Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

MUKADIMAH hal 4

BAB I PIHAK YANG MELAKUKAN PERJANJIAN hal 5

BAB II UMUM hal 5

Pasal 1 Sifat Perjanjian hal 5

Pasal 2 Istilah – Istilah hal 5

Pasal 3 Ruang Lingkup Perjanjian Kerja Bersama hal 8

Pasal 4 Maksud Dan Tujuan Kerja Bersama hal 8

Pasal 5 Kewajiban Pengusaha Dan Pekerja hal 8

Pasal 6 Pengakuan Hak Pengusaha hal 8

Pasal 7 Pengakuan Hak Serikat Pekerja hal 8

Pasal 8 Pengakuan Pengurus Serikat Pekerja hal 9

Pasal 9 Fasilitas Bagi Serikat Pekerja hal 9

BAB III HUBUNGAN KERJA hal 9

Pasal 10 Hubungan Pengusaha Dan Pekerja hal 9

Pasal 11 Penerimaan Pekerja syarat – syarat menjadi pekerja tetap, dan

pengangkatan menjadi pekerja tetap hal 9

Pasal 12 Jenis Dan Status Hubungan Kerja hal 10

Pasal 13 Penilaian Kinerja hal 10

Pasal 14 Mutasi (Rotasi) hal 11

Pasal 15 Promosi Dan Prestasi (Kenaikan Pangkat Dan Jabatan) hal 11

Pasal 16 Demosi (Penurunan Pangkat Dan Jabatan) hal 11

Pasal 17 Pendidikan, Pelatihan, Dan Penyuluhan hal 12

BAB IV JADWAL KERJA hal 12

Pasal 18 Umum hal 12

Pasal 19 Mentaati Jadwal Kerja hal 12

Pasal 20 Jam Kerja hal 12

Pasal 21 Perjalanan Dinas hal 12

Pasal 22 Kerja Lembur hal 13

Pasal 23 Perhitungan Upah Lembur hal 13

BAB V PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN UNTUK BEKERJA hal 13

Pasal 24 Waktu Kerja hal 13

Pasal 25 Istirahat Mingguan Atau Libur Resmi hal 13

Pasal 26 Cuti Haid hal 13

-1-
Pasal 27 Cuti Hamil Dan Gugur Kandungan hal 14

Pasal 28 Cuti Tahunan hal 14

Pasal 29 Tidak Bekerja Karena Sakit Dan Sakit Berkepanjangan hal 14

BAB VI UPAH DAN PENGUPAHAN hal 14

Pasal 30 Prinsip Dasar Pengupahan hal 15

Pasal 31 Dasar Penetapan Upah hal 15

Pasal 32 Peninjauan Atas Upah hal 15

Pasal 33 Komponen Upah hal 15

Pasal 34 Pembayaran Upah hal 16

Pasal 35 Perlindungan Upah hal 16

Pasal 36 Jenis Dan Macam Tunjangan hal 17

BAB VII KESEJAHTERAAN hal 17

Pasal 37 Fasilitas Kesejahteraan hal 18

Pasal 38 Penghargaan Perusahaan hal 18

Pasal 39 Lembaga Kerjasama Bipartit hal 18

Pasal 40 Tempat Ibadah Dan Perayaan Hari Besar Islam hal 18

Pasal 41 Rekreasi Atau Wisata hal 19

Pasal 42 Olahraga Dan Seni hal 19

Pasal 43 Koperasi Pekerja hal 19

BAB VIII KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN KERJA hal 19

Pasal 44 Fasilitas Dan Sarana Kerja hal 19

Pasal 45 Makanan Tambahan hal 20

Pasal 46 Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja hal 20

Pasal 47 Jaminan Sosial hal 20

Pasal 48 Fasilitas Accient (kecelakaan kerja) hal 21

Pasal 49 Fasilitas Medical hal 21

Pasal 50 Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran hal 22

BAB IX TINDAKAN DISIPLIN KERJA hal 22

Pasal 51 Sanksi / Hukuman hal 22

Pasal 52 Prosedur Tindakan Disiplin Kerja hal 23

Pasal 53 Mogok Kerja hal 24

BAB X PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA hal 25

Pasal 54 Ruang Lingkup Penetapan PHK hal 25

-2-
Pasal 55 Larangan Pemutusan Kerja hal 25

Pasal 56 PHK Tanpa Penetapan Lembaga PPHI hal 26

Pasal 57 Pesangon, Penghargaan Masa Kerja, penggantian hak, Uang pisah,

Uang Kebijaksanaan, dan Komponen Upah hal 26

Pasal 58 Sakit Berkepanjangan hal 27

Pasal 59 PHK Karena Pekerja Meninggal Dunia hal 28

Pasal 60 PHK Karena Pelanggaran Aturan (indisiplioner) hal 28

Pasal 61 PHK Karena Perubahan Status Perusahaan hal 28

Pasal 62 Efisiensi / Rasionalisasi hal 29

Pasal 63 PHK Karena Pekerja Ditahan hal 29

Pasal 64 PHK Karena Pekerja Melakukan kesalahan Berat hal 29

Pasal 65 PHK Karena Permintaan Pekerja hal 30

Pasal 66 PHK Karena Mengundurkan Diri / resign hal 31

Pasal 67 PHK Masa Pensiun hal 31

BAB XI KELUH KESAH hal 31

Pasal 68 Prosedur Keluh Kesah hal 32

BAB XII PENUTUP hal 32

Pasal 69 Masa Berlaku Dan Perubahan PKB hal 32

Pasal 70 Penambahan Dan Pengurangan Perjanjian Kerja Bersama hal 32

TEAM PERUNDING PERJANJIAN KERJA BERSAMA hal 33

SURAT PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

-3-
Dengan Rahmat TUHAN Yang Maha Esa bahwa sesungguhnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Udang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah tujuan pembangunan
nasional.

Bahwa Pengusaha dan Pekerja harus berperan aktif didalam pembangunan nasional tersebut, dengan
jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keseimbangan yang dinamis antara perkembangan
Perusahaan dan Kesejahteran Pekerja dan keluarganya.

Bahwa Perjanjian Kerja Bersama ini adalah wujud dari musyawarah untuk mufakat antara Pimpinan
Perusahaan dan Serikat Pekerja, atas dasar itikat yang luhur dan saling menghargai yang dilandasi cita –
cita luhur untuk :

> Melakukan peningkatan usaha, produksi dan pengembangan perusahaan secara


berkesinambungan, yang tentunya sejalan dengan peningkatan kesejahteran sosial ekonomi bagi
seluruh pekerja dan keluarganya.

> Menciptakan ketentraman, ketertiban, gairah kerja, ketenangan usaha serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia.

> Mendorong tumbuh kembangnya sikap mental Hubungan Industrial :

a. merasa ikut memiliki.

b. Ikut memelihara dan ikut mempertahankan, dan;

c. Terus – menerus mawas diri.

Bahwa Perjanjian Kerja Bersama ini mencakup dan memberi kejelasan tentang : Hak dan Kewajiban
Perusahaan dan Serikat Pekerja, dan Pekerja ; Syarat – syarat dan kondisi kerja, Hubungan kerja ; tata
cara penyelesaian perselisihan ; dan disiplin kerja.

Bahwa Perjanjian Kerja Bersama ini akan dilaksanakan berlandaskan asas – asas sebagai berikut :

1. Pengakuan serta penghargaan atas kodratserta harkat manusia, yang diberkahi dengan akal budi
pekerti dan harga diri, oleh karena itu, setiap Pekerja berhak untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan kerjanya yang pada giliranya akan meningkatkan produktifitas
kerjanya.
2. Sesuai dengan perkembangan perusahaan, maka setiap pekerja diberi kesempatan untuk
mengembangkan kariernya sesuai dengan kemampuan dan prestasi kerjanya, tanpa membeda –
bedakan suku, agam, ras, jenis kelamin dan paham politik.
3. Sesuai dengan Harkatnya, Pekerja berhak atas upah / atau gaji, tunjangan tetap , tunjangan
tidak tetap, jaminan sosial dan perlindungan kerja yang layak.

Dengan berlandaskan pokok – pokok pikiran tersebut diatas PIMPINAN PERUSAHAAN PT. SUPER TATA
RAYA STEEL DAN PUK SP-LEM SPSI PT. SUPER TATA RAYA STEEL, telah sepakat untuk merumuskan
PERJANJIAN KERJA BERSAMA, sebagaimana tertuang didalam Bab, Pasal, dan Ayat berikut.

-4-
BAB I
PIHAK – PIHAK YANG MELAKUKAN PERJANJIAN

Yang mengadakan Perjanjian Kerja Bersama ini sebagai berikut :

Pihak Pertama :

PT. SUPER TATA RAYA STEEL, yang berkedudukan di jln. Moch toha km. 5.5 , periuk, kel. Periuk, kec.
Periuk, kota tangerang, prov. Banten.

Dalam melakukan Perjanjian Kerja Bersama ini diwakilkan oleh Tiem Management yang telah diberi
mandat / kuasa NO. .......................................................................................................................................

Dengan
Pihak Kedua :

PIMPINAN UNIT KERJA / PUK SP-LEM SPSI PT. SUPER TATA RAYA STEEL,

Yang berkedudukan di jln. Moch toha km. 5.5 , periuk, kel. Periuk, kec. Periuk, kota tangerang, prov.
Banten.

yang telah Tercatat di Dinas Ketenagakerjaan setempat dengan suratnya Nomor : 05/PUK-
SPSI/STL/IV/2003, tertanggal 04 april 2003, dan dengan Nomor Bukti Pencatatan, Nomor : 560/196.A-
DKK/OP/KOTA-TNG/IV/2003, tertanggal 14 april 2003, serta telah diakui dan disahkan oleh Dewan
Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Logam, electronik, dan mesin Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (FSP LEM SPSI) Kota Tangerang, provinsi Banten dengan Surat Keputusan No: KEP.011/DPC
FSP-LEM/SK/X/2021, tertanggal 15 oktober 2021, dengan masa bakti periode tahun 2021 – 2024,
mewakili tiem perunding yang diangkat dan telah diberi Mandat Nomor : KEP.011/DPC FSP-LEM
SPSI/SK/X/2021, untuk hal ini selanjutnya disebut Serikat Pekerja, serta nomor surat kuasa, Nomor :
......................................................................................................................................................... .

BAB II
UMUM
PASAL 1
SIFAT PERJANJIAN

Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat untuk mengikat antara kedua belah pihak dan harus ditaati
pelaksanaannya oleh Pimpinan Perusahaan, Serikat Pekerja, dan Pekerja.

