengan adanya pernikahan Etnis jawa dan cina, India
Pakistan dengan Cina, Arab dengan Jawa.
a. Topografi
Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya
57
berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran
dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis
kelerengan yaitu lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan
Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang
Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan, lereng
III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan
Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan
sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan
lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali
Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir
dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman
atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan
persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan,
perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan.
Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian
besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara
0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri
atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang
disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh
dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah
mempunyai ketinggian 0,75 mdpl
b. Curah hujan
Kota Semarang memiliki iklim basah dengan rata - rata curah hujan tahunan
sebesar 2.780 mm. Meskipun demikian, curah hujan di Kota Semarang bervariasi,
karena pengaruh dari efek topografi yang ada di Kota Semarang. Kota bawah memiliki
rata - rata curah hujan tahunan sebesar 2.500 mm, sedangkan Kota atas memiliki rata
- rata curah hujan tahunan lebih tinggi sebesar 3.000 mm. Perbedaan curah hujan ini
disebabkan karena efek topografi yang menimbulkan hujan konveksi pada wilayah
Kota Semarang. Rata - rata suhu tahunan di Kota Semarang sebesar 28 °C, dengan
58
fluktuasi suhu tidak begitu signifikan dalam setahun. Suhu tertinggi yang pernah
terjadi di Kota Semarang adalah 39 °C, dan suhu terendah yang pernah terjadi adalah
18 °C. Fenomena suhu panas ini juga dikarenakan adanya fenomena urban heat
island di Kota Semarang.
c. Jenis tanah
Kota Semarang memiliki jenis tanag meliputi kelompok mediteran coklat tua,
latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromort, Grumosol
Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu
Tua. Jenis tanah di kecamatan Semarang Tengah adalah Asosiasi Aluvial Kelabu dan
Coklat kekelabuhan dengan potensi Tanaman tahunan tidak produktif
d. Penggunaan lahan
Kelurahan Purwodinatan yang memiliki luas wilayah 49, 200 ha terbagi dalam
beberapa kampung, yakni: Bustaman, Bustaman Gedong, Gedong Mulyo,
Kertobangsan, Petemesan, Malang, Purwodinatan, Jurnatan, Pekojan Tengah dan
Pesantren. Menurut Kecamatan dalan Angka Semarang Tengah dimana penggunaan
lahan di Kelurahan Purwodinatan ini pada tahun 2019 paling banyak digunakan untuk
lahan perkarangan bangunan dan halaman sekitar sebesar 45,5 ha. Kemudian
penggunaan lahan tanah kering berupa empang atau kolam sebesar 0,03 Ha.
3.5 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim
Adapun daya tarik yang ada dilokasi penelitian dimana saat menyambut bulan
Ramadhan tiba pasar Johar dijadikan sebagai pusat dugderan bagi masyarakat kota
Semarang. Tradisi menyambut bulan ramadhan ini biasanya dilakukan 1-2 minggu
sebelum ramadhan dimulai sebelum puasa. Hal ini menyebabkan pasar Johar banyak
didatangi masyarakat yang berkunjung untuk melihat beraneka ragam kegiatan. Hal
tersebut membuat banyaknya pedagang yang menjual berbagai macam kebutuhan
hingga berjualan di jalur lalulintas. Kemudian juga pada tahun 2019 lalu Presiden Joko
Widodo dengan walikota Hendi meresmikan pasar Johar sebagai heritage atau cagar
budaya hal ini akan menambah daya tarik tersendiri dan dapat menjadikan pasara johar
dari sisi ekonomi akan menghasilkan peningkatan dari kegiatan yang ada
Daya tarik yang berikutnya adalah keberadaan Alun-alun Kota Semarang yang
baru diresmikan pada tahun 2020 tahun lalu menurut website resmi dari Dinas Tata
59
Ruang Kota Semarang pada 21 januari 2020, dimana hal ini membuat banyaknya
kegiatan masyarakat menjadi bertambah. Dengan adanya keberadaan alun-alun minat
pengunjung untuk berada dilokasi sekitar Johar juga semakin bertambah karena
banyaknya aktivitas yang terjadi. Menurut walikota hendi menjelaskan bahwa
pembuatan alun-alun Kota Semarang posisi alun-alun diarahkan ke kiblat sehingga
nantinya pada saat Idul Fitri atau hari-hari besar lainnya masjid kauman Johar bisa
memakai alun-alun juga untuk solat berjamaah jika volume jamaah sangat banyak.
60
memberikan dampak kemacetan lalulintas dikarenakan posisi mereka dalam berjualan
yaita pada trotoar atau badan jalan. Kemudian para pembeli tak jarang memakirkan
kendaraan didepan area pedagang yang dihampirinya. Hal ini membuat pengurangan
fungsi jalan yang semestinya dan membuat laju kendaraan yang melintas menjadi
lambat. Setiap penjual memiliki aktivitas kegiatannya masing-masing dengan menjual
mulai dari makanan,bahan tekstil,menjual jasa dan lain-lainnya.
61
PKL service : menawarkan jasa
dengan berbagai macam keahlian
62
3.5.4 Ruang Berdagang
Ruang pedagang atau lokasi dalam berdagang emrupakan karakteristik PKl
dimana mereka sering banyak mendiami di area jalur lalulintas agar para konsumen
dapat melihat barang yang dijualnya.
Aktivitas Pedagang Kaki Lima berdasarkan jenis Kaki Lima Tipe lokasi
Jalur Hijau : keberadaan PKL yang berada di jalur hijau dimaksdukan masih
tergolong batas aman yang tidak mengganggu kemectan lalulinats.
Bahu jalan : sedangkan dibahu jalan merupakan bagian jalan yang
digunakan sebagai batas keluar jalur lalulintas
Masuk jalur lalulintas : area jalur lalulintas utama dimana kendaraan lah
yang biasanya melewati lajur yersebut jika terdapat kegiatan lainnya
menyebabkan adanya hambatan samping.
Sumber : Survey primer,2021
Kondisi jalan yang ada di lokasi studi termasuk kedalam kategori cukup baik
karena jalan sudah diperbaiki oleh pemerintah daerah. Namun demikian masih ada
bebrapa di beberapa titik jalan yang rusak ringan dan belum diperbaiki.
63
Pada survei yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan mengenai
kondisi jalan dan juga melakukan pengukuran lebar jalan lalu lintas, lebar bahu
jalan dan juga segala sesuatu yang termasuk kedalam bagian jalan tersebut.
64
Gambar 3. 6 Peta Jaringan Jalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021
65
Sumber: survey Primer,2021
C. Jaringan Persampahan
Untuk sistem persampahan yang ada di lokasi studi menggunakan tempat
sampah masing-masing yang disediakan oleh para penjual disana namun masih
ada masayarakat yang membuang sampah sembarangan hingga terjadi
penumpukan. Sehingga disana ada pihak kebersihan setiap hari yang
mengambil sampah dengan biaya 3ribu rupiah setiap harinya.
66
Penerangan jalan Digunakan untuk
menerangi jalan pada saat
malam hari untuk
menghindari kecelakaan
lalulintas diakibatkan
karena berkurangnya
penglihatan
E. Kondisi Parkir
Parkir merupakan salah satu kegiatan yang selalu dijumpai dimanapun terutama di
tempat umum. Fungsi dari parkir adalah tempat pemberhentian suatu kendaraan dalam
melakukan kunjungan atau lainnya. Pada lokasi penelitian yang ada parkir di jalan
67
KH. Agus Salim sangat banyak dijumpai dengan adanya parkir di bahu jalan hingga
masuk di jalur lalulintas.
68
BAB IV
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM SEMARANG
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai analisis pengaruh adannya kegiatan
pedagang kaki lima (PKL) terhadap kemacetan lalulintas dijalan KH.Agus Salim Semarang
yang berlokasi di kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah. Kegiatan pedagang
kaki lima ini menyebabkan terjadinya kemacetan lalulintas dengan tingkat tundaan yang
berbeda-beda disetiap waktunya. Sehingga peneliti akan melakukan pengamatan untuk melihat
seberapa lama jarak tempuh lalulintas yang dicapai dan mengidentifikasi masalah lainnya yang
berhubungan dengan PKL dan keadaan lalulintas.
Pada sub bab pertama akan membahas mengenai Identifikasi Kondisi Lalu Lintas
karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan melakukan pengamatan lapangan.
Kemudian pada sub bab ke dua akan membahas mengenai identifikasi lalulintas berupa kondisi
jalan dan melakukan pengamatan serta perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kegiatan lalulintas yang dihasilkan pada ruas jalan yang dijadikan sebagai penelitian.
Kemudian pada sub bab ke tiga melakukan identifikasi pada pedagang kaki lima dengan
melakukan pengamatan serta perhitungan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
teknik analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya PKL terhadap kemacetan
lalulintas yang ada. dan pada subab ke empat merupakan hasil dari korelasi yang disebabkan
kegiatan PKL terhadap kemacetan lalulintas.
4.1 Identifikasi Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim Semarang
Sebelum melakukan identifikasi lebih lanjut peneliti akan menjelaskan mengenai posisi
pedagang kaki lima terhadap ruang jalan yang digunakan di lokasi penelitian. Pada jalan KH.
Agus Salim PKL menempati bahu jalan di kedua lajur yang ada. Hal ini menyebabkan
terganggunya sirkulasi lalulintas dan perubahan fungsi bahu jalan sebagai bagian dari tepi jalan
yang digunakan untuk kendaraan yang mengalami kerusakan atau keadaan darurat seperti
ambulans,pemadam kebakaran dan lain-lainnya menjadi aktivitas ekonomi. Karena hal
tersebut peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh keberadaan pedagang kaki lima yang
menyebabkan kemacetan lalulintas dengan melakukan beberapa tahapan analisa untuk
menentukan nilai dan skor yang nantinya digunakan untuk mengetahui seberapa besarkah
pengaruh keberadaan PKL terhadap kemacetan lalulintas tersebut.
69
Dalam identifikasi karakteristik pedagang kaki lima atau PKL di jalan KH. Agus Salim
Semarang,Pada pembobottan analisis ini dimana untuk menentukan jumlah kelas yang
didasarkan oleh variabel yang ambil yaitu variabel aspek ruang aktivitas PKL,aspek aktivitas
PKL dan aspek pergerakan konsumen dengan menggunakan rumus Sturges dimana :
= 1 + 3,322 log 3
= 1 + 3,322 (0,48)
=3
Untuk analisis pembobotan dilakukan dengan melihat kondisi lapangan dengan melihat
kriteria penelitian yang disusun berdasarkan pada kajian teori yang ada. Kriteria yang
digunakan dalam melakukan analisis pembobotan atau scoring ini untuk menentukan
karakteristik PKL yang paling mempengaruhi sirkulasi lalulintas di sepanjang jalan KH. Agus
Salim Semarang.
Nilai
Variabel Indikator 1 2 3
Aspek Ruang Lokasi berdagang Jalur hijau Bahu jalan Bahu jalan sampai
Aktivitas PKL masuk jalur lalulintas
PKL
Ukuran sarana < 1m2 1-3 m2 > 3m2
aktivitas PKL
Tipe unit PKL Mobile Semistatic Static
Aspek Jenis barang dan Jasa Non Makanan Makanan
aktivitas PKL dagangan PKL
Waktu aktivitas 07.00 – 11.00 09.00 – 17.00 12.00 – 22.00
PKL
Aspek Sarana transportasi Sepeda Sepeda motor Mobil
pergerakan yang digunakan
konsumen konsumen
Lokasi parkir Halaman ruko Bahu jalan Jalur lalulintas
konsumen
Sumber : Hasil Analisi Penyusun,2021
Kriteria pembobotan ini dlakukan untuk melihat besar tingkat pengaruhnya keberadaan
PKL terhadap kemacetan lalu lintas di jalan KH. Agus Salim Semarang.pada variabel; aspek
ruang aktivitas PKL terdapat beberapa indikator yaitu lokasi berdagang dibagi menjadi 3 titik
yaitu jslur hijau,bahujalan dan jalur lalulintas. Kemudian untuk ukuran sarana aktivitas PKL
70
dibagi menjadi beberapa ukuran yatu 1 m2, 1-3 meter m2 dan 3 meter. Indikator berikutnya
berdasarkan tipe unit PKL dimana para pedagan meemiliki beberapa ciri dalam menggelar
dagangannya berupa mobile atau dapat berpindah dan meninggalkan lokasi,semistatic dimana
pedagang menggelar dagangannya dengan separuh kerangka dagangan tetap tertinggal dilokasi
berdagang dan static dimana pedagang itu menetap sehingga dengan skor 3.
