Anda di halaman 1dari 101

PERATURAN PERUSAHAAN

PT FINANSIA MULTI FINANCE

2018-2020

kreditplus

Jl.Jendral Sudirman Kav.52-53 Gedung Office 8 Jakarta 12190


PENDAHULUAN

Perusahaan menyadari bahwa Peraturan Perusahaan merupakan


instrumen yang sangat penting dalam menciptakan hubungan kerja yang harmonis
dan selaras antara Perusahaan dan karyawan dengan berlandaskan pada
Hubungan Industrial Pancasila.

Hubungan kerja yang harmonis, terciptanya ketertiban dan ketenangan bekerja


merupakan kondisi ideal yang akan mendorong peningkatan produktivitas, kualitas
dan kemajuan perusahaan serta kesejahteraan karyawan yang merupakan tujuan
bersama perusahaan dan karyawan.

Peraturan Perusahaan ini memberikan kejelasan dan ketegasan mengenai hak


dan kewajiban serta syarat-syarat kerja yang berlaku di Perusahaan, yang menjadi
dasar dalam perilaku kerja di Perusahaan. Peraturan Perusahaan ini diharapkan
dapat membantu terciptanya hubungan kerja yang harmonis di Perusahaan dan
memberikan kepuasan bagi semua pemangku kepentingan di Perusahaan untuk
mendorong kemajuan Perusahaan. Ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam
Peraturan Perusahaan ini dilandasi rasa penuh tanggung jawab untuk membina
hubungan industrial yang demokratis. Syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban
yang diatur dalam Peraturan Perusahaan ini diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas dan kemajuan Perusahaan serta kesejahteraan karyawan agar
tercapai tujuan bersama.

Selamat bergabung di PT. FINANSIA MULTI FINANCE


Jakarta, 27 September 2018

PT.FINANSIA MULTI FINANCE,

Yap Tjay Hing

Presiden Direktur
DAFTAR ISI

Hal.
PENDAHULUAN.

DAFTAR ISI.

iii

BAB I. UMUM.
1
Pasal 1. Pengertian dan Istilah.. 1
Pasal 2. Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan...............3
Pasal 3. Hak dan Kewajiban Para Pihak...........................4
Pasal 4、 Status Karyawan..... 5
BAB II. HUBUNGAN KERJA. 7

Pasal 5. Dasar Penerimaan, Penempatan, dan Pemindahan


Karyawan.................... 7
Pasal 6. Persyaratan Umum Penerimaan Karyawan........7
Pasal 7. Masa Percobaan dan Pengangkatan Karyawan Tetap.............
8
Pasal 8. Hubungan Kerja Jangka Waktu Tertentu...... 10
Pasal 9、 Program Pelatihan/Pemagangan.................. 11
11
Pasal 11.Demosi........
12

Pasal 12.Mutasi/Rotasi........................................ 13
Pasal 13. Perjalanan Dinas.......... 14

iii
BAB III. WAKTU KERJA 15

Pasal 14. Jam Kerja................. 15

Pasal 15.Kerja Lembur...................... 17


BAB IV. PENGUPAHAN 18

Pasal 16. Upah.


18

Pasal 17.Pajak Penghasilan. 19

iii
Pasal 18. Upah Lembur. 19

Pasal 19. Upah Selama Sakit Berkepanjangan..............21

Pasal 20. Upah Selama Pembebasan Tugas Sementara (Skorsing).. 23


Pasal 21. Upah Dalam Menjalankan Kewajiban Terhadap Negara dan
Kewajiban Menjalankan lbadah.....24
Pasal 22.Bantuan Bagi Keluarga Karyawan Yang Ditahan Pihak
Berwajib...................... 26
Pasal 23. Tunjangan Hari Raya Keagamaan.......... 28
Pasal 24. Tunjangan Penempatan.................... 29
BAB V. JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN
30

Pasal 25. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial


Kesehatan................ 30
Pasal 26. Fasilitas Pemeliharaan Kesehatan Karyawan...31
Pasal 27. Sumbangan Kacamata..... 33
Pasal 28. Sumbangan Rumah Sakit.... 34
Pasal 29. Sumbangan Pernikahan...................... 37

Pasal 30.Sumbangan Kedukaan Bagi Keluarga Karyawan Yang Meninggal


Dunia...................37
Pasal 31. Tunjangan Kecelakaan Kerja................... 38
Pasal 32. Tunjangan Bagi Karyawan Yang Meninggal Dunia.............
39

Pasal 33. Sumbangan Kelahiran Anak.............................39


Pasal 34.Program Keluarga Berencana.........................40

Pasal 35. Koperasi Karyawan..................... 41

iv
Pasal 36. Kesempatan Beribadah . 42

iv
BAB VI. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA......42

Pasal 37. Keselamatan dan Kesehatan Kerja..................42


BAB VII. ISTIRAHAT DAN IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN
43

Pasal 38. Istirahat Tahunan......... 43


Pasal 39. Istirahat Melahirkan dan Keguguran............. 44
Pasal 40. Izin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Upah.....45

Pasal 41. Hari Libur Resmi. 45


BAB VIII.TATA TERTIB KERJA,DISIPLIN,DAN

SANKSI
46
Pasal 42. Kewajiban dan Tanggung Jawab................. 46
Pasal 43. Pelanggaran Tata Tertib dan Sanksi................50

Pasal 44.Teguran Lisan/Tertulis.............................. 53

Pasal 45. Surat Peringatan Pertama (SP I).......................55


Pasal 46. Surat Peringatan Kedua (SP II)...................57

Pasal 47.Surat Peringatan Ketiga (SP III).....................59

BAB IX. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. 61

Pasal 48. Umum................. 61

Pasal 49.Dalam Masa Percobaan......................... 63

Pasal 50.Mengundurkan Diri 63

Pasal 51. Karyawan Dikualifikasi Mengundurkan Diri Karena Mangkir....


64
Pasal 52.Ketentuan Uang Pisah... 65

Pasal 53.Berakhirnya Jangka Waktu Yang Diperjanjikan..............


68

V
Pasal 54. Tidak Mampu Bekerja Karena Alasan Kesehatan.....
68

Pasal 55.Karyawan Meninggal Dunia..................... 69

Pasal 56. Mencapai Batas Usia Pensiun.................. 69

V
Pasal 57. Pelanggaran Tata Tertib Dan Aturan Kedisiplinan.................
70

Pasal 58. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Dengan Alasan Mendesak........


71

Pasal 59. Putusan Pengadilan atau Penetapan


Lembaga Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial. 77

Pasal 60. Tidak Cakap Bekerja 78

Pasal 61. Rasionalisasi.. 78

Pasal 62. Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang Penggantian
Hak ................... 79
Pasal 63. Penyelesaian Hutang-Hutang Karyawan..........82
BAB X.FORUM BIPARTIT. 83

Pasal 64. Umum............ 83

Pasal 65. Komunikasi, Keluhan, dan Pengaduan ............83


BAB XI.LAIN-LAIN.
85

Pasal 66. Masa Berlaku............................................ 85

Pasal 67.Peraturan Pelaksana................................. 86

Pasal 68. Penafsiran....................... 86

BAB XII.KETENTUAN PENUTUP. 87

Pasal 69.Penutup.....
87

LAMPIRAN
Surat Menteri Ketenagakerjaan RI
SK Pengesahan Menteri Ketenagakerjaan RI

vi
Surat Pernyataan Karyawan

vi
BAB.I
UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN DAN ISTILAH

Dalam Peraturan Perusahaan ini yang dimaksud dengan:

1. Perusahaan
Adalah PT FINANSIA MULTI FINANCE yang beralamat di Jl. Jendral
Sudirman Kav.52-53, Gedung Office 8, Jakarta 12190,dengan
cabang-cabang diseluruh wilayah Indonesia, yang didirikan dengan
Akte Notaris Rachmad Umar Nomor 4 (empat) tertanggal 9 Juni
1994. Anggaran dasar tersebut telah beberapa kali dirubah dan
perubahan terakhir dengan Akte Notaris Aryanti Artisari, S.H.,
M.Kn. No.32(tiga puluh dua) tertanggal 14 Juli 2017.

2. Pengusaha
Orang yang diberi kuasa untuk mengelola jalannya perusahaan
dan melakukan tindakan untuk dan atas nama perusahaan.
3. Peraturan Perusahaan
lalah keseluruhan isi Peraturan Perusahaan ini yang memuat
syarat-syarat kerja dan tata tertib kerja termasuk Pendahuluan
dan Surat Keputusan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

4. Karyawan
lalah orang yang terikat secara formal dalam suatu hubungan
kerja dengan Perusahaan dan oleh karenanya menerima upah
serta imbalan yang ditetapkan dalam Peraturan Perusahaan ini.

5. Keluarga Karyawan
lalah satu orang isteri/suami sah yang diperoleh dari pernikahan
karyawan dan telah terdaftar pada Bagian Human Resources
Divison Perusahaan dan atau anak-anak yang sah Karyawan
sampai batas umur 21 (dua puluh satu) tahun dan 25 (dua puluh
lima) tahun bila masih menempuh pendidikan formal dengan
jumlah maksimal 3 (tiga) orang anak, selama masih menjadi
tanggungan orang tua, belum berkeluarga dan belum mempunyai
penghasilan.

6. Ahli Waris
lalah mereka yang berhak mendapat warisan menurut ketentuan
hukum yang berlaku.

7. Hari dan Jam Kerja


Adalah waktu kerja yang ditetapkan Perusahaan dengan
berdasarkan ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang
berlaku.

8. Hari Libur Resmi


Adalah hari-hari libur resmi yang ditentukan Pemerintah.

Pasal 2
RUANG LINGKUP PERATURAN PERUSAHAAN

1) Peraturan Perusahaan ini mengatur hubungan kerja antara


Perusahaan dengan karyawan terbatas pada hal-hal yang bersifat
umum tanpa mengurangi hak-hak dan kewajiban Perusahaan
maupun Karyawan dengan tetap mengindahkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
2) Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi semua Karyawan
sepanjang syarat-syarat kerianya tidak diatur dalam perjanjian
khusus.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

1) Perusahaan dan karyawan serta pihak lain yang dinyatakan


terikat pada Peraturan Perusahaan ini mempunyai kepentingan
yang sama atas hal-hal yang diatur serta tujuan dalam Peraturan
Perusahaan ini, oleh karena itu Perusahaan dan Karyawan serta
pihak lain yang terikat pada Peraturan Perusahaan ini
berkewajiban untuk menaati dan mematuhi semua ketentuan
yang telah diatur dalam Peraturan Perusahaan ini.
2) Perusahaan dan karyawan berkewajiban memelihara dan
menjaga tegaknya tata tertib perusahaan agar tercipta
lingkungan kerja yang aman, tertib dan nyaman untuk tujuan
efisiensi dan produktivitas.
3) Perusahaan bertanggung jawab memberikan dan mewujudkan
ketenangan dan ketenteraman bekerja serta memperhatikan
kesejahteraan karyawan.
4) Perusahaan menyediakan sarana atau fasilitas kerja untuk
digunakan karyawan dalam menunjang Pekerjaan.