PASAL 2
ISTILAH – ISTILAH

1) PERUSAHAAN
Adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain dan dalam hal ini adalah PT.
SUPER TRATA RAYA STEEL, Dan telah memenuhi ketentuan Undang – Undang yang berlaku.
2) PENGUSAHA
Adalah Direksi dan atau Dewan Direksi yang diberi wewenang oleh pemilik perusahaan untuk
mengelola jalannya perusahaan serta bertindak untuk dan atas nama perusahaan.
3) DIREKSI
Adalah Pimpinan Perusahaan yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) PT. SUPER TATA RAYA STEEL, yang diberi wewenang untuk mengelola
perusahaan.
4) PEKERJA
Adalah setiap orang yang mempunyai hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
5) SERIKAT PEKERJA
Adalah Organisasi yang dibentuk dari, oleh,dan untuk pekerja yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindung
hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, dalam
hal ini adalah SP – LEM SPSI PT. SUPER TATA RAYA STEEL.
-5-
6) PIMPINAN SERIKAT PEKERJA
Adalah Pekerja yang dipilih / ditunjuk oleh Anggotanya untuk memimpin SERIKAT PEKERJA SP-
LEM SPSI PT. SUPER TATA RAYA STEEL, sesuai ketentuan ANGGARAN DASAR RUMAH TANGGA F-
SP LEM SPSI.
7) ANGGOTA SERIKAT PEKERJA
Adalah Pekerja yang secara sukarela menjadi anggota Serikat yang telah memenuhi ketentuan
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA F-SP LEM SPSI.
8) PKB
Adalah Perjanjian Kerja Bersama yang didalamnya memuat peraturan Ketenagakerjaan yang
berlaku di PT. SUPER TATA RAYA STEEL, yang merupakan hasil perundingan antara Pengusah
dengan Serikat Pekerja, dimana memuat syarat – syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah
pihak.
9) TANGGUNGAN PEKERJA
Adalah 1 (satu) orang istri dari pernikahan yang sah dan 3 (tiga) orag anak yang sah dari seorang
Pekerja yang berusia tidak lebih dari 23 (dua puluh tiga) tahun, belum bekerja, belum menikah
dan terdaftar di Departemen HR & GA.
10) KELUARGA PEKERJA
Adalah 1 ( satu ) orang suami / istri sah, dan beberapa orang anak yang menjadi tanggungan
dari pekerja yang bersangkutan, ayah / ibu kandung, ayah / ibu mertua dari pekerja yang
bersangkutan dan terdaftar di perusahaan.
11) ANAK KANDUNG
Adalah anak kandung seorang pekerja dari istri yang sah menurut catatan buku nikah dan
didaftarkan di Departemen HR & GA.
12) ANAK ANGKAT
Adalah anak yang diangkat oleh seorang pekerja dan pengangkatannya diperkuat oleh putusan
Badan Peradilan Republik Indonesia, anak angkat yang diakui oleh perusahaan hanya dibatasi 1
(satu) orang saja.
13) ANAK TIRI
Adalah anak tiri yang diperlakukan sama sebagai anak kandung, ada kaitannya dari suami baru /
istri baru dengan dibuktikan secara otentik (surat nikah dan akte kelahiran).
14) AHLI WARIS
Adalah keluarga pekerja dan atau tanggungan pekerja yang didaftarkan pada Departemen HR &
GA.
15) PERTEMUAN BIPARTIT
Adalah pertemuan antara Serikat Pekerja dan pengusaha dalam upaya menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial.
16) LEMBAGA KERJA SAMA BIPARTIT
Adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal – hal yang berkaitan dengan hubungan
industrial disatu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja yang
sudah terdaftar dan atau sudah tercatat di Instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan.
17) UPAH
Adalah Hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang – undangan, termasuk tunjangan, baik
bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan / atau jasa yang telah atau akan
dilakukan.
18) UPAH POKOK
Adalah pendapatan pekerja yang bersifat tetap yang diterima tidak berdasarkan kehadiran, yang
meliputi antara lain :
1. Gaji Pokok.
2. Tunjangan Tetap.
19) UPAH PENUH
Adalah pendapatan pekerja yang bersifat tetap dan tidak tetap yang diterima selama 1 (satu)
bulan, meliputi antara lain :
1. Gaji Pokok.
2. Tunjangan Tetap.
3. Tunjangan Tidak Tetap.
-6-
20) TUNJANGAN TETAP
Adalah suatu komponen upah yang diberikan tidak berdasarkan kehadiran yang merupakan
pendapatan pekerja, meliputi antara lain :
1. Tunjangan Jabatan.
2. Tunjangan Jenis Pekerjaan.
21) TUNJANGAN TIDAK TETAP
Adalah komponen upah yang diberikan berdasarkan kehadiran yang merupakan pendapatan
pekerja, meliputi antara lain :
1. Tunjangan Makan.
2. Tunjangan Shift.
3. Tunjangan Kehadiran.
4. Tunjangan Kesehatan.
5. Tunjangan Transportasi.
22) HUBUNGAN INDUSTRIAL
Adalah hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan atau
jasa yang terdiri dari unsur Pengusaha, Pekerja, dan Pemerintah yang didasarkan pada nilai –
nilai Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahn 1945.
23) STATUS PEKERJA
Berdasarkan statusnya pekerja dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu :
a. Pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja di perusahaan untuk jangka waktu tidak tertentu
berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan dari Pimpinan Perusahaan PT. Super tata raya
steel dan gajinya dihitung atas dasar gaji bulanan.
b. Pekerja PKWT adalah pekerja yang bekerja di Perusahaan untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan kontrak kerja dengan syarat – syarat yang disepakati bersama antara pekerja
yang bersangkutan dengan perusahaan yang mengacu pada peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
c. Pekerja borongan adalah pekerja yang bekerja di perusahaan berdasarkan kontrak kerja
dengan syarat – syarat yang disepakati antara pekerja yang bersangkutan dengan
perusahaan pemborong dan atau perusahaan penyedia jasa tenaga kerja berdasarkan
ketentuan undang – undang no:13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
24) PERSELISIHAN HUBUNGAN KERJA
Adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antar pengusaha atau dengan
pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak kepentingan, dan
pemutusan hubungan kerjaq serta perselisihan antar serikat pekerja / serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan.
25) SANKSI
Adalah suatu bentuk akibat yang ditimbulkan karena adanya pelangaran, sebagai upaya
perusahaan guna melakukan pembinaan.
26) MOGOK KERJA
Adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersam – sama dan atau
oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.
27) PEMUTUSAN HUBUNGAN PEKERJAAN
Adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.
28) KESEJAHTERAAN
Adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan / atau yang bersifat jasmanian dan rohaniah baik
didalam maupun diluar hubungan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang nyaman, aman dan sehat.
29) PENGHARGAAN
Adalah suatu pemberian pengusaha kepada pekerja yang berbentuk tabungan, piagam atau
barang.
30) JAM KERJA
Adalah 7 (tujuh) jam sehari dan atau 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja,
atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja.
-7-
PASAL 3
RUANG LINGKUP PERJANJIAN KERJA BERSAMA

1) Telah disepakati bersama oleh pengusaha dan serikat pekerja bahwa Perjanjian Kerja Bersama
mengatur tentang hubungan kerja, hak dan kewajiban masing – masing pihak dan mengikat
kedua belah pihak.
2) Perjanjian Kerja Bersama ini tidak hanya mengikat pihak – pihak yang menandatangani
Perjanjian ini tetapi mengikat semua unsur Pengusaha dan Pekerja PT. Super tata raya steel,
kecuali Direktur (CHIEF EXECUTIVE OFFICER).
3) Apabila dalam pelaksanaan atau penerapannya maupun dalam pertumbuhan perkembangan
yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi perlu diadakan penyempurnaan, maka Pengusaha
dan Serikat Pekerja sepakat untuk mengadakan penyesuaian secara Musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4) Masing – masing pihak berkewajiban menyebarluaskan dan menginformasikan dan selanjutnya
memberikan pemahaman serta penjelasan isi Perjanjian Kerja Bersama ini untuk dapat
dilaksanakan.

PASAL 4
MAKSUD DAN TUJUAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Maksud dan tujuan Perjanjian Kerja Bersama ini adalah :

1) Mempertegas hak dan kewajiban perusahaan, serikat pekerja, dan anggotanya.


2) Menetapkan syarat – syarat kerja.
3) Mengatur tata cara penyelesaian perselisihan.
4) Menjalin dan mengembangkan kerja sama yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan antar
pengusaha dan pekerja sesuai dengan tuntunan hubungan industrial.

PASAL 5
KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA

1) Pengusaha da Pekerja sepakat melakuakn kewajiaban – kewajibannya sebagaimana diatur


dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan dan Perjanjian Kerja Bersama ini.
2) Masing – masing pihak mentaati dan melaksanakan Perjanjian Kerja Bersama ini.
3) Masing – masing pihak sepakat untuk saling mengingatkan apabila melanggar isi didalam
Perjanjian Kerja Bersama ini.
PASAL 6
PENGAKUAN HAK PENGUSAHA

1) Sesuai undang – undang ketenagakerjaan, peraturan pemerintah, dan perjanjian kerja bersama
ini maka disepakati dan diakui bahwa pengawasan, pengelolaan dan keamanan jalannya
perusahaan dan pekerja sepenuhnya wewenang dan tanggung jawab pengusaha.
2) Serikat pekerja mengakui hak pengusaha untuk menerima / menambah tenaga kerja untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan dan perkembangan perusahaan.
3) Serikat pekerja mengakui hak pengusaha untuk melakukan LOCK OUT (tindakan penutupan) dan
dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

PASAL 7
PENGAKUAN HAK SERIKAT PEKERJA

1) Sesuai Undang – Undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, Pengusaha mengakui
tugas dan peranan serikat pekerja mewakili anggotanya dalam memberikan perlindungan hak –
Hak dan kepentingan Anggotanya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Serikat Pekerja.
2) Pengusaha mengakui penarikan iuran (CHECK OFF SYSTEM) oleh serikat pekerja kepada
anggotanya sebagai dana organisasi.
3) Pengusaha menghormati dan tidak mencampuri urusan internal serikat pekerja.
-8-
PASAL 8
PENGAKUAN PENGURUS SERIKAT PEKERJA

1) Pengusaha mengakui bahwa serikat pekerja SP – LEM SPSI PT. Super tata raya steel adalah
Organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja, baik di perusahaan maupun diluar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab, guna
memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja, serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
2) Pengurus serikat pekerja, dikenakan ketentuan pekerjaan dan tunjangan yang sama seperti
pekerja lainnya.
3) Seorang pekerja yang dipilih atau ditunjuk menjadi pengurus serikat pekerja tidak dapat
ditempatkan secara langsung ataupun tidak langsung dibawah tekanan perusahaan sebagai
akibat dari kedudukannya menjadi pengurus serikata pekerja.
4) Perusahaan tidak diperkenankan membedakan, menurunkan pangkatnya atau mengambil
tindakan balasan terhadap setiap pengurus serikat pekerja, sebagai bentuk pembalasan
terhadap kedudukannya.

PASAL 9
FASILITAS BAGI SERIKAT PEKERJA

1) Pengusaha memberikan dispensasi kepada pengurus, untuk mengikuti konggres, konferensi


atau seminar didalam negri dengan syarat dispensasi ini tidak disalah gunakan.
2) Pengusaha memberikan dispensasi dan fasilitas kepada pengurus bila dalam keadaan
memungkinkan, jika dipanggil oleh instansi pemerintah, lembaga negara, pimpinan pusat,
pimpinan daerah, pimpinan cabang atau instansi yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
3) Pengusaha memberikan izin dan meminjamkan ruangan kantior yang diperlukan jika akan
mengadakan rapat pengurus dan kegiataannya.
4) Serikat pekerja dapat mengadakan rapat / pertemuaan diruang kantor perusahaan pada waktu
jam kerja dengan terlebihdahulu mengajukan permohonan perijinan pemakaiaan, serta
mendapatkan izin dari pengusaha.
5) Pengusah membverikan fasilitas berupa kantor beserta penunjang lainnya, untuk digunakan
sebagai kantor kesekretariatan serikat pekerja.
6) Dengan bantuan pengusaha, pengurus dapat memungut iuran keanggotaan (CHECK OF SYSTEM)
sesuai dengan AD/ART dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

BAB III
HUBUNGAN KERJA
PASAL 10
HUBUNGAN PENGUSAHA DAN PEKERJA

1) Pada dasarnya hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
2) Dalam menjalankan tugasnya masing – masing pihak, pengusaha dan pekerja akan
menghindarkan tindakan – tindakan yang dapat merugikan masing – masig pihak.
3) Bahwa dalam segala persoalan atau hal – hal yang timbul akibat hubungan kerja, maka kedua
belah pihak mengupayakan penyelesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
4) Dalam upaya menciptakan hubungan kemitraan yang harmonis, dinamis, dan berkeadian, maka
perusahaan dan serikat pekerja / serikat buruh bersepakat untuk mengadakan pertemuan
minimal 1 (satu) bulan sekali.
5) Jadwal pertemuan baik waktu dan tempat, disepakati bersama antara perusahaan dan serikat
pekerja / serikat buruh.

PASAL 11
PENERIMAAN PEKERJA, SYARAT – SYARAT MENJADI PEKERJA TETAP,
DAN PENGANGKATAN MENJADI PEKERJA TETAP

1) Penerimaan pekerja adalah sebagai berikut :


a. Sesungguhnya penentuan untuk penerimaan dan penempatan pekerja adalah hak penuh
pengusaha sesuai syarat – syarat yang ditentukan dan dilakukan secara obyektif.
-9-
b. Perusahaan memberikan prioritas kepada anak pekerja / mantan pekerja sepanjang
memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang ditrentukan.
c. Batas usia calon pekerja adalah minimum 18 (delapan belas) tahun.
d. Pekerja yang diterima terlebih dahulu dipekerjakan dalam masa percobaan.
e. Tidak dibenarkan apabila terjadi pertalian hubungan pernikahan antar pekerja dalam satu
lingkup perusahaan, maka salah seorang dari mereka harus mengundurkan diri.
2) Syarat – syarat menjadi pekerja tetap adalah sebagai berikut :
a. Semua warga negara indonesia yang telah mencapai usia 18 (delapan belas) tahun.
b. Sekurang – kuerangnya berpendidikan slta atau sederajat.
c. Berbadan sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dari kedokteran.
d. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum oleh pengadilan negri.
e. Lulus dalam seleksi atau testing yang diadakan oleh perusahaan dan telah menjalani
masa percobaan masa urun selama 3 (tiga) bulan.
f. Lulus tes rongten dari klinik yang ditunjuk oleh perusahaan.
g. Pekerja yang telah lulus masa percobaan, diangkat menjadi pekerja tetap dengan bukti
surat pengangkatan, secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja dengan syarat
mengisi formulir pernyatan, dan akan mempunyai hak yang sama dengan pekerja
lainnya.
h. Tidak ada hubungan keluarga, pertalian darah, atau perkawinan dengan pekerja yang
sudah pernah bekerja sebelumnya, terkecuali mendapatkan izin dan persetujuan dari
direktur perusahaan.
3) Pengangkatan menjadi pekerja tetap adalah sebagai berikut :
a. Pekerja yang didalam menjalankan masa opercobaan ternyatra tidak mampu / tidak cakap
dalam melaksanakan tigas yang diberikan, maka yang bersangkutan dapat diputus
hubungan kerjanya tanpa syarat apapun.
b. Pekerja yang telah menjalani masa percobaan selama kurun waktu 3 (tiga) bulan, dan
dinyatakan memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan, serta cakap dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka yang berswangkutan dapat diangkat menjadi
pekerja tetap.
c. Untuk penempatan selanjutnya akan diatur kembali sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

PASAL 12
JENIS DAN STATUS HUBUNGAN KERJA

Status dan hububungan kerja antara penusaha dan pekerja ditetapkan sebagai berikut ;

1) Berdasarkan statusnya pekerja dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok yaitu :


a. Pekerja tetap adalah jenis pekerja yang bekerja di perusahaan untuk jangka waktu tidak
tertentu berdasarkan surat keputusan pengakatan dari pimpinan perusahaan PT. SUPER
TATA RAYA STEEL dan upahnya dihitung atas dasar upah bulanan.
b. Pekerja PKWT adalah pekerja yang bekerja di perusahaan untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan kontrak kerja dengan syarat-syarat yang disepakati bersama antara pekerja
yang bersangkutan dengan perusahaan yang mengacu pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Jenis pekerja borongan adalah pekerja yang bekerja di perusahaan berdasarkan kontrak
kerja dengan syarat-syarat yang disepakati antara pekerja yang bersangkutan dengan
perusahaan pemborong dan atau perusahaan menyediakan jasa tenaga kerja berdasarkan
ketentuan undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

PASAL 13
MUTASI (ROTASI)

1) Untuk kepentingan berjalannya perusahaan, rotasi, mutasi, dan pemindahan pekerja dapat
dilakukan oleh pengusaha sepanjang dilakukan secara obyektif dan tidak menyalahi unsur –
unsur normatif.
2) Penunjukan atau pemindahan pekerja selalu mempertimbangkan kebutuhan perusahaan.
3) Pada prinsipnya mutasi, rotasi dan pemindahan pekerja dari satu divisi/bagian ke divisi/bagian
lain dilakukan oleh departemen HR & GA dengan surat keputusan (SK), surat keputusan (SK)
diterbitkan setelah adanya pengajuan tertulis pimpinan tertinggi dari divisi/bagian diman
pekerja akan dimutasi /rotasi/dipindahkan.
-10-

PASAL 14
PROMOSI DAN PRESTASI (KENAIKAN PANGKAT DAN JABATAN)

1) Perusahan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada pekerja yang ada, untuk mengisi
lowongan kerja atau jabatan dengan memperhatikan;
a. Prestsi yang baik
b. Kondite yang baik
c. Ketrampilan, pengetahuan/pemahaman teknik pekerja
d. Inisiatif
e. Loyalitas
f. Kepemimpinan yang baik
g. Tanggungjawab
2) Dalam hal pekerja dipromosikan karena prestasi kerja, maka perusahaan akan menyesuaikan
status dan pengupahannya sesuai dengan jabatan dan sifat pekerjaannya.
3) Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh pekerja memangku jabatan yang dipromosikan
harus melakukan presentasi dihadapan team yang di tunjuk oleh perusahaan. Dan apabila
dinyatakan lulus maka perusahaan akan mengeluarkan surat keputusan (SK) promosi yang di
tandatangani oleh manager HR & GA.
4) Masa surat tugas promosi adalah 6 bulan, setelah 6 bulan pekerja yang dipromosikan harus
melakukan presentasi pertanggungjawaban tugas, apabila presentasi gagal di perpanjang masa
tugas 3 bulan.

PASAL 15
DEMOSI (PENURUNAN PANGKAT DAN JABATAN)

1) Perusahaan dapat menurunkan posisi dan/atau jabatan pekerja, setelah diberikan kesempatan
untuk memperbaiki kinerjanya
2) Perusahaan dapat menurunkan posisi dan/atau jabatan pekerja dengan beberapa sebab seperti
penurunan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan sikap yang didasari argumentasi serta alasan yang
jelas dan dapat dipertanggungjawaban.
3) Penurunan pangkat/jabatan dikuatkan dengan surat keputasan (SK) oleh departemen HR & GA
berdasarkan pengajuan dari divisi/bagian yang bersangkutan dan tembusan kepada serikat
pekerja, dan berpengaruh terhadap fasilitas jabatan yg di peroleh.
4) Penurunan pangkat/jabatan akibat restrukturisasi tidak mengurangi fasilitas dan penghasilan
pekerja.
5) Penempatan pekerja dengan alasan demosi memperhatikan hal – hal antara lain
a. Kesehatan pekerja.
b. Kelayakan pekerja.
c. Diskriminasi.
d. Sosial.

PASAL 16
PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN

1) perusahaan bertanggungjawab untuk memperhatikan keterampilan dan pengetahuan pekerja


2) menyadari pentingnya faktor kualitas dalam keberhasilan usaha maka, perusahaan mengadakan
pendidikan, pelatihan, penyuluhan, kursus-kursus dan seminar-seminar dan study perbandingan
guna meningkatkan, dan kemampuan para pekerja.
3) Pendidikan, pelatihan, penyuluhan juga dapat di lakukan mengenai hak dan kewajiban pekerja
maupun pengusaha kebijakan kualitas, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta
pengetahuan-pengetahuan dasar lainnya.
4) Latihan kerja, kursus-kursus dan seminar-seminar disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan perusahaan.
-11-

BAB IV
JADWAL KERJA
PASAL 17
UMUM

1. Perusahaan menetapkan jam kerja yang paling sesuai untuk melaksanakan usahanya sepanjang
tidak melanggar undang-undang ketenagakerjaan.
2. Jumlah jam kerja harus sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
3. Perusahaan berhak untuk mengubah jam atau hari kerja biasa pasa setiap waktu dengan
memperhatikan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku dan diketahui oleh PUK FSP LEM SPSI.

PASAL 18
MENTAATI JADWAL KERJA

1) Setiap pekerja wajib mentaati hari kerja dan jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
sesuai dengan undang-undang nomor; 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
2) Setiap pekerja harus sudah siap berada di tempat kerja untuk melaksanakn pekerjaan pada awal
waktu yang telah ditetapkan dan akan tetap melaksanakn pekerjaan selama waktu kerja, kecuali
pada waktu istirahat atau karena alasan lain berdasarkan perintah atasan bagi pekerja yang
melanggar ketentuan ini akan dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 53 Ayat 2 point D.

PASAL 19
JAM KERJA

Jam kerja adalah 7 (tujuh) jam atau 8 (delapan) jam dalam sehari, 40 (empat puluh) jam dalam
seminggu, dan 173 (seratus tujuh puluh tiga) jam dalam sebulan, untuk kerja siang maupun malam.

1) Untuk 6 (enam) hari kerja :


Jam kerja 1 (satu) hari adalah 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
2) Untuk 5 (lima) hari kerja :
Jam kerja 1 (satu) hari adalah 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
3) Kelebihana jam kerja dari pada yang dicantumkan padda ayat 1 (satu) dan 2 (dua)
diperhitungkan sebagai jam kerja lembur, kecuali untuk staff (supervisior dan manager) diatur
dalam aturan tersendiri.
4) Perusahaan sewaktu – waktu dapat meminta pekerja untuk bekerja lembur sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, dan apabila pekerja menolak perintah lembur yang sudah disepakati
tanpa alasan yang jelas dan bi9sa dipertanggung jawabkan, dapat dikategorikan menolak
perintah pimpinan.

PASAL 20
PERJALANAN DINAS

1. Perjalanan dinas adalah bilamana pekerja di tugaskan oleh perusahaan atau atasannya dengan
surat untuk melakukan pekerjaan disuatu tempat.
2. Selama pekerja melakukan perjalanan dinas, perusahaan menanggung segala biaya yang di
keluarkan dalam menjalankan tugas kedinasannya.
3. Biaya yang di keluarkan dalam menjalankan dinas harus dilaporkan disertai bukti-bukti yang sah
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pekerja menjalankan perjalanan kedinasannya.

PASAL 21
KERJA LEMBUR

1) Kerja lembur dapat dilaksanakan dengan menimbang tingkat kebutuhan perusahaan sepanjang
tidak menyimpang dari ketentuan peraturan perundang – undangan.
2) Jumlah perintah jam kerja lembur dapat dilaksanakan setelah ada izin dari :
a. Kepala bagian / divisi terkait.
b. Hrd.
c. Kepala operasional perusahaan.

-12-
PASAL 22
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR
1) Ketentuan perhitungan upah lembur sejam :
1/173 x upah sebulan (gaji pokok + tunjangan tetap)
2) Lembur hari kerja biasa :
a. Jam kerja lembur pertama : 1.5 x (1/173 x upah sebulan)
b. Jam kerja lembur selanjutnya : 2.0 x (1/173 x (upah sebulan)
3) Lembur hari istirahat mingguan / hari libur nasional :
a. Jam kerja lembur ke 1 (satu) – 7 (tujuh) : 2.0 x (1/173 x (upah sebulan)
b. Jam kerja lembur ke 8 (delapan) : 3.0 x (1/173 x (upah sebulan)
c. Jam kerja lembur ke 9 (sembilan) : 4.0 x (1/173 x (upah sebulan)
4) Pelaksanaan lembur baru sah jika sudah ada surat perintah kerja lembur (spkl) yang sudah
disetujui pimpinan tertinggi departemen.
5) Pembayaran upah lembur bulanan berjalan dilaksanakan setiap akhir bulan.

BAB V
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN UNTUK BEKERJA
PASAL 23
WAKTU KERJA
1) Pekerja yang telah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus diberikan istirahat minimal 60
(enam puluh) menit.
2) Shift I
NO HARI JAM ISTIRAHAT

1 Senin – kamis 08 : 00 wib – 16 : 00 wib 12 : 00 wib – 13 : 00 wib


2 Jum’at 08 : 00 wib – 16 : 00 wib 11 : 30 wib – 13 : 00 wib
3 Sabtu 08 : 00 wib – 13 : 30 wib Tanpa istirahat
3) Shift II
NO HARI JAM ISTIRAHAT
1 Senin – jum’at 16 : 00 wib – 24 : 00 wib 18 : 00 wib – 19 : 00 wib
2 Sabtu 13 : 30 wib – 18 : 30 wib Tanpa istirahat
4) Shift III
NO HARI JAM ISTIRAHAT
1 Senin – jum’at 24 : 00 wib – 08 : 00 wib Tanpa istirahat
2 Sabtu – Libur kerja

PASAL 24
ISTIRAHAT MINGGUAN ATAU LIBUR RESMI
1) Hari libur perusahaan adalah sebagai berikut;
a. Istirahat mingguan 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
c. Hari libur resmi yang di tetapkan oleh pemerintah.
2) Perusahaan dapat melakukan pergantian istirahat mingguan sehubungan adanya hal-hal yang
dianggap perlu demi kelancaran produktifitas dengan persetujuan serikat kerja.

PASAL 25
CUTI HAID

Bagi pekerja perempuan yang merasakan sakit pada hari pertama dan hari kedua, sedang haid tidak
diwajibkan bekerja dengan syarat ada bukti surat keterangan dari dokter.

PASAL 26
CUTI HAMIL DAN CUTI GUGUR KANDUNGAN
1) Cuti hamil
a. Bagi pekerja perempuan yang akan melahirkan berhak atas cuti hamil selama 1.5 (satu
setengah) bulan sebelum melahirkan, dan 1.5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan.

-13-
b. Syarat pengambilan cuti hamil terlebih dahulu mengajukan permohonan keperusahaan
dengan menyertakan bukti keterangan dari dokter / bidan yang merawatnya.
c. Bagi pekerja laki – laki yang istrinya sedang melahirkan, barhak atas cuti / p3 selama 3 (tiga)
hari.
2) Cuti gugur kandungan
a. Bagi pekerja perempuan yang mengalami gugur kandungan, cuti terhitung sejak awal masuk
rumah sakit / perawatan selama 1.5 (satu setengah) bulan.
b. Syarat pengambilan cuti gugur kandungan harus melampirkan bukti surat keterangan dokter
/ bidan yang merawatnya.
c. Bagi pekerja laki – laki yang istrinya mengalami gugur kandungan, berhak atas cuti / p3
selama 3 (tiga) hari.

PASAL 27
CUTI TAHUNAN

1) Pekerja berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari setelah bekerja selama 1 (satu)
tahun atau 12 (dua belas) bulan berturut – turut.
2) Yang dimaksud sebagaimana cuti kolektif tahunan adalah :
NO MASA KERJA CUTI KEBIJAKAN
TAHUNAN CUTI
1 1 – 5 tahun 12 hari –
2 5 – 15 tahun 12 hari 1 hari
3 15 – 25 tahun 12 hari 2 hari
4 25 tahun keatas 12 hari 3 hari
3) Bagi pekerja yang akan mempergunakan cuti tahunan tersebut, 3 (tiga) hari sebelumnya sudah
bmengajukan permohonan tertulis keperusahaan.
4) Perusahaan berhak mengatur cuti kolektif tahunan tersebut dengan mempertimbangkan hak
cuti pekerja untuk libur keagamaan seperti hari raya idul fitri, natal dan tahun baru, tanpa
mengindahkan asa mufakat bersama.

PASAL 28
TIDAK BEKERJA KARENA SAKIT DAN SAKIT BERKEPANJANGAN
1) Pekerja yang sakit hingga tidak dapat melekukan pekerjaan berhak atas upah penuh.
2) Pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit selain akibat kecelakaan kerja, wajib menunjukan
surat keterangan sakit yang di keluarkan olek dokter yang merawatnya, bilamana pekerja yang
bersangkutan sakit lebih dari 1 (satu) hari maka harus segera memberitahukan kepeda
perusahaan selambat-lambatnya pada hari ke 2 (dua).
3) Upah yang di bayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit berkepanjangan sebagai berikut;
a. 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari upah.
b. 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari upah.
c. 4 (empat) bulan ketiga, di bayar 50% (lima puluh persen) dari upah dan,
d. Bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima persen) dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
4) Setelah 12 (dua belas) bulan pekerja yang bersangkutan masih mengalami sakit, dapat
diputuskan hubungan kerjanya berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku.

BAB VI
UPAH DAN PENGUPAHAN
PASAL 29
PRINSIP DASAR PENGUPAHAN

1) Upah sebagai hak pekerja sebagai imbalan atas pekerja yang dilakukan karena adanya hubungan
kerja.
2) Pada prinsipnya pengupahan yang ada guna mendorong prestasi para pekerja.
3) Pada dasarnya pengupahan yang berlaku diperusahaan berlaku adil.
4) Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan adalah menjaga keseimbangan pertumbuhan usaha,
mempertahankan dan mencari tenaga kerja yang terampil dan cakap.
-14-

PASAL 30
DASAR PENETAPAN UPAH

Penetapan upah bagi pekerja didasari oleh;

a. Keahlian, kemampuan kecakapan pekerja


b. Prestasi pekerja
c. Jenis dan macam pekerjaan serta beban tanggung jawab
d. Penilaian pimpinan perusahaan
e. Absensi kehadiran
f. Pendidikan
g. Masa kerja

PASAL 31
PENINJAUAN ATAS UPAH

1) Pelaksanaan kenaikan upah berkala akan dilakukan 1 (satu) tahun sekali pada bulan januari
tahun berjalan dan di musyawarahkan dengan serikat pekerja paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum kenaikan upah.
2) Dalam hal kenaikan upah dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor;
a. Inflasi nasional berdasarkan indeks inflasi yang dikeluarkan oleh biro pusat statistik (BPS) (1
desember hingga 30 november)
b. Prestasi pekerja dihitung secara presentase (Grade A,B,C,D)
c. Upah minimum dan / atau upah sectoral kota tangerang
d. Kemampuan perusahaan
3) Dasar penghitungan kenaikan upah adalah dari gaji pokok, tunjangan jenis pekerjaan dan
tunjangan jabatan.
4) Bagi pekerja yang upahnya kurang dari ketentuan upah minimum dan atau upah sectoral secara
otomatis akan disesuaikan.

PASAL 32
KOMPONEN UPAH

Komponen upah terdiri atas :

1) Upah Reguler adalah upah yang tidak dipengaruhi oleh ketidak hadiran kerja yang terdiri dari :
a. Upah pokok.
b. Tunjangan tetap.
c. Tunjangan jabatan.
2) Upah Ireguler upah yang dipengaruhi ketidak hadiran kerja yang terdiri dari :
a. Tunjangan makan.
b. Tunjangan kehadiran.
c. Tunjangan transportasi.
d. Tunjangan shift.
e. Tunjangan jenis pekerjaan.
f. Tunjangan kesehatan.

PASAL 33
PEMBAYARAN UPAH

1) Pada dasarnya pembayaran upah dilaksanakan pada akhir bulan berjalan.


2) Apabila akhir bulan berjalan jatuh tepat pada jatah istirahat mingguan atau hari libur resmi,
maka pembayaran akan dilaksanakan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
3) Pembayaran upah dilaksanakan dengan secara tunai atau melalui rekening bank masing-masing
pekerja.

-15-
PASAL 34
PERLINDUNGAN UPAH KARENA DITAHAN

1) Pada dasarnya peengusaha tidak wajib membayar upah dalam hal pekerja di tahan pihak yang
berwajib karena di duga melakukan tindak pidana atas pengaduan usaha, tetapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga pekerja yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan
sebagai berikut:
NO PERIHAL UPAH
1 1 (satu) orang tanggungan 25 % dari upah
2 2 (dua) orang tanggungan 35 % dari upah
3 3 (tiga) orang tanggungan 45 % dari upah
4 4 (empat) orang tanggungan lebih 50 % dari upah.
2) Apabila pekerja yang bersangkutan di bebaskan dari tuduhan , maka pengusaha wajib
merahabilitir nama baik pekerja tersebut, termasuk membayarkan hak-haknya yang tertunda.
3) Apabila pekerja tersebut ternyata bersalah dan menjalani hukuman,maka hubungan kerjanya
dapat di putus sesuai peraturan yang berlaku.
4) Pemutusaan hubungan kerja sebagaimana yang di maksud pada ayat 3 , yang bersangkutan
berhak atas penghargaan masa kerja dan penggantian hak, sesuai peraturan perundang –
undangan yang berlaku.

PASAL 35
JENIS DAN MACAM TUNJANGAN
Perushaan memberikan jenis dan macam tunjangan demi terciptanya kesejahteraan bagi para pekerja
yang dibayarkan bersamaan dengan pembayaran upah yang meliputi antara lain.
1) TUNJANGAN JABATAN
a. Adalah tunjangan yang bersifat tetap yang di berikan kepada pekerja yang mempunyai
jabatan tertentu dalam perusahaan dan bersifat tetap.
b. Besarnya tunjangan jabatan di sesuaikan bobot,posisi dan tanggung jawab pekerja yang
bersangkutan.
c. Peninjauan besarnya tunjangan jabatan di lakukan setiap 2 (dua) tahun sekali.
2) TUNJANGAN KESEHATAN
a. Adalah tunjangan tetap untuk perawatan dan pemeliharaan kesehatan pekerja yang di
berikan dalam bentuk uang dengan jumlah tetap pada setiap bulannya.
b. Besarnya tunjangan kesehatan yang di berikan kepada pekerja setiap bulannya meliputi :
susu,masker standar SNI dan vitamin.
c. Besarnya tunjangan kesehatan terkait ayat B Rp. 80.000,00 (delapan puluh ribu).
d. Peninjauan besarnya tunjangan kesehatan setiap 1(satu) tahun sekali.
3) TUNJANGAN JENIS PEKERJAAN
a. Adalah tunjangan tetap yang di berikan kepada pekerja untuk tingkat Operator.
b. Bagian / divisi / group yang berhak atas tunjangan panas sebagai berikut :
- Umum.
- Finishing.
- Kenek.
- Kontruksi.
- Montir.
c. Pekerjaan yang di pindahkan atau di mutasi dari bagian/group/divisi yang lain ke
bagian/group/divisi tersebut di berhak atas fasilitas tunjangan jenis pekerjaan daan apabila
pekerjaan di pindahkan ke bagian selain tersebut di atas maka fasilitas tunjangan jenis
pekerjaan akan otomatis hilang.
d. Besarnya tunjangan jenis pekerjaan sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu).
4) TUNJANGAN KEHDIRAN
a. Tunjangan yang di berikan kepada pekerja apabila dalam 1 (satu) bulan bekerja terus
menerus tanpa absen kecuali cuti dan sakit di rawat inap.
b. Tunjangan kehadiran di potong sebesar :
NO JUMLAH ABSENSI TOTAL %
1 1 (satu) hari 50 %
2 2 (dua) hari 75 %
3 3 (tiga) hari 100 %
c. Besarnya tunjangan kehadiran adalah sebesar Rp. 110.000 (seratus sepuluh ribu).
-16-
5) TUNJANGAN TRANSPORT
a. Adalah tunjangan tidak tetap yang di berikan kepada pekerjaan dalam bentuk uang sebagai
pegganti ongkos berangkat dan pulang kerja.
b. Tunjangan transport akan di tinjausesuai dengan kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM)
dan tarif transportasi umum (bis kota,mikrolet,ojek dan angkutan umum).
c. Besarnya tunjangan transport yang di berikan kepada pekerja, setiap kali masuk kerja
adalah sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per hari dengan tidak membedakan jarak.
6) TUNJANGAN MAKAN
a. Adalah tunjangan tidak tetap yang di berikan berdasarkan kehadiran kepada pekerja dalam
bentuk uang sebagai pengganti makan.
b. Besarnya tunjangan pengganti makan yang di berikan perusahaan kepada pekerja sebesar
Rp. 300.000 (tiga ratus ribu).
7) TUNJANGAN SHIFT
a. Tunjangan shift di berikan kepada pekerja yang bekerja pada shift I shift II dan shift III.
b. Besarnya tunjangan shift sebagai berikut :
NO SHIFT NOMINAL PER HARI
1 Shift I Rp 3.000
2 SHIFT II Rp 4.000
3 SHIFT III Rp 5.000
c. Peninjauan shift di laksanakan 2 (dua) tahun sekali.
8) TUNJANGAN HARI RAYA IDUL FITRI
a. Perusahaan memberikan tunjangan hari raya idul fitri kepada pekerja.
b. Pelaksanaan pembayaran tunjangan hari raya idul fitri selambat – lambatnya 10 (sepuluh)
hari menjelang hari raya.
c. Pembayara tunjangan hari raya idul fitri sebagai berikut :
NO MASA KERJA THR
1 < 1 tahun Proposional
2 1 tahun < 8 tahun 1 x upah sebulan
3 8 tahun < 15 tahun 1.15 x upah sebulan
4 15 tahun < 25 tahun 1.25 x upah sebulan
5 25 tahun keatas 1.35 upah sebulan
9) Adapun komponen upah dalam perhitungan tunjangan hari raya idul fitri sebagai berikut :
1. Upah pokok.
2. Tunjangan jabatan.
3. Tunjangan jenis pekerjaan.
4. Tunjangan kesehatan.
5. Tunjangan masa kerja.

BAB VII
KESEJAHTERAAN
PASAL 36
FASILITAS KESEJAHTERAAN

Fasilitas kesejahteraan diberikan dalam bentuk materil dan nonmateril, bertujuan untuk tercapainya
tingkat kesejahteraan bagi para pekerja yang meliputi :

1) Hadiah akhir tahun


a. Perusahaan memberikan fasilitas hadiah akhir tahun sesuai dengan garis kebijaksanaan
situasi dan kondisi perusahaan.
b. Dalam hal menentukan nilai hadiah akhir tahun akan mempertimbangkan usulan dari serikat
pekerja.
c. Pelaksanaan pembayaran hadiah akhir tahun paling lambat 1 (satu) minggu sebelum akhir
tahun.
2) Sumbangan pernikahan
a. Perusahaan memberikan sumbangan untuk pernikahan pertama pekerja.
b. Sumbangan diberikan dalam bentuk uang.
c. Besarnya sumbangan pernikahan adalah rp 1.000.000 (satu juta rupiah).

-17-
3) Sumbangan persalinan / kelahiran
a. Sumbangan persalinan / kelahiran diberikan kepada pekerja / istri pekerja yang terdaftar di
departemen hr dan ga.
b. Sumbangan persalinan / kelahiran diberikan sampai dengan batas anak ke 3 (tiga).
c. Besar nilai sumbangan persalinan / kelahiran adalah rp 1.000.000 (satu juta rupiah).
4) Sumbangan duka cita / kematian
a. Sumbangan duka cita / kematian diberikan dalam bentuk uang.
b. Bila pekerja yang bersangkutan meninggal dunia diberikan sumbangan duka cita kepada ahli
warisnya sebesar 1 (satu) kali upah sebulan.
c. Pekerja yang keluarganya (suami, istri, dan 3 (tiga) oarang anak) meninggal dunia berhak
atas sumbangan duka cita / kematian sebesar rp 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah).
d. Sumbangan duka cita / kematian untuk ayah / ibu kandung atau mertua sebesar rp
1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah), jika diperusahaan ini terdapat lebih dari satu
orang saudara sekandung atau satu keluarga, maka sumbangan duka cita / kematian hanya
diberikan kepada salah satu orang saja.
5) Sumbangan khitanan / baptis anak
a. Pengusaha memberikan sumbangan khitanan / baptis bagi anak pekerja, maksimum 3 (tiga)
orang anak yang terdaftar di Departemen HR & GA.
b. Besarnya nilai sumbangan khitanan / baftis bagi anak pekerja adalah rp 500.000 (lima ratus
ribu rupiah).

PASAL 37
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT

1) Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal – hal yang
berkaitan dengan Hubugan Industrial.
2) Anggota lembaga kerja sama BIPARTIT terdiri dari unsur Pegusaha, unsur Serikat Pekerja atau
unsur pekerja, yang sudah tercantum di Instansi yang bertanggung jawab dibidang
Ketenagakerjaan.
3) Lembaga kerja sama BIPARTIT paling sedikit sidang 2 (dua) kali dalam setahun.

PASAL 38
TEMPAT IBADAH DAN PERAYAAN HARI BESAR ISLAM

1) Untuk memenuhi kebutuhan beribadah pekerja sebagai pembinaan mental spiritual maka
perusahaan menyediakan fasilitas tempat ibadah yang layak.
2) Perusahaan menanggung biaya untuk perayaan peringatan – peringatan hari besar islam (HBI),
sepanjang situasi dan kondisi memungkinkan.

PASAL 39
REKREASI ATAU WISATA

1) Perusahaan akan mengadakan rekreasi wisata bagi pekerja dan keluarganya.


2) Dengan tujuan menyegarkan kembali fisik dan mental pekerja dari rutinitas sehari – hari,
sehingga terciptanya daya kreatifitas yang tinggi serta produktifitas yang terjaga dengan baik.
3) Pelaksanaan rekreasi wisata bagi pekerja dan keluarganya dalam kurun waktu setahu sekali,
sepanjang situasi dan kondisi memungkinkan.

PASAL 40
OLAHRAGA DAN SENI

1) Perusahaan memberikan fasilitas guna menyalurkan serta menumbuh kembangkan bakat, hoby,
dan prestasi pekerja dalam bidang olah raga dan seni.
2) Dalam hal kegiatan olahraga dan seni, perusahaan selalu mendukung baik materil maupun non
materil.
3) Dalam hal materil bagi kegiatan olahraga dan seni, diberikan setiap kegiatan yang besarnya
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan perusahaan.
4) Dalam hal kegiatan perayaan hut ri, perusahaan sepenuhnya menanggung pembiayaan kegiatan
perayaan tersebut.

-18-

PASAL 41
KOPERASI PEKERJA

1) Koperasi pekerja dibentuk bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, sesuai


ketentuan Pasal 101 ayat (1) Undang – Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
2) Sebagai upaya untuk menciptakan kesejahteraan pekerja, maka perusahaan menyediakan
fasilitas bagi koperasi pekerja berupa tempat, ruangan dan kantor.
3) Pengusaha dan serikat pekerja, bersama – sama menumbuh kembangkan koperasi pekerja dan
usaha – usaha produktif lainnya, guna tercapai kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya.
4) Koperasi pekerja beranggotakan para pekerja yang secara sukarela bergabung dan menjadi
anggota koperasi pekerja.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN KERJA
PASAL 42
FASILITAS DAN SARANA KERJA

1) Untuk menciptakan apa yang diamanakahkan oleh Undang – Undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, pengusah / perusahaan wajib menyediakan fasilitas dan saran kerja yang
meliputi sebagai berikut :
SERAGAM HELM/TOPI FACESHIELD MASKER SARUNG SEPATU
TANGAN
3 (tiga) stel 1 (satu) pcs 2 (dua) pcs 2 (dua) pcs 2 (dua) stel 1 (satu) pasang
pertahun pertahun pertahun perminggu perminggu pertahun
2) Pemberian fasilitas dan sarana kerja ditetapkan tersendiri oleh perusahaan dengan
mempertimbangkan saran – saran dari Serikat Pekerja.
3) Setiap pekerja diwajibkan menggunakan fasilitas dan sarana kerja serta alat keselamatan kerja.
4) Untuk penambahan sarana perlengkapan kerja terhadap bagian – bagian tertentu, diatur
tersendiri sesuai tingkat kebutuhan dan resiko yang ada.
5) Setiap pekerja bertanggungjawab merawat serta memelihara fasiltas pakaian kerja, mesin dan
alat – alat kerja, fasilitas dan sarana lainnya dengan melakukan pengecekan setiap akan istirahat
dan pulang kerja.
6) Kelalaian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pengecekan tersebut bisa
dikenakan sanksi sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 ayat 3 huruf (j) , tentang tidak disiplin
kerja.
7) Setiap pekerja harus senantiasa memperhatikan akan tanda – tanda serta rambu – rambu
keselamatan kerja.
8) Setiap pekerja berkewajiban memelihara kebersihan, kerapian tempat kerjanya masing – masing
serta kerapian dan kebersihan lingkungan perusahaan.

PASAL 43
MAKANAN TAMBAHAN

1) Seluruh pekerja pt. Super tata raya steel diberikan tambahan makanan berupa :
a. Kopi senilai rp 1.500 (seribu lima ratus rupiah) perminggu.
b. Teh manis senilai rp 1.500 (seribu lima ratus rupiah) perminggu.
c. Susu kental manis senilai rp 3.000 (tiga ribu rupiah) perminggu.
d. Exstra fooding senilai 2.500 (dua ribu rupiah) perminggu.
(exstra fooding diberikan khusus, bagi pekerja yang bekerja waktu sift III.

PASAL 44
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (P2K3)
1) Dalam upaya mencegah terjadinya ganguan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, dan juga
dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja, perlu penerapan keselamatan kerja,
dan kesehatan kerja diperusahaan.
2) Panitia pembina keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang selanjutnya disebut P2K3 adalah
badan pembantu pelaksan ditempat kerja, yang merupakan bentuk wadah kerjasama antara
pengusaha dan pekerja, guna mengembangkan kerjasama yang saling pengertian dan bentuk
paritsipasi yang efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

-19-

3) Perusahaan membentuk P2K3 sesuai dengan Peraturan Mentri Tenagakerjaan Nomor : PER-
04/MEN/1987, sebagai upaya dan usaha menciptakan ketengangan dan kenyamanan kerja.
4) Tata cara penerapan dan ketentuan pelaksanaan lembaga P2K3, Berdasarkan Peraturan Mentri
Tengakerja Nomor : PER-04/MEN/1987.

PASAL 45
JAMINAN SOSIAL

1) Berdasarkan Undang – Undang NO.03 Tahun 1992 jo Peraturan Pemerintah NO.14 Tahun 1993
melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan pelaksanaannya melalui program sebagai
berikut :
a. BPJS kesehatan meliputi :
- Jaminan kesehatan nasional (JKN).
b. BPJS ketenagakerjaan meliputi :
- Jaminan hari tua (JHT).
- Jaminan kecelakaan kerja (JKK).
- Jaminan kematian (JKM).
- Jaminan pensiun (JP).
- Jaminan kehilangan pekerjaan (JKP).
2) Ketentuan besaran pembayaran iuran BPJS sebagai berikut :
a. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) = 4 % perbulan
NO PENGUSAHA PEKERJA
1 4 % dari upah sebulan 1 % dari upah
sebulan
b. Program Jaminan Hari Tua (JHT) = 5,7 % perbulan
NO PENGUSAHA PEKERJA
1 3,7 % dari upah sebulan 2 % dari upah sebulan
c. Jaminan Kematian (JKM) = 0,30 %
NO PENGUSAHA PEKERJA
1 0,30 % dari upah sebulan 0 % dari upah sebulan
d. Jaminan Pensiun (JP) = 3 % perbulan
NO PENGUSAHA PEKERJA
1 2 % dari upah sebulan 1 % dari upah sebulan
e. Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) = 0,46 % perbulan
NO SUBSISDI BPJS BPJS
1 0,22 % pemerintah 0,14 % program jkk 0,10 % program jkm

PASAL 46
ACCIDENT (KECELAKAAN KERJA)

1) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dan berhubungan dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat kerja dari rumah menuju ketempat kerja dan juga perjalanan pulang kerja
kerumah, melalui jalan yang biasa dilalui maupun jalan alternatif.
2) Perusahaan memberikan fasilitas accident (kecelakaan kerja) bagi pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja meliputi, antara lain :
a. Upah penuh.
b. Perusahaan memberikan fasilitas pengobatan non medis kepada pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja, seperti ; tabib, sinshe, atau alternatif yang sudah mendapatkan ijin dari
dinas kesehatan.

PASAL 47
FASILITAS MEDICAL
1) Perusahaan menyediakan fasilitas berupa kendaraan berikut pengemudinya untuk kepentingan
yang bersifat urgen /darurat selama waktu 24 (dua puluh empat) jam kerja.
2) Dalam hal pekerja mengalami kecelakaan kerja, maka pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) akan dilakukan pada klinik yang ditunjuk atau menjadi rujukan perusahaan.
3) Perusahaan melaksanakan medical check up secara periodik bagi seluruh pekerjanya minimal 1
(satu) tahun sekali dan maksimal 2 (dua) tahun sekali.

-20-
PASAL 48
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1) Perusahaan menyediakan fasilitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran.


2) Setiap pekerja mempunyai tanggungjawab untuk merawat dan memelihara fasilitas pencegahan
dan penanggulangan kebakaran dengan melakukan pengecekan rutin terjadwal.
3) Intruksi secara terperinci untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam lingkungan
perusahaan diuraikan tersendiri.
4) Setiap pekerja diwajibkan segera melaporkan, apabila melihat dan atau mengetahui adanya
tanda – tanda yang bisa menimbulkan kebakaran atau adanya kebakarandalam lingkungan
perusahaan.
5) Perusahaan membentuk team organisasi pemadam kebakaran yang tersusun dan tersetruktur
dalam hal – hal yang berhubungan dengan kebakaran akan diatur tersendiri.
6) Semua pekerja berkewajiban mentaati intruksi guna pencegahan dan penangulangan
kebakaran.

BAB IX
TATA TERTIB
PASAL 49
LARANGAN – LARANGAN BAGI PEKERJA

1) Selama jam kerja, pekerja dilarang keluar atau masuk lingkungan perusahaan tanpa izin
pimpinan perusahaan.
2) Pekerja dilarang membawa atau menggunakan barang dan alat milik perusahaan, yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan.
3) Pekerja dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak diperkenankan memasuki
ruangan lain yang bukan bagiannya, kecuali atas perintah dari atsannya.
4) Pekerja dilarang membawa senjata tajam, senjatra api, atau benda lainnya yang membahayakan
bagi pekerja itu sendiri, rekan kerja, maupun perusahaan kedalam ruang lingkup perusahaan.
5) Pekerja dilarang membawa dan meminum – minuman keras, serta menggunakan obat – obat
terlarang (ectasy dan sejenisnya), berjudi, bertengkar atau berkelahi dengan sesama pekerja
maupun pimpinan.
6) Pekerja dilarang merokok, membawa korek api, membuat api dilingkuangan prusahaan,
terkecuali ditempat – tempat yang telah ditentukan.
7) Pekerja dilarang membocorkan rahasia perusahaan.
8) Pekerja dilarang menyimpan, menjual atau memperdagangkan barang dan jasa apapun didalam
lingkungan perusahaan.
9) Pekerja dilarang mengedarkan panflet, menempel atau memasang poster atau mencoret – coret
didalam lingkungan perusahaan.
10) Pekerja dilarang menggunakan hanphone pada saat aktivitas bekerja, kecuali mendukung
aktivitas bekerja dan keadaan urgen / darurat.
11) Pekerja dilarang memasuki area kerja tanpa menggunakan alat pelindung diri (apd).
12) Pekerja tidak dibenarkan terlambat masuk kerja secara berulang – ulang tanpa alasan yang jelas
dan dapat dipertanggung jawabkan.
13) Pekerja tidak diizinkan meninggalkan pekerjaan tanpa mendapatkan izin (absensi).
14) Pekerja dilarang melakukan penolakan atas proses pemeriksaan pada pintu gerbang saat masuk
atau keluar area perusahaan.
15) Pekerja dilarang melakukan perubahan bentuk seragam yang telah diberkan oleh perusahaan,
baik bentuk, ukuran, dan atributnya.
16) Pekerja wajib memakai seragam , sepatu, dan atribut lalinnya.
17) Pekerja mangkir sebanyak 2 (dua) hari berturut – turut atau 3 (tiga)hari dalam kurun waktu 1
(satu) minggu, dapat dikenakan sanksi surat peringatan pertama (sp – I).
18) Pekerja mangkir sebanyak 3 (tiga) hari berturut – turut atau 4 (empat) hari dalam kurun waktu 1
(satu) minggu dapat dikenakan sanksi surat peringatan kedua (sp – II).
19) Pekerja wajib melaksanakan pemeriksaan kesehatan yang ditunjuk oleh perusahaan.

-21-

PASAL 50
TINDAKAN DISIPLIN KERJA

1) Pengusaha dapat mengambil tindakan terhadap pekerja yang melakukan pelanggaran peraturan
tata tertib, sebagaimana telah dijelaskan di pasal 51 ayat (1) – (16) , tentang larangan – larangan
bagi pekerja, dan mekanisme pelaksanaan penegakan disiplin kerja pada dasarnya dijiwai oleh
itikad baik pengusaha dalam membimbing dan membina pekerja, guna mencapai sumber daya
manusia yang baik, berkompeten, bertanggung jawab dan mencapai prestasi yang lebih baik.
2) Dalam menghadapi pelaksanaan pelanggaran disiplin kerja, melalui wakil pengusaha akan
melakukan suatu tindakan disipin sebaga berikut :
a. Teguran secara lisan.
b. Surat peringatan tertulis.

PASAL 51
SANKSI / HUKUMAN

Pada dasarnya sanksi / hukuman diberikan sebagai bentuk upaya pembinaan dan pendidikan, sehingga
tercapai tingkat disiplin yang tinggi dan mampu meningkatkan semangat dan etos kerja maupun
motivasi kerja, sehingga sanksi / hukuman diberikan tidak harus berurutan, tergantung dari segi tingkat
kesalahan / pelanggaran, sesuai ketentuan – ketenuan dibawah ini :

1) Teguran lesan
Bagi bpekerja yang melakukan pelanggaran kecil atau ringan, dapat diberikan teguran lisan yang
didokumentasikan oleh atasannya dan tembusan ke HRD.
2) Surat peringatan (sp)
Surat peringatan ada 4 (empat) macam, antara lain sebagai berikut :
SP I SP II SP III SP TERAKHIR
Berlaku 6 bulan Berlaku 6 bulan Berlaku 6 bulan Phk
3) Surat peringatan dibuat rangkap 3 (tiga), dengan tujuan sebagai berikut:
a. Arsip perusahaan
b. Arsip serikat pekerja
c. Data pribadi yang bersangkutan / pekerja
4) Sebelum surat peringatan diterbitkan, pihak perusahaan akan melakukan komunikasi terlebih
dahulu kepihak Pimpinan Divisi terkait, HRD dan SERIKAT PEKERJA.
5) Surat peringatan diterbitkan / dikeluarkan oleh pihak perusahaan dengan penuh pertimbangan
dan tanpa mengurangi hak – hak pekerja yang bersangkutan.
6) Surat peringatan dapat dinyatakan syah, apabila ditanda tangani :
a. Pengusaha / atau wakil pengusaha yang ditunjuk.
b. Hrd.
c. Serikat pekerja.
d. Pimpinan Divisi terkait.
e. Pekerja yang bersangkutan.
7) Skorsing
a. Skorsing karena diduga melakukan kesalahan berat :
a.1) Terhadap pekerja yang diduga melakukan kesalahan – kesalahan berat, perusahaan
dapat mengenakan tindakan skorsing kepada yang bersangkutan sampai permasalahan
tersebut bisa diselesaikan.
a.2) Sebelumskorsing dilakukan, perusahaan terlebih dahulu melakukan prosedur yang
lazim, yaitu membuat berita acara pemeriksaan yang diperkuat dengan keterangan saksi –
saksi, dalam membuat berita acara pemeriksaan, pekerja didampingi serikat pekerja.
a.3) Selama menjalankan skorsing, yang bersangkutan hanya menerima haknya, antara lain
gaji pokok, tunjangan jenis pekerjaan dan / atau tunjangan jabatan.
a.4) Lamanya skorsing maksimum 6 (enam) bulan.
a.5) Setelah jangka waktu skorsing, ternyata pekerja tidak bersalah, maka kasus tersebut
dapat dicabut kembali. Perusahaan mempekerjakan pekerja kembali dengan membayar
upah penuh beserta hak lainnya yang seharusnya diterima pekerja terhitung sejak pekerja
diskorsing atau dibebastugaskan.

-22-
8) Skorsing karena ditahan oleh yang berwajib :
a. Dalam hal pekerja ditahan bukan atas pengaduan pengusaha karena diduga melakukan
pelanggaran hukum atau pelanggaran lainnya diluar perusahaan, maka kepada pekerja
tersebut diberikan haknya sesuai Undang undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 160 ayat (1)
NO PERIHAL KOMPENSASI
1 1 orang tanggungan 25 % dari upah
2 2 orang tangggungan 35 % dari upah
3 3 orang tanggungan 45 % dari upah
4 4 orang tanggungan 50 dari upah
b. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwin terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh pihak
yang berwajib.
c. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana
mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1).
d. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan tidak
bersalah, maka pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
e. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan bersalah, maka pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.
f. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5)
dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
g. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

NO PERIHAL PESANGON PMK UPH

1 Phk sesuai pasal 160 ayat (3) dan ayat (5) 0 1x 1 x 15 %


uuk no : 13/2003

PASAL 52
PROSEDUR TINDAKAN DISIPLIN KERJA

1) Masa berlaku Surat Peringatan (SP) sebagai berikut :


NO PERIHAL MASA BERLAKU
1 SP I 6 (enam) bulan
2 SP II 6 (enam) bulan
3 SP III 6 (enam) bulan
4 SP Terakhir PHK
2) Apabila Pekerja yang sedang menjalani suatu peringatan tetapi melakukan pelanggaran lagi,
maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut:
SP
NO YANG SEDANG PELANGGARAN SP BARU BERLAKU
DIJALANI
1 I I II Sisa SP I + 6 bulan
2 I II III Sisa SP I + 6 bulan
3 I III III Sisa SP I + 6 bulan
4 II I III Sisa SP II + 6 bulan
5 II II - PHK
6 II III - PHK
7 III I - PHK
8 III II - PHK
9 III III - PHK
3) Pemberian Peringatan Lisan dan Surat Peringatan kepada seorang pekerja akan mempengaruhi
atau menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam kenaikan prestasi kerja yang
bersangkutan.

