Anda di halaman 1dari 82

TUGAS AKHIR

“ANALISIS PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA

PERSIMPANGAN BADDOKA (STUDI KASUS : JALAN PERINTIS

KEMERDEKAAN KM 17)”

DISUSUN OLEH :

FERI FAMARA
61 60505 18 0055

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas kasih, dan Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Salah Satu syarat penyelesaian studi pada program Strata Satu (S1) Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar, dan

untuk memenuhi hal tersebut maka penulis mengajukan skripsi dengan judul :

“ANALISIS PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA

PERSIMPANGAN BADDOKA (STUDI KASUS : JALAN PERINTIS

KEMERDEKAAN KM 17)”

Dalam Penyusunan Tugas akhir ini, penulis banyak mengalami berbagai

macam rintangan. Namun dengan berkat kerja keras disertai dengan doa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, rintangan tersebut dapat terselesaikan.

Penulis juga banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dari lubuk hati penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Almarhum Ibunda Damaris Bidang, Ayahanda Yusuf Famara, serta

Kakak penulis Julianto Famara, Romi Kanato, Rita Famara, Dina

Famara, Oktovianus sanda toding, dan seluruh keluarga besar penulis

atas dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanannya selama

penulis menempuh studi di Fakultas Teknik Universitas Kristen

Indonesia Paulus Makassar.

2. Prof. Dr. Agus Salim, S.H., M.H Rektor UKI Paulus Makassar.
i
3. Bapak Dr. Ir. M. Rais Rachman MT sebagai pembimbing I dan Ibu

Louise Elizabeth Radjawane, ST., MT sebagai pembimbing II, yang

telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan

berupa arahan, petunjuk, bimbingan dengan sabar dalam penyusunan

tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Robert Mangontan, MT sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.

5. Segenap dosen dan asisten Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar atas pendidikan ilmu

yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Himpunan Mahasiswa Sipil yang telah memberikan dukungan

menyelesaikan tugas akhir kepada penulis.

7. Kepada rekan seangkatan penulis (SONDIR 2018) yang tak dapat

penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis

dalam segala hal,Terimakasih.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan, karena itu, penulis senantiasa membuka diri untuk menerima saran dan

kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Makassar, September 2022

PENULIS

ii
FERI FAMARA
ANALISIS PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA PERSIMPANGAN
BADDOKA (STUDI KASUS : JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM
17)
M. Rais Rachman (1), Louise Elizabeth Radjawane(2)

ABSTRAK

Salah satu simpang bersinyal yang menjadi akses penghubung kota Makassar dan
Kabupaten Maros adalah simpang Baddoka, Dengan meningkatnya jumlah kendaraan
ataupun trasnportasi di Kota Makassar tentu akan mengakibatkan antrian kendaraan yang
cukup panjang di persimpangan Baddoka kota Makassar. Berapa panjang antrian
kendaraan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17. Tujuan dari
penelitian ini Untuk mengetahui panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal
Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17.Perhitungan dan analisis menggunakan metode
cara perhitungan pada Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.Berdasarkan hasil
analisa data mengenai panjang antrian kendaraan, pada jam puncak pagi lengan utara nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 112,58 m, pada jam puncak siang lengan selatan nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 76,93 m, dan pada jam puncak sore lengan selatan
nilai panjang antrian terbesar yaitu 344,68 m. Berdasarkan hasil analisa data penelitian
mengenai tundaan rata – rata yang terjadi pada simpang bersinyal baddoka, maka nilai
tundaan rata – rata terbesar yang terjadi pada jam puncak pagi lengan utara sebesar 285,36
det/skr, pada jam puncak siang lengan selatan sebasar 250,59 det/skr, dan pada jam puncak
sore lengan selatan nilai tundaan rata – rata terbesar yaitu sebesar 808,24 det/skr. Nilai Arus
jenuh pada simpang bersinyal baddoka sangat mempengaruhi kinerja simpang, pada jam
puncak pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu sebesar 2410,9 skr/jam, pada jam puncak
siang lengan selatan yaitu sebesar 2505,1 skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan
sebesar 2463,3 skr/jam. Perlu adanya tindakan tegas dari kepolisian setempat yang bertugas
di persimpangan tersebut kepada pengguna jalan yang melanggar serta meminimkan
kemacetan lalu lintas yang terjadi dilapangan. Perlunya rambu larangan untuk menaikan
atau menurunkan penumpang sebelum mulut simpang, pada jam puncak pagi lengan utara
nilai panjang antrian terbesar yaitu 112,58 m, maka perlu dipasang rambu larangan
stop/parkir 120 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan utara semakin
kecil, pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu 76,93 m,
maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 100 m dari mulut simpang agar tundaan
dan antrian pada lengan selatan semakin kecil, pada jam puncak sore lengan selatan nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 344,68 m, maka perlu dipasang rambu larangan
stop/parkir 350 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan
semakin kecil.

Kata Kunci: Persimpangan Bersinyal, Antrian, PKJI 2014

iii
FERI FAMARA
ANALYSIS OF VEHICLE QUEUE LENGTH AT BADDOKA junction (CASE
STUDY: KM 17 PERINTIS KEMERDEKAAN ROAD)
M. Rais Rachman (1), Louise Elizabeth Radjawane(2)

ABSTRACT

One of the signalized intersections that connects Makassar City and Maros Regency is the
Baddoka intersection. With the increasing number of vehicles or transportation in
Makassar City, it will certainly result in a long queue of vehicles at the Baddoka
intersection, Makassar City. What is the length of the vehicle queue at the signalized
intersection Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17. The purpose of this study is to
determine the length of the vehicle queue at the signalized intersection Baddoka - Perintis
Kemerdekaan Km 17. The calculation and analysis uses the calculation method in the 2014
Indonesian Road Capacity Guidelines (PKJI). Based on the results of data analysis
regarding the length of the vehicle queue, at the peak hour of the morning the north arm
the largest queue length value is 112.58 m, at the afternoon peak hour the south arm the
largest queue length value is 76.93 m, and at the peak hour afternoon the south arm the
value of the largest queue length is 344.68 m. Based on the results of research data analysis
regarding the average delay that occurs at the Baddoka signalized intersection, the largest
average delay value that occurs at the peak hour of the morning on the north arm is 285.36
sec/cur, at the peak hour of the afternoon the south arm is 250.59 sec/cur, and at the peak
hour of the afternoon south arm the largest average delay value is 808.24 sec/cur. The
saturation current value at the Baddoka signalized intersection greatly affects the
performance of the intersection, at peak hours at the morning peak hour of the south arm,
which is 2410.9 skr/hour, at the peak hour of the afternoon, the south arm is 2505.1
skr/hour, and the peak hour in the afternoon. south of 2463.3 cur/hour. There needs to be
firm action from the local police on duty at the intersection to road users who violate and
minimize traffic jams that occur in the field. The need for a prohibition sign to raise or
lower passengers before the mouth of the intersection, at peak hours in the morning the
north arm the largest queue length value is 112.58 m, it is necessary to install a
stop/parking prohibition sign 120 m from the mouth of the intersection so that delays and
queues on the north arm are getting smaller , at the peak hour of the afternoon south arm
the largest queue length value is 76.93 m, it is necessary to install a stop/parking
prohibition sign 100 m from the mouth of the intersection so that the delays and queues on
the south arm are getting smaller, at peak hours the afternoon south arm the largest queue
length value which is 344.68 m, it is necessary to install a stop/parking prohibition sign
350 m from the mouth of the intersection so that the delays and queues on the south arm
are getting smaller.

Keywords : Signal Crossing, Queue, PKJI 2014

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................ iii

ABSTRACT ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix

DAFTAR NOTASI ............................................................................ x

DAFTAR SINGKATAN .................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan penelitian ........................................................................................ 3

D. Batasan Masalah ......................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6


A. Pengertian Persimpangan ............................................................................ 6

B. Satuan Kendaraan Ringan (SKR) ................................................................ 8

C. Karakteristik Lalu Lintas ............................................................................. 9

D. Arus jenuh Dasar (So) ............................................................................... 10

E. Simpang Bersinyal .................................................................................... 11

F. Penelitian Sejenis Terdahulu ..................................................................... 23

G. Kerangka Pikir .......................................................................................... 26


v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 7
A. Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 7

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................... 28

C. Pengumpulan data ..................................................................................... 30

D. Pengambilan data ...................................................................................... 30

E. Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 32


A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 32

B. Hasil Perhitungan Data.............................................................................. 34

C. Pembahasan .............................................................................................. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 33


A. Kesimpulan ............................................................................................... 33

B. Saran ......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Ekivalen Kendaraan Ringan .................................................................... 9
Tabel 2 Nilai Normal Waktu Antar Hijau ........................................................... 15
Tabel 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota .......................................................... 17
Tabel 4 Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, Hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotor ...................................................................................... 18
Tabel 5 Jadwal Survei Lalu Lintas Penelitian ..................................................... 29
Tabel 6 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 31
Tabel 7 Kondisi geometrik simpang ................................................................... 34
Tabel 8 Waktu Siklus ......................................................................................... 34
Tabel 9 Volume Arus Lalu Lintas dalam waktu 4 hari (Skr/jam) ........................ 35
Tabel 10 Faktor Penyesuaian Belok Kanan ........................................................ 40
Tabel 11 Faktor Penyesuaian Belok kiri ............................................................. 41
Tabel 12 Nilai Arus Jenuh (S) ............................................................................ 42
Tabel 13 Rasio Arus........................................................................................... 43
Tabel 14 Rasio Arus Kritis ................................................................................. 45
Tabel 15 Rasio Arus Simpang ............................................................................ 45
Tabel 16 Rasio Fase (RF)................................................................................... 46
Tabel 17 Waktu Siklus ....................................................................................... 48
Tabel 18 Waktu Hijau (H) .................................................................................. 48
Tabel 19 Kapasitas (C) ....................................................................................... 49
Tabel 20 Derajat Kejenuhan (DJ) ....................................................................... 50
Tabel 21 Jumlah Skr yang Tersisa dari Fase Hijau Sebelumnya (NQ1) .............. 51
Tabel 22 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah (NQ2) ............. 52
Tabel 23 Jumlah Kendaraan Antri ...................................................................... 53
Tabel 24 Jumlah Antrian Maksimum ................................................................. 54
Tabel 25 Panjang Antrian (PA) .......................................................................... 55
Tabel 26 Rasio Kendaraan Henti ........................................................................ 56
Tabel 27 Jumlah Kendaraan Henti ..................................................................... 57
Tabel 28 Angka Henti Seluruh Simpang (NHTotal) .......................................... 58
Tabel 29 Tundaan Lalu Lintas Rata – rata (TL).................................................. 60
vii
Tabel 30 Tundaan Geometrik Rata – rata TG...................................................... 61
Tabel 31 Tundaan Rata – rata............................................................................. 62

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Titik – Titik Konflik Pada Suatu Simpang........................................... 7
Gambar 2 Konflik – Konflik pada simpang bersinyal dengan empat lengan ...... 11
Gambar 3 Pengaturan dua phase ....................................................................... 13
Gambar 4 Pengaturan dengan early cut off ........................................................ 14
Gambar 5 Pengaturan dengan empat phase ....................................................... 14
Gambar 6 Tipe Pendekat ................................................................................... 16
Gambar 7 Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (FG) ...................................... 19
Gambar 8 Kerangka Berpikir ............................................................................ 26
Gambar 9 Skema Penelitian ................................................................................ 7
Gambar 10 Lokasi Penelitian ............................................................................ 29
Gambar 11 Sketsa simpang Bersinyal Baddoka ................................................. 33
Gambar 12 Fluktuasi Arus Waktu Pengamatan selama 4 hari ............................ 36
Gambar 13 Fase Pada Simpang ......................................................................... 37
Gambar 14 Nilai Arus Jenuh (S) skr/jam ........................................................... 43
Gambar 15 Nilai Rasio Arus Jenuh ................................................................... 44
Gambar 16 Rasio Arus Simpang ....................................................................... 46
Gambar 17 Rasio Fase (RF) .............................................................................. 47
Gambar 18 Kapasitas (C) .................................................................................. 49
Gambar 19 Derajat Kejenuhan .......................................................................... 50
Gambar 20 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah NQ2 ............ 52
Gambar 21 Jumlah Kendaraan Antri ................................................................. 53
Gambar 22 Panjang Antrian .............................................................................. 55
Gambar 23 Rasio Kendaraan Henti ................................................................... 56
Gambar 24 Jumlah Kendaraan Henti ................................................................. 57
Gambar 25 Angka Henti Seluruh Simpang ........................................................ 59
Gambar 26 Tundaan Lalu Lintas ....................................................................... 60
Gambar 27 Tundaan Geometrik ........................................................................ 61
Gambar 28 Tundaan Rata – rata ........................................................................ 63

ix
DAFTAR NOTASI
C : Kapasitas (skr/jam)