5) Pimpinan Perusahaan mempunyai hak untuk memimpin,


memberi perintah/penugasan kerja, membuat serta
melaksanakan kebijaksanaan Perusahaan dengan tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
6) Karyawan berhak menerima upah atas pekerjaan yang telah
dilakukannya dengan tidak lebih rendah dari upah minimum yang
ditetapkan oleh pemerintah.
7) Karyawan wajib mematuhi perintah yang layak dari pimpinan dan
melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan
hasil yang maksimal.
8) Setiap karyawan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu
prestasi kerja maksimal dan berkewajiban untuk mencapai
standard kerja yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.
Pasal 4
STATUS KARYAWAN

1) Berdasarkan pada sifat dan jangka waktu ikatan kerja, status


Karyawan terbagi atas:
a. Karyawan Tetap(PKWTT)
5
adalah karyawan yang telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan, diterima, dipekerjakan, dan diberi imbalan jasa
serta terikat pada hubungan kerja dengan perusahaan yang tak
terbatas waktunya (waktu tidak tertentu), dan telah melalui dan
dinyatakan lulus masa percobaan paling lama 3 (tiga) bulan.
b. Karyawan Tidak Tetap(PKWT) adalah karyawan yang
terikat hubungan kerja dengan perusahaan berdasarkan
perjanjian kerja yang dibuat untuk jangka waktu tertentu yang
dilaksanakan sesuai ketentuan Undang-Undang No.13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans
No.Kep.100/MEN/VI/ 2004,serta Peraturan Perundang-undang-
an lainnya di bidang Ketenagakerjaan.

2)Setiap karyawan akan dibagi dalam kepangkatan


berdasarkan posisinya.

6
BABII
HUBUNGAN KERJA

Pasal 5
DASAR PENERIMAAN,PENEMPATAN DAN PEMINDAHAN
KARYAWAN

Penerimaan, penempatan, dan pemindahan karyawan


didasarkan atas pendayagunaan tenaga kerja dan
disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan perusahaan,
dengan syarat dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
Perusahaan dan menjadi wewenang penuh dari Perusahaan
dengan mengindahkan Peraturan-Perundangan yang
berlaku.

Pasal 6
PERSYARATAN UMUM PENERIMAAN
KARYAWAN

Yang menjadi persyaratan umum karyawan adalah:


a)Berusia minimum 18 tahun dan maksimnal 35 tahun pada
saat penerimaan.

b) Berbadan dan berjiwa sehat.

7
c) Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan pada saat penerimaan.
d) Bersedia mentaati peraturan-peraturan dan tata tertib
yang berlaku dalam perusahaan.
e) Tidak terlibat dalam kegiatan/keanggotaan dari
partai/organisasi terlarang.
f) Tidak terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan lain
atau instansi pemerintah.

Pasal 7
MASA PERCOBAAN

DAN
PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP

1) Perusahaan dapat memberlakukan masa percobaan terhadap


calon karyawan dalam rangka penerimaan karyawan baru sebelum
calon karyawan tersebut diangkat menjadi karyawan tetap.
2) Masa percobaan adalah suatu jangka waktu penerimaan
dan pengangkatan Karyawan baru yang dilakukan dengan
melalui masa percobaan, dimana selama masa percobaan
tersebut Perusahaan akan melakukan ovaluasi

8
dan penilaian terhadap kinerja karyawan yang
bersangkutan. Evaluasi dan penilaian tersebut akan menentukan
diangkat atau tidaknya karyawan menjadi karyawan tetap.
3)Lamanya masa percobaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diberikan paling lama 3 (tiga) bulan sejak Karyawan
mulai bekerja di Perusahaan.
4)Karyawan dalam masa percobaan akan diberikan upah sesuai
dengan jabatan/pangkat/ golongan karyawan dan tidak lebih
kecil dari upah minimum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

5) Selama masa percobaan berlangsung, Perusahaan


maupun karyawan dapat mengakhiri hubungan kerja
sewaktu-waktu tanpa kewajiban apapun. Apabila Perusahaan
yang mengakhiri hubungan kerja, maka Perusahaan tidak
wajib dan karyawan tidak berhak atas pesangon atau
kompensasi apapun atas pengakhiran hubungan kerja
selama maa percobaan.
6) Apabila karyawan telah selesai menjalani masa percobaan
dan dinyatakan telah memenuhi

9
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Perusahaan,
maka karyawan yang bersangkutan akan diangkat menjadi
karyawan tetap dengan surat pengangkatan.
7) Mengenai masa percobaan tersebut akan diberitahukan
secara tertulis kepada calon karyawan.

Pasal 8
HUBUNGAN KERJA
JANGKA WAKTU TERTENTU

1) Perusahaan berhak mempekerjakan Karyawan untuk


satu jangka waktu tertentu pada suatu pekerjaan tertentu,
dengan syarat-syarat kerja dan ketentuan yang diatur dan
dinyatakan secara khusus dalam Perjanjian Kerja yang
diadakan antara Karyawan yang bersangkutan dengan
Perusahaan dan dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
2)Perusahaan berdasarkan penilaian atas kinerja Karyawan
serta kebutuhan Perusahaan dapat memperpanjang ataupun
tidak memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu
tersabut.

10
3) Perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu dilaksanakan
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

Pasal 9
PROGRAM PELATIHAN/PEMAGANGAN

Program Pelatihan/Pemagangan adalah suatu program atau


bentuk pelatihan kerja yang diselanggarakan oleh Perusahaan
untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan
kompetensi kerja peserta pelatihan/pemagangan yang
dilaksanakan secara sistematis,tepat,terarah dan berorientasi
pada konsep pelatihan dan pengembangan (On The Job Training)
yang diatur secara tersendiri dalam suatu perjanjian dan
dilaksanakan dengan mengindahkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 10
PROMOSI

1)Perusahaan memberikan kesempatan promosi atau


kenaikan jabatan/pangkat kepada karyawan ke jenjang yang
lebih tinggi dengan

11
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Kebutuhan Perusahaan
b. Kompetensi Karyawan
C. Prestasi kerja Karyawan dalam jangka waktu tertentu
d. Kepatuhan karyawan terhadap Peraturan dan Tata
Tertib Kerja
e. Masa kerja karyawan dalam posisi atau jabatannya
f.Pendidikan terakhir karyawan

2)Tata cara dan pelaksanaan promosi ini diatur tersendiri


dalam suatu peraturan kebijakan Perusahaan.

Pasal 11

DEMOSI
1) Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa penurunan
pangkat/golongan,pencabutan dan/ atau penurunan jabatan
(demosi) kepada karyawan yang melakukan perbuatan melanggar
Peraturan Perusahaan dan tata tertib kerja lainnya sesuai
ketentuan sanksi disiplin yang diatur dalam Peraturan Perusahaan
ini
NAGAKE

12
dan/atau tidak memenuhi standar prestasi atau
kompetensi yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

2)Dalam hal terjadi penurunan jabatan (demosi) terhadap


karyawan, maka gaji/upah berikut tunjangan lainnya akan
disesuaikan dengan posisi barunya sesuai ketentuan yang
berlaku di Perusahaan.

Pasal 12
MUTASI/ROTASI

1)Perusahaan berwenang mutlak memindah tugaskan


(memutasi/merotasi) karyawan dari suatu jabatan ke jabatan
lainnya, atau dari suatu tempat kerja ke tempat kerja lain
dalam rangka kebutuhan organisasi Perusahaan,
pendayagunaan, serta pengembangan diri karyawan untuk
tercapainya tujuan Perusahaan secara efektif dan efisien
dengan tanpa mengurangi hak-hak karyawan.
2)Karyawan akan mendapat pemberitahuan terlebih dahulu
apabila akan dipindah tugaskan/ dimutasikan ke jabatan lain
atau tempat kerja lainnya.

13
3)Dalam hal terjadi pembekuan/pembubaran unit kerja atau
restrukturisasi, maka untuk menghindari pemutusan hubungan
kerja, Perusahaan akan berusaha menempatkan/ memindahkan
karyawan ke unit kerja lain dengan penyesuaian upah atau
tunjangan jabatan dan/atau tunjangan tidak tetap lainnya sesuai
unit kerja baru.
4)Ketentuan yang bersifat prosedural dan administratif tentang
pemindahan tugas karyawan ini diatur tersendiri dalam suatu
Keputusan Direksi.

Pasal 13
PERJALANAN DINAS

Perjalanan dinas atas perintah Perusahaan dalam rangka


melaksanakan tugas-tugas Perusahaan, baik perjalanan dinas
dalam negeri atau luar negeri diatur tersendiri dalam suatu Surat
Keputusan Direksi.

14
BAB III
WAKTU KERJA

Pasal 14
JAM KERJA

1. Penetapan waktu kerja didasarkan pada kebutuhan


Perusahaan dengan berpedoman pada peraturan perundangan-
undangan di bidang Ketenagakerjaan.
2. Jumlah jam kerja di Perusahaan adalah 7 (tujuh) jam sehari dan
40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja seminggu
di kantor Cabang/Kantor Pos, serta 8 (delapan) jam sehari dan 40
(empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja seminggu di
Kantor Pusat(Head Office).
3. Perusahaan akan memberikan waktu istirahat selama 1 (satu)
jam setelah karyawan bekerja selama 4 (empat) jam, dimana jam
istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.
4. Hari dan jam kerja yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

15
Kantor Pusat:
a. i. Senin -Jumat: 08.00-17.00 WIB; Jam istirahat:12.00-13.00
WIB kecuali hari jumat. Jumat istirahat mulai jam 12.00-
13.30 WIB ii. Sabtu dan Minggu libur

b. Kantor Cabang dan Kantor Pos:


i. Senin-Jumat:08.00-16.00 waktu setempat; Jam istirahat:12.00-
13.00 waktu setempat kecuali hari Jumat Jumat istirahat mulai jam
12.00 - 13.30 waktu setempat
ii.Sabtu:08.00-13.00 waktu setempat (tanpa
istirahat)
iii.Minggu libur
c. Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.
5. Jam Kerja Khusus
Perusahaan akan menjadwalkan jam kerja khusus
sebelum dan/atau sesudah jam kerja biasa untuk bagian-
bagian/jabatan-jabatan tertentu dalam rangka mendukung
kegiatan operasional dan pelayanan kepada pelanggan/
konsumen dengan mengindahkan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaky."M

16
6. Jam Kerja Bergilir(Shifting)

Untuk keperluan operasional Perusahaan agar tidak


terputus/terhenti serta pelayanan kepada
pelanggan/konsumen, Perusahaan dapat menjadwalkan jam
kerja karyawan yang diatur dengan sistem bergilir (shifting).

