PENDAHULUAN
Sejak berdiri pada tahun 1975, MUI telah berperan aktif dalam mengawasi dan
menilai aliran-aliran Islam yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang benar.
Penilaian MUI terhadap aliran-aliran sesat ini sering menjadi kontroversi dan perdebatan di
masyarakat Indonesia. Alasan kontroversial ini, mengenai aliran-aliran sesat ini, bermacam-
macam, termasuk perbedaan pendapat dalam penafsiran agama, tradisi lokal, dan penentuan
otoritas agama yang sah.
“Aliran sesat” ditinjau dari bahasa terdiri dari dua kata yaitu aliran dan sesat. Kata
aliran berasal dari kata dasar air yang mendapat akhiran –an, yang berarti sesuatu yang
mengalir (tentang hawa, air, listrik, dan sebagainya), atau sungai kecil; selokan atau saluran
untuk benda cair yang mengalir (seperti pipa air) atau haluan; pendapat; paham (politik,
pandangan hidup, dan sebagainya). Sedangkan sesat berarti tidak melalui jalan yang benar;
salah jalan atau salah (keliru) benar; berbuat yang tidak senonoh; menyimpang dari
kebenaran (tentang agama dan sebagainya) atau memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.13
Dengan demikian “aliran sesat” secara bahasa adalah pendapat yang menyimpang dari
kebenaran. Sedangkan secara istilah “aliran sesat” adalah pendapat yang menyimpang dari
kebenaran yang telah diyakini oleh mayoritas umat Islam.
Aliran keagamaan adalah sesuatu yang merujuk kepada setiap pandangan ulama‟
tentang masalah kehidupan dunia akhirat, pandangan ini disertai dengan dalil-dalil al-Qur‟an,
al-sunnah, dan ijma‟ ulama‟ tersebut mempunyai banyak pengikut. Aliran keagamaan ini
lazimnya dikenal dengan istilah madzhab.
Apabila ada sebuah aliran mempunyai pandangan yang berbeda dengan aliran arus
utama yang diikuti oleh mayoritas umat Islam, di mana terkadang, adanya perbedaan dalam
memahami teks ini melahirkan aliran baru yang berbeda dari pemahaman aliran arus utama.
Aliran baru ini dianggap menyimpang atau sesat bagi aliran arus utama. Salah satu contohnya
adalah aliran arus utama yang bersepakat mengenai kenabian Muhammad SAW adalah
kenabian terakhir, sehingga tidak akan ada lagi nabi yang diutus Allah setelahnya. Mereka
menggunakan dalil-dalil dalam al-Qur‟an, alAhzâb (33): 40.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”
Al-Qurthubî mengutip pernyataan Ibn Athiyah yangmenyatakan bahwa jumhur ulama
baik salaf maupun khalaf bersepakat mengenai ketiadaan nabi setelah nabi Muhammad SAW.
berdasarkan keumuman lafazh yang terkandung pada ayat tersebut. Mereka juga
menggunakan hadits:
Tipologi kedua dari gerakan baru keagamaan bisa ditilik dari sisi ekspresi keagamaan
yang cenderung keras. Dari sisi hakikat ajaran agama, sistem keyakinan mereka tidak
menyimpang dari keyakinan kelompok Islam mainstream, terutama ditilik dari dua pilar
keyakinan pokok, yakni rukun iman dan rukun Islam. Namun ditilik dari konstruksi ideologi
mereka berkaitan dengan ideologi jihad dan definisi tentang musuh, mereka cenderung rigid.
Terdapat mindset yang tampaknya begitu kuat tentang binner oposition (memposisikan secara
berlawanan) antara Islam dan Barat, Islam dan Yahudi-Kristen. Kedua kekuatan ini selalu
dihadapkan pada posisi yang bermusuhan. Karena itu, dalam keyakinan ideologis kelompok
ini, Barat yang lazim direpresentasikan oleh negara-negara Amerika dan Australia selalu
diposisikan sebagai musuh. Bagi mereka, kedua negara ini merupakan biang dari semua
kehancuran umat Islam, baik dari sisi moral, ekonomi, sosial maupun politik. Bombing dan
terorisme merupakan ekspresi keagamaan kelompok ini, sebagai bentuk perlawanan mereka
terhadap apa yang mereka sebut dan definisikan sebagai “musuh”.
