KEMERDEKAAN KM 17)”
DISUSUN OLEH :
FERI FAMARA
61 60505 18 0055
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih, dan Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Salah Satu syarat penyelesaian studi pada program Strata Satu (S1) Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar, dan
untuk memenuhi hal tersebut maka penulis mengajukan skripsi dengan judul :
KEMERDEKAAN KM 17)”
macam rintangan. Namun dengan berkat kerja keras disertai dengan doa kepada
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dari lubuk hati penulis menyampaikan
2. Prof. Dr. Agus Salim, S.H., M.H Rektor UKI Paulus Makassar.
i
3. Bapak Dr. Ir. M. Rais Rachman MT sebagai pembimbing I dan Ibu
penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis
kekurangan, karena itu, penulis senantiasa membuka diri untuk menerima saran dan
PENULIS
ii
FERI FAMARA
ANALISIS PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA PERSIMPANGAN
BADDOKA (STUDI KASUS : JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM
17)
M. Rais Rachman (1), Louise Elizabeth Radjawane(2)
ABSTRAK
Salah satu simpang bersinyal yang menjadi akses penghubung kota Makassar dan
Kabupaten Maros adalah simpang Baddoka, Dengan meningkatnya jumlah kendaraan
ataupun trasnportasi di Kota Makassar tentu akan mengakibatkan antrian kendaraan yang
cukup panjang di persimpangan Baddoka kota Makassar. Berapa panjang antrian
kendaraan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17. Tujuan dari
penelitian ini Untuk mengetahui panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal
Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17.Perhitungan dan analisis menggunakan metode
cara perhitungan pada Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) 2014.Berdasarkan hasil
analisa data mengenai panjang antrian kendaraan, pada jam puncak pagi lengan utara nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 112,58 m, pada jam puncak siang lengan selatan nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 76,93 m, dan pada jam puncak sore lengan selatan
nilai panjang antrian terbesar yaitu 344,68 m. Berdasarkan hasil analisa data penelitian
mengenai tundaan rata – rata yang terjadi pada simpang bersinyal baddoka, maka nilai
tundaan rata – rata terbesar yang terjadi pada jam puncak pagi lengan utara sebesar 285,36
det/skr, pada jam puncak siang lengan selatan sebasar 250,59 det/skr, dan pada jam puncak
sore lengan selatan nilai tundaan rata – rata terbesar yaitu sebesar 808,24 det/skr. Nilai Arus
jenuh pada simpang bersinyal baddoka sangat mempengaruhi kinerja simpang, pada jam
puncak pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu sebesar 2410,9 skr/jam, pada jam puncak
siang lengan selatan yaitu sebesar 2505,1 skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan
sebesar 2463,3 skr/jam. Perlu adanya tindakan tegas dari kepolisian setempat yang bertugas
di persimpangan tersebut kepada pengguna jalan yang melanggar serta meminimkan
kemacetan lalu lintas yang terjadi dilapangan. Perlunya rambu larangan untuk menaikan
atau menurunkan penumpang sebelum mulut simpang, pada jam puncak pagi lengan utara
nilai panjang antrian terbesar yaitu 112,58 m, maka perlu dipasang rambu larangan
stop/parkir 120 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan utara semakin
kecil, pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu 76,93 m,
maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 100 m dari mulut simpang agar tundaan
dan antrian pada lengan selatan semakin kecil, pada jam puncak sore lengan selatan nilai
panjang antrian terbesar yaitu sebesar 344,68 m, maka perlu dipasang rambu larangan
stop/parkir 350 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan
semakin kecil.
iii
FERI FAMARA
ANALYSIS OF VEHICLE QUEUE LENGTH AT BADDOKA junction (CASE
STUDY: KM 17 PERINTIS KEMERDEKAAN ROAD)
M. Rais Rachman (1), Louise Elizabeth Radjawane(2)
ABSTRACT
One of the signalized intersections that connects Makassar City and Maros Regency is the
Baddoka intersection. With the increasing number of vehicles or transportation in
Makassar City, it will certainly result in a long queue of vehicles at the Baddoka
intersection, Makassar City. What is the length of the vehicle queue at the signalized
intersection Baddoka - Perintis Kemerdekaan Km 17. The purpose of this study is to
determine the length of the vehicle queue at the signalized intersection Baddoka - Perintis
Kemerdekaan Km 17. The calculation and analysis uses the calculation method in the 2014
Indonesian Road Capacity Guidelines (PKJI). Based on the results of data analysis
regarding the length of the vehicle queue, at the peak hour of the morning the north arm
the largest queue length value is 112.58 m, at the afternoon peak hour the south arm the
largest queue length value is 76.93 m, and at the peak hour afternoon the south arm the
value of the largest queue length is 344.68 m. Based on the results of research data analysis
regarding the average delay that occurs at the Baddoka signalized intersection, the largest
average delay value that occurs at the peak hour of the morning on the north arm is 285.36
sec/cur, at the peak hour of the afternoon the south arm is 250.59 sec/cur, and at the peak
hour of the afternoon south arm the largest average delay value is 808.24 sec/cur. The
saturation current value at the Baddoka signalized intersection greatly affects the
performance of the intersection, at peak hours at the morning peak hour of the south arm,
which is 2410.9 skr/hour, at the peak hour of the afternoon, the south arm is 2505.1
skr/hour, and the peak hour in the afternoon. south of 2463.3 cur/hour. There needs to be
firm action from the local police on duty at the intersection to road users who violate and
minimize traffic jams that occur in the field. The need for a prohibition sign to raise or
lower passengers before the mouth of the intersection, at peak hours in the morning the
north arm the largest queue length value is 112.58 m, it is necessary to install a
stop/parking prohibition sign 120 m from the mouth of the intersection so that delays and
queues on the north arm are getting smaller , at the peak hour of the afternoon south arm
the largest queue length value is 76.93 m, it is necessary to install a stop/parking
prohibition sign 100 m from the mouth of the intersection so that the delays and queues on
the south arm are getting smaller, at peak hours the afternoon south arm the largest queue
length value which is 344.68 m, it is necessary to install a stop/parking prohibition sign
350 m from the mouth of the intersection so that the delays and queues on the south arm
are getting smaller.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................ iv
C. Pembahasan .............................................................................................. 63
B. Saran ......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Ekivalen Kendaraan Ringan .................................................................... 9
Tabel 2 Nilai Normal Waktu Antar Hijau ........................................................... 15
Tabel 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota .......................................................... 17
Tabel 4 Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, Hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotor ...................................................................................... 18
Tabel 5 Jadwal Survei Lalu Lintas Penelitian ..................................................... 29
Tabel 6 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 31
Tabel 7 Kondisi geometrik simpang ................................................................... 34
Tabel 8 Waktu Siklus ......................................................................................... 34
