Anda di halaman 1dari 86

STUDI PERENCANAAN SALURAN DRAINSE DAN KOLAM RETENSI

DIKAWASAN PERUMAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI EPA SWMM


5.1

Oleh:
I KADEK SEMAREDANE
NPM: 18311055

Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2023

1
PERSEMBAHAN

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis mempersembahkan penulisan


ilimiah ini sebagai tanda terima kasih yang terdalam kepada:
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
anugrah dan kelancara dalam penulis selama penelitian ini dikerjakan.
2. Kedua Orang tuaku tercinta, tersayang, Bapakku I Made Gare dan Ibuku Ni
Wayan Sulastri, yang selalu memberi motivasi, dukungan dan masukan serta
menanti keberhasilanku dengan kesabaran dengan disertai doa yang tulus.
3. Kepada kakak kandungku Putu Sari wangi, juga yang memberi saya
dukungan dan motivasi serta semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Para Bapak dan Ibu Dosen terkhusus untuk Bapak Ilyas Sadad, S.T., M.T.
yang telah memotivasi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan Tugas Akhir ini.
5. Wayan Adi Sanjaya S.T. yang selalu memberi saya semangat dalam
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
6. Made Dimas Widiayana S.T. yang sangat baik kepada saya , dan selalu
membantu saya .
7. Komang Krisna Deva yang membantu saya dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
8. Ketut Deviana S.M. yang selalu meminjamkan motor nya untuk saya
melakukan penelitian, bimbingan.
9. Terima kasih untuk Six Bongol Reborn. Made Okta Sejati S.T. I Ketut Aditya,
Putu Riki Irawan, IG. Pradipta Arya Suwandi S.T., Wayan Aditya Wedana
S.T.,yang selama 5 tahun ini selalu membantu saya menyelesaikan
pendidikan saya di Strata 1.
10. Keluarga besar Teknik Sipil 18 GREAT yang telah memberikan dukungan
semangat yang luar biasa.
11. Keluarga Besar KMHD 18 Universitas Bandar Lampung yang telah memberi
dukungan & semangat.

2
MOTTO

“Dalam hidup, cuma satu yang kita punya, yaitu TEKAD. Kalau tidak punya itu,
lantas apa harga diri hidup ini?.”
I Kadek semaredane

“If you can’t fly, then run, if you can’t run, then walk, if you can’t walk, then
crawl. But whatever you do, you have to keep moving forward.”
Martin Luther King Jr

3
Penulis bernama I Kadek Semaredane lahir di Desa Suka Jaya, Kecamatan
Belitang II, Kabupaten OKU Timur, 19 Nopember 1999. Penulis merupakan anak
kedua dari 4 bersaudara, dari pasangan Bapak I Made Gare dan Ni Wayan
Sulastri. Penulis menempuh jenjang pendidikan formal di mulai dari SD Negri
1Karang Manik (lulus tahun 2012), melanjutkan ke SMP Negeri 1 Mesuji
Makmur (lulus tahun 2015), melanjutkan ke SMA Negeri 1 Belitang II (lulus
tahun 2018) dan melanjutkan ke Universitas Bandar Lampung Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil Pada Tahun 2018 (lulus tahun 2023).
Selama menjadi mahasisawa, penulis berkesempatan untuk melakukan kerja
praktek (KP) di Proyek Pembangunan Saluran Drainase Way Huwi Bandar
Lampung.

Dengan ketentuan, Motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusah, penulis telah
berhasil menyelesaikan pengerjaan penelitian ini. Semoga dengan penulisan
penelitian ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia Pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar – besarnya atas
terselesaikannya penelitian yang berjudul “STUDI PERENCANAAN
SALURAN DRAINASE DI KAWASAN PERUMSHAN FLAMBOYAN RAYA
MENGGUNAKAN APLIKASI EPA SWMM 5.1”

4
ABSTRAK

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai


sistem, guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota khususnya infrastruktur.
Kemajuan sebuah kota dapat dinilai dari kondisi sistem drainasenya.
Kota dengan sistem drainase yang jelek akan dinilai kotor, jorok, kumuh,
dan terkebelakang. Sebaliknya, kota dengan sistem drainase yang bagus
akan tampak indah, serasi, dan maju.

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS adalah suatu hamparan


wilayah/kawasan yang dibatasi oleh topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sendimen dan unsure hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke
laut atau danau.
DAS biasanya di bagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan
hilir. Fungsi suatu DAS ialah mengalirkan air, menyangga kejadian puncak
hujan, melepas air secara bertahap, memelihara kualitas air, dan mengurangi
pembuangan massal.
Penelitian dimulai dengan beberapa tahapan dimulai dari tahapan penyiapan
dimana tahapan ini dilakukan dengan mencari beberapa literatur terkait
dengan permasalahan penelitian ini. Adapun langkah – langkah penelitian
tersebut

5
ABSTRACT

Drainage is one of the basic facilities designed as a system, to meet the needs of
the community and is an important component in urban planning, especially
infrastructure. The progress of a city can be judged by the condition of its
drainage system. Cities with poor drainage systems will be considered dirty, dirty,
shabby, and underdeveloped. On the contrary, a city with a good drainage system
will look beautiful, harmonious, and developed. Watershed abbreviated as DAS is
a stretch of area / area bounded by topography (ridges) that receive, collect
rainwater, joints and nutrient elements and drain them through tributaries and out
on the main river to the sea or lake. Watersheds are usually divided into three
parts, namely upstream, middle, and downstream areas. The function of a
watershed is to drain water, buffer peak rain events, release water gradually,
maintain water quality, and reduce mass discharge. The research begins with
several stages starting from the preparation stage where this stage is carried out by
searching for some literature related to this research problem. The research steps

6
KATA PENGANTAR

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul “STUDI PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
DAN KOLAM RETENSI DI KAWASAN PERUMAHAN
FLAMBOYAN RAYA MENGGUNAKAN APLIKASI EPA SWMM
5.1” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Universitas
Bandar Lampung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang berpartisipasi dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, yaitu :
1. Bapak Ilyas Sadad, S.T., M.T. selaku pembimbing tugas akhir saya.
2. Bapak Ir.Juniardi, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Bandar Lampung
3. Ibu Dr. Any Nurhasanah, S.T, M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung, serta
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bandar Lampung.
4. Staf Tata Usaha Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Bandar Lampung

Saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
mahasiswa Fakultas Teknik Khususnya, Kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam motivasi pembelajaran sangat saya harapkan untuk
mencapai kesempurnaan Skripsi ini dan Skripsi yang akan datang.

Bandar Lampung, 15 Agustus 2023

I KADEK SEMAREDANE

7
18311055

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah............................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Daerah Aliran Sungai...............................................................................5
2.1.1 Pengertian DAS....................................................................................5
2.1.2 Pengertian Sungai..................................................................................5
2.2 Potensi Banjir................................................................................................6
2.3 Kolam Retensi...............................................................................................8
2.4 Analisa Hidrologi........................................................................................10
2.4.2 Debit Banjir Lapangan........................................................................10
2.4.3 Aspek Hidrologi..................................................................................11
2.4.4 Persamaan Chezy............................................................................18
2.4.5 Persamaan Manning........................................................................18
2.4.6 Persamaan Strickler........................................................................19
2.5 SWMM 5.1..................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................23
3.1 Diagram Alir Penelitian..............................................................................23
3.2 Lokasi Penelitian..........................................................................................24
3.3 Metode Pengumpulan Data.........................................................................24
3.3.1. Pengambilan data di lokasi penelitian :..............................................24
3.3.2. Pengambilan Data Lapangan Pada Saat Tidak Hujan......................25

8
3.4 Analisa Data................................................................................................27
3.5 EPA SWMM...............................................................................................27
3.6 Desain Saluran.............................................................................................27
BAB IV..................................................................................................................29
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................29
4.1. Hasil Pengumpulan Data.........................................................................29
4.2. Analisis Intensitas Curah Hujan (I).........................................................31
4.3. Analisis Banjir Rencana (Qr)...............................................................31
4.3.1 Kemiringan Saluran (S).......................................................................32
4.3.2. Luas (A) dan Koefisien Pengaliran (C)............................................32
4.3.3. Perhitungan Debit Banjir Rencana (Qr)...........................................34
4.3.4. Analisis Hidrolika..............................................................................34
4.4. EPA SWMM 5.1.....................................................................................35
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................1
4.6. Keterbatasan Penelitian.............................................................................1
BAB V......................................................................................................................3
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................3
5.1 Kesimpulan................................................................................................3
5.2 Saran............................................................................................................3

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Struktur Koridor Sungai.....................................................................6


