Anda di halaman 1dari 169

PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP

KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM


SEMARANG
TUGAS AKHIR

TP62125

Disusun Oleh :

NANDA MAHARANI

31201700045

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

2021
PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM
SEMARANG
TUGAS AKHIR
TP62125

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Perencanaan Wilayah Dan Kota

Disusun Oleh :

NANDA MAHARANI

31201700045

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir yang berjudul
“Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalulintas Di
Jalan KH. Agus Salim Semarang”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat
menyelesaikan studi pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang. Dengan selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
semua pihak. Sehingga pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, yaitu:

1. Allah SWT yang telah memberikankasih berkah,rahmat dan hidayah-Nya agar


penlis dapat mengerjakan dan menyelesaikannya.
2. Ir. H. Rachmat Mudiyono, MT.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Islam Sultan Agung Semarang
3. Dr. Mila Karmilah.,ST.,MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung Semarang; dan Selaku
Dosen Koordinator Tugas Akhir
4. Ardiana Yuli Puspitasari,ST.,MT Selaku dosen pembimbing ke-1 yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran selama bimbingan sampai sidang
dilaksanakan serta perbaikan laporan ini.
5. Ir. H. Rachmat Mudiyono, MT.,Ph.D, Selaku dosen pembimbing ke-2 yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran selama bimbingan sampai sidang
dilaksanakan serta perbaikan laporan ini..
6. Seluruh Staf Bagian Administrasi Pengajaran Fakultas Teknik UNISSULA yang
sudah memberikan pelayanan administrasi dengan baik;
7. Kedua Orang Tua tercinta, dan Saudara saya yang selalu mendukung, dan semangat
dalam menyesesaikan Tugas Akhir
8. Teman – teman Planologi angakatn 2017 yang memberikan support dan berbagai
pengalaman dalam menempuh pendidikan

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini masih terdapat beberapa
kekurangan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang,Agustus 2021
Nanda Maharani
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” QS. Ali Imran(110)

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca
Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” QS. Thaha (114)

Tugas akhir ini penyusun persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih
kepada:

Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya agar penulis
dapat mengerjakan dan meyelesaikannya

Skripsi ini saya tujukan kepada Orang Tua penyusun Lukman Santoso dan Siti Maesaroh,
dan saudara saya Nafrilia Ade Maharani yang telah banyak membantu dari segi materi dan
non materi

Bapak/Ibu Dosen semoga bekal ilmu yang diberikan menjadikan bermanfaat dikemudian
hari bagi saya dan kehidupan saya kedepannya

Kepada Rizki Aldian Destanto yang selalu mendukung saya ketika saya kehilangan
kepercayaan pada diri sendiri. Terimakasih atas kebaikan yang telah diberikan selama ini.

Untuk saya sendiri terimakasih masih selalu berproses di dalam maupun diluar yang
berkaitan dengan pendidikan untuk mencari pengalaman yang lebih banyak, dan terimakasih
atas rasa syukur yang selalu dipanjatkan atas apa-apa yang telah ditetapkan oleh sang pencipta
Allah SWT.

Nanda Maharani
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : NANDA MAHARANI

NIM : 31201700045

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA
Fakultas : TEKNIK

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Tugas Akhir/Skripsi/Tesis/Disertasi*


dengan judul :

PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP


KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM SEMARANG

dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak
Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialihmediakan, dikelola dalam pangkalan data,
dan dipublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap
mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari terbukti ada
pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan
hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas
Islam Sultan Agung.

Semarang, 30 Desember 2021


Yang menyatakan,

(Nanda Maharani)
ABSTRAK
“Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalulintas Di
Jalan KH. Agus Salim Semarang”.
Oleh :
Nanda maharani

Kemacetan lalulintas yang ada dijalan KH.Agus Salim Semarang disebabkan oleh aktivitas
perekonomian dan keberadaan pasar Johar yang sebagai pusat perdagangan. Hal ini
menjadikan jalan KH.Agus Salim memiliki peran yang cukup penting dikarenakan sebagai
salah satu jalur lalulintas untuk menuju ke pasar Johar. Kemudian juga keberadaan pedagang
kaki lima (PKL) yang berdagang di sisi jalan menyebabkan terhambatnya sirkulasi lalulintas
yang ada. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan teknik analisis
regresi linier berganda untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima dan kemacetan
lalulintas yang ditimbulkannya. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa karakterisitk PKL
didasarkan tiga aspek yaitu aspek ruang aktivitas,aspek aktivitas dan aspek pergerakan. Hasil
dari uji pengaruhnya pedagang kaki lima terhadap kemacetan lalulintas diketahui kecepatan
lalulintas 10-20km/jam,kapasitas jalan 1.419 smp/jam,derajat kejenuhan 0,77 dan tingkat
pelayanan jalan kategori D. Dari hasil Uji F,Uji T dan Uji Koefisien Determinasi menunjukan bahwa
keberadaan pedagang kaki lima memiliki pengaruh terhadap kemacetan lalulintas dari sisi pengguna jalan jika
dilihat dari aspek pergerakan konsumen dan lokasi parkir konsumen. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
adanya aktivitas kegiatan pedagang kaki lima (PKL) dapat mempengaruhi kemacetan
lalulintas.

Kata kunci : PKL,Kemacetan,Karakterisitik PKL


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................. 1


HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. 2
HALAMAN PENGESAHAN .................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 4
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................................. 6
ABSTRAK ................................................................................................................................. 8
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 9
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... 14
BAB I ....................................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 15
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 15
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ............................................................... 16
1.2.1 Masalah Penelitian .................................................................................................. 16
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 16
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ....................................................................................... 16
1.3.2 Sasaran Penelitian ................................................................................................... 16
1.4 Manfaat Teoritis ............................................................................................................ 17
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................................. 17
1.5.1 Ruang Lingkup Substansi ....................................................................................... 17
1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah ........................................................................................ 17
1.6 Keaslian Penelitian ......................................................................................................... 19
1.7 Kerangka Pikir ............................................................................................................... 25
1.8 Metode Penelitian ......................................................................................................... 26
1.8.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................................. 26
1.8.2 Tahapan Penelitian .................................................................................................. 27
1.8.3 Populasi dan sampel ................................................................................................ 30
1.8.4 Metode Analisis Data .............................................................................................. 31
1.8.5 Tahapan Analisis ..................................................................................................... 34
1.9 Sistematika Pembahasan ............................................................................................... 35
BAB II ...................................................................................................................................... 36
KAJIAN TEORI....................................................................................................................... 36
2.1. Pedagang Kaki Lima (PKL) .......................................................................................... 36
2.1.1 Karakterisitik Pedagang Kaki Lima (PKL) ............................................................. 37
2.1.2 Paradigma Kebijakan Untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) ..................................... 38

9
2.1.3 Pola Pelayanan Pedagang Kaki Lima (PKL) .......................................................... 39
2.1.4 Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) ........................................................ 40
2.2. Transportasi................................................................................................................... 41
2.2.1 Pengertian Transportasi........................................................................................... 41
2.2.2. Sistem Transportasi ................................................................................................ 42
2.3. Jalan Perkotaan ............................................................................................................. 44
2.3.1. Karakteristik Jalan Perkotaan................................................................................. 44
2.4 Kemacetan Lalu lintas .................................................................................................... 47
2.4.1 Kapasitas Jalan ........................................................................................................ 47
2.4.2 Volume Lalu Lintas ................................................................................................ 47
2.4.3 Tingkat Pelayanan Jalan (LOS atau Level Of Service) .......................................... 48
2.4.4 Derajat Kejenuhan................................................................................................... 49
2.4.5 Aktivitas Samping Jalan atau Hambatan Samping ................................................. 49
2.3 Kesimpulan Landasan Teori .......................................................................................... 52
BAB III..................................................................................................................................... 53
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN ........................................................... 53
3.1 Letak Geografis dan Administratif Wilayah Penelitian ................................................. 53
3.2 Sejarah Lokasi Penelitian Kelurahan Purwodinatan ...................................................... 56
3.3 Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah .............................................................. 57
3.4 Kondisi Fisik Alam Kecamatan Semarang Tengah ....................................................... 57
3.5 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim ............................... 59
3.5.1 Sarana Perdagangan dan jasa .................................................................................. 60
3.5.2 Jenis Dagangan ....................................................................................................... 61
3.5.3 Sifat Berdagang ....................................................................................................... 62
3.5.4 Ruang Berdagang .................................................................................................... 63
3.5.5 Kondisi Umum Prasarana Penunjang Pedagang Kaki Lima ................................... 63
BAB IV .................................................................................................................................... 69
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM SEMARANG ................. 69
4.1 Identifikasi Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim Semarang . 69
4.2 Identifikasi Kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) 71
4.2.1 Aspek Ruang Aktifitas PKL ................................................................................... 79
4.2.2 Aspek Akifitas Pedagang kaki Lima ....................................................................... 85
4.2.3 Aspek Pergerakan Konsumen ................................................................................. 90
4.2.4 Hasil Uji Validitas................................................................................................... 92
4.2.5 Hasil Uji Reabilitas ................................................................................................. 92
4.2.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda .......................................................................... 93

10
4.3 Identifikasi Lalu lintas dan kemacetan di Jalan KH. Agus Salim Semarang ............... 102
4.4 Korelasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Terhadap Kemacetan Lalulintas ................. 114
BAB V.................................................................................................................................... 120
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 120
5.2 Rekomendasi ................................................................................................................ 121
5.2.1 Rekomendasi Untuk Masyarakat .......................................................................... 122
5.2.2 Rekomendasi Untuk Pemerintah ........................................................................... 122
5.3 Solusi Untuk Pedagang Kaki Lima Dalam Kemacetan Lalulintas .............................. 123
5.4 Kekurangan Studi ......................................................................................................... 124
5.5 Rekomendasi Studi Lanjutan ....................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 125
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 128

11
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1 Keaslian Penelitian .................................................................................................. 20
Tabel I. 2 Kebutuhan Data Primer ........................................................................................... 30
Tabel I. 3 Kebutuhan Data Sekunder ....................................................................................... 30
Tabel I. 4 Penentuan Skor Jawaban ......................................................................................... 33
Tabel I. 5 Matriks Analisis Studi ............................................................................................. 34
Tabel II. 1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima ........................................................................ 37
Tabel II. 2 Paradigma Kebijakan Pedagang Kaki Lima ........................................................... 38
Tabel II. 3 Nilai EMP tiap Jenis Kendaraan ............................................................................ 48
Tabel II. 4 Standar tingkat pelayanan jalan .............................................................................. 49
Tabel II. 5 Faktor Bobot dalam Hambatan Samping ............................................................... 50
Tabel II. 6 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan (FSC) ......................................... 50
Tabel II. 7 Parameter,Variabel dan Indikator........................................................................... 51
Tabel II. 8 Parameter,Variabel dan Indikator Temuan Studi ................................................... 52
Tabel III. 1 Tabel Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah .......................................... 57
Tabel III. 2 Jenis Pedagang Kaki Lima (PKL) ......................................................................... 61
Tabel III. 3 Tipe Unit Pedagang Kaki Lima ............................................................................ 62
Tabel III. 4 Tipe Lokasi Berdagang Peagang kaki Lima ......................................................... 63
Tabel III. 5 Kondisi Jalan Di KH. Agus Salim Semarang ....................................................... 64
Tabel III. 6 Kondisi Prasaranan Persampahan ......................................................................... 66
Tabel III. 7 Kondisi Fasilitas Pendukung Jalan ....................................................................... 66
Tabel III. 8 Kondisi Parkir Jalan KH. Agus Salim Semarang ................................................. 68
Tabel IV. 1 Kriteria Pembobotan Karakterisitik Pedagang Kaki Lima ................................... 70
Tabel IV. 2 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Pagi Hari .................................................................................................................................. 72
Tabel IV. 3 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Siang Hari ................................................................................................................................ 75
Tabel IV. 4 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada
Sore Hari .................................................................................................................................. 78
Tabel IV. 5 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Lokasi Berdagang PKL ................................. 80
Tabel IV. 6 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Sarana PKL ......................................... 81
Tabel IV. 7 Hasil Distribusi Frekuensi Tipe Unit PKL ........................................................... 83
Tabel IV. 8 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran PKL ............................................................... 85
Tabel IV. 9 Hasil Distribusi Frekuensi Waktu Aktivitas PKL................................................. 87
Tabel IV. 10 Hasil Distribusi Frekuensi Moda Transportasi PKL........................................... 90
Tabel IV. 11 Hasil Distribusi Frekuensi Lokasi Parkir PKL ................................................... 91
Tabel IV. 12 Uji Validitas ........................................................................................................ 92
Tabel IV. 13 Uji Reabilitas ...................................................................................................... 92
Tabel IV. 14 Kriteria Nilai Koefisiensi Korelasi ..................................................................... 94
Tabel IV. 15 Hasil Uji F........................................................................................................... 94
Tabel IV. 16 Hasil Uji T .......................................................................................................... 95
Tabel IV. 17 Uji Koefisien Determinasi .................................................................................. 97
Tabel IV. 18 Hasil Uji F........................................................................................................... 98
Tabel IV. 19 Hasil Uji T .......................................................................................................... 99
Tabel IV. 20 Uji Koefisien Determinasi ................................................................................ 101
Tabel IV. 21 Volume lalu lintas Jalan KH. Agus Salim Semarang ....................................... 103
Tabel IV. 22 Ekivalensi Mobil Penumpang) EMP ................................................................ 104
Tabel IV. 23 Jam Puncak Jalan KH. Agus Salim Semarang ................................................. 106
Tabel IV. 24 Kapasitas Jalan di KH. Agus Salim Semarang ................................................. 106

12
Tabel IV. 25 Derajat kejenuhan Jalan KH. Agus Salim Semarang ....................................... 107
Tabel IV. 26 Kecepatan Waktu Tempuh Jalan KH. Agus Salim Semarang .......................... 108
Tabel IV. 27 Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan Di Jalan KH. Agus Salim Semarang
................................................................................................................................................ 109
Tabel IV. 28 Analisa Kinerja Jalan KH. Agus Salim ............................................................ 112
Tabel IV. 29 Matriks Temuan Studi Dalam Penelitian .......................................................... 114

13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah ...... 18
Gambar 1. 2 Gambar Lokasi Penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang ............................ 19
Gambar 1. 3 Diagram Kerangka Pikir..................................................................................... 25
Gambar 1. 4 Diagram Grand Teori ......................................................................................... 27
Gambar 2. 1 Pola penyebaran mengelompok Pedagang Kaki Lima (PKL) ............................ 40
Gambar 2. 2 Pola Penyebaran Memanjang Pedagang Kaki Lima (PKL) ................................ 41
Gambar 2. 3 Sistem Kelembagaan ........................................................................................... 42
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kecamatan Semarang Tengah ............................................... 53
Gambar 3. 2 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah ...... 55
Gambar 3. 3 Peta Lokasi penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang.................................... 55
Gambar 3. 4 Sarana Perdagangan dan jasa .............................................................................. 60
Gambar 3. 5 Jaringan Jalan ...................................................................................................... 63
Gambar 3. 6 Peta Jaringan Jalan KH. Agus Salim Semarang.................................................. 65
Gambar 3. 7 Jaringan Air Bersih.............................................................................................. 65
Gambar 3. 8 Kurva Grafik Waktu dan Kecepatan Akibat Aktivitas Pedagang Kaki Lima ..... 89
Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL) pada
Pagi Hari ................................................................................................................................. 72
Gambar 4. 2 Peta Kondisi Lalu Lintas Terhadap Aktivitas Perdagangan Kaki Lima (PKL) Pada
Siang Hari ................................................................................................................................ 74
Gambar 4. 3 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL) pada
Sore hari ................................................................................................................................... 77
Gambar 4. 4 Diagram Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima .............................................. 80
Gambar 4. 5 Peta Sebaran Lokasi Berdagang PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang ........ 81
Gambar 4. 6 Diagram Ukuran Sarana Aktivitas PKL .............................................................. 82
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Ukuran Sarana Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
.................................................................................................................................................. 83
Gambar 4. 8 Diagram Tipe Unit Pedagang Kaki Lima ............................................................ 84
Gambar 4. 9 Peta Sebaran Tipe Unit Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang..... 85
Gambar 4. 10 Diagram Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima ................................... 86
Gambar 4. 11 Peta Sebaran Jenis Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang .......... 87
Gambar 4. 12 Diagram Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima ............................................... 88
Gambar 4. 13 Chart Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima .................................................... 89
Gambar 4. 14 Diagram Aspek Pergerakan Konsumen ............................................................ 90
Gambar 4. 15 Diagram Lokasi parkir konsumen ..................................................................... 91
Gambar 4. 16 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Lokasi Parkir Konsumen ...... 96
Gambar 4. 17 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Moda Transportasi Konsumen
................................................................................................................................................ 100
Gambar 4. 18 Diagram Tingkat Pelayanan Jalan KH. Agus Salim ....................................... 110
Gambar 4. 19 Manajemen parkir di jalan KH. Agus Salim Semarang .................................. 112
Gambar 4. 20 Diagram Temuan Studi ................................................................................... 119

14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah transportasi memiliki peranan yang penting dimana untuk perkembangan yang
ada di kota dijadikan sebagai pendukung sebuah pergerakan ekonomi. Banyak kegiatan yang
memrlukan transportasi dan dapat memicu ekonomi pada sebuah kota atau wilayah yang ada.
namun beriringnya waku hal tersebut menuimbulkan bebrapa masalah yang ada dari
sosal,ekonomi,lingkungan dan maslaah yang sangat signifikan yaitu transportasi. Seperti
halnya kemacetan di kota Semarang kemacetan lalulintas ditimbulkan berbagai faktor dari
PKL,berambahnya kendaraan pribadi dan lain-lain (Rakasiwi, 2020)

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kelancaran lalulintas dari sisi dalam seperti
meningkatnya produksi kendaraan,kualitas infrastruktu,kapasitas jalan dan faktor eksternal
seperti kecelakan,bencan alam,PKL,on street parking dan lainnya.dari hal tersebut ,kajian akan
mengarah pada faktor ekternal yang berupa keberadaan aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL)
(Rakasiwi, 2020)

Dalam survey yang dilakukan oleh peneliti Jalan KH. Agus Salim berfungsi sebagai jalan
lokal sekunder yang memiliki jalan bertipe 4/2 D dengan median sebagai pemisah fisik jalur
lalu lintas. Pada siang hari kondisi lalulintas di jalan KH Agus Salim dipadati oleh aktivitas
perekonomian dan beberapa hal yang menurunkan kinerja lalulintas. Salah satu halnya adalah
hambatan samping seperti kendaraan mobil dan motor yang memakirkan kendaraannya dijalan.
Hampir separuh dari badan jalan difungsikan untuk memakirkan kendaraan yang ada.
Kemudian aktivitas PKL yang berdagang di jalur pedestrian. Aktivitas berikutnya adalah
terdapat kendaraan yang memuat barang di pertokoan yang bersangkutan karena tidak memiliki
lahan parkir yang cukup,kegiatan loading barang dilakukan pada badan jalan yang ada. Hal ini
menyebabkan penumpukan aktivitas yang padat sehingga menyebabkan kemacetan lalulintas.
Kemacetan lalulintas yang ada dijalan KH.Agus Salim juga disebabkan oleh aktivitas
perekonomian dan keberadaan pasar Johar yang sebagai pusat perdagangan. Hal ini
menjadikan jalan KH.Agus Salim memiliki peran yang cukup penting dikarenakan sebagai
salah satu jalur lalulintas untuk menuju ke pasar Johar. Kemudian juga keberadaan pedagang
kaki lima (PKL) yang berdagang di sisi jalan menyebabkan terhambatnya sirkulasi lalulintas
yang ada. Terdapat juga masyarakat yang lalu lalang berjalan menyebrang dijalan ini hanya

15
sekedar lewat atau membeli barang yang tawarkan oleh PKL tersebut. Tataguna lahan tidak
mencukupi ini menyebabkan kemacetan yang cukup mengganggu pengguna lalulintas.
Dalam pemilihan sebuah lokasi dengan faktor adanya kegiatan PKL yang berjualan di
kedua sisi jalan. Kegiatan PKL ini yang menggunakan bahu jalan memberikan sebuah dampak
terganggunya sirkulasi jalan.
Tujuan dalam Tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dampak pengaruh keberadaan
aktivitas tiap jenis Pedagang Kaki Lima (PKL) terkait dengan peningkatan kepadatan lalu lintas
berdasarkan karakteristik yang dimiliki, dimana hal tersebut menyebabkan dampak jangka
panjang kemacetan lalulintas disekitarnya. Volume lalulintas yang tinggi juga menjadi salah
satu faktor dari bertambahnya beban kinerja jalan dan hambatan samping jalan. Kegiatan PKL
yang berjualan dibahu jalan inilah menjadikan faktor uama dalam kemacetan yang ada.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Masalah Penelitian


Pada Jalan KH. Agus Salim sering terjadi kemacetan di ruas jalannya,dimana adanya
hambatan samping yang berupa kegiatan masyarakat yang melakukan parkir di bahu
jalan,pertokoan yang tidak menyediakan lahan parkir,kegiatan pedagang kaki lima,kebutuhan
ruang parkir dan tataguna lahan yang tidak mencukupi menyebabkan kemacetan lalu lintas dan
lain- lainnya. Adapun bebrapa pertanyaan yang disusun berdasarkan permasalahan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaiamana aktivitas Pedagang Kaki Lima dijalan KH.Agus Salim Semarang?

2. Bagaimana pengaruh aktivitas keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang


dapat menurunkan kinerja lalulintas di jalan KH.Agus Salim ?

3. Hal apa saja yang menyebabkan kemacetan lalulintas di jl. KH. Agus Salim
Semarang?

1.3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan dari sebuah penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktivitas pedagang kaki lima
(PKL) terhadap kemacetan lalulintas dijalan KH. Agus Salim Semarang

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian


1.3.2 Sasaran Penelitian
Agar tujuan tersebut tercapai penelitian ini mengarah pada sasaran yaitu :

16
1. Mengidentifikasi karakteristik kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL)

2. Menemukan pengaruh mengenai keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang


dapat mempengaruhi kinerja lalulintas di jalan KH.Agus Salim

3. Menemukan solusi dalam kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan oleh keberadaan
Pedagang Kaki Lima (PKL)

1.4 Manfaat Teoritis


Adapun manfaat dalam penelitian tugas akhir ini yaitu :

1. Memberikan bantuan sebuah pemikiran tentang karakterisitik Pedagang Kaki


Lima (PKL) di Jl. KH. Agus Salim Semarang
2. Sebagai sumber belajar untuk penelitian yang lainnya dengan berhubungan
karakterisitik pedagang kaki lima dan kemacetan

Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai:

1. Diri sendiri
Dimana dapat menambah wawasan mengenai keadaan pedagang kaki lima
dijalan KH. Agus Salim Semarang
2. Masyarakat
Digunakan sebagai bahan referensi dan wawasan mengenai karakteristik
pedagang kaki lima di jalan KH. Agus Salim Semarang

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Ruang Lingkup Substansi
Pembaasan dalam lingkup substansi ini diperlukan untuk penelitian ini,dengan batasan
sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi karakteristik tentang keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL)


di lokasi studi
2. Menemukan factor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Pedagang Kaki Lima
(PKL) terhadap kemacetan lalulintas di Jalan KH.Agus Salim

1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah


Lokasi studi penelitian ini berada di Kecamatan Semarang Tengah yang terletak di
Wilayah Pusat Kota Semarang, tepatnya pada posisi di 6 o58’52.41”LS dan 110o25’12.98” BT.,
dengan batas-batas sebagai berikut :

17
 Sebelah Utara : Kecamatan Semarang Utara.
 Sebelah Timur : Kecamatan Semarang Timur.
 Sebelah Selatan : Kecamatan Semarang Selatan.
 Sebelah barat : Kecamatan Semarang Barat.
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah di Jalan KH. Agus Salim yang
sebagai sampel kemacetan yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan dan jasa di Kota
Semarang. Peneliti mengambil salah satu sampel segmen di wilayah lokasi studi yaitu pada
segmen jalan lampu merah Hotel Metro sampai jembatan sungai Mberok (±200m) sebagai
sampel pengamatan mengenai karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL) dan identifikasi faktor
apa saja yang menyebabkan kemacetan di lokasi studi yang ada.

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang


Tengah
Sumber: Survey Primer,2021

18
Gambar 1. 2 Gambar Lokasi Penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber: Survey Primer,2021

1.6 Keaslian Penelitian


Pada keaslian penelitian yang ada literatur, dan tugas akhir. Pada tabel dibawah ini
merupakan penjelasan terkait keaslian penelitian berdasarkan dari fokus penelitian dilakukan
karena belum adanya pnelitian yang serupa dilokasi yang sedang di teliti

Penelitian yang berdasarkan fokus penelitian dimana bebarapa artikel atau jurnal
jurnal yang ada melakukan penelitian seperti menganalisis Faktor-faktor keberadaan Pedagang
Kaki Lima(PKL) dan karakteristikanya, dampak pengaruh adanya PKL, Pengaruh Hambatan
Samping Aktifitas Pasar Tradisional dan lain-lainnya.

Berikut merupakan tabel dalam keaslian penelitian yang telah di rangkum oleh peneliti
sebagai acuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

19
Kesimpulan dari keaslian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan pada penelitian “ Pengaruh Adanya Kegiatan Pedagang Kaki
Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Jalan KH. Agus Salim Semarang ” belum pernah dilakukan. Berikut merupakan matriks
hasil dari keaslian penelitian
yang terkait

Tabel I. 1 Keaslian Penelitian


No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
1. Galih Rakasiwi Kajian Dampak Bumi Vol 9, No 1 Kota Kuantitatif Untuk mengetahui seberapa Data yang diperoleh adalah
Persebaran Pedagang Indonesia dan Hal 1-9 Yogyakarta,2020 besar aktivitas PKL dan hasil dari lapangan dengan
Kakilima (PKL) dan onstreet parking yang ada kepadatan lalulintas dan data
On-Street Parking mengenai pelayanan jalan quesioner PKL
Terhadap Peningkatan dan faktor dari deraja
Kepadatan Lalu Lintas kejenuhan
di Kota Yogyakarta
2. Ummi Hanifah Kajian Karakteristik Perencanaan Vol 1, No 1 Kota Kuantitatif Mengatahui karakterisitk PKL yang ada dilokasi paling
Marshush dan Pedagang Kaki Lima Wilayah dan dan Hal 91- Semarang,2015 PKL yang menyabbakan mempengaruhi adalah
Wakhidah (Pkl) Yang Kota 100 sirkulasi terganggu semiprocessed food. Karena
Kurniawati Mempengaruhi saranayang digunakan dan
Terganggunya Sirkulasi lokasi berdagang
Lalulintas Di Jalan mempengaruhi sirkulasi
Utama Perumahan laluintas yang ada.
Bumi Tlogosari
Semarang
3. Musdalifah Pengaruh Aktivitas Plano Madani Vol 5, No 2 Kota Kuantitatif Untuk mengeahui berapa Hambatan sampng berada di
Rahman, Henny Perdagangan Dan Jasa (Perencanaan dan Hal Makassar,2016 banyak pengaruh PKL kaegori H. Voluem lalulintas
Haerany, dan Terhadap Volume Lalu Wilayah dan 192-201 terhadap volume lalulintas rata-rata 2.930 smp/jamdan
Misliah Idrus Lintas Di Ruas Jalan Kota) dalam meminimalisir

20
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
Hertasning Kota kemacetan yang ada
Makassar diakibatkan oleh perdagangan
dan jasa
4. Hendri Syamsu Pengaruh Hambatan Tugas Akhir Vol -, No - Kota Metode 1. mengetahui kinerja jalan Kinerja jalan berada pada
Samping Aktifitas Pasar dan Hal 1- Makassar,2020 deskriptif dantingkat hambatan kategori F dengan kelas
Tradisional Pa’baeng- 58 dan observasi samping beserta dapat hambatan samping yang
Baeng Terhadap arahan peningjatan kinerja tinggi. Saran dari penelitian ini
Kinerja Jalan Sultan jalan/. adalah mengoptimalkan
Alauddin, Kota penggunaan on street parkir
Makassar dan penambahan pintu masuk
pasar
5. Anna Aga Pertiwi, Pengaruh Keberadaan Rekayasa Vol 5, No 3 Kota Malang,2011 Evaluatif Untuk mengetahui apa saja Dari hasil yang ada pergerakan
Achmad Parkir Dan Pedagang Sipil dan Hal kuantitatif Pengaruh Keberadaan jalan kolonel mayoritas
Wicaksono, Kaki Lima Terhadap 161-167 dan Parkir Dan Pedagang Kaki berasal dari kantor
Mustika Anggraeni Biaya Kemacetan Dan deskriptif Lima Terhadap Biaya
Polusi Udara Di Jalan kualitatif Kemacetan Dan Polusi
Kolonel Sugiono Udara Di Jalan Kolonel
Malang Sugiono Malang
6. Mukti Taufik dan Pengaruh Keberadaan Bumi Vol 5, No 4 Kota Deskriptif Tujuan penelitian ini yaitu PKL di jalan KH Zaenal
Su Ritohardoyo Pedagang Kaki Lima Indonesia dan Hal 1- Tasikmlaya,2016 Kuantitatif menganalisis penggunaan memiliki pola linier dalam
Terhadap Lalu Lintas 12 ruang trotoar dan bahu jalan penyebarannya.dengan LOS
Di Jalan Kh Zaenal oleh kegiatan PKL serta kategori E dan tidak dapat
Mustofa, Kota pengaruh kegiatan PKL oleh menampung kapasitas jalan
Tasikmalaya kondisi arus lalu lintas di yang ada
jalan KH Zaenal Mustofa.
7. Rian Pengaruh Kemacetan JeLAST : Vol 5, No 1 Kota Kuantitatif Untuk mengetauhui Dari hasil analisis kinerja jalan
Nody,Syafaruddin Akibat Parkir Pada Jurnal PWK, dan Hal 1-9 Pontianak,2018 Pengaruh Kemacetan karena yang terjadi di Jalan Gajah
Badan Jalan Terhadap kegiatan Parkir Pada Badan Mada pada

21
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
AS dan Heri Biaya Operasional Laut, Sipil, Jalan Terhadap Biaya Minggu, 21 Mei 2017 sebesar
Azwansyah Kendaraan (Studi Kasus Tambang Operasional Kendaraan Rp 32019.231. Pada hari
Jalan Gajah Mada Pasar Senin, 22 Mei 2017 sebesar Rp
Flamboyan Pontianak) 32972,26. Pada hari Sabtu, 27
Mei 2017 dengan jumlah Rp
32392,95, Total semuanya
adalah Rp 97384,44.
8. Hetty Fadriani dan Pengaruh Pedagang Isu Teknologi Vol 14, No Kota Kausal- untuk mengetahui pengaruh Keberadaan PKL dibadan
Ahmad Iskandar Kaki Lima Di Badan 1 dan Hal 1- Bandung,2019 komparatif kegiatan PKL di badan jalan jalan membuat kecepatan
Syah Jalan Terhadap 7 oleh kecepatan kendaraan kendaraan jadi 93% dan
Kecepatan Dan dan kapasitas ruas jalan. kapasias turun sebesar 49%
Kapasitas Jalan
9. Bayu Azhari Pengaruh Pedagang Tugas Akhir Vol -, No - Kota Medan,2017 Kuantitatif Untuk mengetahui besarnya PKL yang berjualan dibadan
Kaki Lima Terhadap dan Hal 1- pengaruh PKL terhadap jalan maka didapat tingkat
Kinerja Ruas Jalan 89 kemacetan lalu lintas pada kemacetan lalu lintas yang
Aksara ruas jalan Aksara. terbesar (maksimum) per 200
m.
PKL yang di bahu jalan
mengakibakan hambaan
samping inggi.