Tabel 9 Volume Arus Lalu Lintas dalam waktu 4 hari (Skr/jam) ........................ 35
Tabel 10 Faktor Penyesuaian Belok Kanan ........................................................ 40
Tabel 11 Faktor Penyesuaian Belok kiri ............................................................. 41
Tabel 12 Nilai Arus Jenuh (S) ............................................................................ 42
Tabel 13 Rasio Arus........................................................................................... 43
Tabel 14 Rasio Arus Kritis ................................................................................. 45
Tabel 15 Rasio Arus Simpang ............................................................................ 45
Tabel 16 Rasio Fase (RF)................................................................................... 46
Tabel 17 Waktu Siklus ....................................................................................... 48
Tabel 18 Waktu Hijau (H) .................................................................................. 48
Tabel 19 Kapasitas (C) ....................................................................................... 49
Tabel 20 Derajat Kejenuhan (DJ) ....................................................................... 50
Tabel 21 Jumlah Skr yang Tersisa dari Fase Hijau Sebelumnya (NQ1) .............. 51
Tabel 22 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah (NQ2) ............. 52
Tabel 23 Jumlah Kendaraan Antri ...................................................................... 53
Tabel 24 Jumlah Antrian Maksimum ................................................................. 54
Tabel 25 Panjang Antrian (PA) .......................................................................... 55
Tabel 26 Rasio Kendaraan Henti ........................................................................ 56
Tabel 27 Jumlah Kendaraan Henti ..................................................................... 57
Tabel 28 Angka Henti Seluruh Simpang (NHTotal) .......................................... 58
Tabel 29 Tundaan Lalu Lintas Rata – rata (TL).................................................. 60
vii
Tabel 30 Tundaan Geometrik Rata – rata TG...................................................... 61
Tabel 31 Tundaan Rata – rata............................................................................. 62
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Titik – Titik Konflik Pada Suatu Simpang........................................... 7
Gambar 2 Konflik – Konflik pada simpang bersinyal dengan empat lengan ...... 11
Gambar 3 Pengaturan dua phase ....................................................................... 13
Gambar 4 Pengaturan dengan early cut off ........................................................ 14
Gambar 5 Pengaturan dengan empat phase ....................................................... 14
Gambar 6 Tipe Pendekat ................................................................................... 16
Gambar 7 Faktor Penyesuaian untuk Kelandaian (FG) ...................................... 19
Gambar 8 Kerangka Berpikir ............................................................................ 26
Gambar 9 Skema Penelitian ................................................................................ 7
Gambar 10 Lokasi Penelitian ............................................................................ 29
Gambar 11 Sketsa simpang Bersinyal Baddoka ................................................. 33
Gambar 12 Fluktuasi Arus Waktu Pengamatan selama 4 hari ............................ 36
Gambar 13 Fase Pada Simpang ......................................................................... 37
Gambar 14 Nilai Arus Jenuh (S) skr/jam ........................................................... 43
Gambar 15 Nilai Rasio Arus Jenuh ................................................................... 44
Gambar 16 Rasio Arus Simpang ....................................................................... 46
Gambar 17 Rasio Fase (RF) .............................................................................. 47
Gambar 18 Kapasitas (C) .................................................................................. 49
Gambar 19 Derajat Kejenuhan .......................................................................... 50
Gambar 20 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah NQ2 ............ 52
Gambar 21 Jumlah Kendaraan Antri ................................................................. 53
Gambar 22 Panjang Antrian .............................................................................. 55
Gambar 23 Rasio Kendaraan Henti ................................................................... 56
Gambar 24 Jumlah Kendaraan Henti ................................................................. 57
Gambar 25 Angka Henti Seluruh Simpang ........................................................ 59
Gambar 26 Tundaan Lalu Lintas ....................................................................... 60
Gambar 27 Tundaan Geometrik ........................................................................ 61
Gambar 28 Tundaan Rata – rata ........................................................................ 63
ix
DAFTAR NOTASI
C : Kapasitas (skr/jam)
Dj : Derajat Kejenuhan
FP : Faktor penyesuaian adanya jarak garis henti pada mulut pendekat terhadap
kendaraan yang parkir pertama
LP : Jarak antara garis henti dan kendaraan yang parkir pertama panjang dari
jalur pendek (meter)
L : Lebar pendekat
NQ1 : Jumlah skr yang tersisa dari fase sebelumnnya (skr/jam hijau)
NQ2 : Jumlah antrian skr yang datang selama fase merah (skr/jam hijau)
x
NQmax : Jumlah kendaraan antri maksimanl (skr/jam hijau)
RH : Rasio hijau
xi
DAFTAR SINGKATAN
Bka : Belok kanan
Det : detik
DS : Derajat kejenuhan
HS : Hambatan samping
KB : Kendaraan berat
KR : Kendaraan ringan
SM : Sepeda motor
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perkembangan dan perubahan sektor ekonomi suatu daerah. Jalan raya akan
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas yang dilakukan Jalan raya
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
tanah. Suatu tempat yang potensial terjadi kecelakaan, kepadatan, dan kemacetan
ini mempunyai 4 (empat) lengan menjadi salah satu jalan pada persimpangan yang
tidak bersinyal akan luput dari sebuah permasalahan konflik pergerakan arus lalu
lintas yang meliputi volume kendaraan yang melintas, panjang antrian kendaraan,
derajat kejenuhan, efektivitas kinerja simpang dan kondisi fisik dari simpang
Makassar dan Kabupaten Maros adalah simpang Baddoka, simpang ini memiliki
Jl. DG. Ramang yang terdiri dari 2 lajur dengan lebar jalan 6,5 meter, Pendekat
Selatan merupakan Jl. Poros Makassar - Maros yang terdiri dari 4 lajur dengan lebar
jalan 15 meter. Pendekat Timur merupakan Jl. Batara Bira Baddoka yang terdiri
dari 2 lajur dan memiliki lebar jalan 7,5 meter. Dengan meningkatnya jumlah
contoh pada hari kerja, jam puncak pagi hari 07.00 WIB. Pada pendekat Perintis
Kemerdekaan arah ke kota antrian terlihat sepanjang kurang lebih (100) meter,
pendekat Baddoka arah tol dan Perintis Kemerdekaan terlihat antrian sepanjang
kurang lebih (100) meter, pendekat Perintis Kemerdekaan arah ke Maros juga
Perintis Kemerdekaan Km 17, dimana arus lalu lintas nya sangatlah padat yang
disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti kapasitas persimpangan jalan, waktu
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
Kemerdekaan Km 17.
2
2. Berapa Besar tundaan pada simpang bersinyal Baddoka - Perintis Kemerdekaan
Km 17.
3. Berapa besar arus jenuh pada jam sibuk pagi siang, dan sore simpang bersinyal
C. Tujuan penelitian
Kemerdekaan Km 17.