Gambar 2. 2. Kurva Distribusi Frekuensi Normal.................................................14
Gambar 3. 1. Diagaram Alir...................................................................................24
Gambar 3. 2. Peta Lokasi Studi..............................................................................24
Gambar 3. 3. Site Plan...........................................................................................25
Gambar 3. 4. Pengukuran Penampang Saluran......................................................26
Gambar 3. 5. Hasil Pengukuran Drainase di lapnagan..........................................26
Gambar 3.6. Elevasi permukaan............................................................................27
Gambar 4. 1. Potongan Melintang Drainase Blok A.............................................29
Gambar 4. 2. Potongan Melintang Drainase Blok B..............................................30
Gambar 4. 3. Potongan Melintang Drainase Blok C..............................................30
Gambar 4. 4. Potongan Melintang Drainase Blok D.............................................31
Gambar 4. 5.Tampilan Awal Aplikasi EPA SWWM 5.1......................................36
Gambar 4.6. Pengaturan Project Deflault..............................................................36
Gambar 4.7. Penanaman Project Default...............................................................37
Gambar 4.8. Pengaturan Nilai Default Subatchment.............................................38
Gambar 4.9 Centang Save As Default For All New Project ................................39
Gambar 4.10. Mengatur Map Options...................................................................40
Gambar 4.11. Langkah Memasukan Backdrop......................................................41
Gambar 4.12. Backdrop Perumahan Flamboyan Raya..........................................41
Gambar 4.13. Atur Nilai Subcatchment.................................................................42
Gambar 4. 14. Atur Nilai Junction.........................................................................43
Gambar 4.15. Atur Nilai Conduit...........................................................................43
Gambar 4.16. Raingages Yang Telah Diatur.........................................................44
Gambar 4.17. Hasil dari Penggambaran yang sudah ada.......................................44
Gambar 4.18. Tampilan Layar Ketika Run............................................................44
Gambar 4.19. Tampilan layar ketika sudah sukses run..........................................44
Gambar 4.20. Simulasimodel jaringan SWMM.................................................... 46
Gambar 4.21. Profil aliran dari Junction 1-out......................................................46
Gambar 4.22. Profil Aliran melintang juniction 1-junction 4................................47
Gambar 4.23. Profil aliran dari junction 8-Out......................................................47
Gambar 4.24. Ptofil aliran melintang juniction 8-Out...........................................48
Gambar 4.25. Profil aliran dari junction 14-Ou.....................................................48
Gambar 4.26. Profil aliran melintang junction 14-junction out.............................49
Gambar 4. 27. Profil aliran dari junction 19-Out...................................................49
Gambar 4.28. Profil aliran melintang junction 19-Out.........................................50
Gambar 4.29. Profil aliran dari junction 25-Out...................................................50
Gambar 4.30. Profil aliran melintang 25-Out.......................................................51

10
Gambar 4.31. Profil aliran dari junction 31-Out...................................................51
Gambar 4.31. Profil aliran melintang junction 31-Out..........................................52
Gambar 4.32. Profil aliran dari 36-Out..................................................................52
Gambar 4.33. Profil aliran melintang junction 36- Out.........................................53
Gambar 4.34. Profil aliran dari junction 40-Out ...................................................53
Gambar 4.35. Profil aliran melintang junction 40-Out..........................................54
Gambar 4.36. Profil aliran dari junction 43-Out....................................................54
Gambar 4.37. Profil aliran melintang junction 43-Out..........................................55
Gambar 4.38. Profil aliran dari junction 46-Out....................................................55
Gambar 4.39. Profil aliran melintang junction 46-Out..........................................56
Gambar 4.40. Profil aliran dari junction 50-Ou.....................................................56
Gambar 4.41. Profil aliran melintang junction 50-Out..........................................57
Gambar 4.42. Dimensi panjang kolam retensi.......................................................57
Gambar 4.43. Dimensi lebar kolam retensi............................................................58
Gambar 4.44. Denah kolam retensi........................................................................59
Gambar 4.45. Pintu Air kolam retensi...................................................................60
Gambar 4.46.Denah perumahan Flamboyan raya .................................................61

11
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Koefesien Pengaliran (C).......................................................................32


Tabel 4.2.Hasil Pengukuran Debit.........................................................................96

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem, guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota khususnya infrastruktur.
Kemajuan sebuah kota dapat dinilai dari kondisi sistem drainasenya.
Kota dengan sistem drainase yang jelek akan dinilai kotor, jorok, kumuh,
dan terkebelakang. Sebaliknya, kota dengan sistem drainase yang bagus
akan tampak indah, serasi, dan maju.
Menurut Suripin (2004), drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Kolam retensi adalah
prasarana drainase yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air
hujan di suatu wilayah atau yang bermaksud dengan menglola air
permukaan dan air buangan dari setiap unit perumahan. Kolam Retensi
dapat dirancang untuk mempertahankan level muka air tanah dan sebagai
ruang sosial, tempat wisata atau tempat berekreasi dan olahraga bagi
penghuni kawasan dan masyarakat sekitar (Cipta Karya, 2013).
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air
yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Permasalahan utama pemukiman di Provinsi Bandar Lampung
yaitu, rawan terhadap banjir, terutama pada kawasan dataran rendah.
Salah satunya seperti di Kawasan Perumahan Flamboyan Raya yang
berada di Kecamatan Tanjung Senang Ditinjau dari tersedianya prasarana
drainase saat ini, terdapat indikasi bahwa saluran drainase yang ada
sudah banyak yang rusak maka harus diimbangi pula dengan sistem
drainase yang memadai dan mampu mengontrol serta mengendalikan
aliran air permukaan yang ada.

13
Untuk itu dibutuhkan suatu sistem drainase yang lebih baik dan lebih
komprehensif sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
proses alami yang terjadi seperti banjir atau genangan air, dimana akibat
genangan air tersebut dapat menimbulkan kerusakan badan jalan
dikawasan perumahan, datangnya wabah penyakit. Melihat permasalahan
genangan air sering terjadi disebabkan karena curah hujan yang cukup
tinggi serta kondisi saluran yang tidak terawat dan juga sikap sebagian
masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan, misalnya kebiasaan
membuang sampah kedalam saluran sehingga terjadi penyempitan dan
pendangkalan pada saluran yang mengakibatkan air dalam saluran tidak
dapat mengalir dengan lancar.
Maka dibutuhkannya perencanaan saluran drainase dan kolam retensi
yang dimana berfungsi sebagai penampungan air yang di sebabkan oeleh
curah hujan tinggi serta saluaran drainase yang kurang
memadai.Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka penulisan
tugas akhir ini membahas mengenai “Studi Perencanaan Saluran
Drainase Dan Kolam Retensi Di Kawasan Perumahan Flamboyan Raya
Denagan Menggunakan Aplikasi EPA SWMM 5.1”

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil identifikasi
dari latar belakang dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui volume genangan dan debit aliran
permukaan pada Kawasan Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan
Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung?
2. Apakah drainase eksisting di Kawasan Perumahan Flamboyan Raya
Kecamatan Rajabasa Raya Kota Bandar Lampung mampu mengatasi
debit aliran perumahan jika di simulasikan dengan menggunakan
aplikasi EPA SWMM
3. Bagaimana mendesain Kolam Retensi/kolam tampung yang dapat
digunakan sebagai kolam tampung pada Kawasan Perumahan

14
Flamboyan Raya Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung,
dalam mengatasi debit aliran yang ada di perumahan itu sendiri ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun Batasan masalah yang ada dalam penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilaksanakan hanya akan meninjau sistem jaringan
drainase pada Kawasan Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan
Tanjung Senang Kota Bandar Lampung.
2. Intensitas hujan menggunakan peta intensitas hujan mononobe periode
ulang hujan 5 tahun dengan t = 60 menit dengan rentang pengambilan
hujan 10 tahun (2011 – 2020).
3. Debit banjir di tinjau adalah dari air hujan, limpasan aiar drainase yang
naik ke jalan, dan daerah tangkapan hujan (catchment area).
4. Tidak di perhitungkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam
pengerjaan Kolam Retensi saluran drainase pada Kawasan Perumahan
Flamboyan Raya Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung.
5. Tidak mehitung limpasan aliran Sungai disekitar perumahan.

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibuat maka dapat diketahui
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung kapasitas saluran drainase lapangan? eksisting dan
mengelola debit banjir rencana data curah hujan pada Kawasan
Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan Rajabasa Raya Kota Bandar
Lampung.
2. Melakukan simulasi model jaringan drainase rencana Di Kawasan
Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan Rajabasa Raya Kota Bandar
Lampung menggunakan aplikasi SWMM 5.1.
3. Mendesain Kolam Retensi sebagai pengelolaan akhir buangan air hujan
pada Kawasan Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan Rajabasa Jaya
Kota Bandar Lampung.

15
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa membawa manfaat dalam
mengatasi suatu masalah yang terjadi pada saluran drainase pada Kawasan
Perumahan Flamboyan Raya Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar
Lampung. Juga diharapkan dapat dijadikan masukan maupun referensi
kepada terkait dalam membuat kebijakan pada sistem jaringan drainase guna
penanganan masalah dan perencanaan berikutnya.

1.6 Sistematika Penulisan


1. Bab I Pendahuluan.
Pada bab I ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, maksud dan
tujuan, Batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori.
Pada bab II ini terdapat pemaparan teori dengan masalah penelitian
serta beberapa penelitian yang dikakukan oleh peneliti terdahulu
3. Bab III
Pada bab III menjelaskan tentang bagaimana penelitian dilaksanakan
dengan menjelaskan seperti lokasi penelitian, tahapan penelitian, dan
diagram penelitian.
4. Bab IV
Pada bab IV ini menjelaskan tentang tahapan penelitian dengan secara
rinci dari tahap pengumpulan data, pengolahan data serta validasi
penelitian.
5. Bab V
Pada bab V berisi tentang kesimpulan penelitian serta kritik dan saran
dari hasil penelitian tersebut dan diharapkan agar dapat menjadi
informasi atau masukan bagi instansi terkait.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai
2.1.1 Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai disingkat DAS adalah suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sendimen dan unsure hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai
utama ke laut atau danau.
DAS biasanya di bagi menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah,
dan hilir. Fungsi suatu DAS ialah mengalirkan air, menyangga
kejadian puncak hujan, melepas air secara bertahap, memelihara
kualitas air, dan mengurangi pembuangan massal.
Faktor utama penyebab adalah hilang/rusaknya penutupan vegetasi
permanen/hutan, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya dan penerapan teknolagi pengolahaan
lahan/pengolahan DAS yang tidak tepat (Sinukaban, 2007).
2.1.2 Pengertian Sungai
Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang
terbentuk secara alami yang melalui saluran itu air dari darat
mengalir ke laut. Permukaan bumi secara alami mengalami erosi
begitu muncul ke permukaan.
Salah satu faktor penting penyebab erosi yang bekerja secara terus
menerus untuk mengikis permukaan bumi, hingga sama dengan
permukaan laut adalah air. Air adlah benda cair yang senantiasa
bergerak ke arah tempat yang lebih rendah yang di pengaruhi oleh
gradien sungai dan gaya gravitasi bumi. Menurut Sandy (1985),
dalam pergerakannya air selain melarutkan sesuatu juga mengikis
bumi sehingga akhirnya terbentuklah cekungan dimana air
tertampung melalui saluran kecil atau besar yang disebut dengan
istilah alur sungai.