Dj : Derajat Kejenuhan

c : Waktu siklus (detik)

FBka : Faktor penyesuaian lalu lintas yang berbelok kanan

FBki : Faktor penyesuaian lalu lintas yang berbelok kiri

FP : Faktor penyesuaian adanya jarak garis henti pada mulut pendekat terhadap
kendaraan yang parkir pertama

FG : Faktor penyesuaian kelandaian memanjang pendekat

FHS : Faktor penyesuaian hambatan samping lingkungan jalan

FUK : Faktor penyesuaian ukuran kota

H : Waktu hijau pada pendekat (detik)

HH : Waktu hilang (detik

LE : Lebar efektif pendekat (meter)

LP : Jarak antara garis henti dan kendaraan yang parkir pertama panjang dari
jalur pendek (meter)

L : Lebar pendekat

P : Faktor satuan mobil penumpang

NH : Jumlah kendaraan henti (skr)

NHtotal : Jumlah kendaraan henti seluruh simpang

NQ : Jumlah kendaraan antri (skr/jam hijau)

NQ1 : Jumlah skr yang tersisa dari fase sebelumnnya (skr/jam hijau)

NQ2 : Jumlah antrian skr yang datang selama fase merah (skr/jam hijau)

x
NQmax : Jumlah kendaraan antri maksimanl (skr/jam hijau)

PA : Panjang antrian (meter)

PB : Jumlah kendaraan belok kiri dan belok kanan

Q : Volume arus lalu lintas (skr/jam)

QV : Volume kendaraan bermotor (skr/jam

R Ki : Rasio kendaraan belok kiri

R Ka : Rasio kendaraan belok kanan

RF : Rasio fase (skr/jam)

RH : Rasio hijau

R KH : Rasio kendaraan henti (skr/jam)

R Q/S : Rasio arus per aru jenuh (skr/jam)

R Q/Skritis : Arus jenuh kritis (skr/jam)

TG : Tundaan geometrik rata-rata (det/skr)

TGi : Tundaan geometrik rata-rata pendekat ke i (det/skr)

Ti : Tundaan rata-rata pendekat ke i (det/skr)

TL : Tundaan lalu lintas rata-rata (det/skr)

TLi : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat ke I (det/skr)

S0 : Arus jenuh (skr/jam)

S : Arus jenuh dasar (skr/jam)

xi
DAFTAR SINGKATAN
Bka : Belok kanan

BKiJT : Belok kiri jalan terus

Det : detik

DS : Derajat kejenuhan

Ekr : Ekivalen kendaraan ringan

HS : Hambatan samping

KB : Kendaraan berat

KR : Kendaraan ringan

KTB : Kendaraan tak bermotor

MKJI : Manual Kapasitas Jalan Indonesia

PKJI : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia

R Q/S : Rasio arus lalu lintas

Skr : Satuan kendaraan ringan

SM : Sepeda motor

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan raya sebagai penunjang transportasi mempunyai peranan penting bagi

perkembangan dan perubahan sektor ekonomi suatu daerah. Jalan raya akan

mengalirkan arus pergerakan manusia yang cenderung semakin besar sejalan

dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas yang dilakukan Jalan raya

adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkapnya yang diperuntuhkan bagi lalu lintas di atas permukaan

tanah. Suatu tempat yang potensial terjadi kecelakaan, kepadatan, dan kemacetan

lalu lintas adalah persimpangan (Ursilu, 2014).

Terutama pada persimpangan Baddoka jalan Perintis Kemerdekaan Km 17

ini mempunyai 4 (empat) lengan menjadi salah satu jalan pada persimpangan yang

sering terjadi antrian panjang kendaraan maupun kecelakaan.

Dalam sistem transportasi sebuah persimpangan baik bersinyal maupun

tidak bersinyal akan luput dari sebuah permasalahan konflik pergerakan arus lalu

lintas yang meliputi volume kendaraan yang melintas, panjang antrian kendaraan,

derajat kejenuhan, efektivitas kinerja simpang dan kondisi fisik dari simpang

tersebut (P et al., 2019).

Salah satu simpang bersinyal yang menjadi akses penghubung kota

Makassar dan Kabupaten Maros adalah simpang Baddoka, simpang ini memiliki

beberapa pendekat, yaitu Pendekat Utara merupakan Jl. Perintis Kemerdekaan Km


17 yang terdiri dari 4 lajur dengan lebar jalan 15 meter. Pendekat Barat merupakan

Jl. DG. Ramang yang terdiri dari 2 lajur dengan lebar jalan 6,5 meter, Pendekat

Selatan merupakan Jl. Poros Makassar - Maros yang terdiri dari 4 lajur dengan lebar

jalan 15 meter. Pendekat Timur merupakan Jl. Batara Bira Baddoka yang terdiri

dari 2 lajur dan memiliki lebar jalan 7,5 meter. Dengan meningkatnya jumlah

kendaraan ataupun trasnportasi di Kota Makassar tentu akan mengakibatkan antrian

kendaraan yang cukup panjang di persimpangan Baddoka kota Makassar. Sebagai

contoh pada hari kerja, jam puncak pagi hari 07.00 WIB. Pada pendekat Perintis

Kemerdekaan arah ke kota antrian terlihat sepanjang kurang lebih (100) meter,

pendekat Baddoka arah tol dan Perintis Kemerdekaan terlihat antrian sepanjang

kurang lebih (100) meter, pendekat Perintis Kemerdekaan arah ke Maros juga

terlihat antrian kurang lebih sepanjang (200) meter.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis akan

menganalisis pajang antrian kendaraan pada persimpangan Baddoka dijalan

Perintis Kemerdekaan Km 17, dimana arus lalu lintas nya sangatlah padat yang

disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti kapasitas persimpangan jalan, waktu

siklus, manajemen persimpangannya yang kurang tepat dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

sebagai berikut :

1. Berapa panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis

Kemerdekaan Km 17.

2
2. Berapa Besar tundaan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis Kemerdekaan

Km 17.

3. Berapa besar arus jenuh pada jam sibuk pagi siang, dan sore simpang bersinyal

Baddoka – Perintis Kemerdekaan Km 17.

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal Baddoka

- Perintis Kemerdekaan Km 17.

2. Untuk mengetahui berapa tundaan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis

Kemerdekaan Km 17.

3. Untuk mengetahui berapa besar jumlah arus jenuh pada simpang bersinyal

Baddoka – Perintis Kemerdekaan Km 17.

D. Batasan Masalah

Adanya keterbatasan waktu yang ada pada penelitian ini. Adapun batasan

masalah pada penelitian ini yaitu antara lain :

1. Penelitian ini dilakukan pada persimpangan Baddoka - Jalan Perintis

Kemerdekaan Km 17.

2. Pengamatan dilakukan pada jam puncak yaitu pagi, siang, dan sore hari.

3. Perhitungan dan analisis menggunakan metode cara perhitungan pada

Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.

4. Survey lalu lintas dilakukan menggunakan video.

5. Survey lalu lintas dilaksanakan selama 4 hari (empat hari).

3
6. Interval survei pengamatan adalah 15 menit.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibedakan atas :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian bermanfaat sebagai sumber bacaan kepada penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pemahaman tentang panjang antrian kendaraan maupun

tundaan yang terjadi pada persimpangan Baddoka Jalan Perintis

Kemerdekaan Km 17.

b. Menambah pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat tentang analisis

kinerja pada simpang bersinyal di Persimpangan Baddoka Jalan Perintis

Kemerdekaan Km 17.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini disajikan dalam 3 (tiga) bab

yang berurutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori pendukung yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan .

BAB III : METODE PENELITIAN


4
Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam penelitian yang

berisikan tentang upaya apa saja yang akan dipakai dalam pengumpulan

data dan flowchart penelitian yang dilakukan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil data yang telah di peroleh dari penelitian,

data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data jumlah arus lalu lintas,

data geometrik simpang, data waktu hilang dan waktu siklus, dan data

panjang antrian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang berupa rangkuman dari hasil

penelitian dan saran – saran yang berkaitan dengan hasil pembahasan

dalam tugas akhir.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persimpangan

Persimpangan merupakan daerah pertemuan dua atau lebih ruas jalan,

bergabung berpotongan. Persimpangan juga dapat disebut sebagai pertemuan

antara dua jalan atau lebih, baik sebidang maupun tidak sebidang atau titik jaringan

jalan dimana jalan – jalan bertemu dan lintasan jalan saling berpotongan (Kristanti

et al., 2020). Tujuan pembuatan persimpangan adalah mengurangi potensi konflik

diantara kendaraan termasuk (pejalan kaki). Dan sekaligus menyediakan

kenyamanan dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan bermotor, pejalan kaki,

sepeda dan fasilitas angkutan umum lainnya agar pada saat melewati persimpangan.

Pada persimpangan baddoka jalan perintis kemerdekaan km 17 juga sangat

bermanfaat bagi pengguna lalu lintas karena dengan adanya simpang empat, (4)

empat lengan ini bisa mengurangi dampak konflik – konflik kecelakaan terhadap

kendaraan maupun pejalan kaki, dan masalah umum kemacetan pada ruas jalan di

persimpangan baddoka jalan perintis kemerdekaan km 17 yaitu kemacetan lalu

lintas yang menyebabkan adanya hambatan samping maupun antrian dan tundaan.

Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan

titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau tempat

titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih.

Simpang yang dievaluasi adalah simpang bersinyal dimana simpang bersinyal

merupakan jalan yang berlengan 3 (tiga), ataupun 4 (empat). Dengan bentuk

geometrik serta menggunakan peralatan sinyal pengatur lalu lintas (Diana et al.,
2016). Oleh karena itu kondisi simpang bersinyal baddoka jalan perintis

kemerdekaan km 17 ini memiliki masalah yang muncul ketika kendaraan mulai

memenuhi ruas jalan pada saat jam - jam puncak baik itu pagi, siang, dan sore hari

dimana hal ini ditandai dengan banyaknya kendaraan yang tertahan beberapa kali

oleh lampu merah khusus nya pada jalan perintis kemerdekaan km 17. Dimana pada

pendekat jalan perintis kemerdekaan arah maros ini memiliki panjang antrian

kendaraan yang kurang lebih dari (200) meter. Hal ini yang mengakibatkan besar

nya antrian panjang antrian kendaraan serta tundaan pada persimpangan tersebut.

Pengaturan lampu lalu lintas pada persimpangan merupakan hal yang paling

kritis dalam pergerakan lalu lintas (Bien & Primasworo, 2019). Dan Pada simpang

dengan aurs lalu lintas yang besar sangat diperlukan pengaturan menggunakan

lampu lalu lintas. Terdapat 32 titik konflik pada suatu persimpangan dengan empat

lengan, untuk mengurangi jumlah titik konflik yang ada, dilakukan pemisahan

waktu pergerakan arus lalu lintas. Waktu pergerakan arus lalu lintas yang terpisah

ini disebut fase, pengaturan pergerakan lalu lintas dengan fase – fase ini dapat

mengurangi titik konflik yang ada sehingga diperoleh pengaturan lalu lintas yang

lebih baik untuk menghindari besarnya antrian, tundaan, kemacetan dan

kecelakaan.