Pasal 15
KERJA LEMBUR

1)Yang dimaksud dengan kerja lembur, adalah pekerjaan yang


dilakukan oleh karyawan dengan persetujuan atasannya diluar
jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan.
2) Untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda
atau pekerjaan mendesak yang harus segera diselesaikan
Perusahaan dapat memberlakuan kerja lembur dan karyawan
wajib dan bersedia melakukan kerja lembur

17
BABIV
PENGUPAHAN

Pasal 16
UPAH

1)Yang dimaksud dengan Upah adalah imbalan/ kompensasi


dalam bentuk uang yang diberikan oleh Perusahaan kepada
karyawan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan
berdasarkan jabatan dan prestasi Karyawan.

2) Upah dibayarkan pada tiap-tiap akhir bulan atau setidak-tidaknya


pada tanggal 27 setiap bulannya.
3) Peninjauan gaji pokok karyawan dilakukan satu. kali setahun
yang antara lain meliputi peninjauan atas prestasi kerja dan
kemampuan perusahaan.
4) Sistem penggajian ditentukan secara gross dan masih harus
diperhitungkan potongan pajak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.

18
Pasal 17
PAJAK PENGHASILAN

1) Pajak penghasilan atas upah yang diterima karyawan dari


perusahaan merupakan tanggung jawab karyawan.
2) Perusahaan melaksanakan perhitungan, penyetoran dan
melaporkan Pajak Penghasilan seluruh Karyawan sebagaimana
diwajibkan oleh Peraturan Perpajakan Republik Indonesia.

Pasal 18
UPAH LEMBUR

1) Yang dimaksud upah lembur adalah upah atas pekerjaan


yang dilakukan oleh karyawan diluar jam kerja yang telah
ditetapkan perusahaan.
2) Upah lembur diberikan kepada Karyawan dengan jenis pekerjaannya
seperti Driver, Office Boy, dan Staff Klerikel (Administrasi), yang tidak
mendapat tunjangan jabatan.
3) Perhitungan upah lembur ditetapkan sesuai dengan
Kepmenakertrans No.Kep.102/MEN/

19
IV/2004,dengan perhitungan Upah lembur perjam
dibayarkan 1/173 x upah sebulan. Besarnya upah lembur
tiap jam kerja diatur sebagai berikut:
a. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa:
1. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah
sebesar 1 1/2 (satu setengah) kali upah sejam.
2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus
dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam.
b. Apabila jam lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan
atau hari Raya resmi:
1. Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5
(lima) jam apabila hari tersebut jatuh pada hari kerja
terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja
seminggu, harus dibayar upah sedikit-dikitnya 2 (dua) kali
upah sejam.
2. Untuk jam kerja pertama selebihnya 7 (tujuh) jam
atau 5 (lima) jam apabila hari Raya tersebut jatuh pada hari
kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6

20
(enam) hari kerja seminggu harus dibayar upah
sebesar 3 (tiga) kali upah sejam.
3. Untuk jam kerja kedua selebihnya 7 (tujuh) jam atau
5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari kerja
terpendek pada salah satu hari pada 6 (enam) hari kerja
seminggu dan seterusnya harus dibayar upah sebesar 4 (empat)
kali upah sejam.
4. Jumlah jam kerja maksimum selama 1 (satu)
minggu adalah 54 (lima puluh empat) jam, didalam mana
termasuk 14 (empat belas) jam untuk kerja lembur sesuai
ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 19
UPAH SELAMA SAKIT BERKEPANJANGAN

1) Apabila karyawan sakit dan tidak dapat melakukan pekerjaan


dalam jangka waktu yang lama atau selama 1 (satu) tahun dan
dapat dibuktikan dengan surat keterangan yang sah dari dokter,
maka upahnya akan dibayar sesuai ketentuan sebagai berikut:

21
a) untuk 4 (empat) bulan pertama, upah akan dibayar sebesar
100%
b) untuk 4 (empat) bulan kedua, upah akan dibayar sebesar
75%
c) untuk 4 (empat) bulan ketiga, upah akan dibayar sebesar
50%
d) untuk bulan selanjutnya upah akan dibayar sebesar 25%,
sebelum PHK dilakukan oleh Perusahaan.
2) Apabila telah lewat 12 (dua belas) bulan ternyata karyawan
yang bersangkutan belum mampu untuk bekerja kembali, maka
Perusahaan dapat memutus hubungan kerjanya dengan
dilaksanakan sesuai ketentuan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

3) Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi


Karyawan yang sakit terus menerus. Termasuk sakit terus menerus,
adalah menahun atau berkepanjangan yang setelah sakit terus
menerus atau terputus-putus dapat bekerja kembali,tetapi dalam
tenggang waktu kurang dari 4 (empat) minggu sakit kembali.
4) Ketentuan ini berlaku bagi seluruh karvawan.

22
Pasal 20
UPAH SELAMA PEMBEBASAN TUGAS SEMENTARA(SKORSING)

Karyawan karena tindakannya dianggap/diduga telah melakukan


pelanggaran tata tertib Perusahaan yang dapat mengakibatkan
dikenakannya sanksi Pemutusan Hubungan Kerja, dapat diberikan
tindakan “Pembebasan Tugas Sementara” (skorsing).

1) Karyawan yang dikenakan tindakan skorsing, maka selama


menjalani masa skorsing karyawan yang bersangkutan tetap akan
dibayarkan 100% gaji, namun kepadanya tidak diberikan tunjangan -
tunjangan yang bersifat tidak tetap.
2) Pembebasan Tugas Sementara dilakukan sambil menunggu
putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial,
maka skorsing dilaksanakan sampai adanya penetapan dari
lembaga tersebut.

23
Pasal 21
UPAH DALAM MENJALANKAN KEWAJIBAN
TERHADAP NEGARA

DAN
KEWAJIBAN MENJALANKAN IBADAH

Karyawan yang menjalankan kewajiban terhadap Negara atau


menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana diatur dalam UU No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah
No.78 Tahun 2015 tentang Pengupahan wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Perusahaan dan karyawan akan diberikan upah
dengan dibuktikan surat resmi dari Pemerintah/Instansi yang
bersangkutan. Ketentuan pemberian upah dalam menjalankan
kewajiban terhadap Negara atau kewajiban melaksanakan ibadah
diatur sebagai berikut:

1) Karyawan yang menjalankan kewajiban terhadap Negara tidak


melebihi 1 (satu) tahun akan mendapatkan upah bilamana karyawan
tersebut tidak mendapatkan upah/penghasilan dari Pemerintah.

24
2)Karyawan yang menjalankan kewajiban terhadap Negara
tidak melebihi 1 (satu) tahun akan mendapatkan kekurangan
upahnya dari Perusahaan bilamana upah/penghasilan karyawan
dalam menjalankan kewajiban terhadap Negara yang diberikan
oleh Pemerintah lebih kecil dari upah yang diterimanya di
Perusahaan.
3) Karyawan tidak mendapatkan upah dari Perusahaan
bilamana dalam menjalankan kewajiban terhadap Negara
tersebut karyawan telah memperoleh upah/penghasilan dari
Pemerintah yang besarnya sama atau lebih dari upah yang
biasa diterima oleh Karyawan dari Perusahaan.
4)Karyawan yang menjalankan kewajiban ibadah dengan
menyertakan bukti yang sah akan mendapatkan upah untuk
jangka waktu paling lama 60(enam puluh) hari kalender dan
hanya diberikan untuk 1 (satu) kali selama bekerja di
Perusahaan.
5)Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (4) hanya berlaku
bagi karyawan yang telah memiliki masa kerja minimal 2 (dua)
tahun.

25
Pasal 22
BANTUAN BAGI KELUARGA KARYAWAN YANG DITAHAN
PIHAK BERWAJB

1) Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib, maka


perusahaan tidak membayar upah karyawan tetapi akan memberikan
bantuan kepada keluarga karyawan yang menjadi tanggungannya
dengan ketentuan sebagai berikut.

a) Untuk 1 (satu)orang tanggungan, diberikan 25% (dua puluh


lima perseratus) dari upah;
b)Untuk 2 (dua) orang tanggungan, diberikan 35% (tiga puluh
lima perseratus) dari upah;
c) Untuk 3 (tiga) orang tanggungan,diberikan 45% (empat
puluh lima perseratus) dari upah;
d) Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih, diberikan
50% (lima puluh perseratus dari upah.
2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan
untuk paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama
karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib.
ETENA

26
3) Perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja
terhadap karyawan yang telah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan
pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
4) Dalam hal Pengadilan memutuskan perkara pidana
sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3
(tiga) berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah, maka
perusahaan akan mempekerjakan karyawan kembali.
5) Dalam hal Pengadilan memutuskan perkara Pidana sebelum
masa 6 (enam) bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah,
maka Perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja
kepada karyawan yang bersangkutan.
6)Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
7)Perusahaan akan memberikan kepada karyawan yang
mengalami pemutusan kerja

27
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pasal 23
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN

1) Tunjangan Hari Raya Keagamaan adalah tunjangan yang


diberikan Perusahaan kepada Karyawan dalam rangka
melaksanakan perayaan hari raya keagamaannya sesuai yang
diatur dalam Peraturan Perundang-undangan.
2) Ketentuan pembayaran tunjangan raya keagamaan adalah
sebagai berikut:
a. Karyawan dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
pada saat jatuh tanggal Hari Raya Keagamaannya akan diberikan
Tunjangan Hari Raya Keagamaan sebesar 1 (satu) bulan gaji.
b. Karyawan dengan masa kerja 1 (satu) bulan tetapi
kurang dari 1 (satu) tahun jatuh tanggal Hari Raya Keagamaannya
akan diberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan secara
proporsional. TENA

28
3)Tunjangan ini diberikan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
menjelang Hari Raya Keagamaan.

Pasal 24
TUNJANGAN PENEMPATAN

1) Karyawan yang oleh karena tugas kedinasannya dalam


jangka waktu tertentu ditempatkan di daerah/wilayah lain di
luar daerah/wilayah yang menjadi home base karyawan, akan
memperoleh Tunjangan Penempatan.

2) Ketentuan dan besaran Tunjangan Penempatan ini diatur


tersendiri di dalam Surat Keputusan Direksi.