10 Siti Hajrianti Sari Pengaruh Keberadaan Tugas Akhir Vol -, No - Kota Mixed 1. mengetauhui pengaruh Pengaruh PKL yang ada
Aktivitas Pedagang dan Hal 1- Makassar,2018 methods PKL karena ruang jalan menumbulkan penggunaan
Informal Terhadap 144 2. memiliki solusi dalam fungsi ruang milik jalan
Fungsi Ruang Milik penangan pedagang menimbulkan akivitas tinggi
Jalan Di Sepanjang Jl. informal yang menempati di ruas jalan.
Hertasning Sampai Jl. jalan Aspek pelayanan publik
Tun Abdul Razak menjadi negativ

22
No. Nama Judul Penelitian Nama Volume,N Lokasi dan Metode Tujuan penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Jurnal omor dan Tahun Penelitian Penelitian
Hal Jurnal
Dan dari segi kebihjakan
tataruang menjadikan
kerugian
Sumber : Hasil Analisis penyusun,2021

23
Diagram State Of The Art
Fokus : Pedagang Kaki Lima dan Kemacetan Lalu Lintas

Perbedaan dengan penelitian penulis :


Perbedaan Bayu Azhari Galih Rakasiwi Nanda Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Maharani
Judul Pengaruh Kajian Dampak Pengaruh  Siti Hajrianti Sari,2018
Pedagang Persebaran aktivitas  Bayu Azhari,2020
Kaki Lima Pedagang Pedagang  Galih Rakasiwi ,2020
Terhadap Kakilima (PKL) Kaki Lima  Hetty Fadriani dan Ahmad
Kinerja Ruas Dan On-Street (Pkl) Iskandar Syah,2019
Jalan Aksara Parking Terhadap Terhadap
Peningkatan Kemacetan Kemacetan Lalu Lintas
Kepadatan Lalu Lalu Lintas Di
Lintas Di Kota Jalan KH.
 Siti Hajrianti Sari,2018
Yogyakarta Agus Salim
 Bayu Azhari,2020
Semarang
 Hendry syamsu,2020
Lokasi Kota Kota Kota
 Mukti Taufik dan Su
Medan,2017 Yogayakarta,2020 Semarang,202 Ritohardoyo,2016
1
Metodologi Kuantitatif Kuantitatif Deskriptif
Kuantitatif
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

24
1.7 Kerangka Pikir
Studi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di Kota Semarang
dalam kasus Kemacetan Lalu lintas. Penelitian ini akan membahaas mengenai
Pengaruh Adanya Kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu
Lintas Di Jalan KH. Agus Salim Semarang. Secara diagramatis studi ini untuk
mengetahui karakteristik kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menyebabkan
kemacetan lalulintas di jalan KH. Agus Salim Semarang yang sebagai berikut
adalah :

Gambar 1. 3 Diagram Kerangka Pikir

1. Kepadatan lalulintas yang ada di jl. KH. Agus Salim Semarang disebabkan
ind
beberapa faktor salah satunya dalah keberadaan Pedagang kaki Lima (PKL)
2. Permasalahan mengenai pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan
mengganggu kelancaran lalulintas yang ada sehingga menyebabkan kemacetan

1.
Tujuan : menemukan pengaruh keberadaan tiap jenis kegiatan Pedagang Kaki Lima
Input

(PKL) terhadap kemacetan lalu lintas Jalan KH Agus Salim Semarang .

Sasaran :
1. Mengidentifikasi karakteristik tiap jenis kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL)
2. Menemukan faktor-faktor adanya keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dapat
mempengaruhi kinerja lalulintas di jalan KH.Agus Salim
3. Menemukan solusi dalam kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan oleh keberadaan
Pedagang Kaki Lima (PKL)

 Lokasi studi : Kajian teori :  Identifikasi


Jl. KH. Agus  Pedagang kaki lima (PKL) karakteristik
Salim  Kemacetan lalu lintas pedagang kaki
Kecamatan  ddw lima melalui aspek
Proses

Semarang pergerakan,aspek
Tengah,Kota Metode : Deskriptif Kuantitatif ruang aktvitas
Semarang PKL dan aspek
aktivitas PKL
 Kemacetan
Analisis : lalulintas
 Distribusi frekuensi
 Regresi linier berganda

Temuan studi
Output

Kesimpulan dan rekomendasi

Sumber : Analisis Penulis,2021


25
1.8 Metode Penelitian

Metode atau dikenal dengan “method” dimana yang secara harfiah memiliki arti
“cara”. Kemudian menurut bahasa Greeka metode atau metodik dari sebuah“metha”
dengan artian yaitu melalui dan “hodos” yang dengan arian jalan ataupun cara.
Sehingga secara garis besar metode memiliki pengertian sebagai pencapaian tujuan
tertentu dengan melalui suatu jalan atau cara.

Sugiyono 2006 mengatakan bawa sebuah metode penelitian hakikatnya


merupakan metode yang ilmiah dimana untuk mendapatkan hasil dengan adanya
maksud dan fungsi tertentu. Karena hal tersebut dapat beberapa kunci yang perlu
dipahami yaitu dengan cara yang ilmiah,kegunaan data dan tujuan. Untuk cara ilmiah
merupakan aktivitas studi didasarkan pada ciri keilmuan yang rasional,empiris dan
yang sistematis. Untuk rasional merupakan kegiatan dari penelitian tersebut dapat
dilakukan dengan cara yang masuk akal. Untuk empiris sendiri adalah metode yang
dipergunakan dimana dapat diamati oleh penglihaan. Untuk sistematis merupakan
proses yang dipergunakan pada penelitian dengan tahapan yang logis.

Data yang diperoleh dalam sebuah penelitian adalah data yang empiris atau
teramati dimana mempunyai kritera yang tertentu dengan artian valid. Dengan
menunjukan derajat ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek data
yang dikumpulkan oleh seorang peneliti. Sugiyono (2016) berkata bahwa dalam
penelitian memiliki suatu tujuan dan kegunannya masingmasing. Secara umum tujuan
dibedakan menjadi tiga yaitu sebuah penemuan,pembuktian dan pegembangan.
Penemuan dalam artian data yang diperoleh merupakan data yang benar baru
dikarenakan sebelumnya idak diketahui. Lalu pembuktian adalah informasi atau
pengetahuan tertentu,sedangkan pengembangan merupakan memperinsi dan
memperluas pengetahuian yang sudah ada.

1.8.1 Pendekatan Penelitian


Dalampenelitian yang digunakan dalampenelitian yang berjudul “Pengaruh
Adanya Kegiatan Pedagang Kaki Lima (Pkl) Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Jalan
Kh. Agus Salim Semarang” dengan menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif
rasionalistik. Metode penelitian yang digunakan dalam studi yaitu pendekatan deduktif
berdasarkan paradigma penelitian kuantitatif (deduktif) dengan tujuan untuk
membuktikan teori. Sedangkan rasionalistik merupakan suatu pendekatan secara teori

26
dan studi literatur sebagai tolak ukkur pendekatan proses analisis dan pembahasan
untuk menarik sebuh kesimpulan

Gambar 1. 4 Diagram Grand Teori

Parameter : Variabel :
Grand theory: Konsep :
a. karakterisitik a. aspek
- Pedagang Pengaruh aktivitas ruang,aktivitas,pergerakan
kaki lima PKL terhaap PKL b.
- Kemacetan kemacetan lalulintas b. Faktor kapasitas,volume,DS,W,ting
lalulintas kemacetan kat pelayanan
lalulintas

Indikator :
a. lokasi,ukuran,tipe
b. jenis dan waktu
c. sarana dan lokasi
Rasionalistik d. Data survey dan MKJI
(Interpretasi)

ABSTRAK Kuesioner

EMPIRIS

Analisis statistik : Pengolahan data


Regresi linier
berganda
Sumber : Analisis penyusun2021

1.8.2 Tahapan Penelitian


A. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan ini menjadi sebuah awal sebuah penelitian dimana semua
kebutuhan yang dipersiapkan lebih dahulu. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini
adalah dari mengidentifikasi sebuah masalah,bagaiamna menenukan sebuah lokasi
penelitian,dan melakukan sebuah kajian teori. Adapun langkah yang diperlukan untuk
proses penelitian yang ada:

1. Dalam perumusan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sasaran


penelitian. Permasalahan yang sedang diteliti dalam penelitian ini yaitu
berdasarkan fenomena yang berkaitan dengan kemacetan lalulintas yang
terjadi dilokasi penelitian. Kemudian, tujuan dan sasaran penelitian ini
memiliki fungsi unuk menjawab permaalahan yang diambil dalam sebuah
penelitian.
2. Penentuan lokasi penelitian

27
Saat menentukan sebuah lokasi studi diperoleh bebrapa faktor berdasarkan
tingkat keterjangkaun lokasi dari seorang peneliti,kemudian permasalahan
yang akan diambil dan ketersediaan sebuah kajian. Sebuah penelitian yang
berada di wilayah yang mengalami atau terindikasi fenomena aktivitas
pedagang kaki lima yang menyebabkan kemacetan lalulintas tepatnya di jalan
KH. Agus Salim,Semarang
3. Kajian teori serta literatur
Kajian yang berkaitan dengan studi kajian hambatan samping dan kemacetan
lalulintas. Sedangkan, untuk kajian literatur yaitu membahas kajian penelitian
yang sudah ada baik dari lokasi studi maupun fokus dari penelitian yang ada
dan metode analisi yang digunakan dalam penelitian dan yang mendukung
penelitian. Sebab itu dalammengkaji sebuah penelitian diwajibkan
memperhatikan buku atau referensi journal atau literarture sebelumnya.
4. Pengumpulan data Penelitian
Untuk data dari penelitian dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder.
Kemudian melakukan analisisndata yang disesuiakan dengan kebutuhan
penelitian.Selanjutnya data sekunder yang didapat diperoleh dari kajian,atau
data yang diberikan oleh dinas yang bersangkutan dengen penelitian atau
undnag-undang yang terkait.
5. Tahapan persiapan akhir berupa tahap urutan teknis, pelaksanaan kegiatan
survey ke lapangan meliputi mengumpulkan data, teknik penglolaan data dan
penyajian data, penyusunan rancangan studi dan melakukan obsesrvasi

B. Kebutuhan Data

Data adalah sebuah informasi penting yang digunakan dalam melakukan


penelitian, dengan adanya data maka analisis selanjutnya dapat dilaksanakan, data
menjadi sangat penting jika sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pada tahap
pengumpulan data disesuaikan dengan tujuan dan sasaran studi pada proses berikutnya
sehingga menjadi tahapan yang dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang seoptimal
mungkin. Langkah berikutnya yaitu teknik pengumpulan data yang berguna dalan
mendukung proses analisis penelitian, sehingga data yang diperlukan mengenai judul
“Pengaruh Adanya Kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu
Lintas Di Jalan KH. Agus Salim Semarang” membutuhkan data primer dan data
sekunder.

28
a. Data Primer

pada data ini bisa didapatkan dari mengumpulkan data secara langsung yang
sesuai dengan kondisi atau siuasi yang berada di eksisting, berikut merupakan kegiatan
peninjauan yang perlu dilakukan dalam pengumpula data primer meliputi:

a) Melakukan aktifitas berupa mengamati atau observasi di lokasi studi


untuk mendapatkan informasi dari segi fisik maupun non fisik. Tahapan
berikutnya yaitu metode pengumpulan data. Pada metode ini perlu
menggunakan alat untuk mengumpulkan data, dimana alat-alat yang
diperlukan meliputi:
 Penelitian yang dilakukan di lapangan, merupakan penelitian dengan
kegiatan pengamatan langsung terhadap suatu objek di lapangan dengan
tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui isu/ permasalahan
sebenarnya serta memperoleh informasi yang ada di lapangan
 Teknik Pengambilan Data (Observasi)
Teknik ini merupkan metode yang mengumpulkan data dengan teknik
yang rinci yaitu dengan kuesioner dan wawancara. Kedua teknik itu
sering berinteraksi dengan orang ,sedangkan teknik observasi tidak
terbatas oleh orang namun bisa objek-objek alam yang lain.
Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2016) menjelaskan
pengamatan adalah suatu bentuk proses yang komplek dimana proses
yang tersusun dari macam-macam proses biologis dan psikologi. Kedua
diantaranya yang terpenting merupakan proses pengamatan dan ingatan.
Pada teknik dengan pengamatan ini dipergunakan apabila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia,proses ker,gejala alan dan jika
responden yang di amati tidak terlalu besar. Dari sisi pelaksanaannya
observasi memiliki 2 jenis yaitu instrumentasi observasi (observasim
terstruktur dan tidak terstruktur). Pada penelitian yang disusu peneliti
tidak masuk dalam aktivitas masyarakat dilokasi studi atau non participant
sehingga peneliti merupakan pengamat yang independen
b) Data Sekunder

data sekunder diperoleh dari memahami berbagai dokumen atau kajian


literature yang berkaitan dengan judul penelitian. Karna teknik yang diperoleh

29
bermanfaat sebagai memperoleh data sekunder bisa berupa kajian yang
berkenaan dengan kondisi kawasan.

Tabel I. 2 Kebutuhan Data Primer


No. Indikator data Kebutuhan data Sumber data
1. Analisis karakteristik - Karakteristik pedagang Observasi lapangan
Pedagang Kaki Lima kaki lima
- pola penyebaran pedgang
kaki lima
2. Kemacetan lalulintas Kondisi lokasi studi dan Observasi lapangan
faktor apa saja yang
dihasilkan dalam
kemacetan lalulintas yang
ada dilokasi studi
Sumber : Analisis Penyusun,2021

Tabel I. 3 Kebutuhan Data Sekunder


No. Indikator data Kebutuhan data Sumber data
1. Analisis karakterisitk - peta letak administrasi  Citra google
pedagang kaki lima lokasi studi  RDTRK Semarang BWK
- kondisi PKL pada 1
lokasi studi  PERDA Kota Semarang
no.3 tahun 2018
2. Kemacetan lalulintas - peta letak administrasi  Citra google
 MKJI
Sumber : Analisis Penyusun,2021

1.8.3 Populasi dan sampel


a. Populasi

Populasi menurut (Sugiyono,2013) merupakan sebuah objek atau subjek yang


punya kualias dan karakteristik yang tertentu dimana diterapkan oleh peneliti yang
dipergunakan untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Pada
penelitian kali ini populasi yang diambil adalah populasi wilayah dan populasi
manusia. Untuk populasi manusia sendiri peneliti memfokuskan pada Pedagang
Kaki Lima yang berjualan dilokasi penelitian sebagai studi penelitian. Sedangkan
populasi wilayah yaitu jalan KH. Agus Salim Semarang. Dengan total responden
51 PKL dan konsumen sebagai aspek pergerakan pada pengguna jalan

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi atau disebut juga sebagian atau
wakil sari populasi yang dijadikan penelitian. Kemudian sampel penelitian

30
merupakan rangkaian dari sebuah populasi yang diambil dan digunakan untuk
sumber data sehingga dapat mewakili pada seluruh populasi yang ada. terdapat
penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti didalam penyusunan tugs akhir ini
adalahdengan menggunakan metode sampling jenuh. Sugiyono(2002) menjelaskan
bahwa “sampling jenuh merupakan sebuah teknik dalam menentukan sampel
apabila semua anggota populasi yang ada dipergunakan sebagai sampel.

Dalam metode sampel jenuh yang dipergunakan pada penelitian ini merupakan
non probability sampling. Menuru Sugiyono (2002) menjelaskan bahwa Non
Probability Sampling adalah sebuah teknik yang tidak memberikan sebuah peluang
ataupun sebuah kesempatan yang hasilnya sama pada setiap unsur ataupun anggota
populasi yang dipilih untuk dijadikan sampel.

Pada teknik Non Probability Sampling dengan tejnik sampling jenuh ini
dilakukan apabila populasi kecil dari, dari penelitian identifikasi pedagang kaki
lima yaitu 51 pedagang digunakan untuk menentukan sampel pada aspek
pergerakan konsumen sebagai pengguna jalan dilokasi penelitian dimana anggota
populasi ini menajdi sampel.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari sampling jenuh,dari kelebihan yang ada
teknik ini prakttis,mudah,tidak mengelurkan biaya banyak dan waktu yang
dibutuhkan tidak lama dalam mengolah paper wirte data sampel. Damun terdapat
kekurangan yaitu sampel ini tidak cocok jika populasi dengan anggota yang banyak
sehingga teknik ini hanya cocok untuk populasi yang kecil

1.8.4 Metode Analisis Data


Metode merupakan langkah dalam menyederhanakan data pada sebuah bentuk
yang lebih mudah dimengerti dan dijelaskan. Analissi ini dilakukan setelah data daru
semusa responden atau sumber yang lainnya terkumpul. Akivitas analisis daa
merupakan denganmelakukan pengelompokan data yang berdasarkan variabel,jenis
responden,atau tabel yang didasarkan jenis responden. Untuk perhitungan dalam
menganalisis rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah dianjurkan.

a. Analisis Deskriptif

dalam analsis ini merupakan sebuah metode yang dapat memberi sebuah
gambaran siuasi keadaan jadi metode ini memiliki kehendak mengadakan akumulasi
dasar pada data yang berlaku. Sugiyono berpendapat bahwa sebuh penelitian yang

31
deskriptif merupakan penelitian yang didasari untuk dapat mengetahui nilai variabel,
tanpa adanya membuat sebuah komparasi atau mengkorelasikan dengan variabel yang
lainnya. Kemudian dilakukan sebuah klasifikasi terhadap jumlah responden yang ada.
total nilai jawaban yang diperoleh disusun sesuai dengan krieria penilaian pada setiap
pertanyaan yang ada.

b. Analisis Distribusi Frekuensi

Pada analisis ini data yang ada di variabel skoring dilakukan dengan cara
menyusun sebuah tabel distribusi yang digunakan untuk mengetahui bagaimaan
tingkat perolehan nilai pada variabel sebuah penelitian masuk pada sebuah kategori.
Untuk nilai rata-rata dimana total jawaban kuesioner dibagi dengan total pertanyaan
yang dikalikan dengan responden yang ada.

Pada kali ini peneliti menggunakan teknik analisis dsitribusi frekuensi


menggunakan rumus Sturges untuk analisi ini dimana untuk menentukan sebuah kelas
yang berdasarkan variabel yang dipergunakan yaitu variabel aspek ruang aktivitas
PKL,aspek aktivitas PKL,dan aspek pergerakan konsumen. Rumus Struges ini
digunakan untuk menghitung banyak sebuah kelas yang harus tentukan agar dapat
mencakup semua data observasi. Dalam menetapkan banyaknya kelas atau
pengskoringgan data ada satu aturan yang diberikan Struges yaitu :

Jumlah jenjang skor = 1 + 3,233 Log n

Keterangan : n = Ʃ variabel yang digunakan

C. Skala Pengukuran

Penentuan skor jawaban pada penelitian ini akan menggunakan skor jawaban
dari 1-3 untuk mengartikan sebuah jenjang skor yang dihasilkan melalui data yang
telah didapat dengan menentukan nilai range : (Ʃskor terkecil : Ʃskor terbesar) : 3

32
Tabel I. 4 Penentuan Skor Jawaban
Range Nilai
14 – 15,7 1
15,8 – 17,4 2
17,5 – 19,1 3
Sumber : Analisis penyusun,2021
D. Uji Validitas
Pada uji validitas adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melihat
tingkat ketelitian atau kecermatan data yang didapat dengan apa yang disampaikan
oleh seorang peneliti (Sugiyono,2013). Selain itu terdapat juga validias instrumen
yang diartikan sebagai tingkat ketepatan alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur
sebuah data. Cara dalam melakukan uji validitas data dalah sebaagai berikut :
a. menjabarkan secara jelas konsep uang akan diukur
b. melakukan prngukuran pengujian skala terhadap jumlah responden yang telah
ditentukan.
c. mempersiapkan tabulasi jawaban

E. Uji Reabilitas

Uji reablitias digunakan untuk memperlihatkan seberapa jauh instrumen dapat


menghasilkan sebuah pengukuran yang konstan jika pengukuran akan digunakan
secara berulang. Untuk pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Roncbachyang dengan patokan nilai lebih dari 0,6 digunakan unuk tolak ukur
penelitian.

F. Regresi Linier Berganda

Analisis regersi menurut Nawari(2010) bahwa analisis regresi merupakan


metode yang sederhana yang dilakukan bertujuan melakukan peninjauan hubungan
fungsi pada lebih dari satu variabel yang digunakan unuk mengukur korelasi yang
terjadi pada antar variabel yang ada. Levin dan Rubun,1998 menjelaskan bahwa jika
analisis regresi digunakan untuk menenukan kekuatan hubungan antara satu variabel
atau lebih dan digunakan untuk memprediksi nilai suatu variabel yang belum diketahui
dengan cara didasarkan pada observasi terhadapt variabel tersebut maupun variabel
yang lainnya. Alat perhitungan regresi ini menggunakan alat perhitungan berupa
software SPSS atau statistical Product and service solution :

33
Y1= (a+b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5) dan

Y2= (a+b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5)

Keterangan :

a : Konstanta
b : koefesien regresi
Y1 : Moda transportasi
Y2 : parkir konsumen
X1 : Lokasi berdagang
X2 : ukuran sarana
X3 : tipe unit
X4 : jenis barang
X5 : waktu berdagang

1.8.5 Tahapan Analisis


Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
keberdaan Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan menggunakan metode kuantitatif,
sehingga dapat mencapai tujuan penelitian yang mengidentifikasikan mengenai
Pengaruh adanya kegiatan Pedagang kaki Lima (PKL) terhadap kemacetan lalu lintas
di Jl. KH Agus Salim Semarang yang memiliki beberap tahapan yaitu :

1. Analisis karakterisitk Pedagang Kaki Lima


2. Analisis kemacetan lalu lintas di Jl. KH. Agus Salim Semarang

Tabel I. 5 Matriks Analisis Studi


No. Variabel Indikator Metode Teknik
Analisis
1. Pedagang Kaki Lima  Karakteristik Kuantitatif Analisis
(PKL) Pedagang Kaki distribusi
Lima frekuensi dan
 Pola penyebaran observasi
pedagang kaki
lima
2. Jalan perkotaan Karakterisitk jalan Kuantitatif Deskriptif dan
perkotaan analisis
3. Kemacetan lalu lintas  Kapasitas jalan Kuantitatif Deskriptif
 Volume lalulintas
Sumber : Analisis Penyusun,2021

34
1.9 Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan pada penyusunan laporan ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I dengan muatan latar belakanh,rumusan
masalah,tujuan,sasaran,ruang lingkup makro dan mikro dan
sistematika sebuhah pembahasan

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENGARUH ADANYA


KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM
SEMARANG

Mengkaji tenang materi atau teoriyang berhubungan dengan Pedagang


kaki lima mulai dari karakterisitik,paradigma,pola penyebaran sistem
tranportasi,Kemacetan lalu lontasdan lain-lain

BAB III STUDI PENDEKATAN DAN METODOLOGI STUDI


Menjelaskan tenang pendekatan dan metode yang digunakan dengan
pendekatan studi,pengummpulan sebuah data,metode untuk analisi dan
penyusunan sebuah laporan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBAHASN


Menjelaskan tenang keadaan penelitian di lokasi yang memuat potensi
dan masalah kondisi lokasi studi

BAB V RENCANA STUDI


Berisikan tahapan-tahapan pelaksanaan studi, outline untuk penyusunan
Tugas Akhir dan jadwal pelaksanaan studi.

DAFTAR PUSTAKA

35
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pedagang Kaki Lima (PKL)

PKL diperkotaan merupakan kondisi umum yang memiliki kasus yang diperdebatkan
oleh banyak tokoh. Menurut McGee dan Yeung(1977:28) mengatakan bahwa PKL atau
hawkers adalah orang-orang yang menawarkan sebuah barang atau jasa untuk dijual di tempat
umum yang terutama di jalan-jalan dan di teotoar. Dalam Marshuhs,2013 Aktivitas Pedagang
PKL rata-rata dilakukan di ruang publik seperti bahu jalan,taman,troroar dan lainya atau di
atas drainase. Sehingga hal ini mengakibatkan permasalahan perubahan fungsi ruang publik
yang ada (Soetomo,dalam (Widjajanti, 2009))

Pada dasarnya penduduk mengerti Julissar An- Naf (dalam Dwiyanti,2005:33)


pengertian PKL adalah pedagang dimana memanfaatkan bahu jalan untuk berdagang. Awal
istilah pedagang berasal dari bahasa asing “feet” yang erjemahnnya adalah kaki. Dengan artian
ukuran1 kaki adalah 21 cm. Dimana lebar trotoar sebesar 1,5 m yaitu 5 feet sehingga hal
tersebutlah dinamakan pedagnag kaki lima (Susilo, 2011)

Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL) menurut Peraturan daerah Kota Semarang
Nomor 3 Tahun 2018 merupakan pelaku penjual dimana sarana yang digunakan dapa bergerak
atau tidak dengan menggunakan sarana kota atau fasilitas sosial maupun bersifat sementara
atau menetap. Sedangkan menurut bahasa Indonesia oleh W.J.S Poerwadarmita istilah kaki
limamerupakan lanai yang diberikan atap yang digunakan untuk penghubung rumah ke rumah.
Arti yang berikunya tangga dimuka pintu atau tepi jalan. Arti yang ini tujukan bagian depan
bangunan toko yang mana pada waktu dahulu terjadi sebuah kesepakatan antara perencana kota
dimana bagian depan toko memiliki lebar harus sekitar 5 kaki dan dijalau dimana pejalan kaki
melintas. Karena tempat berjualan yang kecil itulah dinamakan pedagang kaki lima.

Dalam perkembangannya yang ada pengertian PKL menadi semakin luas,dimana


keberadaan PKL tidak hanya berada di trotoar maupun disepanjang bahu jalan,namun hal ini
dapat di lihat dari ruang aktivitas usaha pedagang kaki lima yang semakin luas dimana tidak
hanya menggunakan hampir semua ruang publik seperti jalur pejalan kaki,areal parkir,ruang-
ruang terbuka,tamna,terminal,perempatanjalan kaki tetapi juga peagang kaki lima bergerak
keliling dari rumah-kerumah melalui jalan-jalan perkotaan.(Susilo, 2011)

36
2.1.1 Karakterisitik Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kegiatan berjualan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) mempunyai bebrapa karakteristik
berbeda.. McGee dan Yeung (1977:72) menjelaskan bahwa kegiatan pedagang kaki lima
memiliki 3 aspek yang penting yaitu aspek pergerakan (flow),aspek ruang atau spasial aktivitas
PKL dan aspek aktivitas PKL, berikut ini merupakan penjelasan dari aspekyang ada :

Tabel II. 1 Karakteristik Pedagang Kaki Lima


Aspek Penjelasan
Aspek Pergerakan Aktivias pedagang kaki lima berkaitan dengan 2 pelaku yaitu PKL yang bersangkutan dan
(Flow) konsumen yang ada. untuk pergerakan ini yang berkaitan dengan PKL seperti pergerakan
dimana dari tempat kelokasi dimana pelaku menjual dagangan dan pergerakan dari empat
lokasi mendapatkan barang ke lokasi tempat berdagang. Untuk pergerakan yang dari
konsumen dimulai dari tempat mereka tinggal atau dalam bekerja yang menuju PKL.
Untuk menjelaskan pergerakan yang ada terdapat 2 inidkator yaitu waktu pergerakan dan
moda transportasi yang dipergunakan (McGee dan yeung(1997)
Aspek Ruang Lokasi berdagang Pedagang kaki Lima
Aktivitas PKL Pada sektor yang informal menempati lokasi yang bukan pada tempatnya contohnya RT
atau open space,kemudian penutupan jalanan tertentu,memanfaatkan bagian pada jalan
danlainnya. Bromley berpendapat (Manning,1985:238).PKl mencari ruang yang dimana
menguntungkan dan terdapat banyaknya pengunjung yang berkeliaran
Sarana aktivitas pedagang kaki lima
Dalam Waworontoe (dalam(Widjajanti, 2009)) : pada sarana fisik yang dimiliki PKL
yaitu :
 Kios : PKl ini kategori menetap dimana aktivitasnya permanen dan tidak berpindah-
pindah
 Warung semipermanen : berupa gerobak dengan diatur secara berderet dengan ada
meja dan bangku yang panjang
 Gerobak : dengan sarananya berupa kereta yang dapat didorong
 Meja / jongkok : saran kegiatan berdagang PKL yang menggunakan meja
 Gelaran : sarana kegiatan biasanya menggunakangelaran dagangannya di atas
kain,tikar dan lainnya.
 Kendaraan : sarana yang digunakan meliputi mobil atau sepeda motor yang dapt
berpindah tempat
Ukuran Sarana Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL)
Sarana aktivitas yang dipergunakan oleh PKL terkait dengan ruang yang digunakan maka
sangat mempengaruhi saranan aktivitas yang ada. menurut McGee dan yeung(1997),
ukuran sarana aktivitas PKL terbagi menjadi 4 yaitu :
 Ukuran besar (>10m2)
 Ukuran medium (3-10m2)
 Ukuran kecil (1-3m2)
 Ukuran sangat kecil (> 1m2)

37
Tipe Unit Pedagang kaki Lima
McGee dan Yeung(1997:81-82) menjelaskan beberapa jenis degangan pedagang kaki
lima, yang meliputi :
 PKL Unprocessed dan semiprocessed : berupa bahan mentah misalnya buah dan
daging dan barang yang setengah jadi mislanya beras
 PKL Prepared food : Makanan atau minuman yang sudah dimasak dapat dimakan
langsung atau dibawa pulang
 PKL Non food : barang jualan yang mentah atau berupa tekstil,obat dan lainnya
 PKL service : Jasa pelayanan yang ditawarkan adalah jasa peroroangan seprti tukang
membuat kunci,penjahit,reparasi dan lain-lain.
Aspek Aktivitas Waktu Akvitas Pedagang Kaki Lima
PKL McGee dan yeung,1997 menjelaskan bahwa terdapat klasisikasi durasi dalam berjualan
dengan kalsisikasi pagi siang atau sore malam sesuai dengankonsisi yang ada.

Sumber : McGee dan Yeung.1997

2.1.2 Paradigma Kebijakan Untuk Pedagang Kaki Lima (PKL)


McGee dan Yeung,1997 menjelaskan adapun paradigma kebijakan untuk pedagang asongan
atau Pedagang Kaki Lima (PKL) yaitu :

Tabel II. 2 Paradigma Kebijakan Pedagang Kaki Lima


Tindakan A B C D
Kebijakan
Lokasi Mengzinkan pedagang Mengzinkan Pindahkan Hapus penjaja dari
asongan untuk menjual pedagang asongan pedagang semua lokasi di kota
secara legal dari lokasi untuk menjual asongan di dan lakukan tidak
yang mereka inginkan secara legal dari lokasi yang mengizinkan mereka
beberapa lokasi dipilih oleh untuk menjual dalam
mereka tetapi hapus otoritas kota
dari yang lain ke pemerintah
pasar umum atau
disetujui
Struktural Dorong pedagang Dorongan terbatas Keputusasaan Mencegah pedagang
asongan dengan: dari pedagang terbatas asongan dengan:
asongan skala kecil pedagang
a. Pinjaman pemerintah a. Biaya lisensi
operasi tindakan asongan skala
b. Bujukan untuk masuk yang tinggi
menempatkan kecil operasi
menjajakan profesi, mis. b. Membuat menjajakan
dari tindakan
tidak ada militer layanan maju di Kolom A dapat dihukum oleh
yang diajukan
jika penjaja banyak batasan hukum
dalam
c. Tidak ada tindakan c. Tawarkan gaji
hukum terhadap Kolom tinggi kepada
pedagang asongan untuk penegakan jajanan
mempekerjakan anak- karyawan instansi
anak di warung
d. Memungkinkan
pemasaran yang ada
rantai untuk tetap

38
e. Membuat
perusahaan besar
mendistribusikan
komoditas

Pengetahua Dorong pedagang Dorongan terbatas Keputusasaan Mencegah pedagang


n asongan dengan: oleh terbatas dengan asongan dengan:
operasi skala
a. Mengetiknya operasi skala kecil a. Menekankan amoralitas
kecil tindakan
sebagai contoh dari tindakan yang menjajakan
yang diajukan
pengusaha sukses diajukan dalam b. Menekankan
b. Mendidik kolom A di Kolom D kemungkinan korupsi,
masyarakat untuk kecil kejahatan yang ada
memanfaatkan jasa di menjajakan
pedagang asongan c. Menekankan bahaya
c. Filosofi yang dari penjaja dari titik
mendorong pendidikan dari segi kebersihan, dll
yang menekankan
pengalaman sebagai
lawan sekolah
Catatan : (kebijakan berkisar dari positif ke negatif dari kiri ke kanan dalam tabel).
Sumber : McGee dan Yeung,1997

2.1.3 Pola Pelayanan Pedagang Kaki Lima (PKL)


Sedangkan untuk pola pelayanan sendiri menurut McGee dan Yeung (1997:82-
83) bahwa dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Unit PKL tidak menetap berupa sarana fisik yang mana sebuah saran ayang
mudah dibawa, dengan pola pelayanan dengan cirinya adalah bergerak dari satu
tempat ketempat yang lainnay dengan artian berkeliling biasanya berupa
gerobak,jongko/meja .pikulan atau keranjang, dan lain sebagainya.
2. Unit PKL setengah menetap memiliki ciri utama yaitu pada PKL jenis ini pada
waktu terentu biasanya menetap dan akan berpindah tempa atau bergerak ke lokasi
lainnya ketika beerjualan selesai (bisa dari pagi ke sore atau siang ke malam) dengan
saran biasanya kios beroda,kereta yang beratap
3. Unit PKL menetap dimana biasanya jenis PKL ini berjualan dengan cara
menetap di suatu tempat dengan sarana fisik berdagangnya berupa kios beroda dan
lain-lainnya.

39
2.1.4 Pola Penyebaran Pedagang Kaki Lima (PKL)
McGee dan Yeung,1997 menjelaskan bahwa terdapat bebrapa faktor yang dapat
mempengaruhi pola penyebaran PKL yaitu :

1. Aglomerasi,dimana kegiatan PKL akan menggunakan kegiatan pada sektor


formal dan berada dipusat belanja yang bisa dijadikan daya jual dilokasi informal
dipergunakan untuk menggaet konsumennya.dPKL ini menggaet koensumen teknik
aglomerasi atau mengelompok. Kemudian PKL biasanya melakukan kerja sama
dengan pedagang yang lainnya untuk saling mendukung satu sama lain jualannya.
2. Aksesibilitas, PKL lebih suka berada di sepanjang jalan utama dan lokasi yang
sering dilalui pejalan kaki sehingga barang-barang yang dimiliki PKL dapat dengan
mudah dilihat oleh calon pembeli, meninggalkan peluang transaksi jual beli yang
lebih lama

.Adapun pola penyebaran aktivitas PKL menurut McGee dan Yeung,1997 yang terdiri
dari:

1. Dengan pola penyebaran secara meneglompok atau focus aglomeration, pola


tersebut sering ada di ujung jalan,lapangan,sebuah taman dan dipinggiran sebuah
pasar atau open space. Pola ini memiliki sifat yang sama diantara pedagang karena
memiliki keuntangan dimana memiliki daya tarik bagi konsumen. Bisanya sering
digunakan pada PKL yang menjual makanan atau minuman.

Gambar 2. 1 Pola penyebaran mengelompok Pedagang Kaki Lima (PKL)


Sumber : McGee dan Yeung,1997

2. Pada pola ini yati memanjang ( linier aglomeration) dimana pola ini berkaitan
dengan jaringan jalan. Pola ini terjadi dikarenakan sepanjang jalan utama ataupun

40
penghubung pola ini memiliki kesempatan yang besar untuk memperoleh
konsumen. Dengan jenis dagangan biasanya pakaian,jasa,buah,obat dan lain-lain

Gambar 2. 2 Pola Penyebaran Memanjang Pedagang Kaki Lima (PKL)


Sumber : McGee dan Yeung,1997

2.2. Transportasi

2.2.1 Pengertian Transportasi


Berikut ini merupakan pengertian menurut beberapa terkait dari pengertian Transportasi
diantaranya:
Menurut Ofyar Z Tamin (1997),Transportasi merupakan beberapa macam dari
berbagai alat penghubung yang digunakan untuk melewati jarak. Dengan arti menyediakan
sebuah sarpras ransportasi berupa dengan alat bergerak,dengan ruang untuk alat yang
diangkut kemudian tempat berhentinya untuk kegiatan bongkat atau muat barang,mengatur
sebuah aktivitas transportasi atau menentukan tempat pemberhentian. .Menurut Morlok
(1998),Menjelaskan bahwa transportasi adalah sebuah dari ilmu sains dan matematika yang
mempunyai sifat dari za dan sumber energi didalam alam yang mana dipergunakan
mengankut penumpang atau barang dengan cara yang berguna untuk menusia itu sendiri
Sedangkan menurut Munawar (2004),transportasi merupakan sebuah kegiatan pemindah
sebuah penmpang ataupun barang dari tempa asal ketempat tujuan.
Menurut Drs.H.A Abbas Salim.,SE.,MA (2012),transportasi adalah dasar dari
sebuah pembangunan ekonomi dimana perkembangan masyarakatnya serta pertumbuhan
insutrilasinya.transporatsi mengakibatkan masyarakat dibagi dalam pekerjaan menurut
adat,budaya disuatu daerah. Transportasi menurut Steenbrink (1974),merupakan sebuah

41
perpindahan sesuatu berupa orang mapun barang yang menggunakan kendaraan ketempat
satu ketempat yang lainnya.

Menurut Widyastuti,dkk (2008),Transportasi diartikan gerakan manusia dan benda


dari suatu tempat asal untuk menuju tempat tujuan. Berikutya transportasi menurut
(Firlians, Miro, & Nur, 2015)Maria Nadia (2015), sebuah usaha dalam emmindahkan.atau
menggerakan benda satu ketempat yang berbeda dimana memeiliki fungsi terentu

2.2.2. Sistem Transportasi


Selain itu untuk memahami sebuah alternatif pemecahan suatu masalah transportasi,
Tamin,1997 menjelaskan bahwa perlu adanya sebuah pendekatan sistem-sistem transportasi
yang di jelaskan melalui sistem transportasi yang makro. Sistem transporatsi dengan merata
(makro) dapat dipecahkan dalam sistem yang lebih kecil (mikro) yang nantinya saling
berkaitan dan dapat mepengaruhi satu sama lain.

Gambar 2. 3 Sistem Kelembagaan


Sumber : Tamin,1997

Berdasarkan gambar diatas sebuah sistem transportasi tersebut terdiri dari:


a. Sistem kegiatan
sistem lalulintas biasanya terjadi dikarenakan adanya kebuthuan. Karen akebutuhan
banyak macamnya maka setiap kegitan mempunya tujuan bangkitan dan tarikan yang berbeda
pula. Kemudian sistem itu membentuk suatu sistem sebuah pola aktifitas dalam pemenuhan
kebutuhan yang ada. aktivitas yang ada memerlukan sebuah alat yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan jika kebutuhan yang ada tidak dapat memnuhi tatguna lahan maka
besarnya sebuah kegiatan berhubungan erat dengan jenis kegiatan yang dibutuhkan.
b. Sistem jaringan prasarana transportasi

42
Suatu pergerakan manusia ataupun barang membutuhkan moda transportasi (sarana )
dan media (prasarana tempat sebuah moda transportasi tersebut bergerak. Sistem yang ada
meliputi: sistem jaringan jalan raya,kereta api,terminal bus,bandara dan pelabuhan laut.
Keterkaitan antara sistem kegiatan dan sistem jaringan tersebut menghasilkan sebuah
pergerakan manusia dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan atau pejalan kaki. Sistem
pergerakan tersebut meliputi: sistem pergerakan yang aman,cepat,murah,nyaman,handal dan
sesuai dengan lingkungannya yang dapat diciptakan jika pergerakan tersebut diatur oleh suatu
sistem rekayasa dan menejemen lalaulintas yang baik. Dikarenakan hal tersebut permasalahan
yang sering terjadi biasanya ditimbulkan dikarenakan pemenuhan transp0ortasi lebih besar
dibanding dengan sarana transportasi yang telah disediakan prasarana tidak berjalan
sebagaimana fungsinya.
c. Sistem pergerakan lalulintas
Sistem pergerakan lalulinas akan sangat mempengaruhi sistem jaringan,kegiatan dan
pergerakan yang ada. pada perubahan di sistem kegiatan akan berpengaruh paa sistem jaringan
yang terjadi di tingka pelayanan pada sistem pergerakan yang ada. pada sistem ini pergerakan
memiliki keutamaan yang cukup penting dimana dalam mewadahi kegiatan yang ada tercipta
aktivitas yang tanpa hambatan. Dan akhiran mempengaruhi sistem aktivitas dan jaringan
dimana membentuk sebuah aksebilitas dan mobilitas
d. Sistem kelembagaan
Demi mewujudkan sisem yang terjamin,handal,tanpa hambatan,tidak mahal tapi masih
cocok dengan keadaan sekitarnya, pada sebuah sistem transportasi memiliki sistem tambahan
yang diartikan sistem kelembagaan. Dimana sistem ini mencakup
kelompok,perorangan,instansi dan lainlain.
Di Indonesia sendiri ada beberapa tata kelembagaan yang ada kaitannya dengan
transportasi yang secara umumnya sebagai berikut:
 Sistem kegiatan
Sistem kegiatan ini sendiri meliputi: Bappenas, Bappeda Tingkat I dan II, Bangda,
Pemda
 Sistem jaringan
Sistem jaringan ini meliputi: departemen Perhubungan (Darat, Laut, Udara), Bina Marga
 Sistem pergerakan
Sistem pergerakan ini meliputi : DLLAJ, Organda, Polantas, masyarakat. Pada sistem
kelembagaan Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda memegang peranan yang sangat penting

43
dalam menentukan sistem kegiatan melalui kebijakan baik yang berskala wilayah, regional,
maupun sektoral. Kebijakan sistem jaringan secara umum ditentukan oleh Departemen
Perhubungan baik darat, laut, maupun udara serta Departemen PU melalui Direktorat Jenderal
Bina Marga. Sistem pergerakan ditentukan oleh DLLAJ, Organda, Polantas dan masyarakat
sebagai pemakai jalan. Kebijakan yang diambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik
melalui peraturan yang secara tidak langsung juga memerlukan sistem penegakan hukum yang
baik pula. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah, swasta, dan masyarakat
berperan dalam mengatasi masalah sistem transportasi ini, terutama masalah kemacetan.
2.3. Jalan Perkotaan

Berikut ini merupakan pengertian menurut beberapa terkait dari pengertian jalan
diantaranya :

Menurut Rauf,dkk (2015) dalam Hartanto,dkk (2018),Jalan merupakan prasarana


transportasi darat yang sangat penting bagi masyarakat. Jalan menghubungkan lokasi satu dan
lokasi yang lain, sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Gallant Sondakh Marunsenge,dkk
(2015),sebuah jalan adalah prasarana transportasi dimana memeiliki peranan yang cukup
penting pada bagian hubungan darat, pada sekarang ini berkembangnya teknologi yang
ada,ekonomi yang semakin tumbuh dan jumlah penduduk mengakibatkan kegiatan menjadi
bertambah. Namun kapasitas dan kinerja jalan tiak dapa menampung dan semakin terbatas.

2.3.1. Karakteristik Jalan Perkotaan


Dalam MKJI,1997 terdapat bebrapa tipe jalan akan mempengaruhi sebuah kapasitas
dan kinerja jalan jika sebuah jalan dibebani lalulintas. Pada setiap titik jalan memiliki
perubahan yang cukup penting dalam geomeriknya,juga karakterisitik arus lalulinas dan
aktivitas hambatan samping jalan
2.3.1.1. Geometri Jalan
Merupakan tipe jalan yang mempunyai beberapa tipe yang akan memeprlihakan kinerja
yang berbeda pada sebuah beban lalulintas yang terentu seperti :jalan terbagi atau tak terbagi
dan jlan searah
a. Lebar jalur lalu-lintas: merupakan sebuah kecepatan arus yang bebas dan kapasitas
yang meningkat dengan adanya penambahan lebar jalur.

44
b. Kereb: digunakan sebagai batas adanya jalur lalulintas dan trooar dengan pengaruhnya
terhadap dampak hambatan samping pada kecepatan. Kerep yang kecil dengan kapasitas
jalan yang berada di bahu jalan.
c. Bahu: jalan disebuah perkotaan terdapat 2 kereb diseiap sisinya.penggunaan bahu
dipengaruhi oleg lebar dan konsisi permukaan yang ada.
d. Median: Median diujukan untuk meningkatkan sebuah kapasitas yang lebih baik
e. Alinyemen jalan: berupa lengkungan yang horizontas dengan jari yang kecil untuk
mengurangiu kecepatan pada arus bebas
A. Karakteristik Geometrik
a. Jalan dua lajur : Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkotaan dua-lajur dua-
arah (2/2 UD) dengan lehar jalur lalu-lintas lebih kecil dari dan sama dengan 10,5 meter.
Untuk jalan dua-arah yang lebih lebar dari 11 meter, jalan sesungguhnya selama
beroperasi pada kondisi arus tinggi sebaiknya diamati sebagai dasar pemilihan prosedur
perhitungan jalan perkotaan dua-lajur atau empat-lajur tak- terbagi. Kondisi dasar tipe
jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
 Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter
 Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi
 Tidak ada median
 Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
 Hambatan samping rendah
 Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
 Tipe alinyemen datar.
b. Jalan empat-lajur dua-arah : Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dengan
lebar jalur lalu-lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter.
a) Jalan empat-lajur terbagi (4/2 D), Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan
sebagai berikut:
 Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 14,0 m)
 Kereb (tanpa bahu)
 Jarakantara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
 Median
 Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
 Hambatan samping rendah
 Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta

45
 Tipe alinyemen datar.
b) Jalan empat-lajur tak-terbagi (4/2 UD), Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan
sebagai berikut:
 Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 14,0 m)
 Kereb (tanpa bahu)
 Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
 Tidak ada median
 Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
 Hambatan samping rendah
 Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
 Tipe alinyemen datar.
c. Jalan enam-lajur dua-arah terbagi : Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah
dengan lebar jalur lalu-lintas lebih dari 18 meter dan kurang dari 24 meter. Kondisi
dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
 Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 21,0 m)
 Kereb (tanpa bahu)
 Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ˃ 2 m
 Median
 Pemisahan arah lalu-lintas 50 – 50
 Hambatan samping rendah
 Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
 Tipe alinyemen datar.
d. Jalan satu-arah : Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu-arah dengan lebar jalur
lalu-lintas dari 5,0 meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari
mana kecepatan anus bebas dasar dan kapasitas ditentukan didefinisikan sebagai
berikut:
 Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter
 Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi
 Tidak ada median
 Hambatan samping rendah
 Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
 Tipe alinyemen datar.

46
2.3.1.2 Komposisi arus dan Pemisah arah
a. Pemisahan arah lalu-lintas: kapasitas jalan 2 arah paling tinggi pada pemisahan
arah 50 - 50, yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang
dianalisa (umumnya satu jam).
b. Komposisi lalu-lintas: Komposisi lalu-lintas mempengaruhi hubungan
kecepatan-arus jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung pada
rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu-lintas. Jika arus dan kepasitas
dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan kendaraan ringan dan
kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu-lintas.

2.4 Kemacetan Lalu lintas

2.4.1 Kapasitas Jalan


Kapasitas Jalan Adalah Sebuah Arus Yang Maksimal Dengan Dilalui Titik Dijalan
Yang Bisa Diperahankan Per Satuan Waktu Berupa Jam Di Kondisi Yang Tertentu. Penentuan
Kapasias Ini Menggunakan Rumus Sebagai Berikut:

C = CO. FCW . FC SP . FC SF. FCCS


Dimana :

C = Kapasitas (Smp/Jam)
CO = Kapsitas Dasar (Smp/Jam)
FCW = Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
FC SP = Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (Hanya Untuk Jalan Tak Terbagi)
FC SF = Faktor Penyesiaian Hambatan Samping Dan Bahiu Jalan
FCCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

2.4.2 Volume Lalu Lintas


Pengertian volume lalulintas menurut MKJI.1997 merupakan total kendaraan yang
melintasi satuatu titik pada kurun waktu tertentu atau total kendaraan melewati bagian pada
waktu yang ditentukan. Hal itu dihitung dengan rumus :

𝑵
Q=𝑻

Keterangan :

Q = Volume (smp/jam)
47
N = Jumlah Kendaraan (smp)
T = Waktu Pengamatan (jam)
Volume lalulintas disimbolkan dengan satuan smp/jam (Qsmp). Dimana semua jenis
kendaraan yang emlintas pada ruas jalan dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang
(emp) dengan emnggunakan (emp) yang diturukan secara empiris untuk tiap tipe kendaran

Tabel II. 3 Nilai EMP tiap Jenis Kendaraan


Jenis kendaraan EMP
Sepeda motor 0.5
Kendaraan penumpng /kendaraan 1.0
roda tiga
Truk ekcil (berat <5 ton)/ Bus - 2.5
Mikro
Truk Sedang (berat > 5 Ton) 2.5
Truk berat (berat <10 ton) 3.0
Bus 3.0
Sumber : MKJI,1997

2.4.3 Tingkat Pelayanan Jalan (LOS atau Level Of Service)


Level of service atau LOS adalah bentuk oengukuran yang dipergunakan dmana
mengetahui sebuah kualitas ruas pada jalan dalam melayani sebagaimana arus lalulintas yang
dilewatinya. Dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

𝑽
LOS = 𝑪

Dimana :

LOS = Level Of Service


V = Volume lalulintas (smp/jam)
C = Capsitas aktual (smp/jam)

48
Tabel II. 4 Standar tingkat pelayanan jalan
LOS V/C Keterangan
A < 0.60 Dimana Arus lancar, dengan volume rendah dan kecepatan tinggi
B 0.60 – 0.70 Dengan Arus stabil,kecepatan terbatas,dan volume sesuai

C 0.70 – 0.80 Arus stabil,kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas,volume sesuai

D 0.80 – 0.90 Dimana Mendekati arus tidak stabil dan kecepatan rendah

E 0.90 – 0.10 Arus tidak stabil,kecepatan rendah dan volume mendekati


kapasitas
F >1.00 Arus yang terhambat,kecepatan rendah,volume diatas kapasitas
banyak terbagi
Sumber : Ofyar Z Tamin,1997

2.4.4 Derajat Kejenuhan


Derajat kejenuhan disimbolkan dengan volume lalu lintas V (smp/jam) terhadap
kapasitas C (smp/jam) yang peruntukan faktor utama dalam menentukan tingkat kinerja
segmenjalan. Nilai DS sendiri meperlihatkan seberapa besar jalan memiliki kapasitas memiliki
masalah atau tidak. Rumus dari derajat kejenuhan adalah :

𝑸
DS = 𝑪

Keterangan :

Q = Arus Lalulintas
C = Kapasitas Jalan

2.4.5 Aktivitas Samping Jalan atau Hambatan Samping


Menurut Fajriawan (2019),kegiatan ini merupakan dampak yang mengakibatkan kinerja
lalulintas akibat adanya aktifitas samping jalan. Terdapat banyak kegiatan membuat masalah
yang besar hingga menganggu kelancaran sirkulasi lalulintas.
Kegiatan hambatan samping yang banyak menyebabkan pengaruh yang besar mengenai
arus lalulintas. Pengaruh tersebut perlu menjadi masalah yang utama karena hambatan ini
berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkoaan dengan kriteria hambatan samping
berupa :

49
a. Pejalan kaki
b. Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti
c. Kendaraan lambat (misalnya becak, kereta kuda)
d. Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan
Berikut adalah faktor bobot dari hambatan samping:

Tabel II. 5 Faktor Bobot dalam Hambatan Samping


Tipe kejadian Simbol Faktor bobot
Pejalan Kaki PED 0,5
Kendaraan PSV 1
Berhenti
Kendaraan Keluar EEV 0,7
Masuk
Kendaraan SMV 0,4
Lambat
Sumber : MKJI,1997

Adapun perhitungan dalam menentukan frekuensi bobot pada hambatan samping :


PED = Faktor Bobot X Frekuensi Kejadian
PSV = Faktor Bobot X Frekuensi Kejadian
EEV = Faktor Bobot X Frekuensi Kejadian
SMV = Faktor Bobot X Frekuensi Kejadian

Karna hal tersebut agar lebih mudahnya dalam menghitung dan menganalisinya tingkat
hambatan sudah dikelompokan berdasarkan 5 kelas berupa klasifikasi rendah ke tinggi untuk
frekuensi kejadian di suau jalan yang diteliti.
Tabel II. 6 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan (FSC)
Kelas Kode Jumlah berbobot Kondisi khusus
Hambatan kejadian per 200 m
Samping (SFC) per jam (dua sisi)
Sangat rendah VL < 100 Daerah permukiman; jalan samping tersedia.
Rendah L 100 - 299 Daerah permukiman; beberapa angkutan
umum dsb.
Sedang M 300 - 499 Daerah industri; beberapa toko sisi jalan.
Tinggi H 500 - 899 Daerah komersial; aktivitas sisi jalan tinggi.
Sangat tinggi VH > 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan.
Sumber : MKJI,1997

50
Tabel II. 7 Parameter,Variabel dan Indikator
No Konsep Parameter Variabel Indikator
1. Pedagang Karakterisitk pedagang  Aspek Pergerakan  lokasi
Kaki Lima kaki lima (Flow) berdagang
(PKL)  Aspek Ruang PKL,Ukuran
Aktivitas PKL sarana
 Aspek Aktivitas aktivitas
PKL PKL,Tipe
unit PKL
 jenis barang
dan dagangan
PKL dan
waktu
aktivitas
dagangan
PKL
 sarana
transportasi
yang
digunakan
dan lokasi
perkir
konseumen
Paradigma kebijakan untuk  Lokasi
pedagang kaki lima  Struktural
(McGee dan Yeung,1997)  Pengetahuan
Pola pelayanan Pedagang  Unit PKL  tidak menetap
kaki Lima PKL (McGee
dan Yeung,1997)
 PKL setengah
menetap
 Unit PKL
menetap
Pola Penyebaran Pedagang  Pola penyebaran mengelompok
kaki Lima (McGee dan Focus
Yeung,1997) aglomeration
memanjang
(linier
aglomeration
2. Kemacetan Faktor-faktor kemacetan  Kapasitas jalan  data survey
lalulintas lalulintaas (Manual  Volume lalulintas lalulintas
Kapasitas Jalan  Derajat kejenuhan  ketetapan
Indonesia,1997)  Waktu tempuh MKJI
 Tingkat pelayanan tentang
jalan Lalulintas
Sumber : Analisi Penyusun,2021

51
2.3 Kesimpulan Landasan Teori

Kesimpulan landasan teori yang berhubungan dengan “Pengaruh Adanya Kegiatan


Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Jalan KH. Agus Salim
Semarang” adalah kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memberikan pengaruh pada
kemacetan kendaraan yang ditimbulkan di lokasi jalan KH. Agus Salim. Dilihat dari
karakterisitik pedagang kaki lima yang ada dibagi menjadi beberapa aspek yaitu aspek ruang
dari kegiatan PKL,aspek kegiatan PKL dan aspek pergerakan konsumen,hal tersebut
menimbulkan beberapa hambatan yang meneybabkan kemacetan lalulintas di jalan KH.Agus
Salim.kemudian untuk analisis kemacetan lalulintas peneliti melakukan pengamatandan
pengolahan data dengan menghitung kapasitas jalan,volume lalulintas,derajat kejenuhan,waktu
tempuh dan tingkat pelayanan jalan untuk menembukan seberapa besar keterkaitan
karakterisitik PKL dan kemcetan jalan yang ditimbulkan dilokasi penelitian.

Tabel II. 8 Parameter,Variabel dan Indikator Temuan Studi


No Konsep Parameter Variabel Indikator
1. Pedagang Karakterisitk pedagang  Aspek Ruang  lokasi
Kaki Lima kaki lima Aktivitas PKL : berdagang
(PKL) PKL,Ukuran
sarana
aktivitas
PKL,Tipe
unit PKL
 Aspek Aktivitas  jenis barang
PKL dan dagangan
PKL dan
waktu
aktivitas
dagangan
PKL
 Aspek Pergerakan  sarana
(Flow) transportasi
yang
digunakan
dan lokasi
perkir
konseumen
2. Kemacetan Faktor-faktor kemacetan  Kapasitas jalan  data survey
lalulintas lalulintaas (Manual  Volume lalulintas lalulintas
Kapasitas Jalan  Derajat kejenuhan ketetapa
Indonesia,1997)  Waktu tempuh MKJI tentang
 Tingkat pelayanan Lalulintas
jalan

Sumber : Analisi Penyusun,2021

52
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan berkaitan dengan kondisi eksisiting dan karakterisitik
wilayah lokasi penelitian Tugas Akhir dari segi wilayah makro ke wilayah mikro. Dimana
untuk wilayah makronya sendiri yaitu pada Kecamatan Semarang Tengah dan wilayah mikro
nya pada lokasi penelitian di kelurahan Purwodinatan pada penggalan jalan KH. Agus Salim
Semarang.

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kecamatan Semarang Tengah


Sumber : Digitasi Peneliti,2021

3.1 Letak Geografis dan Administratif Wilayah Penelitian


Kecamatan Semarang Tengah terletak di Wilayah Pusat Kota Semarang, tepatnya pada posisi
di 6o58’52.41”LS dan 110o25’12.98” BT., dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kecamatan Semarang Utara.


 Sebelah Timur : Kecamatan Semarang Timur.
 Sebelah Selatan : Kecamatan Semarang Selatan.
 Sebelah Barat : Kecamatan Semarang Barat.

53
Jarak dari pusat Pemerintahan Kota Semarang + 0,5 km sedangkan dengan pusat ibu
kota Propinsi Jawa Tengah + 1,5 km. dengan kantor pusat pemerintahan terletak di
Kelurahan Miroto. Jarak kelurahan terjauh dengan Kantor Kecamatan Semarang
Tengah + 2,5 km., yakni Kantor Kelurahan Purwodinatan.

Lokasi studi pengamatan dimana jalan KH. Agus Salim secara geografis termasuk ke
dalam wilayah Kecamatan Semarang Tengah, dimana Kecamatan Semarang Tengah
termasuk dalam BWK 1 ( Bagian Wilayah Kota 1) dalam wilayah semarang. Luas
Kecamatan Semarang Tengah memiliki total seluas 604, 997 ha. Kelurahan ini secara
administratif terbagi atas 6 RW dan 35 RT, dan di dalamnya terdapat 11 kampung, yakni:
Bustaman, Bustaman Gedong, Gedong Mulyo, Kertobangsan, Petemesan, Malang,
Purwodinatan, Jurnatan, Pekojan Tengah dan Pesantren. Wilayah Perencanaan BWK I
terdiri dari Kecamatan Semarang Tengah yang mencakup 15 Kelurahan dimana jalan KH.
Agus Salim termasuk dalam Kelurahan Purwodinatan yang memiliki penduduk sebanyak
4.715 jiwa dengan luas wilayah 49, 200 ha dengan batas batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara :Kelurahan Tanjung Mas


 Sebelah Selatan :Kelurahan Jagalan
 Sebelah Barat :Kelurahan Kauman
 Sebelah Timur :Kelurahan Kebon Agung.

54
Gambar 3. 2 Peta Administrasi Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang
Tengah
Sumber ; Digitasi Penyusun,2021

Gambar 3. 3 Peta Lokasi penelitian Jalan KH. Agus Salim Semarang


Sumber ; Digitasi Penyusun,2021

55
Gambar diatas merupakan lokasi penelitian yang diambil pada kecamatan Semarang
Tengah tepatnya dijalan KH. Agus Salim Semarang. Dengan mengambil lokasi tersebut
sebagai sampel studi yang berhubungan dengan aktivitas PKL terhadap kemacetan lalulintas
yang ada. peneliti mengambil penggalan dari lampu merah Hotel Metro sampai dengan
perbatasan sungai Mberok. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan :

1. Lokasi tersebut sesuai dengan tema penelitian yang saya ambil yaitu studi kemacetan
lalulintas karena adanya kegiatan perekonomian yaitu keberadaan pedagang kaki lima
2. Karena terdapat kegiatan pedagang kaki lima maka peneliti memilih lokasi tersebut
dikarenakan ingin mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima yang digunakan
sebagai variabel dalam penelitian saya
3. Dari aktivitas kemacetan yang ada lokasi tersebut memiliki hambatan samping atau
aktifitas jalan yang sangat tinggi sehingga perlu untuk bisa digali lebih lanjut
mengenai faktor apa saja yang ada di lokasi penelitian yang menyebabkan kemacetan
dan digunakan sebagai bahan pembelajaran peneliti

3.2 Sejarah Lokasi Penelitian Kelurahan Purwodinatan


Sejarah pada lokasi penelitian dimana penggalan jalan tersebut masuk kedalam
Kelurahan Purwodinatan yang memiliki cerita sejarah terbentuknya lokasi tersebutt
yaitu Berawal di tahun 1956 terbentuklah kepengurusan desa yang di bernama Desa
Tireman sesuai dengan letak wilayahnya yang di kelilingi bangunan gudang yang
perniagaanya berupa Tirem. Di kala itu kali Semarang dapat di buat berlalu lalang
perahu-perahu yang membawa barang dari pelabuhan ke pasar johar dan terjadi
bongkar muat di wilayah desa tireman di angkut ke pelabuhan Tanjung Mas semarang.
Kelurahan Purwodinatan yang terletak di tengah kota semarang tepatnya di sebelah
barat sungai semarang atau kali semarang, berdampingan dengan kelurahan jagalan di
sebelah selatan, berdampingan kelurahan Kebon Agung di sebelah timur, kelurahan
tanjung mas di sebelah utara adapun sebelah baratnya kali semarang.

Awal mula Kelurahan Purwodinatan bernama Desa Tireman berjalannya waktu


pemerintahan Kota Madya Semarang menjadi Kota Semarang begitu pula nama Desa
Tireman menjadi Kelurahan Purwodinatan, terdiri dari 2 RW dan 6 RT. Sekitar tahun
1993 pada bulan April Pemerintah Kota Semarang memeperluas wilayah khususnya
Kelurahan Purwodinatan Bertambah menjadi 6 RW dan 35 RT. Hal tersebut di
karenakan Kelurahan Taman Winangun Menjadi Wilayah Kelurahan Purwodinatan.

56
Adapun warga masyarakat terdiri berbagai Etnis ada Jawa, Arab, India Pakistan dan
Cina begitu juga keyakinan berbeda beda, islam, katholik, Kristen, hindu, budha dan
Konghucu. Warga Kelurahan Purwodinatan sangat menonjol kerukunan warganya dan
umat beragamanya terbukti dengan adanya pernikahan Etnis jawa dan cina, India
Pakistan dengan Cina, Arab dengan Jawa.

Hal tersebut tercermin kerukunan serta pembauran warganya. Begitu juga


tempat-tempat ibadah di wilayah Purwodinatan dalam melaksanakan kegiatannya
berjalan dengan nyaman dan tenang, selain itu warga masyarakatnya sebagai wirausaha
dan karyawan swasta adapun wirausaha di wilayah Kelurahan Purwodinatan adalah
bentuk industri sepatu, Home industry warak ngendok, letter dan daur ulang limbah
menjadi cindera mata tas.

3.3 Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah


Jumlah penduduk di Kelurahan Purwodinatan sebanyak 62.854 jiwa. Menurut
data Badan Pusat Statistik Kota Semarang dalam buku dokumen Kecamatan Semarang
Tengah dalam Angka Tahun 2020, berikut jumlah penduduk 5 tahun kebelakang :

Tabel III. 1 Tabel Kependudukan Kecamatan Semarang Tengah


Kecamatan Jumlah penduduk Tahun
62.854 2019
59,748 2018
Semarang Tengah 69,301 2017
69,849 2016
70,317 2015
Jumlah 331.622
Sumber : KDA Kecamatan Semarang Tengah 2020

3.4 Kondisi Fisik Alam Kecamatan Semarang Tengah


Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Semarang Tengah ditinjau dari
beberapa aspek diantaranya:

a. Topografi

Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan
daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya

57
berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran
dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis
kelerengan yaitu lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari,
Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan
Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang
Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan, lereng
III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan
Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan
sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan
lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali
Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir
dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman
atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan
persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan,
perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan.
Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian
besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara
0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri
atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang
disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai
ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh
dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah
mempunyai ketinggian 0,75 mdpl

b. Curah hujan

Kota Semarang memiliki iklim basah dengan rata - rata curah hujan tahunan
sebesar 2.780 mm. Meskipun demikian, curah hujan di Kota Semarang bervariasi,
karena pengaruh dari efek topografi yang ada di Kota Semarang. Kota bawah memiliki
rata - rata curah hujan tahunan sebesar 2.500 mm, sedangkan Kota atas memiliki rata
- rata curah hujan tahunan lebih tinggi sebesar 3.000 mm. Perbedaan curah hujan ini
disebabkan karena efek topografi yang menimbulkan hujan konveksi pada wilayah
Kota Semarang. Rata - rata suhu tahunan di Kota Semarang sebesar 28 °C, dengan

58
fluktuasi suhu tidak begitu signifikan dalam setahun. Suhu tertinggi yang pernah
terjadi di Kota Semarang adalah 39 °C, dan suhu terendah yang pernah terjadi adalah
18 °C. Fenomena suhu panas ini juga dikarenakan adanya fenomena urban heat
island di Kota Semarang.

c. Jenis tanah

Kota Semarang memiliki jenis tanag meliputi kelompok mediteran coklat tua,
latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromort, Grumosol
Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu
Tua. Jenis tanah di kecamatan Semarang Tengah adalah Asosiasi Aluvial Kelabu dan
Coklat kekelabuhan dengan potensi Tanaman tahunan tidak produktif

d. Penggunaan lahan

Kelurahan Purwodinatan yang memiliki luas wilayah 49, 200 ha terbagi dalam
beberapa kampung, yakni: Bustaman, Bustaman Gedong, Gedong Mulyo,
Kertobangsan, Petemesan, Malang, Purwodinatan, Jurnatan, Pekojan Tengah dan
Pesantren. Menurut Kecamatan dalan Angka Semarang Tengah dimana penggunaan
lahan di Kelurahan Purwodinatan ini pada tahun 2019 paling banyak digunakan untuk
lahan perkarangan bangunan dan halaman sekitar sebesar 45,5 ha. Kemudian
penggunaan lahan tanah kering berupa empang atau kolam sebesar 0,03 Ha.

3.5 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim
Adapun daya tarik yang ada dilokasi penelitian dimana saat menyambut bulan
Ramadhan tiba pasar Johar dijadikan sebagai pusat dugderan bagi masyarakat kota
Semarang. Tradisi menyambut bulan ramadhan ini biasanya dilakukan 1-2 minggu
sebelum ramadhan dimulai sebelum puasa. Hal ini menyebabkan pasar Johar banyak
didatangi masyarakat yang berkunjung untuk melihat beraneka ragam kegiatan. Hal
tersebut membuat banyaknya pedagang yang menjual berbagai macam kebutuhan
hingga berjualan di jalur lalulintas. Kemudian juga pada tahun 2019 lalu Presiden Joko
Widodo dengan walikota Hendi meresmikan pasar Johar sebagai heritage atau cagar
budaya hal ini akan menambah daya tarik tersendiri dan dapat menjadikan pasara johar
dari sisi ekonomi akan menghasilkan peningkatan dari kegiatan yang ada

Daya tarik yang berikutnya adalah keberadaan Alun-alun Kota Semarang yang
baru diresmikan pada tahun 2020 tahun lalu menurut website resmi dari Dinas Tata

59
Ruang Kota Semarang pada 21 januari 2020, dimana hal ini membuat banyaknya
kegiatan masyarakat menjadi bertambah. Dengan adanya keberadaan alun-alun minat
pengunjung untuk berada dilokasi sekitar Johar juga semakin bertambah karena
banyaknya aktivitas yang terjadi. Menurut walikota hendi menjelaskan bahwa
pembuatan alun-alun Kota Semarang posisi alun-alun diarahkan ke kiblat sehingga
nantinya pada saat Idul Fitri atau hari-hari besar lainnya masjid kauman Johar bisa
memakai alun-alun juga untuk solat berjamaah jika volume jamaah sangat banyak.

Dengan adanya kegiatan diatas keberadaan pedagang kaki lima semakin


bertambah dikarenakan terdapat konsumen yang dituju. Semakin banyak masyarakat
yang berkumpul semakin banyak pula pedagang kaki lima yang menjajakan
dagangannya dengan mencari tempat yang strategis dan dapat dijangkau oleh
konsumen terdekat. Sehingga peluang PKL untuk mendapat konsumen juga akan
semakin tinggi dikarenakan banyaknya kegiatan masyarakat dilokasi penelitian.

3.5.1 Sarana Perdagangan dan jasa


Sarana perdagangan dan jasa merupakan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan
perekonimian masyarakat. Aktifitas perdagangan di jalan KH. Agus Salim merupakan
sebagai pusat kegiatan perekonomian di sana. Berbagai macam kegiatan penjual
seperti menjual makanan,tekstil,jasa dan lian-lain dan sarana yang digunakan untuk
berdagang seperti gerobak,kios,warung,gelaran,meja dan lain-lain degan berbagai
ukuran. Pedagang kaki lima disana membayar uang retribusi berupa karcis untuk
berjualan disana dengan harga 2ribu dan uang untuk kebersihan seharga 3ribu rupiah.

Gambar 3. 4 Sarana Perdagangan dan jasa


Sumber: survey Primer,2021

Kegiatan perdagangan di lokasi studi merupakan salah satu hal yang


menimbulkan kemacetan, diluar aktivitas kegiatan berlalulintas kegiatan ini

60
memberikan dampak kemacetan lalulintas dikarenakan posisi mereka dalam berjualan
yaita pada trotoar atau badan jalan. Kemudian para pembeli tak jarang memakirkan
kendaraan didepan area pedagang yang dihampirinya. Hal ini membuat pengurangan
fungsi jalan yang semestinya dan membuat laju kendaraan yang melintas menjadi
lambat. Setiap penjual memiliki aktivitas kegiatannya masing-masing dengan menjual
mulai dari makanan,bahan tekstil,menjual jasa dan lain-lainnya.

3.5.2 Jenis Dagangan


Jenis dagangan merupakan kegiatan menjual barang sesuai dengan kebutuhan
dimana pada jenis dagangan ini meiliki 3 jenis yaitu jenis dagangan food atau
makanan ,non food atau tidak berupa makanan dan jasa.

Tabel III. 2 Jenis Pedagang Kaki Lima (PKL)


Jenis Keterangan Gambar
PKL Unprocessed dan semiprocessed
: menjual bahan yang mentah yaitu
buah aau daging dll. Kemudian
barang yang belum jadi seperti
misalnya beras

PKL Prepared food : makanan atau


minuman dimana telah diolah dan
dapat disajikan langsung ke
konsumen
Aktivitas Pedagang
Kaki Lima

PKL Non food : biasanya menjual


barang seperti tekstil,obat,plastik dan
lainnya

61
PKL service : menawarkan jasa
dengan berbagai macam keahlian

Sumber : Survey primer,2021

3.5.3 Sifat Berdagang


Sifat berdagang atau tipe unit dari pedagang kaki lima dimaksudkan dengan
bagaiaman PKL menggunakan lapaknya dalam berjualan. Pada jenis tipe unit ini
terdapat 3 jenis tipe unit yaitu static,semi static dan mobile

Tabel III. 3 Tipe Unit Pedagang Kaki Lima


Jenis Keterangan Gambar
PKL Static : merupakan jenis PKL
dengan lapak yang permanen dan
tidak berpindah-pindah

PKL Semi static: merupakan jenis


PKL yang semi permanen dimana
Aktivitas
Pedagang Kaki pada lapak dagangannya dapat
Lima Tipe Unit
dibongkar pasang sebagian

PKl Mobile: jenis PKL ini adalah


para pedagang dapa memindahkan
lapak dagangannya disatu tempat
ketempat yang lain seprti gerobak
dorong,menggunakan kendaraan
dan lain-lain yang bisa bergerak

Sumber : Survey primer,2021

62
3.5.4 Ruang Berdagang
Ruang pedagang atau lokasi dalam berdagang emrupakan karakteristik PKl
dimana mereka sering banyak mendiami di area jalur lalulintas agar para konsumen
dapat melihat barang yang dijualnya.

Tabel III. 4 Tipe Lokasi Berdagang Peagang kaki Lima


Keterangan Gambar

Aktivitas Pedagang Kaki Lima berdasarkan jenis Kaki Lima Tipe lokasi
 Jalur Hijau : keberadaan PKL yang berada di jalur hijau dimaksdukan masih
tergolong batas aman yang tidak mengganggu kemectan lalulinats.
 Bahu jalan : sedangkan dibahu jalan merupakan bagian jalan yang
digunakan sebagai batas keluar jalur lalulintas
 Masuk jalur lalulintas : area jalur lalulintas utama dimana kendaraan lah
yang biasanya melewati lajur yersebut jika terdapat kegiatan lainnya
menyebabkan adanya hambatan samping.
Sumber : Survey primer,2021

3.5.5 Kondisi Umum Prasarana Penunjang Pedagang Kaki Lima


A. Jaringan Jalan

Kondisi jalan yang ada di lokasi studi termasuk kedalam kategori cukup baik
karena jalan sudah diperbaiki oleh pemerintah daerah. Namun demikian masih ada
bebrapa di beberapa titik jalan yang rusak ringan dan belum diperbaiki.

Gambar 3. 5 Jaringan Jalan


Sumber: Survey Primer,2021

63
Pada survei yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan mengenai
kondisi jalan dan juga melakukan pengukuran lebar jalan lalu lintas, lebar bahu
jalan dan juga segala sesuatu yang termasuk kedalam bagian jalan tersebut.

Tabel III. 5 Kondisi Jalan Di KH. Agus Salim Semarang


Jenis Keterangan Gambar
Perkerasan Perkerasan menggunakan
beton

Fungsi Fungsi jalan sebagai jalan


lokal sekunder yang
memiliki jalan bertipe 4/2 -
D dengan median sebagai
pemisah fisik jalur lalu
lintas.
Lebar jalan Lebar masing-masing lajur
3,5 meter

Lajur Memiliki 4 lajur

Sumber : Survey primer,2021

64
Gambar 3. 6 Peta Jaringan Jalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

B. Jaringan Air Bersih


Air bersih yang digunakan di lokasi studi menggunakan air PDAM
untuk sistem air bersih di wilayah studi sudah terintegrasi dengan cukup baik.
Namun penggunaan air tersebut tidak banyak digunakan oleh para pedagang
karena sebagian besar pedagang menjual barang-barang mentah,tekstil dan
lain-lain. Untuk pedagangnya sendiri membeli air kalengan dari pengepul yang
menghantarkan airnya menggunakan gerobak dorong dan didistribusikan ke
pedagang kaki lima dengan membayar uang 2ribu rupiah tiap kalengnya.

Gambar 3. 7 Jaringan Air Bersih

65
Sumber: survey Primer,2021

C. Jaringan Persampahan
Untuk sistem persampahan yang ada di lokasi studi menggunakan tempat
sampah masing-masing yang disediakan oleh para penjual disana namun masih
ada masayarakat yang membuang sampah sembarangan hingga terjadi
penumpukan. Sehingga disana ada pihak kebersihan setiap hari yang
mengambil sampah dengan biaya 3ribu rupiah setiap harinya.

Tabel III. 6 Kondisi Prasaranan Persampahan


Jenis Keterangan Gambar
Sampah organik Sampah-sampah tersebut
dan non organik berasal dari hasil
pengolahan makanan atau
bungkus kemasan yang
berupa sampah organik
dan anorganik.
Pedagang kaki lima
mengatakan bahwa
sampah-sampah tersebut
nantinya di buang di TPA
dan dikumpulkan di bak
sampah.
Sumber : Sumber : Survey primer,2021

D. Fasilitas Pelengkap Jalan


Fasilitas pelengkap jalan digunakan untuk melengkapi dengan fungsi sebagai
etetika,pengaturan lalulintas untuk tujuan tertentu termasuk kursi,trotoar,lampu
jalan,lampu lalulintas,marka jalan dan lain-lain.

Tabel III. 7 Kondisi Fasilitas Pendukung Jalan


Jenis Keterangan Gambar
Rambu jalan Digunakan untuk penanda
suatu tempat sesuai
kebutuhan sebagaialat
untuk pengaturan
lalulintas

66
Penerangan jalan Digunakan untuk
menerangi jalan pada saat
malam hari untuk
menghindari kecelakaan
lalulintas diakibatkan
karena berkurangnya
penglihatan

Trotoar jalan Jalur dari pejalan kaki


dimana sejajar dengan
jalan dan biasanya lebih
yinggi dibandingkan
permukaan yang
diperuntukan bagi pejalan
kaki

Median jalan Digunakan sebagai laat


pemisah jalan ditiap
lajurnya

Lampu Lalulintas Lampu lalulintas


digunakan untuk
mengendalikan arus
lalulintas dimana
terpasang di persimpangan
jalan

Pohon Digunakan sebagai alat


peneduh atau sebagai
fungsi estetika dan
penyaring polusi udara
alami

Sumber : Survey primer,2021

E. Kondisi Parkir

Parkir merupakan salah satu kegiatan yang selalu dijumpai dimanapun terutama di
tempat umum. Fungsi dari parkir adalah tempat pemberhentian suatu kendaraan dalam
melakukan kunjungan atau lainnya. Pada lokasi penelitian yang ada parkir di jalan

67
KH. Agus Salim sangat banyak dijumpai dengan adanya parkir di bahu jalan hingga
masuk di jalur lalulintas.

Tabel III. 8 Kondisi Parkir Jalan KH. Agus Salim Semarang


Gambar

Gambar diatas merupakan Gambar diatas merupakan kegiatan


kegiatan parkir berupa mobil konsumen yang memakirkan
yang memakirkan kendaraannya kendaraannya di jalur lalulintas.
berada di bahu jalan hingga Konsumen ersebut membeli
masuk jalur lalulintas. Parkir dagangan yang dijual PKL
tersebut dikenai biaya 3 ribu dikarenakan mereka tidak memiliki
rupiah. tempat parkir sehingga konsumen
memakirkan kendaraan dekat
dengan lapak PKL yang berada di
jalur lalulintas.
Sumber : Survey primer,2021

68
BAB IV
ANALISIS PENGARUH AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN KH. AGUS SALIM SEMARANG

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai analisis pengaruh adannya kegiatan
pedagang kaki lima (PKL) terhadap kemacetan lalulintas dijalan KH.Agus Salim Semarang
yang berlokasi di kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah. Kegiatan pedagang
kaki lima ini menyebabkan terjadinya kemacetan lalulintas dengan tingkat tundaan yang
berbeda-beda disetiap waktunya. Sehingga peneliti akan melakukan pengamatan untuk melihat
seberapa lama jarak tempuh lalulintas yang dicapai dan mengidentifikasi masalah lainnya yang
berhubungan dengan PKL dan keadaan lalulintas.

Pada sub bab pertama akan membahas mengenai Identifikasi Kondisi Lalu Lintas
karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan melakukan pengamatan lapangan.
Kemudian pada sub bab ke dua akan membahas mengenai identifikasi lalulintas berupa kondisi
jalan dan melakukan pengamatan serta perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kegiatan lalulintas yang dihasilkan pada ruas jalan yang dijadikan sebagai penelitian.
Kemudian pada sub bab ke tiga melakukan identifikasi pada pedagang kaki lima dengan
melakukan pengamatan serta perhitungan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
teknik analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruhnya PKL terhadap kemacetan
lalulintas yang ada. dan pada subab ke empat merupakan hasil dari korelasi yang disebabkan
kegiatan PKL terhadap kemacetan lalulintas.

4.1 Identifikasi Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim Semarang

Sebelum melakukan identifikasi lebih lanjut peneliti akan menjelaskan mengenai posisi
pedagang kaki lima terhadap ruang jalan yang digunakan di lokasi penelitian. Pada jalan KH.
Agus Salim PKL menempati bahu jalan di kedua lajur yang ada. Hal ini menyebabkan
terganggunya sirkulasi lalulintas dan perubahan fungsi bahu jalan sebagai bagian dari tepi jalan
yang digunakan untuk kendaraan yang mengalami kerusakan atau keadaan darurat seperti
ambulans,pemadam kebakaran dan lain-lainnya menjadi aktivitas ekonomi. Karena hal
tersebut peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh keberadaan pedagang kaki lima yang
menyebabkan kemacetan lalulintas dengan melakukan beberapa tahapan analisa untuk
menentukan nilai dan skor yang nantinya digunakan untuk mengetahui seberapa besarkah
pengaruh keberadaan PKL terhadap kemacetan lalulintas tersebut.

69
Dalam identifikasi karakteristik pedagang kaki lima atau PKL di jalan KH. Agus Salim
Semarang,Pada pembobottan analisis ini dimana untuk menentukan jumlah kelas yang
didasarkan oleh variabel yang ambil yaitu variabel aspek ruang aktivitas PKL,aspek aktivitas
PKL dan aspek pergerakan konsumen dengan menggunakan rumus Sturges dimana :

Jumlah jenjang skor = 1 + 3,322 log n

= 1 + 3,322 log 3

= 1 + 3,322 (0,48)

=3

Keterangan : n = Ʃ variabel yang digunakan

Untuk analisis pembobotan dilakukan dengan melihat kondisi lapangan dengan melihat
kriteria penelitian yang disusun berdasarkan pada kajian teori yang ada. Kriteria yang
digunakan dalam melakukan analisis pembobotan atau scoring ini untuk menentukan
karakteristik PKL yang paling mempengaruhi sirkulasi lalulintas di sepanjang jalan KH. Agus
Salim Semarang.

Tabel IV. 1 Kriteria Pembobotan Karakterisitik Pedagang Kaki Lima

Nilai
Variabel Indikator 1 2 3
Aspek Ruang Lokasi berdagang Jalur hijau Bahu jalan Bahu jalan sampai
Aktivitas PKL masuk jalur lalulintas
PKL
Ukuran sarana < 1m2 1-3 m2 > 3m2
aktivitas PKL
Tipe unit PKL Mobile Semistatic Static
Aspek Jenis barang dan Jasa Non Makanan Makanan
aktivitas PKL dagangan PKL
Waktu aktivitas 07.00 – 11.00 09.00 – 17.00 12.00 – 22.00
PKL
Aspek Sarana transportasi Sepeda Sepeda motor Mobil
pergerakan yang digunakan
konsumen konsumen
Lokasi parkir Halaman ruko Bahu jalan Jalur lalulintas
konsumen
Sumber : Hasil Analisi Penyusun,2021

Kriteria pembobotan ini dlakukan untuk melihat besar tingkat pengaruhnya keberadaan
PKL terhadap kemacetan lalu lintas di jalan KH. Agus Salim Semarang.pada variabel; aspek
ruang aktivitas PKL terdapat beberapa indikator yaitu lokasi berdagang dibagi menjadi 3 titik
yaitu jslur hijau,bahujalan dan jalur lalulintas. Kemudian untuk ukuran sarana aktivitas PKL
70
dibagi menjadi beberapa ukuran yatu 1 m2, 1-3 meter m2 dan 3 meter. Indikator berikutnya
berdasarkan tipe unit PKL dimana para pedagan meemiliki beberapa ciri dalam menggelar
dagangannya berupa mobile atau dapat berpindah dan meninggalkan lokasi,semistatic dimana
pedagang menggelar dagangannya dengan separuh kerangka dagangan tetap tertinggal dilokasi
berdagang dan static dimana pedagang itu menetap sehingga dengan skor 3.

Dilihat dari aspek aktivitas PKL yang berupa jenis barang dagangan PKL berupa
jasa,non food dan food, kategori ini berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mac Gee and
Yeung.1993 dimana jenis dagangan dapat mempengaruhi suatu hal. Kemudian dari waktu
aktivitas PKL dibagi menjadi bebrapa waktu dengan skor paling tinggi dengan durasi lebih dari
10 jam dan durasi 1-8 jam tergalong dalam aktivitas PKL Selanjutnya dilihat dari variabel
aspek pergerakan konsumen dengan indikator sarana transportasi yang digunakan konsumen
dengan bebrapa kriteria dimana sepeda,sepeda motor dan mobil. Kemudian dari indikator
lokasi parkir dan moda transportasi konsumen

4.2 Identifikasi Kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pada lokasi penelitian,berlangsungnya kegiatan yang terjadi berdasarkan kondisi yang
ada yaitu aktifitas pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan dan pedestrian. Berikut
ini merupakam hasil dari analisis dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mengenai
kondisi Lalu Lintas karena adanya aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL).

71
Gambar 4. 1 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL)
pada Pagi Hari

Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

Aktivitas yang terjadi pada pagi hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) belum terlalu
mendominasi dikarenakan para pedagang hanya beberapa yang sudah bergelaran jualan atau
mempersiapkan dagangannya yang berupa makanan cepat saji atau barang-barang lainnya.
Pada pagi hari,peneliti melakukan percobaan seberapa lama tundaan perjalanan yang terjadi
pada ruas jalan yang dijadikan lokasi penelitian pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah
pertama yaitu dimulai dari Sungai Mberok menuju lampu merah pada alun-alun Kota
Semarang memerlukan waktu tempuh sebesar 45.31 detik dengan rata-rata kecepatan 20-25
Km/jam jika menggunakan kendaaran beroda dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari
lampu merah Hotel Metro menuju sungai Mberok memerlukan waktu tempuh 42.86 detik
dengan rata-rata kecepatan 20-25 km/jam.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas pedagang kaki lima terhadap kondisi lalulintas pada
Pagi hari sudah dipengaruhi oleh kegiatan pedagang kaki lima diberbagai titik bahu jalan.
Bangkitan lalulintas yang terjadi pada pagi hari dimana masyarakat yang bekerja dan melewati
lokasi jalan tersebut masih dapat ditampung oleh kapasitas jalan yang ada. Sehingga dalam
artian bahwa pada pagi hari aktivitas pedagang kaki lima yang berada dibahu jalan masih dapat
ditolelir keberadaannya.

Tabel IV. 2 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Pagi Hari
Jenis Keterangan Gambar
aktivitas penjual PKL yang
menggelar dagangannya
berupa non food yaitu menjual
pot tanaman

72
aktivitas penjual PKL yang
menggelar dagangannya
berupa unprocessed food yaitu
Kegiatan PKL pada Pagi hari buah-buahan

aktivitas penjual PKL yang


menggelar dagangannya
berupa non food yaitu menjual
barang tekstil

Pada lokasi penelitian


memerlukan waktu tempuh
sebesar 45.31 detik dengan
kecepatan 20-25 km/jam
Ket: Arah 1 (Sungai Mberok
– Lampu lalulintas Alun-alun
Kota Semarang)

Waktu tempuh dan kecepatan Pada lokasi penelitian


perjalanan memerlukan waktu tempuh
sebesar 42.86 detik dengan
kecepatan 20-25 km/jam
Ket:
Arah 2 (Lampu lalulintas
Hotel Metro - Sungai
Mberok)
Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

73
Gambar 4. 2 Peta Kondisi Lalu Lintas Terhadap Aktivitas Perdagangan Kaki Lima
(PKL) Pada Siang Hari

Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

Aktivitas yang terjadi pada siang hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah padat dan
para pedagang sudah bergelaran jualan dagangannya yang berupa makanan cepat
saji,tekstil,cermin,buah-buahan,alat-alat dapur atau barang-barang lainnya. Kemduian ada
aktifitas hambatan samping lainnya berupa kendaraan yang parkir di bahu jalan pada asing-
masing dikedua arah lokasi penelitian yang ada. Pada siang hari,peneliti melakukan percobaan
seberapa lama tundaan perjalanan yang terjadi pada ruas jalan yang dijadikan lokasi penelitian
pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah pertama yaitu dimulai dari Sungai Mberok
menuju lampu merah pada alun-alun Kota Semarang memerlukan waktu tempuh sebesar 3
menit 26 detik dengan rata-rata kecepatan 5-10 km/jam jika menggunakan kendaraan beroda
dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari lampu merah Hotel Metro menuju sungai
Mberok memerlukan waktu tempuh 2 menit 26 detik dengan rata-rata kecepatan 5-15 km/jam.
Kemudian juga terdapat aktivitas perbaikan jalan yang berada di depan Alun-alun Kota
Semarang yang menimbulkan hambatan lalulintas yang ada.

74
Kegiatan pedagang kaki lima pada siang hari menjadikan aktivitas jalan menjadi
bertambah. Hal ini terlihat dari tabel dibawah bahwa aktivitas pedagang kaki lima sudah
dipadati oleh berbagai kegiatan dimulai dari konsumen yang memakirkan kendaraanya di jalur
lalulintas sampai lapak pedagang kaki lima yang berjejer di bahu jalan. Berkenaan dengan jam
puncak lalulintas pada siang hari aktivitas ini mengakibatkan bertambahnya beban kerja bahu
jalan menjadi bertambah. Karena hal tersebut juga membuat arus lalulintas dan volume
lalulintas menjadi tidak stabil. Mengapa demikian dikarenakan jalur lalulintas yang digunakan
untuk kendaraan ruangnya ditempati oleh parkir konsumen yang membeli produk jualan para
PKL yang memakirkan kendaraan pada jalur lalulintas atau badan jalan tersebut.

Tabel IV. 3 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Siang Hari

Jenis Keterangan Gambar


aktivitas penjual pedagang
kaki lima yang menggelar
dagangannya berupa
prepared food yaitu
makanan cepat saji

aktifitas parkir dibadan


jalan yang menyebabkan
kemacetan
Kegiatan PKL pada
Siang hari

aktifitas parkir dibadan


jalan yang menyebabkan
kemacetan

Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

75
Kumpulan PKL yang
menjual berbagai macam
jenis dagangannya

Pada lokasi penelitian


memerlukan waktu tempuh
sebesar 3 menit 26 detik
detik dengan 5-10 km/jam
Ket: Arah 1 (Sungai
Mberok – Lampu merah
Alun-alun Kota
Waktu tempuh dan Semarang)
kecepatan perjalanan
Pada lokasi penelitian
memerlukan waktu tempuh
sebesar 42.86 detik dengan
kecepatan 5-15 km/jam
Ket:
Arah 2 (Lampu Merah
Hotel Metro - Sungai
Mberok)

76
Gambar 4. 3 Peta Kondisi Lalu lintas terhadap aktivitas Perdagangan kaki Lima (PKL)
pada Sore hari

Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

Aktivitas yang terjadi pada sore hari kegiatan Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah padat dan
para pedagang sudah bergelaran jualan dagangannya yang berupa makanan cepat
saji,tekstil,cermin,buah-buahan,alat-alat dapur atau barang-barang lainnya. Pada sore
hari,peneliti melakukan percobaan seberapa lama tundaan perjalanan yang erjadi di segmen
jalan yang dijadikan lokasi sudi pada masing-masing 2 arah tersebut. Pada arah pertama yaitu
dimulai dari Sungai Mberok menuju lampu merah pada alun-alun Kota Semarang memerlukan
waktu tempuh sebesar 3 menit 3 detik dengan rata-rata kecepatan 5-10 km/jam jika
menggunakan kendaraan beroda dua. Kemudian pada arah ke-dua dimulai dari lampu merah
Hotel Metro menuju sungai Mberok memerlukan waktu tempuh 1 menit 13 detik dengan rata-
rata kecepatan 5-20 km/jam.

Dapat disimpulkan bahwa kondisi lalulintas pada sore hari yang berkenaan dengan tarikan
pengguna jalan yang pulang dari bekerja membuat volume dan kapasitas jalan yang ada
menjadi bertambah. Karena banyaknya aktivitas pada hambatan samping jalan mengakibatkan
jarak waktu tempuh menjadi rendah. Beban lalulintas yang tinggi mengakibatkan tingkat
pelayanan jalan menjadi terganggu.

77
Tabel IV. 4 Tabel Kegiatan Kondisi Lalulintas Karena Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Pada Sore Hari

Jenis Keterangan Gambar


Kumpulan Pedagang Kaki
Lima yang menjual berbagai
macam jenis dagangannya

aktivitas penjual PKL yang


menggelar dagangannya
berupa non food yaitu
Kegiatan PKL pada menjual barang kaca
Siang hari

78
aktivitas penjual PKL yang
menjual dagangannya
berupa unprocessed food
yaitu menjual makanan
cepat saji

Pada lokasi penelitian


memerlukan waktu tempuh
sebesar 3 menit 3 detik
dengan 5-10 km/jam
Ket: Arah 1 (Sungai
Mberok – Lampu merah
Alun-alun Kota
Waktu tempuh dan Semarang)
kecepatan perjalanan
Pada lokasi penelitian
memerlukan waktu tempuh
sebesar 42.86 detik dengan
kecepatan 5-20km/jam
Ket:
Arah 2 (Lampu Merah
Hotel Metro - Sungai
Mberok)
Sumber : Hasil Survey Penyusun,2021

Dari hasil frekuensi mengenai kegiatan Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim
Semarang. Dari data tersebut peneliti mengidentifikasi ada 51 PKL yang berjualan di lokasi
tersebut. Jenis pedagang kaki lima memiliki karakterisitik yang berbeda-beda. Sehingga dalam
penelitian kali ini peneliti menyusun 7 indikator dalam menentukan tipe karakterisitik PKL di
lokasi penelitian. Untuk penjelasan lebih lanjutnya peneliti menjelaskan hasil identifikasi
karakteristik sub bab selanjutnya.
4.2.1 Aspek Ruang Aktifitas PKL
A. Lokasi Berdagang
Lokasi berdagang para pedagang kaki lima atau PKL lebih banyak menempati ruang
dibahu jalan, hal tersebut dilakukan karena ruang yang dapat digunakan untuk berjualan. Rata
– rata para pedagang memilih lokasi tersebut dikarenakan dekat dengan jalan dan menjadikan
lokasi yang strategis bagi konsumen yang mampir untuk membeli dagangan atau sekedar
melihat-lihat. Alih-alih memanfaatkan ruang dibahu jalan para pedagang menghiraukan
dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Hal ini terjadi karena kegiatan PKL yang

79
mengambil lokasi dibahu jalan mengakibatkan aktivitas ruang jalan menjadi berkurang yang
seharusnya menjadi 4/2D salah satu lajur menjadi terganggu sirkulasi lalulintasnya.

Tabel IV. 5 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Lokasi Berdagang PKL

Lokasi Berdagang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bahu Jalan 51 100,0 100,0 100,0

Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Dari data distribusi frekuensi terkait keberadaan lokasi kegiatan Pedagang Kaki Lima
berada di bahu jalan, dikarenakan menurut pedagang disitulah para konsumen dapat dengan
mudah melihat aktivitas dagangan mereka dan dengan mudah untuk membeli dikarenakan
dekat dengan jalur lalulintas.

Gambar 4. 4 Diagram Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima

Lokasi Berdagang Pedagang


Kaki Lima
Jalur hijau
0%
Bahu Jalan
100%
Masuk Jalur
Lalulintas

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Dari hasil yang diperoleh penggunaan lokasi yang paling banyak terdapat dibahu jalan
dan penggunaan paling sedikit berada di jalur hijau atau jalur aman digunakan oleh jasa
reparasi. Untuk penggunaan lokasi di bahu jalan didominasi oleh pedagang kaki lima berupa
penjual makanan dan non makanan dan service semuanya berada di bahu jalan saat berjualan
dengan presentasi 100%

80
Gambar 4. 5 Peta Sebaran Lokasi Berdagang PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

B. Ukuran Sarana Aktivitas PKL


Ukuran sarana aktivitas PKL memiliki banyak macamnya mulai dari sarana
meja/jongko,tenda,kendaraan,gerobak,gelaran atau tikar dan lain-lain namun dikarenakan hal
tersebut sangat bervariatif ukurannya sesuai dengan kebutuhan pedagang kaki lima
berdasarkan macam barang yang dijual,peneliti membaginya berdasarkan ukuran dimana hal
tersebut nantinya dapat mengetahui seberapa besarkah ukuran sarana berdagang PKL yang
digunakan dalam aktivitas berdagang.

Tabel IV. 6 Tabel Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran Sarana PKL

Ukuran Sarana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2
Valid <1 m 1 2,0 2,0 2,0
1 - 3 m2 39 76,5 76,5 78,4
> 3 m2 11 21,6 21,6 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

81
Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa ukuran sarana pedagang kaki lima paling banyak
sebesar 1-3 m2 hal ini berkaitan dengan barang yang dijual seberapa besar kebutuhan barang
dagangan dengan sarana yang digunakan. Diketahui jika sarana berdagang semakin lebar maka
tingkat pengaruh pedagang kaki lima semakin tinggi. Hal ini dikarenakan sarana yang lebar
mengakibatkan ruang yang digunakan semakin bertambah. Dan bertambahnya ruang
tersebutlah yang menjadikan salah satu faktor dari terganggunya sirkulasi lalulintas. Karena
jika aktivitas hambatan samping jalan semakin tinggi maka arus lalulintas kendaraan semakin
terganggu

Gambar 4. 6 Diagram Ukuran Sarana Aktivitas PKL

UKURAN SARANA AKTIVITAS PKL


0 - 1 meter
> 3 meter 2%
20%

1 - 3 meter
78%

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Dari hasil diagram diatas bahawa ukuran sarana aktivitas Pedagang Kaki Lima sangat
lah bervariasi. Namun ukuran sarana paling banyak yang digunakan oleh pedagang kaki lima
yaitu 1-3 meter dengan presentase sebesar 78% dengan berbagai macam jenis dagangan.
Kemudian yang ke dua presentase sebesar 20% berupa sarana dagangan PKL dengan lebar
dari 3 meter yang mendominasi selanjutnya dan yang terakhir sarana dengan lebar 1 meter
berupa 2% dengan lebar – meter saja.

82
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Ukuran Sarana Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim
Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

C. Tipe Unit PKL


Tipe unit PKL merupakan sistem tempat berdagang yang digunakan . pada tipe unit ini
dibagi menjadi 3 tipe unit yaitu mobile artinya pedagang menggelar dagangannya dapat
dipindahkan sewaktu-waktu tanpa meniggalkan barang dagannya. Kemudian tipe unit yang
semistatic artinya pedagang memiliki sarana berdagang yang semi permanen dengan artian
sebagian sarananya dapat dibongkar pasang kembali. Untuk tipe unit yang terakhir yatitu static
atau permanen dengan artian sarana berdagang tetap dan tidak berpindah-pindah.

Tabel IV. 7 Hasil Distribusi Frekuensi Tipe Unit PKL

Tipe Unit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mobile 21 41,2 41,2 41,2
Semi Static 25 49,0 49,0 90,2
Static 5 9,8 9,8 100,0
Total 51 100,0 100,0

83
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Dari hasil analisis frekuensi di atas pedagang kaki lima dengan tipe unit semi static lebih
banyak dan tipe unit mobile berada di posisi ke dua,sedangkan tipe unit static berada pada
kategori terendah. Dengan tipe unit paling banyak berupa semistatic dan mobile yang ada ini
aktivitas pedagang kaki lima yang berjualan dibahu jalan dikarenakan kondisi yang kurang
memadai. Sehingga para pedagang setiap harinya harus melakukan pembongkaran
dagangannya dan memindahkan karena faktor keterbatasan ruang tempat berdagang.

Gambar 4. 8 Diagram Tipe Unit Pedagang Kaki Lima

Tipe Unit Pedagang kaki Lima

8%
43% Mobile
49% Semistatic
Static

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021


Hasil dari diagram diatas pada jenis tipe unit PKL menghasilkan 3 presentase dimana
hasil yang paling tinggi mencapai 49% berupa tipe unit PKL semistatic dimana dengan cara
sebagian sarana dagangannya masih berada dilokasi yang sama,kemudian peringkat kedua
dimiliki oleh mobile sebesar 43 % dimana unit dagangan ini disebut juga berpindah pindah
sedangkan paling rendah yaitu tipe unit PKL berupa static atau permanen disni PKL menempati
ruang yang sama disetiap harinya dengan unit dagangan yang menetap tanpa adanya
pembongkaran sebesar 10%

84
Gambar 4. 9 Peta Sebaran Tipe Unit Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim
Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

4.2.2 Aspek Akifitas Pedagang kaki Lima


A. Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lim

Jenis barang dagangan merupakan jenis dagangan yang dijual oleh PKL berupa PKL
Unprocessed Food & semiprocessed Food seperti Bahan mentah makanan seperti daging,buah
dan sayuran. Selian itu juga berupa barang-barang setengah jadi seperti beras , kemudian
prepared food seperti Makanan atau minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di
tempat maupun dibawa pulang, Non Food seperti barang dagangan yang tidak berupa makanan
contohnya tekstil, obat-obatan dan lain-lainnya dan service seperti Jasa pelayanan yang
diperdagangkan adalah jasa peroroangan seprti tukang membuat kunci,penjahit,reparasi dan
lain-lain.

Tabel IV. 8 Hasil Distribusi Frekuensi Ukuran PKL

Jenis Barang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jasa 2 3,9 3,9 3,9
Non Makanan 24 47,1 47,1 51,0
Makanan 25 49,0 49,0 100,0

85
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Hasil tabel diatas menunjukan bahwa jenis dagangan paling banyak adalah makanan dan
yang kedua adalah non makanan. Dapat diartikan bahwa keberadaan pedagang kaki lima
dengan jenis dagangan makanan dapat mempengaruhi kinerja lalulintas karena durasi
konsumen dalam membeli dagangan mereka lebih lama dibandingkan pedagang kaki lima yang
menjual barang non makanan. Karena dalam membeli makanan penjual diharuskan untuk
mengolahnya dengan ditambah antrian dari konsumen,kemudian jika konsumen makan atau
minum di lokasi berdagang akan menambah durasi dari lamanya pelayanan yang ada. Hal ini
lah yang menyebabkan salah satu faktor terjadinya penumpukan pelayanan pedagang kaki lima
yang dapat mempengaruhi kinerja lalulintas. Sedangkan pedagang non makanan akan
membutuhkan durasi lebih sedikit dikarenakan konsumen dalam membeli dagangannya
aktivitas yang ada hanyalah tawar menawar saja.

Gambar 4. 10 Diagram Jenis Barang Dagangan Pedagang Kaki Lima

JENIS BARANG DAGANGAN PEDAGANG


KAKI LIMA

Service
4%
Non Makanan
Makanan 49%
47%

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Di atas merupakan diagram presentasi pedagang kaki lima yang ada dilokasi studi
dimana pada diagram tersebut posisi terbanyak ditempati oleh pedagang makanan cepat
saji,semiprossed atau unprocessed food dengan presentasi sebesar 49%,non makanan seperti
menjual tekstil,karpet,plastik dan lain-lainnya dengan presentase 47%. Dan yang terakhir
paling sedikit adalah jasa atau servicedimana disana terdapat PKL yang menjual jasa seperti
jasa reparasi jam dan reparasi perhiasan sebanyak 4% saja.

86
Gambar 4. 11 Peta Sebaran Jenis Dagangan PKL Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

B. Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Waktu aktivitas pedagang kaki lima memiliki durasi yang berbeda-beda dimana hal
tersebut dapat menjadikan seberapa banyak kegiatan pedagang kaki lima tersebut dilakukan
setiap hari rata0-atanya, hal ini digunakan untuk melihat seberapa besarkah pengaruhnya lama
waktu berjualan dengan kondisi lalulintas dilokasi studi. Pada lokasi penelitian yang ada
peneliti mengklasifikasikan durasi berjualan menjadi 3 klasifikasi dengan durasi 5 jam perhari
dimulai dari jam 07.00 pagi – 12.00 Siang, kemudian durasi berdagang semala 8 jam perhari
dari jam 09.00 pagi – 17.00 Sore dan klasifikasi yang terakhir adalah durasi selama 10 jam
lamanya dari mulai jam 12.00 sampai 22.00 Malam. Sehingga dapat dilihat dari hasil distribusi
frekuensi yang ada bahwa :

Tabel IV. 9 Hasil Distribusi Frekuensi Waktu Aktivitas PKL

Waktu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 07.00 - 12.00 jam 1 2,0 2,0 2,0
09.00 - 17.00 jam 49 96,1 96,1 98,0

87
12.00 - 22.00 jam 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Dilihat dari waktu atau lamanya pedagang kaki lima berjualan terlihat bahwa banyaknya
pedagang kaki lima dilokasi studi lamanya berdagang dengan durasi 8jam perhari. Hal tersebut
berkaitan dengan jam puncak rata-rata lalulintas dilokasi studi yang terjadi pada siang hari dan
sore hari. Aktivitas yang padat dengan banyaknya ruang yang digunakan mengakibatkan
tingginya dampak dari kemacetan lalulintas. Mengapa demikian dikarenakan aktivitas PKL
pada puncak siang hari berkenaan dengan jam puncak padatnya lalulintas pada siang hari.
Kemudian sampai sore hari aktivitas PKL masih berlanjut dimana para pengguna jalan yang
melewati lokasi tersebut pulang dari bekerja. Dapat diartikan bahwa durasi lamanya berjualan
PKL di lokasi studi berkaitan dengan bangkitan dan tarikan kegiatan lalulintas yang ada karena
berkenaan dengan jam-jam sibuk volume lalulintas mengakibatkan beban kerja lalulintas
menjadi bertambah.

Gambar 4. 12 Diagram Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Waktu aktivitas PKL

2%
2%
1 - 6 jam
6 - 10 jam
> 6 jam
96%

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Hasil diatas merupakan durasi rata-rata berjualan dimana paling banyak durasi yang
dipakai adalah aktivitas pada siang menuju sore hari dengan jam puncak siang hari dengan
presentase 96% Kemudian disusul oleh lebih dari 6 atau sepuluh jam ketas dengan nilai
presentasi 2% saja dan yang paling sedikit yaitu 2% dengan durasi waktu berjualan yang
pendek. Hal inilah yang menyebabkan kemacetan lalulintas dilokasi studi dengan kriteria jam
puncak sebagai tingkat kemacetan.

88
Gambar 4. 13 Chart Waktu Aktivitas Pedagang Kaki Lima

Waktu aktivitas PKL


60
50

Responden
40
30
20
10
0
07.00 - 09.00 - 12.00 -
(Y) 12.00 jam 17.00 jam 22.00 jam
Waktu aktivitas
1 49 1
(X) PKL

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021


Dari sini dapat dilihat bahwa keberadaan pedagang kaki lima dengan durasi berjualan
dibahu jalan dengan rentan waktu jualan 8 jam perhari dimulai dari jam 09.00 – 17.00 dapat
mempengaruhi laju sirkulasi lalulintas.

Gambar 3. 8 Kurva Grafik Waktu dan Kecepatan Akibat Aktivitas Pedagang Kaki
Lima

30

25

20

15

10

0
07.00 - 08.00 11.00 - 12.00 16.00 - 17.00

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Pada grafik diatas merupakan hasil dari waktu dan kecepatan yang didapat pada jam
puncak dan jam tidak puncak. Dimana pada kegiatan PKL yang ada menghasilkan kecepatan
dan waktu tempuh yang rendah dimana pada pagi hari menghasilkan waktu tempuh 25 km/jam
dan pada siang hari mengalami penurunan hingga 10 km/jam dan pada sore hari kecepatan dan
waktu tempuh sebesar 15 km/jam. Hal ini berkaitan dengan kegiatan sisi samping kanan dan
kiri jalan dengan berbagai macam aktivitas dari keberadaan PKL,pengguna jalan dan parkir di
bahu jalan hingga masuk jalur lalulintas.

89
4.2.3 Aspek Pergerakan Konsumen
A. Sarana tranportasi yang digunakan konsumen
Sarana transportasi merupakan kendaraan yang dibawa oleh konsumen dalam melakukan
transaksai jual beli. Dimana keberadaan konsemen dengan jenis kendaraan jugadapat
mempengaruhi volume lalulintas dilokasi studi.

Tabel IV. 10 Hasil Distribusi Frekuensi Moda Transportasi PKL

Moda Transportasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sepeda Motor 48 94,1 94,1 94,1
Mobil 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021
Aspek pergerakan konsumen paling banyak ditempati oleh sepeda motor, karena ruang
bahu jalan sudah di tempati oleh dagangan PKL dengan tujuan agar konsumen dapat dengan
mudah melihat barang dagangannya dan menarik konsumen untuk membeli, Konsumen yang
sedang berkendara dijalur lalulintas dapat dengan mudah menghampiri PKL yang dituju.
Konsumen paling banyak menggunakan sepeda motor karena loksinya yang mudah dikunjungi
dengan area yang strategis lebih memudahkan pengendara untuk lalu lalang menghampir
dibandingkan harus masuk ke area pasar yang cukup jauh.

Gambar 4. 14 Diagram Aspek Pergerakan Konsumen

SARANA TRANPORTASI
KONSUMEN
mobil
sepeda
6%
0%

motor
94%

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Sarana yang sering digunakan konsumen berupa motor dengan tingkat presentase
sebesar 94%. Hal ini dikarenakan banyak konsumen yang memakirkan kendaraannya di depan
lapak dagangan secara langsung namun ada juga yang memakai mobil dengan presentase 6%.

90
B. Lokasi parkir konsumen

Lokasi parkir konsumen juga dapat mempengaruhi besarnya volume lalulintas dilokasi
studi, hal ini dapat menurunkan kinerja jalan diakrenakan terhambatnya pergerakan lalulintas
karena penmumpukan aktivitas disana.

Tabel IV. 11 Hasil Distribusi Frekuensi Lokasi Parkir PKL

Lokasi Parkir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bahu Jalan 5 9,8 9,8 9,8
Jalur Lalulintas 46 90,2 90,2 100,0
Total 51 100,0 100,0
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Lokasi parkir konsumen menjadi fakor utama dalam pengaruh kemacetan lalulintas, hal ini
disebabkan banyaknya konsumen yang memakirkan kendaraannya berada di jalur lalulintas
cukup tinggi. Karena ruang bahu jalan sudah dugunakan untuk berdagang sehingga konsumen
yang ingin membeli dagangan PKL tersebut harus memakirkan kendaraannya di ruang yang
dekat dengan dagangan tersebut. Sehingga jalur lalulintaslah yang menjadi pilihan terbanyak
dikarenakan posisi tersebut konsumen dapat memakirkan kendaraanya dengan mudah.
Semakin banyak ruang jalan yang digunakan maka semakin sedikit pula arus lalulintas
kendaraan yang melewati lokasi tersebut. Hal ini mempengaruhi laju kendaraan dan kapasitas
lalulintas dilokasi penelitian.

Gambar 4. 15 Diagram Lokasi parkir konsumen

LOKASI PARKIR KONSUMEN


Halaman
Ruko Bahu Jalan
0% 10%

Jalur
Lalulintas
90%

Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

91
Lokasi parkirnya konsumen paling banyak menempati jalur lalulintas dengan presentase
90% sedangkan parkir yang sering di bahu jalan sebesar 10%. Sehingga dari sini kita dapat
melihat bahwa parkir di jalur lalulintas menyebabkan salah satu tingkat kemacetan dilokasi
studi.

4.2.4 Hasil Uji Validitas


Dari hasil uji validitas dimana R hitung yang harus memiliki nilai yang lebih besar dari
R tabel dan nilai Siig yang tidak lebih besar dari (0,05) atau 5% maka berikut ini adalah hasil
dari uji validitas 7 pertanyaan pengaruh aktivitas pedagang kaki lima terhadap kemacetan
lalulintas
Tabel IV. 12 Uji Validitas
No. r tabel (sig5%) r hitung Kriteria
Soal
1 0,279 0 Tidak valid
2 0,279 ,651** Valid
3 0,279 ,716** Valid
4 0,279 ,259 Tidak valid
5 0,279 ,323* Valid
6 0,279 ,402** Valid
7 0,279 ,620** valid
Sumber : Hasil Analisi Penyusun2021
Dari data diatas terdapat 2 data yang tidak valid berkenaan dengan lokasi tempat
berdagang PKL dan jenis barang dagangan PKL dikarenakan tingkat frekuensi yang sangat
tinggi dan dalam penditribusian frekuensinya responden memilih dengan jawaban yang sama
sehingga menghasilkan nilai seperti diatas. Kemudian juga dikarenakan item atau data yang
tidak terdestribusikan secara merata nilai koefesien korelasi menjadi rendah, hal tersebut
menjadikan data menjadi tidak valid.
4.2.5 Hasil Uji Reabilitas
Dari hasil uji reabilitas pada nilai Cronbach’s Alpha yang lebih dari 0,6 sebagai standar
penelitian. Berikut merupakan Uji Reabilitas :

Tabel IV. 13 Uji Reabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,299 7
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

92
Dari hasil uji validitas diatas diketahui bahwa hasil reabilitas yaitu 0,6 sehingga layak
digunakan dalam sebuah penelitian . Uji validitas tersebut dipergunakan untuk mengukur
seberapa jauh valid atau tidaknya suatu quesioner dibuat. Menurut Sukadji,2000 mengatakan
bahwa uji reabilitas ini dipergunakan untuk menghitung seberapa besar derajat tes konsisten
dari sasaran yang diukur. Sehingga dalam Uji validitas atas karakterisitik PKL tersebut masuk
reabel karena nilainya 0,299 atau lebih dari 0,6 yang ditetapkan sebagai standar penelitian.

4.2.6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda


Hasil uji regresi linier berganda ini digunakan untuk menemukan seberapa besar
pengaruh taip variabel X dan Y berdasarkan analisis yang sudah ditentukan oleh peneliti.
Dengan rincian sebagai berikut :

A. Pengaruh Pedagang Kaki Lima Dari Aspek Lokasi parkir Terhadap Kemacetan
Lalulintas

Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktivias


PKL jika dilihat dari aspek moda transportasi terhadap kemacetan lalulintas di jalan
KH. Agus Salim Semarang menggunakan analisis regersi linier berganda. Uji regresi
linier ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari lokasi
berdagang(X1),ukuran sarana (X2),tipe unit (X3),jenis barang (X4) dan waktu
berdagang (X5) terhadap kemactean lalulintas dari aspek moda transportasi yang
digunakan. Dalam teknik ini terdapat 3 uji yaitu uji F,uji t dan uji koefisien. Ujie
tersebut akan menjawab rumusan masalah pada penelitian yang ada.

Uji F memiliki peran untuk menghitung pengaruh variabel bebas terhadap


variabel terikat. Terdapat 2 cara dalam pengambiln keputusan dalam uji F yaitu
dengan membandingkan nilai signifikansi dimana jika nilai sig , 0,05 maka hipotesis
diterima tetapi jika sebaliknya yaitu nilai sig>0,05 maka hipotesis ditolak. Dengan
cara lain dengan membandingkan F hitung dan F tabel yang mana jika nilai F hitung
F maka hipotesis diterima dan jika F hitung < F tabel mala hipotesis ditolak.

Uji t digunakan untuk mengukur pengaruh dari masing-masing variabel bebas


terhadap variabel terikat secara satu persatu. Dengan cara pengambilan keputusan
dalam uji ini dengan cara mencocookan t tabel dengan t hitung,yang mana jika nilai
sig <0,05 atau t hitung lebih dari (>) t tabel berarti terdapat pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat. Bila nilai sig >0,05 aau t hitung lebih dari (<)t tabel maka
variabel bebas tidak dapat berpengaruh terhadap variabel terikat.

93
Uji koefisiensi determinasi digunakan untuk menunjukan besaran kontribusi
pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas secara bersamaan ke variabel terikat.
Pada uji ini yang diperhatikan yaitu uji F,jika uji F memiliki nilai signifikansi berarti
nilai koefisiensi determinasi tidak bermakna. Namun jika nilai uji F tidak bernilai
signifikasi berarti nilai koefisiensi determinasi tidak bisa digunakan untuk
memperkirakan besaran pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat untul
emmeprmudah dapat menggunakan tabel kriteria nilai koefisiensi seperti berikut :

Tabel IV. 14 Kriteria Nilai Koefisiensi Korelasi


No. Nilai koefisiensi Keterangan
1 0,07 – 1.00 Hubungan positif yang sangat kuat
2 0,50 – 0,69 Hubungan positif yang mantap
3 0,30 – 0,49 Hubungan positif yang sedang
4 0,10 – 0,29 Hubungan positif yang tidak berarti
5 0 Tidak memiliki hubungan
6 - 0,01 – -0,09 Hubungan negatif yang tidak berarti
7 -0,10 – -,029 Hubungan negatif yang rendah
8 -0,30 – -0,49 Hubungan negatif yang sedang
9 -0,50 – -0,69 Hubungan negatif yang mantap
10 -0, 70 – -1.00 Hubungan negatif yang sangat kuat
Sumber : Bungin,2010

Berikut merupakan hasil analisis regresi linier berganda yang dilakukan peneliti
pada program SPSS 26 for windows

Tabel IV. 15 Hasil Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,034 4 ,259 3,421 ,016b
Residual 3,476 46 ,076
Total 4,510 50
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil uji F sebesar 3,421 dan nilai signifikansi 0,016 b.
Dalam analisis ini pengaru X2,X3,X4 dan X5 secara simultan terhadap Y1 adalah sebesar
0,016 > 0,05 dan nilai F hitung 3,421>3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada
aspek lokasi parkir berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.

94
Untuk mengetahui masing-masing variabel kemacetan lalulintas memiliki pengaruh
terhadap lokasi parkir dapat dilakukan uji t. Selain itu uji t dapat digunakan unuk menganalisis
variabel yang paling memebrikan pengaruh terbesar hingga terkecil

Tabel IV. 16 Hasil Uji T

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,956 ,445 6,638 ,000
Ukuran sarana(X2) ,142 ,092 ,212 1,541 ,130
Tipe unit(X3) ,119 ,064 ,257 1,863 ,069
Jenis barang(X4) -,125 ,069 -,240 -1,811 ,077
Waktu -,131 ,201 -,087 -,652 ,518
aktivitas(X5)
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Dari tabel koefisien tersebu,Constant a adalah 2,956, dengan Lokasi berdagang (X1)
adalah 0,Ukuran sarana (X2) adalah 0,142,Tipe unit (x3) adalah 0,119,jenis barang (X4)
adalah -0,125 dan waktu aktivitas (X5) adalah -0,131. Sehingga daperoleh persamaan sebagai
berikut:

Y1 = a +bX1 +cX2 + dX3 + eX4 + fX5

Y1 = 2,956+0+0,142X2+0,119X3-0,125X4 – 0,131X5

Tabel koefisien digunakan sebagai gambaran persamaan regresi dimana tabel tersebut
menampilkan uji signifikansi yang digunakan agar dapat mengetahui jika terdapat pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berikut diambil beberapa kesimpulan :

a). Nilai konstanta sebesar 2,956 maka dapat diartikan bahwa bila Lokasi berdagang
(X1) adalah Ukuran sarana (X2) ,Tipe unit (x3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5)
adalah konstan maka nilai Y1 atau pengrauh lokasi parkir terhadap kemacetan lalulintas
sebesar 2,956

b) koefisien regresi pada X2 ukuran sarana sebesar 0,142 dan koefisien regresi bernilai
positif maka apabila ukuran sarana (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y1) akan
mengalami pengingkatan sebesar 0,142 dengan syarat variabel konstan.

95
c) koefisien regersi tipe unit (X3) sebsar 0,119 dan koefisien regresi bernilai positif
menjelaskan bahwa apabila tipe unit (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y1)
akan mengalami pengingkatan sebesar 0,119 dengan syarat variabel konstan.

d) koefisien regersi jenis barang (X4) sebesar -0,125 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X4) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,125 dengan syarat variabel konstan

e) koefisien regersi Waktu aktivitas (X5) sebesar -0,131 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X5) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,131 dengan syarat variabel konstan

tabel koefisien yang digunakan mengggunakan pengujian 2 arah,hipotesis yang digunakan


untuk membaca hasil analsisi tersebut adalah :

Ho : p = 0,0 berarti lokasi parkir tidak berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas

Ha : p 0 = tidak sma dengan 0 maka lokasi parkir berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas

Dengan ketentuan ;
- Ho diterima apabila sig > 5%
- Ho ditolak apabila sig <5%
T tabel bernilai 1,679
Dengan pengujian tersebut dapat dilihat hasil hitung dari t hitung dan signifikansi dari
masing-masing variabel,sehingga hasil analisis menunjukan bahwa variabel jenis barang dan
waktu aktivitas tidak mempengaruhi kemacetan lalulintas jika dilihat dari aspek lokasi parkir
yang ada. kesimpulan dapat digambarkan pada kurva lonceng berikut :

Gambar 4. 16 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Lokasi Parkir Konsumen

96
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5) dengan
variabel terikat (Y1),dimana pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 17 Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,479a ,229 ,162 ,275
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran
sarana, Tipe unit
b. Dependents variable : Lokasi Parkir
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Tabel model Summary menyatakan nilai pengaruh R dari Ukuran sarana (X2) ,Tipe
unit (X3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5) yaitu 0,479 dan besarnya presentasi
pengaruh variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat) adalah nilai dari R square yaitu
22,9%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan waktu
aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 22,9%. Sedangkan
sebesar 77,1% diakibatkan oleh faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemacetan di jalan KH. Agus Salim Semarang
memiliki pengaruh yang ditimbulkan PKL pada aspek lokasi parkir. Namun besar pengaruhnya
masih terlalu kecil karena hanya 22,9% jika dilihat 4 hal yaitu Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis
barang dan waktu aktivitas. Sehingga dalam analisis ini bahwa antar variabel memiliki
hubungan positif yang tidak berarti.

Berikut ini merupakan kondisi pedagang kaki lima mengenai kemacetan lalulintas yang
dilakukan pengguna jalan pada aspek lokasi tempat parkir pengguna jalan yaitu :

 Ukuran sarana pada pedagang kaki lima juga menyebabkan ruang pada bahu jalan
dipenuhi oleh aktivitas pedagang yang ada sehingga aktifitas tersebut mempengaruhi
kondisi lalulintas jika dilihat dari pergerakan yang ada. terlihat bahwa ruang-ruang
pada bahu jalan yang ditempati menimbulkan efekivitas dari pergerakan lalulintas
menjadi terganggu karena dari variabel yang ada ukuran sarana memiliki tingkat
pengaruh yang tinggi. Sehingga adanya peningkatan dari ukuran sarana dapat juga
meningkatkan lokasi parkir karena hal tersebut ruang yang digunakan juga akan
semakin lebih banyak dan menimbulkan kemacetan lalulintas yang ada

97
 Tipe unit dari aktivitas berdagang yang ada di lokasi penelitian memiliki tingkat
pengaruh paling tinggi pertama jika berkaitan dengan kemacetan lalulintas yang
ditimbulkan. Dengan artian keberadaan jenis tipe unit pedagang kaki lima dengan
tipe berdagang semi menetap,menetap atau mobile ini sangat berkaitan dengan adanya
kemacetan lalulintas yang dihasilkan. Jika semakin tinggi jenis tipe unit yang
dihasilkan maka semakin tinggi pula kebutuhan lokasi parkir yang dihasilkan
sehingga berdampak pada kemacetan lalulintas
 Jenis barang yang dijual oleh pedagang kaki lima ini dengan jenis makanan,non
maknaan dan jasa meimiliki besar pengaruh ke tiga dari sisi negatif hal ini memiliki
hasil yang berlawanan sehingga bisa diartikan jika ada peningkatan dari jenis barang
yang dijual tidak akan berpengaruh terhadap lokasi ruang parkir yang digunakan
sehingga kemectan yang ditimbulkan tidak signifikan
 Waktu aktifitas atau durasi dalam berdagang ini menghasilkan nilai yang negatif
dengan artian bahwa lamanya durasi berjualan akan tidak mempengaruhi lokasi parkir
yang ada sehingga kemacetan lalulintaas yang ditimbulkan tidak berkaitan

B. Pengaruh Pedagang Kaki Lima Dari Aspek Moda Transportasi Terhadap Kemacetan
Lalulintas

Tabel IV. 18 Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,942 4 ,235 5,757 ,001b
Residual 1,882 46 ,041
Total 2,824 50
a. Dependent Variable: Moda transportasi
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Berdasarkan hasil diatas bahwa hasil uji F sebesar 5,757 dan nilai signifikansi 0,001b.
Dalam analisis ini pengaruj X2,X3,X4 dan X5 secara simultan terhadap Y2 adalah sebesar

98
0,001< 0,05 dan nilai F hitung 5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada
aspek moda transportasi berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.

Untuk mengetahui masing-masing variabel kemacetan lalulintas memiliki pengaruh


terhadap moda transportasi dapat dilakukan uji t. Selain itu uji t dapat digunakan unuk
menganalisis variabel yang paling memebrikan pengaruh terbesar hingga terkecil

Tabel IV. 19 Hasil Uji T


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,501 ,328 4,580 ,000
Ukuran sarana ,221 ,068 ,416 3,245 ,002
Tipe unit ,120 ,047 ,328 2,558 ,014
Jenis barang ,086 ,051 ,210 1,700 ,096
Waktu aktivitas -,170 ,148 -,143 -1,155 ,254
a. Dependent Variable: Moda transportasi
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Dari tabel koefisien tersebu,Constant a adalah 1,501, dengan Lokasi berdagang (X1)
adalah 0,Ukuran sarana (X2) adalah 0,221,Tipe unit (X3) adalah 0,120,jenis barang (X4)
adalah 0,86 dan waktu aktivitas (X5) adalah -0,170. Sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut:

Y1 = a +bX1 +cX2 + dX3 + eX4 + fX5

Y1 = 1,501+0,221X2+0,120X3+0,86 X4 – 0,170X5

Tabel koefisien digunakan sebagai gambaran persamaan regresi dimana tabel tersebut
menampilkan uji signifikansi yang digunakan agar dapat mengetahui jika terdapat pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berikut diambil beebrapa kesimpulan :

a). Nilai konstanta sebesar 1,501 maka dapat diartikan bahwa bila Lokasi berdagang
(X1) adalah Ukuran sarana (X2) ,Tipe unit (X3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5)
adalah konstan maka nilai Y2 atau pengrauh lokasi parkir terhadap kemacetan lalulintas
sebesar 1,501

b) koefisien regresi pada X2 ukuran sarana sebesar 0,221 dan koefisien regresi bernilai
positif maka apabila ukuran sarana (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y2) akan
mengalami pengingkatan sebesar 0,221 dengan syarat variabel konstan.

99
c) koefisien regersi tipe unit (X3) sebsar 0,120 dan koefisien regresi bernilai positif
menjelaskan bahwa apabila tipe unit (X2) mengalami peningkatan maka lokasi parkir (Y2)
akan mengalami pengingkatan sebesar 0,120 dengan syarat variabel konstan.

d) koefisien regersi jenis barang (X4) sebesar 0,86 dan koefisien nilai positif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X4) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami peningkatan sebesar 0,86 dengan syarat variabel konstan

e) koefisien regersi Waktu aktivitas (X5) sebesar -0,131 dan koefisien nilai negatif
menjelaskan bahsa jika jenis barang dagangan (X5) mengalami peningkatan maka lokasi parkir
akan mengalami penurunan sebesar -0,170 dengan syarat variabel konstan

tabel koefisien yang digunakan mengggunakan pengujian 2 arah,hipotesis yang digunakan


untuk membaca hasil analsisi tersebut adalah :
Ho : p = 0,0 berarti lokasi parkir tidak berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas
Ha : p 0 = tidak sma dengan 0 maka lokasi parkir berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas
Dengan ketentuan ;
- Ho diterima apabila sig > 5%
- Ho ditolak apabila sig <5%
T tabel bernilai 1,679
Dengan pengujian tersebut dapat dilihat hasil hitung dari t hitung dan signifikansi dari
masing-masing variabel,sehingga hasil analisis menunjukan bahwa variabel jenis barang dan
waktu aktivitas tidak mempengaruhi kemacetan lalulintas jika dilihat dari aspek lokasi parkir
yang ada. kesimpulan dapat digambarkan pada kurva lonceng berikut :

Gambar 4. 17 Kurva Perbandingan T Tabel Dengan T Hitung Moda Transportasi


Konsumen
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5) dengan
variabel terikat (Y2),dimana pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

100
Tabel IV. 20 Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,578a ,334 ,276 ,202
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran
sarana, Tipe unit
Sumber : Analisis Data SPSS Penyusun,2021

Tabel model Summary menyatakan nilai pengaruh R dari Ukuran sarana (X2) ,Tipe
unit (x3),jenis barang (X4) dan waktu aktivitas (X5) yaitu 0,578 dan besarnya presentasi
pengaruh variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat) adalah nilai dari R square yaitu 33,4
%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan waktu
aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 33,4 %. Sedangkan
sebesar 66,6% diakibatkan oleh faktor lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemacetan di jalan KH. Agus Salim Semarang
memiliki pengaruh yang ditimbulkan PKL pada aspek moda transportasi. Besar pengaruh yang
dihasilkan adalah 33,4% % jika dilihat 4 hal yaitu Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis barang dan
waktu aktivitas. Sehingga dalam analisis ini bahwa antar variabel memiliki hubungan positif
yang berarti.

Berikut ini merupakan kondisi pedagang kaki lima mengenai kemacetan lalulintas yang
dilakukan pengguna jalan pada aspek moda transportasi pengguna jalan yaitu :

 Ukuran sarana pedagang kaki lima di lokasi studi menghasilkan nilai t yang
positif dengan nilai yang paling tinggi dengan artian jika sarana pedagang kaki
lima semakin besar maka pengguna jalan yang menggunakan moda transportasi
akan semakin banyak sehingga hal tersebut menjadikan beban jalan akan
semakin tinggi dan hal inilah yang menimbulkan kemcetan lalulintas
 Tipe unit berdagang mengahsilkan nilai t terbesar kedua dengan artian bahwa
dari berbagai tipe unit semi static,mobile dan static yang ada dimana nilai
distribusi paling banyak adalah pada tipe unit semistatic sehingga jika semakin
tingginya tipe unit yang ada dilokasi studi akan mempengaruhi kondisi
lalulintas yang ada
 Jenis barang menghasilkan nilai t tertinggi ketiga dengan artian bahwa jenis
barang dengan penjual makanan,non makanan dan jasa dengan hasil distribusi
paling tinggi menunjukan jenis PKL makanan dapat diartikan bahwa jenis PKL

101
yang menjual makanan akan membutuhkan waktu yang lama dimana proses
pelayanan terhadap konsumen akan menambah durasi jika dilihat hal tersebut
pengguna jalan atau konsumen dengan moda transportasi yang digunakan kaan
semakin lama juga berada di jalur lalulintas sehingga beban kkinerja jalan akan
semakin tinggi pula dan mempengaruhi sirkulasi lalulintas yang ada
 Waktu atau durasi lamanya berjualan menghasilkan nilai t yang negatif dengan
artian lamanya mereka berjualan akan kurang mempengaruhi kinerja lalulintas
yang ada sehingga tidak akan berpengaruh jika tingkat durasi yang tinggi
terhadap kemacetan lalulintas yang ada.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji regersi linier berganda pada kedua
variabel X dan Y yang dihasilkan dimana pengaruh karakterisitik PKL terhadap kemacetan
lalulintas pada aspek lokasi parkir dipengaruhi oleh Ukuran sarana,Tipe unit jenis barang dan
waktu aktivitas mempengaruhi kondisi lalulintas dari aspek lokasi parkir sebesar 22,9%.
Sedangkan pengaruh karakterisitik PKL terhadap kemacetan lalulintas pada aspek moda
transportasi dipengaruhi oleh Ukuran sarana,Tipe unit ,jenis barang dan waktu aktivitas sebesar
33,4 %.

Berdasarkan kajian teori melalui variabel yang telah ditentukan bahwa jika dilihat dari
karakterisitik PKL berupa aspek ruang aktivias PKL (lokasi berdagang,ukuran sarana dan itpe
unit),aspek akivitas PKL ( jenis dagangan dan waktu aktivitas) mempengaruhi kemacetan dari
sisi pengguna jalan pada aspek moda transportasi dan lokasi parkir yang digunakan

4.3 Identifikasi Lalu lintas dan kemacetan di Jalan KH. Agus Salim Semarang
Identifikasi lalulintas di lokasi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kondisi yang divisualisasikan melalui penampang dan perhitungan data analisis yang
dihasilkan melalui pengamatan yang peneliti lakukan. Dimana yang pertama melalukan traffic
counting untuk menghitung seberapa besar volume lalulintas yang dihasilkan dengan
mengambil sampel kejadian pada waktu pagi jam 07.00 – 08.00 sebagai waktu dimulainya
aktifitas,waktu siang jam 11.00-12.00 sebagai waktu padat atau jam puncak dan waktu sore
pada 16.00 – 17.00 sebagai waktu pulang. Peneliti juga mengambil sampel kejadian pada hari
Senin sebagai dimulainya hari kerja,hari Jumat sebagai hari pendek dan hari Minggu sebagai
hari akhir pekan. Pada lokasi penelitian termasuk ke ruas jalan perkotaan dimana mempunyai
pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh jalan. Jalan dikota dengan
perkembangan penduduk kurang lebih dari 100.000 jiwa ini memiliki perkembangan samping
jalan yang peermanen atau erus menerus. Pada jalan KH. Agus Salim Semarang yang ada
102
dengan jalan yang bertipe 4/2D yang dimaksudkan bahwa jalan tersebut terbagi menjadi 2 arah
dimana setiap arahnya terbagi manjadi 2 lajur atau disebut juga jalur 4 lajur terbagi menjadi 2
arah.

A. Volume Lalu Lintas

Penghitungan volume lalulintas digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah arus
lalulintas rata-rata perhari dilokasi studi.

Tabel IV. 21 Volume lalu lintas Jalan KH. Agus Salim Semarang
Waktu Arah 1 Total Total Arah 2 Total Total
kendaraan volume kendaraan volume
(kend/jam) lalulintas (kend/jam) lalulintas
(smp/jam) (smp/jam)
MC LV HV MC LV HV
Senin
Pagi 946 282 53 1.672 582,1 1.361 539 38 1.938 925
07.00-08.00
Jumlah 236,5 282 63,6 529 539 45,6
smp/jam
Siang 2.008 449 77 2.534 1.043,4 1.803 718 43 2.564 1.220
11.00-12.00
Jumlah 502 449 92,4 451 718 51,6
smp/jam
Sore 2.337 613 62 3.032 1.245 2.762 480 94 3.336 1.283
16.00-17.00
Jumlah 584,25 613 74,4 691 480 112,8
smp/jam
Jumat
Pagi 1.005 188 29 1.181 548 1512 463 33 2.008 881
07.00-08.00
Jumlah 251 188 33,6 378 463 39,6
smp/jam
Siang 1.355 251 84 1,739 691 1.875 511 76 2.462 1.071
11.00-12.00
Jumlah 339 251 100,8 469 511 91,2
smp/jam
Sore 1.535 533 67 1,825 997 2.110 665 52 2.827 1.255
16.00-17.00
Jumlah 384 533 80,4 528 665 62,4
smp/jam
Minggu
Pagi 642 141 43 826 571,2 1.092 319 25 1.436 622
07.00-08.00
Jumlah 161 141 51,6 273 319 30
smp/jam
Siang 1.247 268 56 1.571 919,6 1.796 465 91 2.282 1.006
11.00-12.00
Jumlah 312 268 67,2 432 465 53
smp/jam
Sore 1.674 322 89 2.285 847,8 2114 539 60 2.806 1.156
16.00-17.00
Jumlah 419 322 106,8 554 539 63,6
smp/jam

103
Keterangan :
MC : kendaraan motor
LV : kendaraan ringan
HV : kendaraan berat
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2021

Dari hasil penelitian di atas menunjukan bahwa volume lalulintas di lokasi studi memiliki
tingkat kepadatan masing-masing yang bervariasi dimana rata-rata lalulintas yang paling tinggi
terjadi pada sore dikarenakan arah lalulintas berkenaan dengan bangkitan dan tarikan dari
masyarakat yang pulang kerja atau setelah beraktivitas seharian. Pada kedua arah memiliki
perbedaan yang sangat signifikan dikarenakan banyak masyarakat yang melewati arah ke-2
yaitu jalur dari lampu merah Hotel Metro sampai sungai Mberok. Akivitas yang sangat tinggi
ini dan adanya kegiatan PKL menimbulkan hambatan arus lalulintas yang harusnya stabil
menjadi terganggu.

Pada ruas jalan arah 1 memiliki tingkat total kendaraan yang lebih rendah dibandingkan
dengan arah 2 dimana ini berkaitan dengan laju dan volume kendaraan yang ada. Pada senin
pagi hari jumlah kendaraan yang melintas 582,1 smp/jam,kemudian pada sinag hari mengalami
peningkatan sebesar 1.043,4 dimana hal ini berkaitan dengan jam puncak pada siang hari dan
pada sore hari sebesar 1.245 dengan tingkat volume kendaraan yang lebih tinggi hal ini
berkaitan dengan jam masyarakat pulang bekerja sehingga volume lalulintas menajdi
bertambah.

Pada ruas jalan 2 memiliki total volume kendaraan pada pagi hari sebesar 925 smp/kend
dengan total yang lebih tinggi dibandingkan arah satu hal ini dikarenakan pengguna lalulintas
pada arah masuk Hotel Metro lebih banyak melintasi arah 2 dibandingkan arah 1. Kemudian
pada jam puncak siang memiliki volume kendaraan 1.220 dan pada sore hari volume kendaraan
sebesar 1.283. beban volume kendaraan lebih banyak dimiliki pada ruas 2 dimana pengguna
jalan yang melintasi berasal dari Kota dan banyaknya PKL yang mendiami di arah 2 membuat
penumpukan aktivitas dan berbagai macam kegiatan menjadi bertambah

Tabel IV. 22 Ekivalensi Mobil Penumpang) EMP


No. Jenis kendaraan EMP (4/2D)
1 Kendaraan ringan (LV) 1

2 Kendaraan berat (HV) 1.2

3 Sepeda motor (MC) 0.25

104
Sumber : MKJI,1997

B. Kecepatan Lalu Lintas

Perhitungan kecepatan lalulintas digunakan untuk menganalisis seberapa besar


kecepatan kendaraan di lokasi studi jalan.KH.Agus Salim Semarang

Diketahui :

FV = Kecepatan arus bebas kendaraan (LV) pada kondisi lapangan


(km/jam).

FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati
(km/jam), berdasarkan tipe Jalan KH. Agus Salim yaitu 4 lajur 2 arah terbagi maka
nilai FV0 adalah 47 km/jam.

FVw = Penyesuain kecepatan untuk lebar jalan (km/jam), pada Jalan Daerah
Pasar Johar dengan tipe jalan 4/2 D memiliki lebar jalur efektifnya 14 meter total
lajur maka nilai FVW nya adalah 0

FFVsf = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu, berdasarkan
kelas hambatan samping yang tinggi dan dengan jarak penghalang ,maka FFVsf nya
adalah 0.90

FFvcS = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Semarang jumlah penduduk kota Semarang tahun 2020 adalah
1.814.110 penduduk maka diperoleh FFVCS adalah 1,00.

Sehingga di dapat kecepatan arus bebas untuk Jalan K.H. Agus salim (Daerah
Pasar Johar) Semarang sebesar :

FV = (FV0 + FVw) × FFVsf × FFVcs FV

= ( 47 + 0 ) × 0.90 × 1,00 FV

= 42,3 km/jam

Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kecepatan kendaraan di


K.H. Agus Salim yaitu 42,3 km/jam. Hasil tersebut tidak sama dari hasil survei
primer di lapangan. Dengan menggunakan kendaraan sepeda motor (MC) pada jam
puncak, kecepatan kendaraan rata – rata yaitu 10-15 km/jam. Hal ini menjadikan

105
arus lalulintas menjadi terhambat dan dapat menambah waktu tempuh pada ruas
jalan tersebut.

C. Kapasitas Jalan

diketahui :
C = Kapasitas
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), berdasarkan tipe Jalan K.H. Agus Salim (Daerah
Pasar Johar) yaitu 4 lajur –terbagi maka nilai Co adalah 1650 smp/jam total dua arah.
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas pada Jalan K.H. Agus Salim (Daerah
Pasar Johar) dengan tipe jalan 4/2 D memiliki lebar jalur efektifnya 14 m total dua arah
maka nilai FCw nya adalah 0,96
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah, Diambil data volume kendaraan maksimum
pada salah satu jam puncak.
Tabel IV. 23 Jam Puncak Jalan KH. Agus Salim Semarang

Waktu Q jam puncak Q total * SP (4/2 D)


Siang hari Sore hari 100% 1.00
Senin 1.220 1.283 51% 50%-50%
Jumat 1.071 1.255 53% 50%-50%
Minggu 1.156 1.183 50% 50%-50%
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021

Catatan : Untuk tipe jalan 4 lajur 2 arah terbagi dengan SP 50% - 50% FCsp nya adalah
1,00.

FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping, berdasarkan kelas hambatan samping


yang tinggi dengan jumlah kejadian 500 – 899 per 200 meter per jam, pembatas jalan
0,50, maka FCsf nya adalah 0,86.

FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan data dari BPS jumlah penduduk
Kota Semarang tahun 2020 adalah 1.814.110 juta penduduk maka diperoleh FCcs adalah
1,00. Sehingga di dapat kapasitas jalan K.H. Agus Salim sebesar :

Contoh perhitungan pada:

C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs

C = 1650 × 1,00 × 1,00 × 0.86 × 1,00

C = 1.419 kend/km

Tabel IV. 24 Kapasitas Jalan di KH. Agus Salim Semarang

106
Waktu Kapasitas jalan
(Kend/Km)
Senin
Jumat 1.419
Minggu
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021

Berdasarkan perhitungan kapasitas ruas Jalan K.H. Agus Salim pada jam puncak
menghasilkan nilai. Dari hasil yang didapat jumlah ini menunjukan bahwa jumlah
maksimum yang masih dapat ditampung oleh koridor Jalan K.H. Agus Salim adalah sebesar
1.419 smp/jam.

D. Derajat Kejenuhan Jalan

Derajat kejenuhan menurut MKJI adalah rasio arus lalulintas terhadap kapasitas dimana
untuk proses penghitungannya menggunakan waktu 1 per jam. Dibawah ini merupakan
perhitungan derajat kejenuhan yang ada di lokasi studi jalan KH.Agus Salim Semarang.

DS = Q/C

Q = Arus lalu lintas (smp/jam), dari hasil perhitungan arus lalu lintas di Jalan K.H.
Agus Salim adalah :

C = Kapasitas (smp/jam), dari hasil perhitungan kapasitas Jalan K.H. Agus Salim
(Daerah Pasar Johar) adalah 1650 smp/jam. Sehingga di dapat derajat kejenuhan untuk Jalan
K.H. Agus Salim (Daerah Pasar Johar) sebesar :

Tabel IV. 25 Derajat kejenuhan Jalan KH. Agus Salim Semarang


Waktu Arus lalulintas dari Derajat kejenuhan
Hotel Metro – sungai
Mberok
Senin
Pagi 925 0,56
07.00-08.00
Siang 1.220 0,73
11.00-12.00
Sore 1.283 0,77
16.00-17.00
Jumat
Pagi 881 0,53
07.00-08.00
Siang 1.071 0,64
11.00-12.00
Sore 1.255 0,76
16.00-17.00

107
Minggu
Pagi 622 0,37
07.00-08.00
Siang 1.006 0,60
11.00-12.00
Sore 1.156 0,70
16.00-17.00
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021

Dari tabel diatas menghasilkan nilai dari derajat kejenuhan yang variatif.
Peneliti mengambil salah satu segmen jalan dimana memiliki tingkat volume lalulintas
yang cukup tinggi sehingga mengambil arah ke-2 yaitu dari lampu merah Hotel Metro
hingga Sungai Mberok kemudian hasil dari derajat kejenuhan yang paling tinggi
nilainya berada pada Sore hari kemudian Siang Hari dan yang paling rendah adalah
Pagi hari. Hal tersebut dipengaruhi adanya aktifitas PKL dilokasi studi yang berkaitan
dengan lamanya durasi mereka berdagang dan memenuhi ruang dibahu jalan sampi
masuk jalur lalulintas.

E. Kecepatan Waktu Dan Tempuh

Kecepatan waktu dan tempuh diartikan kecepatan rata ruang dari sebuah
kendaraan (LV) di sepanjang segmen jalur jalun :

Diketahui :

V = Kecepatan rata – rata ruang LV (km/jam)

L = Panjang Segmen (km)

TT = Waktu tempuh rata – rata LV sepanjang segmen (jam)

Tabel IV. 26 Kecepatan Waktu Tempuh Jalan KH. Agus Salim Semarang
L TT V
Waktu (km) (jam) (km/jam)
Arah 1 Arah 2 Arah 1 Arah 2
Senin
Pagi 0,25 km 44,09 detik 58,02 detik 20,83 15,62
07.00-08.00
Siang 0,25 km 49,37 detik 67,30 detik 18,22 13,37
11.00-12.00
Sore 0,25 km 89,36 detik 96,78 detik 10,07 12,89
16.00-17.00
Jumat
Pagi 0,25 km 56,39 detik 48,56 detik 15,96 18,53
07.00-08.00
Siang 0,25 km 60,39 detik 136 detik 14,90 6,61

108
11.00-12.00
Sore 0,25 km 50,72 detik 106,36 detik 17,74 8,46
16.00-17.00
Minggu
Pagi 0,25 km 43,80 detik 36,53 detik 20,54 24,63
07.00-08.00
Siang 0,25 km 72,16 detik 79,27 detik 12,47 11,35
11.00-12.00
Sore 0,25 km 55,90 detik 71,10 detik 16,10 12,65
16.00-17.00
Rata –rata
Arah 1 Arah 2
Pagi 19,11 19,59
Siang 15,19 10,44
Sore 14,63 11,33
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021

Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas dan dilakukannya pengamatan dalam survey
menghasilkan beberapa kecepatan waktu dan tempuh berbeda sehingga penelitian melakukan
penghitungan dengan rata-rata untuk menentukan kecepatan waktu tempuh. Kesimpulan pada
tabel diatas bahwa nilai dan waku tempuh yang dihasilkan pada 3 hari yang berbeda
menghasilkan nilai dan waku tempuh yang hampir sama dimana rata-rata waktu dan nilai
tempuh rata-rata sebesar 10-20 km jam dikedua arah. Dengan hasil tersebut diketahui bahwa
waktu tempuh paling lama terjadi pada Sore hari sebesar 11,97 dari arah ke-1 dan 1,36 di arah
ke-2/ kemudian pada jam puncak pagi waktu tempuh lebih cepat dibandingkan cam puncak
lainya yaitu paa arah ke-1 menghasilkan waku tempuh sebesar 15,5 km/jam dan 15,96 km/jam
. Sedangkan pada waktu Siang hari menghasilkan waktu tempuh sebesar 12,6 km/jam pada
arah ke-1 dan arah ke-2 sebesar 18,83. Kecepatan dan waktu tempuh jalan juga dipengaruhi
oleh keberadaan pedagang kaki lima dimana didalam aktifitasnya membutuhkan banyak ruang
dan berbagai hambatan yang mengakibatkan kinerja lalulintas menjadi terganggu

F. Tingkat Pelayanan Jalan

Pada Manual Kapasitas Jalan atau MKJI,199 menjelaskan bahasa ukuran kualitatif yang
dipergunakan di HCM 85 AS dan menerpakan kondisi aktivitas dalam arus lalulintas dan
penilainnya oleh pengguna lalulintas.

Tabel IV. 27 Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan Di Jalan KH. Agus Salim
Semarang
Waktu Tingkat Keterangan
pelayanan
Senin

109
Pagi C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
07.00-08.00 yang ada
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore D Arus hampir tidak stabil dan penegmudi dibatasi,dengan voluume
16.00-17.00 pelayanan dan kapasitas yang ada dapat diolelir
Jumat
Pagi C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
07.00-08.00 yang ada
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore D Arus hampir tidak stabil dan penegmudi dibatasi,dengan voluume
16.00-17.00 pelayanan dan kapasitas yang ada dapat diolelir
Minggu
Pagi B Dalam arus yang stabil dimana pengemudi mendapat kebebasan
07.00-08.00 dalam memilih kecepatan yang diinginkan dalam memilih
kecepatan
Siang C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
11.00-12.00 yang ada
Sore C Zona stabil namun pengendara dibatasi dalam memilih kecepatan
16.00-17.00 yang ada
Sumber : Hasil Analisis Penyusun.2021

Dari hasil tabel diatas tingkat pelayanan di lokasi studi jalan KH. Agus Salim memiliki rata-
rata derajat kejenuhan pada taraf C-D dimana C merupakan Dalam zona arus stabil dimana
pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan dan huruf D Mendekati arus tidak stabil dimana hampir
seluruh pengemudi akan dibatatasi(terganggu). Volume pelayanan berkaitan dengan kapasitas yang
dapat ditolelir yang sering terjadi pada Sore hari dikarenakan terjadinya penumpukan kegiatan PKL dan
arus lalulintas pada jam pulang kerja di lokasi jalan KH. Agus Salim,dan pada huruf B Dalam zona arus
stabil dimana pengemudi memiliki kebebasan dalam memilih kecepatan yang diinginkan dalam
memilih kecepatan yang biasanya terjadi pada pagi hari.

Gambar 4. 18 Diagram Tingkat Pelayanan Jalan KH. Agus Salim

110
TINGKAT PELAYANAN JALAN KH. AGUS SALIM

MINGGU
0,85 - 1.00
0,45 - 0,74 0,6 0,7
0,37
0,00 - 0,20
0,85 - 1.00
JUMAT

0,76
0,45 - 0,74 0,53 0,64
0,00 - 0,20
0,85 - 1.00
SENIN

0,77
0,45 - 0,74 0,56 0,73
0,00 - 0,20
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

PAGI SIANG SORE

Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021

Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai tingkat pelayanan jalan masuk kedalam kategori
D dengan artian arus yang tidak stabil dengan pengendara dibatatasi dalam memilih
kecepatan. Hal ini menunjukan bahwa pengaruhnya aktivitas pedagang kaki lima
menyebabkan volume lalulintas bertambah karena kegiatan tersebut. Berbagai macam
kegiatan menjadi sangat padat sehingga kebebasan dalam berkendara menjadi dibatasi.
Dengan begitu arus lalulintas menjadi tidak stabil dan mempengaruhi waktu tempuh
kendaraan. Karena waktu tempuh menjadi rendah menyebabkan timbulnya kemacetan di
kedua sisi. Ditambahnya bangkitan dan tarikan dari lalulintas mengakibatkan kapasitas jalan
yang di tampung koridor jalan KH. Agus Salim mengalami penumpukan berbagai macam
kegiatan yang dimulai dari pengguna lalulintas,pedagang kaki lima,konsumen dan parkir
kendaraan yang berada di jalur lalulintas.

G. Manajemen pengelolaan parkir di Jalan KH. Agus Salim Semarang

Parkir merupakan kegiatan dimana suatu kendaraan berhenti pada tempat tertentu untuk
menuju pada tempat tertentu hanya untuk sekedar singgah dengan periode waktu tertentu. Pada
lokasi penelitan yang ada kendaraan parkir paling banyak ditempati oleh kendaraan roda empat
(mobil,pick up),kendaraan roda dua (motor dan sepeda) dan kendaraan roda 3(becak dan
gerobak). Kegiatan parkir dilokasi studi didasari karena tedapat kegiatan perekonomian yang
menjadikan fokus utama kegiatan parkir tersebut berlangsung.

Terdapat menejemen kegiatan parkir di lokasi studi antara lainnya yaitu:

111
1. Menurut tempatnya pelaku parkir menggunakan tempat parkir di jalan atau on street
parkirng sebagai tempat memakirkan kendaraannya dimana lokasi perkir tersebut sejajar
dengan sumbu jalan dengan tegak lurus sumbu jalan dan membuat sudut dengan sumbu jalan

2. Dengan pola parkir berupa parkir pararel pada daerah datar dimana parkir yang diatur
dalam sebuah baris dengan bumper depan mobil engahdap salah satu bumper belakang yang
berdekatan. Parkir dilakukan sejajar dengan tepi jalan baik di sisi kanan atau kiri jalan.

3. Jenis kendaraan yang parkir di lokasi studi berupa kendaraan mobil,pickup,motor,becak


dll

4. Retribusi parkir yang digunakan untuk kendaraan beroda 2 adalah sebesar 3 ribu rupiah
dan untuk kendaraan beroda empat adalah 4 ribu rupiah.

Gambar 4. 19 Manajemen parkir di jalan KH. Agus Salim Semarang

Pola parkir berupa parkir Pola parkir berupa parkir


menyudut dengan sudut 90° pararel pada kendaraan
pada kendaraan beroda dua beroda empat (mobil) pada
(motor) di lokasi PKL sisi kanan dan kiri jalan
berjualan
Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021

4.3.1 Analisa Kinerja Jalan KH. Agus Salim Semarang

Pada tabel dibawah merupakan hasil analisis dari peneliti setelah melakukan pengolahan
data dan survey primer sekunder untuk menganalisis kiner jalan di lokasi studi sehingga
menghasilkan analisa seperti berikut dibawah ini

Tabel IV. 28 Analisa Kinerja Jalan KH. Agus Salim


No. Uraian Eksisting MKJI Keterangan Action plan & solusi
1 Volume Lalu Volume >1800 Volume lalu Dengan mengurangi jarak perjalanan
Lintas lalulintas lintas sangat diharapkan jarak perjalanan yang

112
berkisar padat melebihi berkurang sehingga kemacetaan dan emisi
dari dari ketentuan transportasi berkurang.
1000- MKJI
3000
kendaraan
2. Karakteristik 4 lajur 2 4/2D Tipe jalan dalam Dapat melakukan perubahan sirkulasi
jalan arah menentukan jalur seprti buka tutup jalan atau dijadikan
terbagi dan arah menjadi 1 arah

3. a. kecepatan 10- 47 Kecepatan Diharapkan masyarakat melaju dengan


lalu lintas 20km/jam km/jam maksimum pada kecepatan sedang agar tidak membutuhkan
kendaraan bahan bakar lebih tinggi.
sangatlah rendah
sehinggu
menimbulkan
tundaan yang
lama.

b. kapasitas 1419 1650 Kapasitas jalan Adapun dengan cara pelebaran jalan atau
jalan smp/jam smp/jam tidak dapat menambah sebuah jalur jika terdapat ruang
menampung yang masih tersedia
dikarenakan Atau melakukan kebijakan dalam
adanya kegiatan menangani ketertiban PKL dan lalulintas
hambatan
samping PKL
sehingga
penggunaan jalur
jalan tidak sesuai
dengan eksisting
yang ada.

c. derajat 0,77 >1.00 Derajat Upaya peningkatan kapasitas jalan dengan


kejenuhan paling kejenuhan memisahkan jenis kendaraan berdasarkan
tinggi dan dibawah >1.00 dimensi atau kecepatannya.
rendah
0,37
e. kecepatan 10-20 41 Kecepatan waktu Laju kendaraan yang pelan dapat membuat
dan waktu km/jam km/jam tempuh rata-rata jalan semakin macet, untuk itu masyarakat
tempuh pergerakan 10-20 agar dapat mengemudikan kendaran
km/jam dengan laju sedang. Namun jika
dikarenakan aktivitas hambatans amping
jalan yang tinggi masayrakat yang
mengunakan jalan bisa mencari jalan
alternatif lainnya.
f. tingkat Rata-rata > 1.00 Tingkat Mengadakan kebijakan pembatasan
pelayabab tingkat C pelayanan jalan kendaraan pribadi untuk mengurangi
jalan raa-rata dalam kemacetan.
kategore B-D
dimana untuk
derajat kejenuhan
dengan
klasifikasi D
merupakan
Dalam zona arus

113
stabil dimana
pengemudi
dibatasi dalam
memilih
kecepatan
Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021

4.4 Korelasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Terhadap Kemacetan Lalulintas


Berdasarkan hasil analisis diatas menghasilkan temuan studi dari penelitian yang telah
dilakukan di jalan KH. Agus Salim Semarang dengan penggalan Lampu merah Hotel Metro
sampai dengan perbatasan Sungai Mberok. Disini peneliti menganalsisi adanya pengaruh dari
aktivitas PKL terhadap kemacetan lalulintas di jalan KH. Agus Salim Semarang. Dari
penelitian yang sudah dilakukan ada banyak keterkaitan antara keberadaan PKL dan adanya
kemacetan lalulintas. Hal ini didudukung dengan kondisi aktifitas sehari-hari yang dilakukan
oleh pedagang kaki lima dan pengguna lalulintas yang berada di lokasi tersebut dan menggelar
dagangannya dilokasi yang sama setiap harinya.

Tabel IV. 29 Matriks Temuan Studi Dalam Penelitian


No. Sasaran Parameter Hasil temuan
1. Mengidentifikasi Aspek Ruang Aktivitas Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
karakteristik PKL : lokasi lokasi paling banyak berada di bahu jalan hal
Pedagang Kaki Lima berdagang ini fungsi dari jalan sudah disalah gunakan
di jalan KH. Agus PKL,Ukuran sarana dalam ketentuannya sehingga hal tersebut
Salim Semarang aktivitas PKL,Tipe menjadi pemicu terjadinya kepadatan
unit PKL lalulintas.

Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek


aktivitas dari aspek ukuran sarana yang
digunakan paling banyak 1-3 meter persegi.
Hal ini juga mempengaruhi adanya sirkulasi
lalulintas dimana bahu jalan menjadi tinggi
aktivitasnya dan mengakibatkan
penyempitan arus lalulintas
Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
aktivitas dari tipe unit dagangan banyak
yang mengelar dagangannya dengan cara
mobile dan semi static dikarenakan kondisi
yang kurang memadahi dan berada di jalur
aktif lalulintas
Aspek Aktivitas PKL : Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
jenis barang dan aktivitas dari jenis barang dagangan paling
dagangan PKL dan banyak berupa PKL yang menjual makanan
dan kemudian PKL non makanan. Pada

114
waktu aktivitas menjual makanan inilah waktu paling lama
dagangan PKL dimana konsumen berada di jalur lalulintas.
Sehingga arus lalulintas menjadi terganggu
Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
aktivitas waktu lamanya berdagnag rata-rata
penjual berdagang dengan durasi wakti 6-8
jam. Dengan durasi yang lama seperti ini
beban kerja dari lalulintas juga semakin
lama dalam menampung keberdaan
pedagang kaki lima
Aspek Pergerakan Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
(Flow) : sarana aktivitas sarana transportasi yang digunakan
transportasi yang kebanyakan konsumen menggunakan
digunakan dan lokasi sepeda motor dikarenakan mudah dan
perkir konseumen tempat untuk memakirkannya ada.
Karekeristik pedagang kaki lima dari aspek
aktivitas lokasi memakirkan kendaraannya
berada di jalur lalulintas dimana banyaknya
PKL yang berdagang di bahu jalan tidak
dapat memuat adanya konsumen yang parkir
ketika ingin membeli dagangannya
2. Mengidentifikasi Kapasitas jalan Pada lokasi penelitian menghasilkan
Faktor-faktor volume lalulintas yang cukup tinggi dimana
kemacetan lalulintaas aktivitas paling tinggi terjadi pada singhari
(Manual Kapasitas menuju sore hari pada 3 hari percobaan
Jalan survey hrai Senin,jumat dan Minggu.
Indonesia,1997) Keterkaitan antara pedagang kaki lima yaitu
jam puncak lalulintas dengan durasi
lamanya berjualan. Dimana kepdatan
lalulintas dimulai pada siang sampai sore
hari dan disitulah banyaknya pedagang yang
berjualan dengan kurun durasi 6-10 jam
perhari atau dapat diartikan dari menuju
siang ke sore hari.
Volume lalulintas Kapasitas jalan di lokasi studi jalan KH.
Agus Salim Semarang menghasilkan 1.419
smp/jam dimana kapasitas tersebut
mendekati kapasitas dasar yang dianjurkan.
Karena adanya penyempitan jalan dan
penggunaan arus lalulintas yang tidak
smestinyahal ini menjadikan kapasitas jalan
juga menurun.
Derajat kejenuhan Derajat kejenuhan yang ada dilokasi studi
jalan KH. Agus salim pada pagi hari,siang
hari dan sore hari memiliki tingkat derajat
kejenuhan yang berbeda. Hal ini
dikarenakan perbedaan aktivitas lalulintas
dan kegiaan hambatan samping jalan
dilokasi studi. Dengan puncak derajat
kejenuhan paling tinggi terjadi pada siang
hari menuju sore hari
Kecepatan dan Kecepatan dan wakti tempuh rata-rata
Waktu tempuh dilokasi studi mencapai 15-20 km/jam
dimana tidak sesuai dengan kecepatan arus

115
bebas yang seharusnya adalah 42,3 km/jam.
Hal ini dikarenakan aanya hambatan
samping jalan berupa keberadaan PKL yang
mengambil alih sebagian badan jalan.
Tingkat pelayanan Hasil dari tingkat pelayanan jalan yang ada
jalan jalan di KH. Agus Salim berada pada level C
sampi D dimana Dalam zona arus stabil
dimana pengemudi dibatasi dalam memilih
kecepatan. Hal ini dikarenakan pengguna
jalan tidak leluasa dalam berkendara
dikarenakan adanya aktifitas hambatan
samping yang tinggi.
3 Korelasi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Dan Kemacetan Lalulintas
a. Aspek ruang aktivitas Kecepatan lalulintas Dari aspek ruang aktivitas PKL dengan
PKL lokasi berdagang sepenuhnya dibahu jalan
menyebabkan penurunan aktifitas lalulintas.
Kemuadian juga ukuran sarana aktivitas
yang beragam dengan banyaknya PKL yang
mendiami dengan rata-rata ukuran sarana 1-
3 m 2 mempengaruhi kecepatan lalulintas di
lokasi studi dimana seharusnya dengan lajur
4/2D tersebut memiliki kecepatan lalulintas
sebesar 42,3 km/jam hanya dapat melaju
sebessar 10-15 km/jam
b. Aspek aktifitas PKL Volume lalulintas Berkaitan dengam waktu aktifitas PKL yang
paling banyak berdurasi sebesar 8jam/hari
menghasilkan korelasi dengan volume
lalulintas. Terbukti dari hasil analsis peneliti
dimana jam puncak lalulintas pada kurun
waktu 3 hari menghasilkan 2 jam puncak
yaitu pada siang hari dan sore hari. Hal ini
disebabkan pada siang hari merupakan jam
puncak aktifitas PKL berada dan sore hari
adalah jam puncak pulang kerja rata-rata
harian. Sehingga pada jam puncak siang dan
sore hari membuat lalulintas menjadi padat.
Kecepatan lalulintas Dilihat dari aspek ativitas PKL yang menjual
Jarak tempuh makanan,non makanan dan jasa juga dapat
mempengaruhi lalulintas dimana kecepatan
lalulintas rata-rata harian seharusnya 42,3
km/jam menjadi 10-20km/jam. Hal tersebut
terbukti dari hasil uji perhitungan peneliti
pada 3 hari dengan ketentuan jam yang elah
dibuat berdasarkan aktifitas pedagang
dengan aktifitas jam kerja harian
menunjukan terjadinya penurunan waktu
tempuh.
c. Aspek pergerakan Kapasitas jalan Akibat pergerakan konsumen yang
konsumen memakirkan kendaraannya di bahu jalan
hingga masuk ke jalur lalulninas
mengakibatkan terganggunya kapsitas jalan
yang ada. hal ini diketahui bahwa kapasitas
jalan seharusnya adalah 1650 smp/jam untuk
ukuran kota dengan tipe jalan 4/2D

116
menghasilkan 1.419 smp/jam. Hal ini
menjadi rendah dikarenakan ruang jalur
jalan sudah digunakan oleh konsumen yang
memkairkan kendaraanya di bahu jalan
hingga masuk jalur lalulintas.
Kecepatan lalulintas Aspek pergerakan konsumen juga
Waktu tempuh mempengaruhi waktu tempuh pengguna
jalan dimana dalam kecepatan lalulintas
diharuskan 42,3 km/jam hanya menjadi 10-
20 km/jam saja
Tingkat pelayanan Pada aspek pergerakan konsumen terbukti
jalan bahwa konsumen menggunakan sepeda
motor dan memakirkan kendaraannya di
bahu jalan sebesar 10% hingga jalur
lalulintas sebesar 90%. Hal ini
mempengaruhi tingkat pelayanan jalan
dimana pada jam puncak siang hari dan sore
hari menghasilkan tingkat pelayanan jalan
dengan klasifikasi C dan D dengan
pelayanan jalan dimana arusnya tidak stabil
dan seluruh pengemudi hapir dibatasi dalam
berkendara
4. Hasil analisis dari uji Aspek pergerakan Dari hasil analisis perhitungan regersi linier
regersi linier konsumen sebagai diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel
berganda pengguna jalan yaitu 3,421>3,18 maka dapat disimpulkan
bahwa akivitas PKL pada aspek lokasi parkir
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas.
sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan besar nilai koefisien nilai korelasi
(R) sebesar 0,229 dengan mengndung artian
bahwa aktifitas PKL dari pergerakan lokasi
parkir dengan kemacetan lalulintas memiliki
hubungan positif yang cukup dimana
semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di
jalan KH. Agus Salim Semarang maka akan
menimbulkan kemacetan lalulintas
Dari hasil analisis perhitungan regersi linier
diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel
hitung 5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan
bahwa akivitas PKL pada aspek moda
transportasi berpengaruh terhadap
kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima
dan H1 ditolak. Dengan besar nilai koefisien
nilai korelasi (R) sebesar 0,334 dengan
mengandung artian bahwa aktifitas PKL dari
moda transportasi yang digunakan dengan
kemacetan lalulintas memiliki hubungan
positif yang cukup tinggi dimana semakin
tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan
KH. Agus Salim Semarang maka akan
menimbulkan kemacetan lalulintas
Sumber : Hasil Analisis Pennyusun.2021

117
118
Aktivitas PKL Kemacetan lalulintas

Aspek Ruang Aktivitas PKL Kecepatan Lalulintas


1. Lokasi berdagang PKL Kecepatan kendaraan yang seharusnya pada jalan KH. Agus Salim Semarang adalah 42,3 km/jam
Lokasi PKl seluruhnya berada di bahu jalan dengan 51 responden yang ada dan Kapasitas Jalan
presentasi yang dihasilkan sebesar 100% yang mendiami bahu jalan Kapasitas jalan yang dihasilkan 1.419 kend/km
2. Ukuran Sarana PKL Kecepatan Dan Waktu Tempuh
Ukuran dari sarana PKL paling banyak 1-3m2 dengan 39 repsonden (76,5%),> 3m2 Kecepatan tempuh rata-rata pada kedua arah 10-20km/jam
dengan 11 responden (21,6%) dan < 1m2 dengan 1 responden (2%) Tingkat Pelayanan Jalan
3.Tipe Unit PKL  Tingkat pelayanan jalan masuk dalam kategori paling tinggi D dengan artian arus hampir tidak
Tipe unit atau sistem berdagang paling banyak semistatic dengan 25 responden stabil dan pengemudi dibatasi dengan volume dan kapasitas yang dapat ditolelir
(49%),mobile dengan responden 21 (41%) dan static dengan responden 5 (10%)  Tingkat pelayanan jalan pada pagi hari pukul 07.00 – 08.00 memiliki tingkat pelayanan C
Aspek Aktivitas PKL dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi 0,56. Kondisi lalulintas disertai adanya aktivitas PKL
1. janis dagangan PKL tidak sepenuhnya menganggu kelancaran lalulintas karena belum banyak PKL yang berdagang
Untuk jenis dagangan PKL didominasi oleh penjual makanan dengan responden  Tingkat pelayanan jalan pada pagi hari pukul 11.00 – 12.00 memiliki tingkat pelayanan C
25(49 %),non makanan dengan responden 24 PKL (47%) dan jasa dengan dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi 0,73. Kondisi lalulintas disertai adanya aktivitas PKL
responden 2 (4%) sepenuhnya menganggu karena jika dilihat dari waktu aktivitas berdagang paling banyak jam
3. Waktu berdagang PKL 09.00 – 17.00 yang berkaitan dengan jam puncak siang dan berdampak pada kecepatan waktu
Waktu berdagang paling banyak jam 09.00-17.00 dengan responden 49 tempuh berkendara sebesar 10-15km/jam. Kemudian kondisi ini dikarenakan tingginya
(96%),07.00-12.00 dengan 1 responden (2%) dan 12.00-22.00 dengan responden aktivitas PKL dan pengguna jalan besarta ruang parkir yang digunakan
1 (2%)  Tingkat pelayanan jalan pada pagi hari pukul 16.00-17.00 memiliki tingkat pelayanan D
Aspek Pergerakan Konsumen dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi 0,77.Dimana range rasio 0.90 < V atau C > 1 maka
1. Moda Transportasi volume lalulintas mendekat atau berada pada kapasitasnya dengan arus lalulintas tidak stabil
Moda transportasi paling banyak menggunakan sepeda motor dengan responden dan sering berhenti. Kondisi ini dikarenakan tingginya aktivitas PKL dan parkir di jalur
48 (94%) dan mobil dengan responden 3 (6%) lalulintas serta pengguna jalan akibat kepadatan lalulintas yang ditimbulkan
2. Lokasi Parkir
Lokasi parkir paling banyak berada di jalur lalulintas dengan responden 46 (90%)
dan bahu jalan dengan responden 5 (10%)

HI : adanya pengaruh aktivitas


Analisis pedagang kaki lima terhadap kemacetan
lalulintas dijalan KH. Agus Salim
Dari hasil analisis perhitungan regresi linier berganda dari variabel lokasi perkir diketahui bahwa nilai Fhitung Semarang
> Ftabel, diketahui nilai F hitung yaitu 3,421>3,18 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,18 sehingga
Fhitung > Ftabel dengan artian H1 diterima dan H0 ditolak (besar nilai koefisien determinasi R Square
(R2) dimana pengaruh yang dihasilkan 0,229 atau 22,9% dengan artian hubungan positif yang tidak
berarti)
H0 : tidak adanya pengaruh aktivitas
Kemudian dari variabel moda trasnportasi diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel, diketahui nilai F hitung pedagang kaki lima terhadap kemacetan
yaitu 5,757>3,18 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,18 sehingga Fhitung > Ftabel dengan artian lalulintas dijalan KH. Agus Salim
H1 diterima dan H0 ditolak (besar nilai koefisien determinasi R Square (R2) pengaruh yang dihasilkan Semarang
0,334 atau 33,4% dengan artian hubungan positif yang berarti sedang)
Dari hasil Uji F,Uji T dan Uji Koefisien Determinasi menunjukan bahwa keberadaan pedagang119 kaki
lima memiliki pengaruh terhadap kemacetan lalulintas dari sisi pengguna jalan jika dilihat dari aspek
Gambar 4. 20 Diagram Temuan Studi
pergerakan konsumen dan lokasi parkir konsumen. Sumber : Analisis Pennyusun,2021
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif dengan teknik distribusi frekuensi dan


regresi linier berganda yang dilakukan di jalan KH. Agus Salim semarang tentang
pengaruh PKL terhadap kemacetan lalulintas mengahsilkan kesimpulan sebagai berikut
:

1. Keterkaitan adanya kegiatan pedagang kaki lima dipengaruhi oleh berbagai


macam kondisi. Aspek ruamg aktivitas PKL mempengaruhi kecepatan lalulintas hal ini
terlihat bahwa keberadaan PKL yang berada di bahu jalan menyebabkan penurunan
aktifitas dimana kecepatan lalulintas yang dihasilkan rendah yaitu 10-15km/jam
2. Aspek aktivitas PKL dimana waktu berjualan berdurasi 8 jam sehari-hari dan
volume lalulintas puncaknya terjadi pada siang hari dan sore hari. Halini terjadi karena
adanya bangkitan dan tarikan pada lalulintas dan aktifitas PKL tersebut mempengaruhi
knerja lalulintas.
3. Dari aspek pergerakan yang ada mengakibatkan kapasitas jalan terganggu
dimana dengan kondisi jalan 4/2D dapat menampung 1650 smp/jam hanya menampung
1.419 smp/jam,hal ini terjadi karena lokasi parkir dan sarana yang digunakan konsumen
berada di jalur lalulintas.
4. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda jalan KH. Agus salim
dipengaruhi oleh kegiatan PKL dari aspek Lokasi tempat parkir dengan variabel ukuran
sarana dan tipe unit yang ada dengan presentase besar pengaruh yaitu 22,9% dengan
artian bahwa variabel memliki hubungan positif yang tidak berarti. Pengaruh tersebut
dilihat dari beberapa hal yaitu lokasi berdagang,ukuran sarana tipe unit jenis barang dan
waktu berdagang . kemudian pada lokasi jalan KH. Agus salim dipengaruhi oleh kegiatan
PKL dari aspek moda transportasi dengan variabel yang mempengaruhi adalah ukuran
sarana,tipe unit dan jenis barang dagangan mengahsilkan 33,4% dengan artian bahwa
variabel memliki hubungan positif .
5. Dari hasil Uji F,Uji T dan Uji Koefisien Determinasi menunjukan bahwa
keberadaan pedagang kaki lima memiliki pengaruh terhadap kemacetan lalulintas dari
sisi pengguna jalan jika dilihat dari aspek pergerakan konsumen dan lokasi parkir
konsumen.

120
Dari hal-hal tersebut diatas yang jelaskan bahwa keberadaan pedagang kaki lima
memiliki pengaruh yang besar dalam kemacetan lalulintas di lokasi jalan KH. Agus
Salim Semarang. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji regresi linier berganda yang
dihasilkan dan hasil dari kepadatan lalulintas jalan. Berdasarkan tujuannya penelitian ini
telah memenuhi sasaran penelitan yang ada dimana sasaran peneliatan yaitu :

a. Mengidentifikasi karakteristik jenis pedagang kaki lima, hasil dari peneliatan


yang ada karakteristik PKL berdasarkan 3 aspek yaitu aspek ruang aktivitas dengan
indikator berupa lokasi dimana mereka berdagang,ukuran sarana aktivitas dan tipe
sebuah unit. Kemudian terdapat aspek dari aktivitas atau kegiatan PKL dengan
indikator berupa janis dagangan dan waktu aktivitas pedagang kaki lima dan yang
terakhir dilihat dari aspek pergerakan konsumen dengan indikator sarana
transportasi konsumen yang digunakan dan lokasi parkir konsumen.
b. Menemukan faktor- faktor adanya keberadaan (PKL) dimana dapat
mempengaruhi kinerja kegiatan transportasi di jalan KH.Agus Salim, dari hasil
penelitian tersebut berdasarkan perhitungan lalulintas melalui volume
lalulintas,kapasitas jalan,derajat kejenuhan,waktu tempuh, dan tingkat pelayanan
jalan menghasilkan nilai dari pengaruh aanya aktivitas pedagang kaki lima
tersebut.
c. Menemukan solusi dalam kemacetan kendaraan ditimbulkan oleh adanya
kegiatan PKL peneliti telah menjabarkan solusi dan planning dari kemacetan
lalulintas yang ada.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sasaran dari penelitian diatas telah


memenuhi tujuan dari penelitian yaitu mengetahui pengaruh keberadaan kegiatan
Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan melihat kondisi jalan terkait dengan peningkatan
kepadatan lalu lintas dilokasi Jalan KH Agus Salim Semarang .

5.2 Rekomendasi

Dari pembahasan analisis dan kesimpulan yang sudah peneliti lakukan, diperoleh
rekomendasi untuk masalah kemacetan lalulintas yang diakibatkan oleh aktivitas pedagang
kaki lima dimana :

121
5.2.1 Rekomendasi Untuk Masyarakat
a. Adanya penyuluhan dari pemerintah dalam penataan pedagang kaki lima agar
dialokasikan ketempat yang lebih layak dan bagus demi keselamatan pengguna jalan dan
konsumen beserta pedagang kaki lima.

b. Selain itu juga masyarakat dapat menekan kepadatan lalulintas dari kemacetan
dengan cara mereka tidak melewati jalan KH. Agus Salim Semarang agar terhindar dari
kemacetan lalulintas. Dikarenakan dapat merugikan waktu tempuh dan dapat menambah
durasi lamanya perjalanan

5.2.2 Rekomendasi Untuk Pemerintah


a. Pemerintah Kota Semarang seharusnya melakukan evaluasi guna ketertiban
pedagang kaki lima dan kelancaran lalulintas yang ada agar masyarakat yang
bersangkutan tidak saling dirugikan satu sama lainnya.
b. Berkaitan dengan Peraturan Paerah Kota Semarang Nomor 3 tahun 2018 tentang
Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada Bab IV Pasal 12 dalam
penataan PKL di Kota Semarang pemerintah diharuskan melakukan penataan
dengan cara :

1. Pendataan PKL (Pendataan sebagaimana dimaksud merupakan pengumpulan


data PKL yang meliputi lokasi, jenis tempat usaha,bidang usaha, modal usaha,
dan volume penjualan)

2. Pendaftaran PKL (Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dilakukan oleh


Perangkat Daerah yang membidangi urusan PKL berkoordinasi dengan Camat
dan Lurah terhadap dua kategori PKL, yaitu PKL lama dan PKL baru. Dengan
Tahapan pendaftaran PKL permohonan TDU dan penerbitan TDU)

3. Perencanaan penyediaan ruang bagi usaha PKL (Perencanaan penyediaan


ruang untuk kegiatan PKL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan bidang penataan ruang)
4. Penetapan lokasi PKL (Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud dilakukan
dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi,
keamanan, ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah. Dan lokasi
binaan yang telah ditetapkan dapat dilengkapi dengan papan nama lokasi dan
rambu atau tanda yang menerangkan batasan jumlah PKL sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.)