3. Untuk mengetahui berapa besar jumlah arus jenuh pada simpang bersinyal
D. Batasan Masalah
Adanya keterbatasan waktu yang ada pada penelitian ini. Adapun batasan
Kemerdekaan Km 17.
2. Pengamatan dilakukan pada jam puncak yaitu pagi, siang, dan sore hari.
3
6. Interval survei pengamatan adalah 15 menit.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Kemerdekaan Km 17.
Kemerdekaan Km 17.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini disajikan dalam 3 (tiga) bab
BAB I : PENDAHULUAN
berisikan tentang upaya apa saja yang akan dipakai dalam pengumpulan
Pada bab ini berisi tentang hasil data yang telah di peroleh dari penelitian,
data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data jumlah arus lalu lintas,
data geometrik simpang, data waktu hilang dan waktu siklus, dan data
panjang antrian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang berupa rangkuman dari hasil
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persimpangan
antara dua jalan atau lebih, baik sebidang maupun tidak sebidang atau titik jaringan
jalan dimana jalan – jalan bertemu dan lintasan jalan saling berpotongan (Kristanti
sepeda dan fasilitas angkutan umum lainnya agar pada saat melewati persimpangan.
bermanfaat bagi pengguna lalu lintas karena dengan adanya simpang empat, (4)
empat lengan ini bisa mengurangi dampak konflik – konflik kecelakaan terhadap
kendaraan maupun pejalan kaki, dan masalah umum kemacetan pada ruas jalan di
lintas yang menyebabkan adanya hambatan samping maupun antrian dan tundaan.
Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan
titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau tempat
titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih.
geometrik serta menggunakan peralatan sinyal pengatur lalu lintas (Diana et al.,
2016). Oleh karena itu kondisi simpang bersinyal baddoka jalan perintis
memenuhi ruas jalan pada saat jam - jam puncak baik itu pagi, siang, dan sore hari
dimana hal ini ditandai dengan banyaknya kendaraan yang tertahan beberapa kali
oleh lampu merah khusus nya pada jalan perintis kemerdekaan km 17. Dimana pada
pendekat jalan perintis kemerdekaan arah maros ini memiliki panjang antrian
kendaraan yang kurang lebih dari (200) meter. Hal ini yang mengakibatkan besar
nya antrian panjang antrian kendaraan serta tundaan pada persimpangan tersebut.
Pengaturan lampu lalu lintas pada persimpangan merupakan hal yang paling
kritis dalam pergerakan lalu lintas (Bien & Primasworo, 2019). Dan Pada simpang
dengan aurs lalu lintas yang besar sangat diperlukan pengaturan menggunakan
lampu lalu lintas. Terdapat 32 titik konflik pada suatu persimpangan dengan empat
lengan, untuk mengurangi jumlah titik konflik yang ada, dilakukan pemisahan
waktu pergerakan arus lalu lintas. Waktu pergerakan arus lalu lintas yang terpisah
ini disebut fase, pengaturan pergerakan lalu lintas dengan fase – fase ini dapat
mengurangi titik konflik yang ada sehingga diperoleh pengaturan lalu lintas yang
kecelakaan.
Indonesia. Efektifitas sinyal lalu lintas pada persimpangan merupakan hal yang
krusial. Besarnya tundaan merupakan salah satu efektifitas sinyal lalu lintas yang
simpang bersinyal yang merupakan bagian dari sistem kendali waktu tetap yang
dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metoda dan
perangkat lunak khusus dalam analisanya. Walau demikian masukan untuk sinyal
dari suatu simpang yang berdiri sendiri dapat di peroleh dengan menggunakan
manual (Sarwanta, 2016). Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu
1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas,
operkotaan (KS), seperti bus kecil dan besar, truk kecil, truk 2 sumbu > 2 sumbu
2. Kendaraan ringan (KR), seperti sedan jeep, kombi, angkot, mini bus, minibox,
pick up.
8
3. Sepeda motor (SM), seperti sepeda motor matic, skuter, sepeda motor bebek,
tetapi sebagai HS, yang termasuk KTB diantaranya sebagai berikut : sepeda, becak,
Ekr
Tipe Kendaraan
Pendekat Terlindung Pendekat Terlawan
1. Kapasitas
Menurut (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2014), kapasitas arus lalu lintas
paling sedikit satu jam dalam kondisi cuaca dan geometrik yang baku, dalam
9
2. Derajat kejenuhan
Keterangan :
Dj = Derajat kejenuhan.
C = Kapasitas (smp/jam).
Menurut (Bina Marga, 1997). Semua arus lalu litas diubah menjadi satuan
Arus jenuh (S) merupakan hasil dari perkalian antara arus jenuh dasar (So)
kondisi ideal yang dinyatakan dalam skr/jam. 𝑆0 adalah S pada keadaan lalu lintas
Keterangan :
10
FUK = merupakan faktor koreksi 𝑆0 terkait ukuran kota.
FP = merupakan koreksi 𝑆0 akibat adanya garis jarak henti pada mulut pendekat
FBKi = merupakan koreksi 𝑆0 akibat arus lalu lintas yang membelok ke kiri.
FBKa = merupakan koreksi 𝑆0 akibat arus lalu lintas yang membelok kekanan.
𝑆0 = 600 × 𝐿𝐸 ………………………………………………....................................4
E. Simpang Bersinyal
a. Memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus melawan atau untuk
11
b. Untuk memisahkan lintasan dari gerakan lintasan yang saling berpotongan
Kepadatan merupakan pengukuran ketiga dari kondisi arus lalu lintas, dan
diartikan sebagai jumlah kendaraan yang ada pada satu jalan raya atau jalur dan
biasanya dinyatakan dalam kendaraan per mil (vihicles per mil) atau kendaraan
Fase merupakan suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu
arus atau beberapa arus, yang mendapatkan indentifikasi lampu lalu lintas yang
sama. Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan
berjalan (Kristanti et al., 2020). Tujuan dari pemasangan lampu lalu lintas
a. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya koflik arus lalu lintas yang
4. Phase sinyal
12
Phase sinyal adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan
bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas (Bina Marga, 1997). Untuk
tanpa memisahkan arus terlawan. Pengaturan dua phase seperti terlihat pada
lebih awal gerak belok kanan, untuk menaikkan kapasitas gerak lurus. Pengaturan
tiga phase dengan early cut off seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
13
Sumber : (Bina Marga, 1997)
lalu lintas. Pengaturan empat phase terlihat pada gambar sebagai berikut :
Waktu antar hijau merupakan periode kuning + merah semua antara dua
phase sinyal yang berurutan (Bina Marga, 1997). maksud dari periode antar
hijau memperingati pengguna lalu lintas yang sedang bergerak bahwa phase
telah berakhir dengan menjamin kendaraan yang terakhir pada phase hijau
yang baru saja diakhiri memperoleh waktu yang cukup untuk keluar dari
Sedang 10 – 14 m 5 detik/phase
Besar ≥ 15 m ≥ 6 detik/phase
b. Waktu Hilang
Waktu hilang merupakan jumlah semua periode antara hijau dalam siklus
lengkap, waktu hilang didapatkan dari beda antara waktu siklus dengan
jumlah waktu hijau dalam semua phase yang berurutan (Bina Marga, 1997).
a. Tipe pendekat
Pada pendekat dengan arus lalu lintas yang berangkat pada phase yang
tersebut harus dilakukan secara terpisah, misalnya arus lalu lintas dan belok
pendekat (Wa), lebar masuk (Wmasuk), dan lebar keluar (Wkeluar). Untuk
kanan pada saat lampu merah). Maka lebar efektif ditentukan berdasarkan
nilai dari :
We = Wmasuk
= Wa – 𝑊𝐿𝑇𝑂𝑅 ………………..……………………….……………….5
16
Jika Wkeluar < We × (1 – PRT). Maka We sebaiknya diberi nilai baru sama
dengan Wkeluar dan analisa selanjutnya untuk pendekat ini dilakukan hanya untuk
7. Faktor penyesuaian
Faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh pada kedua tipe faktor pendekat
1.05
>3.0
1.00
1.0 – 3.0
0.94
0.5 – 1.0
0.83
0.1 – 0.5
0.82
<0.1
17
Tabel 4 Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan, Hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotor
Rasio kendaraan tak bermotor
Lingkungan Hambatan
Tipe Fase
Jalan Samping
0.00 0.05 0,10 0.15 0.2 ≥0.25
0.75
Tinggi/
Akses Terlawan 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.88
Sedang/Ren
terbatas Terlindung 1.00 0.98 0.95 0.93 0.90
dah
18
c. Faktor penyesuaian kelandaian sebagai fungsi dari kelandaian (PKJI
2014).
sampai kendaraan yang parkir pertama. Faktor ini dapat dihitung dengan
e. Faktor – faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh dasar untuk pendekat
19
1) Faktor penyesuaian belok kanan (𝐹𝐵𝑘𝑎 ) dapat ditentukan sebagai
fungsi dari rasio kendaraan belok kanan 𝑅𝐵𝑘𝑎 . Untuk pendekat Tipe
P tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar
masuk.
belok kiri 𝑅𝐵𝑘𝑖 . Untuk pendekat tipe P, tanpa LTOR, lebar efektif
8. Panjang Antrian
Antrian kendaraan adalah kejadian pada arus lalu lintas yang tampak sehari-
kendaraan yang antri dalam suatu pendekat simpang dan dinyatakan dalam
dinyatakan dalam satuan meter. Gerakan kendaraan yang berada dalam antrian
akan dikontrol oleh gerakan yang ada didepannya dan kendaraan tersebut
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai panjang antrian adalah sebagai
berikut.
PA = (NQmax × 20)/Wmasuk…………………………………………………9
20
a. Jumlah Skr yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (𝑁𝑄1 )
Menurut PKJI 2014, Jika nilai derajat kejenuhan lebih besar dari 0,5
8 ×(DJ−0,5)
NQ1 = 0,25×C×[(DJ − 1) + √(DS − 1)2 + ].........…..10
c
1−RH Q
NQ 2 = C × 1−RH ×DJ × 3600………………………………….……11
NQ = NQ1 + NQ 2 …………………………………….…………...12
Q dalam skr/jam.
∑NH
NQ HTotal = ……………………………….…..………………13
∑Q
9. Tundaan
rata – rata waktu tunggu tiap kendaraan yng masuk dalam pendekat.
a. Tundaan tetap
21
Tundaan tetap adalah tundaan yang diakibatkan oleh alat-alat
persimpangan-persimpangan jalan.
b. Tundaan Operasional
persamaan berikut :
TG = (1-R KH )× PB × 6 + (R KH × 4)…………………………………15
e. Tundaan rata-rata
sebagai berikut :
22
Rasio arus adalah rasio arus lalu lintas terhadap arus jenuh pada setiap
Q
R Q/S = S …………………………...……………………..……..…………….17
Nilai kritis R Q/skritis diperoleh dengan mengambil rasio tertinggi setiap fase
Dari kedua nilai diatas maka diperoleh rasio fase (phase ratio) R F untuk tipe
RQ/skritis
RF = ………………...…………………………………..………...….19
RAS
arus terhadap antrian, dan hubungan arus terhadap tundaan pada simpang
bersinyal jalan Abdullah Daeng Sirua – Jalan Taman Makam Pahlawan – Jalan
Batua Raya yaitu berbanding lurus dimana semakin besar nilai arus maka semakin
Bersignal Di Kota Batu (Studi Kasus: Jalan Imam Bonjol Bawah, Jalan
23
Diponegoro, Jalan Wukir Dengan Jalan Patimura)”. Panjang antrian Jalan Wukir
: Pagi 473,01 m, siang 481,78, sore 478,27 m, Jalan Diponegoro : Pagi 73,36 m,
siang 73,48, 73,36 m, Jalan Imam Bonjol Bawah : Pagi 121,49 m, siang 124,89,
sore 128,29 m Jalan arah Patimura : Pagi 67,96 m, siang 68,07, sore 67,87 m.
” Analisis Kapasitas dan Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Abdullah Dg.
Sirua”. Berdasarkan hasil analisis kinerja simpang bersinyal pada Jalan Abdullah
Dg. Sirua, maka dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pada persimpangan ini memiliki 3 fase pergerakan kendaraan dan waktu sinyal
yang diperoleh dari APILL existing sebesar 62 detik. Volume kendaraan yang
melintasi persimpangan Jalan Abdullah Dg. Sirua memiliki volume yang cukup
tinggi. Pada jam puncak pagi mencapai 8.813 kend/jam, pada jam puncak siang
sebesar 6.814 kend/jam dan pada jam puncak sore hari volume lalu lintas
4. (P et al., 2019)
”Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Mitra Batik Kota
simpang Mitra batik menggunakan aplikasi Sidra untuk arah barat 0,87 , untuk
arah utara 0,65 , untuk arah timur 0,87 , dan untuk arah selatan 0,82. Dengan
antrian 24,9 smp untuk arah barat dengan panjang antrian 174 m, 13,5 smp untuk
arah utara dengan panjang antrian 95 m, 22,3 smp untuk arah timur dengan
24
panjang antrian 156 m dan 13,7 smp untuk arah selatan dengan panjang antrian
96 m.