17
Suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah,
dimana air akan mengalir melalui sungai dan anak sungai disebut
daerah aliran sungai (DAS). Dalam istilah bahasa inggris disebut
CatchmentArea, Watershed, atau River Basin.
Menurut Waryono (2001) bahwa struktur sungai pada hakekatnya
merupakan bentuk luar penampang badan sungai yang memiliki
karakteristik berbeda pada bagian hulu, tengah, dan hilir. Lebih jauh
di kemukakan bahwa bagian dari struktur sungai meliputi badan
sungai, tanggul, dan bataran sungai. Forman (1986) menggambarkan
struktur koridor sungai secara rinci sebagai berikut pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 : Struktur koridor sungai (Forman, 1986).

2.2 Potensi Banjir


Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul
sungai sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan
masalah pada manusia (Chow, 1970). Definisi di atas menjelaskan bahwa
banjir terjadi apabila kapasitas alir sungai telah terlampaui dan air telah
menyebar ke dataran banjir. Banjir adalah jumlah debit air yang melebihi
kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung
sungai atau saluran sehingga air melimpah dari kanan tanggul sungai atau
saluran (Hasibuan, 2004).
Menurut kodoatie (2005) dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat
disebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan
oleh perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS),
pembuangan sampah, erosi dan sendimentasi, perencanaan sistem

18
pengendalian banjir yang tidak tepat, curah hujan yang tinggi, pengaruh
fisiografi/geofisika sungai, kapasitas sungai dan drainase yang tidak
memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob (genangan akibat
pasang surut air laut).
Daerah Rawan Banjir
Daerah rawan banjir dapat di kenali berdasarkan karakter wilayah banjir
yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Limpasan dari tepi sungai,
2) Wilayah cekung,
3) Banjir akibat pasang surut
Menurut Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang garis sempadan
sungai, daaerah manfaat sungai, daerah penguasa sungai dan bekas sungai,
daerah penguasa sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau
daerah sempadan. Elevasi dan debit banjir daerah rawan banjir sekurang-
kurangnya ditentukan berdasarkan analisis periode 50 tahunan. Tingkat
resiko di daerah rawan banjir bervariasi tergantung ketinggian permukaan
tanah setempat. Dengan menggunakan peta kontur ketinggian permukaan
tanah serta melalui analisis hidrologi dan hidrolika dapat ditentukan
pembagian dataran banjir menurut tingkat resiko terhadap banjir. Pembagian
daerah rawan banjir digunakan sebagai bahan acuan penataan ruang wilayah
perkotaan sehingga diketahui resiko banjir yang akan terjadi. Dengan
mengikuti pemetaan daerah rawan banjir yang telah diperbaiki maka resiko
terjadi bencana atau kerusakan atau kerugian akibat genangan banjir yang
diderita oleh masyarakat menjadi minimal.
Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya mampu
membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran banjir
(flood plain). Dataran banjir merupakan daerah rawan banjir yang dapat
diklasifikasi berdasarkan kala ulang banjirnya. Dataran banjir di sekitar
bantaran sungai yang masuk dalam daerah genangan pada debit banjir
tahunan Q1 merupakan daerah rawan banjir sangat tinggi.

19
2.3 Kolam Retensi
Kolam retensi adalah suatu bak atau kolam yang dapat menampung atau
meresapkan air sementara yang terdapat di dalamnya. Kolam retensi dibagi
menjadi 2 macam tergantung dari bahan pelapis dinding dan kolam, yaitu
kolam dan kolam buatan .
Kolam alami adalah kolam retensi berbetuk cekungan atau bak resapan yang
sudah terbentuk secara alami dan dapat di manfaatkan baik pada kondisi
aslinya atau dilakukan penyesuaian.
Kolam buatan atau kolam non alami adalah kolam retensi yang dibuat
sengaja di desain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang
telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan material yang kaku, seperti
beton.
Untuk merencanakan pembangunan kolam retensi diperluan analisis
hidrologi untuk menentukan besarnya debit banjir rencana akan berpengaruh
terhadap besarnya debit maksimum maupun kesetabilan konstruksi yang
akan di bangun.
Kemudian diperlukan data curah hujan untuk rancangan pemanfaatan air
dan rancangan bangunan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan suatu titik tertentu (Sosrodarsono,
1993). Selain data tersebut, debit air kotor juga perlu direncanakan untuk
memastikan jumlah air yang masuk ke dalam kolam retensi yang akan di
bangun. Pada perencanaan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarso,
1993).
Kolam retensi berfungsi untuk menyimpan dan menampung air sementara
dari saluran pembuangan sebelum dialirkan ke sungai sehingga puncak
banjir dapat dikurangin. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada
karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika beberapa
bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk pembuatan kolam
penampungan biasanya di daerah yang rendah. Dengan perencanaan dan
pelaksanaan tata guna lahan yang baik, kolam retensi dapat digunakan
sebagai penampungan air hujan sementara dan penyaluran distribusi air.

20
Tipe Tipe Kolam Retensi
1. Kolam retensi tipe di samping badan sungai
Tipe ini memiliki bagian-bagian berupa kolam retensi, pintu inlet,
bangunan pelimpah samping, pintu outlet, jalan akses menuju kolam
retensi, ambang rendah di depan pintu outlet, saringan sampah dan
kolam penangkap sedimen. Kolam retensi jenis ini cocok diterapkan
apabila tersedia lahan yang luas untuk kolam retensi sehingga
kapasitasnya bisa optimal. Keunggulan dari tipe ini adalah tidak
menggunakan system aliran yang ada, mudah dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan.
2. Kolam retensi di dalam badan sungai
Kolam retensi jenis ini memiliki bagian-bagian berupa tanggul
keliling, pintu outlet, bending, saringan sampah dan kolam sendimen.
Tipe ini diterapkan bila lahan untuk kolam retensi sulit didapat.
Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitas kolam yang terbatas, harus
menunggu aliran air dari hulu, pelaksanaan sulit dan pemeliharaan
mahal.
3. Kolam retensi tipe storage memanjang
Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang
lebar dan dalam serta cek dam atau bending setempat. Tipe ini
digunakan apabila lahan tidak tersedia sehingga harus
mengoptimalkan saluran drainase yang ada. Kelemahan dari tipe ini
adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang ada dan
pelaksanaannya lebih sulit. Ukuran ideal suatu kolam retensi adalah
dengan perbandingan Panjang/lebar lebih besar dari 2:1 Sedangkan
dua kutub aliran masuk (inlet) dan keluar (outlet) terletak kira-kira di
ujung kolam berbentuk bulat telor itulah terdapat kedua “mulut”
masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan yang diperoleh adalah
bahwa dengan bentuk kolam yang memanjang semacam itu, ternyata

21
sendimen relatif lebih cepat mengendap dan intraksi antara kehidupan
(proses aktivitas biologis) di dalamnya juga menjadi lebih aktif karena
terbentuknya air yang ‘terus bergerak, namun tetap dalam kondisi
tenang, pada saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding.
Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan
yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air
hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait
(sungai,danau). Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah,
mencegah banjir, estetika, hingga pengairan. Embung menampung air
hujan di musim hujan dan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan
di musim kemarau.
Genangan adalah sebuah kandungan cairan kecil, biasanya air, di
sebuah permukaan. Genangan dapat terbentuk lewat pengisian air
dalam sebuah cekungan permukaan, atau oleh tegangan permukaan di
atas permukaan datar. Genangan umumnya bersifat dangkal untuk
dilangkahi, dan terlalu kecil untuk dilewati perahu atau rakit.
Kehidupan liar kecil dapat bergantung pada genangan.

2.4 Analisa Hidrologi


Analisa hidrologi merupakan suatu bagian analisa awal dalam perencanaan
bangunan hidro. Hal ini mempunyai pengertian bahwa informasi dan
besaran yang diperoleh dalam analisa hidrologi merupakan masukan penting
dalam A
analisa selanjutnya. Hidrologi adalah salah satu aspek yang sangat penting
perannya, dimana tingkat keberhasilan suatu bangunan air dipengaruhi oleh
ketelitian dalam menganalisa 5 hidrologi. Parameter hidrologi penting untuk
perencanaan jaringan irigasi adalah curah hujan evapotranspirasi. Tahapan
awal analisa hidrologi, adalah sebagai berikit :
2.4.2 Debit Banjir Lapangan
Faktor penting perhitungan debit air hujan di daerah perkotaan
adalah kecepatan aliran V atau debit aliran Q. Dalam hitungan
praktis, rumus yang banyak digunakan adalah persamaan kontinus,
Q = AV, dengan A adalah penampang aliran. Apabila kecepatan dab