Sumber : (Bien & Primasworo, 2019)


Gambar 1 Titik – Titik Konflik Pada Suatu Simpang
7
Persimpangan berlengan empat (4) bersinyal merupakan hal yang umum di

Indonesia. Efektifitas sinyal lalu lintas pada persimpangan merupakan hal yang

krusial. Besarnya tundaan merupakan salah satu efektifitas sinyal lalu lintas yang

dominan, karena langsung dialami dan dirasakan oleh pengemudi. Simpang –

simpang bersinyal yang merupakan bagian dari sistem kendali waktu tetap yang

dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metoda dan

perangkat lunak khusus dalam analisanya. Walau demikian masukan untuk sinyal

dari suatu simpang yang berdiri sendiri dapat di peroleh dengan menggunakan

manual (Sarwanta, 2016). Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu

atau lebih dengan alasan sebagai berikut :

1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas,

sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan bahkan

selama kondisi lalu lintas jam puncak.

2. Untuk mengundari jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara

kendaraan dari arah yang bertentangan.

B. Satuan Kendaraan Ringan (SKR)

Klasifikasi kendaraan digunakan dibagi menjadi 3 (tiga) sebagai berikut :

1. Kendaraan sedang termasuk kendaraan berat yang diizinkan memasuki area

operkotaan (KS), seperti bus kecil dan besar, truk kecil, truk 2 sumbu > 2 sumbu

yang diizinkan masuk ke perkotaan.

2. Kendaraan ringan (KR), seperti sedan jeep, kombi, angkot, mini bus, minibox,

pick up.

8
3. Sepeda motor (SM), seperti sepeda motor matic, skuter, sepeda motor bebek,

motor sport, dan kendaraan bermotor roda tiga.

Kendaraan tak bermotor (KTB) tidak diklasifikasikan sebagai kendaraan

tetapi sebagai HS, yang termasuk KTB diantaranya sebagai berikut : sepeda, becak,

delman, dan gerobak.

Tabel 1 Ekivalen Kendaraan Ringan

Ekr
Tipe Kendaraan
Pendekat Terlindung Pendekat Terlawan

KR (Kendaraan Ringan) 1.00 1.00

KB (Kendaraan Berat) 1.30 1.30

SM (Sepeda Motor) 0.15 0.40

Sumber : (Bina Marga, 1997)

C. Karakteristik Lalu Lintas

1. Kapasitas

Menurut (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2014), kapasitas arus lalu lintas

maksimum yang masuk ke simpang yang dapat dipertahankan selama waktu

paling sedikit satu jam dalam kondisi cuaca dan geometrik yang baku, dalam

satuan kend/jam atau skr/jam.

Kapasitas dapat dihitung denan menggunakan persamaan sebagai berikut :


𝐻
C=S × ……………………………………………………….……………1
𝑐

9
2. Derajat kejenuhan

Derajat kejenuhan didefinisakan sebagai rasio antara arus lalu lintas

terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat

kinerja ruas jalan (Bina Marga, 1997).

DS dapat dihitung dengan persamaan berikut :


𝑄
Dj = 𝐶 ………………………..……………………………...…….……..……2

Keterangan :

Dj = Derajat kejenuhan.

Q = Volume arus lalu lintas maksimum (smp/jam).

C = Kapasitas (smp/jam).

3. Arus Lalu lintas

Menurut (Bina Marga, 1997). Semua arus lalu litas diubah menjadi satuan

kendaraan ringan (skr) dengan menggunakan ekivalensi kendaraan ringan (ekr).

D. Arus jenuh Dasar (So)

Arus jenuh (S) merupakan hasil dari perkalian antara arus jenuh dasar (So)

dengan faktor – faktor koreksi untuk penyimpangan kondisi eksisting terhadap

kondisi ideal yang dinyatakan dalam skr/jam. 𝑆0 adalah S pada keadaan lalu lintas

dan geometrik yang ideal.

Sehinga faktor – faktor koreksi untuk 𝑆0 adalah sebagai berikut :

Arus jenuh (S) = S0 × FHS × FUK × FG × FP × FBKi × FBKa ………...…...…..3

Keterangan :

FHS = merupakan faktor koreksi 𝑆0 akibat hambatan samping lingkungan jalan.

10
FUK = merupakan faktor koreksi 𝑆0 terkait ukuran kota.

FG = merupakan koreksi 𝑆0 akibat kelandaian memanjang pendekat.

FP = merupakan koreksi 𝑆0 akibat adanya garis jarak henti pada mulut pendekat

terhadap kendaraan yang parkir pertama.

FBKi = merupakan koreksi 𝑆0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kiri.

FBKa = merupakan koreksi 𝑆0 akibat arus lalu lintas yang membelok kekanan.

Arus jenuh dasar merupakan keberangkatan antrian dalam suatu pendekat

selama kondisi yang ideal (skr/jam hijau).

𝑆0 = 600 × 𝐿𝐸 ………………………………………………....................................4

E. Simpang Bersinyal

1. Karakteristik simpang bersinyal

Karakteristik simpang bersinyal diterapkan dengan maksud sebagai berikut

(Bina Marga, 1997) :

a. Memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus melawan atau untuk

memisahkan gerakan lalu lintas membelok dari pejalan kaki yang

menyebrang jalan (Konflik utama)

Sumber : (Bina Marga, 1997)

Gambar 2 Konflik – Konflik pada simpang bersinyal dengan empat lengan

11
b. Untuk memisahkan lintasan dari gerakan lintasan yang saling berpotongan

dalam kondsi dan waktu yang sama.

2. Kepadatan dan fase

Kepadatan merupakan pengukuran ketiga dari kondisi arus lalu lintas, dan

diartikan sebagai jumlah kendaraan yang ada pada satu jalan raya atau jalur dan

biasanya dinyatakan dalam kendaraan per mil (vihicles per mil) atau kendaraan

per mil per jalur (Bawangun et al., 2015).

Fase merupakan suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu

arus atau beberapa arus, yang mendapatkan indentifikasi lampu lalu lintas yang

sama. Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan

rata – rata tundaan rendah (Dzulqarnain et al., 2021).

3. Lampu lalu lintas

Lampu lalu lintas merupakan perlatan yang dioperasikan secara mekanis,

atau elektrik untuk memerintahkan kendaraan – kendaraan agar berhenti atau

berjalan (Kristanti et al., 2020). Tujuan dari pemasangan lampu lalu lintas

adalah sebagai berikut :

a. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya koflik arus lalu lintas yang

berlawanan, sehingga kapasitas persimpangan dapat dipertahankan selama

keadaan lalu lintas memuncak.

b. Menurunkan tingkat frekuensi kecelakaan

c. Mempermudah menyeberangi jalan utama bagi kendaraan ataupun pejalan

kaki dari jalan minor.

4. Phase sinyal

12
Phase sinyal adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan

bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas (Bina Marga, 1997). Untuk

merencanakan phase sinyal dilakukan berbagai alternative antara lain :

a. Dua phase existing

Merupakan pengaturan lampu lalu lintas dengan menggunakan dua phase

tanpa memisahkan arus terlawan. Pengaturan dua phase seperti terlihat pada

gambar dibawah ini :

Sumber : (Bina Marga, 1997)

Gambar 3 Pengaturan dua phase


Merupakan pengaturan lampu lalu lintas tiga phase dengan memutuskan

lebih awal gerak belok kanan, untuk menaikkan kapasitas gerak lurus. Pengaturan

tiga phase dengan early cut off seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
13
Sumber : (Bina Marga, 1997)

Gambar 4 Pengaturan dengan early cut off


Merupakan pengaturan lampu lalu lintas dengan empat phase pergerakan

lalu lintas. Pengaturan empat phase terlihat pada gambar sebagai berikut :

Sumber : (Bina Marga, 1997)

Gambar 5 Pengaturan dengan empat phase


5. Waktu Antar Hijau dan Waktu hilang

a. Waktu antar Hijau

Waktu antar hijau merupakan periode kuning + merah semua antara dua

phase sinyal yang berurutan (Bina Marga, 1997). maksud dari periode antar

hijau memperingati pengguna lalu lintas yang sedang bergerak bahwa phase

telah berakhir dengan menjamin kendaraan yang terakhir pada phase hijau

yang baru saja diakhiri memperoleh waktu yang cukup untuk keluar dari

daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari phase selanjutnya

memasuki daerah yang sama.


14
Tabel 2 Nilai Normal Waktu Antar Hijau

Ukuran Simpang Lebar Rata – Rata Normal Waktu


Jalan Nilai Antara Hijau

Kecil 6–9m 4 detik/phase

Sedang 10 – 14 m 5 detik/phase

Besar ≥ 15 m ≥ 6 detik/phase

Sumber : (Bina Marga, 1997)

b. Waktu Hilang

Waktu hilang merupakan jumlah semua periode antara hijau dalam siklus

lengkap, waktu hilang didapatkan dari beda antara waktu siklus dengan

jumlah waktu hijau dalam semua phase yang berurutan (Bina Marga, 1997).

6. Tipe Pendekat dan Lebar Pendekat Efektif

a. Tipe pendekat

Pada pendekat dengan arus lalu lintas yang berangkat pada phase yang

berbeda. Maka analisis kapasitas pada masing-masing phase pendekat

tersebut harus dilakukan secara terpisah, misalnya arus lalu lintas dan belok

kanan dengan lajur terpsah. Tipe pendekat, baik terlindung maupun

terlawan pada phase yang berbeda. Maka proses analisisnya harus

dipisahkan berdasarkan ketentuan masing-masing.

Gambar dibawh ini memberikan ilustrasi dalam penentuan tipe pendekat

apakah terlindung (P) atau terlawan (O).


15
Sumber : (Bina Marga, 1997)

Gambar 6 Tipe Pendekat

b. Lebar Pendekat Efektif

Lebar pendekat efektif (We). Dapat ditentukan berdasarkan data lebar

pendekat (Wa), lebar masuk (Wmasuk), dan lebar keluar (Wkeluar). Untuk

semua pendekat apabila pergerakan belok kiri diperkenankan dan tidak

berpengaruh oleh pergerakan lain dalam pendekat (pergerakan belok kiri

langsung dapat melewati antrian kendaraan dengan arah ata membelok

kanan pada saat lampu merah). Maka lebar efektif ditentukan berdasarkan

nilai dari :

We = Wmasuk

= Wa – 𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 ………………..……………………….……………….5
16
Jika Wkeluar < We × (1 – PRT). Maka We sebaiknya diberi nilai baru sama

dengan Wkeluar dan analisa selanjutnya untuk pendekat ini dilakukan hanya untuk

bagian lalu lintas lurus saja yaitu Q = QST

7. Faktor penyesuaian

Faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh pada kedua tipe faktor pendekat

P dan O adalah sebagai berikut :

a. Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dengan tabel berikut sebagai

fungsi ukuran kota.