Dilihat dari aspek aktivitas PKL yang berupa jenis barang dagangan PKL berupa
jasa,non food dan food, kategori ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mac Gee and
Yeung.1993 dimana jenis dagangan dapat mempengaruhi suatu hal. Kemudian dari waktu
aktivitas PKL dibagi menjadi bebrapa waktu dengan skor paling tinggi dengan durasi lebih dari
10 jam dan durasi 1-8 jam tergalong dalam aktivitas PKL Selanjutnya dilihat dari variabel
aspek pergerakan konsumen dengan indikator sarana transportasi yang digunakan konsumen
dengan bebrapa kriteria dimana sepeda,sepeda motor dan mobil. Kemudian dari indikator
lokasi parkir dan moda transportasi konsumen
4.2 Identifikasi Kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pada lokasi penelitian,berlangsungnya kegiatan yang terjadi berdasarkan kondisi yang
ada yaitu aktifitas pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan dan pedestrian. Berikut
ini merupakam hasil dari analisis dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mengenai
kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL).
71
Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL)
pada Pagi Hari
Aktivitas yang terjadi pada pagi hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) belum terlalu
mendominasi dikarenakan para pedagang hanya beberapa yang sudah bergelaran jualan atau
mempersiapkan dagangannya yang berupa makanan cepat saji atau barang-barang lainnya.
Pada pagi hari,peneliti melakukan percobaan seberapa lama tundaan perjalanan yang terjadi
pada ruas jalan yang dijadikan lokasi penelitian pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah
pertama yaitu dimulai dari Sungai Mberok menuju lampu merah pada alun-alun Kota
Semarang memerlukan waktu tempuh sebesar 45.31 detik dengan rata-rata kecepatan 20-25
Km/jam jika menggunakan kendaaran beroda dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari
lampu merah Hotel Metro menuju sungai Mberok memerlukan waktu tempuh 42.86 detik
dengan rata-rata kecepatan 20-25 km/jam.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas pedagang kaki lima terhadap kondisi lalulintas pada
Pagi hari sudah dipengaruhi oleh kegiatan pedagang kaki lima diberbagai titik bahu jalan.
Bangkitan lalulintas yang terjadi pada pagi hari dimana masyarakat yang bekerja dan melewati
lokasi jalan tersebut masih dapat ditampung oleh kapasitas jalan yang ada. Sehingga dalam
artian bahwa pada pagi hari aktivitas pedagang kaki lima yang berada dibahu jalan masih dapat
ditolelir keberadaannya.
Tabel IV. 2 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Pagi Hari
Jenis Keterangan Gambar
aktivitas penjual PKL yang
menggelar dagangannya
berupa non food yaitu menjual
pot tanaman
72
aktivitas penjual PKL yang
menggelar dagangannya
berupa unprocessed food yaitu
Kegiatan PKL pada Pagi hari buah-buahan
73
Gambar 4. 2 Peta Kondisi Lalu Lintas Terhadap Aktivitas Perdagangan Kaki Lima
(PKL) Pada Siang Hari
Aktivitas yang terjadi pada siang hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah padat dan
para pedagang sudah bergelaran jualan dagangannya yang berupa makanan cepat
saji,tekstil,cermin,buah-buahan,alat-alat dapur atau barang-barang lainnya. Kemduian ada
aktifitas hambatan samping lainnya berupa kendaraan yang parkir di bahu jalan pada asing-
masing dikedua arah lokasi penelitian yang ada. Pada siang hari,peneliti melakukan percobaan
seberapa lama tundaan perjalanan yang terjadi pada ruas jalan yang dijadikan lokasi penelitian
pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah pertama yaitu dimulai dari Sungai Mberok
menuju lampu merah pada alun-alun Kota Semarang memerlukan waktu tempuh sebesar 3
menit 26 detik dengan rata-rata kecepatan 5-10 km/jam jika menggunakan kendaraan beroda
dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari lampu merah Hotel Metro menuju sungai
Mberok memerlukan waktu tempuh 2 menit 26 detik dengan rata-rata kecepatan 5-15 km/jam.
Kemudian juga terdapat aktivitas perbaikan jalan yang berada di depan Alun-alun Kota
Semarang yang menimbulkan hambatan lalulintas yang ada.
74
Kegiatan pedagang kaki lima pada siang hari menjadikan aktivitas jalan menjadi
bertambah. Hal ini terlihat dari tabel dibawah bahwa aktivitas pedagang kaki lima sudah
dipadati oleh berbagai kegiatan dimulai dari konsumen yang memakirkan kendaraanya di jalur
lalulintas sampai lapak pedagang kaki lima yang berjejer di bahu jalan. Berkenaan dengan jam
puncak lalulintas pada siang hari aktivitas ini mengakibatkan bertambahnya beban kerja bahu
jalan menjadi bertambah. Karena hal tersebut juga membuat arus lalulintas dan volume
lalulintas menjadi tidak stabil. Mengapa demikian dikarenakan jalur lalulintas yang digunakan
untuk kendaraan ruangnya ditempati oleh parkir konsumen yang membeli produk jualan para
PKL yang memakirkan kendaraan pada jalur lalulintas atau badan jalan tersebut.
Tabel IV. 3 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Siang Hari
75
Kumpulan PKL yang
menjual berbagai macam
jenis dagangannya
76
Gambar 4. 3 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL)
pada Sore hari
Aktivitas yang terjadi pada sore hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah padat dan
para pedagang sudah bergelaran jualan dagangannya yang berupa makanan cepat
saji,tekstil,cermin,buah-buahan,alat-alat dapur atau barang-barang lainnya. Pada sore
hari,peneliti melakukan percobaan seberapa lama tundaan perjalanan yang erjadi di segmen
jalan yang dijadikan lokasi sudi pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah pertama yaitu
dimulai dari Sungai Mberok menuju lampu merah pada alun-alun Kota Semarang memerlukan
waktu tempuh sebesar 3 menit 3 detik dengan rata-rata kecepatan 5-10 km/jam jika
menggunakan kendaraan beroda dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari lampu merah
Hotel Metro menuju sungai Mberok memerlukan waktu tempuh 1 menit 13 detik dengan rata-
rata kecepatan 5-20 km/jam.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi lalulintas pada sore hari yang berkenaan dengan tarikan
pengguna jalan yang pulang dari bekerja membuat volume dan kapasitas jalan yang ada
menjadi bertambah. Karena banyaknya aktivitas pada hambatan samping jalan mengakibatkan
jarak waktu tempuh menjadi rendah. Beban lalulintas yang tinggi mengakibatkan tingkat
pelayanan jalan menjadi terganggu.
77
Tabel IV. 4 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Sore Hari
78
aktivitas penjual PKL yang
menjual dagangannya
berupa unprocessed food
yaitu menjual makanan
cepat saji
Dari hasil frekuensi mengenai kegiatan Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim
Semarang. Dari data tersebut peneliti mengidentifikasi ada 51 PKL yang berjualan di lokasi
tersebut. Jenis pedagang kaki lima memiliki karakterisitik yang berbeda-beda. Sehingga dalam
penelitian kali ini peneliti menyusun 7 indikator dalam menentukan tipe karakterisitik PKL di
lokasi penelitian. Untuk penjelasan lebih lanjutnya peneliti menjelaskan hasil identifikasi
karakteristik sub bab selanjutnya.
4.2.1 Aspek Ruang Aktifitas PKL
A. Lokasi Berdagang
Lokasi berdagang para pedagang kaki lima atau PKL lebih banyak menempati ruang
dibahu jalan, hal tersebut dilakukan karena ruang yang dapat digunakan untuk berjualan. Rata
– rata para pedagang memilih lokasi tersebut dikarenakan dekat dengan jalan dan menjadikan
lokasi yang strategis bagi konsumen yang mampir untuk membeli dagangan atau sekedar
melihat-lihat. Alih-alih memanfaatkan ruang dibahu jalan para pedagang menghiraukan
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Hal ini terjadi karena kegiatan PKL yang
79
mengambil lokasi dibahu jalan mengakibatkan aktivitas ruang jalan menjadi berkurang yang
seharusnya menjadi 4/2D salah satu lajur menjadi terganggu sirkulasi lalulintasnya.
Lokasi Berdagang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bahu Jalan 51 100,0 100,0 100,0
Dari data distribusi frekuensi terkait keberadaan lokasi kegiatan Pedagang Kaki Lima
berada di bahu jalan, dikarenakan menurut pedagang disitulah para konsumen dapat dengan
mudah melihat aktivitas dagangan mereka dan dengan mudah untuk membeli dikarenakan
dekat dengan jalur lalulintas.
Dari hasil yang diperoleh penggunaan lokasi yang paling banyak terdapat dibahu jalan
dan penggunaan paling sedikit berada di jalur hijau atau jalur aman digunakan oleh jasa
reparasi. Untuk penggunaan lokasi di bahu jalan didominasi oleh pedagang kaki lima berupa
penjual makanan dan non makanan dan service semuanya berada di bahu jalan saat berjualan
dengan presentasi 100%
80
Gambar 4. 5 Peta Sebaran Lokasi Berdagang PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021
Ukuran Sarana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2
Valid <1 m 1 2,0 2,0 2,0
1 - 3 m2 39 76,5 76,5 78,4
> 3 m2 11 21,6 21,6 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
81
Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa ukuran sarana pedagang kaki lima paling banyak
sebesar 1-3 m2 hal ini berkaitan dengan barang yang dijual seberapa besar kebutuhan barang
dagangan dengan sarana yang digunakan. Diketahui jika sarana berdagang semakin lebar maka
tingkat pengaruh pedagang kaki lima semakin tinggi. Hal ini dikarenakan sarana yang lebar
mengakibatkan ruang yang digunakan semakin bertambah. Dan bertambahnya ruang
tersebutlah yang menjadikan salah satu faktor dari terganggunya sirkulasi lalulintas. Karena
jika aktivitas hambatan samping jalan semakin tinggi maka arus lalulintas kendaraan semakin
terganggu
1 - 3 meter
78%
Dari hasil diagram diatas bahawa ukuran sarana aktivitas Pedagang Kaki Lima sangat
lah bervariasi. Namun ukuran sarana paling banyak yang digunakan oleh pedagang kaki lima
yaitu 1-3 meter dengan presentase sebesar 78% dengan berbagai macam jenis dagangan.
Kemudian yang ke dua presentase sebesar 20% berupa sarana dagangan PKL dengan lebar
dari 3 meter yang mendominasi selanjutnya dan yang terakhir sarana dengan lebar 1 meter
berupa 2% dengan lebar – meter saja.
82
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Ukuran Sarana Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim
Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021
Tipe Unit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mobile 21 41,2 41,2 41,2
Semi Static 25 49,0 49,0 90,2
Static 5 9,8 9,8 100,0
Total 51 100,0 100,0
83
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Dari hasil analisis frekuensi di atas pedagang kaki lima dengan tipe unit semi static lebih
banyak dan tipe unit mobile berada di posisi ke dua,sedangkan tipe unit static berada pada
kategori terendah. Dengan tipe unit paling banyak berupa semistatic dan mobile yang ada ini
aktivitas pedagang kaki lima yang berjualan dibahu jalan dikarenakan kondisi yang kurang
memadai. Sehingga para pedagang setiap harinya harus melakukan pembongkaran
dagangannya dan memindahkan karena faktor keterbatasan ruang tempat berdagang.