22
penampang aliran telah diketahui, maka debit aliran dapat dihitung.
Apabila debit aliran sudag ditentukan berdasarkan kebutuhan air
yang diperlukan, maka untuk bisa menghitung penampang aliran A,
terlebih dahulu harus dihitung kecepatan V. Rumus kecepatan ini
diperoleh secara Matematis-Empiris yaitu berdasarkan percobaan
yang dilakukan menggunakan rumus chezy, manning, dan strickler.
2.4.3 Aspek Hidrologi
Menurut KBBI Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air
yang di bawah tanah termasuk keterpadatannya, peredaran dan
sebaran, persifatan dan kimia, reaksi dengan lingkungan serta
hubungan dengan makhluk hidup. Sedangkan menurut (Singh :
1992), hidrologi adalah ilmu yang memplajari kuantitas dan kualitas
air di bumi menurut ruang dan waktu. Proses hidrologi tersebut
mencakup pergerakan, sirkulasi, penyebaran, eksplorasi sampai ke
tanah pengembangan manajemen.
Presipitasi terjadi dari proses penguapan air dari permukaan
Samudra akibat energi panas, uap airnya murni karena pada waktu
dibawa naik ke admosfir kandungan garam ditinggalkan. Uap air
yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam hal ini uap
tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir – butir air
yang akan jatuh Kembali sebagai presipitasi (bentuk hujan). Dalam
hal ini, siklus hidrologi terjadi secara berulang ulang.
Hujan merupakan faktor terpenting dalam siklus hidrologi sehingga
pengukuran curah hujan memang perlu dilakukan. Data curah hujan
dikumpulkan oleh alat ukur yang tersebar, hanya menghasilkan
harga perkiraan di daerah sekitar alat ukur tersebut. Beberapa
metode perhitungan banjir rencana diantaranya dengan cara
hubungan empiris Hujan-limpasan (metode Rasional, Weduen,
Melchior dsb). Hidrograf satuan banjir, dan dengan pengamatan
langsung dilapangan (Kodoatie: 2003).
1. Hujan Kawasan

23
Data hujan yang diperoleh dari alat ukur penakar hujan
merupakan hujan yang terjadi pada suatu tempat atau satu titik
saja (point rainfall). Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah
/ daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus
diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan
(Kiyotoka: 1993).
Ada tiga macam cara umum yang dipakai dalam menghitung
hujan rata – rata kawasan (Suripin, 2004): (1) Rata – rata
Aljabar, (2) Poligon Thiessen, dan (3) Ishoyet.
a. Rata – rata Aljabar
Metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan
kawasan. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua
penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara. Cara ini
cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat
penakar ini tersebar merata dan harga individual curah hujan
tidak terlalu jauh dari harga rata – ratanya (Suripin:2004).
Hujan kawasan diperoleh dari persamaan
P 1+ P 2+ P3+ …+ Pn
P=
n
Dimana P1,P2,…,Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos
penakar hujan. 1,2,…,n = banyaknya pos penakar hujan.
2. Analisis Frekuensi Dan Probabilitas
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran
hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return
periode) adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan suatu
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Tujuan analisis
frekuensi dan probabilitas data hidrologi adalah berkaitan dengan
besaran peristiwa – peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang analisis diasumsikan tidak
bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan
bersifat stokastik (Suripin:2004).

24
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari
penakar hujan, baik yang manual atau otomatis. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada sifat statistic data kejadian yang
telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa
yang akan datang. Ada empat macam seri data yang
dipergunakan dalam analisis frekuensi yaitu :
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut distribusi Gauss.
Fungsi densitas peluang normal (PDF = probability density
function) yang paling deikenal adalah bentuk bell dan dikenal
normal. Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu
vertical dan berbentuk seperti lonceng (Triatmodjo, 2006).
Distribusi normal dapat dituliskan dalam bentuk rata – rata dan
simpangan sebagai berikut (Suripin, 2004) :
1
P (X)= exp[- ¿ ¿ ]
σ √2π
Keterangan :
P(X) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva
normal).
X = variable acak kontinu.
μ = rata – rata nilai X.
σ = simapangan baku nilai X.

Gambar 2.2. Kurva Distribusi Frekuensi Normal.


Sumber : Suripin (2004) Sistem Drainase Perkotaan

25
Berikut rumus umum untuk distribusi normal yaitu :
X T −X
KT =
S
Keterangan :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan
periode ulang T – tahunan.
X = Nilai rata – rata variat.
S = Standart deviasi nilai variat.
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang
atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi
peluang yang akan digunakan untuk analisis peluang.
b. Distribusi Log Normal
Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan
menggunakan tabel yang sama dengan distribusi normal.
Distribusi log normal dipakai jika nilai-nilai dari variabel
random tidak mengikuti distribusi normal, tetapi nilai
logaritmanya memenuhi distribusi normal (Triatmodjo,
2006). Hitungan distribusi log normal dilakukan dengan tabel
yang sama dengan tabel distribusi normal. Jika variabel acak
Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Distribusi Log Normal
dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan
bakunya, sebagai berikut (Suripin, 2006:39).
1
P (X)= exp[- ¿ ¿ X > 0
Xσ √2 π
Keterengan :
P(X) = Peluang Log Normal
X = nilai variat pengamatan
σY = deviasi standar nilai variat Y
μY = nilai rata – rata populasi Y.
apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka
peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus,

26
sehingga dapat dinyatakan sebagai model matematik dengan
persamaan (Suripin, 2006).
YT = Ȳ + KT S
Keterangan:
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan
periode ulang T- tahunan.
Ȳ = nilai rata-rata hitung variat.
S = deviasi standar nilai variat.
K = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang
atau periodeulang dan tipe mode matematik distribusi
peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
c. Distribusi Log Person III
Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang
dikembangkan Person yang menjadi perhatian ahli
sumberdaya air adalah Log-Person III. Tiga parameter
penting dalam Log-Person III, yaitu harga rata-rata,
simpangan baku dan kemencengan. Yang menarik, jika
koefisien kemencengan sama dengan nol, distribusi kembali
ke distribusi Log Normal.
Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log-
Person III:
1) Rata – rata curah hujan (X)
∑ LogXi
Log X =
n

2) Standar deviasi (S)


S = √¿¿¿
3) Koefisien Variasi (Cv)
S
Cv =
log X
4) Koefisien Skewness (Cs)
( ( LogX−Logx ) ¿¿ 3 x n)
Cs = ¿
( n−1 ) x ( n−2 ) x S3

27
5) Koefisien Kurtosis (Ck)
( ( LogX−Logx )¿ ¿ 4 x ( n )2)
Ck = ¿
( n−1 ) x ( n−2 ) x ( n−3 ) x S4
b. Distribusi Gumbel
Persoalan yang utama dengan nilai-nilai ekstrim datang dari
persoalan banjir (E.J Gumbel, 1941). Tujuan dari nilai-nilai
ekstrim tersebut datang untuk menganalisis hasil pengamatan
nilai-nilai ekstrim tersebut untuk memperkirakan nilai-nilai
ekstrim berikutnya. Distribusi Gumbel banyak digunakan
untuk menganalisis pada data maksimum.
c. Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili
distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan
keputusan ini menggunakan parameter X2.
d. Koefisien Aliran Permukaan (C)
Koefisien C didefinisikan nisbah antara puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor ini merupakan
variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit
banjir. Pemilihan harga C yang tepat memerlukan
pengalaman debit yang luas. Faktor utama yang
mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau presentase
lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah
dan intensitas hujan. Permukaan kedap air, seperti perkerasan
aspal dan atap bangunan, akan tetapi menghasilkan aliran
hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa
pun kemiringannya.
e. Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengaliri dari titik terjauh sampai ke
tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi
jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Waktu konsentrasi

28
dapat dihitung dengan membedakannya menjadi 2
komponen, yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir
dipermukaan lahan sampai saluran terdekat to dan waktu
perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran
tc.
Debit limpasan dari sebuah daerah aliran akan maksimum
apabila seluruh aliran dari tempat yang terjauh dengan aliran
dari tempat-tempat di hilirnya tiba di tempat pengukuran
secara bersama-sama. Hal ini memberi pemahaman bahwa
debit maksimum tersebut akan terjadi apabila durasi hujan
harus sama atau lebih besar dari waktu konsentrasi (Wesli,
2008).
f. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
intensitasnya cendrung makin tinggi dan makin besar periode
ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara
intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan dinyatakan dalam
lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF = Intensity-
Duration- Frequency Curve). Intensitas hujan diperoleh
dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara
statistik maupun empiris. Intensitas hujan ialah ketinggian
hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu air hujan
terkonsentrasi (Wesli, 2008).
Intensitas hujan biasanya dihubungkan dengan durasi hujan
jangka pendek, misalnya 5 menit, 30 menit, 60 meneit dan
berjam-jam. Untuk pembuatan grafik IDF dibutuhkan data
hujan jangka pendek. Kemudian, berdasarkan data hujan
jangka panjang tersebut, grafik IDF dapat dibuat dengan
rumus Mononobe.
g. Debit Rencana Banjir

29
Fungsi metode rasional adalah untuk menentukan dabit banjir
rancangan. Yang dihasilkan hanya debit puncak banjir
Qr = 0,278 C I A.
h. Periode Ulang Hujan
Pengertian Q10 bukan berarti akan terjadi banjir setiap 10
tahun. Analisis periode ulang debit menggunakan ilmu dalam
menentukan besaran, yaitu dengan konsep analisis
kemungkinan (Probalitiy). Menurut Robert J.Kodoatie, kala
ulang atau periode ulang hujan dapat didefinisikan sebagai
interval dari suatu waktu yang mencapai suatu harga tertentu
atau melampaui harga tersebut. Umumnya data hidrologi
yang sering dipakai sebagai dasar perhitungan I (intensitas)
rencana, adalah data curah hujan harian maksimum tahunan
yang danya dapat terjadi sekali setiap tahunnya. Jadi fungsi
waktunya ialah tahunan. Periode Ulang tahunan adalah tata-
rata selang waktu perkiraan terjadi banjir.
i. Koefisien Limpasan
Menurut (Triatmodjo:2008) koefisien limpasan merupakan
nilai banding antara bagian hujan yang membentuk limpasan
langsung dengan hujan total yang terjadi.
2.4.4 Persamaan Chezy
Seperti yang sudah diketahui, bahwa perhitungan untuk aliran
melalui saluran terbuka hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus – rumus empiris, karena adanya banyak
variabel yang berubah (Darmadi, 2016). Chezy berusaha mencari
hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran terbuka akan
menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan
akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat
cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya
berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan geser,
dimana tahanan geser ini bergantung pada kecepatan aliran.