Tabel 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

Faktor penyesuaian ukuran kota


Penduduk kota (𝐅𝐔𝐊 )
(juta jiwa)

1.05
>3.0

1.00
1.0 – 3.0

0.94
0.5 – 1.0

0.83
0.1 – 0.5

0.82
<0.1

Sumber : (Bina Marga, 2014)

b. Faktor penyesuaian hambatan samping yaitu interaksi antara arus lalu

lintas dan kegiatan di samping jalan yang akan menyebabkan

pengurangan terhadap arus jenuh didalam pendekat. Faktor penyesuaian

hambatan samping dapat ditentukan dengan tabel sebagai berikut :

17
Tabel 4 Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, Hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotor
Rasio kendaraan tak bermotor

Lingkungan Hambatan
Tipe Fase
Jalan Samping
0.00 0.05 0,10 0.15 0.2 ≥0.25

Terlawan 0.93 0.88 0.84 0.79 0.74 0.7


Tinggi
Terlindung 0.93 0.91 0.88 0.87 0.85 0.81
Terlawan 0.94 0.89 0.85 0.80 0.75 0.71
Komersial Sedang
Terlindung 0.94 0.92 0.89 0.88 0.86 0.82
Terlawan 0.95 0.90 0.86 0.81 0.76 0.72
Rendah
Terlindung 0.95 0.93 0.90 0.89 0.87 0.83

Terlawan 0.96 0.91 0.86 0.81 0.78 0.72


Tinggi
Terlindung 0.96 0.94 0.92 0.89 0.86 0.84
Terlawan 0.97 0.92 0.87 0.82 0.79 0.73
Pemukiman Sedang
Terlindung 0.97 0.95 0.93 0.90 0.87 0.85
Terlawan 0.98 0.93 0.88 0.83 0.80 0.74
Rendah
Terlindung 0.98 0.96 0.94 0.91 0.88 0.86

0.75
Tinggi/
Akses Terlawan 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.88
Sedang/Ren
terbatas Terlindung 1.00 0.98 0.95 0.93 0.90
dah

Sumber : (Bina Marga, 2014)

18
c. Faktor penyesuaian kelandaian sebagai fungsi dari kelandaian (PKJI

2014).

Sumber : (Bina Marga, 2014)

Gambar 7 Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (FG)

d. Faktor penyesuaian parkir sebagaimana fungsi jarak dari garis henti

sampai kendaraan yang parkir pertama. Faktor ini dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Fp = [(Lp /3 – (L – 2) × (Lp /3 – g ) / L] / H………………………...……6

e. Faktor – faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh dasar untuk pendekat

tipe P adalah sebagai berikut :

19
1) Faktor penyesuaian belok kanan (𝐹𝐵𝑘𝑎 ) dapat ditentukan sebagai

fungsi dari rasio kendaraan belok kanan 𝑅𝐵𝑘𝑎 . Untuk pendekat Tipe

P tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar

masuk.

FBka = 1.0 + R Bka × 0.26……...………………………..……….….7

2) Faktor Penyesuaian belok kiri (𝐹𝐵𝑘𝑖 ) ditentukan sebagai fungsi rasio

belok kiri 𝑅𝐵𝑘𝑖 . Untuk pendekat tipe P, tanpa LTOR, lebar efektif

ditentukan oleh lebar masuk.

FBki = 1.0 - R Bka × 0.16.....…………………………………………8

8. Panjang Antrian

Antrian kendaraan adalah kejadian pada arus lalu lintas yang tampak sehari-

hari. Antrian dalam (Bina Marga, 2014), didefinisikan sebagai jumlah

kendaraan yang antri dalam suatu pendekat simpang dan dinyatakan dalam

kendaraan atau satuan mobil penumpang. Sedangkan panjang antrian

didefinisakan sebagai panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat dan

dinyatakan dalam satuan meter. Gerakan kendaraan yang berada dalam antrian

akan dikontrol oleh gerakan yang ada didepannya dan kendaraan tersebut

dihentikan oleh komponen lain dari sistem lalu lintas.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai panjang antrian adalah sebagai

berikut.

PA = (NQmax × 20)/Wmasuk…………………………………………………9

20
a. Jumlah Skr yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (𝑁𝑄1 )

Menurut PKJI 2014, Jika nilai derajat kejenuhan lebih besar dari 0,5

maka digunakan rumus :

8 ×(DJ−0,5)
NQ1 = 0,25×C×[(DJ − 1) + √(DS − 1)2 + ].........…..10
c

b. Jumlah Antrian Skr yang datang dalam fase merah (𝑁𝑄2 )

Untuk nilai Dj > 0,5 :

1−RH Q
NQ 2 = C × 1−RH ×DJ × 3600………………………………….……11

c. Jumlah kendaraan antri

Merupakan penjumlahan antara NQ1 dan NQ 2 .

NQ = NQ1 + NQ 2 …………………………………….…………...12

d. Angka heni seluruh simpang (𝑁𝑄𝐻𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 )

Hitung angka seluruh simpang dengan cara membagi jumlah

kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total

Q dalam skr/jam.

∑NH
NQ HTotal = ……………………………….…..………………13
∑Q

9. Tundaan

Menurut (Bina Marga, 2014). Tundaan adalah sebagai waktu tempuh

tambahan yang diperlukan kendaraan untuk melewati suatu simpang

dibandingkan pada situasi tanpa simpang. Sedangkan menurut tundaan adalah

rata – rata waktu tunggu tiap kendaraan yng masuk dalam pendekat.

a. Tundaan tetap

21
Tundaan tetap adalah tundaan yang diakibatkan oleh alat-alat

pengendali lalu lintas. Tundaan ini seringkali terjadi di

persimpangan-persimpangan jalan.

b. Tundaan Operasional

Tundaan Operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh

gangguan antara unsur-unsur didalam arus lalu lintas atau tundaan

yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari lalu lintas lain.

c. Tundaan lalu lintas rata-rata (TL)

Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat dapat ditentukan dengan

persamaan berikut :

0,5 ×(1−𝑅𝐻)2 𝑁𝑄1 × 3600


𝑇𝐿 = C × + ………………………..……..….14
(1−𝑅𝐻 ×𝐷𝐽) 𝑐

d. Tundaan Geometrik rata-rata (TG)

Menentukan tundaan geometrik rata-rata pada setiap masing-

masing pendekat. (TG) akiat pelambatan dan percepatan ketika

menunggu giliran pada simpang dan ketika dihentika oleh lampu

merah menggunakan rumus sebagai berikut :

TG = (1-R KH )× PB × 6 + (R KH × 4)…………………………………15

e. Tundaan rata-rata

Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

TG =TLi + TGi …………………...………………………….……….16

10. Rasio arus

22
Rasio arus adalah rasio arus lalu lintas terhadap arus jenuh pada setiap

pendekat. Rasio arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Q
R Q/S = S …………………………...……………………..……..…………….17

Nilai kritis R Q/skritis diperoleh dengan mengambil rasio tertinggi setiap fase

untuk mendapatkan nilai rasio arus simpang (R AS ) :

(R AS ) = ∑(R Q/skritis )i……………………………...………..…………..……18

Dari kedua nilai diatas maka diperoleh rasio fase (phase ratio) R F untuk tipe

fase sebagai berikut :

RQ/skritis
RF = ………………...…………………………………..………...….19
RAS

F. Penelitian Sejenis Terdahulu

1. (Kristanti et al., 2020)

“Hambatan Samping Depan Mtos”. Hubungan arus terhadap kapasitas, hubungan

arus terhadap antrian, dan hubungan arus terhadap tundaan pada simpang

bersinyal jalan Abdullah Daeng Sirua – Jalan Taman Makam Pahlawan – Jalan

Batua Raya yaitu berbanding lurus dimana semakin besar nilai arus maka semakin

besar pula kapasitas, antrian dan tundaan.

2. (Bien & Primasworo, 2019)

“Analisa Panjang Antrian Kendaraan Dengan Tundaan Pada Persimpangan

Bersignal Di Kota Batu (Studi Kasus: Jalan Imam Bonjol Bawah, Jalan

23
Diponegoro, Jalan Wukir Dengan Jalan Patimura)”. Panjang antrian Jalan Wukir

: Pagi 473,01 m, siang 481,78, sore 478,27 m, Jalan Diponegoro : Pagi 73,36 m,

siang 73,48, 73,36 m, Jalan Imam Bonjol Bawah : Pagi 121,49 m, siang 124,89,

sore 128,29 m Jalan arah Patimura : Pagi 67,96 m, siang 68,07, sore 67,87 m.

Tundaan Simpang rata-rata a) Pagi : 226,43 dtk/smp b) Siang : 232,99 dtk/smp c)

Sore :232,19 dtk/smp.

3. (Hasanuddin et al., 2021)

” Analisis Kapasitas dan Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Abdullah Dg.

Sirua”. Berdasarkan hasil analisis kinerja simpang bersinyal pada Jalan Abdullah

Dg. Sirua, maka dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pada persimpangan ini memiliki 3 fase pergerakan kendaraan dan waktu sinyal

yang diperoleh dari APILL existing sebesar 62 detik. Volume kendaraan yang

melintasi persimpangan Jalan Abdullah Dg. Sirua memiliki volume yang cukup

tinggi. Pada jam puncak pagi mencapai 8.813 kend/jam, pada jam puncak siang

sebesar 6.814 kend/jam dan pada jam puncak sore hari volume lalu lintas

mencapai sebesar 8.370 kend/jam.

4. (P et al., 2019)

”Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Mitra Batik Kota

Tasikmalaya)”. Berdasarkan hasil penelitian telah didapat derajat kejenuhan

simpang Mitra batik menggunakan aplikasi Sidra untuk arah barat 0,87 , untuk

arah utara 0,65 , untuk arah timur 0,87 , dan untuk arah selatan 0,82. Dengan

antrian 24,9 smp untuk arah barat dengan panjang antrian 174 m, 13,5 smp untuk

arah utara dengan panjang antrian 95 m, 22,3 smp untuk arah timur dengan

24
panjang antrian 156 m dan 13,7 smp untuk arah selatan dengan panjang antrian

96 m.

5. (Sarwanta, 2016)

”Analisis Kinerja Persimpangan Bersinyal Lalu Lintas Di Persimpangan Simpang

Dago Kota Bandung”. Berdasarkan hasil analisis kinerja persimpangan dago

berdasarkan standard Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 dapat

disimpulkan sebagai berikut : Panjang antrian terbesar terbesar terjadi pada

lengan B (jl siliwangi) yaitu sebesar 56,9 m sedangkan panjang antrian terkecil

terjadi pada lengan T (Jl. Dipati Ukur) yaitu sebesar 24 m.

25
G. Kerangka Pikir

Kemacetan dan antrian yang terjadi pada jam puncak di


simpang baddoka – perintis kemerdekaan km 17.

MASALAH
1. Antrian kendaraan pada saat lampu merah
2. Fenomena arus lalu lintas pada jam-jam
puncak

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL


1. kinerja pada simpang bersinyal baddoka-perintis kemerdekaan km 17.
2. Menggunakan metode cara perhitungan pada Pedoman Kapasitas Jalan

Indonesia (PKJI) 2014.

3.

TUJUAN YANG DICAPAI

1. Untuk mengetahui panjang antrian kendaraan pada simpang

bersinyal Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17.

2. Untuk mengetahui berapa tundaan pada simpang bersinyal

Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17.

3. Untuk mengetahui berapa besar jumlah arus jenuh pada

simpang bersinyal Baddoka – Perintis Kemerdekaan Km 17.

Gambar 8 Kerangka Berpikir

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Mengindentifikasi dan perumusan

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
Data Primer :
1. Peta Lokasi
1. Jumlah Arus Lalu Lintas
2. Teori dari buku-
2. Data Gometrik Simpang
buku literature
3. Waktu hilang dan Waktu siklus
3. Jumlah penduduk
4. Panjang Antrian Kota Makassar

Analisa data lapangan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 9 Skema Penelitian


B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pada persimpangan Baddoka Jalan Perintis

Kemerdekaan Km 17. Dimana pada arah Utara pada Jl. Poros Makassar- Maros

memiliki lebar jalan keselurahan yaitu 15 meter, pada arah Timur merupakan

Jl.Dg. Ramang memiliki lebar jalan keseluruhan yaitu 7,5 meter , dan pada arah

Barat merupakan Jl. Baddoka memliki lebar jalan keselurhan 6,5 meter.

28
Gambar 10 Lokasi Penelitian

2. Waktu penelitian

Pelaksanaan survey dilaksanakan selama 4 hari yaitu Senin, Rabu, Jumat,

dan Minggu. Data yang akan diambil setiap hari survei yaitu pada jam- jam

puncak yang dipilih berdasarkan hasil survei pendahuluan yaitu :

Tabel 5 Jadwal Survei Lalu Lintas Penelitian


Jam Penelitian
Hari
Sore
Pagi Siang
16.00 – 18.00
Senin 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00

16.00 – 18.00
Rabu 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00

16.00 – 18.00
Jumat 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00

16.00 – 18.00
Minggu 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00

29
C. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini diperlukan rencana apa-apa saja yang akan diamati

dilapangan, waktu yang akan diambil untuk melakukan survei, penentuan lokasi

survei, dan peralatan-peralatan yang akan digunakan. Cara pengumpulan data

sebagai latar belakang untuk penelitian dilakukan dua tahap kegiatan, yaitu :

1. Pengumpulan data primer

Data primer adalah data yang diambil dilapangan itu sendiri yang berkaitan

dengan arus lalu lintas.

2. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder data sekunder adalah data yang diambil dari buku buku literatur.

D. Pengambilan data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat yang dapat membantu dalam

penelitian dilapangan. Alat-alat tersebut sebagai berikut :

1. Alat tulis

2. Drone

3. Stopwatch

4. Meter roll

5. Laptop

6. Kamera

7. Tripod

8. Hand Tally Counter

30
E. Jadwal Kegiatan Penelitian

Adapun Kegiatan penelitian sebagai berikut :

Tabel 6 Jadwal Kegiatan Penelitian


2022

No Kegiatan
Sep
Mar Apr Mei Jun Jul Agu

1 Tahap persiapan penelitian

a) Penyusunan dan Pengajuan Judul

b) Pengajuan Proposal

c) Perijinan Penelitian

2 Tahap Pelaksanaan

a) Pengumpulan Data

b) Analisa Data

3 Tahap Penyusunan Laporan

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan rumus dan teori-teori yang didapatkan pada Bab II, serta

metodologi yang digunakan maka dilakukan pengolahan data survey primer kondisi

geometri, fase sinyal, waktu siklus, dan jumlah arus pada simpang Baddoka Jalan

perintis kemerdekaan km 17. Dari data tersebut dilakukan pengolahan data berupa

arus jenuh, derajat kejenuhan, tundaan, antrian, dan kapasitas dalam bentuk tabel

dan grafik.

1. Kondisi Geometrik

Simpang empat bersinyal ini memiliki empat lengan dimana pada Pendekat

arah utara pada Jl. poros Makassar – Maros yang terdiri dari 4 lajur dengan lebar

jalan 15 meter, pada pendekat arah barat timur Jl. Dg. Ramang ini memilik 2

lajur dan lebar jalan 7,5 meter, pada pendekat arah barat Jl. Batara Bira baddoka

ini memiliki 2 lajur dan lebar jalan 6,5 meter, dan pada pendekat arah selatan

Jl. poros Makassar – Maros arah kekota ini memiliki 4 lajur dan lebar jalan 15

meter. Dimana pada setiap jalan simpang bersinyal ini merupakan akses menuju

jalan tol, perkantoran, industri, dan pemukiman warga. Dan pada masing –

masing pendekat utara, selatan, timur , dan barat memiliki lebar bahu sebesar 2

meter, yang dimana pada pendekat utara, selatan, dan timur memiliki median

dan lebar medianya yaitu 30 cm, sedangkan untuk pendekat barat tidak

memiliki median jalan.


Gambar 11 Sketsa simpang Bersinyal Baddoka

Adapun hasil pengukuran kondisi geometrik simpang bersinyal ini yang

didapatkan dari hasil survey secara langsung dilapangan dapat dilihat pada tabel

berikut :

33
Tabel 7 Kondisi geometrik simpang
Lebar Belok Kiri
No Pendekat Tipe Pendekat Median
efektif (m) Langsung

1 Utara O 7,5 Ada ada

2 Timur P 3,75 Ada ada

3 Barat P 3,25 Ada -

4 Selatan O 7,5 Ada ada

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Setiap pendekat simpang mempunyai panjang waktu siklus yang berbeda –

beda. Data pengaturan sinyal lampu lalu lintas (APILL) dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 8 Waktu Siklus


Waktu Kuning Merah
No Pendekat Hijau (detik)
Siklus (detik) (detik) (detik)

1 Utara 72 30 2 40

2 Timur 111 27 2 82

3 Selatan 72 30 2 40

4 Barat 111 27 2 82

Sumber : Hasil Pengolahan Data

B. Hasil Perhitungan Data

1. Arus lalu lintas

Pengambilan data arus lalu lintas diperoleh dari survey secara langsung di

lapangan selama 3 jam di pagi hari, 2 jam di siang hari dan 2 jam di sore hari

34
dengan data pada tiap lengan. Dimana perhitungan volume kedaraan dihitung per

15 menit yang kemudian diubah dalam satuan kendaraan/jam. Data yang telah

dirubah dalam satuan kendaraan/jam kemudian dikonversikan dalam satuan skr/jam

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9 Volume Arus Lalu Lintas dalam waktu 4 hari (Skr/jam)

Senin Rabu Jumat Minggu


WAKTU
skr/jam skr/jam skr/jam skr/jam

6.00 -7.00 3838,9 3707,9 3620,6 1813,65

6.15-7.15 4425,9 4214,3 4226,4 1982,6

6.30-7.30 4925,7 4776 4742,1 2049,1

6.45-7.45 5289 5087 5079,8 2208,85

7.00-8.00 5682,5 5209,6 5301,3 2241,2

7.15-8.15 5672,6 5229,1 5370,4 2304,3

7.30-8.30 5098,7 5276,8 5287,3 2418,2

7.45-8.45 5054,9 4848 5056,8 2473,95

8.00-9.00 4568,9 4589,9 4733,4 2622,75

12.00-13.00 4266,1 3876,6 3093,9 3154,9

12.15-13.15 4228,4 3861,5 3272,6 3220,1

12.30-13.30 4309,7 3883,4 3529,6 3276,5

12.45-13.45 4317,1 3900,1 3718,1 3357,1

13.00-14.00 4343,2 3863,8 3870,4 3398,6

16.00-17.00 9052 4716,2 4675,7 3376,6

16.15-17.15 8514,3 4737,7 4772,2 3451,9

16.30-17.30 8218,8 4756,2 4912,4 3490,2

16.45-17.45 7665,6 4723,6 5022,5 3459,2

17.00-18.00 7403,7 4712,8 4987,5 3399,3


Sumber : Hasil Pengolahan Data
35
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Gambar 12 Fluktuasi Arus Waktu Pengamatan selama 4 hari

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari fluktuasi arus waktu

pengamatan selama 4 hari bervariasi yang dimana, grafik diatas dipengaruhi oleh

kepadatan arus lalu lintas pada setiap jam nya.

Adapun range volume kendaraan dikisaran 1000 sampai 9000 skr/jam dan

volume tertinggi terjadi pada hari senin pada pukul 17.00-18.00 dengan nilai 9052

skr/jam. Yang dimana pada volume tertinggi yang terjadi pada hari senin pukul

17.00 – 18.00 sore hari ini di akibatkan Karena cuaca hujan dan Survey lapangan

dimulai pada saat jam 17.00 – 19.00 malam hari. Sehingga menimbulkan perbedaan

volume kendaraan yang sangat jauh di banding hari lainnya.

36
2. Fase

Persimpangan ini memiliki 2 fase yang terdiri atas fase 1 (Jl. Poros

Makassar – Maros) Dan (Jl. Poros Maros – Makassar) pada fase 2 terdiri dari

(Jl. Dg Ramang) dan (Jl. Baddoka). Pada siklus fase 1 memiliki waktu lampu

hijau 30 detik, 2 detik lampu kuning dan merah 40 detik, pada fase 2 memilik

lampu hijau 27 detik, 2 detik lampu kuning dan 82 detik lampu merah.

Gambar 13 Fase Pada Simpang

3. Penentuan Waktu Sinyal

a. Tipe Pendekat

Dari indentifikasi lapangan berdasarkan keberangkatan arus maka setiap

penekat pada simpang bersinyal Baddoka, tergolong tipe terlindung (P)

b. Lebar Pendekat Efektif

Untuk tipe pendekat terlindung (P), menentukan lebar pendekat efektif

(We) adalah sebagai berikut :


37
Untuk Pendekat Utara

We = Wa − WLTOR = 7,5 m

WMASUK= 4 meter jadi We = 7,5 m

Untuk Pendekat Selatan

We = Wa − WLTOR = 7,5 m

WMASUK= 4 meter jadi We = 7,5 m

Untuk Pendekat Timur

We = Wa − WLTOR = 3,75 m

WMASUK= 2,2 meter jadi We = 3,75 m

Untuk Pendekat Barat

We = Wa − WLTOR = 3,25 m

WMASUK= 2,2 meter jadi We = 3,25 m

c. Rasio Arus Jenuh Dasar

Untuk Pendekat Utara

𝑆0 = 600 × 4 = 2400 skr/jam

Untuk Pendekat Selatan

𝑆0 = 600 × 4 = 2400 skr/jam

Untuk Pendekat Timur

𝑆0 = 600 × 2,2 = 1320 skr/ jam

Untuk Pendekat Barat

𝑆0 = 600 × 2,2 = 1320 skr/jam

4. Faktor Penyesuaian

a. Faktor penyesuaian kota

38
Berdasarkan jumlah penduduk kota Makassar diketahui faktor

penyesuaian ukuran kota. Jumlah penduduk kota Makassar tahun terakhir

(2022) yaitu kurang lebih 1,571,814 jiwa (Goggle internet). Melihat ke tabel

penyesuaian ukuran kota (Fcs) maka nilainya 1,00.

b. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping

Untuk menentukan faktor penyesuaian Hambatan samping ada beberapa

indikator penentu yaitu :

1) Tipe Lingkungan

Sesuai peruntukan lahan pada simpang bersinyal Baddoka ini maka

Tipe Lingkungan tergolong Tipe Pemukiman (RES).

2) Aktivitas Samping Pendekat

Dari indentifikasi lapangan, kegiatan samping pada setiap lengan

kurang sehingga pada keempat pendekat tergolong rendah.

3) Tipe Fase Keberangkatan Arus

Arus Keberangkatan Timur dan Barat Tergolong tipe fase

keberangkatan arus terlindung (Tipe P). Dimana tidak ada konflik yang

terjadi antara arus yang diberangkatkan.

4) Faktor penyesuaian kelandaian

Pada simpang bersinyal Baddoka ini mempunyai elevasi rata, maka

sesuai tabel penyesuaian untuk kelandaian dapat dilihat pada (Gambar

7) dan diambil nilai faktor kelandaian 1.

5) Faktor penyesuaian kendaraan parkir

39
Pada setiap lengan disimpang bersinyal Baddoka sangat rumit untuk

menentukan jarak kendaraan parkir dikarenakan perilaku pengendara

yang melewati garis henti dan terkadang juga berada di garis henti,

sehingga digunakan tabel koreksi parkir untuk menentukan nilainya.

c. Faktor penyesuaian Belok Kanan (FBka )

Faktor koreksi belok kanan (FBka ) pada simpang hanya dilakukan pada

tipe pendekat terlindung (Tipe P), pada simpang bersinyal Baddoka. Belok

kanan terjadi pada setiap lengan utara, selatan, timur, dan barat.