Tipologi ketiga dari gerakan baru keagamaan adalah jika ditilik dari aspek
kecenderungan pemahaman keagamaan. Kelompok ini memiliki sistem keyakinan yang sama
dengan keyakinan kelompok Islam mainstream. Perbedaannya terletak pada bagaimana
kelompok ini mensistematisir pengetahuan yang dikonstruksi sedemikian rupa sehingga
mengkristal membentuk ideologi tertentu. Ideologi dimaksud digunakan sebagai penuntun
dan alat perjuangan mereka dalam upaya meraih cita-cita. Hanya saja perjuangan kelompok
ini cenderung dilakukan secara damai, baik melalui jalur sruktural
maupun kultural.
Pertanyaan berikutnya adalah siapakah yang memiliki dan memegang otoritas dalam
menentukan aliran keagamaan ini termasuk sebagai aliran benar dan aliran sesat. Pandangan
biner dan dikotomis ini dapat dimungkinkan menjadi ladang segar bagi perebutan pengaruh
dan pengikut sebuah aliran, yang pada akhirnya akan melahirkan keputusan hukum mengenai
aliran ini dianggap “benar” sehingga harus diikuti sedangkan aliran yang lain dianggap
“sesat” sehingga harus ditinggalkan. Penulis menyatakan bahwa meskipun Indonesia ini
bukan Negara sekuler maupun Negara Agama, akan tetapi menurut hemat penulis bahwa
Negara harus hadir dalam pengambilan keputusan keagamaan.
MUI menetapkan sepuluh indikator/kriteria ajaran atau aliran yang sesat, yang dirumuskan di
dalam Rakernas-nya di Hotel SarimPan Pacific Jakarta Tahun 2007 meliputi:
1. Mengingkari salah satu rukun Iman yang enam dan rukun Islam yang lima
Ciri aliran sesat yang pertama adalah mengingkari salah satu dari keenam rukun iman.
Iman merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan agama. Iman berkaitan dengan
meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Ada
enam poin penting dalam rukun Islam.
Keenam poin dalam rukun iman ini wajib kita imani. Tidak sempurna iman seseorang jika
dia mengingkari salah satunya dari keenam rukun iman tersebut. Rukun Iman terdiri dari 6,
yaitu:
Jika ada lembaga pendidikan Islam yang mengingkari salah satu dari keenam poin rukun
iman tersebut, maka hal itu sudah mengindikasikan ciri aliran sesat.
2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan al-Qur‟an dan Sunnah
Di antara penyimpangan dalam akidah yang disebutkan dalam Alquran dan sunnah adalah
sifat dan perilaku sebagai berikut:
Ini terjadi ketika seseorang mempersekutukan Allah dalam ibadah kepada-Nya. Ini
adalah kesalahan yang sangat serius karena pelakunya melakukan dosa besar yang tidak akan
diampuni oleh Allah kecuali jika dia bertaubat dan memperbaiki dirinya dengan memegang
teguh prinsip tauhid.
b. Kufur
Ini terjadi ketika seseorang menolak ajaran Allah, Rasul, atau agama Islam secara
keseluruhan atau sebagiannya. Bentuk kufur yang paling ringan adalah mengingkari nikmat
yang diberikan Allah, seperti seseorang mengatakan, "kesuksesan ini hanya karena
kecerdasanku". Bentuk kufur yang paling umum adalah menolak ayat-ayat Alquran atau
hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang dianggap tidak sesuai dengan
keyakinannya, dan yang lebih buruk lagi adalah berani melawan ajaran Allah.
Ini terjadi ketika seseorang mengaku beriman dengan perkataannya, tetapi hatinya
masih ingkar terhadap ajaran Allah, Rasul, dan Islam. Kemunafikan ini terjadi pada orang-
orang yang bekerja sama dengan orang-orang kafir atau membela kekafiran mereka, baik
secara diam-diam maupun terang-terangan.
d. Fasik
Ini merujuk pada sifat seseorang yang mengetahui kebenaran tetapi menolaknya, atau
memahami kewajiban tetapi tidak melaksanakannya, meskipun hatinya menerima kebenaran
atau kewajiban tersebut. Kaum fasik ini tidak menerapkan Islam dalam kehidupan mereka
sehingga hati mereka menjadi keras.
e. Zalim
Ini merujuk pada orang-orang yang tidak mengatur sesuatu secara proporsional.
Mereka juga dapat disebut sebagai penindas karena mereka menyebabkan kerugian bagi
orang lain. Kezaliman ini akan mendapat pembalasan dari Allah, meskipun kecil, sehingga
pelakunya harus meminta maaf atau mengganti kerugian yang mereka timbulkan (rodhul
mazlum) atau bertaubat dan melakukan perbaikan.