-23-

PASAL 53
MOGOK KERJA

1) Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja / serikat buruh yang dilakukan secara
sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.
2) Pekerja dan serikat pekerja / serikat buruh yang bermaksud mengajak pekerja lainnya untuk ikut
mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung, dilakukan dengan tidak melanggar hukum.
3) Pekerja yang diajak untuk mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat memenuhi
atau tidak memenuhi ajakan tersebut.
4) Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja yang bekerja pada perusahaan yang melayani
kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatanya membahayakan keselamatan
jiwa manusia diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan/atau
membahayakan keselamatan orang lain.
5) Sekurang – kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan,
pekerja dan serikat pekerja / serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada
pengusaha, instansi terkait dan yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
6) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud sekurang – kurangnya memuat :
a. Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja tersebut.
b. Tempat mogok kerja.
c. Alasan serta sebab – sebab mengapa harus melakukan mogok kerja.
d. Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing – masing ketua dan sekretaris serikat
pekerja / serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja tersebut.
7) Dalam hala mogok kerja dilakukan oleh pekerja yang bukan anggota dari serikat pekerja / serikat
buruh, maka pemberitahuan sebagaimana dimaksud diatas ditanda tangani oleh perwakilan
pekerja yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja tersebut.
8) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sesuai dengan isi sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)
diatas, maka demi menyelamatkan alat - alat produksi serta aset perusahaan, pengusaha dapat
mengambil tindakan sementara dengan cara sebagai berikut :
a. Melarang pekerja yang sedang melasanakan mogok kerja berada dilokasi kegiatan proses
produksi.
b. Bila dianggap perlu melarang pekerja yang sedang melaksanakan mogok kerja berada
dilokasi perusahaan.
9) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud tidak menghasilkan kesepakatan, maka harus
dibuatkan risalah perjanjian bersama yang ditanda tangani oleh para pihak serta pegawai dari
instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan sebagai bukti dan saksi.
10) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) tidak menghasilkan kesepakatan,
maka pegawai dari instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan segera
menyerahkan masalah yang menyebabkan terjadinya mogok kerja kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) yang berwenang.
11) Mogok kerja yang dilakukan secara tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5), dianggap mogok kerja tidak sah.
12) Dalam hal mogok kerja, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (11), maka atas dasar
perundingan antara pengusaha dengan serikat pekerja / serikat buruh atau penanggung jawab
mogok kerja, mogok kerja dapat diteruskan atau dihentikan untuk semetara atau dihentikan
sama sekali.
13) Mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (5),
dikualifikasikan sebagai mangkir kerja.
14) Pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh pengusaha sebanyak 2 (dua) kali berturut – turut dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari kerja, dalam bentuk pemanggilan secara patut dan tertulis.
15) Pekerja yang tidak memenuhi panggilan sebagaiman dimaksud dalam ayat (14), maka dianggap
mendundurkan diri.
16) Siapapun tidak dapat menghalang – halangi pekerja dan serikat pekerja / serikat buruh untuk
menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai.
17) Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan terhadap pekerja dan
pengurus serikat pekerja / serikat buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib dan
damai sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

-24-
18) Terhadap mogok kerjayang dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5), pengusaha dilarang :
a. Mengganti pekerja yang mogok kerja dengan pekerja lain dari luar perusahaan.
b. Memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada pekerja dan
pengurus serikat pekerja / serikat buruh selama dan sesudah melakukan mogok kerja.
19) Dalam hal pekerja yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak
normatif yang sungguh – sungguh dilanggar oleh pengusaha, pekerja tetap berhak mendapatkan
upah seperti biasanya.

BAB X
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
PASAL 54
RUANG LINGKUP PENETAPAN PHK

1) Pada dasarnya pengusaha, pekerja dan serikat pekerja, dengan segala upaya harus
mengusahakan agar jangan sampai terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak dapat
dihindari, maka maksud dan tujuan pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja atau dengan pekerja, apabia pekerja tersebut
tidak menjadi anggota dari serikat pekerja.
3) Dalam hal perundingan sebagaimana tersebut diatas tidak menghasilkan kesepakatan kedua
belah pihak, maka pengusaha hanya dapat melakuka pemutusan hubngan kerja (PHK) terhadap
pekerja setelah ada penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
(PPHI).
4) Pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa ada penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
batal demi hukum, dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja yang bersangkutan
serta membayar seluruh upah dan/atau hak yang bseharusnya diterima pekerja tersebut.
5) Selama penetapan lembaga penyelesaian pwrselisihan hubungan industrial (PPHI) belum
ditetapkan, pengusah maupun pekerja tetap melaksanakan kewajibannya.
6) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) diatas,
dengan tindakan berupa skorsing kepada pekerja yang sedang dalam proses pemutusan
hubungan kerja (PHK) dengan tetap membayar upah serta hak – hak lain yang biasanya diterima
oleh pekerja setiap bulannya.

PASAL 55
LARANGAN PEMUTUSAN KERJA

1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan alasan sebagai berikut
:
a. Pekerja berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama tidak
melampaui kurun waktu 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
b. Pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap
negara sesuai peraturan perundang – undangan.
c. Pekerja menjalankan ibadah sesuai yang diperintahkan agamanya.
d. Pekerja menikah.
e. Pekerja perempuan hamilo, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.
f. Pekerja mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja lainnya
didalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja bersama.
g. Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau menjadi pengurus serikat pekerja/serikat
buruh, pekerj melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh diluar jam kerja atau
didalam jam kerja, atas kesepakatan pengusaha dan/atau berdasarkan kententuan yang
telah diatur dalam perjanjian kerja bersama.
h. Pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.
i. Karena perbedaan pham, agama, aliran politik, suku, ras, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, ondisi fisik atau status perkawinan.
j. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhan
nya belum dapat dipastikan.

-25-
2) Pemutusan huubungan kerja (PHK) yang dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), batal demi hukum, dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja yang
bersangkuta.

PASAL 56
PHK TANPA PENETAPAN LEMBAGA PPHI

1) Pekerja masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis
sebelumnya.
2) Pekerja mengajukan permintaan pengunduran diri / resign secara tertulis atas kemauan sendiri
tanpa ada indikasi adanya tekanan / intimidasi dari pengusaha.
3) Berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk
waktu pertama kali.
4) Pekerja mencapai usia pensiun, sesuai ketetapan dalam perjanjian kerja , peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama atau perturan perundang – undangan.
5) Pekerja meninggal dunia.
6) Setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan karena ditahan oleh pihak yang
berwajib dan masih dalam Proses Perkara Tindak Pidana (Pasal 160 ayat 3 UU NO.13 TAHUN
2003).
7) Sebelum 6 (enam) bulan ditahan oleh pihak yang berwajib dan diputuskan bersalah oleh
pengadilan karena melakukan tindak pidana (pasal 160 ayat 5 UU NO.13 TAHUN 2003).
8) Melakukan kesalahan berat setelah ada Putusan Hakim yang mempunyai kekuatan Hukum
Tetap (Pasal 158 UU NO.13 TAHUN 2003 jo S.E Menakertrans No.SE 13/MEN/SJHK/I/2005
Tentang putusan mahkamah konstitusi atas hak uji materi UU NO.13 TAHUN 2003terhadap
UUD 1945).
9) Pekerja mengajukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial (PPHI) karena pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
a. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja.
b. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang – undangan.
c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut – turut atau lebih.
d. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja.
e. Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang diperjanjiakan.
f. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan kesusilaan
pekerjayang dicantumkan pada perjanjian kerja.

Dan dalam prakteknya oleh Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI),
pengusaha dinyatakan / diputuskan tidak bersala / tidak melakukan perbuatan tersebut diatas
(Pasal 169 ayat (1), (2) dan (3), UU No.13 tahun 2003).

PASAL 57
PESANGON, PENGHARGAAN MASA KERJA,PENGGANTIAN HAK,
UANG PISAH, UANG KEBIJAKSANAAN DAN KOMPONEN UPAH
Dalam hal terjadi pemutuan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon, dan atau
uang penghargaan masa kerja, uang kebijaksanaan, dan uang penggantian hak lainnya yang seharusnya
diterima pekerja / buruh.

1) Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud diatas, paling sedikit sebagai berikut :
NO MASA KERJA PESANGON
1 < 1 tahun 1 bulan upah
2 1 tahun < 2 tahun 2 bulan upah
3 2 tahun < 3 tahun 3 bulan upah
4 3 tahun < 4 tahun 4 bulan upah
5 4 tahun < 5 tahun 5 bulan upah
6 5 tahun < 6 tahun 6 bulan upah
7 6 tahun < 7 tahun 7 bulan upah
8 7 tahun < 8 tahun 8 bulan upah
9 8 tahun > 9 bulan upah

-26-
2) Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud, sebagai berikut :
N0 MASA KERJA PMK
1 3 tahun < 6 tahun 2 bulan upah
2 6 tahun < 9 tahun 3 bulan upah
3 9 tahun < 12 tahun 4 bulan upah
4 12 tahun < 15 tahun 5 bulan upah
5 15 tahun < 18 tahun 6 bulan upah
6 18 tahun < 21 tahun 7bulan upah
7 21 tahun < 24 tahun 8 bulan upah
8 24 tahun > 10 bulan upah
3) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur, dengan ketentuan sisa cuti dihitung
proposional dan dibayar dengan uang.
b. Biaya ongkos pulang pekerja / buruh perantauan ketempat asal tinggalnya.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan yang ditetapkan 15% (lima belas
persen) dari uang pesangon, dan / atau penghargaan masa kerja, bagi yang memenuhi
syarat.
d. Tunjangan hari raya keagamaan yang dihitung 3 (tiga) bulan lebih, tetapi kurang dari 1 (satu)
tahun dihitung secara proposional.
4) Besarnya uang pisah sesuai Pasal 158 ayat (4) Undang – Undang no : 13 tahun 2003, diberikan
oleh pihak perusahaan, dari pelakanaannya diatur sebagai berikut :
NO MASA KERJA UPH
1 3 tahun < 9 tahun 1 bulan upah
2 9 tahun < 15 tahun 2 bulan upah
3 15 tahun < 21 tahun 3 bulan upah
4 21 tahun < 25 tahun 4 bulan upah
5 25 tahun < 30 tahun 5 bulan upah
6 30 tahun > 6 bulan upah
5) Ketentuan uang kebijaksanaan diatur sebagai berikut :
N0 MASA KERJA UK
1 5 tahun < 10 tahun 1 bulan upah
2 10 tahun < 15 tahun 2 bulan upah
3 15 tahun < 20 tahun 3 bulan upah
4 20 tahun < 25 tahun 4 bulan upah
5 25 tahun < 30 tahun 5 bulan upah
6 30 tahun > 6 bulan upah
6) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja, uang penggantian hak, uang pisah dan uang kebijaksanaan yang seharusnya
diterima tertidir atas :
a. Upah pokok.
b. Tunjangan tetap.
7) Dalam hal penghasilan pekerja dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka pengasilan
sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) x penghasilan sehari.
8) Dalam hal upah pekerja dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, borongan atau komisi,
maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata – rata perhari selama 12 (dua
belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh rendah atau kurang dari kententuan upah
minimum.
9) Dalam hal pekerjaan tergatung pada keadaan cuaca atau musiman, dan upah didasarkan pada
upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata – rata 12 (dua belas)
bulan terakhir.

PASAL 58
SAKIT BERKEPANJANGAN / CACAT

1) Berdasarkan Undang – undang no.4 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial,
maka seluruh pelayanan kesehatan pekerja diatur dalam peraturan bpjs kesehatan.

-27-
2) Pekerja sakit dan dapat dbuktikan dengan surat keterangan dokter, maka upah dibayar sesuai
ketentuan sebagai berikut :
NO PERIHAL KOMPENSASI
1 4 (empat) bulan pertama 100 % dari upah sebulah
2 4 (empat) bulan kedua 75 % dari upah sebulah
3 4 (empat) bulan ketiga 50 % dari upah sebulan
4 Bulan selanjutnya sebelum phk 25 % dari upah sebulan
3) Setelah pekerja sakit melewati kurun waktu 12 (dua belas) bulan, dan pekerja tidak dapat / tidak
mampu bekerja kembali, maka pengusaha berhak memutuskan hubungan kerja, sesuai dengan
prosedur KEPMENEKER NO.KEP 150/MEN/2000.
4) Dalam hal pemutusan hubungan kerja dikarenakan sakit berkepanjangan, pekerja berhak atas :
NO PESANGON PMK UPH UK
1 2 X ketentuan 2 x ketentuan 1 x 1 x
ketentuan ketentuan

PASAL 59
PHK KARENA PEKERJA MENINGGAL DUNIA

1) Dalam hal hubungan kera berakhir dikarenakan pekerja meninggal dunia, kepada ahli warisnya
diberikan sejumlah uang, yang besarannya sebagai berikut:
NO PESANGON PMK UPH UK
1 2 x ketentuan 1 x ketentuan 1 x 1 x
ketentuan ketentuan
2) Sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatas, yang disebut sebagai ahli waris adalah ahli
waris yang syah dengan membawa bukti sebagai berikut :
a. Kartu keluarga
b. Foto copy kartu keluarga
c. Ktp
d. Foto copy ktp

PASAL 60
PHK KARENA PELANGGARAN ATURAN (INDISIPLIONER)

1) Dalam hal pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja
bersama (PKB), maka pengusaha berhak melakukan pemutusahan hubungan kerja.
2) Sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) pekerja yang di PHK, karena melakukan pelanggaran
ketentuan yang diatur dalam PKB, pekerja berhak atas hak sebagi berikut :
NO PESANGON PMK UPH UP
1 1 x ketentuan 1 x ketentuan 1x ketentuan 1 x
ketentuan
3) Ketentuan ini tidak berlaku untuk pasal (65) tentang kesalahan berat.
PASAL 61
PHK KARENA PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN

1) Dalam hal perusahaan berubah kepemilikan, maka perusahaan / management lama wajib
memberitahukan status perubahan kepemilikan tersebut ke serikat pekerja.
2) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja dalam hal
terjadi perubahan status penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan,
dikarenakan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerjanya, maka pekerja berhak atas
hak sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UP
1 1 x ketentuan 1 x ketentuan 1x ketentuan 1 x
ketentuan
3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), terhadap pekerja dalam hal
terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan,
dikarenakan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja tersebut, maka pekerja berhak atas
hak sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UP
1 2 x ketentuan 1 x ketentuan 1x ketentuan 1 x
ketentuan

-28-

PASAL 62
EFISIENSI / RASIONALISASI

1) Apabila pengusaha melakukan efisiensi / rasionalisasi yang disebabkan hal – hal yang tidak bisa
dihindarkan, maka pengusaha memberikan hak pekerja sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UK
1 1 x ketentuan 1 x ketentuan 1 x 1 x
ketentuan ketentuan
2) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), terhadap pekerja dikarenakan
perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerja berhak atas hak sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH
1 1 x ketentuan 1 x ketentuan 1 x
ketentuan

PASAL 63
PHK KARENA PEKERJA DITAHAN OLEH PIHAK YANG BERWAJIB

1) Jika pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan
sementara, smpai ada putusan yang lebih lanjut.
2) Sebagaimana yang dimaksud dalam butir ayat (1), pada dasarnya pengusaha tidak wajib
membayar upah pekerja karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan
pengusaha, tetapi pengusaha berkwajiban memberikan bantuan kepada keluarga pekerja yang
menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut :
NO PERIHAL KOMPENSASI TEMPO
1 1 orang tanggungan 25 % dari upah 6 (enam) bulan
2 2 orang tangggungan 35 % dari upah 6 (enam) bulan
3 3 orang tanggungan 45 % dari upah 6 (enam) bulan
4 4 orang tanggungan 50 % dari upah 6 (enam) bulan
3) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan
takwim, terhitung sejak hari pertama pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib.
4) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja, setelah 6
(enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan / kewajiban seperti biasanya, dikarenakan dalam
proses perkara pidana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir, dan
pekerja dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha wajib merehabilitir nama baik pekerja, serta
mempekerjakan pekerja kembali.
6) Dalam hal pekerja setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan karena ditahan
pihak yang berwajib dan masih dalam proses perkara pidana, dan dalam hal pengadilan
memutuskan perkara pidana sebelum 6 (enam) bulan berakhir pekerja dinyatakan bersalah,
maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada pekerja, dengan
ketentuan sebagai berikut :
NO PMK UPH
1 1 x ketentuan 1 x ketentuan

PASAL 64
PHK KARENA PEKERJA MELAKUKAN KESALAHAN BERAT

Sebagaiman yang tersirat pada bunyi Undang – Undang No: 13 tahun 2003 Pasal 158 ayat (1) Abjad a
s/d j , ayat (2) s/d ayat (4) , dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja atau buruh dengan alasan
pekerja atau buruh telah melakukan kesalahan sebagai berikut :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan atau uang milik perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan kerja.
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja.
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasiteman sekerja atau pengusaha
dilingkungan kerja.
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang – undangan.
-29-
g. Dengan sengaja atau ceroboh merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
bahaya ditempat kerja.
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara.
j. Meelakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana 5 (lima)
tahun atau lebih.
2) Kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus didukung dengan bukti sebagai
berikut :
a. Pekerja buruh tertangkap tangan.
b. Ada pengakuan dari pekerja atau buruh yang bersangkutan; atau
c. Bukti lain berupa laporan yng dibuat oleh pihak yang berwenang diperusahaan yang
bersangkutan dan didukung oleh sekurang – kurangnya 2 (dua) orang saksi.
d. Apabila diperlukan kesalahan yang merupakan kategori pelanggaran berat tersebut akan
diproses secara hukum.
3) Pekerja atau buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) , dapat memperoleh uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam
Undang – Undang no : 13 tahun 2003 Pasal 156 ayat (4) .
4) Dalam hal penggantian hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 156 ayat (4) UUK NO : 13
TAHUN 2003 adalah Penggantian Hak 15 % dari perkalian (2 x (pesangon) + 1 x (penghargaan
masa kerja) ).
5) Bagi pekerja atau buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain uang penggantian hak sesuai
ketentuan undang – undang no ; 13 tahun 2003 pasal 156 ayat (4), diberikan uang pisah dan
kebijakan perusahaan, yang besarnya dan pelaksanaanya diatur dalam peraturan perusahaan
dan / atau perjanjian kerja bersama.

PASAL 65
PHK KARENA PERMINTAAN PEKERJA

1) Pekerja dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja (PHK), kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI) dalam hal pengusaha melakukan
perbuatan sebagai berikut :
a. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja.
b. Membujuk dan/atau menyuruh pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang – undangan.
c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 )tiga) bulan
berturut – turut atau lebih.
d. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja.
e. Memerintahkan pekerja untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang diperjanjikan.
f. Memberikan pekerjaan yang berbahaya jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan
pekerja, sedangkan pekerjaan itu tidak dicantumkan sebelumnya diperjanjian kerja.
2) Dalam hal pengusaha / perusahaan dinyatakan bersalah maka pemutusan hubungan kerja (PHK)
dengan alasan sebagaimana tersebut diatas, pekerja berhak atas hak sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UP
1 2 x ketentuan 1 x ketentuan 1x ketentuan 1 x
ketentuan
3) Dalam hal pengusaha / perusahaan dinyatakan tidak melakukan perbuatan sebagaimana
tersebut diatas oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI), maka
pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja tanpa
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI), dan pekerja berhak
atas hak sebagai berikut :
NO UPH UP
1 1x ketentuan 1 x
ketentuan

-30-

PASAL 66
PHK KARENA MENGUNDURKAN DIRI

1) Pekrja yang mengundurkan diri / resign sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mengajukan surat permohonan pengunduran diri secara tertulis, selambat – lambatnya 30
(tigah puluh) hari sebelumnya.
b. Tidak terikat dalam ikatan dinas.
c. Tetap melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya.
2) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan mengundurkan diri / resign atas kemauan diri sendiri,
dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (pphi).
3) Pekerja yang mendurkan diri / resign sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pekerja berhak atas
kompensasi sebagai berikut :
NO UPH UP UK
1 1 X ketentuan 1 x ketentuan 1 x ketentuan

PASAL 67
PHK MASA PENSIUN

1) Perusahaan akan memberitahukan kepada pekerja minimal 6 (enam) bulan sebelum jatuh
tempo masa pensiun tersebut.
2) Bagi pekerja yang memasuki masa pensiun normal, perusahaan memberikan pembekalan /
pelatihan, berupa training atau seminar, dengan pembiayaan keseluruhan ditanggung oleh
perusahaan.
3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena memasuki
usia pensiun dibagi sebagai berikut :
a. Pensiun karena masa kerja / pensiun dini .
Jika pekerja sudah mencapai masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun, berhak mengajukan
pensiun dengan persetujuan perusahaan, dan berhak atas kompensasi sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UK
1 2 X ketentuan 1 x ketentuan 1 x ketentuan 5 bulan upah
b. Pensiun normal / karena masa usia .
Jika pekerja sudah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun, maka pengusaha berhak
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja, dengan atas ko
mpensasi hak sebagai berikut :
NO PESANGON PMK UPH UK
1 2 X ketentuan 1 x ketentuan 1 x ketentuan 6 bulan upah
4) Apabila pengusaha telah mengikut sertakan pekerja pada program jaminan pensiun, yang iuran
dibayarkan penuh oleh pengusaha, maka pekerja tidak berhak atas kompensasi pensiun
tersebut.
5) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam program
pensiun sebagaimana dimaksud lebih kecil dari ketentuan, maka selisihnya dibayar oleh
pengusaha.
6) Dalam hal pengusaha telah mengikut sertakan pekerja dalam program jaminan pensiun, yang
iuran / premi dibayarkan oleh pengusaha dan pekerja, maka yang diperhitungkan dengan
kompensasi perhitungan pensiun tersebut adalah premi yang dibayarkan oleh pengusaha.
7) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak menghilangkan hak pekerja atas
jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.
8) Semua upah dan hak harus dibayarkan pada tanggal berakhirnya hubungan kerja.

-31-

BAB XI
KELUH KESAH
PASAL 68
PROSEDUR KELUH KESAH

Untuk melaksanakan dan menciptakan hubungan kerja yang baik, perusahaan melayani keluh kesah
pekerja yang berhubungan dengan pekerjaan atau perjanjian kerja bersama ini :

1) Penyelesaian keluh kesah pekerja disampaikan kepada atasannya langsung, serta ditindak lanjuti
akan penyelesaianya ketahapan selanjutnya.
2) Apabila langkah pertama tersebut belum berhasil, maka penyelesaian keluh kesah akan
berlanjut ketingkat pimpinan selanjutnya.
3) Dalam tahap tersebut ternyata belum berhasil, maka permasalahan keluh kesah akan
disampaikan keperusahaan dan serikat pekerja, untuk dimusyawarahkan dalam forum bipartit.
4) Tahap musyawarah antara perusahaan dan serikat pekerja belum dapat menyelesaikan
permasalahan keluh kesah yang dimaksud, maka akan diselasaikan tingkat tripartit atau mediasi.
5) Bila tahap tripartit atau mediasi tidak dapat menyelesaikan permasalahan keluh kesalah yang
dimaksud, maka penyelesaian akan dilaksanakan ditingkat pengadilan hubungan isdustrial (phi).

BAB XII
PENUTUP
PASAL 69
MASA BERLAKU DAN PERUBAHAN PKB

a. Perjanjian kerja bersama sah dan berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh kedua belah pihak.
b. pelaksanaan perjanjian kerja bersama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
tercatat dan disetujui oleh instansi terkait.
c. Perjanjian kera bersama ini dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan
kesepakatan pengusaha dan serikat pekerja.
d. Kedua belah pihak mempunyai hak untuk saling mengajukan secara tertulis rencana perubahan
dengan memperlihatkan naskah / konsep perjanjian kerja bersama.
e. Perundingan perubahan perjanjian kerja bersama dilaksanakan paling cepat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya pelaksanaan perjanjian kerja bersama ini.
PASAL 70
PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

1) Hal – hal yang belum diatur dalam perjanjian kerja bersama ini yang muncul dikemudian hari,
baik yang bersifat normatif maupun non normatif, akan diselesaikan dengan cara bipartit dan
hasilnya mengikat bagi kedua belah pihak.
2) Perjanjian kerja bersama dibuat rangkap 3 (tiga) dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
3) Perjanjian kerja bersama dicatatkan di kantor dinas ketenagakerjaan kota tangerang.

-32-

TEAM PERUNDING PERJANJIAN KERJA BERSAMA


SURAT PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Serikat Pekerja / Wakil Pekerja Management Perusahaan

1. ............................................. 1. .................................................
2. ............................................. 2. .................................................
3. ............................................. 3. .................................................
4. ............................................. 4. .................................................
5. ............................................. 5. .................................................
6. ............................................. 6. .................................................
7. .............................................
8. .............................................
9. .............................................
10. .............................................
11. .............................................
12. ..............................................
13. ..............................................

Ditandatangani di : .............................................................

Tanggal : .............................................................

Berlaku : .............................................................

Pimpinan Unit Kerja Sp – Lem Spsi Management Perusahaan Dinas Ketenagakerjaan


Pt. Super Tata Raya Steel Pt. Super Tata Raya Steel
.......................................... .............................................. ...........................................

Ketua Direktur

-33-

Anda mungkin juga menyukai