Pada jam puncak sore lengan Utara :

SM + KR + KB
FBka = 1,0 + × 0,26
Q

48,1
= 1,0 + × 0,26
1043

= 1,012

Tabel 10 Faktor Penyesuaian Belok Kanan


Jam Rasio Kedaraan Faktor-faktor penyesuaian
Puncak Pendekat Berbelok Belok Kanan
Rbka Fbka
Utara 0,068 1,018
Selatan 0,050 1,013
Pagi
Timur 0,175 1,046
Barat 0,521 1,135
Utara 0,051 1,013
Selatan 0,082 1,021
Siang
Timur 0,345 1,090
Barat 0,493 1,128
Utara 0,046 1,012
Selatan 0,089 1,023
Sore
Timur 0,283 1,074
Barat 0,391 1,102
Sumber : Hasil Pengolahan Data
40
Pada Tabel 10 dapat dilihat nilai faktor koreksi belok kanan terbesar terjadi

pada jam puncak pagi lengan barat pagi hari sebesar 1,135, sedangkan faktor

koreksi belok kanan terkecil terjadi pada jam puncak sore lengan utara sebesar

1,012.

d. Faktor Koreksi Belok Kiri (FBki )

Pada simpang bersinyal Baddoka ini masing – masing lengan utara, selatan,

timur, dan barat dapat berbelok kiri langsung, maka nilai koreksi belok kiri pada

jam puncak pagi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Pada jam puncak pagi lengan Utara :

SM+KR+KB
FBki = 1,0 + × 0,16
Q

30,8
= 1,0 + × 0,16
687,6

= 1,007

Tabel 11 Faktor Penyesuaian Belok kiri

Jam Rasio Kedaraan Faktor-faktor penyesuaian


Puncak Pendekat Berbelok Belok Kiri
Rbki Fbki
Utara 0,045 1,007
Selatan 0,074 1,012
Pagi
Timur 0,387 1,062
Barat 0,316 1,051
Utara 0,097 1,016
Selatan 0,268 1,043
Siang
Timur 0,389 1,062
Barat 0,254 1,041
Utara 0,149 1,024
Selatan 0,147 1,024
Sore
Timur 0,496 1,079
Barat 0,200 1,032
Sumber : Hasil Pengolahan Data
41
Dari Tabel 11 diketahui bahwa nilai koreksi belok kiri terbesar terjadi pada

jam puncak sore lengan timur sebesar 1,079 dan nilai koreksi belok kiri terkecil

terjadi pada jam puncak pagi lengan utara sebesar 1,007.

5. Arus Jenuh (S)

Arus Jenuh pada jam puncak pagi lengan selatan

𝑆 = 2400 × 0,98 × 1 × 1 × 1 × 1,012 × 1,013

= 2410,9 skr/jam

Tabel 12 Nilai Arus Jenuh (S)


Arus
Jenuh Faktor-faktor penyesuaian Arus
Jam
Pendekat Dasar Jenuh
Puncak
skr/jam (S)
FHS FUK FG FP Fbki Fbka ekr/jam
2400
Utara 1 1 1
0,98 1,007 1,018 2410,8
2400
Selatan 1 1 1
0,98 1,012 1,013 2410,9
Pagi
1 1 1
Timur 1320 0,98 1,062 1,046 1436,3

1 1 1
Barat 1320 0,98 1,051 1,135 1543,1
2400
Utara 1 1 1
0,98 1,016 1,013 2420,0
2400
Selatan 1 1 1
0,98 1,043 1,021 2505,1
Siang
1 1 1
Timur 1320 0,98 1,062 1,090 1497,3
1 1 1
Barat 1320 0,98 1,041 1,128 1518,8
2400
Utara 1 1 1
0,98 1,024 1,012 2436,9
2400
Selatan 1 1 1
0,98 1,024 1,023 2463,3
Sore
1 1 1
Timur 1320 0,98 1,079 1,074 1499,1

1 1 1
Barat 1320 0,98 1,032 1,102 1470,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
42
3000,0
Nilai Arus Jenuh (Skr/jam)
2500,0
2000,0
1500,0
1000,0
500,0
0,0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 2410,8 2410,9 1436,3 1543,1
Siang 2420,0 2505,1 1497,3 1518,8
Sore 2436,9 2463,3 1499,1 1470,6

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 14 Nilai Arus Jenuh (S) skr/jam

Pada Tabel 12 dan Gambar 14 dapat di lihat nilai arus jenuh terbesar yang

terjadi pada jam puncak siang hari pada pendekat selatan sebesar 2505,1 skr/jam

dan nilai arus jenuh terkecil yang terjadi pada pendekat timur sebesar 1436,3

skr/jam.

a. Rasio Arus

Rasio arus pada jam puncak pagi lengan selatan adalah sebagai berikut:

R Q/S = 2410,8/687,6

= 0,285 skr/jam.

Tabel 13 Rasio Arus


Rasio
Volume Lalu
Jam Puncak Pendekat Arus Jenuh (S) Arus
Lintas (Q)
(Q/S)
Utara 2410,8 687,6 0,285
Selatan 2410,9 633,5 0,263
Pagi
Timur 1436,3 182 0,127
Barat 1543,1 111,5 0,072
Siang Utara 2420,0 439 0,181

43
Selatan 2505,1 545,3 0,218
Timur 1497,3 102 0,068
Barat 1518,8 95,7 0,063
Utara 2436,9 1042,8 0,428
Selatan 2463,3 1287,3 0,523
Sore
Timur 1499,1 95,7 0,064
Barat 1470,6 135,6 0,092
Sumber : Hasil Pengolahan Data

0,600

0,500
Rasio Arus (RQ/S)

0,400

0,300

0,200

0,100

0,000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,285 0,263 0,127 0,072
Siang 0,181 0,218 0,068 0,063
Sore 0,428 0,523 0,064 0,092

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 15 Nilai Rasio Arus Jenuh

Pada Tabel 13 dan Gambar 15 dapat dilihat nilai rasio arus jenuh terbesar

pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 0,523 skr/jam dan yang terkecil terjadi

pada jam puncak siang lengan barat sebesar 0,063 skr/jam.

b. Arus Jenuh Kritis (R Q/Skritis )

Karena nilai rasio arus jenuh menggunakan data arus lalu lintas tertinggi

pada jam pucak dan setiap lengan, maka arus jenuh kritis sama dengan nilai

rasio arus jenuh.

44
Tabel 14 Rasio Arus Kritis

Rasio Arus Kritis


Jam Puncak Pendekat Rasio Arus (RQ/S)
(R/Qskritis)
Utara 0,285 0,285
Selatan 0,263 0,263
Pagi
Timur 0,127 0,127
Barat 0,072 0,072
Utara 0,181 0,181
Selatan 0,218 0,218
Siang
Timur 0,068 0,068
Barat 0,063 0,063
Utara 0,428 0,428
Selatan 0,523 0,523
Sore
Timur 0,064 0,064
Barat 0,092 0,092
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada Tabel 14 Dapat dilihat nilai rasio arus jenuh kritis terbesar pada jam

puncak sore lengan selatan sebesar 0,523 skr/jam dan nilai rasio arus jenuh kritis

terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 0,063 skr/jam.

c. Rasio Arus Simpang

Rasio arus simpang pada jam puncak pagi :

R AS = 0,285 + 0,263 + 0,127 + 0,072

= 0,747 skr/jam.

Tabel 15 Rasio Arus Simpang


Rasio Arus Kritis Rasio Arus Simpang
Jam Puncak Pendekat
(R/Qskritis) (RAS)
Utara 0,285
Selatan 0,263
Pagi 0,747
Timur 0,127
Barat 0,072
Utara 0,181
Selatan 0,218
Siang 0,530
Timur 0,068
Barat 0,063
Utara 0,428
Selatan 0,523
Sore 1,107
Timur 0,064
Barat 0,092
Sumber : Hasil Pengolahan Data
45
1,200 Sore; 1,107

1,000
Rasio Arus Simpang

0,800 Pagi; 0,747

0,600 Siang; 0,530

0,400

0,200

0,000
Jam Puncak

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 16 Rasio Arus Simpang

d. Rasio Fase (R F )

Rasio fase pada jam puncak lengan Utara :

R F = 0,285 / 0,747

= 0,382 skr/jam.

Tabel 16 Rasio Fase (𝑅𝐹 )

Rasio Arus Kritis Rasio Arus Rasio Fase


Jam Puncak Pendekat
(R/Qskritis) Simpang (RAS) (RF)
Utara 0,285 0,382
Selatan 0,263 0,352
Pagi 0,747
Timur 0,127 0,170
Barat 0,072 0,097
Utara 0,181 0,342
Selatan 0,218 0,411
Siang 0,530
Timur 0,068 0,128
Barat 0,063 0,119
Utara 0,428 0,387
Selatan 0,523 0,472
Sore 1,107
Timur 0,064 0,058
Barat 0,092 0,083
Sumber : Hasil Pengolahan Data
46
0,500
0,450
0,400
Rasio Fase (RF)

0,350
0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,382 0,352 0,170 0,097
Siang 0,342 0,411 0,128 0,119
Sore 0,387 0,472 0,058 0,083

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 17 Rasio Fase (𝑅𝐹 )

Pada Tabel 16 dan Gambar 17 dapat dilihat nilai fase rasio terbesar pada

jam puncak sore lengan selatan sebesar 0,472 skr/jam dan nilai fase rasio yang

terkecil pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 0,097 skr/jam.

6. Waktu Hilang

Dari hasil pengamatan di simpang bersinyal Baddoka pada setiap lengan

terjadi waktu hilang sebesar 9 detik sehingga total waktu hilang dapat di tentukan

dengan persamaan sebagai berikut :

∑ HH = 9 + 9 = 18 detik.

7. Waktu siklus dan Waktu Hijau

Untuk pengendalian waktu tetap, waktu siklus telah ditentukan pada waktu

sinyal pada setiap lengan yang ada yaitu 111 detik.

c = 82+2+27

= 111 detik.

47
Tabel 17 Waktu Siklus

Rasio Arus Simpang Total Waktu Hilang Waktu Siklus


Jam Puncak
(RAS) (HH) (c)

Pagi 0,747 9 111

Siang 0,530 9 111

Sore 1,107 9 111


Sumber : Hasil Pengolahan Data

Waktu hijau pada jam puncak pagi lengan Utara

H = (111 – 9) × 0,382

= 39 det.

Tabel 18 Waktu Hijau (H)


Waktu Waktu Rasio Waktu
Jam Puncak Pendekat
Hilang (HH) Siklus Fase (RF) Hijau (det)
Utara 0,382 39
Selatan 0,352 36
Pagi 9 111
Timur 0,170 17
Barat 0,097 10
Utara 0,342 35
Selatan 0,411 42
Siang 9 111
Timur 0,128 13
Barat 0,119 12
Utara 0,387 39
Selatan 0,472 48
Sore 9 111
Timur 0,058 6
Barat 0,083 8
Sumber : Hasil Pengolahan Data

8. Kapasitas (C)

Kapasitas pada jam puncak lengan barat :

C = 2410,8 × (39/111)

= 845,9 skr/jam.

48
Tabel 19 Kapasitas (C)
Arus waktu Waktu
Jam Puncak Pendekat kapasitas (C )
Jenuh (S) hijau (H) Siklus ( c )
Utara 2410,8 39 845,9
Selatan 2410,9 36 779,3
Pagi 111
Timur 1436,3 17 223,9
Barat 1543,1 10 137,2
Utara 2420,0 35 760,8
Selatan 2505,1 42 945,1
Siang 111
Timur 1497,3 13 176,8
Barat 1518,8 12 165,9
Utara 2436,9 39 866,0
Selatan 2463,3 48 1069,0
Sore 111
Timur 1499,1 6 79,5
Barat 1470,6 8 112,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

1200,0

1000,0
Kapasitas ( Skr/Jam )

800,0

600,0

400,0

200,0

0,0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 845,9 779,3 223,9 137,2
Siang 760,8 945,1 176,8 165,9
Sore 866,0 1069,0 79,5 112,6

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 18 Kapasitas (C)

Pada Tabel 19 dan Gambar 18 dapat dilihat nilai kapasitas terbesar pada jam

puncak sore lengan selatan sebesar 1069,0 skr/jam dan nilai kapasitas yang terkecil

pada jam puncak sore lengan timur sebesar 79,5 skr/jam.


49
9. Derajat Kejenuhan (DJ )

Derajat kejenuhan pada jam puncak pagi lengan utara :

DJ = 687,6/845,9

= 0,8129

Tabel 20 Derajat Kejenuhan (𝐷𝐽 )

Volume Lalu Derajat


Jam Puncak Pendekat Kapasitas (C )
Lintas (Q) Kejenuhan (DJ)

Utara 687,6 845,9 0,8129


Selatan 633,5 779,3 0,8129
Pagi
Timur 182 223,9 0,8129
Barat 111,5 137,2 0,8129
Utara 439 760,8 0,5770
Selatan 545,3 945,1 0,5770
Siang
Timur 102 176,8 0,5770
Barat 95,7 165,9 0,5770
Utara 1042,8 866,0 1,2042
Selatan 1287,3 1069,0 1,2042
Sore
Timur 95,7 79,5 1,2042
Barat 135,6 112,6 1,2042
Sumber : Hasil Pengolahan Data

1,4000
1,2000
Derajat Kejenuhan (DJ)

1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
0,0000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,8129 0,8129 0,8129 0,8129
Siang 0,5770 0,5770 0,5770 0,5770
Sore 1,2042 1,2042 1,2042 1,2042

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 19 Derajat Kejenuhan


50
Dari Tabel 20 dan Gambar 19 dapat dilihat nilai derajat kejenuhan tertinggi

terjadi pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 1,204 dan derajat kejenuhan

terkecil yang terjadi pada jam puncak siang pada lengan selatan sebesar 0,577.

10. Panjang Antrian (PA)

a. Jumlah Skr yang tersisa dari Fase Hijau sebelumnya (NQ1 )

Nilai NQ1 pada lengan timur jam puncak pagi :

8 × (0,813 − 0,5)
NQ1 = 0,25 × 111 × [(0,813 − 1) + √(0,813 − 1)2 + ]
111

= 1,47

Tabel 21 Jumlah Skr yang Tersisa dari Fase Hijau Sebelumnya (𝑁𝑄1 )

Jam Waktu Derajat


Pendekat NQ1 NQ1 Pembulatan
Puncak Siklus ( c ) Kejenuhan (DJ)

Utara 0,813 1,47 1


Selatan 0,813 1,47 1
Pagi 111
Timur 0,813 1,47 1
Barat 0,813 1,47 1
Utara 0,577 0,18 1
Selatan 0,577 0,18 1
Pagi 111
Timur 0,577 0,18 1
Barat 0,577 0,18 1
Utara 1,204 14,10 14
Selatan 1,204 14,10 14
Pagi 111
Timur 1,204 14,10 14
Barat 1,204 14,10 14
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 21 diketahui bahwa jumlah skr yang tersisa dari fase hijau

sebelumnya (NQ1 ) adalah 1 dan 14 skr/jam hijau pada jam puncak setiap lengan.

b. Jumlah Antrian Skr yang datang selama Fase merah (NQ2 )

Karena DJ>0,5, maka nilai NQ2 untuk pendekat Utara jam puncak
pagi :

51
1 − 0,382 687,6
NQ2 = 111 × ×
1 − 0,382 × 0,813 3600

= 19,0 (dibulatkan menjadi 19) skr/jam hijau.

Tabel 22 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah (NQ2 )

Arus
Waktu Derajat
Jam Rasio Lalu NQ2
Pendekat Siklus Kejenuhan NQ2
Puncak Hijau Lintas Dibulatkan
(c) (DJ)
(Q)
Utara 0,382 0,813 687,6 19,0 19
Selatan 0,352 0,813 633,5 17,7 18
Pagi 111
Timur 0,170 0,813 182 5,4 5
Barat 0,097 0,813 111,5 3,4 3
Utara 0,342 0,577 439 11,1 11
Selatan 0,411 0,577 545,3 13,0 13
Siang 111
Timur 0,128 0,577 102 3,0 3
Barat 0,119 0,577 95,7 2,8 3
Utara 0,387 1,204 1042,8 36,9 37
Selatan 0,472 1,204 1287,3 48,6 49
Sore 111
Timur 0,058 1,204 95,7 3,0 3
Barat 0,083 1,204 135,6 4,3 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data

60
Jumlah Antrian Smp yang Datang

50
Selama Fase Merah NQ2

40
30
20
10
0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 19 18 5 3
Siang 11 13 3 3
Sore 37 49 3 4

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 20 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah 𝑁𝑄2

Dari Tabel 22 dan Gambar 20 dapat diketahui jumlah antrian skr yang

datang selama fase merah (NQ2 ) terbesar adalah pada jam puncak sore lengan

52
selatan sebesar 49 skr/jam hijau dan jumlah antrian skr yang datang selama fase

merah terkecil terjadi pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 3 skr/jam hijau.

c. Jumlah Kendaraan Antri

Untuk pendekat Selatan pada jam puncak sore :

NQ = 14 + 49

= 63 skr/jam hijau.

Tabel 23 Jumlah Kendaraan Antri

Jam Puncak Pendekat NQ1 NQ2 NQ

Utara 1 19 20
Selatan 1 18 19
Pagi
Timur 1 5 7
Barat 1 3 5
Utara 1 11 12
Selatan 1 13 14
Siang
Timur 1 3 4
Barat 1 3 4
Utara 14 37 51
Selatan 14 49 63
Sore
Timur 14 3 17
Barat 14 4 18
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Jumlah Kendaraan Antri

70
60
50
40
30
20
10
0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 20 19 7 5
Siang 12 14 4 4
Sore 51 63 17 18

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 21 Jumlah Kendaraan Antri


53
Dari Tabel 23 dan Gambar 21 dapat dilihat jumlah kendaraan antri terbesar

pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 63 skr/jam hijau dan jumlah kendaraan

antri terkecil terjadi pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 4 skr/jam hijau.

d. Jumlah Kendaraan Antri Maksimal (NQ max )

Untuk menyesuaikan NQ dalam hal peluang yang diinginkan untuk

terjadinya pembebanan lebih POL (%) (lihat gambar), dan masukkan nilai

NQ max . Untuk perencanaan disarankan POL ≤5%, untuk operasi suatu nilai

POL = 5 – 10% dapat diterima.

Tabel 24 Jumlah Antrian Maksimum

Jam Puncak Pendekat NQ NQmax

Utara 20 23
Selatan 19 21
Pagi
Timur 7 8
Barat 5 5
Utara 12 13
Selatan 14 15
Siang
Timur 4 4
Barat 4 4
Utara 51 56
Selatan 63 69
Sore
Timur 17 19
Barat 18 20
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari Tabel 24 dapat dilihat jumlah antrian maksimum terbesar terjadi pada

jam puncak sore lengan selatan sebesar 69 skr/jam dan jumlah antrian maksimum

terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 4 skr/jam hijau.

e. Panjang Antrian (PA)

Untuk lengan selatam pada jam puncak sore :


54
PA = (55 × 20)/4

= 272,61 m.

Tabel 25 Panjang Antrian (PA)

Luas Rata- Panjang


Jam Puncak Pendekat NQmax Lmasuk
rata/smp Antrian (m)
Utara 23 4 112,58
Selatan 21 4 105,59
Pagi
Timur 8 2,2 68,70
Barat 5 2,2 48,36
Utara 13 4 66,52
Selatan 15 4 76,93
Siang 20
Timur 4 2,2 39,60
Barat 4 2,2 37,91
Utara 56 4 280,54
Selatan 69 4 344,68
Sore
Timur 19 2,2 170,92
Barat 20 2,2 183,64
Sumber : Hasil Pengolahan Data

400,00
350,00
Panjang Antrian (m)

300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 112,58 105,59 68,70 48,36
Siang 66,52 76,93 39,60 37,91
Sore 280,54 344,68 170,92 183,64

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 22 Panjang Antrian

Dari Tabel 25 dan Gambar 22 dapat dilihat panjang antrian terbesar terjadi

pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 344,68 m, dan panjang antrian terkecil

terjadi pada jam puncak Siang lengan barat sebesar 37,91 m.


55
11. Kendaraan Henti

a. Rasio Kendaraan Henti

Pada lengan Timur jam puncak sore :

17
R KH = 0,9 × × 3600
95,7 × 111

= 5,21 stop/skr.

Tabel 26 Rasio Kendaraan Henti


Rasio
Volume Lalu Waktu Kendaraan
Jam Puncak Pendekat NQ
Lintas (Q) Siklus (c ) Henti
Stop/Skr
Utara 20 687,6 0,87
Selatan 19 633,5 0,88
Pagi 111
Timur 7 182 1,10
Barat 5 111,5 1,27
Utara 12 439 0,80
Selatan 14 545,3 0,75
Siang 111
Timur 4 102 1,13
Barat 4 95,7 1,16
Utara 51 1042,8 1,43
Selatan 63 1287,3 1,42
Sore 111
Timur 17 95,7 5,21
Barat 18 135,6 3,95
Sumber : Hasil Pengolahan Data

6,00
Rasio Kendaraan Henti

5,00
4,00
Stop/Skr

3,00
2,00
1,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,87 0,88 1,10 1,27
Siang 0,80 0,75 1,13 1,16
Sore 1,43 1,42 5,21 3,95

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 23 Rasio Kendaraan Henti


56
Dari Tabel 26 dan Gambar 23 dapat dilihat rasio kendaraan henti terbesar

terjadi pada jam puncak sore lengan timur sebesar 5,21 stop/skr dan rasio kendaraan

henti terkecil terjadi pada jam puncak ssiang lengan selatan sebesar 0,75 stop/skr.

b. Jumlah Kendaraan Henti

Jumlah kendaraan henti pada pendekat selatan jam puncak sore :

NH = 1287,3 × 1,42

= 1829,28 skr.

Tabel 27 Jumlah Kendaraan Henti

Rasio Jumlah
Volume Lalu
Jam Puncak Pendekat Kendaraan Kendaraan
Lintas (Q)
Henti Stop/Skr Henti
Utara 687,6 0,87 597,49
Selatan 633,5 0,88 560,36
Pagi
Timur 182 1,10 200,54
Barat 111,5 1,27 141,15
Utara 439 0,80 353,04
Selatan 545,3 0,75 408,28
Siang
Timur 102 1,13 115,60
Barat 95,7 1,16 110,67
Utara 1042,8 1,43 1488,88
Selatan 1287,3 1,42 1829,28
Sore
Timur 95,7 5,21 498,89
Barat 135,6 3,95 536,02
Sumber : Hasil Pengolahan Data

2000,00
Kendaraan Henti

1500,00
1000,00
500,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 597,49 560,36 200,54 141,15
Siang 353,04 408,28 115,60 110,67
Sore 1488,88 1829,28 498,89 536,02

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 24 Jumlah Kendaraan Henti


57
Dari Tabel 27 dan Gambar 24 dapat dilihat jumlah kendaraan henti terbesar

terjadi pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 1829,28 skr. Dan jumlah

kendaraan henti terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 110,67

skr.

c. Angka Henti Seluruh Simpang (NHTotal )

Pada jam puncak sore nilai angka henti seluruh simpang :

1042,8 + 1287,3 + 95,7 + 135,6


NHTotal =
1488,88 + 1829,28 + 498,89 + 536,02

= 1,70 skr.

Tabel 28 Angka Henti Seluruh Simpang (NHTotal )

Jumlah
Volume Lalu Kendaraan
Jam Puncak Pendekat Kendaraan
Lintas (Q) Henti Total
Terhenti

Utara

Selatan
Pagi 1614,6 1499,54 0,93
Timur

Barat

Utara

Selatan
Siang 1182 987,59 0,84
Timur

Barat

Utara

Selatan
Sore 2561,4 4353,07 1,70
Timur

Barat
Sumber : Hasil Pengolahan Data

58
Angka Henti Seluru Simpang 1,80 1,70

1,60

1,40

1,20

1,00 0,93
0,84
0,80

0,60

0,40

0,20

0,00
Jam Puncak
Pagi 0,93
Siang 0,84
Sore 1,70

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 25 Angka Henti Seluruh Simpang

Dari Tabel 28 dan Gambar 25 dapat dilihat nilai henti seluruh simpang pada

jam puncak pagi sebesar 0,93 skr. Dengan jumlah kendaraan terhenti sebesar

1499,54 skr/jam, pada jam puncak siang sebesar 0,84 skr. Dengan jumlah

kendaraan terhenti sebesar 987,59 skr/jam, dan pada jam puncak sore sebesar 1,70

skr. Dengan jumlah kendaraan terhenti sebesar 4353,07 skr/jam.