29
BABV
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

Pasal 25
JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

DAN
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

1) Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan ke dalam Program


Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) sesuai Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
2) Program BPJS Ketenagakerjaan tersebut meliputi antara
lain :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Jaminan Kematian
c. Jaminan Hari Tua
d. Jaminan Pensiun
3) Perusahaan juga mengikutsertakan seluruh. karyawan ke dalam
program BPJS Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

30
Pasal 26
FASILITAS PEMELIHARAAN KESEHATAN
KARYAWAN

1) Selain jaminan sosial kesehatan (BPJS Kesehatan), Perusahaan


juga memberikan fasilitas pemeliharaan kesehatan kepada Karyawan
untuk jabatan tertentu dengan menyertakan karyawan ke dalam
Asuransi Kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya yang dilaksanakan
sendiri oleh Perusahaan untuk manfaat yang lebih baik bagi
karyawan yang pelaksanaannya diatur dalam peraturan kebijakan
Perusahaan dalam bentuk Surat Keputusan Direksi.
2) Batas pencakupan pengobatan/pemeriksaan Dokter, perawatan
Rumah Sakit diatur sebagai berikut: Penderita:
Besarnya penggantian tunjangan: Karyawan/Karyawati 100%
Suami/Istri yang sah 100% 100%
Anak tiga
4) Jaminan pemeliharaan kesehatan untuk suami atau anak
yang ditanggung oleh istri sebagai karyawan Perusahaan harus
disertakan surat

31
keterangan diatas materai dari RT/RW setempat atau
perusahaan tempat suami bekerja yang menyatakan bahwa
jaminan pemeliharaan kesehatan tidak ditanggung oleh pihak
suami.
5) Yang tercakup dalam jaminan pemeliharaan kesehatan
adalah :
Biaya pemeriksaan dokter termasuk pemeriksaan
laboratorium rontgen, ecg,eeg, dan seterusnya.
Biaya pembelian obat-obatan atas dasar resep dokter.
Biaya pengobatan gigi
Biaya pengobatan mata
General check-up kesehatan (maksimum 1 tahun 1 kali,
terkecuali atas permintaan dokter ahli/dokter Perusahaan).
6) Jaminan pemeliharaan kesehatan tidak berlaku untuk
pemeriksaan dan pengobatan yang berhubungan dengan segala
bentuk perbaikan/ perubahan anggota tubuh/kecantikan.
7) Batas umum besarnya jaminan pemeliharaan kesehatan ini
diatur tersendiri mengingat batas umum yang biasanya berlaku.

32
8)Pengobatan bagi karyawan dan keluarganya ini mempunyai manfaat
lebih baik dari ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku.

9) Untuk besaran, cakupan karyawan dan plafon serta teknis


pelaksanaan fasilitas pemeliharaan kesehatan karyawan tersebut
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kebijakan Perusahaan dalam
bentuk Surat Keputusan Direksi.

Pasal 27
SUMBANGAN KACAMATA

1) Sumbangan kacamata baru diberikan kepada Karyawan dan


keluarganya, setelah Karyawan yang bersangkutan diangkat
sebagai Karyawan tetap dan sekurang-kurangnya telah memiliki
masa kerja 1 (satu) tahun.
2) Biaya pemeriksaan dokter, diperhitungkan dari jatah jaminan
pemeliharaan kesehatan Karyawan. Sumbangan pembelian lensa
dan bingkai sesuai dengan ketetapan di atas, diperhitungkan di
luar batas jaminan pemeliharaan kesehatan Karyawan.
3) Jika atas anjuran dokter,Karyawan harus
menggunakan lensakontak maka sum

33
kacamata yang diberikan Perusahaan adalah maksimum total
sumbangan (lensa plus bingkai) akan tetapi tidak merubah periode
sumbangan kacamata ini.
4) Ketentuan mengenai prosedur dan nilai sumbangan kacamata
karyawan dan keluarga diatur dalam Keputusan Direksi.

Pasal 28
SUMBANGAN RUMAH SAKIT

1)Sumbangan atau bantuan rumah sakit adalah sumbangan yang


diberikan kepada Karyawan dengan golongan tertentu dan
keluarganya untuk kepentingan perawatan di rumah sakit
berdasarkan keterangan tertulis dari dokter dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi
rekanan Perusahaan.
2) Tindakan operasi/bedah dikarenakan sakit dianggap sebagai
perawatan rumah sakit.
3) Sumbangan perawatan rumah sakit adalah biaya-biaya yang
timbul sebagai akibat dari perawatan dalam rumah sakit.

34
4) Untuk perawatan rumah sakit sebagai akibat kecelakaan dalam
hubungan kerja, maka Perusahaan akan menanggung sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
5) Penggantian biaya perawatan yang diperoleh dari pihak lain
menjadi hak Perusahaan, baik sebagai biaya pengganti maupun biaya
pera-watan yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan.
1. Yang tercakup dalam sumbangan rumah sakit ini adalah :
a. - Biaya pertolongan pertama dokter
- Biaya pengangkutan ke rumah sakit
- Biaya pemeriksaan/pengawasan dokter selama pasien
berada di rumah sakit.

- Biaya pembelian obat-obatan atas dasar resep


dokter selama pasien berada dirumah sakit.
- Biaya pemeriksaan laboratorium
- Biaya operasi, termasuk operasi vasektomi dan
tubektomi
Biaya penggantian pemakaian peralatan Keluarga
Berencana yang resmi dikeluarkan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
b.Perawatan rumah sakit untuk keperluan bersalin.
DITJENNAGAKER

35
2. Penempatan di rumah sakit disesuaikan dengan tingkat dari
Kepangkatan Karyawan.
6) Sakit berkepanjangan Besarnya sumbangan rumah sakit diberikan
maksimum sebesar plafon 2 tahun.
7) Perawatan karena pengguguran kandungan atas anjuran dokter
termasuk dalam kelompok tunjangan ini.
8) Besarnya sumbangan rumah sakit diatur tersendiri.
9) Sumbangan rumah sakit untuk suami atau anak yang
ditanggung oleh istri harus disertakan surat keterangan diatas
materai dari RT/RW setempat atau dari perusahaan tempat suami
bekerja yang menyatakan bahwa sumbangan rumah sakit tidak
ditanggung oleh pihak suami.
10) Ketentuan tentang Sumbangan Rumah Sakit ini pelaksanaannya
mengacu pada hal-hal yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
Perusahaan dan Rekanan Asuransi dan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Tersendiri

36
Pasal 29
SUMBANGAN PERNIKAHAN

Karyawan yang telah memiliki masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
yang melangsungkan pernikahan pertama akan diberikan sumbangan
uang pernikahan yang besar, manfaat dan peruntukannya diatur
tersendiri dalam Surat Keputusan Direksi.

Pasal 30
SUMBANGAN KEDUKAAN
BAGI KELUARGA KARYAWAN YANG
MENINGGAL DUNIA

1) Perusahaan akan memberikan Sumbangan kedukaan


kepada karyawan atas meninggalnya anggota keluarga
karyawan dengan memberikan bukti-bukti yang sah.
2) Anggota keluarga karyawan sebagaimana dimaksud ayat (1)
adalah:
a. Untuk Karyawan yang telah menikah, anggota keluarganya
adalah Suami/lstri dan anak yang sah telah tercatat/terdaftar di
Perusahaan.

37
b. Untuk Karyawan yang belum menikah, anggota keluarganya
adalah Ayah/lbu Kandung yang telah tercatat dan terdaftar di
Perusahaan.

3) Jumlah Sumbangan Uang Kedukaan diatur tersendiri dalam


peraturan kebijakan Perusahaan.

Pasal 31
TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

1) Apabila karyawan mengalami kecelakaan, maka perusahaan


akan memberikan bantuan kepada karyawan dan hak-hak lainnya
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) yakni berupa:


a. Biaya pengangkutan karyawan dari tempat kecelakaan ke
rumahnya atau ke rumah sakit.
b. Biaya perawatan dan pengobatan

C. Biaya penguburan
d. Tunjangan kecelakaan

38
Pasal 32
TUNJANGAN BAGI KARYAWAN YANG MENINGGAL DUNIA

Apabila karyawan meninggal dunia, maka perusahaan akan


memberikan sumbangan kepada ahli warisnya dengan ketentuan
sebagai berikut:

1) Upah dalam bulan yang sedang berjalan.


2)Sumbangan kematian karyawan akan dilaksanakan sesuai
ketentuan pasal 166 UU No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
3) Santunan kematian dari BPJS Ketenagakerjaan.
4) Hak lain sepanjang diatur Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 33
SUMBANGAN KELAHIRAN ANAK

1)Perusahaan akan memberikan bantuan biaya bersalin kepada


Karyawati atau Istri sah Karyawan sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan.

39
2) Bantuan biaya bersalin hanya diberikan Perusahaan untuk
maksimum 3 (tiga) kelahiran dengan batas kelahiran ketiga atau
anak ketiga.
3) Kelahiran bayi kembar dianggap sebagai satu kali melahirkan.
4) Dalam hal terjadi kelahiran abnormal dimana harus dilakukan
operasi/pembedahan dan atau keguguran/kuret, maka yang
diberikan adalah sumbangan perawatan rumah sakit.
5) Besarnya sumbangan uang kelahiran diatur tersendiri
dalam Peraturan Kebijakan Perusahaan.

Pasal 34
PROGRAM KELUARGA BERENCANA

1) Program Keluarga Berencana merupakan salah satu program


untuk menunjang peningkatan kesejahteraan karyawan, untuk itu
perlu adanya peran serta secara aktif dari pihak karyawan maupun
perusahaan dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan salah
satunya dengan program Keluarga Berencana. TENAG

40
2) Bahwa untuk pelaksanaan program Keluarga Berencana di
Perusahaan perlu adanya unit/ personal yang menangani.
3) Untuk kelancaran program tersebut, perusahaan akan
membantu sesuai dengan kemampuan yang ada.

Pasal 35
KOPERASI KARYAWAN

1) Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja perlu


ditunjang adanya peningkatan kesejahteraan karyawan.
2) Bahwa salah satu sarana penunjang ke arah peningkatan
kesejahteraan tersebut tidak saja tergantung pada keadaan
upah, namun dengan sebagian upah masing-masing karyawan
dapat dikembangkan untuk usaha bersama melalui
pembentukan koperasi karyawan.
3) Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada akan
ikut mendorong dan membantu ke arah tumbuh dan
berkembangnya koperasi karyawan di perusahaan.

41
Pasal 36
KESEMPATAN BERIBADAH

Perusahaan turut berperan serta terhadap pengembangan seluruh


Karyawan dalam aspek spiritual karyawan dengan memberikan
fasilitas dan kesempatan kepada setiap karyawan untuk melaksanakan
ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.

BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 37
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1) Perusahaan menyediakan alat perlindungan kerja, guna


menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Pekerja diwajibkan mentaati prosedur dan langkah-langkah
keselamatan, keamanan, kebersihan dan kesehatan kerja yang
telah ditetapkan demi keselamatan bersama dan pribadi
karyawan.

42
BAB VII
ISTIRAHAT DAN IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN

Pasal 38
ISTIRAHAT TAHUNAN

1) Istirahat tahunan adalah hari-hari istirahat Karyawan


setelah menjalani masa kerja selama 12 (dua belas) bulan terus
menerus dengan menerima pembayaran upah penuh.
2) Lamanya istirahat tahunan diberikan selama12 (dua belas)
hari kerja dengan mendapatkan upah penuh.
3) Perusahaan berhak mengatur hari-hari istirahat tahunan
Karyawan dalam tahun berjalan untuk menjamin kelangsungan
produktivitas kerja Perusahaan.
4) Hari-hari Libur Nasional yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah kecuali cuti bersama, maka tidak dihitung sebagai
cuti/istirahat tahunan dan tidak mengurangi hak cuti karyawan.
5) Hari-hari istirahat tahunan ini tidak dapat diuangkan.
ENAGA

43
6) Hak istirahat tahunan menjadi gugur apabila dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah haknya timbul tidak dipergunakan oleh Karyawan bukan karena alasan
yang dibuat oleh Perusahaan.

7) Bagi Karyawan dengan status hubungan kerja untuk jangka


waktu tertentu yang lamanya 1 (satu) tahun saja, hak istirahat
tahunannya dilaksanakan sesuai ketentuan UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.

Pasal 39
ISTIRAHAT MELAHIRKAN DAN KEGUGURAN

1)Kepada karyawan wanita yang akan melahirkan diberikan hak


istirahat melahirkan 3 (tiga) bulan.
2) Pelaksanaannya diatur 1 1/2 (satu setengah) bulan sebelum
saatnya menurut perhitungan dokter/bidan akan melahirkan dan 1
1/2 (satu setengah) bulan setelah melahirkan atau gugur
kandungan, dengan tetap mendapat upah penuh.
3) Karyawan wanita yang hamil selama istirahat melahirkan tidak
mendapatkan tunjangan harian yang didasarkan pada kehadiran.

44
Pasal 40
IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN

UPAH

Karyawan berhak mendapat ijin tidak masuk kerja dengan


mendapat upah penuh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Karyawan sendiri melangsungkan perkawinan :3 hari
2. Anak Karyawan melangsungkan perkawinan :2 hari
3. Anggota keluarga karyawan meninggal dunia yaitu suami/istri,Orang
tua/mertua & anak yang sah. : 2 hari
4. Orang serumah dari karyawan meninggal dunia :1 hari
5. Isteri karyawan melahirkan/keguguran :2 hari
6. Pembaptisan/khitanan anak karyawan :2 hari
7. Apabila hal itu terjadi di luar kota dengan radius lebih dari 100 Km
maka tiap keperluan itu mendapat tambahan izin sebanyak-banyaknya
2(dua) hari, dengan memperhatikan kasusnya.

Pasal 41
HARI LIBUR RESMI

Pada hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah,


karyawan berhak tidak masuk kerja dengan menerima upah.

45
BAB VIII
TATA TERTIB KERJA,DISIPLIN DAN SANKSI

Pasal 42
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

Tumbuhnya moral kerja ditentukan oleh kesadaran seluruh karyawan akan


tegaknya disiplin. Oleh karena itu setiap karyawan wajib memahami dan
melaksanakan Tata Tertib Kerja dan Aturan Kedisiplinan yang telah ditetapkan
sebagai berikut

1) Karyawan wajib hadir di tempat kerja dan meninggalkan


lingkungan pekerjaan pada waktu yang telah ditentukan.
2) a. Karyawan wajib meminta ijin terlebih dahulu kepada
pimpinan kerjanya yang berwenang, apabila ia akan datang
terlambat meninggalkan pekerjaan atau pulang sebelum
waktunya.
b. Karyawan wajib mencatatkan waktu hadirnya sendiri pada
waktu datang dan pulang kerja.

3) a. Karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit


diharuskan memberitahukan dan menyerahkan surat
keterangan sakit vang

46
sah dari dokter apabila sakit lebih dari 1

(satu)hari.
b. Karyawan wajib meminta ijin sebelumnya dalam hal tidak
masuk kerja karena suatu urusan, kecuali dalam hal sifatnya
mendesak atau mendadak dan untuk itu menunjukkan bukti-bukti
yang sah dan kuat.
C. Karyawan yang tidak dapat menunjukkan bukti-bukti
sah atau alasan yang kuat sebagaimana ketentuan ini
dikatakan sebagai mangkir.
4) Setiap menjalankan tugas, karyawan harus mengenakan
pakaian kerja yang sopan dengan tanda pengenal/atribut dan
perlengkapan yang diperlukan atau ditentukan baginya.
5) Karyawan wajib untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
6)Karyawan dilarang meninggalkan lingkungan kerja maupun
melakukan pekerjaan lain tanpa seijin pimpinannya.
7) Karyawan wajib:
a. Mematuhi perintah, petunjuk dan bimbingan atasannya
yang berhubungan

47
dengan tugas pekerjaannya secara bersungguh-
sungguh dan sebaik-baiknya.
b. Bersikap serta berlaku sopan dan wajar terhadap
atasannya.
8) Pimpinan Kerja wajib:
a. Bersikap dan memperlakukan bawahannya sesuai dengan
tugas yang telah ditentukan oleh perusahaan secara wajar, jujur, adil
dan sopan.
b. Memberikan petunjuk dan bimbingan yang jelas kepada
bawahannya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan.
c. Menegur bawahannya yang menyalahi peraturan.
9) Karyawan wajib memelihara peralatan kerja yang disediakan
oleh perusahaan dan harta lain milik perusahaan dengan sebaik-
baiknya.
10) Karyawan wajib segera melaporkan kepada pimpinan kerjanya
atas kehilangan atau kerusakan perlengkapan/peralatan kerja dan
harta milik perusahaan.
Karyawan dilarang menyalahgunakan dan memindahkan
perlengkapan/peralatan kerja dan

48
telah ditentukan, kecuali dalam pemakaian yang
dipergunakan berkenaan dengan tugas dan kewajibannya di
dalam lingkungan perusahaan.
12)Karyawan wajib menjaga kerahasiaan Perusahaan, yang
mencakup data Perusahaan, data rencana kegiatan, tindakan
denah (layout) dan atau keputusan-keputusan khusus yang
berlaku intern Perusahaan serta semua bahan tertulis maupun
tidak tertulis perihal Perusahaan baik untuk kepentingan pribadi
maupun kepentingan orang lain.
13) Karyawan wajib bersikap sesuai dengan norma sosial dan
sopan-santun yang berlaku dalam masyarakat.

14)Karyawan wajib memberitahukan kepada perusahaan


selambat-lambatnya 1(satu) minggu setiap ada perubahan
yang berkenaan dengan: Alamat (tempat tinggal) & Nomor
Telepon Status keluarga (perkawinan, kelahiran,
kematian).
15) Karyawan wajib mengetahui kewajibannya di perusahaan dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya serta berusaha
meningkatkan

49
efisiensi kerja, berperilaku sopan, hemat dan
cermat.
16)Pengemudi atau karyawan yang dalam kedinasannya
menggunakan sarana transportasi milik perusahaan wajib
mentaati peraturan yang berlaku di bidang lalu lintas. Pelanggaran
terhadap hal tersebut yang disebabkan oleh
kelalaian/kecerobohan/hal lain yang timbul dari
pengemudi/karyawan adalah menjadi tanggung jawab
pengemudi/karyawan yang bersangkutan.
17) Semua hubungan dengan atau pertanyaan dari Pers harus
diserahkan kepada Direktur.

Pasal 43
PELANGGARAN TATA TERTIB
DAN SANKSI

1) Perusahaan akan memberikan sanksi berupa Surat Teguran atau


Surat Peringatan dan/atau tindakan disiplin lainya kepada karyawan
yang telah melakukan pelanggaran tata tertib dan ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Perusahaan atau ketentuan lainnya yang
berlaku di Perusahaan.

50
2) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dalam ayat (1)
dilaksanakan sebagai tindakan yang bersifat pembinaan, korektif/perbaikan,
dan pengarahan terhadap Karyawan.
3) Pemberian sanksi disesuaikan dan didasarkan pada:
a. Macam atau bentuk pelanggaran
b. Frekuensi atau sering kalinya pelanggaran dilakukan
(pengulangan pelanggaran)
C. Berat atau ringannya pelanggaran
d. Tata tertib Peraturan Perusahaan yang dilanggar
e. Unsur kesalahannya (unsur kesengajaan atau kelalaian)
f.Dampak atau kerugian yang diderita Perusahaan sebagai
akibat pelanggaran
4) Tingkatan pelanggaran dan jenis sanksi yang berlaku di
Perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Surat Teguran dengan masa berlaku 1 (satu) bulan
b. Surat Peringatan Pertama dengan masa berlaku 6 (enam) bulan
C. Surat Peringatan Kedua dengan masa berlaku 6 (enam) bulan
DIYJEN

51
d. Surat Peringatan Ketiga dengan masa berlaku 6 (enam) bulan

5) Dalam hal karyawan melakukan kembali pelanggaran pada


saat karyawan sedang menjalani masa sanksi, maka akan
diberlakukan peningkatan sanksi (eskalasi sanksi) ke tingkatan
berikutnya.
6) Segala jenis pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan dapat
berpengaruh terhadap diangkat atau tidaknya karyawan menjadi
karyawan tetap, diberikan atau tidaknya promosi kepada karyawan,
dan naik atau tidaknya jabatan dan upah/gaji karyawan, serta
reward dalam bentuk lainnya.
7) Khusus untuk karyawan yang melakukan pelanggaran yang
diatur dalam Surat Peringatan Ketiga (SP III), selain diberikan
Surat Peringatan Ketiga (SP III), Karyawan juga dapat dikenakan
sanksi lainnya berupa Penurunan Jabatan (Demosi),
Penangguhan Kenaikan Gaji dan/ atau Golongan/Jabatan serta
tidak akan mendapatkan bonus (reward) yang ditetapkan oleh
Perusahaan.

52
8)Pimpinan Perusahaan atau Atasan dari setiap
karyawan/kelompok karyawan bertanggung jawab terhadap
berlakunya tata tertib dan tegaknya kedisiplinan karyawan
yang berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab
kerjanya.

9)Setiap pelanggaran karyawan yang menimbulkan


kerugian bagi Perusahaan, maka karyawan bertanggung
jawab dan wajib untuk mengganti kerugian yang
ditimbulkan tersebut.
10) Mekanisme dan tata cara pelaksanaan sanksi disiplin
sebagaimana dimaksud ayat (1) selanjutnya akan diatur dalam
peraturan tersendiri.

