Anda di halaman 1dari 4

ETIKA PROFESI DENGAN MATERI CYBERCRIME

Untuk memenuhi Tugas Matakuliah Etika Profesi

OLEH

INDAH RITONGA

2105112023

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


2023
A. Kasus Peretasan Bank di Indonesia:
Ada kasus peretasan bank di Indonesia pada tahun 2016 yang membuat gempar. Saat
itu, beberapa bank di Indonesia, termasuk Bank Negara Indonesia (BNI), menjadi sasaran
serangan peretasan. Serangan ini membuat para peretas berhasil mencuri uang dari rekening
nasabah, yang tentu saja sangat membuat resah dan cemas.(Liputan 6)

B. Pendapat dan Pelanggaran Hukum:


Dalam kasus semacam ini, para peretas jelas melanggar hukum. Mereka masuk ke
sistem perbankan secara ilegal, mencuri uang, dan juga mencampuri privasi nasabah. Ini
adalah pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan juga
undang-undang perbankan di Indonesia. Pelanggaran semacam ini juga melanggar hak
privasi yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945).
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa para peretas telah melanggar beberapa
undang-undang di Indonesia. Di bawah ini adalah pasal atau ayat yang mereka mungkin
telah langgar:
1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE):
a. Pasal 30A: Mengakses, menggunakan, atau meretas data elektronik dengan tanpa
izin atau tanpa hak.
b. Pasal 32: Melakukan perbuatan ilegal yang merusak integritas data elektronik.
c. Pasal 33: Melakukan perbuatan ilegal yang mengakibatkan hilangnya data
elektronik.
2) Undang-Undang Perbankan di Indonesia:
a. Pasal-pasal yang berkaitan dengan peretasan perbankan, yang mungkin termasuk
pengambilan data atau uang dengan cara ilegal.
3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945):
a. Mungkin ada pelanggaran terhadap hak privasi yang dijamin dalam UUD 1945. Ini
bisa melibatkan pelanggaran terhadap Pasal 28I ayat (1) yang menyatakan bahwa
setiap orang memiliki hak atas kehidupan pribadi yang aman dan hak atas
komunikasi yang bersifat pribadi.
Penentuan pasal atau ayat yang tepat yang dilanggar akan tergantung pada fakta dan
detail lebih lanjut dalam kasus ini, dan akan menjadi wewenang pengadilan untuk
mengambil keputusan tentang pelanggaran hukum yang terjadi.
C. Cara Peretasan:
Biasanya, peretasan semacam ini melibatkan trik seperti phishing, malware, atau
mencari celah dalam sistem perbankan. Para peretas mungkin mencoba mengambil
informasi login atau memanfaatkan kelemahan yang ada di sistem.
Beberapa hal yang mungkin terjadi dalam peretasan semacam ini adalah:
1) Phishing:
Phishing adalah teknik di mana para peretas mencoba untuk mengelabui orang dengan
mengirimkan pesan atau email palsu yang tampak asli, seringkali dengan menyamar
sebagai lembaga keuangan atau entitas yang tepercaya. Mereka berusaha untuk meminta
korban memberikan informasi pribadi seperti nama pengguna, kata sandi, atau nomor
kartu kredit.
2) Malware:
Para peretas sering menggunakan perangkat lunak berbahaya (malware) untuk
menginfeksi komputer atau perangkat lainnya. Melalui malware, mereka dapat mencuri
data, mencari informasi login, atau mencari celah dalam sistem perbankan.
3) Mencari Celah dalam Sistem:
Para peretas dapat mencoba menemukan kelemahan atau celah keamanan dalam sistem
perbankan yang mereka incar. Dengan mengeksploitasi celah-celah ini, mereka dapat
mendapatkan akses yang tidak sah ke data dan informasi dalam sistem.
Dengan menggunakan berbagai trik seperti phishing, malware, atau mencari celah
dalam sistem, para peretas berupaya untuk mencuri informasi sensitif dan uang dari
rekening bank atau sistem perbankan, yang jelas melanggar hukum dan mengancam privasi
dan keamanan nasabah.

D. Permasalahan dan Solusi:


Masalahnya adalah risiko kehilangan uang oleh nasabah, kelemahan dalam sistem
perbankan, dan kurangnya perlindungan data pribadi. Untuk mengatasi masalah ini:
Bank-bank harus terus memperkuat keamanan sistem mereka untuk mencegah
serangan peretasan.
Karyawan bank perlu diberikan pelatihan tentang cara mengidentifikasi dan
menghadapi serangan peretasan.
Sistem deteksi dini yang canggih sangat penting untuk mendeteksi serangan
peretasan sebelum kerugian besar terjadi.
Penting untuk melaporkan serangan peretasan kepada pihak berwenang, dan pelaku
peretasan harus dihukum sesuai hukum yang berlaku.
Perlindungan data nasabah adalah prioritas utama; data pribadi nasabah harus dijaga
dengan baik dan sesuai dengan peraturan privasi yang berlaku.

Kasus peretasan bank adalah masalah serius yang berdampak pada keuangan dan privasi
nasabah. Oleh karena itu, bank harus menjaga keamanan data dengan baik untuk melindungi
nasabah dan menghindari kerugian yang tidak diinginkan.sing-masing individu.

Anda mungkin juga menyukai