Jika ada lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan nilai-nilai yang bertentangan
dengan aqidah Islam, yang ditandai dengan contoh perilaku di atas, maka lembaga
pendidikan tersebut telah terindikasi mengajarkan aliran sesat.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan
membacanya dianggap sebagai bentuk ibadah. Sebagai kitab suci yang diturunkan sebagai
petunjuk bagi umat akhir zaman, Allah Swt. selalu menjaganya. Allah SWT berfirman,
Artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya."
Kaidah tafsir adalah aturan-aturan atau azas-azas yang dijadikan dasar atau landasan
operasional penafsiran Alquran. Tujuan dari kaidah tafsir ini untuk menjaga Alquran dari
penafsiran yang keliru.
Di antara kaidah tafsir yang perlu dipahami sebelum menafsirkan Alquran antara lain
adalah kaidah Qur'aniyah, kaidah sunnah, kaidah bahasa, kaidah usul, dan kaidah ilmu
pengetahuan.
Sementara itu, ulama ushul fiqih membatasi pengertian hadits hanya pada ucapan-
ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum.Sedangkan bila mencakup
perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai
dengan sunnah.
Kedudukan hadis, menurut kesepakatan mayoritas ulama, adalah sebagai salah satu
sumber ajaran Islam. Sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam selain Alquran, maka
mengingkari hadis adalah haram.
Jika ada ajaran yang mengajarkan bahwa hadis tidak dapat dijadikan sebagai sumber
hukum, makan hal itu bisa menjadi indikator atau ciri aliran sesat.
Artinya: Jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa
kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-
Taubah: 65)
Syekh Abdurrahman As Sa'di rahimahullah menjelaskan makna ayat ini dalam kitab tafsir
karyanya,
Menghina Allah, ayat-ayat dan Rasul-Nya, adalah penyebab Kekafiran, pelakunya keluar
dari agama Islam (murtad). Karena agama ini dibangun di atas prinsip mengagungkan
Allah, serta mengagungkan agama dan RasulNya. Menghina salah satu diantaranya
bertentangan dengan prinsip pokok ini. (Taisir Al Karim Ar Rahman, hal. 342)
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa jika ada yang ajaran Islam yang justru
menghina nabi, baik itu Nabi Muhammad SAW, maupun nabi-nabi sebelumnya, maka hal itu
bisa menjadi ciri aliran sesat. Apalagi mengimani rasul yang diutus Allah merupakan salah
satu dari rukun Iman.
Tidak diragukan lagi jika Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir
yang diutus oleh Allah SWT. Setelah itu tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang akan diutus
oleh Allah SWT. Hal ini didasarkan pada hadis berikut,
Rasulullah SAW menegaskan: "Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada
akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku". (Tirmidzi, Kitab-ur-Rouya, Bab
Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).
Dari penjelasan ini saja dapat dipahami jika ada yang mengajarkan ada nabi yang
diutus oleh Allah SWT setelah Nabi Muhammad SAW, makan dapat dipastikan bahwa itu
adalah ciri aliran sesat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam Islam terdapat sejumlah peribadatan
yang terikat oleh ketentuan tertentu yang biasa disebut sebagai rukun. Ketentuan yang
dimaksud mencakup tata cara, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, dan status hukum
suatu ibadah.
Sebagai contoh, shalat lima waktu adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim. Jika ada ajaran yang mengajarkan bahwa shalat lima waktu adalah ibadah yang tidak
wajib, makan ajaran tersebut sudah memiliki ciri aliran sesat.
Contoh lain misalnya dalam ibadah haji. Seperti yang kita ketahui ibadah haji harus
dilakukan ke baitullah, yakni harus datang ke ka'bah yang ada di Mekkah, Arab Saudi. Jika
ada ajaran yang mengatakan bahwa ibadah haji tidak harus dilakukan dengan datang ke
baitullah, makan hal itu bisa dikatakan sebagai ciri aliran sesat.
Ciri aliran sesat yang terakhir adalah mengkafirkan sesama Muslim tanpa adanya dalil
yang syar‟i, seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Daftar Aliran Sesat yang Sudah ditetapkan oleh MUI
Berikut adalah beberapa sekte yang secara resmi diputuskan sebagai aliran sesat di Indonesia
oleh MUI:
1. Kerajaan Ubur-Ubur
Aliran sesat di Indonesia yang pertama kali terungkap adalah Kerajaan Ubur-Ubur.