30
Setelah melalui beberapa penurunan rumus, akan didapatkan
persamaan umum : V = C√ RI
Dengan V adalah kecepatan aliran (m/det), R adalah jari – jari
hydraulic (m), I adalah kemiringan dasar saluran dan C adalah
koefisien chezy.
2.4.5 Persamaan Manning
Rumus manning yang banyak digunakan pada pengaliran di
saluran terbuka, juga berlaku untuk pegaliran di pipa. Rumus
2 1
1
tersebut mempunyai bentuk : V = R 3 I 2
n
Dengan n adalah koefisien Manning dan R adalah jari - jari
hydraulik, yaitu perbandingan antara luas tampang aliran A dan
keliling basah P.
A
R= Untuk pipa lingkaran, A=π D2/4 dan P = πD , sehingga :
P
π D2 /4 D
atau R= = D = 4R. Untuk aliran di dalam pipa
πD 4
2 1
0,397 3 2
persamaan menjadi : V = D I .
n

2.4.6 Persamaan Strickler


Rumus strickler yang banyak digunakan pada pengaliran di
saluran terbuka, juga berlaku untuk pengaliran di pipa. Rumus
2 1
tersebut mempunyai bentuk : V = K R 3 I 2

Dengan K adalah koefisien strickler dan R adalah jari – jari


hydraulic, yaitu perbandingan antara luas tampang alira A dan
keliling basah P. Angka kekasaran strickler yang dianjurkan
(m1/3/detik) adalah saluran pasangan 60, saluran beton 70,
saluran tanah bersih 30-45, saluran bersemen plesteran 70.

2.5 SWMM 5.1


Software EPA SWMM 5.1 pertama kali dikembangkan pada tahun
1971 oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA)

31
dan kemudian mengalami beberapa peningkatan sampai dengan saat ini.
Perangkat lunak ini bersifat gratis (public domain) dan versi terakhirnya
yaitu versi 5.1.014 telah beredar sejak 18 Februari 2020 lalu. File instalasi
SWMM dapat diunduh pada halaman resmi US EPA.
Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model dinamik
simulasi hujan-aliran (rainfall-runoff) yang bisa digunakan untuk suatu
simulasi pada kuantitas maupun pada kualitas pada limpasan permukaan
terutama dari daerah perkotaan. Limpasan permukaan yang dapat
dihasilkan bisa berasal dari suatu daerah tangkapan hujan yang menerima
hujan. Beban limpasan permukaan tersebut kemudian dialirkan melalui
sistem saluran pipa, saluran terbuka, tampungan, pompa, dan
sebagainya. EPA SWMM 5.1 menghitung kuantitas dan kualitas limpasan
permukaan di setiap daerah yang memiliki tangkapan hujan, dan debit,
kedalaman, kecepatan, dan variabel lainnya dalam tiap saluran selama
periode simulasi dengan tahapan waktu tertentu.
EPA SWMM 5.1 memiliki suatu kemampuan untuk menghitung baik
aspek hidrologi maupun hidrolika pada suatu sistem drainase. Perangkat
lunak ini dapat menghitung berbagai proses hidrologi untuk menghasilkan
limpasan dari daerah perkotaan yang mencakup:
1. Hujan bervariasi fungsi waktu atau hyetograph.
2. Evaporasi
3. Akumulasi salju dan pencairannya.
4. Intersepsi hujan dari tampungan cekungan.
5. Infiltrasi dari lapisan tanah yang tak jenuh.
6. Perkolasi dalam lapisan air tanah.
7. Aliran antara dari air tanah dan sistem drainase.
8. Penelusuran tampungan untuk aliran permukaan
9. Intersepsi dan retensi hujan/limpasan dengan berbagai praktik
pembangunan berdampak rendah atau low impact development
(LID)
EPA SWMM 5.1 juga dapat menghitung sebuah proses hidrolika untuk
bisa menelusuri limpasan dan aliran masuk lainnya melalui jaringan

32
sistem drainase pada pipa, saluran, tampungan/kolam, dan struktur
hidrolik lainnya. Kemampuan hidrolika ini mencakup:
1. Dapat mensimulasikan dengan ukuran jaringan yang tidak terbatas,
yaitu jumlah komponen sistem seperti pipa/saluran, tampungan, dan
struktur hidrolik lainnya yang tak terhingga.
2. Dapat mensimulasikan bentuk penampang saluran yang bervariasi
termasuk saluran alami seperti sungai.
3. Dapat memodelkan komponen sistem seperti tampungan, pembagi
aliran, pompa, bendung, dan peluap.
4. Metode penelusuran aliran tersedia untuk aliran mantap, gelombang
kinematik, dan gelombang dinamik.
5. Mampu memodelkan berbagai rezim aliran seperti aliran terbendung
(backwater), penggenangan, aliran balik, dan genangan permukaan.
6. Dapat menerapkan operasi pompa, bukaan peluap, dan level dari
pelimpah yang dapat diatur secara bebas oleh pengguna (user).
Selain mampu menghitung aspek hidrologi dan hidrolika, SWMM, juga
dapat menghitung aspek kualitas, yaitu jumlah dan konsentrasi
polutan/limbah yang
EPA SWMM 5.1 sudah digunakan secara luas dan diterapkan dalam
ribuan studi sistem drainase dan limbah di seluruh dunia. Secara umum,
SWMM banyak diaplikasikan untuk:
1. Perancangan komponen sistem drainase untuk pengendalian banjir.
2. Perencanaan kolam untuk pengendalian banjir dan perlindungan
kualitas air.
3. Pemetaan genangan banjir dari sistem saluran alami/sungai.
4. Perancangan strategi pengaturan untuk meminimalkan luapan dari
saluran limbah.
5. Evaluasi dampak aliran masuk dan infiltrasi terhadap luapan
saluran limbah.
6. Perhitungan alokasi beban pencemar yang diizinkan dari suatu
lokasi studi.
7. Pengendalian limpasan permukaan menggunakan praktik

33
infrastruktur hijau seperti komponen-komponen LID.
8. Evaluasi efektivitas praktik manajemen terbaik (best management
practices) untuk mengurang beban pencemar.
Data yang dibutuhkan dalam melakukan simulasi model jaringan drainase
pada Jalan Hi. Sardana , Kota Bandar Lampung adalah:
1. Intensitas Hujan
2. Dimensi saluran
3. Panjang saluran
4. Kemiringan saluran
5. Topografi lahan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Penelitian dimulai dengan beberapa tahapan dimulai dari tahapan penyiapan
dimana tahapan ini dilakukan dengan mencari beberapa literatur terkait
dengan permasalahan penelitian ini. Adapun langkah – langkah penelitian
tersebut divisualkan dalam bentuk diagram alir sbagai berikut (gambar 3.1.)

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan data

(Primer dan Sekunder)

Saat tidak hujan, data curah hujan, Topografi

Pengolahan data

Analisis Drainase
1. Menghitung debit curah hujan
34
rencana
2. Menghitung kapasitas tampung
saluran drainase
Simulasi Aplikasi SWMM

Kolam Retensi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1. Diagaram Alir


3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis berada di Jalan Flamboyan Raya Ujung. Jika
secara adiministrasi wilayah ini termasuk dalam kecamatan Rajabasa Raya
Kota Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas
saluran drainase yang akan dibangun di Kawasan Perumahan Flamboyan
Raya, apakah mampu menampung debit banjir rencana. Waktu penelitian
dimulai pada tanggal 10 Mei 2023 sampai dengan 10 Juli 2023. Lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.

35
Gambar 3. 2. Lokasi Penelitian
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode primer dan sekunder, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dilapangan. Adapun data – data tersebut
didapatkan dari hasil survey:
3.3.1. Pengambilan data di lokasi penelitian :
a. Alat pengukur jarak (meteran)
Alat ini digunakan untuk mengukur dimensi saluran dan
mengukur lebar jalan.
b. Alat tulis
Alat tulis berupa pena, kertas, dan papan alas kertas yang
digunakan untuk mencatat hasil survey yang dilakukan.
c. Site Plan

Gambar 3.3. Site Plan


3.3.2. Pengambilan Data Lapangan Pada Saat Tidak Hujan
Pengambilan data pada saat tidak hujan bertujuan untuk
mengetahui dimensi saluran sisi kanan, saluran sisi sebelah kiri,
dan sisi ruas jalan.
Alat Yang Dibutuhkan
a. Alat ukur panjang (meteran).

36
b. Buku.
c. Pena.
Langkah – Langkah Pengambilan Data Lapangan
a. Siapkan alat yang di perlukan.
b. Ukur dan catat lebar penampang saluran, dan tinggi saluran.