8%
43% Mobile
49% Semistatic
Static
84
Gambar 4. 9 Peta Sebaran Tipe Unit Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim
Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021
Jenis barang dagangan merupakan jenis dagangan yang dijual oleh PKL berupa PKL
Unprocessed Food & semiprocessed Food seperti Bahan mentah makanan seperti daging,buah
dan sayuran. Selian itu juga berupa barang-barang setengah jadi seperti beras , kemudian
prepared food seperti Makanan atau minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di
tempat maupun dibawa pulang, Non Food seperti barang dagangan yang tidak berupa makanan
contohnya tekstil, obat-obatan dan lain-lainnya dan service seperti Jasa pelayanan yang
diperdagangkan adalah jasa peroroangan seprti tukang membuat kunci,penjahit,reparasi dan
lain-lain.
Jenis Barang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jasa 2 3,9 3,9 3,9
Non Makanan 24 47,1 47,1 51,0
Makanan 25 49,0 49,0 100,0
85
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Hasil tabel diatas menunjukan bahwa jenis dagangan paling banyak adalah makanan dan
yang kedua adalah non makanan. Dapat diartikan bahwa keberadaan pedagang kaki lima
dengan jenis dagangan makanan dapat mempengaruhi kinerja lalulintas karena durasi
konsumen dalam membeli dagangan mereka lebih lama dibandingkan pedagang kaki lima yang
menjual barang non makanan. Karena dalam membeli makanan penjual diharuskan untuk
mengolahnya dengan ditambah antrian dari konsumen,kemudian jika konsumen makan atau
minum di lokasi berdagang akan menambah durasi dari lamanya pelayanan yang ada. Hal ini
lah yang menyebabkan salah satu faktor terjadinya penumpukan pelayanan pedagang kaki lima
yang dapat mempengaruhi kinerja lalulintas. Sedangkan pedagang non makanan akan
membutuhkan durasi lebih sedikit dikarenakan konsumen dalam membeli dagangannya
aktivitas yang ada hanyalah tawar menawar saja.
Service
4%
Non Makanan
Makanan 49%
47%
Di atas merupakan diagram presentasi pedagang kaki lima yang ada dilokasi studi
dimana pada diagram tersebut posisi terbanyak ditempati oleh pedagang makanan cepat
saji,semiprossed atau unprocessed food dengan presentasi sebesar 49%,non makanan seperti
menjual tekstil,karpet,plastik dan lain-lainnya dengan presentase 47%. Dan yang terakhir
paling sedikit adalah jasa atau servicedimana disana terdapat PKL yang menjual jasa seperti
jasa reparasi jam dan reparasi perhiasan sebanyak 4% saja.
86
Gambar 4. 11 Peta Sebaran Jenis Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021
Waktu aktivitas pedagang kaki lima memiliki durasi yang berbeda-beda dimana hal
tersebut dapat menjadikan seberapa banyak kegiatan pedagang kaki lima tersebut dilakukan
setiap hari rata0-atanya, hal ini digunakan untuk melihat seberapa besarkah pengaruhnya lama
waktu berjualan dengan kondisi lalulintas dilokasi studi. Pada lokasi penelitian yang ada
peneliti mengklasifikasikan durasi berjualan menjadi 3 klasifikasi dengan durasi 5 jam perhari
dimulai dari jam 07.00 pagi – 12.00 Siang, kemudian durasi berdagang semala 8 jam perhari
dari jam 09.00 pagi – 17.00 Sore dan klasifikasi yang terakhir adalah durasi selama 10 jam
lamanya dari mulai jam 12.00 sampai 22.00 Malam. Sehingga dapat dilihat dari hasil distribusi
frekuensi yang ada bahwa :
Waktu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 07.00 - 12.00 jam 1 2,0 2,0 2,0
09.00 - 17.00 jam 49 96,1 96,1 98,0
87
12.00 - 22.00 jam 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Dilihat dari waktu atau lamanya pedagang kaki lima berjualan terlihat bahwa banyaknya
pedagang kaki lima dilokasi studi lamanya berdagang dengan durasi 8jam perhari. Hal tersebut
berkaitan dengan jam puncak rata-rata lalulintas dilokasi studi yang terjadi pada siang hari dan
sore hari. Aktivitas yang padat dengan banyaknya ruang yang digunakan mengakibatkan
tingginya dampak dari kemacetan lalulintas. Mengapa demikian dikarenakan aktivitas PKL
pada puncak siang hari berkenaan dengan jam puncak padatnya lalulintas pada siang hari.
Kemudian sampai sore hari aktivitas PKL masih berlanjut dimana para pengguna jalan yang
melewati lokasi tersebut pulang dari bekerja. Dapat diartikan bahwa durasi lamanya berjualan
PKL di lokasi studi berkaitan dengan bangkitan dan tarikan kegiatan lalulintas yang ada karena
berkenaan dengan jam-jam sibuk volume lalulintas mengakibatkan beban kerja lalulintas
menjadi bertambah.
2%
2%
1 - 6 jam
6 - 10 jam
> 6 jam
96%
Hasil diatas merupakan durasi rata-rata berjualan dimana paling banyak durasi yang
dipakai adalah aktivitas pada siang menuju sore hari dengan jam puncak siang hari dengan
presentase 96% Kemudian disusul oleh lebih dari 6 atau sepuluh jam ketas dengan nilai
presentasi 2% saja dan yang paling sedikit yaitu 2% dengan durasi waktu berjualan yang
pendek. Hal inilah yang menyebabkan kemacetan lalulintas dilokasi studi dengan kriteria jam
puncak sebagai tingkat kemacetan.
88
Gambar 4. 13 Chart Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Responden
40
30
20
10
0
07.00 - 09.00 - 12.00 -
(Y) 12.00 jam 17.00 jam 22.00 jam
Waktu aktivitas
1 49 1
(X) PKL
Gambar 3. 8 Kurva Grafik Waktu dan Kecepatan Akibat Aktivitas Pedagang Kaki
Lima
30
25
20
15
10
0
07.00 - 08.00 11.00 - 12.00 16.00 - 17.00
Pada grafik diatas merupakan hasil dari waktu dan kecepatan yang didapat pada jam
puncak dan jam tidak puncak. Dimana pada kegiatan PKL yang ada menghasilkan kecepatan
dan waktu tempuh yang rendah dimana pada pagi hari menghasilkan waktu tempuh 25 km/jam
dan pada siang hari mengalami penurunan hingga 10 km/jam dan pada sore hari kecepatan dan
waktu tempuh sebesar 15 km/jam. Hal ini berkaitan dengan kegiatan sisi samping kanan dan
kiri jalan dengan berbagai macam aktivitas dari keberadaan PKL,pengguna jalan dan parkir di
bahu jalan hingga masuk jalur lalulintas.
89
4.2.3 Aspek Pergerakan Konsumen
A. Sarana tranportasi yang digunakan konsumen
Sarana transportasi merupakan kendaraan yang dibawa oleh konsumen dalam melakukan
transaksai jual beli. Dimana keberadaan konsemen dengan jenis kendaraan jugadapat
mempengaruhi volume lalulintas dilokasi studi.
Moda Transportasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sepeda Motor 48 94,1 94,1 94,1
Mobil 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Aspek pergerakan konsumen paling banyak ditempati oleh sepeda motor, karena ruang
bahu jalan sudah di tempati oleh dagangan PKL dengan tujuan agar konsumen dapat dengan
mudah melihat barang dagangannya dan menarik konsumen untuk membeli, Konsumen yang
sedang berkendara dijalur lalulintas dapat dengan mudah menghampiri PKL yang dituju.
Konsumen paling banyak menggunakan sepeda motor karena loksinya yang mudah dikunjungi
dengan area yang strategis lebih memudahkan pengendara untuk lalu lalang menghampir
dibandingkan harus masuk ke area pasar yang cukup jauh.
SARANA TRANPORTASI
KONSUMEN
mobil
sepeda
6%
0%
motor
94%
Sarana yang sering digunakan konsumen berupa motor dengan tingkat presentase
sebesar 94%. Hal ini dikarenakan banyak konsumen yang memakirkan kendaraannya di depan
lapak dagangan secara langsung namun ada juga yang memakai mobil dengan presentase 6%.
90
B. Lokasi parkir konsumen
Lokasi parkir konsumen juga dapat mempengaruhi besarnya volume lalulintas dilokasi
studi, hal ini dapat menurunkan kinerja jalan diakrenakan terhambatnya pergerakan lalulintas
karena penmumpukan aktivitas disana.
Lokasi Parkir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bahu Jalan 5 9,8 9,8 9,8
Jalur Lalulintas 46 90,2 90,2 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Lokasi parkir konsumen menjadi fakor utama dalam pengaruh kemacetan lalulintas, hal ini
disebabkan banyaknya konsumen yang memakirkan kendaraannya berada di jalur lalulintas
cukup tinggi. Karena ruang bahu jalan sudah dugunakan untuk berdagang sehingga konsumen
yang ingin membeli dagangan PKL tersebut harus memakirkan kendaraannya di ruang yang
dekat dengan dagangan tersebut. Sehingga jalur lalulintaslah yang menjadi pilihan terbanyak
dikarenakan posisi tersebut konsumen dapat memakirkan kendaraanya dengan mudah.
Semakin banyak ruang jalan yang digunakan maka semakin sedikit pula arus lalulintas
kendaraan yang melewati lokasi tersebut. Hal ini mempengaruhi laju kendaraan dan kapasitas
lalulintas dilokasi penelitian.
Jalur
Lalulintas
90%
91
Lokasi parkirnya konsumen paling banyak menempati jalur lalulintas dengan presentase
90% sedangkan parkir yang sering di bahu jalan sebesar 10%. Sehingga dari sini kita dapat
melihat bahwa parkir di jalur lalulintas menyebabkan salah satu tingkat kemacetan dilokasi
studi.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,299 7
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
92
Dari hasil uji validitas diatas diketahui bahwa hasil reabilitas yaitu 0,6 sehingga layak
digunakan dalam sebuah penelitian . Uji validitas tersebut dipergunakan untuk mengukur
seberapa jauh valid atau tidaknya suatu quesioner dibuat. Menurut Sukadji,2000 mengatakan
bahwa uji reabilitas ini dipergunakan untuk menghitung seberapa besar derajat tes konsisten
dari sasaran yang diukur. Sehingga dalam Uji validitas atas karakterisitik PKL tersebut masuk
reabel karena nilainya 0,299 atau lebih dari 0,6 yang ditetapkan sebagai standar penelitian.
A. Pengaruh Pedagang Kaki Lima Dari Aspek Lokasi parkir Terhadap Kemacetan
Lalulintas
93
Uji koefisiensi determinasi digunakan untuk menunjukan besaran kontribusi
pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas secara bersamaan ke variabel terikat.
Pada uji ini yang diperhatikan yaitu uji F,jika uji F memiliki nilai signifikansi berarti
nilai koefisiensi determinasi tidak bermakna. Namun jika nilai uji F tidak bernilai
signifikasi berarti nilai koefisiensi determinasi tidak bisa digunakan untuk
memperkirakan besaran pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat untul
emmeprmudah dapat menggunakan tabel kriteria nilai koefisiensi seperti berikut :
Berikut merupakan hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan peneliti
pada program SPSS 26 for windows
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,034 4 ,259 3,421 ,016b
Residual 3,476 46 ,076
Total 4,510 50
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil uji F sebesar 3,421 dan nilai signifikansi 0,016 b.
Dalam analisis ini pengaru X2,X3,X4 dan X5 secara simultan terhadap Y1 adalah sebesar
0,016 > 0,05 dan nilai F hitung 3,421>3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada
aspek lokasi parkir berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.
94
Untuk mengetahui masing-masing variabel kemacetan lalulintas memiliki pengaruh
terhadap lokasi parkir dapat dilakukan uji t. Selain itu uji t dapat digunakan unuk menganalisis
variabel yang paling memebrikan pengaruh terbesar hingga terkecil
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,956 ,445 6,638 ,000
Ukuran sarana(X2) ,142 ,092 ,212 1,541 ,130
Tipe unit(X3) ,119 ,064 ,257 1,863 ,069
Jenis barang(X4) -,125 ,069 -,240 -1,811 ,077
Waktu -,131 ,201 -,087 -,652 ,518
aktivitas(X5)
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Dari tabel koefisien tersebu,Constant a adalah 2,956, dengan Lokasi berdagang (X1)
adalah 0,Ukuran sarana (X2) adalah 0,142,Tipe unit (x3) adalah 0,119,jenis barang (X4)
adalah -0,125 dan waktu aktivitas (X5) adalah -0,131. Sehingga daperoleh persamaan sebagai
berikut:
Y1 = 2,956+0+0,142X2+0,119X3-0,125X4 – 0,131X5
Tabel koefisien digunakan sebagai gambaran persamaan regresi dimana tabel tersebut
menampilkan uji signifikansi yang digunakan agar dapat mengetahui jika terdapat pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
a). Nilai konstanta sebesar 2,956 maka dapat diartikan bahwa bila Lokasi berdagang
(X1) adalah Ukuran sarana (X2) ,Tipe unit (x3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5)
adalah konstan maka nilai Y1 atau pengrauh lokasi parkir terhadap kemacetan lalulintas
sebesar 2,956
b) koefisien regresi pada X2 ukuran sarana sebesar 0,142 dan koefisien regresi bernilai
positif maka apabila ukuran sarana (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y1) akan
mengalami pengingkatan sebesar 0,142 dengan syarat variabel konstan.
95
c) koefisien regersi tipe unit (X3) sebsar 0,119 dan koefisien regresi bernilai positif
menjelaskan bahwa apabila tipe unit (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y1)
akan mengalami pengingkatan sebesar 0,119 dengan syarat variabel konstan.
d) koefisien regersi jenis barang (X4) sebesar -0,125 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X4) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,125 dengan syarat variabel konstan
e) koefisien regersi Waktu aktivitas (X5) sebesar -0,131 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X5) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,131 dengan syarat variabel konstan
Ha : p 0 = tidak sma dengan 0 maka lokasi parkir berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas
Dengan ketentuan ;
- Ho diterima apabila sig > 5%
- Ho ditolak apabila sig <5%
T tabel bernilai 1,679
Dengan pengujian tersebut dapat dilihat hasil hitung dari t hitung dan signifikansi dari
masing-masing variabel,sehingga hasil analisis menunjukan bahwa variabel jenis barang dan
waktu aktivitas tidak mempengaruhi kemacetan lalulintas jika dilihat dari aspek lokasi parkir
yang ada. kesimpulan dapat digambarkan pada kurva lonceng berikut :
96
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5) dengan
variabel terikat (Y1),dimana pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,479a ,229 ,162 ,275
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran
sarana, Tipe unit
b. Dependents variable : Lokasi Parkir
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Tabel model Summary menyatakan nilai pengaruh R dari Ukuran sarana (X2) ,Tipe
unit (X3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5) yaitu 0,479 dan besarnya presentasi
pengaruh variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat) adalah nilai dari R square yaitu
22,9%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan waktu
aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 22,9%. Sedangkan
sebesar 77,1% diakibatkan oleh faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemacetan di jalan KH. Agus Salim Semarang
memiliki pengaruh yang ditimbulkan PKL pada aspek lokasi parkir. Namun besar pengaruhnya
masih terlalu kecil karena hanya 22,9% jika dilihat 4 hal yaitu Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis
barang dan waktu aktivitas. Sehingga dalam analisis ini bahwa antar variabel memiliki
hubungan positif yang tidak berarti.
Berikut ini merupakan kondisi pedagang kaki lima mengenai kemacetan lalulintas yang
dilakukan pengguna jalan pada aspek lokasi tempat parkir pengguna jalan yaitu :
Ukuran sarana pada pedagang kaki lima juga menyebabkan ruang pada bahu jalan
dipenuhi oleh aktivitas pedagang yang ada sehingga aktifitas tersebut mempengaruhi
kondisi lalulintas jika dilihat dari pergerakan yang ada. terlihat bahwa ruang-ruang
pada bahu jalan yang ditempati menimbulkan efekivitas dari pergerakan lalulintas
menjadi terganggu karena dari variabel yang ada ukuran sarana memiliki tingkat
pengaruh yang tinggi. Sehingga adanya peningkatan dari ukuran sarana dapat juga
meningkatkan lokasi parkir karena hal tersebut ruang yang digunakan juga akan
semakin lebih banyak dan menimbulkan kemacetan lalulintas yang ada
97
Tipe unit dari aktivitas berdagang yang ada di lokasi penelitian memiliki tingkat
pengaruh paling tinggi pertama jika berkaitan dengan kemacetan lalulintas yang
ditimbulkan. Dengan artian keberadaan jenis tipe unit pedagang kaki lima dengan
tipe berdagang semi menetap,menetap atau mobile ini sangat berkaitan dengan adanya
kemacetan lalulintas yang dihasilkan. Jika semakin tinggi jenis tipe unit yang
dihasilkan maka semakin tinggi pula kebutuhan lokasi parkir yang dihasilkan
sehingga berdampak pada kemacetan lalulintas
Jenis barang yang dijual oleh pedagang kaki lima ini dengan jenis makanan,non
maknaan dan jasa meimiliki besar pengaruh ke tiga dari sisi negatif hal ini memiliki
hasil yang berlawanan sehingga bisa diartikan jika ada peningkatan dari jenis barang
yang dijual tidak akan berpengaruh terhadap lokasi ruang parkir yang digunakan
sehingga kemectan yang ditimbulkan tidak signifikan
Waktu aktifitas atau durasi dalam berdagang ini menghasilkan nilai yang negatif
dengan artian bahwa lamanya durasi berjualan akan tidak mempengaruhi lokasi parkir
yang ada sehingga kemacetan lalulintaas yang ditimbulkan tidak berkaitan
B. Pengaruh Pedagang Kaki Lima Dari Aspek Moda Transportasi Terhadap Kemacetan
Lalulintas
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,942 4 ,235 5,757 ,001b
Residual 1,882 46 ,041
Total 2,824 50
a. Dependent Variable: Moda transportasi
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil uji F sebesar 5,757 dan nilai signifikansi 0,001b.
Dalam analisis ini pengaruj X2,X3,X4 dan X5 secara simultan terhadap Y2 adalah sebesar
98
0,001< 0,05 dan nilai F hitung 5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada
aspek moda transportasi berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.
Dari tabel koefisien tersebu,Constant a adalah 1,501, dengan Lokasi berdagang (X1)
adalah 0,Ukuran sarana (X2) adalah 0,221,Tipe unit (X3) adalah 0,120,jenis barang (X4)
adalah 0,86 dan waktu aktivitas (X5) adalah -0,170. Sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut:
Y1 = 1,501+0,221X2+0,120X3+0,86 X4 – 0,170X5
Tabel koefisien digunakan sebagai gambaran persamaan regresi dimana tabel tersebut
menampilkan uji signifikansi yang digunakan agar dapat mengetahui jika terdapat pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
a). Nilai konstanta sebesar 1,501 maka dapat diartikan bahwa bila Lokasi berdagang
(X1) adalah Ukuran sarana (X2) ,Tipe unit (X3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5)
adalah konstan maka nilai Y2 atau pengrauh lokasi parkir terhadap kemacetan lalulintas
sebesar 1,501
b) koefisien regresi pada X2 ukuran sarana sebesar 0,221 dan koefisien regresi bernilai
positif maka apabila ukuran sarana (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y2) akan
mengalami pengingkatan sebesar 0,221 dengan syarat variabel konstan.
99
c) koefisien regersi tipe unit (X3) sebsar 0,120 dan koefisien regresi bernilai positif
menjelaskan bahwa apabila tipe unit (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y2)
akan mengalami pengingkatan sebesar 0,120 dengan syarat variabel konstan.
d) koefisien regersi jenis barang (X4) sebesar 0,86 dan koefisien nilai positif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X4) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami peningkatan sebesar 0,86 dengan syarat variabel konstan
e) koefisien regersi Waktu aktivitas (X5) sebesar -0,131 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X5) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,170 dengan syarat variabel konstan
100
Tabel IV. 20 Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,578a ,334 ,276 ,202
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran
sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Tabel model Summary menyatakan nilai pengaruh R dari Ukuran sarana (X2) ,Tipe
unit (x3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5) yaitu 0,578 dan besarnya presentasi
pengaruh variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat) adalah nilai dari R square yaitu 33,4
%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan waktu
aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 33,4 %. Sedangkan
sebesar 66,6% diakibatkan oleh faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemacetan di jalan KH. Agus Salim Semarang
memiliki pengaruh yang ditimbulkan PKL pada aspek moda transportasi. Besar pengaruh yang
dihasilkan adalah 33,4% % jika dilihat 4 hal yaitu Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis barang dan
waktu aktivitas. Sehingga dalam analisis ini bahwa antar variabel memiliki hubungan positif
yang berarti.
Berikut ini merupakan kondisi pedagang kaki lima mengenai kemacetan lalulintas yang
dilakukan pengguna jalan pada aspek moda transportasi pengguna jalan yaitu :
Ukuran sarana pedagang kaki lima di lokasi studi menghasilkan nilai t yang
positif dengan nilai yang paling tinggi dengan artian jika sarana pedagang kaki
lima semakin besar maka pengguna jalan yang menggunakan moda transportasi
akan semakin banyak sehingga hal tersebut menjadikan beban jalan akan
semakin tinggi dan hal inilah yang menimbulkan kemcetan lalulintas
Tipe unit berdagang mengahsilkan nilai t terbesar kedua dengan artian bahwa
dari berbagai tipe unit semi static,mobile dan static yang ada dimana nilai
distribusi paling banyak adalah pada tipe unit semistatic sehingga jika semakin
tingginya tipe unit yang ada dilokasi studi akan mempengaruhi kondisi
lalulintas yang ada
Jenis barang menghasilkan nilai t tertinggi ketiga dengan artian bahwa jenis
barang dengan penjual makanan,non makanan dan jasa dengan hasil distribusi
paling tinggi menunjukan jenis PKL makanan dapat diartikan bahwa jenis PKL
101
yang menjual makanan akan membutuhkan waktu yang lama dimana proses
pelayanan terhadap konsumen akan menambah durasi jika dilihat hal tersebut
pengguna jalan atau konsumen dengan moda transportasi yang digunakan kaan
semakin lama juga berada di jalur lalulintas sehingga beban kkinerja jalan akan
semakin tinggi pula dan mempengaruhi sirkulasi lalulintas yang ada
Waktu atau durasi lamanya berjualan menghasilkan nilai t yang negatif dengan
artian lamanya mereka berjualan akan kurang mempengaruhi kinerja lalulintas
yang ada sehingga tidak akan berpengaruh jika tingkat durasi yang tinggi
terhadap kemacetan lalulintas yang ada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji regersi linier berganda pada kedua
variabel X dan Y yang dihasilkan dimana pengaruh karakterisitik PKL terhadap kemacetan
lalulintas pada aspek lokasi parkir dipengaruhi oleh Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan
waktu aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 22,9%.
Sedangkan pengaruh karakterisitik PKL terhadap kemacetan lalulintas pada aspek moda
transportasi dipengaruhi oleh Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis barang dan waktu aktivitas sebesar
33,4 %.
Berdasarkan kajian teori melalui variabel yang telah ditentukan bahwa jika dilihat dari
karakterisitik PKL berupa aspek ruang aktivias PKL (lokasi berdagang,ukuran sarana dan itpe
unit),aspek akivitas PKL ( jenis dagangan dan waktu aktivitas) mempengaruhi kemacetan dari
sisi pengguna jalan pada aspek moda transportasi dan lokasi parkir yang digunakan
4.3 Identifikasi Lalu lintas dan kemacetan di Jalan KH. Agus Salim Semarang
Identifikasi lalulintas di lokasi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kondisi yang divisualisasikan melalui penampang dan perhitungan data analisis yang
dihasilkan melalui pengamatan yang peneliti lakukan. Dimana yang pertama melalukan traffic
counting untuk menghitung seberapa besar volume lalulintas yang dihasilkan dengan
mengambil sampel kejadian pada waktu pagi jam 07.00 – 08.00 sebagai waktu dimulainya
aktifitas,waktu siang jam 11.00-12.00 sebagai waktu padat atau jam puncak dan waktu sore
pada 16.00 – 17.00 sebagai waktu pulang. Peneliti juga mengambil sampel kejadian pada hari
Senin sebagai dimulainya hari kerja,hari Jumat sebagai hari pendek dan hari Minggu sebagai
hari akhir pekan. Pada lokasi penelitian termasuk ke ruas jalan perkotaan dimana mempunyai
pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh jalan. Jalan dikota dengan
perkembangan penduduk kurang lebih dari 100.000 jiwa ini memiliki perkembangan samping
jalan yang peermanen atau erus menerus. Pada jalan KH. Agus Salim Semarang yang ada
102
dengan jalan yang bertipe 4/2D yang dimaksudkan bahwa jalan tersebut terbagi menjadi 2 arah
dimana setiap arahnya terbagi manjadi 2 lajur atau disebut juga jalur 4 lajur terbagi menjadi 2
arah.
Penghitungan volume lalulintas digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah arus
lalulintas rata-rata perhari dilokasi studi.
Tabel IV. 21 Volume lalu lintas Jalan KH. Agus Salim Semarang
Waktu Arah 1 Total Total Arah 2 Total Total
kendaraan volume kendaraan volume
(kend/jam) lalulintas (kend/jam) lalulintas
(smp/jam) (smp/jam)
MC LV HV MC LV HV
Senin
Pagi 946 282 53 1.672 582,1 1.361 539 38 1.938 925
07.00-08.00
Jumlah 236,5 282 63,6 529 539 45,6
smp/jam
Siang 2.008 449 77 2.534 1.043,4 1.803 718 43 2.564 1.220
11.00-12.00
Jumlah 502 449 92,4 451 718 51,6
smp/jam
Sore 2.337 613 62 3.032 1.245 2.762 480 94 3.336 1.283
16.00-17.00
Jumlah 584,25 613 74,4 691 480 112,8
smp/jam
Jumat
Pagi 1.005 188 29 1.181 548 1512 463 33 2.008 881
07.00-08.00
Jumlah 251 188 33,6 378 463 39,6
smp/jam
Siang 1.355 251 84 1,739 691 1.875 511 76 2.462 1.071
11.00-12.00
Jumlah 339 251 100,8 469 511 91,2
smp/jam
Sore 1.535 533 67 1,825 997 2.110 665 52 2.827 1.255
16.00-17.00
Jumlah 384 533 80,4 528 665 62,4
smp/jam
Minggu
Pagi 642 141 43 826 571,2 1.092 319 25 1.436 622
07.00-08.00
Jumlah 161 141 51,6 273 319 30
smp/jam
Siang 1.247 268 56 1.571 919,6 1.796 465 91 2.282 1.006
11.00-12.00
Jumlah 312 268 67,2 432 465 53
smp/jam
Sore 1.674 322 89 2.285 847,8 2114 539 60 2.806 1.156
16.00-17.00
Jumlah 419 322 106,8 554 539 63,6
smp/jam
103
Keterangan :
MC : kendaraan motor
LV : kendaraan ringan
HV : kendaraan berat
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021
Dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa volume lalulintas di lokasi studi memiliki
tingkat kepadatan masing-masing yang bervariasi dimana rata-rata lalulintas yang paling tinggi
terjadi pada sore dikarenakan arah lalulintas berkenaan dengan bangkitan dan tarikan dari
masyarakat yang pulang kerja atau setelah beraktivitas seharian. Pada kedua arah memiliki
perbedaan yang sangat signifikan dikarenakan banyak masyarakat yang melewati arah ke-2
yaitu jalur dari lampu merah Hotel Metro sampai sungai Mberok. Akivitas yang sangat tinggi
ini dan adanya kegiatan PKL menimbulkan hambatan arus lalulintas yang harusnya stabil
menjadi terganggu.
Pada ruas jalan arah 1 memiliki tingkat total kendaraan yang lebih rendah dibandingkan
dengan arah 2 dimana ini berkaitan dengan laju dan volume kendaraan yang ada. Pada senin
pagi hari jumlah kendaraan yang melintas 582,1 smp/jam,kemudian pada sinag hari mengalami
peningkatan sebesar 1.043,4 dimana hal ini berkaitan dengan jam puncak pada siang hari dan
pada sore hari sebesar 1.245 dengan tingkat volume kendaraan yang lebih tinggi hal ini
berkaitan dengan jam masyarakat pulang bekerja sehingga volume lalulintas menajdi
bertambah.
Pada ruas jalan 2 memiliki total volume kendaraan pada pagi hari sebesar 925 smp/kend
dengan total yang lebih tinggi dibandingkan arah satu hal ini dikarenakan pengguna lalulintas
pada arah masuk Hotel Metro lebih banyak melintasi arah 2 dibandingkan arah 1. Kemudian
pada jam puncak siang memiliki volume kendaraan 1.220 dan pada sore hari volume kendaraan
sebesar 1.283. beban volume kendaraan lebih banyak dimiliki pada ruas 2 dimana pengguna
jalan yang melintasi berasal dari Kota dan banyaknya PKL yang mendiami di arah 2 membuat
penumpukan aktivitas dan berbagai macam kegiatan menjadi bertambah
104
Sumber : MKJI,1997
Diketahui :
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
(km/jam), berdasarkan tipe Jalan KH. Agus Salim yaitu 4 lajur 2 arah terbagi maka
nilai FV0 adalah 47 km/jam.
FVw = Penyesuain kecepatan untuk lebar jalan (km/jam), pada Jalan Daerah
Pasar Johar dengan tipe jalan 4/2 D memiliki lebar jalur efektifnya 14 meter total
lajur maka nilai FVW nya adalah 0
FFVsf = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu, berdasarkan
kelas hambatan samping yang tinggi dan dengan jarak penghalang ,maka FFVsf nya
adalah 0.90
FFvcS = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Semarang jumlah penduduk kota Semarang tahun 2020 adalah
1.814.110 penduduk maka diperoleh FFVCS adalah 1,00.
Sehingga di dapat kecepatan arus bebas untuk Jalan K.H. Agus salim (Daerah
Pasar Johar) Semarang sebesar :
= ( 47 + 0 ) × 0.90 × 1,00 FV
= 42,3 km/jam
105
arus lalulintas menjadi terhambat dan dapat menambah waktu tempuh pada ruas
jalan tersebut.
C. Kapasitas Jalan
diketahui :
C = Kapasitas
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), berdasarkan tipe Jalan K.H. Agus Salim (Daerah
Pasar Johar) yaitu 4 lajur –terbagi maka nilai Co adalah 1650 smp/jam total dua arah.
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas pada Jalan K.H. Agus Salim (Daerah
Pasar Johar) dengan tipe jalan 4/2 D memiliki lebar jalur efektifnya 14 m total dua arah
maka nilai FCw nya adalah 0,96
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah, Diambil data volume kendaraan maksimum
pada salah satu jam puncak.
Tabel IV. 23 Jam Puncak Jalan KH. Agus Salim Semarang
Catatan : Untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah terbagi dengan SP 50% - 50% FCsp nya adalah
1,00.
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan data dari BPS jumlah penduduk
Kota Semarang tahun 2020 adalah 1.814.110 juta penduduk maka diperoleh FCcs adalah
1,00. Sehingga di dapat kapasitas jalan K.H. Agus Salim sebesar :
C = 1.419 kend/km
106
Waktu Kapasitas jalan
(Kend/Km)
Senin
Jumat 1.419
Minggu
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021
Berdasarkan perhitungan kapasitas ruas Jalan K.H. Agus Salim pada jam puncak
menghasilkan nilai. Dari hasil yang didapat jumlah ini menunjukan bahwa jumlah
maksimum yang masih dapat ditampung oleh koridor Jalan K.H. Agus Salim adalah sebesar
1.419 smp/jam.
Derajat kejenuhan menurut MKJI adalah rasio arus lalulintas terhadap kapasitas dimana
untuk proses penghitungannya menggunakan waktu 1 per jam. Dibawah ini merupakan
perhitungan derajat kejenuhan yang ada di lokasi studi jalan KH.Agus Salim Semarang.
DS = Q/C
Q = Arus lalu lintas (smp/jam), dari hasil perhitungan arus lalu lintas di Jalan K.H.
Agus Salim adalah :
C = Kapasitas (smp/jam), dari hasil perhitungan kapasitas Jalan K.H. Agus Salim
(Daerah Pasar Johar) adalah 1650 smp/jam. Sehingga di dapat derajat kejenuhan untuk Jalan
K.H. Agus Salim (Daerah Pasar Johar) sebesar :
107
Minggu
Pagi 622 0,37
07.00-08.00
Siang 1.006 0,60
11.00-12.00
Sore 1.156 0,70
16.00-17.00
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021
Dari tabel diatas menghasilkan nilai dari derajat kejenuhan yang variatif.
Peneliti mengambil salah satu segmen jalan dimana memiliki tingkat volume lalulintas
yang cukup tinggi sehingga mengambil arah ke-2 yaitu dari lampu merah Hotel Metro
hingga Sungai Mberok kemudian hasil dari derajat kejenuhan yang paling tinggi
nilainya berada pada Sore hari kemudian Siang Hari dan yang paling rendah adalah
Pagi hari. Hal tersebut dipengaruhi adanya aktifitas PKL dilokasi studi yang berkaitan
dengan lamanya durasi mereka berdagang dan memenuhi ruang dibahu jalan sampi
masuk jalur lalulintas.
Kecepatan waktu dan tempuh diartikan kecepatan rata ruang dari sebuah
kendaraan (LV) di sepanjang segmen jalur jalun :
Diketahui :
Tabel IV. 26 Kecepatan Waktu Tempuh Jalan KH. Agus Salim Semarang
L TT V
Waktu (km) (jam) (km/jam)
Arah 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2
Senin
Pagi 0,25 km 44,09 detik 58,02 detik 20,83 15,62
07.00-08.00
Siang 0,25 km 49,37 detik 67,30 detik 18,22 13,37
11.00-12.00
Sore 0,25 km 89,36 detik 96,78 detik 10,07 12,89
16.00-17.00
Jumat
Pagi 0,25 km 56,39 detik 48,56 detik 15,96 18,53
07.00-08.00
Siang 0,25 km 60,39 detik 136 detik 14,90 6,61
108
11.00-12.00
Sore 0,25 km 50,72 detik 106,36 detik 17,74 8,46
16.00-17.00
Minggu
Pagi 0,25 km 43,80 detik 36,53 detik 20,54 24,63
07.00-08.00
Siang 0,25 km 72,16 detik 79,27 detik 12,47 11,35
11.00-12.00
Sore 0,25 km 55,90 detik 71,10 detik 16,10 12,65
16.00-17.00
Rata –rata
Arah 1 Arah 2
Pagi 19,11 19,59
Siang 15,19 10,44
Sore 14,63 11,33
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021
Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas dan dilakukannya pengamatan dalam survey
menghasilkan beberapa kecepatan waktu dan tempuh berbeda sehingga penelitian melakukan
penghitungan dengan rata-rata untuk menentukan kecepatan waktu tempuh. Kesimpulan pada
tabel diatas bahwa nilai dan waku tempuh yang dihasilkan pada 3 hari yang berbeda
menghasilkan nilai dan waku tempuh yang hampir sama dimana rata-rata waktu dan nilai
tempuh rata-rata sebesar 10-20 km jam dikedua arah. Dengan hasil tersebut diketahui bahwa
waktu tempuh paling lama terjadi pada Sore hari sebesar 11,97 dari arah ke-1 dan 1,36 di arah
ke-2/ kemudian pada jam puncak pagi waktu tempuh lebih cepat dibandingkan cam puncak
lainya yaitu paa arah ke-1 menghasilkan waku tempuh sebesar 15,5 km/jam dan 15,96 km/jam
. Sedangkan pada waktu Siang hari menghasilkan waktu tempuh sebesar 12,6 km/jam pada
arah ke-1 dan arah ke-2 sebesar 18,83. Kecepatan dan waktu tempuh jalan juga dipengaruhi
oleh keberadaan pedagang kaki lima dimana didalam aktifitasnya membutuhkan banyak ruang
dan berbagai hambatan yang mengakibatkan kinerja lalulintas menjadi terganggu
Pada Manual Kapasitas Jalan atau MKJI,199 menjelaskan bahasa ukuran kualitatif yang
dipergunakan di HCM 85 AS dan menerpakan kondisi aktivitas dalam arus lalulintas dan
penilainnya oleh pengguna lalulintas.
Tabel IV. 27 Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan Di Jalan KH. Agus Salim
Semarang
Waktu Tingkat Keterangan
pelayanan
Senin
109
Pagi C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
07.00-08.00 yang ada
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore D Arus hampir tidak stabil dan penegmudi dibatasi,dengan voluume
16.00-17.00 pelayanan dan kapasitas yang ada dapat diolelir
Jumat
Pagi C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
07.00-08.00 yang ada
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore D Arus hampir tidak stabil dan penegmudi dibatasi,dengan voluume
16.00-17.00 pelayanan dan kapasitas yang ada dapat diolelir
Minggu
Pagi B Dalam arus yang stabil dimana pengemudi mendapat kebebasan
07.00-08.00 dalam memilih kecepatan yang diinginkan dalam memilih
kecepatan
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
16.00-17.00 yang ada
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021
Dari hasil tabel diatas tingkat pelayanan di lokasi studi jalan KH. Agus Salim memiliki rata-
rata derajat kejenuhan pada taraf C-D dimana C merupakan Dalam zona arus stabil dimana
pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan dan huruf D Mendekati arus tidak stabil dimana hampir
seluruh pengemudi akan dibatatasi(terganggu). Volume pelayanan berkaitan dengan kapasitas yang
dapat ditolelir yang sering terjadi pada Sore hari dikarenakan terjadinya penumpukan kegiatan PKL dan
arus lalulintas pada jam pulang kerja di lokasi jalan KH. Agus Salim,dan pada huruf B Dalam zona arus
stabil dimana pengemudi memiliki kebebasan dalam memilih kecepatan yang diinginkan dalam
memilih kecepatan yang biasanya terjadi pada pagi hari.
110
TINGKAT PELAYANAN JALAN KH. AGUS SALIM
MINGGU
0,85 - 1.00
0,45 - 0,74 0,6 0,7
0,37
0,00 - 0,20
0,85 - 1.00
JUMAT
0,76
0,45 - 0,74 0,53 0,64
0,00 - 0,20
0,85 - 1.00
SENIN
0,77
0,45 - 0,74 0,56 0,73
0,00 - 0,20
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai tingkat pelayanan jalan masuk kedalam kategori
D dengan artian arus yang tidak stabil dengan pengendara dibatatasi dalam memilih
kecepatan. Hal ini menunjukan bahwa pengaruhnya aktivitas pedagang kaki lima
menyebabkan volume lalulintas bertambah karena kegiatan tersebut. Berbagai macam
kegiatan menjadi sangat padat sehingga kebebasan dalam berkendara menjadi dibatasi.
Dengan begitu arus lalulintas menjadi tidak stabil dan mempengaruhi waktu tempuh
kendaraan. Karena waktu tempuh menjadi rendah menyebabkan timbulnya kemacetan di
kedua sisi. Ditambahnya bangkitan dan tarikan dari lalulintas mengakibatkan kapasitas jalan
yang di tampung koridor jalan KH. Agus Salim mengalami penumpukan berbagai macam
kegiatan yang dimulai dari pengguna lalulintas,pedagang kaki lima,konsumen dan parkir
kendaraan yang berada di jalur lalulintas.
Parkir merupakan kegiatan dimana suatu kendaraan berhenti pada tempat tertentu untuk
menuju pada tempat tertentu hanya untuk sekedar singgah dengan periode waktu tertentu. Pada
lokasi penelitan yang ada kendaraan parkir paling banyak ditempati oleh kendaraan roda empat
(mobil,pick up),kendaraan roda dua (motor dan sepeda) dan kendaraan roda 3(becak dan
gerobak). Kegiatan parkir dilokasi studi didasari karena tedapat kegiatan perekonomian yang
menjadikan fokus utama kegiatan parkir tersebut berlangsung.
111
1. Menurut tempatnya pelaku parkir menggunakan tempat parkir di jalan atau on street
parkirng sebagai tempat memakirkan kendaraannya dimana lokasi perkir tersebut sejajar
dengan sumbu jalan dengan tegak lurus sumbu jalan dan membuat sudut dengan sumbu jalan
2. Dengan pola parkir berupa parkir pararel pada daerah datar dimana parkir yang diatur
dalam sebuah baris dengan bumper depan mobil engahdap salah satu bumper belakang yang
berdekatan. Parkir dilakukan sejajar dengan tepi jalan baik di sisi kanan atau kiri jalan.
4. Retribusi parkir yang digunakan untuk kendaraan beroda 2 adalah sebesar 3 ribu rupiah
dan untuk kendaraan beroda empat adalah 4 ribu rupiah.
Pada tabel dibawah merupakan hasil analisis dari peneliti setelah melakukan pengolahan
data dan survey primer sekunder untuk menganalisis kiner jalan di lokasi studi sehingga
menghasilkan analisa seperti berikut dibawah ini
112
berkisar padat melebihi berkurang sehingga kemacetaan dan emisi
dari dari ketentuan transportasi berkurang.
1000- MKJI
3000
kendaraan
2. Karakteristik 4 lajur 2 4/2D Tipe jalan dalam Dapat melakukan perubahan sirkulasi
jalan arah menentukan jalur seprti buka tutup jalan atau dijadikan
terbagi dan arah menjadi 1 arah
b. kapasitas 1419 1650 Kapasitas jalan Adapun dengan cara pelebaran jalan atau
jalan smp/jam smp/jam tidak dapat menambah sebuah jalur jika terdapat ruang
menampung yang masih tersedia
dikarenakan Atau melakukan kebijakan dalam
adanya kegiatan menangani ketertiban PKL dan lalulintas
hambatan
samping PKL
sehingga
penggunaan jalur
jalan tidak sesuai
dengan eksisting
yang ada.
113
stabil dimana
pengemudi
dibatasi dalam
memilih
kecepatan
Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021
114
waktu aktivitas menjual makanan inilah waktu paling lama
dagangan PKL dimana konsumen berada di jalur lalulintas.
Sehingga arus lalulintas menjadi terganggu
Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
aktivitas waktu lamanya berdagnag rata-rata
penjual berdagang dengan durasi wakti 6-8
jam. Dengan durasi yang lama seperti ini
beban kerja dari lalulintas juga semakin
lama dalam menampung keberdaan
pedagang kaki lima
Aspek Pergerakan Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
(Flow) : sarana aktivitas sarana transportasi yang digunakan
transportasi yang kebanyakan konsumen menggunakan
digunakan dan lokasi sepeda motor dikarenakan mudah dan
perkir konseumen tempat untuk memakirkannya ada.
Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
aktivitas lokasi memakirkan kendaraannya
berada di jalur lalulintas dimana banyaknya
PKL yang berdagang di bahu jalan tidak
dapat memuat adanya konsumen yang parkir
ketika ingin membeli dagangannya
2. Mengidentifikasi Kapasitas jalan Pada lokasi penelitian menghasilkan
Faktor-faktor volume lalulintas yang cukup tinggi dimana
kemacetan lalulintaas aktivitas paling tinggi terjadi pada singhari
(Manual Kapasitas menuju sore hari pada 3 hari percobaan
Jalan survey hrai Senin,jumat dan Minggu.
Indonesia,1997) Keterkaitan antara pedagang kaki lima yaitu
jam puncak lalulintas dengan durasi
lamanya berjualan. Dimana kepdatan
lalulintas dimulai pada siang sampai sore
hari dan disitulah banyaknya pedagang yang
berjualan dengan kurun durasi 6-10 jam
perhari atau dapat diartikan dari menuju
siang ke sore hari.
Volume lalulintas Kapasitas jalan di lokasi studi jalan KH.
Agus Salim Semarang menghasilkan 1.419
smp/jam dimana kapasitas tersebut
mendekati kapasitas dasar yang dianjurkan.
Karena adanya penyempitan jalan dan
penggunaan arus lalulintas yang tidak
smestinyahal ini menjadikan kapasitas jalan
juga menurun.
Derajat kejenuhan Derajat kejenuhan yang ada dilokasi studi
jalan KH. Agus salim pada pagi hari,siang
hari dan sore hari memiliki tingkat derajat
kejenuhan yang berbeda. Hal ini
dikarenakan perbedaan aktivitas lalulintas
dan kegiaan hambatan samping jalan
dilokasi studi. Dengan puncak derajat
kejenuhan paling tinggi terjadi pada siang
hari menuju sore hari
Kecepatan dan Kecepatan dan wakti tempuh rata-rata
Waktu tempuh dilokasi studi mencapai 15-20 km/jam
dimana tidak sesuai dengan kecepatan arus
115
bebas yang seharusnya adalah 42,3 km/jam.
Hal ini dikarenakan aanya hambatan
samping jalan berupa keberadaan PKL yang
mengambil alih sebagian badan jalan.
Tingkat pelayanan Hasil dari tingkat pelayanan jalan yang ada
jalan jalan di KH. Agus Salim berada pada level C
sampi D dimana Dalam zona arus stabil
dimana pengemudi dibatasi dalam memilih
kecepatan. Hal ini dikarenakan pengguna
jalan tidak leluasa dalam berkendara
dikarenakan adanya aktifitas hambatan
samping yang tinggi.
3 Korelasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Dan Kemacetan Lalulintas
a. Aspek ruang aktivitas Kecepatan lalulintas Dari aspek ruang aktivitas PKL dengan
PKL lokasi berdagang sepenuhnya dibahu jalan
menyebabkan penurunan aktifitas lalulintas.
Kemuadian juga ukuran sarana aktivitas
yang beragam dengan banyaknya PKL yang
mendiami dengan rata-rata ukuran sarana 1-
3 m 2 mempengaruhi kecepatan lalulintas di
lokasi studi dimana seharusnya dengan lajur
4/2D tersebut memiliki kecepatan lalulintas
sebesar 42,3 km/jam hanya dapat melaju
sebessar 10-15 km/jam
b. Aspek aktifitas PKL Volume lalulintas Berkaitan dengam waktu aktifitas PKL yang
paling banyak berdurasi sebesar 8jam/hari
menghasilkan korelasi dengan volume
lalulintas. Terbukti dari hasil analsis peneliti
dimana jam puncak lalulintas pada kurun
waktu 3 hari menghasilkan 2 jam puncak
yaitu pada siang hari dan sore hari. Hal ini
disebabkan pada siang hari merupakan jam
puncak aktifitas PKL berada dan sore hari
adalah jam puncak pulang kerja rata-rata
harian. Sehingga pada jam puncak siang dan
sore hari membuat lalulintas menjadi padat.
Kecepatan lalulintas Dilihat dari aspek ativitas PKL yang menjual
Jarak tempuh makanan,non makanan dan jasa juga dapat
mempengaruhi lalulintas dimana kecepatan
lalulintas rata-rata harian seharusnya 42,3
km/jam menjadi 10-20km/jam. Hal tersebut
terbukti dari hasil uji perhitungan peneliti
pada 3 hari dengan ketentuan jam yang elah
dibuat berdasarkan aktifitas pedagang
dengan aktifitas jam kerja harian
menunjukan terjadinya penurunan waktu
tempuh.
c. Aspek pergerakan Kapasitas jalan Akibat pergerakan konsumen yang
konsumen memakirkan kendaraannya di bahu jalan
hingga masuk ke jalur lalulninas
mengakibatkan terganggunya kapsitas jalan
yang ada. hal ini diketahui bahwa kapasitas
jalan seharusnya adalah 1650 smp/jam untuk
ukuran kota dengan tipe jalan 4/2D
116
menghasilkan 1.419 smp/jam. Hal ini
menjadi rendah dikarenakan ruang jalur
jalan sudah digunakan oleh konsumen yang
memkairkan kendaraanya di bahu jalan
hingga masuk jalur lalulintas.
Kecepatan lalulintas Aspek pergerakan konsumen juga
Waktu tempuh mempengaruhi waktu tempuh pengguna
jalan dimana dalam kecepatan lalulintas
diharuskan 42,3 km/jam hanya menjadi 10-
20 km/jam saja
Tingkat pelayanan Pada aspek pergerakan konsumen terbukti
jalan bahwa konsumen menggunakan sepeda
motor dan memakirkan kendaraannya di
bahu jalan sebesar 10% hingga jalur
lalulintas sebesar 90%. Hal ini
mempengaruhi tingkat pelayanan jalan
dimana pada jam puncak siang hari dan sore
hari menghasilkan tingkat pelayanan jalan
dengan klasifikasi C dan D dengan
pelayanan jalan dimana arusnya tidak stabil
dan seluruh pengemudi hapir dibatasi dalam
berkendara
4. Hasil analisis dari uji Aspek pergerakan Dari hasil analisis perhitungan regersi linier
regersi linier konsumen sebagai diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel
berganda pengguna jalan yaitu 3,421>3,18 maka dapat disimpulkan
bahwa akivitas PKL pada aspek lokasi parkir
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.
sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan besar nilai koefisien nilai korelasi
(R) sebesar 0,229 dengan mengndung artian
bahwa aktifitas PKL dari pergerakan lokasi
parkir dengan kemacetan lalulintas memiliki
hubungan positif yang cukup dimana
semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di
jalan KH. Agus Salim Semarang maka akan
menimbulkan kemacetan lalulintas
Dari hasil analisis perhitungan regersi linier
diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel
hitung 5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan
bahwa akivitas PKL pada aspek moda
transportasi berpengaruh terhadap
kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima
dan H1 ditolak. Dengan besar nilai koefisien
nilai korelasi (R) sebesar 0,334 dengan
mengandung artian bahwa aktifitas PKL dari
moda transportasi yang digunakan dengan
kemacetan lalulintas memiliki hubungan
positif yang cukup tinggi dimana semakin
tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan
KH. Agus Salim Semarang maka akan
menimbulkan kemacetan lalulintas
Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021
117
118
Aktivitas PKL Kemacetan lalulintas
5.1 Kesimpulan
120
Dari hal-hal tersebut diatas yang jelaskan bahwa keberadaan pedagang kaki lima
memiliki pengaruh yang besar dalam kemacetan lalulintas di lokasi jalan KH. Agus
Salim Semarang. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji regresi linier berganda yang
dihasilkan dan hasil dari kepadatan lalulintas jalan. Berdasarkan tujuannya penelitian ini
telah memenuhi sasaran penelitan yang ada dimana sasaran peneliatan yaitu :
5.2 Rekomendasi
Dari pembahasan analisis dan kesimpulan yang sudah peneliti lakukan, diperoleh
rekomendasi untuk masalah kemacetan lalulintas yang diakibatkan oleh aktivitas pedagang
kaki lima dimana :
121
5.2.1 Rekomendasi Untuk Masyarakat
a. Adanya penyuluhan dari pemerintah dalam penataan pedagang kaki lima agar
dialokasikan ketempat yang lebih layak dan bagus demi keselamatan pengguna jalan dan
konsumen beserta pedagang kaki lima.
b. Selain itu juga masyarakat dapat menekan kepadatan lalulintas dari kemacetan
dengan cara mereka tidak melewati jalan KH. Agus Salim Semarang agar terhindar dari
kemacetan lalulintas. Dikarenakan dapat merugikan waktu tempuh dan dapat menambah
durasi lamanya perjalanan
122
5. Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL (PKL yang menempati lokasi
yang sesuai peruntukan dan tidak sesuai peruntukan dapat dipindahkan atau
direlokasi dan PKL yang menempati lokasi sesuai peruntukan sebagaimana
dimaksud dapat dipindahkan apabila terjadi perubahan peruntukan lokasi PKL
sesuai Perencanaan Pembangunan Daerah. kemudian Penghapusan lokasi PKL
sebagaimana dimaksud dilakukan apabila terjadi Peralihan Fungsi atau
Peruntukan Lokasi PKL)
6. Peremajaan lokasi PKL (Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud
untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota)
Adapun solusi yang diperlukan akibat keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang
menimbulkan kemacetan lalulintas. Dengan rekomendasi solusi yaitu:
a. Adanya relokasi tempat untuk para pedagang kaki lima (PKL) berjualan
seperti di alun-alun kota,taman kota atau ruang terbuka hijau untuk
mengurangi kepadatan dari PKL yang berjualan di bahu jalan
b. Menertibkan dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk mengurangi kegiatan PKL yang melanggar aturan demi terciptanya
keserasian atau keindahan jalur-jalur lalulintas atau lainnya yang
menyebabkan keberadaan PKL tersebut menjadi terganggu.
c. Pemerintah dianjurkan untuk menyediakan tempat yang layak,aman dan
strategis untuk para pedagang kaki lima berjualan dengan memikirkan ruang
penempatan dari sisi penjual,pembeli dan masyarakat lainnya serta pengguna
jalur lalulintas agar tidak saling merugikan satu sama lain.
d. PKL yang berjualan di bahu jalan perlu adanya penegasan dalam ketertiban
yang ada dengan hal yang paling sederhana adalah memasang rambu-rambu
atau larangan dan juga banner jika diperlukan agar masyarakat paham akan
aturan yang berlaku untuk mencapai ketertiban bersama
e. Adanya penguatan kelembagaan organisasi perangkat daerah yang menangani
urusan PKL diringi dengan konsep perencanaan yang terintegrasi antar
beberapa aspek yang berkaitan dengan penataan dan pemberdayaan PKL
123
f. Perlu pembentukan forum PKL agar aspirasi dan ide PKL dapat didengar dan
menjadi bagian dari pengambil keputusan penataan PKL
g. Pemerintah perlu melibatkan PKL,masyarakat dan akademisi dalam
mempersiapkan konsep penataan PKL dilokasi penelitian
124
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
KAJIAN KEBIJAKAN
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I (Kecamatan Semarang
Tengah,Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan) Tahun 2000-1010
Peraturan Paerah Kota Semarang Nomor 3 tahun 2018 tentang Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
LITERATURE
125
Hanifah,Ummi,dkk.(2015).”Kajian Karakteristik Pedagang Kaki Lima (Pkl) Yang
Mempengaruhi Terganggunya Sirkulasi Lalulintas Di Jalan Utama Perumahan Bumi
Tlogosari Semarang”. Kota Semarang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Vol 1, No 1
dan Hal 91-100)
Rahman, Musdalifah,dkk.(2016).”Pengaruh Aktivitas Perdagangan Dan Jasa
Terhadap Volume Lalu Lintas Di Ruas Jalan Hertasning Kota Makassar”. Kota Makassar.
Jurnal Plano Madani (Perencanaan Wilayah dan Kota) Vol 5, No 2 dan Hal 192-201
Syamsu, Hendri.(2020).”Pengaruh Hambatan Samping Aktifitas Pasar Tradisional
Pa’baeng-Baeng Terhadap Kinerja Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar”. Kota Makassar.
Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No -dan Hal 1-58)
Pertiwi, Anna Aga,dkk.( 2011).”Pengaruh Keberadaan Parkir Dan Pedagang Kaki
Lima Terhadap Biaya Kemacetan Dan Polusi Udara Di Jalan Kolonel Sugiono Malang”. Kota
Malang. Jurnal Rekayasa Sipil (Vol 5, No 3 dan Hal 161-167)
Taufik, Mukti dan Su Ritohardoyo.( 2016).”Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki
Lima Terhadap Lalu Lintas Di Jalan Kh Zaenal Mustofa, Kota Tasikmalaya”. Kota
Tasikmlaya. Jurnal Bumi Indonesia (Vol 5, No 4 dan Hal 1-12)
Nody,Rian,dkk.( 2018).”Pengaruh Kemacetan Akibat Parkir Pada Badan Jalan
Terhadap Biaya Operasional Kendaraan (Studi Kasus Jalan Gajah Mada Pasar Flamboyan
Pontianak)”. Kota Pontianak. Jurnal JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang (Vol 5, No
1 dan Hal 1-9)
Fadriani, Hetty dan Ahmad Iskandar Syah.(2019).” Pengaruh Pedagang Kaki Lima Di
Badan Jalan Terhadap Kecepatan Dan Kapasitas Jalan”. Kota Bandung. Jurnal Isu Teknologi
(Vol 14, No 1 dan Hal 1-7)
Azhari, Bayu.(2017).” Pengaruh Pedagang Kaki Lima Terhadap Kinerja Ruas Jalan
Aksara”. Kota Medan . Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No - dan Hal 1-89)
Hajrianti Sari, Siti.(2018).” Pengaruh Keberadaan Aktivitas Pedagang Informal
Terhadap Fungsi Ruang Milik Jalan Di Sepanjang Jl. Hertasning Sampai Jl. Tun Abdul
Razak”. Kota Makassar. Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No - dan Hal 1-144)
Firlians, M. N.dkk. (2015)."Kajian Karakteristik Hambatan Samping Di Ruas Jalan
Prof.M.Yamin". Kota Sungai Penuh, 1(3), 1–12.
126
Susilo, A. (2011)."Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima
Menempati Bahu Jalan Di Kota Bogor (Studi Kasus Pedagang Sembako Di Jalan Dewi Sartika
Utara)".Kota Bogor 103.
127
LAMPIRAN
128
1. Hasil Distribusi Frekuensi
Statistics
Lokasi Moda
Berdagan Ukuran Tipe Jenis Lokasi Transport
g Sarana Unit Barang Waktu Parkir asi
N Valid 51 51 51 51 51 51 51
Missi 0 0 0 0 0 0 0
ng
Tipe Unit
Cumulative Waktu
Frequency Percent Valid Percent Percent Cumulative
Valid Mobile 21 41,2 41,2 41,2 Frequency Percent Valid Percent Percent
Semi Static 25 49,0 49,0 90,2 Valid 07.00 - 12.00 jam 1 2,0 2,0 2,0
Static 5 9,8 9,8 100,0 09.00 - 17.00 jam 49 96,1 96,1 98,0
Total 51 100,0 100,0 12.00 - 22.00 jam 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
129
Ukuran Sarana Lokasi Parkir
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <1 m2 1 2,0 2,0 2,0 Valid Bahu Jalan 5 9,8 9,8 9,8
1 - 3 m2 39 76,5 76,5 78,4 Jalur Lalulintas 46 90,2 90,2 100,0
> 3 m2 11 21,6 21,6 100,0 Total 51 100,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
Moda Transportasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sepeda Motor 48 94,1 94,1 94,1
Mobil 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0
130
2. Hasil Uji Validitas
Validitas
Correlations
Lokasi Ukuran Tipe Jenis Moda
Berdagang Sarana Unit Barang Waktu Lokasi Parkir Transportasi Total
Lokasi Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a
Berdagang Sig. (2-tailed) . . . . . . .
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Ukuran Pearson Correlation .a 1 ,285* -,117 ,223 ,294* ,453** ,651**
Sarana Sig. (2-tailed) . ,043 ,414 ,115 ,036 ,001 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Tipe Unit Pearson Correlation .a ,285* 1 -,203 ,154 ,353* ,382** ,716**
Sig. (2-tailed) . ,043 ,154 ,279 ,011 ,006 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Jenis Pearson Correlation .a -,117 -,203 1 ,000 -,317* ,094 ,259
Barang Sig. (2-tailed) . ,414 ,154 1,000 ,023 ,510 ,067
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Waktu Pearson Correlation .a ,223 ,154 ,000 1 ,000 ,000 ,323*
Sig. (2-tailed) . ,115 ,279 1,000 1,000 1,000 ,021
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Lokasi Pearson Correlation .a ,294* ,353* -,317* ,000 1 ,082 ,402**
Parkir Sig. (2-tailed) . ,036 ,011 ,023 1,000 ,565 ,003
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Moda Pearson Correlation .a ,453**,382** ,094 ,000 ,082 1 ,620**
Transportas Sig. (2-tailed) . ,001 ,006 ,510 1,000 ,565 ,000
i N 51 51 51 51 51 51 51 51
Total Pearson Correlation .a ,651**,716** ,259 ,323* ,402** ,620** 1
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,067 ,021 ,003 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
131
3. Hasil Uji Reabilitas
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,299 7
132
4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
LOKASI PARKIR
Regression
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,956 ,445 6,638 ,000
Ukuran sarana ,142 ,092 ,212 1,541 ,130
Tipe unit ,119 ,064 ,257 1,863 ,069
Jenis barang -,125 ,069 -,240 -1,811 ,077
Waktu aktivitas -,131 ,201 -,087 -,652 ,518
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
133
Regresi Linier Berganda Aspek Moda Trasnportasi
MODA TRANSPORTASI
Regression
ANOVAa
Variables Entered/Removeda Sum of Mean
Variables Variables Model Squares df Square F Sig.
Model Entered Removed Method 1 Regressio ,942 4 ,235 5,757 ,001b
1 Waktu . Enter n
aktivitas, Jenis Residual 1,882 46 ,041
barang,
Ukuran sarana, Total 2,824 50
Tipe unitb
a. Dependent Variable: Moda transportasi
a. Dependent Variable: Moda transportasi
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe
b. All requested variables entered.
unit
Model Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R Square Square the Estimate
1 ,578a ,334 ,276 ,202
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang,
Ukuran sarana, Tipe unit
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,501 ,328 4,580 ,000
Ukuran sarana ,221 ,068 ,416 3,245 ,002
Tipe unit ,120 ,047 ,328 2,558 ,014
Jenis barang ,086 ,051 ,210 1,700 ,096
Waktu aktivitas -,170 ,148 -,143 -1,155 ,254
a. Dependent Variable: Moda transportasi
134
5. Lampiran Quesioner
FAKULTAS TEKNIK
LAMPIRAN QUESIONER
Hormat saya,
Nanda Maharani
(31201700045)
135
B PETUNJUK PENGISIAN QUESIONER
Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda (v) pada salah satu
jawaban yang tersedia. Kemudian hanya terdapat satu jawaban saja yang
dimungkinkan untuk setiap jawaban dari pertanyaan. Data responden dan semua
informasi yang diberikan akan menjamin kerahasiaannya. Perlu kami sampaikan
bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademik dan tidak akan
berpengaruh pada status Bapak/Ibu/Sdr/i.
Saya juga memohon bantuan dari Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan sejujur-jujurnya,secara objektif dan apaadnya karena isian sangat berarti bagi
penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
TABEL PERTANYAAN
VARIABEL PERTANYAAN KEGIATAN PKL
A. ASPEK RUANG AKTIVITAS PKL
1. Lokasi Berdagang : Bahu jalan sampai
Jalur hijau Bahu jalan masuk jalur
lalulintas
2. Ukuran sarana aktivitas PKL :
< 1m2 1-3 m2 > 3m2
Keterangan sarana usaha*
3. Tipe unit PKL :
Mobile Semistatic Static
B ASPEK AKTIVITAS PKL
1. Jenis barang dan dagangan PKL :
Jasa Non Makanan Makanan
Keterangan jenis*
2. Waktu Aktivitas PKL :
07.00 – 12.00 09.00 – 17.00 12.00 – 22.00
Keterangan omset perhari*
Keterangan Jumlah pembeli perhari*
136
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG
LAMPIRAN QUESIONER
Hormat saya,
Nanda Maharani
(31201700045)
TABEL PERTANYAAN
VARIABEL PERTANYAAN
KEGIATAN PENGGUNA JALAN
PENGGUNA JALAN
ASPEK PERGERAKAN
KONSUMEN
1. Sarana transportasi apa yang :
digunakan saat melintasi jalan H Agus Sepeda Sepeda motor Mobil
Salim Semarang?
2. Dimana anda memakirkan kendaraan Halaman
: ruko Bahu jalan Jalur
saat berada di Jalan KH. Agus Salim lalulintas
Semarang?
Lama belanja*
138
6. Lampiran Kegiatan Survey Responden
Hasil Survey Responden Pedagang Kaki Lima Dan Pengguna Jalan
Tipe Aspek Ruang Aktivitas PKL Aspek Aktivitas PKL Aspek Pergerakan
Karakt Konsumen
erisitik
Sarana Lokasi Ukuran Tipe Jenis Barang Waktu Lokasi Moda
Aktivitas Berdagang Sarana Unit Dagangan Aktivitas Parkir Transp
PKL PKL Aktivita PKL PKL ortasi
s
PKL Unprocessed And Semiprocessed Food
A Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
B Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
C Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
D Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
E Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
F Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
G Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
H Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
PKL Prepared Food
A Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
B Warung Bahu Jalan > 3 M2 Static Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Minuman Lalulintas Dan
Mobil
C Kendaraan Bahu Jalan 1 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
D Tenda Bahu Jalan >3 M2 Static Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Mobil
Minman Lalulintas
E Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Static Minman Lintas
F Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Minman Lalulintas
G Tenda Bahu Jalan > 3 M2 Semi Makanan & 12.00 – 22.00 Jalur Lalu Motor
Static Minman Lintas
H Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Static Minuman 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
I Tenda Bahu Jalan 1-3 M2 Static Minuman 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
J Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Minuman Lintas
K Meja Bahu Jalan 1-3 M2 Semista Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Jongko tic Minuman Lintas
L Gerobak Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
M Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Minuman Lintas
N Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
O Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Static Lintas
P Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 07.00 – 12.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
139
Q Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semista Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
tic Lintas
PKL Non Food
A Tenda Semi Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Mobil
Permanen Static Makanan Lalulintas
(Jual
Kaset/CD)
B Gelaran Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Jual Kaca)
C Gelaran Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Jual Figura)
D Meja Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
/Jongko Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
E Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semista Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
tic Makanan Lalulintas
(Jual Pot)
F Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Jual Pot)
G Meja/Jongk Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Jual Tekstil
& Alat
Rumah
Tangga)
H Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
I Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Tekstil )
J Meja/Jongk Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Jual Figura&
Sandal)
K Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
L Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
M Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
N Meja/Jongk Bahu Jalan 1–3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
O Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
P Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
Q Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Karpet
Tekstil)
140
R Meja / Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Jongko Static Makanan Lalulintas
(Sandal)
S Meja/Jongk Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
T Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Kaset/CD)
U Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
V Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
W Meja/Jongk Bahu Jalan > 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Makanan Lalulintas
(Tekstil&Pot)
X Kendaraan Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Alat Teknik)
PKL Service
A Meja/Jongko Bahu Jalan 1- 3 M2 Mobile Jasa Reparasi 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Lalulintas
B Meja/Jongko Bahu Jalan 1- 3 M2 Static Jasa Reparasi 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Lalulintas
141
Hasil Dokumentasi Pedagang Kaki Lima
142
F
143
D
144
J
145
P
146
E
147
K
148
Q
149
W
Service Jasa
A
150
7. Lampiran Lembar Hasil Asistensi
a. Dosen Pembimbing 1 : Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT (Sidang Pembahasan)
151
152
153
154
Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT (Sidang Pendadaran)
155
b. Dosen Pembimbing 2 : Ir.H. Rachmat Mudiyono.,MT.,PhD (Sidang Pembahasan)
156
Ir.H. Rachmat Mudiyono.,MT.,PhD (Sidang Pendadaran)
157
c. Dosen Penguji : Hasti Widyasamratri, S.Si.,M.,Eng.,Ph.D (Sidang Pendadaran)
158
8. Hasil Koreksi Seminar Pembahasan
a. Pembimbing I : Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT
159
c. Penguji : Hasti Widyasamratri,S.Si.,M.Eng.,Ph.D
160
9. Hasil Koreksi Seminar Pendadaran
161
10. Berita Acara Pembahasan
Tanggapan
a. Setelah melakukan analisis yang lebih lanjut menghasikan teknik analisis regresi linier
berganda untuk mengetahui hubungan atau pengaruh yang dihasilkan
b. 1. Dari hasil analisis perhitungan regersi linier diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel yaitu
3,421>3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada aspek lokasi parkir
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan besar
nilai koefisien nilai korelasi (R) sebesar 0,229 dengan mengndung artian bahwa aktifitas PKL
dari pergerakan lokasi parkir dengan kemacetan lalulintas memiliki hubungan positif yang
cukup dimana semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan KH. Agus Salim Semarang
maka akan menimbulkan kemacetan lalulintas
2. Dari hasil analisis perhitungan regersi linier diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel hitung
5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada aspek moda transportasi
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan besar
nilai koefisien nilai korelasi (R) sebesar 0,334 dengan mengandung artian bahwa aktifitas PKL
dari moda transportasi yang digunakan dengan kemacetan lalulintas memiliki hubungan positif
yang cukup tinggi dimana semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan KH. Agus Salim
Semarang maka akan menimbulkan kemacetan lalulintas
2. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing I (Ardiana Yuli Puspitasari.,ST.,MT)
a. Ada satu langkah yang belum dicapai yaitu analisis dalam metode yang digunakan
b. Cek kembali skoring yang anda gunakan dalam metode penelitian anda
162
c. Tambahkan peta spasial dalam aspek PKL yang elah ditentukan
Tanggapan
a. Setelah melakukan analisis yang lebih lanjut menghasikan teknik analisis regresi linier
berganda untuk mengetahui hubungan atau pengaruh yang dihasilkan
b. Penyusun menggunakan teknik skoring sturges untuk mengetahui nilai yang
dihasilkan
c. Peta spasial PKL telah dimasukkan dalam laporan sesuai dengan analisis yang ada
3. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing II (Ir H.Rachmat Mudiyono., MT.,Ph.D)
a. Cek kembali satuan dalam melihat kapasitas jalan
b. Berikan solusi sesuai dengan hasil pengaruhnya PKL terhadap kemacetan lalulintas
c. Gunakan susunan bahasa sesuai dengan SPOk atau ejaan yang baik
Tanggapan
a. Satuan dalam kapasias jalan adalah kend/km karena pengeukuran tersebu dilakukan
untuk mengetahui sebesarapa banyak kendaraan yang melintas pada jarak lokasi
penelitian yang telah ditentukan
b. 1. Adanya relokasi tempat untuk para pedagang kaki lima (PKL) berjualan seperti di
alun-alun kota,taman kota atau ruang terbuka hijau untuk mengurangi kepadatan dari
PKL yang berjualan di bahu jalan
2. Menertibkan dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mengurangi kegiatan PKL yang melanggar aturan demi terciptanya keserasian atau
keindahan jalur-jalur lalulintas atau lainnya yang menyebabkan keberadaan PKL
tersebut menjadi terganggu.
3. Pemerintah dianjurkan untuk menyediakan tempat yang layak,aman dan strategis
untuk para pedagang kaki lima berjualan dengan memikirkan ruang penempatan dari
sisi penjual,pembeli dan masyarakat lainnya serta pengguna jalur lalulintas agar tidak
saling merugikan satu sama lain.
4. PKL yang berjualan di bahu jalan perlu adanya penegasan dalam ketertiban yang ada
dengan hal yang paling sederhana adalah memasang rambu-rambu atau larangan dan
juga banner jika diperlukan agar masyarakat paham akan aturan yang berlaku untuk
mencapai ketertiban bersama.
c. Penggunaan bahasa sesuai dengan SPOK telah direvisi oleh peneliti
163
164
11. Berita Acara Pendadaran
Tanggapan
Tanggapan
Tanggapan
165
a. Pembahasan karakterisitik sudah di lengkapi pada laporan
b. Rencana penataan PKL telah diatur pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3
tahun 2018 tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada BAB IV
Pasal 12 dalam penataan PKL di Kota Semarang
c. . Menurut tempatnya pelaku parkir menggunakan tempat parkir di jalan atau on street
parkirng sebagai tempat memakirkan kendaraannya sudah diejlaskan lebih lanjut pada
laporan
166
12. Hasil Uji Turnitin
167
168
169