5. (Sarwanta, 2016)
lengan B (jl siliwangi) yaitu sebesar 56,9 m sedangkan panjang antrian terkecil
25
G. Kerangka Pikir
MASALAH
1. Antrian kendaraan pada saat lampu merah
2. Fenomena arus lalu lintas pada jam-jam
puncak
3.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
Data Primer :
1. Peta Lokasi
1. Jumlah Arus Lalu Lintas
2. Teori dari buku-
2. Data Gometrik Simpang
buku literature
3. Waktu hilang dan Waktu siklus
3. Jumlah penduduk
4. Panjang Antrian Kota Makassar
Kesimpulan
Selesai
1. Lokasi Penelitian
Kemerdekaan Km 17. Dimana pada arah Utara pada Jl. Poros Makassar- Maros
memiliki lebar jalan keselurahan yaitu 15 meter, pada arah Timur merupakan
Jl.Dg. Ramang memiliki lebar jalan keseluruhan yaitu 7,5 meter , dan pada arah
Barat merupakan Jl. Baddoka memliki lebar jalan keselurhan 6,5 meter.
28
Gambar 10 Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
dan Minggu. Data yang akan diambil setiap hari survei yaitu pada jam- jam
16.00 – 18.00
Rabu 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00
16.00 – 18.00
Jumat 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00
16.00 – 18.00
Minggu 06.00 – 09.00 12.00 – 14.00
29
C. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini diperlukan rencana apa-apa saja yang akan diamati
dilapangan, waktu yang akan diambil untuk melakukan survei, penentuan lokasi
sebagai latar belakang untuk penelitian dilakukan dua tahap kegiatan, yaitu :
Data primer adalah data yang diambil dilapangan itu sendiri yang berkaitan
Data sekunder data sekunder adalah data yang diambil dari buku buku literatur.
D. Pengambilan data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat yang dapat membantu dalam
1. Alat tulis
2. Drone
3. Stopwatch
4. Meter roll
5. Laptop
6. Kamera
7. Tripod
30
E. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Sep
Mar Apr Mei Jun Jul Agu
b) Pengajuan Proposal
c) Perijinan Penelitian
2 Tahap Pelaksanaan
a) Pengumpulan Data
b) Analisa Data
31
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumus dan teori-teori yang didapatkan pada Bab II, serta
metodologi yang digunakan maka dilakukan pengolahan data survey primer kondisi
geometri, fase sinyal, waktu siklus, dan jumlah arus pada simpang Baddoka Jalan
perintis kemerdekaan km 17. Dari data tersebut dilakukan pengolahan data berupa
arus jenuh, derajat kejenuhan, tundaan, antrian, dan kapasitas dalam bentuk tabel
dan grafik.
1. Kondisi Geometrik
Simpang empat bersinyal ini memiliki empat lengan dimana pada Pendekat
arah utara pada Jl. poros Makassar – Maros yang terdiri dari 4 lajur dengan lebar
jalan 15 meter, pada pendekat arah barat timur Jl. Dg. Ramang ini memilik 2
lajur dan lebar jalan 7,5 meter, pada pendekat arah barat Jl. Batara Bira baddoka
ini memiliki 2 lajur dan lebar jalan 6,5 meter, dan pada pendekat arah selatan
Jl. poros Makassar – Maros arah kekota ini memiliki 4 lajur dan lebar jalan 15
meter. Dimana pada setiap jalan simpang bersinyal ini merupakan akses menuju
jalan tol, perkantoran, industri, dan pemukiman warga. Dan pada masing –
masing pendekat utara, selatan, timur , dan barat memiliki lebar bahu sebesar 2
meter, yang dimana pada pendekat utara, selatan, dan timur memiliki median
dan lebar medianya yaitu 30 cm, sedangkan untuk pendekat barat tidak
didapatkan dari hasil survey secara langsung dilapangan dapat dilihat pada tabel
berikut :
33
Tabel 7 Kondisi geometrik simpang
Lebar Belok Kiri
No Pendekat Tipe Pendekat Median
efektif (m) Langsung
beda. Data pengaturan sinyal lampu lalu lintas (APILL) dapat dilihat pada tabel
berikut :
1 Utara 72 30 2 40
2 Timur 111 27 2 82
3 Selatan 72 30 2 40
4 Barat 111 27 2 82
Pengambilan data arus lalu lintas diperoleh dari survey secara langsung di
lapangan selama 3 jam di pagi hari, 2 jam di siang hari dan 2 jam di sore hari
34
dengan data pada tiap lengan. Dimana perhitungan volume kedaraan dihitung per
15 menit yang kemudian diubah dalam satuan kendaraan/jam. Data yang telah
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari fluktuasi arus waktu
pengamatan selama 4 hari bervariasi yang dimana, grafik diatas dipengaruhi oleh
Adapun range volume kendaraan dikisaran 1000 sampai 9000 skr/jam dan
volume tertinggi terjadi pada hari senin pada pukul 17.00-18.00 dengan nilai 9052
skr/jam. Yang dimana pada volume tertinggi yang terjadi pada hari senin pukul
17.00 – 18.00 sore hari ini di akibatkan Karena cuaca hujan dan Survey lapangan
dimulai pada saat jam 17.00 – 19.00 malam hari. Sehingga menimbulkan perbedaan
36
2. Fase
Persimpangan ini memiliki 2 fase yang terdiri atas fase 1 (Jl. Poros
Makassar – Maros) Dan (Jl. Poros Maros – Makassar) pada fase 2 terdiri dari
(Jl. Dg Ramang) dan (Jl. Baddoka). Pada siklus fase 1 memiliki waktu lampu
hijau 30 detik, 2 detik lampu kuning dan merah 40 detik, pada fase 2 memilik
lampu hijau 27 detik, 2 detik lampu kuning dan 82 detik lampu merah.
a. Tipe Pendekat
We = Wa − WLTOR = 7,5 m
We = Wa − WLTOR = 7,5 m
We = Wa − WLTOR = 3,75 m
We = Wa − WLTOR = 3,25 m
4. Faktor Penyesuaian
38
Berdasarkan jumlah penduduk kota Makassar diketahui faktor
(2022) yaitu kurang lebih 1,571,814 jiwa (Goggle internet). Melihat ke tabel
1) Tipe Lingkungan
keberangkatan arus terlindung (Tipe P). Dimana tidak ada konflik yang
39
Pada setiap lengan disimpang bersinyal Baddoka sangat rumit untuk
yang melewati garis henti dan terkadang juga berada di garis henti,
Faktor koreksi belok kanan (FBka ) pada simpang hanya dilakukan pada
tipe pendekat terlindung (Tipe P), pada simpang bersinyal Baddoka. Belok
kanan terjadi pada setiap lengan utara, selatan, timur, dan barat.
SM + KR + KB
FBka = 1,0 + × 0,26
Q
48,1
= 1,0 + × 0,26
1043
= 1,012
pada jam puncak pagi lengan barat pagi hari sebesar 1,135, sedangkan faktor
koreksi belok kanan terkecil terjadi pada jam puncak sore lengan utara sebesar
1,012.
Pada simpang bersinyal Baddoka ini masing – masing lengan utara, selatan,
timur, dan barat dapat berbelok kiri langsung, maka nilai koreksi belok kiri pada
SM+KR+KB
FBki = 1,0 + × 0,16
Q
30,8
= 1,0 + × 0,16
687,6
= 1,007
jam puncak sore lengan timur sebesar 1,079 dan nilai koreksi belok kiri terkecil
= 2410,9 skr/jam
1 1 1
Barat 1320 0,98 1,051 1,135 1543,1
2400
Utara 1 1 1
0,98 1,016 1,013 2420,0
2400
Selatan 1 1 1
0,98 1,043 1,021 2505,1
Siang
1 1 1
Timur 1320 0,98 1,062 1,090 1497,3
1 1 1
Barat 1320 0,98 1,041 1,128 1518,8
2400
Utara 1 1 1
0,98 1,024 1,012 2436,9
2400
Selatan 1 1 1
0,98 1,024 1,023 2463,3
Sore
1 1 1
Timur 1320 0,98 1,079 1,074 1499,1
1 1 1
Barat 1320 0,98 1,032 1,102 1470,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
42
3000,0
Nilai Arus Jenuh (Skr/jam)
2500,0
2000,0
1500,0
1000,0
500,0
0,0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 2410,8 2410,9 1436,3 1543,1
Siang 2420,0 2505,1 1497,3 1518,8
Sore 2436,9 2463,3 1499,1 1470,6
Pada Tabel 12 dan Gambar 14 dapat di lihat nilai arus jenuh terbesar yang
terjadi pada jam puncak siang hari pada pendekat selatan sebesar 2505,1 skr/jam
dan nilai arus jenuh terkecil yang terjadi pada pendekat timur sebesar 1436,3
skr/jam.
a. Rasio Arus
Rasio arus pada jam puncak pagi lengan selatan adalah sebagai berikut:
R Q/S = 2410,8/687,6
= 0,285 skr/jam.
43
Selatan 2505,1 545,3 0,218
Timur 1497,3 102 0,068
Barat 1518,8 95,7 0,063
Utara 2436,9 1042,8 0,428
Selatan 2463,3 1287,3 0,523
Sore
Timur 1499,1 95,7 0,064
Barat 1470,6 135,6 0,092
Sumber : Hasil Pengolahan Data
0,600
0,500
Rasio Arus (RQ/S)
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,285 0,263 0,127 0,072
Siang 0,181 0,218 0,068 0,063
Sore 0,428 0,523 0,064 0,092
Pada Tabel 13 dan Gambar 15 dapat dilihat nilai rasio arus jenuh terbesar
pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 0,523 skr/jam dan yang terkecil terjadi
Karena nilai rasio arus jenuh menggunakan data arus lalu lintas tertinggi
pada jam pucak dan setiap lengan, maka arus jenuh kritis sama dengan nilai
44
Tabel 14 Rasio Arus Kritis
Pada Tabel 14 Dapat dilihat nilai rasio arus jenuh kritis terbesar pada jam
puncak sore lengan selatan sebesar 0,523 skr/jam dan nilai rasio arus jenuh kritis
terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 0,063 skr/jam.
= 0,747 skr/jam.
1,000
Rasio Arus Simpang
0,400
0,200
0,000
Jam Puncak
d. Rasio Fase (R F )
R F = 0,285 / 0,747
= 0,382 skr/jam.
0,350
0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,382 0,352 0,170 0,097
Siang 0,342 0,411 0,128 0,119
Sore 0,387 0,472 0,058 0,083
Pada Tabel 16 dan Gambar 17 dapat dilihat nilai fase rasio terbesar pada
jam puncak sore lengan selatan sebesar 0,472 skr/jam dan nilai fase rasio yang
terkecil pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 0,097 skr/jam.
6. Waktu Hilang
terjadi waktu hilang sebesar 9 detik sehingga total waktu hilang dapat di tentukan
∑ HH = 9 + 9 = 18 detik.
Untuk pengendalian waktu tetap, waktu siklus telah ditentukan pada waktu
c = 82+2+27
= 111 detik.
47
Tabel 17 Waktu Siklus
H = (111 – 9) × 0,382
= 39 det.
8. Kapasitas (C)
C = 2410,8 × (39/111)
= 845,9 skr/jam.
48
Tabel 19 Kapasitas (C)
Arus waktu Waktu
Jam Puncak Pendekat kapasitas (C )
Jenuh (S) hijau (H) Siklus ( c )
Utara 2410,8 39 845,9
Selatan 2410,9 36 779,3
Pagi 111
Timur 1436,3 17 223,9
Barat 1543,1 10 137,2
Utara 2420,0 35 760,8
Selatan 2505,1 42 945,1
Siang 111
Timur 1497,3 13 176,8
Barat 1518,8 12 165,9
Utara 2436,9 39 866,0
Selatan 2463,3 48 1069,0
Sore 111
Timur 1499,1 6 79,5
Barat 1470,6 8 112,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data
1200,0
1000,0
Kapasitas ( Skr/Jam )
800,0
600,0
400,0
200,0
0,0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 845,9 779,3 223,9 137,2
Siang 760,8 945,1 176,8 165,9
Sore 866,0 1069,0 79,5 112,6
Pada Tabel 19 dan Gambar 18 dapat dilihat nilai kapasitas terbesar pada jam
puncak sore lengan selatan sebesar 1069,0 skr/jam dan nilai kapasitas yang terkecil
DJ = 687,6/845,9
= 0,8129
1,4000
1,2000
Derajat Kejenuhan (DJ)
1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
0,0000
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,8129 0,8129 0,8129 0,8129
Siang 0,5770 0,5770 0,5770 0,5770
Sore 1,2042 1,2042 1,2042 1,2042
terjadi pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 1,204 dan derajat kejenuhan
terkecil yang terjadi pada jam puncak siang pada lengan selatan sebesar 0,577.
8 × (0,813 − 0,5)
NQ1 = 0,25 × 111 × [(0,813 − 1) + √(0,813 − 1)2 + ]
111
= 1,47
Tabel 21 Jumlah Skr yang Tersisa dari Fase Hijau Sebelumnya (𝑁𝑄1 )
Dari Tabel 21 diketahui bahwa jumlah skr yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya (NQ1 ) adalah 1 dan 14 skr/jam hijau pada jam puncak setiap lengan.
Karena DJ>0,5, maka nilai NQ2 untuk pendekat Utara jam puncak
pagi :
51
1 − 0,382 687,6
NQ2 = 111 × ×
1 − 0,382 × 0,813 3600
Tabel 22 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah (NQ2 )
Arus
Waktu Derajat
Jam Rasio Lalu NQ2
Pendekat Siklus Kejenuhan NQ2
Puncak Hijau Lintas Dibulatkan
(c) (DJ)
(Q)
Utara 0,382 0,813 687,6 19,0 19
Selatan 0,352 0,813 633,5 17,7 18
Pagi 111
Timur 0,170 0,813 182 5,4 5
Barat 0,097 0,813 111,5 3,4 3
Utara 0,342 0,577 439 11,1 11
Selatan 0,411 0,577 545,3 13,0 13
Siang 111
Timur 0,128 0,577 102 3,0 3
Barat 0,119 0,577 95,7 2,8 3
Utara 0,387 1,204 1042,8 36,9 37
Selatan 0,472 1,204 1287,3 48,6 49
Sore 111
Timur 0,058 1,204 95,7 3,0 3
Barat 0,083 1,204 135,6 4,3 4
Sumber : Hasil Pengolahan Data
60
Jumlah Antrian Smp yang Datang
50
Selama Fase Merah NQ2
40
30
20
10
0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 19 18 5 3
Siang 11 13 3 3
Sore 37 49 3 4
Gambar 20 Jumlah Antrian Skr Yang Datang Selama Fase Merah 𝑁𝑄2
Dari Tabel 22 dan Gambar 20 dapat diketahui jumlah antrian skr yang
datang selama fase merah (NQ2 ) terbesar adalah pada jam puncak sore lengan
52
selatan sebesar 49 skr/jam hijau dan jumlah antrian skr yang datang selama fase
merah terkecil terjadi pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 3 skr/jam hijau.
NQ = 14 + 49
= 63 skr/jam hijau.
Utara 1 19 20
Selatan 1 18 19
Pagi
Timur 1 5 7
Barat 1 3 5
Utara 1 11 12
Selatan 1 13 14
Siang
Timur 1 3 4
Barat 1 3 4
Utara 14 37 51
Selatan 14 49 63
Sore
Timur 14 3 17
Barat 14 4 18
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Jumlah Kendaraan Antri
70
60
50
40
30
20
10
0
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 20 19 7 5
Siang 12 14 4 4
Sore 51 63 17 18
pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 63 skr/jam hijau dan jumlah kendaraan
antri terkecil terjadi pada jam puncak pagi lengan barat sebesar 4 skr/jam hijau.
terjadinya pembebanan lebih POL (%) (lihat gambar), dan masukkan nilai
NQ max . Untuk perencanaan disarankan POL ≤5%, untuk operasi suatu nilai
Utara 20 23
Selatan 19 21
Pagi
Timur 7 8
Barat 5 5
Utara 12 13
Selatan 14 15
Siang
Timur 4 4
Barat 4 4
Utara 51 56
Selatan 63 69
Sore
Timur 17 19
Barat 18 20
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari Tabel 24 dapat dilihat jumlah antrian maksimum terbesar terjadi pada
jam puncak sore lengan selatan sebesar 69 skr/jam dan jumlah antrian maksimum
terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 4 skr/jam hijau.
= 272,61 m.
400,00
350,00
Panjang Antrian (m)
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 112,58 105,59 68,70 48,36
Siang 66,52 76,93 39,60 37,91
Sore 280,54 344,68 170,92 183,64
Dari Tabel 25 dan Gambar 22 dapat dilihat panjang antrian terbesar terjadi
pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 344,68 m, dan panjang antrian terkecil
17
R KH = 0,9 × × 3600
95,7 × 111
= 5,21 stop/skr.
6,00
Rasio Kendaraan Henti
5,00
4,00
Stop/Skr
3,00
2,00
1,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 0,87 0,88 1,10 1,27
Siang 0,80 0,75 1,13 1,16
Sore 1,43 1,42 5,21 3,95
terjadi pada jam puncak sore lengan timur sebesar 5,21 stop/skr dan rasio kendaraan
henti terkecil terjadi pada jam puncak ssiang lengan selatan sebesar 0,75 stop/skr.
NH = 1287,3 × 1,42
= 1829,28 skr.
Rasio Jumlah
Volume Lalu
Jam Puncak Pendekat Kendaraan Kendaraan
Lintas (Q)
Henti Stop/Skr Henti
Utara 687,6 0,87 597,49
Selatan 633,5 0,88 560,36
Pagi
Timur 182 1,10 200,54
Barat 111,5 1,27 141,15
Utara 439 0,80 353,04
Selatan 545,3 0,75 408,28
Siang
Timur 102 1,13 115,60
Barat 95,7 1,16 110,67
Utara 1042,8 1,43 1488,88
Selatan 1287,3 1,42 1829,28
Sore
Timur 95,7 5,21 498,89
Barat 135,6 3,95 536,02
Sumber : Hasil Pengolahan Data
2000,00
Kendaraan Henti
1500,00
1000,00
500,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 597,49 560,36 200,54 141,15
Siang 353,04 408,28 115,60 110,67
Sore 1488,88 1829,28 498,89 536,02
terjadi pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 1829,28 skr. Dan jumlah
kendaraan henti terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 110,67
skr.
= 1,70 skr.
Jumlah
Volume Lalu Kendaraan
Jam Puncak Pendekat Kendaraan
Lintas (Q) Henti Total
Terhenti
Utara
Selatan
Pagi 1614,6 1499,54 0,93
Timur
Barat
Utara
Selatan
Siang 1182 987,59 0,84
Timur
Barat
Utara
Selatan
Sore 2561,4 4353,07 1,70
Timur
Barat
Sumber : Hasil Pengolahan Data
58
Angka Henti Seluru Simpang 1,80 1,70
1,60
1,40
1,20
1,00 0,93
0,84
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Jam Puncak
Pagi 0,93
Siang 0,84
Sore 1,70
Dari Tabel 28 dan Gambar 25 dapat dilihat nilai henti seluruh simpang pada
jam puncak pagi sebesar 0,93 skr. Dengan jumlah kendaraan terhenti sebesar
1499,54 skr/jam, pada jam puncak siang sebesar 0,84 skr. Dengan jumlah
kendaraan terhenti sebesar 987,59 skr/jam, dan pada jam puncak sore sebesar 1,70
12. Tundaan
Tundaan lalu lintas rata – rata pada pendekat selatan jam puncak sore:
= 802,56 det/skr.
59
Tabel 29 Tundaan Lalu Lintas Rata – rata (𝑇𝐿 )
Tundaan
Rasio Waktu
Jam Kapasitas Derajat Lalu
Pendekat Hijau Siklus NQ1
Puncak (C ) Kejenuhan Lintas
(RH) (c )
(DJ) (TL)
Utara 845,9 0,382 0,813 1 281,88
Selatan 779,3 0,352 0,813 1 276,83
Pagi 111
Timur 223,9 0,170 0,813 1 137,06
Barat 137,2 0,097 0,813 1 108,25
Utara 760,8 0,342 0,577 1 237,57
Selatan 945,1 0,411 0,577 1 247,59
Siang 111
Timur 176,8 0,128 0,577 1 104,94
Barat 165,9 0,119 0,577 1 101,56
Utara 866,0 0,387 1,204 14 762,20
Selatan 1069,0 0,472 1,204 14 802,56
Sore 111
Timur 79,5 0,058 1,204 14 495,33
Barat 112,6 0,083 1,204 14 510,00
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tundaan Lalu Lintas det/skr
900,00
800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 281,88 276,83 137,06 108,25
Siang 237,57 247,59 104,94 101,56
Sore 762,20 802,56 495,33 510,00
Pada Tabel 29 dan Gambar 26 dapat dilihat nilai tundaan lalu lintas terbesar
terjadi pada jam punck sore lengan selatan sebesar 802,56 det/skr. Dan tundaan lalu
lintas terkecil yang terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 101,56
det/skr.
(0 + 1,023)
TG = (1 − 1,12) × × 6 + (1,12 × 4)
1287,3
= 4,49 det/skr.
25,00
Tundaan Geometrik
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 3,48 3,54 4,40 5,03
Siang 3,22 3,00 4,52 4,60
Sore 5,71 5,68 20,28 15,53
terjadi pada jam puncak sore lengan timur sebesar 20,28 det/skr dan tundaan
geometrik terkecil yang terjadi pada jam puncak siang lengan selatan sebesar 3,00
det/skr.
Ti = 337,5 + 4,49
= 382,07 det/skr.
Utara
281,88 3,48 285,36
Selatan
276,83 3,54 280,37
Pagi
Timur
137,06 4,40 141,46
Barat
108,25 5,03 113,29
Utara
237,57 3,22 240,79
Selatan
247,59 3,00 250,59
Siang
Timur
104,94 4,52 109,46
Barat
101,56 4,60 106,17
Utara
762,20 5,71 767,91
Selatan
802,56 5,68 808,24
Sore
Timur
495,33 20,28 515,61
Barat
510,00 15,53 525,53
Sumber : Hasil Pengolahan Data
62
900,00
Tundaan Rata-rata 800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
Utara Selatan Timur Barat
Pagi 285,36 280,37 141,46 113,29
Siang 240,79 250,59 109,46 106,17
Sore 767,91 808,24 515,61 525,53
Dari Tabel 31 dan Gambar 28 dapat dilihat tundaan total terbesar terjadi
pada jam puncak sore lengan selatan sebesar 808,24 det/skr. Dan tundaan total
terkecil terjadi pada jam puncak siang lengan barat sebesar 106,17 det/skr.
C. Pembahasan
dalam peneliti ini adalah kinerja simpang bersinyal Baddoka yang meliputi :
63
Jl. Poros Maros – Makassar = 66,52 m.
2. Tundaan
64
Jl. Poros Makassar – Maros = 808,24 det/skr.
3. Arus Jenuh
Volume lalu lintas yang dapat ditampung oleh simpang saat jam sibuk
sehingga nilai terbesar yang terjadi pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu
sebesar 2410,9 skr/jam, pada jam puncak siang lengan selatan yaitu sebesar
2505,1 skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan sebesar 2463,3 skr/jam.
65
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil studi analisis panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal
baddoka yang dilakukan selama 4 hari, maka hasil kesimpulan yang didapat yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa data mengenai panjang antrian kendaraan, pada jam
puncak pagi lengan utara nilai panjang antrian terbesar yaitu sebesar 112,58 m,
pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu
sebesar 76,93 m, dan pada jam puncak sore lengan selatan nilai panjang antrian
2. Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai tundaan rata – rata yang
terjadi pada simpang bersinyal baddoka, maka nilai tundaan rata – rata terbesar
yang terjadi pada jam puncak pagi lengan utara sebesar 285,36 det/skr, pada
jam puncak siang lengan selatan sebasar 250,59 det/skr, dan pada jam puncak
sore lengan selatan nilai tundaan rata – rata terbesar yaitu sebesar 808,24
det/skr.
3. Nilai Arus jenuh pada simpang bersinyal baddoka sangat mempengaruhi kinerja
simpang, pada jam puncak pada jam puncak pagi lengan selatan yaitu sebesar
2410,9 skr/jam, pada jam puncak siang lengan selatan yaitu sebesar 2505,1
skr/jam, dan jam puncak sore lengan selatan sebesar 2463,3 skr/jam.
B. Saran
sebelum mulut simpang, pada jam puncak pagi lengan utara nilai panjang
stop/parkir 120 m dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan
utara semakin kecil, pada jam puncak siang lengan selatan nilai panjang antrian
terbesar yaitu 76,93 m, maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 100 m
dari mulut simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan semakin kecil,
pada jam puncak sore lengan selatan nilai panjang antrian terbesar yaitu sebesar
344,68 m, maka perlu dipasang rambu larangan stop/parkir 350 m dari mulut
simpang agar tundaan dan antrian pada lengan selatan semakin kecil.
67
DAFTAR PUSTAKA
Bawangun, V., Sendow, T. K., & Elisabeth, L. (2015). Analisis Kinerja Simpang
Tak Bersinyal Untuk Simpang Jalan W.R. Supratman Dan Jalan B.W.
Lapian Di Kota Manado. JURNAL SIPIL STATIK, 3(6), Article 6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/8867
Bien, A., & Primasworo, R. A. (2019). Analisa Panjang Antrian Kendaraan Dengan
Tundaan Pada Persimpangan Bersignal Di Kota Batu (Studi Kasus: Jalan
Imam Bonjol Bawah, Jalan Diponegoro, Jalan Wukir Dengan Jalan
Patimura). EUREKA : Jurnal Penelitian Teknik Sipil Dan Teknik Kimia,
3(1), 109–119.
Diana, E., Suryaningtyas, W., & Suprapti, E. (2016). Pengaturan Lampu Lalu
Lintas di Persimpangan Jalan Ahmad Yani Giant dengan Aplikasi
Pewarnaan Teori Graf. MUST: Journal of Mathematics Education, Science
and Technology, 1, 69. https://doi.org/10.30651/must.v1i1.99
Hasanuddin, H. A., Halim, H., Hanafie, I. M., & Trisnawathy. (2021). Analisis
Kapasitas dan Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Abdullah Dg.
Sirua. Journal of Applied Civil and Environmental Engineering, 1(1), 72–
77. https://doi.org/10.31963/jacee.v1i1.2700
Kristanti, R., Rachman, R., & Radjawane, L. E. (2020). Analisis Dampak Hambatan
Samping Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Kota Makassar. Paulus Civil
Engineering Journal, 2(2), 85–91. https://doi.org/10.52722/pcej.v2i2.133
Ursilu, S. (2014). Analisis Kinerja Arus Lalu Lintas Pada Simpang Bersinyal
Dengan Metode Mkji 1997. RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa
Dan Teknologi, 2(2), 128–134. https://doi.org/10.37971/radial.v2i2.5i4