Gambar 3. 4. Pengukuran Penampang Saluran


c. Hasil pengukuran drainase di lapangan

Gambar 3. 5. Hasil Pengukuran Drainase di lapangan

37
Gambar 3. 6. Elevasi Permukaan

3.4 Analisa Data


Untuk melakukan evaluasi pada kinerja saluran drainase di Kawasan
Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.
Penulis melakukan Analisa debit (Q5 tahun) dan Analisa luas genangan:
a. Analisa Debit.
Analisa debit dilakukan untuk mengetahui debit curah hujan rencana 5
tahun pada saat banjir berlangsung.
3.5 EPA SWMM
Storm Water Management Model (SWMM) merupakan model yang
mampu untuk menganalisa permasalahan kuantitas dan kualitas air yang
berkaitan dengan limpasan daerah perkotaan. Storm Water Management
dikembangkan oleh EPA(Environmental Protection Agency – US), sejak
1971 (Huber and Dickinson, 1988).SWMM tergolong model hujan aliran
dinamis yang digunakan untuk simulasi dengan rentang waktu yang
menerus atau kejadian banjir sesaat. Model ini paling banyak
dikembangkan untuk simulasi proses hidrologi dan hidrolika di
wilayah perkotaan. SWMM menghitung kuantitas dan kualitas limpasan
permukaan dari setiap daerah tangkapan hujan, dan debit aliran,
kedalaman aliran, dan kualitas air di setiap pipa dan saluran selama
periode simulasi.
3.6 Desain Saluran
Pengolahan data hasil survey lahan genangan bajir di Jalan Hi. Sardana,
Kec. Rajabasa ,Kota Bandar Lampung guna keperluan perencanaan , disini

38
penulis menggunakan beberapa perangkat aplikasi sebagai berikut :
a. AutoCAD.
Autocad merupakan aplikasi perangkat lunak untuk desain dibantu
komputer (CAD) dan penyusunan, baik dalam format 2D dan 3D.
Aplikasi tersebut akan digunakan guna mendesain dengan format 2D
dan memberikan dimensi dari bangunan tersebut dengan beracuan dari
hasil perhitungan yang telah dilakukan (Malahayati.co.id, 2016).
b. SketchUp.
SketchUp yaitu aplikasi berupa model 3D intuitif yang memungkinkan
kita membuat dan mengedit model 2D dan 3D menggunakan Teknik
“push and pull” yang telah dipatenkan. Aplikasi sketchup ini akan
digunakan untuk pemodelan berupa 3D dari hasil desain saluran yang
masih berupa format 2D (4winmobile, 2015).
c. Storm Water Management Model (SWMM) merupakan suatu model
dinamik simulasi hujan-aliran (rainfall-runoff) yang bisa digunakan
untuk suatu simulasi pada kuantitas maupun kualitas pada limpasan
permukaan terutama dari daerah perkotaan. Limpasan permukaan
yang dapat dihasilkan berasal dari daerah tangkapan hujan yang
menerima hujan. Beban limpasan permukaan tersebut kemudian
dialirkan melalui sistem saluran pipa, saluran terbuka, tampungan,
pompa, dan sebagainya. EPA SWMM 5.1 menghitung kuantitas dan
kualitas limpasan permukaan di setiap daerah yang memiliki
tangkapan hujan, dan debit, kedalaman, kecepatan, dan variabel
lainnya dalam tiap saluran selama periode simulasi dengan tahapan
waktu tertentu.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengumpulan Data


Lokasi penelitian ini terletak di Kawasan Pembangunan Perumahan
Flamboyan Raya Kota Bandar Lampung. Data yang di gunakan dalam
peneilitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer di dapatkan dari
hasil observasi di lokasi penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari
instansi terkait.
Berikut ini adalah gambar potongan melintang di Blok A – Blok D.

40
Gambar 4.1. Potongan Melintang Drainase Blok A

Gambar 4.2. Potongan Melintang Drainase Blok B

Gambar 4.3. Potongan Melintang Drainase Blok C

41
Gambar 4.4. Potongan Melintang Drainase Blok D

4.2. Analisis Intensitas Curah Hujan (I)


Selanjutnya untuk menghitung saluran drainase, diperlukan perhitungan
intensitas curah hujan yang akan digunakan untuk menghitung debit banjir
merupakan hasil penelitian oleh Susilowati, Sofia W. Alisjahbana, Dyah
Indriana Kusumastuti. Estimation of Intensity Duration Frequenncy for
Ungauged Basin in Lampung Provience Indonesia. International Journal
of Design and Nature and Ecodynamicst, Vol.17, no.2, April, 2022, pp.297
– 302.
Waktu konsentrasi
Tc = 10,698 menit = 641880 detik
Periode ulang banjir rencana 5 tahun
I = 221,769 mm/jam

4.3. Analisis Banjir Rencana (Qr)


Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana di sungai atau
bangunan air lainnya dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan
oleh saluran tersebut tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas
saluran tersebut. Debit rencana tersebut dilakukan dengan menganalisis data
curah hujan maksimum pada stasiun curah hujan kemudian melakukan
pengamatan dan pengukuran langsung di lokasi saluran drainase tersebut.

42
4.3.1 Kemiringan Saluran (S)
Terlebih dahulu menghitung kemiringan dari hulu ke hilir saluran,
guna mendapatkan kemiringan saluran, terlebih dahulu harus
mengetahui elavasi di hulu dan hilir saluran. Disini saya menggunakan
data yang saya dapatkan dari Google Earth dan data ukur lapangan
dengan cara mengurangi elevasi pada peta dengan ukuran saluran di
lapangan.
Elevasi Lahan Hulu = 101.00 mdpl
Elvesai Lahan Hilir = 97.00 mdpl
Panjang Saluran = 387 m
Kemiringan saluran S :
S = Kemiringan saluran
L = Panjang Saluran (km)
ΔH = Tinggi hulu – Tinggi hilir
ΔH = 101.00 – 97.00 = 4 meter = 0,004 km
ΔH
S=
(0,9 x L)
0,00400
S= = 0,011484
(0,9 x 0,3870)
4.3.2. Luas (A) dan Koefisien Pengaliran (C)
Dalam penelitian sistem jaringan drainase jalan raya ini, koefisien
pengaliran (C) mengacu pada SNI 03-3424-1994 tentang Tata Cara
Perencanaan Drainase permukaan Jalan Raya, maka didapatkan nilai
koefisien pengaliran (C) untuk menghubungkan kondisi permukaan
tanah tertentu, sebagai berikut :

Tabel 4. 1. Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien
Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran (C)
1. Jalan Beton dan Jalan Aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan Kerikil dan Jalan Tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu Jalan
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65

43
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,35
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah Perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah Pinggiran Kota 0,60 – 0,70
6. Daerah Industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman Padat 0,40 – 0,60
8. Permukiman Tidak Padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan Kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90

1. Koefisien C1 ( Jalan Beton dan Aspal ) = 0,95


2. Koefisien C2 ( Bahu Jalan ) = 0,65
3. Koefisien C3 ( Trotoar / Jagaan Saluran ) = 0,85
4. Koefisien C4 ( Perumahan ) = 0,60
Sementara untuk perencanaan luas daerah aliran untuk jalan raya
dihitung dengan perhitungan sebagai berikut yaitu :
1. Luas A1 ( Jalan Beton dan Aspal )
= 0,95 x 387,00 m = 368 m2
2. Luas A2 ( Bahu Jalan )
= 0,80 x 387,00 m = 310 m2
3. Luas A3 ( Trotoar / Jagaan Saluran )
= 0,70 x 387,00 m = 271 m2
4. Luas A4 ( Perumahan )
= 0,60 x 387,00 m = 236 m2
Total luas Area (A) pada perhitungan diatas sekitar 1187 m2. Denah
pembagian luas pengaliran terdapat di dalam lampiran. Selanjutnya
menghitung nilai koefisien gabungan (Cw) yang perhitungannya
sebagai berikut :

44
( C 1 x A 1 )+ ( C 2 x A 2 )+ ( C 3 x A 3 ) + ( C 4 x A 4 ) +..+(Cn x An)
Cw =
A 1+ A 2+ A 3+ A 4+..+ An
( 0,95 x 387 ) + ( 0,80 x 387 ) + ( 0,70 x 387 )+ ( 0,60 x 387 )
Cw =
368+ 310+271+236
Cw = 0,779
Koefisien pengaliran gabungan (C) didapat hasil sebesar 0,779.
4.3.3. Perhitungan Debit Banjir Rencana (Qr)
Sebelumnya sudah didapatkan nilai koefisien pengaliran (C) sebesar
0,779 . Nilai intensitas curah hujan (I) sebesar 75 mm/detik dengan
periode ulang 5 tahun dan (A) sebesar 0,0012 km2.
Maka dapat dihitung debit banjir rencana untuk periode ulang 5 tahun
sebagai berikut :

Qr = 0,2778 x C x I x A
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas maksimum selama waktu konsentrasi (mm/detik)
A = Luas DAS (km2)
Qr = 0,2778 x 0,7 x 75 x 0,0012 = 0,019 m3/detik.
4.3.4. Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan
penampang dalam menampung debit air oleh saluran drainase dengan
panjang 387 m.
1. Perhitungan Kecepatan Aliran (V)
Rumus untuk menghitung kecepatan aliran dalam saluran
menggunakan rumus sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
Untuk memperoleh nilai radius Hidrolik (R) dibutuhkan nilai luas
penampang dan keliling basah. Luas penampang (A) dari saluran
sisi kanan dan kiri menggunakan rumus sebagai berikut :
A=bXy
Diketahui data saluran drainase Blok A - D :
b = 0,30 m

45
y = 0,40 m
A = 0,30 x 0,40
A = 0,12 m2
Keliling basah (P) didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
P = b + 2y
P = 0,30 + 2 x 0,80
P = 1,10 m
Dapat dihitung nilai rumus hidrolik (R) sebesar :
A
R=
P
2
0,12 m
R=
1,10 m
R = 0,11 m
Maka kecepatan aliran (V) untuk saluran drainase, dapat dihitung
sebagai berikut :
1 2 1
V= 3 2
n R S
1 2 1
V= 0,11 3
0,00001 2
0,014
V = 0,055 m/detik (Saluran sisi kanan)
Kecepatan aliran (V) dari hasil perhitungan didapatkan saluran
drainase blok A - D 0,055 m/detik . Menurut Standar Perencanaan
Irigasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air PUPR, kecepatan
minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak
akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter
maksimum yang diizinkan adalah 0,088 m/detik . Artinya
kecepatan aliran (V) sebesar 0,055 m/detik bisa dipakai.
2. Perhitungan Daya Tampung Debit Saluran (Qs)
Perhitungan daya tampung debit saluran dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Saluran Blok A - D (R)
Qs = V.A = 0,055 x 0,12 = 0,007 m3/detik.