Berita kelompok sekte sesat ini pertama kali terkuat di tahun 2018 oleh warga Serang,
Banten.
Masyarakat setempat mulai resah dengan kegiatan mereka setelah melihat perempuan
yang seharusnya memakai pakaian muslim untuk berdoa hanya datang dengan pakaian rumah
saja. Selama beroperasi, Kerajaan Ubur-Ubur hanya memiliki 20 pengikut.
Buntut dari ajaran sesat ini, Ratu Kerajaan Ubur-Ubur alias Aisyah Tusalamah
divonis 5 bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang.
Lia yang terlihat sebagai Muslim sempat mempelajari dan mempraktikkan berbagai
macam ritual agama yang berbeda-beda, mulai dari ajaran Kristen, Buddha, sampai Hindu. Di
tahun 2000, Lia akhirnya mendeklarasikan sebuah agama baru yang bernama Salamullah
sebagai bentuk persatuan berbagai ajaran agama yang sudah ia pelajari.
Beberapa ajaran yang diterapkan oleh Salamullah antara lain adalah:
Dengan pemahaman yang disebarkan oleh Lia Leden, Salamullah berhasil mendapat
kurang lebih 100 pengikut yang terdiri dari mahasiswa, pakar budaya, sampai seniman.
3. Al-Qiyadah al-Islamiyah
Sekte sesat selanjutnya adalah Al-Qiyadah al-Islamiyah yang didirikan oleh Ahmad
Moshaddeq. Awal berdirinya sekte ini ketika Ahmad Moshaddeq yang mengaku mendapat
wahyu dari Allah setelah bertapa selama 40 hari 40 malam.
Dirinya juga mengaku sebagai Rasul yang menggantikan posisi Muhammad SAW.
Al-Qiyadah al-Islamiyah memang menggunakan ajaran Agama Islam dasar untuk menyebar
kepercayaannya.
Namun, MUI menemukan bahwa aliran ini memiliki aturan di luar Islam, seperti
penebusan dosa dengan menyetor sejumlah uang sampai tidak wajib menjalankan shalat,
puasa, dan haji.
Gerakan Fajar Nusantara atau disingkat Gafatar adalah aliran kepercayaan yang
dianggap meneruskan ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Sekte ini didirikan oleh Ahmad
Moshaddeq dan resmi mendaftarkan diri sebagai organisasi sosial kemasyarakatan pada tahun
2011 silam.
Sekte sesat ini pertama kali terkuak ketika seorang dokter bernama Rica Tri
Handayani dan anaknya menghilang di Yogyakarta pada 30 Desember 2015 silam. Dokter
Rica kemudian ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 11 Januari 2016. Dari hasil
penyelidikan, dokter Rica diketahui adalah anggota Gafatar dan sudah bergabung sejak 2012.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin
menyatakan bahwa pemimpin kelompok Gafatar adalah mantan narapidana yang
berhubungan dengan sekte Al Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin oleh Ahmad Mussadeq
yang mengaku sebagai nabi baru.
Din menambahkan bahwa sekte barunya ini mengajar paham agama Islam yang
menyimpang, seperti tidak wajib puasa dan solat. Berdasarkan penyelidikan, Gafatar diduga
memiliki 20.000 anggota yang tersebar di 34 provinsi.
Aliran sesat di Indonesia terakhir adalah Puang Lalang atau Maha Guru yang
mengaku dirinya adalah seorang Rasul. Puang Lalang tidak hanya mengaku sebagai Rasul,
dia juga menyebarkan ajaran agama baru bahwa ada Allah Bapa, Allah Mama, Allah
Pencipta, Allah Jin, Allah Iblis, Allah Syaitan, dan Allah Nafsu.
Berdasarkan laporan Antara, kepercayaan yang dipimpin oleh Puang Lalang sudah
menyebar kepercayaan tarekat Tajul Al Khalwatiyah sejak 1999 dan sudah memiliki sekitar
ratusan pengikut.
MUI bahkan sudah menetapkan ajaran Puang Lalang telah menyimpang dari Agama
Islam. Pasalnya, Puang Lalang berani menjanjikan keselamatan dunia dan akhirat untuk para
pengikutnya yang membayar uang tunai sebesar Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu yang bisa
ditukarkan dengan "tiket surga" yang dia jual.
Tidak hanya menjual "tiket surga, Puang juga mewajibkan pengikutnya untuk
membayar zakat badan sebesar Rp5.000 per kilogram berat badan pengikutnya. Dana yang
terkumpul tentunya akan digunakan Puang Lalang untuk kepentingan pribadi.