Pasal 44
TEGURAN LISAN/TULISAN

Teguran lisan/tertulis akan diberikan kepada karyawan yang


melakukan pelanggaran sebagai berikut:
a) Terlambat masuk kerja tanpa suatu alasan yang wajar dan
dapat diterima

53
b)Tidak masuk kerja selama 1 (satu) hari dalam sebulan tanpa
pemberitahuan dan/atau alasan yang wajar dan dapat diterima
c) Tidak memakai kartu tanda pengenal.
d) Pada waktu bekerja, tidak mengenakan pakaian kerja dan
perlengkapan lain yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.
e) Mengganggu ketenangan dan ketertiban lingkungan kerja.
f) Beristirahat tidak pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan.
g) Masuk/keluar kantor tidak melalui pintu yang telah
ditentukan
h) Menerima tamu pribadi bukan ditempat yang telah
ditentukan.
i)Tidak mematuhi pengarahan atasan tanpa alasan yang wajar.
j) Meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja tanpa seijin
atasannya.
k) Melakukan pekerjaan yang tidak ada kaitannya dengan
kepentingan Perusahaan pada saat jam kerja.
1) Melakukan pelanggaran lain yang bobotnya sama dengan
pelanggaran di atas.

54
Pasal 45
SURAT PERINGATAN PERTAMA(SP I)

Surat Peringatan Pertama akan diberikan kepada karyawan yang


melakukan pelanggaran sebagai berikut:
a. Terlambat masuk kerja sebanyak 5 (lima) kali dalam
sebulan tanpa suatu alasan yang wajar dan dapat diterima.
b. Tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari berturut-turut atau
3 (tiga) hari tidak berturut-turut dalam sebulan tanpa alasan
yang sah dan dapat diterima.
C. Melakukan perbuatan yang tidak sebagaimana mestinya
yang berhubungan dengan absensi seperti:
Tidak melakukan absensi kehadiran dan kepulangan kerja
Mencatatkan absensi orang lain Melakukan perbuatan curang
lainnya terkait absensi karyawan; dan Berbuat sembrono yang
dapat merusak
mesin absensi sidik jari (finger print)
d) Pulang lebih awal tanpa seizin atasan.
e) Merokok di ruang kerja dan/atau di tempat yang dilarang merokok.
DITJEN GAKER

55
f) Sering meninggalkan tempat kerja atau tugas pekerjaannya
untuk keperluan pribadi tanpa seizin atasan.
g) Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya
kecuali atas perintah pimpinan kerja yang bersangkutan.
h) Bekerja tidak sesuai dengan tugas dan standar operasi yang
ditentukan baginya.
i) Tidak melaporkan kepada atasannya tentang adanya
gangguan keamanan yang diketahuinya yang dapat merugikan
perusahaan.
j) Tidak mematuhi aturan tentang kebersihan dan kerapihan
tempat kerja dan alat-alat kerjanya serta lingkungan perusahaan.
k) Membuat keonaran atau kebisingan atau keributan sehingga
mengganggu ketenangan kerja.
1) Memaksakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada orang lain.
m) Tidak mentaati perintah tugas yang layak dari atasan, termasuk
perintah tugas yang tidak ada dalam KPI karyawan.
n) Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat digolongkan
sebagai perbuatan tidak patut dalam lingkungan kerja.

o) Tidur pada saat jam kerja.

56
p) Tidak mencapai target pekerjaan yang telah ditetapkan oleh
Perusahaan.
q) Lalai dalam melakukan pekerjaan atau tidak sesuai dengan
waktu penyelesaian yang telah ditentukan sehingga dapat
mengakibatkan keterlambatan pekerjaan.
r) Melakukan penyimpangan atau pelanggaran ringan
terhadap SOP,Kebijakan/Policy,Memo Internal atau Kebijakan
Perusahaan lainnya.
s) Melakukan pengulangan terhadap pelanggaran yang diatur
dalam Teguran Lisan/Tertulis atau yang bobotnya sama, pada
saat karyawan sedang menjalani masa sanksi Teguran Lisan/
Tertulis.

Pasal 46
SURAT PERINGATAN KEDUA (SP II)

Surat Peringatan Kedua akan diberikan kepada karyawan yang


melakukan pelanggaran sebagai berikut:
a. Terlambat masuk kerja sebanyak 10 (sepuluh) kali dalam
sebulan tanpa suatu alasan yang wajar dan dapat diterima.
b. Tidak masuk kerja selama 3 (tiga) hari berturut-turut atau 5
(lima) hari tidak berturut-turut dalam

57
sebulan tanpa alasan yang sah dan dapat
diterima.

c. Menghilangkan atau tidak menyimpan dokumen-dokumen


Perusahaan secara rapih pada tempat dan cara yang telah
ditentukan.
d.Dengan sengaja menunda-nunda pekerjaan sehingga tidak
selesai pada waktu yang telah ditetapkan.
e. Memberikan Surat Peringatan lebih ringan dari ketentuan
yang berlaku atau yang seharusnya.
f.Melakukan suatu perbuatan tidak patut yang berhubungan
dengan konsumen atau pihak lain dalam kaitan pekerjaan yang
dapat merugikan dan/atau merusak citra nama baik Perusahaan.
g. Penyalahgunaan fasilitas Perusahaan bukan untuk
keperluan/kepentingan yang semestinya.
h. Tidak melaksanakan prosedur dan administrasi sesuai
yang telah ditetapkan Perusahaan sehingga dapat merugikan
Perusahaan.
i. Kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap bawahan
sehingga mengakibatkan pekerjaan tertunda atau terkendala.
j. Menggunakan dana Perusahaan untuk kepentingan
Perusahaan tetapi dana tersebut tidak sesuai dengan
peruntukannyal

58
pengalokasiannya yang dilakukan tanpa persetujuan
Atasan/Pejabat yang berwenang.
k.
Melakukan pengulangan terhadap Pelanggaran yang
diatur dalam Surat Peringatan Pertama atau yang
bobotnya sama, pada saat karyawan sedang menjalani
masa sanksi Surat Peringatan Pertama(SP I).

Pasal 47
SURAT PERINGATAN KETIGA (SP III)

Surat Peringatan Ketiga akan diberikan kepada karyawan


yang melakukan pelanggaran sebagai berikut:
a. Terlambat masuk kerja sebanyak 15 (lima belas) kali
dalam sebulan tanpa suatu alasan yang wajar dan dapat
diterima.
b. Tidak masuk kerja selama 4 (empat) hari berturut-turut
atau 7 (tujuh) hari tidak berturut-turut dalam sebulan
tanpa alasan yang sahdan dapat diterima.
C. Menolak perintah yang layak 3 (tiga) kali berturut-turut
dari atasan walaupun telah diperingatkan.
d. Membuat keonaran dan/atau kegaduhan di lingkungan
Perusahaan sehingga operasional

59
perusahaan tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
e. Menggunakan fasilitas atau barang milik Perusahaan untuk
kepentingan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan
tanpa persetujuan tertulis dari pimpinan yang berwenang.

f.Melakukan penyimpangan atau pelanggaran


SOP/Policy/Memo Internal/Kebijakan Perusahaan
lainnya terkait prosedur pelaksanaan pekerjaan yang
dapat menimbulkan kerugian bagi Perusahaan. .
g. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba di
beberapa bagian.
h. Penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan.
! Karena kelalaian atau kurangnya melakukan pengawasan terhadap
bawahan dan/atau pekerjaan sehingga mengakibatkan kerugian bagi
Perusahaan.
j. Karena kelalaian atau kecerobohan menghilangkan dokumen-
dokumen, surat-surat, uang, atau barang lainnya milik Perusahaan
sehingga mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan.

60
k. Melakukan pengulangan terhadap Pelanggaran yang diatur
dalam Surat Peringatan Pertama atau Surat Peringatan Kedua
pada saat karyawan sedang menjalani masa sanksi Surat
Peringatan Kedua (SP II).

BABIX
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 48
UMUM

1. Pemutusan Hubungan Kerja adalah berakhirnya


hubungan kerja antara Perusahaan dengan Karyawan atas
dasar alasan-alasan atau keadaan-keadaan tertentu dimana
Perusahaan dengan segala upaya telah berusaha untuk
mencegah dan menghindari terjadinya PHK.
2. Dalam keadaan yang memaksa dan untuk menghindari
dampak kerugian yang lebih besar serta untuk menjaga
kelancaran proses kerja dan suasana kerja yang kondusif,
Perusahaan akan mengambil tindakan Pemutusan Hubungan
Kerja terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran berat
sebagaimana

61
diatur Pasal 58 dengan tetap mengindahkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
3. tusnya Hubungan Kerja dapat terjadi dalam hal:
a) Dalam masa percobaan.
b) Mengundurkan diri dan dikualifikasikan mengundurkan
diri karena mangkir
c) Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan.
Sakit berkepanjangan.
e) Tidak mampu bekerja
f) Meninggal dunia.
g) Mencapai batas usia pensiun
h) Pelanggaran tata tertib kerja.
i) Putusan Pengadilan atau Penetapan Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
j) Rasionalisasi.
k) Tidak mencapai prestasi standar yang ditetapkan
perusahaan.
1) Karyawan telah melakukan kesalahan berat.
4. Setiap Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana
dalam ayat (3) akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang

62
Peraturan Perundang-undangan lainnya di
bidang Ketenagakerjaan.

Pasal 49
DALAM MASA PERCOBAAN

Selama masa percobaan, Perusahaan maupun Karyawan


dapat sewaktu-waktu memutus/ mengakhiri hubungan
kerja tanpa kewajiban memberikan kompensasi atas
pemutusan/ pengakhiran hubungan kerja, terkecuali
gaji/upah yang harus dibayar sampai hari terakhir kerja.

Pasal 50
MENGUNDURKAN DIRI

1) Karyawan yang mengundurkan diri adalah karyawan


yang ingin berhenti bekerja dari perusahaan atas kemauan
sendiri dengan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
2)Karyawan yang mengundurkan diri tidak berhak atas
uang Pesangon, namun karyawan berhak atas uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 62 ayat (3) hurufb
dan uang pisah sesuai ketentuan Pasal 52 ayat(2) huruf a.
KETENAO

63
3) Karyawan yang mengundurkan diri harus memenuhi syarat:
a. Mlengajukan dan/atau memberitahukan secara
tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal efektif pengunduran dirinya dari Perusahaan.
b. Tidak sedang terikat dalam ikatan dinas berdasarkan
perjanjian ikatan dinas;
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai dengan tanggal
efektif pengunduran dirinya.
d. Melakukan serah terima pekerjaan kepada atasannya.
4) Karyawan yang mengundurkan diri sesuai dengan ketentuan
yang di atur dalam pasal ini, maka karyawan tersebut juga akan
mendapat Surat Keterangan Kerja dari Perusahaan.

Pasal 51
KARYAWAN DIKUALIFIKASI
MENGUNDURKAN DIRI
KARENA MANGKIR

1) Apabila karyawan tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah dan dapat
diterima oleh Perusahaan yang dibuktikan dengan surat

64
keterangan tertulis dari dokter maka pekerja
tersebut dianggap mangkir.

2) Karyawan yang mangkir tidak berhak atas upah.


3) Dalam hal pekerja tidak masuk kerja (mangkir) selama 5 (lima)
hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa keterangan secara
tertulis dengan bukti yang sah dan telah dipanggil secara patut
dan tertulis oleh perusahaan sebanyak 2 (dua) kali, maka
Perusahaan akan memutus/ mengakhiri hubungan kerjanya
Karena dikualifikasi mengundurkan diri
4) Karyawan yang di PHK karena dikualifikasi mengundurkan diri
sebagaimana dimaksud ayat (3) berhak atas uang penggantian
hak dan uang pisah. Uang pisah diberikan sesuai yang diatur
dalam pasal 52 ayat (2) huruf b Peraturan Perusahaan ini.

Pasal 52
KETENTUAN UANG PISAH

1) Uang pisah adalah pemberian sejumlah uang yang diberikan


oleh perusahaan kepada karyawan yang berakhir hubungan
kerjanya

65
karena karyawan mengundurkan diri dengan baik-baik (sesuai
ketentuan mengundurkan diri atas kemauan sendiri), karena
mangkir dengan dikualifikasi mengundurkan diri, dan karena
Kesalahan/Pelanggaran Berat.
2)Adapun besarnya Uang Pisah karyawan yang mengundurkan
diri baik-baik (sesuai ketentuan mengundurkan diri atas
kemauan sendiri) ditetapkan sebagai berikut:
a) uang pisah akan diberikan kepada karyawan yang
mengundurkan diri secara baik-baik dengan ketentuan:
Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun sebesar 1
bulan upah Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun sebesar
2 bulan upah Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun
sebesar 3 bulan upah Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15
tahun sebesar 4 bulan upah Masa kerja lebih dari 15 tahun diberikan 5 bulan
upah
b) uang pisah terhadap karyawan yang mengundurkan diri secara
tidak baik atau karyawan mangkir dan dikualifikasikan
mengundurkan diri, adalah sebagai berikut:

66
Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun
sebesar 0,5 bulan upah - Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi
kurang dari 9 tahun sebesar 1 bulan upah Masa kerja 9 tahun
atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun sebesar 2 bulan upah -
Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15
tahun sebesar 3 bulan upah - Masa kerja lebih dari 15 tahun
sebesar 4 bulan upah
c)Uang Pisah bagi karyawan yang berakhir hubungan
kerjannya karena telah melakukan kesalahan/pelanggaran
berat, adalah sebagai berikut:
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6
tahun sebesar 0,5 bulan upah
- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9
tahun sebesar 1 bulan upah
- Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12
tahun sebesar 2 bulan upah
Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15
tahun sebesar 3 bulan upah
- Masa kerja lebih dari 15 tahun sebesar 4 bulan upah
TENA

67
Pasal 53
BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU YANG
DIPERJANJIKAN

1) Dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu(PKWT) pada


suatu pekerjaan tertentu, maka berakhirnya hubungan kerja
terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan
dan hubungan kerjanya berakhir demi hukum.
2) Dalam hal hubungan kerja berakhir sebagaimana yang telah
diperjanjikan sesuai surat Perjanjian, maka karyawan tidak berhak
atas kompensasi apapun.

Pasal 54
TIDAK MAMPU BEKERJA

KARENAALASAN KESEHATAN

Dalam hal karyawan dipandang tidak mampu bekerja karena alasan


kesehatan (medically Unfit) dengan pertimbangan dokter, hubungan
kerjanya dapat diputuskan dengan mengindahkan ketentuan Pasal
172 Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

68
Pasal 55
KARYAWAN MENINGGAL DUNIA

1) Meninggalnya karyawan mengakibatkan hubungan kerja


berakhir demi hukum.
2) Dalam hal Karyawan meninggal,maka kepada ahli warisnya
diberikan sumbangan/kompensasi sebagaimana diatur dalam
Pasal 32 Peraturan Perusahaan ini

Pasal 56
MENCAPAI BATAS USIA PENSIUN

1)Batas usia pensiun di Perusahaan ditetapkan pada saat


karyawan telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun
berdasarkan data yang ada di perusahaan, karyawan tersebut
akan diberhentikan secara terhormat.
2)Atas pertimbangan tertentu, perusahaan dapat meminta
kepada karyawan yang telah mencapai usia sebagaimana ayat
1 (satu) untuk tetap bekerja, yang pengaturannya di muat
dalam perjanjian kerja tersendiri dengan berpedoman pada
peraturan perundangan yang berlaku.

69
3) Ketentuan Pensiun bagi karyawan akan tetap berpedoman
pada peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 57
PELANGGARAN TATA TERTIB DAN ATURAN
KEDISIPLINAN

1)Dalam hal karyawan melakukan kesalahan atau pelanggaran


terhadap Tata Tertib Kerja dan Aturan Kedisiplinan dimana
karyawan sebelumnya telah menerima Surat Peringatan Ketiga
(terakhir), maka Perusahaan akan memutuskan hubungan kerjanya
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
2) Untuk menghindari gangguan dan untuk menjamin
terselenggaranya tata tertib kerja dalam Perusahaan, maka
tindakan Pemberhentian Sementara (Skorsing) dapat dilakukan oleh
Perusahaan terhadap Karyawan sementara menunggu penetapan
Pemutusan Hubungan Kerja dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
3)Putusan skorsing merupakan wewenang penuh perusahaan.
DITJEN

70
Pasal 58
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)
DENGAN ALASAN MENDESAK

1) Karena alasan mendesak tanpa melalui Surat Peringatan,


Perusahaan dapat memberikan Pemutusan Hubungan Kerja
kepada karyawan yang melakukan pelanggran-pelanggaran
berat sebagai berikut:
a. Mengambil dengan maksud menguasai dan/atau
memiliki barang/harta milik Perusahaan secara melawan
hukum.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan
baik surat/dokumen/data/ informasi berkaitan dengan pekerjaan
sehingga dapat atau secara nyata-nyata telah merugikan
perusahaan.
C. Mabuk dan meminum minuman beralkohol yang
memabukkan, menggunakan dan/ atau mengedarkan obat-
obat terlarang, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
di lingkungan kerja.
d. Dengan sengaja atau ceroboh melakukan
pelanggaran/penyimpangan terhadap SOP

71
atau Kebijakan Perusahaan atau melakukan suatu
perbuatan tidak patut yang nyata-nyata telah merugikan
Perusahaan.
e. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan
yang seharusnya dirahasiakan kecuali atas perintah Pengadilan
atau untuk kepentingan Negara atas permintaan Pejabat yang
berwenang sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
f.Menjalankan usaha yang sejenis dengan perusahaan serta
berusaha untuk menarik pelanggan/konsumen perusahaan
menjadi pelanggan/konsumen karyawan sehingga
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
g. Melalaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
h. Mengetahui tetapi tidak melaporkan atau Menyimpan
atau menutup-nutupi kecurangan atau penyimpangan yang
diketahuinya seperti manipulasi, penipuan, pencurian,
kesalahan prosedur atau kegiatan lain yang dilakukan oleh
atasan

72
atau rekan kerja atau bawahan yang
merugikan Perusahaan.
i. Dengan sengaja atau ceroboh melakukan pekerjaan
sehingga menyebabkan diri sendiri dan/atau orang lain
terancam bahaya.
j Memukul, menganiaya, menghina, mengintimidasi
atau mengancam pimpinan/ atasan atau bawahan atau
teman sekerja lainnya di lingkungan kerja.
k. Merusak atau menghilangkan asset/harta/ barang milik
Perusahaan.
1. Berusaha menjatuhkan nama baik dan kedudukan
sesama karyawan dan/atau pimpinan Perusahaan dengan
cara menyebarkan informasi tidak benar/fitnah mengenai
karyawan lainnya dan/atau pimpinan Perusahaan, baik
yang dituangkan dalam bentuk pamflet, isu, tulisan atau
media lainnya yang diketahuinya bahwa informasi
tersebut tidak benar, baik di dalam maupun di luar
lingkungan kerja.

73
m. Memiliki, menjual, menggadaikan, menyewakan atau
memberikan barang. barang, dokumen atau surat-surat
yang berharga milik Perusahaan secara tidak sah dan tanpa
izin tertulis dari Pejabat Perusahaan yang berwenang.
n. Melakukan kegiatan baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-bersama dengan atasan, rekan
kerja, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerja dengan tujuan untuk keuntungan pribadi
atau pihak lain dengan memanfaatkan nama perusahaan
atau harta/barang milik Perusahaan.
0. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun
dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi
atau pihak lain.
p. Meminta atau menerima pemberian/hadiah dalam bentuk
apapun yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
sehingga merugikan Perusahaan.
q. Memiliki dan/atau menggunakan dan/atau membawa
barang-barang yang tHarang

74
oleh UU/Pemerintah ke tempat kerja, serta membawa
barang-barang berbahaya lainnya seperti: senjata tajam, senjata
api, bahan peledak dan barang terlarang lainnya ke tempat kerja.
r.Memasuki organisasi yang dinyatakan terlarang oleh
Pemerintah.
S. Membujuk dan menghasut pengusaha atau teman
sekerja untuk melakukan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan
kesusilaan.
t. Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan
Perusahaan.
u. Melakukan segala bentuk tindakan asusila atau
pelecehan di lingkungan Perusahaan.
V.Bekerja atau terikat hubungan kerja dengan Perusahaan
lain tanpa sepengetahuan dan seijin Pimpinan Perusahaan.
W. Menahan dan tidak menyetorkan uang operasional
atau uang pembayaran pelanggan/konsumen atau barang
tarikan untuk kepentingan apapun.