122
5. Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL (PKL yang menempati lokasi
yang sesuai peruntukan dan tidak sesuai peruntukan dapat dipindahkan atau
direlokasi dan PKL yang menempati lokasi sesuai peruntukan sebagaimana
dimaksud dapat dipindahkan apabila terjadi perubahan peruntukan lokasi PKL
sesuai Perencanaan Pembangunan Daerah. kemudian Penghapusan lokasi PKL
sebagaimana dimaksud dilakukan apabila terjadi Peralihan Fungsi atau
Peruntukan Lokasi PKL)
6. Peremajaan lokasi PKL (Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud
untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota)

5.3 Solusi Untuk Pedagang Kaki Lima Dalam Kemacetan Lalulintas

Adapun solusi yang diperlukan akibat keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang
menimbulkan kemacetan lalulintas. Dengan rekomendasi solusi yaitu:

a. Adanya relokasi tempat untuk para pedagang kaki lima (PKL) berjualan
seperti di alun-alun kota,taman kota atau ruang terbuka hijau untuk
mengurangi kepadatan dari PKL yang berjualan di bahu jalan
b. Menertibkan dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk mengurangi kegiatan PKL yang melanggar aturan demi terciptanya
keserasian atau keindahan jalur-jalur lalulintas atau lainnya yang
menyebabkan keberadaan PKL tersebut menjadi terganggu.
c. Pemerintah dianjurkan untuk menyediakan tempat yang layak,aman dan
strategis untuk para pedagang kaki lima berjualan dengan memikirkan ruang
penempatan dari sisi penjual,pembeli dan masyarakat lainnya serta pengguna
jalur lalulintas agar tidak saling merugikan satu sama lain.
d. PKL yang berjualan di bahu jalan perlu adanya penegasan dalam ketertiban
yang ada dengan hal yang paling sederhana adalah memasang rambu-rambu
atau larangan dan juga banner jika diperlukan agar masyarakat paham akan
aturan yang berlaku untuk mencapai ketertiban bersama
e. Adanya penguatan kelembagaan organisasi perangkat daerah yang menangani
urusan PKL diringi dengan konsep perencanaan yang terintegrasi antar
beberapa aspek yang berkaitan dengan penataan dan pemberdayaan PKL

123
f. Perlu pembentukan forum PKL agar aspirasi dan ide PKL dapat didengar dan
menjadi bagian dari pengambil keputusan penataan PKL
g. Pemerintah perlu melibatkan PKL,masyarakat dan akademisi dalam
mempersiapkan konsep penataan PKL dilokasi penelitian

5.4 Kekurangan Studi


Pada penyusunan penelitian ini memiliki sebuah keterbatasan dimana penulis dalam
melakukan penelitian. Kelemahannya yaitu studi yang dilakukan sangat terbatas dikarenakan
dalam menganalisis keberadaan pedagang kaki lima terhadap kemacetan lalulintas ini sasaran
penelitiannya adalah pedagang kaki lima dan pengguna jalan sehingga pengukuran analisis
ini tidak dapat dilakukan secara mendalam.

5.5 Rekomendasi Studi Lanjutan


Dalam penelitian ini peneliti mengajukan studi lanjutan bagi selanjunya yaitu :

a. Perlu adanya penelitian mengenai kebutuhan kenyamanan berlalulintas terhadap


keberadaan Pedagang Kaki Lima
b. Perlu adanya penelitian mengenai evaluasi kebijakan penertiban dan penataan
Pedagang Kaki Lima di Jalan KH. Agus Salim Semarang

124
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Creswell, John. (2014). “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tamin,Ofyar.(1997).”Perencanaan dan Permodelan Transportasi”.Institut teknologi


Bandung
Adisasmita,Rahardjo.(2011),”Manajemen Transportasi Darat”.Yogyakarta

Morlok,Edward.(1998). “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”.Penerbit


Erlangga, Jakarta Pusat

Bina,Marga.(1997). “Bina Marga ( Manual Kapasitas Jalan Indonesia)”. Jakarta


Selatan

Mac Gee and Yeung.(1993).”Hawkers in Shouteast Asian Cities”.Ottawa,IDRC

KAJIAN KEBIJAKAN

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I (Kecamatan Semarang
Tengah,Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan) Tahun 2000-1010

Badan Pusat Statisik Kota Semarang.Kota Semarang dalam Angka 2020

Peraturan Paerah Kota Semarang Nomor 3 tahun 2018 tentang Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

LITERATURE

Rakasiwi, Galih. (2020).”Kajian Dampak Persebaran Pedagang Kakilima (PKL) dan


On-Street Parking Terhadap Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas di Kota Yogyakarta” (Vol 9,
No 1 dan Hal 1-9). Kota Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia

125
Hanifah,Ummi,dkk.(2015).”Kajian Karakteristik Pedagang Kaki Lima (Pkl) Yang
Mempengaruhi Terganggunya Sirkulasi Lalulintas Di Jalan Utama Perumahan Bumi
Tlogosari Semarang”. Kota Semarang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota (Vol 1, No 1
dan Hal 91-100)
Rahman, Musdalifah,dkk.(2016).”Pengaruh Aktivitas Perdagangan Dan Jasa
Terhadap Volume Lalu Lintas Di Ruas Jalan Hertasning Kota Makassar”. Kota Makassar.
Jurnal Plano Madani (Perencanaan Wilayah dan Kota) Vol 5, No 2 dan Hal 192-201
Syamsu, Hendri.(2020).”Pengaruh Hambatan Samping Aktifitas Pasar Tradisional
Pa’baeng-Baeng Terhadap Kinerja Jalan Sultan Alauddin Kota Makassar”. Kota Makassar.
Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No -dan Hal 1-58)
Pertiwi, Anna Aga,dkk.( 2011).”Pengaruh Keberadaan Parkir Dan Pedagang Kaki
Lima Terhadap Biaya Kemacetan Dan Polusi Udara Di Jalan Kolonel Sugiono Malang”. Kota
Malang. Jurnal Rekayasa Sipil (Vol 5, No 3 dan Hal 161-167)
Taufik, Mukti dan Su Ritohardoyo.( 2016).”Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki
Lima Terhadap Lalu Lintas Di Jalan Kh Zaenal Mustofa, Kota Tasikmalaya”. Kota
Tasikmlaya. Jurnal Bumi Indonesia (Vol 5, No 4 dan Hal 1-12)
Nody,Rian,dkk.( 2018).”Pengaruh Kemacetan Akibat Parkir Pada Badan Jalan
Terhadap Biaya Operasional Kendaraan (Studi Kasus Jalan Gajah Mada Pasar Flamboyan
Pontianak)”. Kota Pontianak. Jurnal JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang (Vol 5, No
1 dan Hal 1-9)
Fadriani, Hetty dan Ahmad Iskandar Syah.(2019).” Pengaruh Pedagang Kaki Lima Di
Badan Jalan Terhadap Kecepatan Dan Kapasitas Jalan”. Kota Bandung. Jurnal Isu Teknologi
(Vol 14, No 1 dan Hal 1-7)
Azhari, Bayu.(2017).” Pengaruh Pedagang Kaki Lima Terhadap Kinerja Ruas Jalan
Aksara”. Kota Medan . Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No - dan Hal 1-89)
Hajrianti Sari, Siti.(2018).” Pengaruh Keberadaan Aktivitas Pedagang Informal
Terhadap Fungsi Ruang Milik Jalan Di Sepanjang Jl. Hertasning Sampai Jl. Tun Abdul
Razak”. Kota Makassar. Jurnal Tugas Akhir (Vol -, No - dan Hal 1-144)
Firlians, M. N.dkk. (2015)."Kajian Karakteristik Hambatan Samping Di Ruas Jalan
Prof.M.Yamin". Kota Sungai Penuh, 1(3), 1–12.

Rakasiwi, G. Dan E. P. (2020)."Kajian Dampak Persebaran Pedagang Kakilima (Pkl)


Dan On-Street Parking Terhadap Peningkatan Kepadatan Lalu Lintas Di Kota Yogyakarta".
Kota Yogyakarta. Jurnal Bumi Indonesia, 9(1), 1–9. Retrieved From
Http://Lib.Geo.Ugm.Ac.Id/Ojs/Index.Php/Jbi/Article/View/1166

126
Susilo, A. (2011)."Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima
Menempati Bahu Jalan Di Kota Bogor (Studi Kasus Pedagang Sembako Di Jalan Dewi Sartika
Utara)".Kota Bogor 103.

Widjajanti, R. (2009). "Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada Kawasan


Komersial Di Pusat Kota Studi Kasus: Simpang Lima, Semarang".Kota Semarang. 30(3), 162–
171.

127
LAMPIRAN

128
1. Hasil Distribusi Frekuensi

Disribusi Frekuensi karakteristik PKL dan Pengguna Jalan


Frequencies

Statistics
Lokasi Moda
Berdagan Ukuran Tipe Jenis Lokasi Transport
g Sarana Unit Barang Waktu Parkir asi
N Valid 51 51 51 51 51 51 51
Missi 0 0 0 0 0 0 0
ng

Frequency Table Jenis Barang


Cumulative
Lokasi Berdagang Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cumulative Valid Jasa 2 3,9 3,9 3,9
Frequency Percent Percent Percent Non Makanan 24 47,1 47,1 51,0
Valid Bahu Jalan 51 100,0 100,0 100,0 Makanan 25 49,0 49,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

Tipe Unit
Cumulative Waktu
Frequency Percent Valid Percent Percent Cumulative
Valid Mobile 21 41,2 41,2 41,2 Frequency Percent Valid Percent Percent
Semi Static 25 49,0 49,0 90,2 Valid 07.00 - 12.00 jam 1 2,0 2,0 2,0
Static 5 9,8 9,8 100,0 09.00 - 17.00 jam 49 96,1 96,1 98,0
Total 51 100,0 100,0 12.00 - 22.00 jam 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

129
Ukuran Sarana Lokasi Parkir
Cumulative Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <1 m2 1 2,0 2,0 2,0 Valid Bahu Jalan 5 9,8 9,8 9,8
1 - 3 m2 39 76,5 76,5 78,4 Jalur Lalulintas 46 90,2 90,2 100,0
> 3 m2 11 21,6 21,6 100,0 Total 51 100,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

Moda Transportasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sepeda Motor 48 94,1 94,1 94,1
Mobil 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0

130
2. Hasil Uji Validitas
Validitas
Correlations
Lokasi Ukuran Tipe Jenis Moda
Berdagang Sarana Unit Barang Waktu Lokasi Parkir Transportasi Total
Lokasi Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a
Berdagang Sig. (2-tailed) . . . . . . .
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Ukuran Pearson Correlation .a 1 ,285* -,117 ,223 ,294* ,453** ,651**
Sarana Sig. (2-tailed) . ,043 ,414 ,115 ,036 ,001 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Tipe Unit Pearson Correlation .a ,285* 1 -,203 ,154 ,353* ,382** ,716**
Sig. (2-tailed) . ,043 ,154 ,279 ,011 ,006 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Jenis Pearson Correlation .a -,117 -,203 1 ,000 -,317* ,094 ,259
Barang Sig. (2-tailed) . ,414 ,154 1,000 ,023 ,510 ,067
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Waktu Pearson Correlation .a ,223 ,154 ,000 1 ,000 ,000 ,323*
Sig. (2-tailed) . ,115 ,279 1,000 1,000 1,000 ,021
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Lokasi Pearson Correlation .a ,294* ,353* -,317* ,000 1 ,082 ,402**
Parkir Sig. (2-tailed) . ,036 ,011 ,023 1,000 ,565 ,003
N 51 51 51 51 51 51 51 51
Moda Pearson Correlation .a ,453**,382** ,094 ,000 ,082 1 ,620**
Transportas Sig. (2-tailed) . ,001 ,006 ,510 1,000 ,565 ,000
i N 51 51 51 51 51 51 51 51
Total Pearson Correlation .a ,651**,716** ,259 ,323* ,402** ,620** 1
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,067 ,021 ,003 ,000
N 51 51 51 51 51 51 51 51
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

131
3. Hasil Uji Reabilitas
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary Item-Total Statistics


Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
N % Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Cases Valid 51 100,0 Lokasi Berdagang 13,2941 1,532 ,000 ,307
Excludeda 0 ,0 Ukuran Sarana 13,0980 1,010 ,356 ,085
Total 51 100,0 Tipe Unit 13,6078 ,803 ,266 ,124
a. Listwise deletion based on all variables in the Waktu 13,2941 1,412 ,168 ,265
procedure. Jenis Barang 12,8431 1,495 -,210 ,552
Lokasi Parkir 12,3922 1,323 ,171 ,248
Moda Transportasi 13,2353 1,224 ,479 ,138

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,299 7

132
4. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda Aspek Lokasi Parkir

LOKASI PARKIR

Regression

Variables Entered/Removeda ANOVAa


Sum of Mean
Model Variables Entered Variables Removed Method Model Squares df Square F Sig.
1 Waktu aktivitas, Jenis . Enter 1 Regressio 1,034 4 ,259 3,421 ,016b
barang, Ukuran n
sarana, Tipe unitb Residual 3,476 46 ,076
a. Dependent Variable: Lokasi parkir Total 4,510 50
b. All requested variables entered.
a. Dependent Variable: Lokasi parkir
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe
Model Summary unit
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,479a ,229 ,162 ,275
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran
sarana, Tipe unit

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,956 ,445 6,638 ,000
Ukuran sarana ,142 ,092 ,212 1,541 ,130
Tipe unit ,119 ,064 ,257 1,863 ,069
Jenis barang -,125 ,069 -,240 -1,811 ,077
Waktu aktivitas -,131 ,201 -,087 -,652 ,518
a. Dependent Variable: Lokasi parkir

133
Regresi Linier Berganda Aspek Moda Trasnportasi

MODA TRANSPORTASI

Regression
ANOVAa
Variables Entered/Removeda Sum of Mean
Variables Variables Model Squares df Square F Sig.
Model Entered Removed Method 1 Regressio ,942 4 ,235 5,757 ,001b
1 Waktu . Enter n
aktivitas, Jenis Residual 1,882 46 ,041
barang,
Ukuran sarana, Total 2,824 50
Tipe unitb
a. Dependent Variable: Moda transportasi
a. Dependent Variable: Moda transportasi
b. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang, Ukuran sarana, Tipe
b. All requested variables entered.
unit

Model Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R Square Square the Estimate
1 ,578a ,334 ,276 ,202
a. Predictors: (Constant), Waktu aktivitas, Jenis barang,
Ukuran sarana, Tipe unit

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,501 ,328 4,580 ,000
Ukuran sarana ,221 ,068 ,416 3,245 ,002
Tipe unit ,120 ,047 ,328 2,558 ,014
Jenis barang ,086 ,051 ,210 1,700 ,096
Waktu aktivitas -,170 ,148 -,143 -1,155 ,254
a. Dependent Variable: Moda transportasi

134
5. Lampiran Quesioner

YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455 email: informasi@unissula.ac.id web : www.unissula.ac.id

LAMPIRAN QUESIONER

Responden yang terhormat :


Perkenalkan saya mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota yang sedang melakukan penelitian tentang :
“Pengaruh Aktivias Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu
Lintas di Jalan KH. Agus Salim Semarang”. Saya selaku peneliti meminta
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk membantu penelitian ini dengan cara mengisi
kuesioner. Adapun jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan tidak akan
berpengaruh pada diri Bapak/Ibu/Saudara/i karena penelitian ini dilakukan semata-
mata untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Hormat saya,

Nanda Maharani
(31201700045)

A. IDENTITAS RESPONDEN (PEDAGANG KAKI LIMA)


Nama :
........................................................................................
Usia :
........................................................................................
Jenis kelamin : Laki/Perempuan
Jenis dagangan :
Alamat :
......................................................................................

135
B PETUNJUK PENGISIAN QUESIONER
Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda (v) pada salah satu
jawaban yang tersedia. Kemudian hanya terdapat satu jawaban saja yang
dimungkinkan untuk setiap jawaban dari pertanyaan. Data responden dan semua
informasi yang diberikan akan menjamin kerahasiaannya. Perlu kami sampaikan
bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademik dan tidak akan
berpengaruh pada status Bapak/Ibu/Sdr/i.
Saya juga memohon bantuan dari Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan sejujur-jujurnya,secara objektif dan apaadnya karena isian sangat berarti bagi
penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

TABEL PERTANYAAN
VARIABEL PERTANYAAN KEGIATAN PKL
A. ASPEK RUANG AKTIVITAS PKL
1. Lokasi Berdagang : Bahu jalan sampai
Jalur hijau Bahu jalan masuk jalur
lalulintas
2. Ukuran sarana aktivitas PKL :
< 1m2 1-3 m2 > 3m2
Keterangan sarana usaha*
3. Tipe unit PKL :
Mobile Semistatic Static
B ASPEK AKTIVITAS PKL
1. Jenis barang dan dagangan PKL :
Jasa Non Makanan Makanan
Keterangan jenis*
2. Waktu Aktivitas PKL :
07.00 – 12.00 09.00 – 17.00 12.00 – 22.00
Keterangan omset perhari*
Keterangan Jumlah pembeli perhari*

136
YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)


FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 Telp.(024) 6583584 (8 Sal) Fax.(024) 6582455 email: informasi@unissula.ac.id web : www.unissula.ac.id

LAMPIRAN QUESIONER

Responden yang terhormat :


Perkenalkan saya mahasiswi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota yang sedang melakukan penelitian tentang :
“Pengaruh Aktivias Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Kemacetan Lalu
Lintas di Jalan KH. Agus Salim Semarang”. Saya selaku peneliti meminta
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk membantu penelitian ini dengan cara mengisi
kuesioner. Adapun jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan tidak akan
berpengaruh pada diri Bapak/Ibu/Saudara/i karena penelitian ini dilakukan semata-
mata untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Hormat saya,

Nanda Maharani
(31201700045)

A. IDENTITAS RESPONDEN (KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JALAN)


Nama :
........................................................................................
Usia :
........................................................................................
Jenis kelamin : Laki/Perempuan
Alamat :
......................................................................................

B PETUNJUK PENGISIAN QUESIONER


Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda (v) pada salah satu
jawaban yang tersedia. Kemudian hanya terdapat satu jawaban saja yang
dimungkinkan untuk setiap jawaban dari pertanyaan. Data responden dan semua
137
informasi yang diberikan akan menjamin kerahasiaannya. Perlu kami sampaikan
bahwa hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan akademik dan tidak akan
berpengaruh pada status Bapak/Ibu/Sdr/i.
Saya juga memohon bantuan dari Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuesioner ini
dengan sejujur-jujurnya,secara objektif dan apaadnya karena isian sangat berarti bagi
penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

TABEL PERTANYAAN

VARIABEL PERTANYAAN
KEGIATAN PENGGUNA JALAN
PENGGUNA JALAN
ASPEK PERGERAKAN
KONSUMEN
1. Sarana transportasi apa yang :
digunakan saat melintasi jalan H Agus Sepeda Sepeda motor Mobil
Salim Semarang?
2. Dimana anda memakirkan kendaraan Halaman
: ruko Bahu jalan Jalur
saat berada di Jalan KH. Agus Salim lalulintas
Semarang?
Lama belanja*

138
6. Lampiran Kegiatan Survey Responden
Hasil Survey Responden Pedagang Kaki Lima Dan Pengguna Jalan

Tipe Aspek Ruang Aktivitas PKL Aspek Aktivitas PKL Aspek Pergerakan
Karakt Konsumen
erisitik
Sarana Lokasi Ukuran Tipe Jenis Barang Waktu Lokasi Moda
Aktivitas Berdagang Sarana Unit Dagangan Aktivitas Parkir Transp
PKL PKL Aktivita PKL PKL ortasi
s
PKL Unprocessed And Semiprocessed Food

A Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
B Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
C Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor
ko (Buah)
D Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
E Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
F Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
G Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
H Meja/Jong Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
ko (Buah) Lintas
PKL Prepared Food

A Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor

B Warung Bahu Jalan > 3 M2 Static Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Minuman Lalulintas Dan
Mobil
C Kendaraan Bahu Jalan 1 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Bahu Jalan Motor

D Tenda Bahu Jalan >3 M2 Static Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Mobil
Minman Lalulintas
E Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Static Minman Lintas
F Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Minman Lalulintas
G Tenda Bahu Jalan > 3 M2 Semi Makanan & 12.00 – 22.00 Jalur Lalu Motor
Static Minman Lintas
H Gerobak Bahu Jalan 1- 3 M2 Static Minuman 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
I Tenda Bahu Jalan 1-3 M2 Static Minuman 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
J Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Minuman Lintas
K Meja Bahu Jalan 1-3 M2 Semista Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Jongko tic Minuman Lintas
L Gerobak Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
M Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan & 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Minuman Lintas
N Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Lintas
O Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
Static Lintas
P Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Makanan 07.00 – 12.00 Jalur Lalu Motor
Lintas

139
Q Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semista Makanan 09.00 – 17.00 Jalur Lalu Motor
tic Lintas
PKL Non Food

A Tenda Semi Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Mobil
Permanen Static Makanan Lalulintas
(Jual
Kaset/CD)
B Gelaran Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Jual Kaca)
C Gelaran Bahu Jalan 1 - 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Jual Figura)
D Meja Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
/Jongko Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
E Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semista Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
tic Makanan Lalulintas
(Jual Pot)
F Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Jual Pot)
G Meja/Jongk Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Jual Tekstil
& Alat
Rumah
Tangga)
H Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
I Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Tekstil )
J Meja/Jongk Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Jual Figura&
Sandal)
K Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
L Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
M Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
N Meja/Jongk Bahu Jalan 1–3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Alat Rumah
Tangga)
O Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
P Meja/Jongk Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
Q Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Karpet
Tekstil)

140
R Meja / Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Jongko Static Makanan Lalulintas
(Sandal)
S Meja/Jongk Bahu Jalan 1- 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
T Gerobak Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Kaset/CD)
U Gelaran Bahu Jalan 1-3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
V Gelaran Bahu Jalan > 3 M2 Semi Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Static Makanan Lalulintas
(Tekstil)
W Meja/Jongk Bahu Jalan > 3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
o Makanan Lalulintas
(Tekstil&Pot)
X Kendaraan Bahu Jalan 1-3 M2 Mobile Non 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Makanan Lalulintas
(Alat Teknik)
PKL Service

A Meja/Jongko Bahu Jalan 1- 3 M2 Mobile Jasa Reparasi 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Lalulintas
B Meja/Jongko Bahu Jalan 1- 3 M2 Static Jasa Reparasi 09.00 – 17.00 Jalur Motor
Lalulintas

141
Hasil Dokumentasi Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima Jenis Dagangan PKL


Semi processed dan Makanan
unprocessed
A

142
F

Prepared processed Makanan


A

143
D

144
J

145
P

Non Prepared Food Non Makanan


A

146
E

147
K

148
Q

149
W

Service Jasa
A

Sumber : Hasil Survey Peneliti 2021

150
7. Lampiran Lembar Hasil Asistensi
a. Dosen Pembimbing 1 : Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT (Sidang Pembahasan)

151
152
153
154
Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT (Sidang Pendadaran)

155
b. Dosen Pembimbing 2 : Ir.H. Rachmat Mudiyono.,MT.,PhD (Sidang Pembahasan)

156
Ir.H. Rachmat Mudiyono.,MT.,PhD (Sidang Pendadaran)

157
c. Dosen Penguji : Hasti Widyasamratri, S.Si.,M.,Eng.,Ph.D (Sidang Pendadaran)

158
8. Hasil Koreksi Seminar Pembahasan
a. Pembimbing I : Ardiana Yuli Puspitasari ST.,MT

b. Pembimbing II : Bapak Ir.H. Rachmat Mudiyono.,MT.,PhD

159
c. Penguji : Hasti Widyasamratri,S.Si.,M.Eng.,Ph.D

160
9. Hasil Koreksi Seminar Pendadaran

161
10. Berita Acara Pembahasan

BERITA ACARA UJIAN PEMBAHASAN TUGAS AKHIR


Pelaksanaan Sidang Pembahasan Tugas Akhir
Nama mahasiswa : Nanda Maharani
Judul : Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap
Kemectan Lalulintas Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Hari/Tanggal : Selasa.30 November 2021
Waktu : 19.00-20.00 WIB
Pembimbing I : Ardiana Yuli Puspitasari.,ST.,MT
Pembimbing II : Ir H.Rachmat Mudiyono., MT.,Ph.D
Penguji : Hasti Widyasamratri., S.Si.,M.Eng.,Ph.D
1. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen penguji (Hasti Widyasamratri., S.Si.,M.Eng.,Ph.D)
a. Cek kembali dari skoring dengan rumus sturges untuk menentukan teknik analisis yang
tepat misalnya seperti teknik korelasi atau regresi
b. Bagaimana pengaruh aktivitas PKL yang ada dengan adanya kemacetan lalulintas
dilokasi penelitian anda
c. Analisis yang anda susun masih berdiri sendiri antara PKL dan Kemacetan lalulintas
hal tersebut harus dikaitkan untuk menemukan pengaruh sesuai dengan judul anda

Tanggapan
a. Setelah melakukan analisis yang lebih lanjut menghasikan teknik analisis regresi linier
berganda untuk mengetahui hubungan atau pengaruh yang dihasilkan
b. 1. Dari hasil analisis perhitungan regersi linier diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel yaitu
3,421>3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada aspek lokasi parkir
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan besar
nilai koefisien nilai korelasi (R) sebesar 0,229 dengan mengndung artian bahwa aktifitas PKL
dari pergerakan lokasi parkir dengan kemacetan lalulintas memiliki hubungan positif yang
cukup dimana semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan KH. Agus Salim Semarang
maka akan menimbulkan kemacetan lalulintas
2. Dari hasil analisis perhitungan regersi linier diketahui bahwa nikai F hitung> F tabel hitung
5,757 >3,18 maka dapat disimpulkan bahwa akivitas PKL pada aspek moda transportasi
berpengaruh terhadap kemacetan lalulintas. sehingaa H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan besar
nilai koefisien nilai korelasi (R) sebesar 0,334 dengan mengandung artian bahwa aktifitas PKL
dari moda transportasi yang digunakan dengan kemacetan lalulintas memiliki hubungan positif
yang cukup tinggi dimana semakin tinggi atau banyak aktivitas PKL di jalan KH. Agus Salim
Semarang maka akan menimbulkan kemacetan lalulintas

2. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing I (Ardiana Yuli Puspitasari.,ST.,MT)
a. Ada satu langkah yang belum dicapai yaitu analisis dalam metode yang digunakan
b. Cek kembali skoring yang anda gunakan dalam metode penelitian anda

162
c. Tambahkan peta spasial dalam aspek PKL yang elah ditentukan

Tanggapan
a. Setelah melakukan analisis yang lebih lanjut menghasikan teknik analisis regresi linier
berganda untuk mengetahui hubungan atau pengaruh yang dihasilkan
b. Penyusun menggunakan teknik skoring sturges untuk mengetahui nilai yang
dihasilkan
c. Peta spasial PKL telah dimasukkan dalam laporan sesuai dengan analisis yang ada
3. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing II (Ir H.Rachmat Mudiyono., MT.,Ph.D)
a. Cek kembali satuan dalam melihat kapasitas jalan
b. Berikan solusi sesuai dengan hasil pengaruhnya PKL terhadap kemacetan lalulintas
c. Gunakan susunan bahasa sesuai dengan SPOk atau ejaan yang baik

Tanggapan
a. Satuan dalam kapasias jalan adalah kend/km karena pengeukuran tersebu dilakukan
untuk mengetahui sebesarapa banyak kendaraan yang melintas pada jarak lokasi
penelitian yang telah ditentukan
b. 1. Adanya relokasi tempat untuk para pedagang kaki lima (PKL) berjualan seperti di
alun-alun kota,taman kota atau ruang terbuka hijau untuk mengurangi kepadatan dari
PKL yang berjualan di bahu jalan
2. Menertibkan dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mengurangi kegiatan PKL yang melanggar aturan demi terciptanya keserasian atau
keindahan jalur-jalur lalulintas atau lainnya yang menyebabkan keberadaan PKL
tersebut menjadi terganggu.
3. Pemerintah dianjurkan untuk menyediakan tempat yang layak,aman dan strategis
untuk para pedagang kaki lima berjualan dengan memikirkan ruang penempatan dari
sisi penjual,pembeli dan masyarakat lainnya serta pengguna jalur lalulintas agar tidak
saling merugikan satu sama lain.
4. PKL yang berjualan di bahu jalan perlu adanya penegasan dalam ketertiban yang ada
dengan hal yang paling sederhana adalah memasang rambu-rambu atau larangan dan
juga banner jika diperlukan agar masyarakat paham akan aturan yang berlaku untuk
mencapai ketertiban bersama.
c. Penggunaan bahasa sesuai dengan SPOK telah direvisi oleh peneliti

163
164
11. Berita Acara Pendadaran

BERITA ACARA UJIAN PENDADARAN TUGAS AKHIR


Pelaksanaan Sidang Pendadaran Tugas Akhir
Nama mahasiswa : Nanda Maharani
Judul : Pengaruh Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap
Kemectan Lalulintas Dijalan KH. Agus Salim Semarang
Hari/Tanggal : Selasa.22 Desember 2021
Waktu : 15.30 - 16.30 WIB
Pembimbing I : Ardiana Yuli Puspitasari.,ST.,MT
Pembimbing II : Ir H.Rachmat Mudiyono., MT.,Ph.D
Penguji : Hasti Widyasamratri., S.Si.,M.Eng.,Ph.D
1. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen penguji (Hasti Widyasamratri., S.Si.,M.Eng.,Ph.D)
a. Buat grafik garis (Y adalah kecepatan, dan X adalah jam) mengenai pergerakan
kecepatan kendaraan mulai dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Untuk mengisi
kecepatan2 yg kosong krn tdk ada pengukuran, bisa menggunakan cara interpolasi di
excel, kemudian dibahas.

Tanggapan

a. Grafik sudah ditambahkan pada laporan


2. Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing I (Ardiana Yuli Puspitasari.,ST.,MT)
a. Perlu penjelasan terhadap hasil analisis regresi linier berganda dengan fakta dan teori,
sehingga maksutnya menjadi lebih mudah dipahami.
b. Rekomendasi perlu menapak pada lokasi dan hasil analisis dan temuan.

Tanggapan

a. Penjelasan analisis regresi liner berganda telah dilengkapi pada laporan


b. Rekomendasi telah ditambahkan pada laporan dengan mengacu Peraturan Daerah Kota
Semarang Nomor 3 tahun 2018 tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima pada BAB IV Pasal 12 dalam penataan PKL di Kota Semarang 3.
Masukan/Pertanyaan
Oleh dosen pembimbing II (Ir H.Rachmat Mudiyono., MT.,Ph.D)
a. Lengkapi pembahasan karakteristik dari para pedagang kali lima
b. Bagaimana rencana penataan PKL oleh pihak-2 terkait (Pemkot Semarang)
c. Bagaimana manajemen pengelolaan parkir di daerah studi.

Tanggapan

165
a. Pembahasan karakterisitik sudah di lengkapi pada laporan
b. Rencana penataan PKL telah diatur pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3
tahun 2018 tentang Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima pada BAB IV
Pasal 12 dalam penataan PKL di Kota Semarang
c. . Menurut tempatnya pelaku parkir menggunakan tempat parkir di jalan atau on street
parkirng sebagai tempat memakirkan kendaraannya sudah diejlaskan lebih lanjut pada
laporan

166
12. Hasil Uji Turnitin

167
168
169

Anda mungkin juga menyukai