12. Tundaan

a. Tundaan Lalu Lintas Rata – rata (TL )

Tundaan lalu lintas rata – rata pada pendekat selatan jam puncak sore:

0,5 × (1 − 0,472)2 1 4 × 3600


TL = 1069,0 × +
(1 − 0,472 × 1,204) 111

= 802,56 det/skr.

59
Tabel 29 Tundaan Lalu Lintas Rata – rata (𝑇𝐿 )
Tundaan
Rasio Waktu
Jam Kapasitas Derajat Lalu
Pendekat Hijau Siklus NQ1
Puncak (C ) Kejenuhan Lintas
(RH) (c )
(DJ) (TL)
Utara 845,9 0,382 0,813 1 281,88
Selatan 779,3 0,352 0,813 1 276,83
Pagi 111
Timur 223,9 0,170 0,813 1 137,06
Barat 137,2 0,097 0,813 1 108,25
Utara 760,8 0,342 0,577 1 237,57
Selatan 945,1 0,411 0,577 1 247,59
Siang 111
Timur 176,8 0,128 0,577 1 104,94
Barat 165,9 0,119 0,577 1 101,56
Utara 866,0 0,387 1,204 14 762,20
Selatan 1069,0 0,472 1,204 14 802,56
Sore 111
Timur 79,5 0,058 1,204 14 495,33
Barat 112,6 0,083 1,204 14 510,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tundaan Lalu Lintas det/skr

900,00
800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 281,88 276,83 137,06 108,25
Siang 237,57 247,59 104,94 101,56
Sore 762,20 802,56 495,33 510,00

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 26 Tundaan Lalu Lintas

Pada Tabel 29 dan Gambar 26 dapat dilihat nilai tundaan lalu lintas terbesar

terjadi pada jam punck sore lengan selatan sebesar 802,56 det/skr. Dan tundaan lalu

lintas terkecil yang terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 101,56

det/skr.

b. Tundaan Geometrik Rata – rata (TG )


60
Tundaan geometrik rata – rata pada lengan selatan jam puncak sore :

(0 + 1,023)
TG = (1 − 1,12) × × 6 + (1,12 × 4)
1287,3

= 4,49 det/skr.

Tabel 30 Tundaan Geometrik Rata – rata 𝑇𝐺

Rasio Volume Rasio


Rasio
Jam Kendaraan Lalu kendaraan Tundaan
Pendekat Kendaraan
Puncak Henti Lintas belok Geometrik
Belok Kiri
Stop/Skr (Q) kanan
Utara 0,87 687,6 1,007 1,018 3,48
Selatan 0,88 633,5 1,012 1,013 3,54
Pagi
Timur 1,10 182 1,062 1,046 4,40
Barat 1,27 111,5 1,051 1,135 5,03
Utara 0,80 439 1,016 1,013 3,22
Selatan 0,75 545,3 1,043 1,021 3,00
Siang
Timur 1,13 102 1,062 1,090 4,52
Barat 1,16 95,7 1,041 1,128 4,60
Utara 1,43 1042,8 1,024 1,012 5,71
Selatan 1,42 1287,3 1,024 1,023 5,68
Sore
Timur 5,21 95,7 1,079 1,074 20,28
Barat 3,95 135,6 1,032 1,102 15,53
Sumber : Hasil Pengolahan Data

25,00
Tundaan Geometrik

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 3,48 3,54 4,40 5,03
Siang 3,22 3,00 4,52 4,60
Sore 5,71 5,68 20,28 15,53

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 27 Tundaan Geometrik


61
Dari Tabel 30 dan Gambar 27 dapat dilihat nilai tundaan geometrik terbesar

terjadi pada jam puncak sore lengan timur sebesar 20,28 det/skr dan tundaan

geometrik terkecil yang terjadi pada jam puncak siang lengan selatan sebesar 3,00

det/skr.

c. Tundaan Rata – rata

Tundaan rata – rata untuk lengan selatan jam puncak sore :

Ti = 337,5 + 4,49

= 382,07 det/skr.

Tabel 31 Tundaan Rata – rata

Tundaan Lalu Tundaan Tundaan


Jam Puncak Pendekat
Lintas (TL) Geometrik (TG) rata-rata (T)

Utara
281,88 3,48 285,36
Selatan
276,83 3,54 280,37
Pagi
Timur
137,06 4,40 141,46
Barat
108,25 5,03 113,29
Utara
237,57 3,22 240,79
Selatan
247,59 3,00 250,59
Siang
Timur
104,94 4,52 109,46
Barat
101,56 4,60 106,17
Utara
762,20 5,71 767,91
Selatan
802,56 5,68 808,24
Sore
Timur
495,33 20,28 515,61
Barat
510,00 15,53 525,53
Sumber : Hasil Pengolahan Data

62
900,00
Tundaan Rata-rata 800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 285,36 280,37 141,46 113,29
Siang 240,79 250,59 109,46 106,17
Sore 767,91 808,24 515,61 525,53

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Gambar 28 Tundaan Rata – rata

Dari Tabel 31 dan Gambar 28 dapat dilihat tundaan total terbesar terjadi

pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 808,24 det/skr. Dan tundaan total

terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 106,17 det/skr.

C. Pembahasan

Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah maka pembahasan

dalam peneliti ini adalah kinerja simpang bersinyal Baddoka yang meliputi :

1. Panjang antrian yang terjadi pada simpang bersinyal Baddoka

Jam Puncak Pagi

Jl. Poros Maros – Makassar = 112,58 m.

Jl. Poros Makassar – Maros = 105,59 m.

Jl. Dg Ramang = 68,70 m.

Jl. Baddoka = 48,36 m.

Jam Puncak Siang

63
Jl. Poros Maros – Makassar = 66,52 m.

Jl. Poros Makassar – Maros = 76,93 m.

Jl. Dg Ramang = 39,60 m.

Jl. Baddoka = 37,91 m.

Jam Puncak Sore

Jl. Poros Maros – Makassar = 280,54 m.

Jl. Poros Makassar – Maros = 344,68 m.

Jl. Dg Ramang = 170,92 m.

Jl. Baddoka = 183,64 m.

2. Tundaan

Tundaan rata – rata yang terjadi pada simpang bersinyal Baddoka

Jam Puncak Pagi

Jl. Poros Maros – Makassar = 285,36 det/skr.

Jl. Poros Makassar – Maros = 280,37 det/skr.

Jl. Dg Ramang = 141,46 det/skr.

Jl. Baddoka = 113,29 det/skr.

Jam Puncak Siang

Jl. Poros Maros – Makassar = 240,79 det/skr.

Jl. Poros Makassar – Maros = 250,59 det/skr.

Jl. Dg Ramang = 109,46 det/skr.

Jl. Baddoka = 106,17 det/skr.

Jam Puncak Sore

Jl. Poros Maros – Makassar = 767,91 det/skr.

64
Jl. Poros Makassar – Maros = 808,24 det/skr.

Jl. Dg Ramang = 515,61 det/skr.

Jl. Baddoka = 525,53 det/skr.

3. Arus Jenuh

Volume lalu lintas yang dapat ditampung oleh simpang saat jam sibuk

sehingga nilai terbesar yang terjadi pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu

sebesar 2410,9 skr/jam, pada jam puncak siang lengan selatan yaitu sebesar

2505,1 skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan sebesar 2463,3 skr/jam.

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil studi analisis panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal

baddoka yang dilakukan selama 4 hari, maka hasil kesimpulan yang didapat yaitu

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisa data mengenai panjang antrian kendaraan, pada jam

puncak pagi lengan utara nilai panjang antrian terbesar yaitu sebesar 112,58 m,

pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu

sebesar 76,93 m, dan pada jam puncak sore lengan selatan nilai panjang antrian

terbesar yaitu 344,68 m.

2. Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai tundaan rata – rata yang

terjadi pada simpang bersinyal baddoka, maka nilai tundaan rata – rata terbesar

yang terjadi pada jam puncak pagi lengan utara sebesar 285,36 det/skr, pada

jam puncak siang lengan selatan sebasar 250,59 det/skr, dan pada jam puncak

sore lengan selatan nilai tundaan rata – rata terbesar yaitu sebesar 808,24

det/skr.

3. Nilai Arus jenuh pada simpang bersinyal baddoka sangat mempengaruhi kinerja

simpang, pada jam puncak pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu sebesar

2410,9 skr/jam, pada jam puncak siang lengan selatan yaitu sebesar 2505,1

skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan sebesar 2463,3 skr/jam.
B. Saran

1. Perlu adanya tindakan tegas dari kepolisian setempat yang bertugas di

persimpangan tersebut kepada pengguna jalan yang melanggar serta

meminimkan kemacetan lalu lintas yang terjadi dilapangan.

2. Perlunya rambu larangan untuk menaikan atau menurunkan penumpang

sebelum mulut simpang, pada jam puncak pagi lengan utara nilai panjang

antrian terbesar yaitu 112,58 m, maka perlu dipasang rambu larangan

stop/parkir 120 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan

utara semakin kecil, pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian

terbesar yaitu 76,93 m, maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 100 m

dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan semakin kecil,

pada jam puncak sore lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu sebesar

344,68 m, maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 350 m dari mulut

simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan semakin kecil.

67
DAFTAR PUSTAKA

Bawangun, V., Sendow, T. K., & Elisabeth, L. (2015). Analisis Kinerja Simpang
Tak Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R. Supratman Dan Jalan B.W.
Lapian Di Kota Manado. JURNAL SIPIL STATIK, 3(6), Article 6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/8867

Bien, A., & Primasworo, R. A. (2019). Analisa Panjang Antrian Kendaraan Dengan
Tundaan Pada Persimpangan Bersignal Di Kota Batu (Studi Kasus: Jalan
Imam Bonjol Bawah, Jalan Diponegoro, Jalan Wukir Dengan Jalan
Patimura). EUREKA : Jurnal Penelitian Teknik Sipil Dan Teknik Kimia,
3(1), 109–119.

Bina Marga, D. J. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ). Departemen


Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.

Bina Marga, D. J. (2014). Panduan Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI). Departemen


Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.

Diana, E., Suryaningtyas, W., & Suprapti, E. (2016). Pengaturan Lampu Lalu
Lintas di Persimpangan Jalan Ahmad Yani Giant dengan Aplikasi
Pewarnaan Teori Graf. MUST: Journal of Mathematics Education, Science
and Technology, 1, 69. https://doi.org/10.30651/must.v1i1.99

Dzulqarnain, R. B. S., Nadjam, A., & Prasetyo, G. D. (2021). Analisis Simpang


Bersinyal Kapten Tendean, Jakarta Selatan. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Sipil, 0, 108–115.

Hasanuddin, H. A., Halim, H., Hanafie, I. M., & Trisnawathy. (2021). Analisis
Kapasitas dan Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Abdullah Dg.
Sirua. Journal of Applied Civil and Environmental Engineering, 1(1), 72–
77. https://doi.org/10.31963/jacee.v1i1.2700

Kristanti, R., Rachman, R., & Radjawane, L. E. (2020). Analisis Dampak Hambatan
Samping Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Kota Makassar. Paulus Civil
Engineering Journal, 2(2), 85–91. https://doi.org/10.52722/pcej.v2i2.133

P, R. W. A., Herlina, N., & Hidayat, A. K. (2019). Analisis Kinerja Simpang


Bersinyal (Studi Kasus Simpang Mitra Batik Kota Tasikmalaya).
Akselerasi, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.37058/aks.v1i1.829
Sarwanta, S. (2016). Analisis Kinerja Persimpangan Bersinyal Lalu Lintas
Di Persimpangan Simpang Dago Kota Bandung. Jurnal Rekayasa
Infrastruktur, 1(3), 132–138.

Ursilu, S. (2014). Analisis Kinerja Arus Lalu Lintas Pada Simpang Bersinyal
Dengan Metode Mkji 1997. RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa
Dan Teknologi, 2(2), 128–134. https://doi.org/10.37971/radial.v2i2.5i4

Anda mungkin juga menyukai