75
X. Menyebarkan informasi yang tidak benar dan/atau
melakukan suatu tindakan yang provokatif sehingga mengganggu
kekondusifan suasana kerja dan stabilitas kerja.
y.Tidak menjaga sikap profesionalisme terhadap rekan
kerja, pimpinan perusahaan, pemegang saham, dan pelanggan/
konsumen sehingga mengganggu stabilitas kerja perusahaan.
Z. Tidak dapat membuktikan penggunaan atau pengeluaran
uang Perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
ketentuan, atau menggunakan bukti pengeluaran yang tidak sah
atau keasliannya diragukan.
a.a.Melakukan perbuatan lainnya yang diancam pidana baik di
dalam maupun di luar lingkungan Perusahaan.
2)Karyawan yang diproses Pemutusan Hubungan Kerja
karena alasan mendesak dilaksanakan dengan mengindahkan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
3)Perusahaan dapat dan berhak untuk meneruskan atau
memproses secara hukum

76
karyawan yang melakukan pelanggaran di atas dengan
melaporkan ke pihak yang berwajib dan dilaksanakan sesuai
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana,Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan
Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Pasal 59
PUTUSAN PENGADILAN

ATAU
PENETAPAN LEMBAGA PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

1)Karyawan yang dinyatakan bersalah oleh Putusan


Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht)
baik atas pengaduan Perusahaan ataupun bukan, maka
Perusahaan dapat mengakhiri hubungan kerja karyawan
yang bersangkutan tanpa melalui Penetapan Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial sesuai
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perusahaan ini
dengan mengindahkan Peraturan Perundang-undangan
2) Dalam hal lain, Perusahaan juga dapat memutus
hubungan kerja karyawan melalui

77
Penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
3) Karyawan yang di Putus Hubungan Kerjanya karena Putusan
Pengadilan dan/atau Penetapan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial diberikan hak-haknya sesuai
yang diatur dalam Peraturan Perusahaan ini dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 60
TIDAK CAKAP BEKEA

Dalam hal karyawan dinyatakan tidak cakap bekerja, walaupun


sudah dicoba untuk pekerjaannya yang sesuai dan telah
mendapat peringatan terakhir untuk hal itu, maka hubungan
kerjanya dapat diputuskan dan hak-haknya diberikan kepadanya,
yang pelaksanaannya sesuai prosedur UU No.13 tahun 2003.

Pasal 61
RASIONALISASI

1)Rasionalisasi adalah keadaan memaksa yang tidak dapat


dihindarkan sehingga meng-

78
akibatkan Perusahaan harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap karyawan dilaksanakan sesuai prosedur UU No.13 tahun 2003.
2) Pemutusan hubungan kerja yang disebabkan oleh rasionalisasi
merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh Perusahaan. Hal-hal
bersifat teknis akan diatur tersendiri.

Pasal 62
PESANGON,UANG PENGHARGAAN
MASA KERJA
DAN
UANG PENGGANTIAN HAK

Ketentuan pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa


kerja dan uang penggantian hak lainnya sebagaimana dimaksud
didalam undang-undang no.13 tahun 2003 :

1) Besarnya uang pesangon ditetapkan sebagai berikut:


- Masa kerja kurang 1 tahun :1 bulan upah - Masa
kerja 1 tahun atau lebih
tetapi kurang dari 2 tahun :2 bulan upah

79
- Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun
:3 bulan upah

- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun


:4 bulan upah

-Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun


:5 bulan upah

- Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun


: 6 bulan upah

- Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun


:7 bulan upah

- Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun


:8 bulan upah

- Masa kerja 8 tahun atau lebih :9 bulan upah

2)Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai


berikut:
- Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun
:2 bulan upah

-Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun


:3 bulan upah

- Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun


:4 bulan upah

- Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun


:5 bulan upah

- Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun


:6 bulan upah

80
- Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun
:8 bulan upah
- Masa kerja 24 tahun atau lebih : 10 bulan upah
3) Upah sebagai dasar pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak terdiri dari :
A. 1. Gaji pokok
2. Segala macam tunjangan yang bersifat tetap yang
diberikan kepada karyawan.
3. Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada
pekerja dengan cuma-cuma, bilamana catu harus dibayar oleh
pekerja dengan harga subsidi, maka sebagai upah dianggap
selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus
dibayar oleh karyawan.
B. Uang penggantian hak meliputi:
1. Penggantian untuk pengobatan dan perawatan
yang diberikan secara cuma-cuma, yang besarnya ditetapkan
sebesar 15 % dari uang pesangon dan/ atau uang penghargaan
masa kerja apabila memenuhi syarat untuk mendapatkan uang
penghargaan masa kerja.

81
2. Penggantian cuti yang belum diambil dan belum
gugur.
3. Biaya transport kepulangan karyawan dan
keluarganya ketempat asalnya
4. Dan lain-lain yang menjadi haknya
C. Upah sebulan adalah sama dengan 30 kali upah sehar.

Pasal 63
PENYELESAIAN HUTANG-HUTANG
KARYAWAN

1)Sehubungan dengan berakhirnya hubungan kerja antara


Karyawan dengan Perusahaan, maka segala hutang-hutang
Karyawan kepada Perusahaan yang belum dilunasi akan
diperhitungkan sekaligus dari hak-hak atas nama Karyawan.
2) Apabila ternyata hak atas nama karyawan atau sumber-
sumber lainnya milik Karyawan masih tidak cukup untuk melunasi
hutangnya, maka tidak secara otomatis membebaskan Karyawan
tersebut dari sisa hutang-hutang kepada Perusahaan.

82
BABX
FORUM BIPARTIT

Pasal 64
UMUM

Hubungan perburuhan/ketenagakerjaan yang berkembang dan


dikembangkan dalam Perusahaan dilaksanakan berazaskan pada
hubungan Industrial Pancasila dengan prinsip saling menghormati,
demokratis dan berkeadilan. Untuk itu, segala bentuk keluh kesah,
aspriasi karyawan, komunikasi karyawan, ataupun hal-hal yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan lainnya dilaksanaakan secara
musyawarah untuk mufakat melalui forum/ lembaga kerjasama
Bipartit.

Pasal 65
KOMUNIKASI,KELUHAN DAN PENGADUAN

1) Perusahaan menganut sistem komunikasi dua arah yang


terbuka dan bertanggung jawab.
2) Setiap karyawan berhak menyampaikan pendapat, saran
maupun informasi yang terbatas mengenai perusahaan, Pekerjaan

83
maupun hubungan kerja di dalam perusahaan
kepada/dari atasannya langsung atau bagian yang
berwenang untuk itu melalui organisasi atau lembaga atau
wadah yang ada,dengan pengecualian bahwa Perusahaan
berhak untuk tidak memberitahu Karyawan mengenai hal-
hal yang sifatnya rahasia dan sensitif mengenai Perusahaan.
3)Perusahaan menganggap perlu dan bermanfaat untuk
menampung dan menyaring aspirasi, saran, atau rasa
ketidakpuasan Karyawan.
4)Proses keluhan pada Perusahaan adalah sebagai berikut:
a) Keluhan yang bersifat minor dan biasanya secara
lisan, dapat disampaikan langsung kepada atasan masing-
masing atau kepada Pimpinan Divisi/Bagiannya.
b) Apabila keluhan itu lebih bersifat mendasar dan
formal yang lebih bersifat pengaduan, maka harus
disampaikan dalam bentuk tertulis kepada atasannya atau
bagian yang berwenang untuk itu melalui wadah yang telah
disediakan oleh Perusahaan.

84
Pengaduan ditampung dan diselesaikan melalui Bagian
HRD(Human Resources Departmen) bersama-sama dengan
Pimpinan bagian yang bersangkutan.
d) Jika secara internal tidak dapat diselesaikan, maka
persoalannya dapat dimohonkan ke instansi ketenagakerjaan
setempat untuk meminta bantuan bagi penyelesaiannya.
5) Selama dalam proses penyelesaiannya, kedua belah pihak
wajib menjaga supaya kegiatan perusahaan tetap berlangsung
dengan lancar dan aman.

BAB XI
LAIN-LAIN

Pasal 66
MASA BERLAKU

1) Peraturan Perusahaan ini mulai berlaku untuk jangka waktu


2 (dua) tahun terhitung sejak disahkan oleh Kementerian
Ketenagakeriaan Republik Indonesia.

85
2)Untuk Peraturan Perusahaan berikutnya akan disusun
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa
berlaku Peraturan Perusahaan ini.

Pasal 67
PERATURAN PELAKSANA

Peraturan-peraturan yang bersifat teknis dan prosedural


yang merupakan peraturan pelaksana Peraturan Perusahaan
ini dalam bentuk SOP/Policy/ Memo Internal/Managers
Guide/SK Direksi dinyatakan berlaku dan mengikat serta
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Perusahaan ini sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Perusahaan ini.

Pasal 68

PENAFSIRAN
Adalah menjadi hak Perusahaan dalam menafsirkan Peraturan
Perusahaan ini dalam hal terdapat kekurangjelasan makna dan
apabila terdapat perbedaan pendapat antara Perusahaan
dengan Karyawan tehadap maknalsi Pon

86
Perusahaan ini dengan mengindahkan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 69

PENUTUP
1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan akan
disusun kemudian hari dalam bentuk SOP, Policy/Kebijakan, SK
Direksi, Memo Internal, dan Managers Guide dan/atau bentuk
peraturan lainnya sebagai peraturan pelaksana dari Peraturan
Perusahaan ini dengan tetap berpedoman dan tidak bertentangan
dengan Peraturan Perusahaan ini dan Peraturan Perundan-
undangan yang berlaku.
2) Perusahaan akan membagikan Peraturan Perusahaan ini
kepada karyawan untuk menjadi pedoman/acuan dalam
mengatur hubungan kerja serta hak-hak dan kewajiban
Perusahaan dan Karyawan.

87
3) Setiap karyawan yang mendapat Peraturan Perusahaan ini
wajib mengembalikan Tanda Terima/Surat Pernyataan yang
terlampir dalam Peraturan Perusahaan sebagai Pernyataan bahwa
Karyawan yang bersangkutan telah menerima Peraturan
Perusahaan serta telah mengetahui dan memahami dan akan
melaksanakan isi dari Peraturan Perusahaan ini.

4) Peraturan Perusahaan ini dapat diubah, ditambah, dan/atau


disesuaikan dengan kondisi, keadaan, suasana, dan permasalahan
yang mungkin timbul di kemudian hari sehingga ketentuan yang
diatur oleh Peraturan Perusahaan sudah tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan kondisi Perusahaan atau sudah tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku saat itu. Perubahan atau Penambahan atau
Penyesuaian pasal/ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Perusahaan ini dilaksanakan dengan mendapat pengesahan dari
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
5)Apabila terdapat ketentuan atau syarat-syarat kerja yang diatur
dalam Peraturan Perusahaan

88
ini yang kurang jelas atau bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, maka
peraturan/ketentuan tersebut batal demi hukum dan yang
berlaku adalah yang diatur dalam Peraturan Perundang-
undangan.

Ditetapkan di:

Jakarta,27 September 2018 PT.FINANSIA


MULTI FINANCE

Yap Tjay Hing


Presiden Direktur

89

Anda mungkin juga menyukai