46
4.4. EPA SWMM 5.1
Untuk menganalisis kapasitas aliran saluran drainase di Jalan Falmboyan
Raya Ujung, Bandar Lampung . Maka perlu dilakukan simulasi sebagai
berikut :
1. Jalankan program SWMM jika belum dijalankan sebelumnya dan
pilih File >> New dari papan menu utama untuk membuat sebuah
proyek baru

Gambar 4. 5. Tampilan Awal Aplikasi SWMM 5.1


2. Pilih Select >> Defaults untuk membuka jendela Project Defaults.
Penamaan pada default project bebas sesuai dengan keinginan.

Gambar 4. 6. Pengaturan Project Default

47
Gambar 4. 7. Penamaan Project Default sesuai keinginan
3. Pada halaman Subcatchment, atur nilai default sebagai berikut:

Gambar 4. 8. Pengaturan nilai default subcatchment


Project default ini harus diisi,akan tetapi bukan merupakan nilai
permanen untuk di setiap subcatchment. Apabila adanilai yang berbeda,
maka bisa diganti pada property editor setiap subcatchment

48
Area merupakan suatu luas dari subcatchment yang akan di analisa;
kemudian width adalah lebar dari subcatchment; % slope adalah suatu
kemiringan saluran; % impervious adalah luas dari daerah
subcatchment yang kedap air; N-Impervious adalah koefisien
angka manning untuk suatu daerah yang kedap air (Tabel); N-
pervious adalah nilai dari koefisien angka manning untuk suatu daerah
yang tidak kedap air (Tabel); D-store Imperv adalah suatu kedalaman
depression storage pada daerah yang kedap air; D-store perv
adalah kedalaman depression storage pada daerah yang tidak
kedap air; % ZeroImpervious adalah persen daerah impervious
yang tidak memiliki depression storage; Infiltration Method yang
digunakan adalah Curve Number. Metode ini mengasumsikan total
kapasitas infiltrasi pada suatu tanah yang dapat ditemukan dari tabel
Curve Number. Input untuk metode ini adalah nilai curve number
dan waktu yang akan diperlukan untuk tanah jenuh yang akan menjadi
kering sepenuhnya.
4. Lalu Klik OK untuk menyimpan pengaturan di atas dan menutup
jendela dialog. Jika pengaturan di atas akan digunakan kembali untuk
proyek baru, maka centang Save as defaults for all new projects
sebelum klik OK.

49
Gambar 4. 9. Centang save as defaults for all new project untuk
menyimpan pengaturan
Selanjutnya akan dilakukan pengaturan beberapa pilihan pada tampilan
map sehingga ID label dan simbol akan secara otomatis ditampilkan
setiap kali objek akan ditambahkan dalam jendela Study Area Map,
begitu pun dengan arah aliran dalam suatu saluran.
1. Klik kanan pada lembar study area kemudian Options untuk
memunculkan tampilan pada jendela Map Options.
2. Pilih halaman Subcatchment dan atur Fill Style menjadi
Diagonal dan Symbol Size menjadi 5.
3. Kemudian pilih halaman Nodes dan atur Node Size menjadi 5.
4. Pilih halaman Annotation dan centang kotak yang akan
menampilkan ID label untuk Subcatchment, Node, dan Link.
Sedangkan yang kotak yang lain untuk sementara biarkan saja
tidak tercentang.
5. Terakhir, pilih halaman Flow Arrows dan atur Arrow Style
menjadi Filled, serta atur juga Arrow Size menjadi 7.
6. Klik tombol OK untuk menerima pengaturan dan menutup jendela
Map Options.

Gambar 4. 10. Mengatur Map Options

50
5. Membuat backdrop lokasi yang akan dilakukan simulasi menggunakan
SWMM 5.1 , penggambaran backdr op bisa dilakukan secara manual
menggunakan aplikasi AutoCAD. Pastikan bentuk dari gambar backdrop
sesuai dengan lay-out dari lokasi yang akan di simulasikan. Karena untuk
mempermudah dalam pembuatan jaringan drainase yang akan di
gambarkan dan di simulasikan menggunakan SWMM nantinya.
6. Kemudian klik View dan klik Backdrop pada layar untuk memasukan
peta yang sudah di gambarkan.

Gambar 4. 11. Langkah memasukan Backdrop


7. Kemudian masukan file gambar peta yang sudh di gambar.

Gambar 4. 12. Backdrop Perumahan Flamboyan Raya

51
8. Lalu gambarkan sesuai bentuk dari gambar peta yang sudah disiapkan.
Masukan data dari subcatchmen, junction, conduit, rain gages sesuai
hasil dari perhitungan dan data hasil survey pengukuran di lapangan.
Baik dari elevasinya, intensitas hujan, ukuran saluran, dan luas area dari
daerah tangkapan air itu sendiri.
a) Atur nilai subcatchment, masukan masing – masing luas area daerah
tangkapan hujan, nilai raingages nya begitupun semua dt yang
dibutuhkan dalam pengaturan subcatchment.

Gambar 4. 13. Atur nilai subcatchment

b) Atur nilai masing – masing junction seperti elevasi lahan dimana


junction tersebut berada.

52
HGambar 4. 14. Atur nilai Junction
c) Atur nilai masing conduit seperti bentuk saluran drainase, ukuran
drainase, panjang drainase.

Gambar 4. 15. Atur nilai Conduit


d) Lalu atur nilai rax ingages sesuai dengan hasil dari intensitas hujan
jam jam an yang telah di hitung dalam perhitungan hidrologi
sebelumnya.

53
Gambar 4. 16. Raingages yang telah diatur

Gambar 4. 17. Hasil dari penggambaran yang sudah dilakukan


9. Lalu klik perintah Run pada layar utama untuk melanjutkan ke simulasi.

54
Gambar 4. 18. Tampilan layar ketika Run
10. Setelah di Run kita klik perintah Map pada layar untuk melihat
laporan hasil dan simulasi pada jaringan drainase dan daerah tangkapan
air

Gambar 4. 19. Tampilan layar ketika sudah sukses Run


11. Setelah itu dilanjutkan simulasi untuk melihat kapasitas saluran
drainase yang meluap.

55
Gambar 4. 20. Simulasi model jaringan SWMM
Di simulasi hujan 2 jam sudah mulai terlihat saluran drainase yang
meluap. Bahkan terjadi genangan di Sub 4 dan Sub 12, bisa di lihat pada
gambar. Garis merah meunjukan situasi terjadi genangan pada
Subcatchmen dan garis merah pada Conduit menunjukan situasi dimana
kapasitas drainasenya sudah tidak mampu lagi menampung air .

Gambar 4. 21. Profil aliran dari Juncion 1- Out

56
Gambar 4. 22. Profil aliran melintang Juncion 1- Junction 4
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.20 kapasitas Junction
1,Junction 2,Junction 3, Juntion 4, Juntion 5, Juntion 6, Juntion 7
Juntion 53, , Juntion 54, , Juntion 55.mengalami luapan.
.

Gambar 4. 23 Profil aliran dari Juncion 8- Out

57
Gambar 4. 24. Profil aliran melintang Juncion 8- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 8 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.22. kapasitas Junction
10,Junction 11,Junction 12, Juntion 13, Juntion 15, Juntion 16, Juntion
17 , Juntion 53, Juntion 54, Juntion 55.mengalami luapan.

58
Gambar 4. 25. Profil aliran dari Juncion 14- Out

Gambar 4. 26. Profil aliran melintang Juncion 14- Junction Out


Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.24 kapasitas Junction
16,Junction 17,Junction 18, Juntion 19, Juntion 20, Juntion 53, Juntion
54 , Juntion 55. mengalami luapan.

59
Gambar 4. 27. Profil aliran dari Juncion 19- Out

Gambar 4. 28. Profil aliran melintang Juncion 19- Junction Out


Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.26.kapasitas Junction
20,Junction 21,Junction 22, Juntion 24, , Juntion 53, Juntion 54 , Juntion
55. mengalami luapan.

Gambar 4. 29. Profil aliran dari Juncion 25- Out

60
Gambar 4. 30. Profil aliran melintang Juncion 25- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.28. kapasitas Junction
26,Junction 27,Junction 28, Juntion 29, , Juntion 30,Juntion 53,
Juntion 54 , Juntion 55. mengalami luapan.

Gambar 4. 31. Profil aliran dari Juncion 31- Out

61
Gambar 4. 32. Profil aliran melintang Juncion 31- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.30. kapasitas Junction
26,Junction 27,Junction 28, Juntion 29, , Juntion 30,Juntion 53,
Juntion 54 , Juntion 55. mengalami luapan.

Gambar 4. 33. Profil aliran dari Juncion 36- Out

62
Gambar 4. 34. Profil aliran melintang Juncion 36- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.32. kapasitas Junction
37,Junction 38,Junction 39,Juntion 30,Juntion 53, Juntion 54 , Juntion
55. mengalami luapan.

Gambar 4. 35. Profil aliran dari Juncion 40- Out

63
Gambar 4. 36. Profil aliran melintang Juncion 40- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.34 kapasitas Junction
41,Junction 42,Junction , Juntion 36, Juntion 30,Juntion 53, Juntion 54 ,
Juntion 55. mengalami luapan.

Gambar 4. 37. Profil aliran dari Juncion 43- Out

64
Gambar 4. 38. Profil aliran melintang Juncion 43- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.36 kapasitas Junction
42,Junction 43,Junction , Juntion 45, Juntion 41,Juntion 53, Juntion 54 ,
Juntion 55. mengalami luapan.

Gambar 4. 39. Profil aliran dari Juncion 46- Out

65
Gambar 4. 40. Profil aliran melintang Juncion 46- Junction Out
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.38 kapasitas Junction
47,Junction 48,Junction , Juntion 49, Juntion 45,Juntion 53, Juntion 54 ,
Juntion 55. mengalami luapan.

Gambar 4. 41. Profil aliran dari Juncion 50- Out

66
Gambar 4. 42. Profil aliran melintang Juncion 50- Junction
Simulasi di 2 jam pertama , dimana saluran dari Junction 1 menuju
saluran pembuangan. Dan terlihat di Gambar 4.40 kapasitas Junction
51,Junction 52,Junction , Juntion 45,Juntion 53, Juntion 54 , Juntion 55.
mengalami luapan.

4.5 Desain Kolam Retensi


Setelah diketahui bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya genangan, penulis akan mendesain kolam retensi guna menangani
kelebihan banjir di daerah tersebut.
Dari perhitungan volume genangan yang terjadi di lapangan sebesar
debit banjir rencana (Qr) 0,019 m3/detik dari data hujan, perhitungan debit
daya tampung saluran sebesar (Qs blok A) 0,007m3/detik dan (Qs blok b)
0,007 m3/detik, maka penulis akan melakukan desain kolam retensi
terhadap debit yang telah didadapat dari perhitungan debit banjir rencana
(Qr) 0,019 m3/detik dari data hujan sebagai berikut.
Perhitungan desain rencana kolam retensi :

67
a) Data perhitungan
1. Kolam retensi
Area A
T = 1,5 m
La = 1,07 m
Lb = 8,2 m
Pa = 17,7 m
Pb = 15,2 m
Area B
T=3m
L = 7,2 m
P = 14,2 m
Volume tampung kolam retensi
Volume A

Gambar 4. 43 Dimensi panjang kolam retensi.


La = 1/2 x Jumlah sisi sejajar x Tinggi trapesium
= 1/2 x (FE + AD) x CE
= 14,175 m2

68
Gambar 4. 44 Dimensi lebar kolam retensi.

Lb = 1/2 x Jumlah sisi sejajar x Tinggi trapesium


= 1/2 x (FE + AD) x CE
= 24,675 m2
Volume A
V= La + Lb
V= 14,175 + 24,675
V = 38,85 m3
Volume B
V=PxLxT
V = 14,2 x 17,2 x 3
V = 306,72 m3
Volume total kolam
Vtotal = Volume A + Volume B
Vtotal = 38,85 + 306,72
Vtotal = 345,57 m3

Jadi total untuk daya tampung desain rencana kolam retensi = 345,57

69
Perhitungan limpasan

Penampang saluran
=L+R
=0,30+0,30=0,60
Tinggi genangan rata-rata=0,18
Panjang genangan=387
Volume genangan =320,436

70
71
59
60
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dan pengamatan pada saat penelitian, berikut
ini hasil penelitian berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, untuk
perhitungan intensitas curah hujan hasil penelitian oleh Susilowati, Sofia W.
Alisjahbana, Dyah Indriana Kusumastuti. Estimation of Intensity Duration
Frequenncy for Ungauged Basin in Lampung Provience Indonesia.
International Journal of Design and Nature and Ecodynamicst, Vol.17,
no.2, April, 2022, pp.297 – 302. nilai intensitas curah hujan (I) sebesar =
746,551 mm/detik. Nilai kemiringan saluran sebesar 0,055. Dengan hasil
akhir didapatkan debit banjir rencana untuk Periode 10 tahun (Qr) sebesar
0,019 m3/detik.

NO URAIAN DEBIT (Q)


1 Debit Kapasitas Saluran Rencana 0,007 m3/detik
2 Debit Banjir Rencana 5 tahun 0,019 m3/detik
3 Debit Lapangan 0,009 m3/detik
4 Debit Kapasitas Saluran Re desain 0,028 m3/detik

Dari pembahasan hasil penelitian diatas dapat diberikan solusi yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir dikarenakan kapasitas saluran
drainase yang tidak mampu menampung debit banjir rencana di Perumahan
Flamboyan Raya Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan Re-desain guna menambah daya tampung saluran drainase,
yang mana dimensi drainase rencana b = 30 cm dan y = 40 cm menjadi
b= 60 cm dan y = 60 cm . Yang telah dibuktikan dari hasil perhitungan
yang dianggap aman dan mampu menampung debit banjir rencana.
4.6. Keterbatasan Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu terdapat beberapa keterbatasan oleh karena
beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan dan kekurangan
pada saat penelitian dilakukan, yaitu :
1. Dalam melakukan survei dan pengukuran langsung terjadi ketidak
akuratan atau ketepatan dalam dimensi dan ukuran yang didapat.

62
2. Dalam penentuan data curah hujan untuk kedua stasiun menggunakan
terdekat tanpa mempertimbangkan cakupan daerah pengaliran, hal ini
dikarenakan stasiun yang mencakup lokasi penelitian terlalu jauh
dengan lokasi penelitian.

63
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis kapasitas daya tampung drainase
eksisting pada Kawasan Perumahan Flamboyan Raya , Kota Bandar
Lampung, maka didapatkan beberapa kesimpulan yang di uraikan sebagai
berikut, yaitu:
1. Dari perhitungan debit banjir rencana 10 tahun sebesar (Qr) 0,019
m3/detik dari data hujan, melampaui debit saluran permukaan (Qs)
0,007 m3/detik dengan kecepatan aliran 0,055 m/detik. Dengan
intensitas curah hujan (I) sebesar 746,551 mm/detik . Dan untuk
kapasitas saluran drainase redesain 60 cm x 60 cm sebesar (Qs) 0,028
m3/detik, nilainya lebih besar dari debit banjir rencana (Qr). Ini
membuktikan bahwa saluran drainase eksisting mampu menampung
debit banjir rencana sehingga tidak terjadi genangan air atau banjir di
Kawasan Perumahan.
2. Simulasi telah dilakukan menggunakan EPA SWMM 5.1, hasil
simulasi menunjukkan terdapat terdapat 55 saluran yang perlu
dilakukan perbaikan. Sebanyak 43 saluran terjadi limpasan, 6 saluran
berpotensi besar terjadi limpasan, dan 6 saluran yang juga perlu
dilakukan perbaikan karena pengaruh perubahan dimensi saluran di
sekitarnya.
3. Kolam Retensi yang direncanakan sebagai solusi dari permasalahan
genangan di kawasan Perumahan Flamboyan Raya dengan daya
tampung rencana kolam retensi sebesar 345,57 m3 sementara hasil
perhitungan limpasan didapat 320,46 m3 sehingga desain kolam
retensi dianggap aman dalam penanganan resiko terjadinya genanagan
air.

64
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis sistem jaringan drainase Jalan Falmboyan Raya
Ujang,, Kota Bandar Lampung, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Melakukan Re-desain guna menambah daya tampung saluran drainase
tersebut, yang mana dimensi drainase rencana b = 30 cm dan y = 40 cm
menjadi b = 60 cm dan y = 60 cm . Yang telah dibuktikan dari hasil
perhitungan yang dianggap aman dan mampu menampung debit banjir
rencana.
2. Me-desain saluran-saluran induk.
3. Membuat Uint Sumur resapan per-unit dikawasan perumahan.

65
DAFTAR PUSTAKA

Hasmar, H. A. H. (2011). Drainase Terapan. Yogyakarta : UII Press.

Hasibuan, GM. (2004) Model Koordinasi Kelembagaan Pengelolaan Banjir


Perkotaan Terpadu. Disertasi Perencanaan Wilayah USU. Medan.
Hapsari, A. R. (2012). Kajian Kapasitas Tampungan Drainase Di Perumahan
Puri Perwata Teluk Betung Utara, Bandar Lampung.
Kartiko Luthfi, Budi Santoso.(2018). Analisis Kapasitas Saluran Drainase
Menggunakan Program SWMM 5.1 Di Perumahan Tasmania Bogor, Jawa
Barat. Institut Pertanian Bogor.
Malahayati. (2016). Sejarah Autocad Dan Fungsi Autocad.
http://malahayati.ac.id/ =AUTOCAD merupakan aplikasi perangkat
lunak,di kota California dari Sausalito.
Sinukaban, N. (2007) Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Ketua Umum Pengurus Pusat Jurusan Ilmu
Tanah. Institut Pertanian Bogor.
Soemarto, C. D. (1993) Hidrolika Teknik. Erlangga. Jakarta.
Sosrodarsono, D. S. (2003) Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Paradnya
Paramita.
Statistik, B. P. (2021). Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung.
https://bandarlampungkota.bps.go.id/statictable/2019/12/18/264/panjang-
sungai-dan-daerah-aliran-di-kota-bandar-lampung-tahun-2018.html
Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta,
ANDI Offset.
Yunita, Y. (2019). Analisis Sistem Drainase terhadap Genangan (Banjir) di Kota
Batam (Studi Kasus: Jalan Duyung Kecamatan Batu Ampar). 1511005.
http://repository.uib.ac.id/id/eprint/1518.
Yolla Fransiska, Junaidi, Bambang Istijono. (2020). Simulasi Dengan Program
EPA SWMM Versi 5.1 Untuk Mengendalikan Banjir pada Jaringan
Drainase Kawasan Jati. Jurnal Civronlit Unbari. 30-48. Fakultas Teknik
Universitas Batanghari Jambi.

66
LAMPIRAN

67
68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai