Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

PERATURAN RUMAH SAKIT UMUM AULIA

BAB I. KETENTUAN UMUM ………………………………………………………... 1


Pasal 1. Pengertian Umum ………………………………………………………….….. 1
Pasal 2. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………..… 3
Pasal 3. Ruang Lingkup ………………………………………………………………..... 4

BAB II. PERJANJIAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA ……………………….. 5


Pasal 4. Perjanjian Kerja………………………………………………………………….. 5
Pasal 5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu …………………………..……………………. 5
Pasal 6. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu……………………………………... 6
Pasal 7. Penerimaan Pegawai Baru……………………………………………………... 8
Pasal 8. Masa Orientasi………………………………………………………………... 10
Pasal 9. Pegawai Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu …………………………… 11
Pasal 10. Tenaga Harian Lepas …………………………………………………………. 11
Pasal 11. Pengangkatan Pegawai Tetap …………………………………………………. 12
Pasal 12. Penilaian Prestasi ……………………………………………………………… 12
Pasal 13. Mutasi Dan Rotasi ……………………………………………………………... 13
Pasal 14. Promosi ………………………………………………………………………… 14
Pasal 15. Demosi …………………………………………………………………………. 15

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN ………………………………………………......... 15


Pasal 16. Kewajiban Rumah Sakit…………………………………………………......... 15
Pasal 17. Hak Rumah Sakit ………………….………………………………………….. 15
Pasal 18. Kewajiban Pegawai ……………….…………………………………………… 16
Pasal 19. Hak Karyawan …………………………………………………………….…. 17

BAB IV TATA TERTIB DAN DISIPLIN KERJA ………………………....………… 18


Pasal 20. Tata Tertib Kerja ………………………………………………………………. 18
Pasal 21. Larangan ……………………………………………………………………..… 19

BAB V SANKSI …………………………………………………………………………. 20


Pasal 22. Sanksi …………………………………..………………………………………. 20
Pasal 23. Mangkir ………………………...………………………………………………. 23

BAB VI PEMBERHENTIAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ……… 23


Pasal 24. Atas Permintaan Sendiri …………………………………………………... 23
Pasal 25. Tidak Atas Permintaan Sendiri ………………………………………………… 23
Pasal 26. Pemberhentian Dengan Tidak Hormat ………………………………………… 24

BAB VII UPAH DAN CUTI …………………………………………………………… 24


Pasal 27. Pengupahan …………………………………………………………………… 24
Pasal 28. Cuti ………..…………………………………………………………………. 25
Pasal 29. Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat Upah Atau Tanpa Upah …… 27
Pasal 30. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan …………………………………………… 28
Pasal 31. Kecelakaan Kerja …………………………………………………………… 31
Pasal 32. Jaminan Hari Tua…………………………………………………………… 31
Pasal 33. Kematian …………………………………………………………………….. 31
Pasal 34. Santunan Kematian ……………………………………………………………. 32
Pasal 35. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja …………………………………………….. 32
Pasal 36. Tunjangan Hari Raya ………………………………………………………….. 32

BAB VIII UANG PESANGON DAN JASA PENGABDIAN ……………………… 33


Pasal 37. Uang Pesangon dan Penghargaan Masa Kerja ………………………………. 33

BAB IX KETENTUAN UANG PENGGANTIAN HAK……………………………. 33


Pasal 38. Uang Penggantian Hak………………………………………………............... 33

BAB X MITRA KERJA RUMAH SAKIT……………………………………………. 33


Pasal 39. Mitra Kerja ………………………………………..………………………….. 33

BAB XI JAM KERJA DAN LEMBUR ……………………………………………… 34


Pasal 40. Jam Kerja dan Lembur …………………………………………………………. 34

BAB XII WEWENANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN,


DAN PEMBERIAN CUTI ……………………………………………….. 34
Pasal 41. Pengangkatan dan Pemberian Kenaikan Gaji………………………………... 34
Pasal 42. Pemberhentian Pegawai ……………………………………………………… 35
Pasal 43. Pemberian Cuti ……………………………………………………………….. 35

BAB XIII LAIN-LAIN …………………………….………………………………….. 36


Pasal 44. Pendidikan Dan Pelatihan …………………………… ……………………... 36
Pasal 45. Penghargaan …………………………………….……………………………. 36
Pasal 46. Koperasi ……………………………………………………………………… 37
Pasal 47. Perjalanan Dinas ………………………………………………………………. 37

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN ………………………………………………


37
Pasal 48. Peralihan………………………………………………………………………... 37

BAB XV KETENTUAN PENUTUP …………………………………………………. 37


Pasal 49. Penutup………………………………………………………………………… 37
Pasal 50. Masa Berlaku …………………………………………………………………... 38
PERATURAN PERUSAHAAN
RUMAH SAKIT UMUM AULIA

BAB I
KETENTUAN UMUM

PASAL 1
PENGERTIAN UMUM

1. Perusahaan adalah PT. Liavansya Utama (selanjutnya disebut Perusahaan)


yang berdomisili hukum di Jalan Jeruk Raya No. 15 Jagakarsa, Jakarta Selatan,
12620
2. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis untuk
Rumah Sakit Umum AULIA yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai syarat-
syarat kerja dan tata tertib kerja di Rumah Sakit Umum AULIA sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana yang
berlaku.
3. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum AULIA (selanjutnya disebut
Rumah Sakit) yang merupakan unit usaha dari Perusahaan.
4. Pimpinan Rumah Sakit adalah Direktur Rumah Sakit.
5. Atasan Langsung adalah Pegawai yang karena jabatannya mempunyai
tanggung jawab pembinaan dan pengawasan secara langsung terhadap Pegawai di
bagiannya.
6. Pegawai adalah setiap orang yang mampu melakukan tugas ketenagakerjaan
di Rumah Sakit guna menghasilkan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
menerima upah berdasarkan hubungan kerja dengan Rumah Sakit sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
7. Pegawai Rumah Sakit adalah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit, terdiri
dari :
a. Pegawai PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu), Termasuk
Pegawai Harian (THL)
b. Pegawai PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang
bekerja purna waktu di Rumah Sakit diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit, dan
diangkat dengan Surat Keputusan dari Perusahaan, dapat mensyaratkan masa
orientasi untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
8. Mitra kerja adalah unit usaha dan atau tenaga kerja yang mempunyai
keahlian yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit berdasarkan perjanjian kerjasama
sebagai Mitra Kerja.
9. Keluarga Pegawai adalah istri/suami sah pegawai dan 2 (dua) orang anak sah
Pegawai.
10. Istri Pegawai adalah seorang wanita/perempuan yang dinikahi secara sah
menurut undang-undang perkawinan yang berlaku dan telah didaftarkan pada
Rumah Sakit.
11. Suami Pegawai adalah seorang pria/laki-laki yang menikah secara sah
menurut undang-undang perkawinan yang berlaku dan telah didaftarkan pada
Rumah Sakit.
12. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
(UU tenaga kerja no 13 th 2003 pasal 1 ayat 26)
13. Pekerjaan adalah kegiatan yang dijalankan oleh pegawai untuk kepentingan
perusahaan dalam suatu hubungan kerja dengan mendapatkan imbalan berupa upah
atau gaji atau imbalan dalam bentuk selain uang, dimana kegiatan dimaksud
tercantum dalam uraian pekerjaan.
14. Upah adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari Rumah Sakit dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pegawai
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
15. Hubungan kerja adalah hubungan antara Rumah Sakit dan pegawai
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
16. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pegawai dengan Rumah Sakit yang
memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
17. Jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan bagi pegawai untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian kerja pegawai.
18. Kerja Shift adalah pegawai yang bekerja mengikuti sistem gilir atau shift
sesuai dengan aturan Rumah Sakit.
19. Kerja Lembur adalah adalah kerja yang dilakukan oleh pegawai atas
perintah Rumah Sakit diluar hari dan jam kerja yang sudah ditetapkan.
20. Hari Libur resmi adalah hari-hari besar dimana pegawai tidak diwajibkan
untuk tidak bekerja sesuai dengan ketetapan pemerintah kecuali bagi pegawai
apabila karena tugasnya.
21. Serikat Pekerja adalah serikat pekerja Rumah Sakit yang telah terdaftar di
Sudinkertrans Jakarta Selatan yang bertujuan memberi perlindungan, pembelaan hak
dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pegawai dan
keluarganya serta berkewajiban menjaga anggota serikat untuk menjalankan dan
mendukung pelaksanaan tugasnya.
22. Masa kerja adalah jangka waktu seseorang bekerja di Rumah Sakit secara
tidak terputus dan dihitung sejak tanggal diterima sebagai pegawai di Rumah Sakit.
23. Mutasi adalah perubahan posisi/ jabatan / tempat / pekerjaan yang dilakukan
Direktur kepada pegawai baik secara horisontal maupun secara vertikal (promosi
atau demosi).
24. Promosi adalah bentuk apresiasi terhadap kinerja pegawai diatas standar
organisasi dan berperilaku sangat baik yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
karir.
25. Demosi adalah tindakan pemindahan suatu jabatan ke jabatan yang lebih
rendah.
26. Mangkir adalah tidak masuk kerja dan tidak memberikan informasi kepada
atasannya baik secara lisan ataupun tulisan.
27. Penghargaan adalah bentuk apresiasi terhadap masa kerja pegawai loyal dan
berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik yang diwujudkan dalam bentuk plakat
/sertifikat /medali / piagam/piala.
28. Perselisihan hubungan kerja adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara Rumah Sakit dengan pegawai atau serikat pekerja karena
adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan dan pemutusan hubungan kerja.
29. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu
hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pegawai dan
Rumah Sakit.
30. Mogok kerja adalah tindakan pegawai yang direncanakan dan dilaksanakan
secara bersama-sama dan atau oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau
memperlambat pekerjaan.
31. Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi pelaksanaan
peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
32. Kesejahteraan adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang
secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.

33. Direksi adalah Direksi Perusahaan yang terdiri dari Direktur.


34. Dewan Komisaris Perusahaan adalah yang terdiri dari Komisaris Utama dan
Komisaris.
35. Rumah Sakit adalah yang bernama Rumah Sakit yang dikategorikan sebagai
Rumah Sakit Umum Tipe C ,yang berdomisili hukum di Jalan Jeruk Raya No. 15
Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12620.
36. Tim Manajemen Rumah Sakit terdiri dari Direktur Rumah Sakit, Direktur
Operasional Rumah Sakit, Wakil Direktur Pelayanan Medis, Wakil Direktur Umum
dan SDM, Wakil Direktur Keuangan dan Satuan Pengawas Internal.
37. Unit kerja Rumah Sakit adalah satuan kerja yang secara hirarki terdiri dari
Supervisor, Kepala Instalasi, Koordinator dan Penanggung Jawab.
38. Pegawai Rumah Sakit adalah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit , terdiri
dari :
a. Pegawai PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu), Termasuk
Pegawai Harian (THL)
b. Pegawai Tetap yang bekerja purna waktu di Rumah Sakit diusulkan
oleh Direktur Rumah Sakit, dan diangkat dengan Surat Keputusan dari
Peusahaan, dapat mensyaratkan masa orientasi untuk paling lama 3 (tiga) bulan.
c. Mitra kerja adalah unit usaha dan atau tenaga kerja yang mempunyai
keahlian yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit berdasarkan perjanjian kerjasama
sebagai Mitra Kerja.
39. Upah adalah gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan yang bersifat
tetap.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Memberikan kepastian syarat-syarat kerja dilaksanakan sesuai dengan undang-


undang / peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Menciptakan dan membina suatu hubungan kerja yang sehat dan harmonis
sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja yang akhirnya akan
meningkatkan taraf hidup pegawai dan keluarganya.
3. Mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban Rumah Sakit maupun
pegawai.
4. Menjamin terpeliharanya tata tertib kerja dan kepentingan bersama.

PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN

Peraturan Pokok Kepegawaian ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan tentang Hak
dan Kewajiban, Wewenang, Larangan, Sanksi dan Tata Tertib Pekerjaan. Untuk
terwujudnya keselarasan dan keserasian hubungan kerja baik antara pegawai dengan
pegawai maupun pegawai dengan pimpinan sehingga menghasilkan pelayanan Rumah
Sakit yang berhasil guna dan berdaya guna.

PASAL 3
RUANG LINGKUP

Peraturan Rumah Sakit berlaku bagi semua pegawai yang terikat dalam hubungan kerja
dengan Rumah Sakit.

PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

1. Rumah Sakit berhak :


a. Menentukan jumlah, jenis, kualifikasi dan sumber daya manusia sesuai dengan
Klasifikasi Rumah Sakit.
b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan.
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang
undangan.
e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.
f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.
g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
(Rujukan berdasarkan UU RI NO. 44 TH 2009 Tentang Rumah Sakit)

2. Rumah Sakit berkewajiban :


a. Melakukan penilaian, pembinaan dan pengembangan pegawai untuk diarahkan
guna peningkatan kompetensi, produktivitas kerja dan kesejahteraan.
b. Untuk melaksanakan Ayat 2 (dua) butir a diatas, Rumah Sakit berpegang kepada
Undang-Undang dan Peraturan - Peraturan yang berlaku di Republik Indonesia.
3. Pegawai adalah mereka yang bekerja pada Rumah Sakit dalam
mengamalkan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya untuk mewujudkan
kesejahteraan.
4. Pegawai adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
5. Pegawai adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
6. Dalam hubungan kerja, pegawai Rumah Sakit berkedudukan sebagai
penerima kerja sedangkan Rumah Sakit berkedudukan sebagai pemberi kerja.
7. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan Hukum, atau
Badan-Badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah
dan / atau imbalan dalam bentuk lain.
(Rujukan UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan
Perundang Undangan Lainnya).

BAB II
PERJANJIAN KERJA DAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 4
PERJANJIAN KERJA

1. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pihak Rumah Sakit
dan Pegawai.
2. Perjanjian dibuat secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Perjanjian kerja dibagi atas :
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu;
b. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu.

PASAL 5
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu.
2. Perjanjian waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa orientasi kerja.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pegawai yang
bersifat tetap.
4. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang dan diperbarui.
5. Perjanjian kerja untuk waktu tertentudapat diadakan untuk jangka waktu paling lama
2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (Satu) kali untuk jangka waktu 1
(Satu) tahun.
6. Penilaian selama masa perjanjian untuk waktu tertentu merupakan hak dari Rumah
Sakit yang akan diberlakukan secara objektif.
7. Apabila jangka waktu perjanjian kerja telah dilalui dan berdasarkan hasil evaluasi,
pegawai yang bersangkutan memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit dapat mengangkat pegawai bersangkutan sebagai pegawai tetap Rumah Sakit
menurut status penggolongannya berdasarkan surat pengangkatan tanpa harus
melalui mas orientasi.
8. Apabila jangka waktu perjanjian telah dilalui dan berdasarkan hasil evaluasi,
pegawai yang bersangkutan tidak memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka
hubungan kerja dapat diakhiri saat itu juta tanpa kewajiban pemberian pesangin,
tunjangan dang anti rugi dari Rumah Sakit kepada pegawai yang bersangkutan.

PASAL 5
JUMLAH DAN JENIS TENAGA KERJA

1. Jumlah dan jenis Pegawai yang bekerja di Rumah Sakit ditentukan


berdasarkan kebutuhan dan formasi yang tersedia.
2. Jenis pegawai terdiri dari :
a. Tenaga medis, yaitu tenaga lulusan Fakultas Kedokteran Umum/Spesialis dan
Kedokteran Gigi.
b. Tenaga paramedis, terdiri dari tenaga lulusan, Akademi Perawatan / Kebidanan
(AKPER/AKBID) maupun lulusan Fakultas Keperawatan.
c. Tenaga paramedis non perawatan yaitu tenaga lulusan sekolah / akademi
maupun fakultas di bidang kesehatan lainnya.
d. Tenaga non medis yaitu tenaga lulusan lembaga pendidikan yang tidak termasuk
ayat 2a, b dan c diatas namun keilmuannya berkaitan dengan manajemen Rumah
Sakit.
e. Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
non kesehatan.
f. Jumlah dan jenis sumber daya manusia harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi
Rumah Sakit.
g. Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik atau
pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
h. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.
i. Tenaga kesehatan yang melakukan praktik /praktik kedokteran /keperawatan
/kebidanan di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP) /[SIPP]/
[SIPB] sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
j. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
k. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, Standar Prosedur
Operasional yang berlaku, Etika Profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.

PASAL 6
PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU

1) Perjanjian kerja waktu tidak tertentu merupakan perjanjian kerja yang tidak berdasar
pada jangka waktu tertentu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu.
2) Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa orientasi kerja
paling lama 3 (tiga) bulan.

PASAL 6
HARI DAN WAKTU KERJA

1. Dengan memperhatikan ketentuan perundang yang berlaku, hari kerja di Rumah


Sakit adalah 6 (enam), hari kerja dalam seminggu.
2. Jam kerja di Rumah Sakit adalah : 40 (empat puluh) jam seminggu.
3. Mengingat bahwa tugas di Rumah Sakit adalah suatu tugas pelayanan kesehatan dan
pengabdian kemanusian, maka hari kerja di Rumah Sakit dibagi dalam :
a. Untuk Supervisor, Kepala Instalasi, Koordinator dan Penanggung Jawab
 Jam 08.00 – 16.00 WIB
 Khusus Sabtu 08.00 – 13.00 WIB ( Tanpa Istirahat )
b. Untuk Pegawai Tanpa Shift ( Supervisor Keperawatan, Koordinator Unit, Kepala
Instalasi & Penanggung Jawab )
 Jam 08.00 – 16.00 WIB
 Khusus Sabtu 08.00 – 13.00 WIB ( Tanpa Istirahat )
c. Untuk Pegawai dengan Shift
 Perawat, Bidan, Asisten Apoteker, Analis Laboratorium, Kasir, Pendaftaran
& Informasi dan Rekam Medik :
- Shift 1 : 07.00 – 14.00 WIB
- Shift 2 : 14.00 – 21.00 WIB
- Shift 3 : 21.00 – 07.00 WIB
 Manager On duty (MOD) :
 Shift 1 : 08.00 – 14.00 WIB
 Shift 2 : 14.00 – 21.00 WIB
 Shift 3 : 21.00 – 08.00 WIB
 Cleaning Service (Kebersihan/Keamanan)
- Shift 1 : 07.00 – 14.00 WIB
- Shift 2 : 14.00 – 21.00 WIB
- Shift 3 : 21.00 – 07.00 WIB

 Teknisi
- Shift 1 : 07.00 – 19.00 WIB
- Shift 2 : 19.00 – 07.00 WIB
 Sopir
- Shift 1 : 08.00 – 16.00 WIB
- Shift 2 : berlaku sistem on call
 Laundry
- Shift 1 : 07.00 – 14.00 WIB
- Shift 2 : 14.00 – 21.00 WIB
 Pantry ( Dapur )
- Shift 1 : 05.00 – 13.00 WIB
- Shift 2 : 13.00 – 21.00 WIB

4. Istirahat kerja diatur sebagai berikut :


a. Pegawai tanpa shift ( jam 12.00 – 13.00 )
b. Pegawai dengan shift ( 30 menit secara bergantian )

PASAL 7
PENERIMAAN PEGAWAI

1. Menerima pegawai adalah merupakan hak dan kewenangan Rumah Sakit


berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit.
2. Penerimaan pegawai dilaksanakan berdasarkan prosedur dan mekanisme rekrutmen
pegawai yang ditetapkan Rumah Sakit.
3. Calon pegawai yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan,
keahlian, sesuai dengan persyaratan jabatan yang ditetapkan.
4. Persyaratan umum yang dipergunakan dalam penerimaan pegawai adalah sebagai
berikut :
a. Pada saat penerimaan telah berusia minimum 18 tahun;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Memenuhi persyaratan atau kualifikasi jabatan yang dibutuhkan ;
d. Memperlihatkan kartu identitas asli serta ijazah asli dan menyerahkan Salinan
resmi yang telah dilegalisir;
e. Bersedia mentaati seluruh tat tertip seluruh kerja Rumah Sakit;
f. Bukan merupakan anggotadan/atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi
terlarang.
g. Bukan merupakan anggota dan/atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi
terlarang
h. Sedang tidak terikat dalam hubungan kerja formal dengan pihak atau sumber
hukum lainnya;
i. Bersedia untuk dimutasi atau dirotasikan baik dalam satu perusahaan yang sama,
atau perusahaan lain dalam satu grup.
5. Bagi pegawai yang pernah mengundurkan diri, apabila diterima kembali sebagai
pegawai, maka akan dianggap sebagai pegawai baru.
6. Persyaratan khusus lainnya mengenai penerimaan pegawai diatur lebih lanjut
dengan peraturan tersendiri.
PASAL 7
SUSUNAN PEGAWAI
Kelompok Pekerjaan dan Golongan Kepangkatan Pegawai

1. Kelompok Pekerjaan Pegawai


a. Kelompok Pekerjaan Profesional Kesehatan, yaitu kelompok pegawai yang
melakukan pekerjaan-pekerjaan melalui tindakan klinis atau pemberian obat
kepada pasien atau dituntut kemampuan dalam hal tersebut. Kelompok ini
terbagi dalam enam sub kelompok yaitu :
 Sub kelompok Dokter
 Sub kelompok perawat dan bidan
 Sub kelompok tenaga kefarmasian
 Sub kelompok tenaga gizi
 Sub Kelompok tenaga keterapian fisik
 Sub Kelompok tenaga keteknisian medis
 Sub Kelompok tenaga analisis kesehatan
b. Kelompok pekerjaan penunjang yaitu kelompok pegawai yang melakukan
kegiatan – kegiatan pelayanan penunjang non klinik kepada pelanggan atau
pihak internal seperti kegiatan perbaikan dan pemeliharaan, administrasi, rekam
medik, pengelolaan SDM, keuangan dan akutansi, marketing, hukum,
komunikasi, pengendalian internal serta kordinasi pelaksanaan pengembangan
internal. Kelompok ini terbagi kedalam sub kelompok :
 Sub kelompok administrasi, hukum, SDM dan keuangan
 Sub kelompok pekerjaan fisik pemeliharaan / perbaikan fasilitas dan
peralatan
 Sub kelompok komunikasi dan pemasaran
c. Kelompok pekerjaan manajerial yaitu kelompok pegawai yang melakukan
kegiatan manajerial untuk mengelola dan mengembangkan unit-unit yang
melakukan tindakan klinik dan atau kegiatan pelayanan penunjang non klinik.
(Rujukan UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, UU RI No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit)

2. Golongan Kepangkatan Pegawai

Jenis Pangkat Golongan Ruang Pendidikan

Direktur Utama IV c S2

Direktur Operasional IV b S2

Wakil Direktur IV a S2

Manager / Kepala Bagian III c S1 +

Supervisor III b DIV / S1

Kepala Instalasi III a DIV / S1

Koordinator Unit II c DIII / DIV / S1

Penanggung Jawab II b DIII / DIV / S1

Pelaksana II a DIII / DIV / S1

Pekarya I - SMU sederajat

(Rujukan Peraturan Pemerintahan No. 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan


Pegawai dalam Jabatan Struktural)
3. Golongan dan Ruang diatur tersendiri dalam kebijakan Rumah Sakit.

PASAL 8
MASA ORIENTASI

1. Setiap calon pegawai tetap yang akan diterima dapat menjalani masa orientasi kerja
paling lama 1 (satu) bulan.
2. Syarat masa orientasi kerja wajib dicantumkan dalam perjanjian kerja.
3. Selama masa orientasi, Rumah Sakit dapat mengakhiri hubungan kerja sewaktu-
waktu dengan pernyataan tertulis satu bulan sebelumnya.
4. Dalam hubungan kerja diakhiri sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Rumah
Sakit tidak berkewajiban membayar tunjangan pemberhentian dan/atau ganti rugi
kepada pegawai yang dimaksud.
5. Penilaian selama masa orientasi merupakan hak dari Rumah Sakit yang akan
dilakukan secara objektif.
6. Setelah selesai masa orientasi dan berdasarkan evaluasi, apabila pegawai yang
bersangkutan dinyatakan memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka kedua belah
pihak dapat berhubungan kerja dan status pegawai orientasi akan berubah menjadi
pegawai, menurut status penggolongannya berdasarkan pengangkatan dan masa
kerja dihitung sejak mulai bekerja.
7. Setelah masa orientasi berakhir dan berdasarkan masa evaluasi, apabila pegawai
yang bersangkutan dinyatakan tidak memenuhi standar kerja Rumah Sakit, maka
hubungan kerja dapat diakhiri saat itu juga tanda kewajiban pemberian pesangon,
tunjangan, dan ganti rugi dari Rumah Sakit kepada pegawai yang bersangkutan.

PASAL 8
PENERIMAAN

1. Penerimaan pegawai disesuaikan dengan rencana kebutuhan dan


penambahan tenaga di RUMAH SAKIT AULIA.
2. Penerimaan pegawai dilakukan melalui prosedur rekrutmen yang
ditetapkan oleh Direktur RUMAH SAKIT AULIA.
3. Mereka yang akan diterima menjadi pegawai sebagaimana disebut
pada ayat 1 pasal ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan meliputi segi
kompetensi, kepribadian, beragama, sehat jasmani dan rohani.
4. Calon pegawai yang diterima adalah yang telah memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Pelamar sudah berusia minimal 18 (Delapan Belas) tahun dan maksimal 35
(Tiga puluh lima) tahun.
b. Melengkapi dokumen persyaratan/ administrasi RUMAH SAKIT AULIA ;
- Lamaran tertulis,
- Daftar riwayat hidup,
- Pas foto berwarna 2 (dua) lembar ukuran 4 x 6.
- Foto copy Kartu Tanda Penduduk yang berlaku.
- Foto copy Ijazah dan Transkrip nilai yang dilegalisir.
- Foto copy Sertifikat Penunjang.
- Surat Keterangan berkelakuan baik dari kepolisian yang masih berlaku.
- Surat keterangan kerja dari tempat kerja sebelumnya (jika sudah pernah
kerja).
- Surat keterangan sehat dan bebas narkoba yang dikeluarkan dari Rumah
Sakit Pemerintah.
c. Lulus dalam tes tertulis, wawancara, psikotest dan pemeriksaan kesehatan yang
ditentukan oleh RUMAH SAKIT AULIA.

PASAL 9
PEGAWAI DENGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

1. Sesuai dengan kebutuhan, Rumah Sakit dapat melakukan penerimaan pegawai


kontrak dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
2. Penerimaan dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit dengan surat perjanjian kerja
waktu tertentu yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
3. Pegawai yang diterima bekerja dengan menjalani kerja untuk waktu tertentu akan
berlaku ketentuan mengenai perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 peraturan perusahaan ini.
4. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis, rangkap 2 (dua),
bermaterai, diperuntukkan bagi masing-masing pihak, dan keduanya memiliki
kekuatan hukum yang sama.
5. Pegawai yang telah diangkat menjadi pegawai kontrak harus memikul tanggung
jawab serta melaksanakan semua tugas dan kewajiban sebagai pegawai Rumah
Sakit.

PASAL 10
TENAGA HARIAN LEPAS
1. Untuk kepentingan Rumah Sakit dapat memperkerjakan tenaga harian lepas untuk
pekerjaan – pekerjaan yang sifatnya tidak rutin dan berubah dalam hal waktu dan
volume
2. Tenaga harian menerima upah kerja berdasarkan atas kehadiran pekerja secara
harian.
3. Ketentuan kewajiban, larangan dan sanksi bagi tenaga harian akan diatur didalam
perjanjian kerja tenaga harian lepas dengan mengacu pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

PASAL 9
TIM PENERIMAAN PEGAWAI

1. Untuk penerimaan pegawai, RUMAH SAKIT AULIA membentuk Tim


Penerimaan Pegawai yang bertugas melakukan penyaringan (seleksi) penerimaan
calon pegawai.
2. Tim terdiri dari Wadir Umum dan SDM, Unit SDM, Legal dan yang
mewakili unit terkait.
3. Pedoman tim kerja penerimaan pegawai serta penjabarannnya ditetapkan
dalam Surat Keputusan Direktur RUMAH SAKIT AULIA.

PASAL 11
PENGANGKATAN PEGAWAI TETAP

1. Pegawai yang telah menyelesaikan masa orientasi dengan baik, dapat diangkat
menjadi pegawai tetap, setelah lulus dengan melalui seleksi lanjutan tambahan
antara lain :
Test kompetensi, test pengetahuan umum, Agama dan pengetahuan tentang Rumah
Sakit, test Kesehatan dan atau Psikotest.
2. Pengangkatan menjadi pegawai tetap, dilakukan dengan Surat Keputusan Direktur
Utama Perusahaan
3. Pegawai yang diangkat menjadi pegawai tetap pada saat pengangkatan wajib
menanda tangani janji pegawai dan disaksikan oleh Dewan Komisaris Perusahaan.
Adapun lafalnya berbunyi sebagai berikut :
“ bahwa saya setelah diangkat sebagai pegawai Rumah Sakit, akan senantiasa
mentaati peraturan dan tata tertib Rumah Sakit ( sesuai dengan pasal 14 ).
Bahwa saya akan melaksanakan tugas dan kewajiban saya dengan loyalitas,
kesungguhan hati, disiplin, tekun jujur, cermat, semangat, penuh minat, dan penuh
tanggung jawab.
Bahwa saya, akan senantiasa memegang rahasia sesuatu yang sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan.
Bahwa saya, akan senantiasa memelihara dan menjunjung tinggi kehormatan dan
nama baik Rumah Sakit.
Bahwa saya, sebagai warga Negara Indonesia yang baik senantiasa menaati segala
Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

PASAL 10
TENAGA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

1. Guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk pekerjaan – pekerjaan penunjang


kegiatan atau didalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja, maka RUMAH
SAKIT AULIA dapat mempekerjakan Pegawai PKWT.
2. RUMAH SAKIT AULIA (dapat) memperkerjakan pegawai kontrak untuk jangka
waktu tertentu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan ketentuan pasal 59 UU No.
13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
3. Bila masa PKWT telah berakhir dan yang bersangkutan dinilai cakap untuk diangkat
sebagai pegawai tetap sesuai dengan dengan formasi yang tersedia.
PASAL 12
PENILAIAN PRESTASI

1. Penilaian kinerja dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :


a. Penilaian kinerja pegawai diselenggarakan sesuai dengan jenis pegawai dan
dilakukan oleh atasan langsung dan atasan dari atasan langsung.
b. Untuk pegawai masa percobaan, dilakukan evaluasi kinerja setiap dua
minggu dalam satu bulan pertama. Dan dilakukan satu bulan sekali untuk
bulan kedua dan ketiga.
c. Untuk pegawai kontrak tahun pertama, dilakukan evaluasi tiap enam bulan
sekali.
d. Untuk pegawai kontrak tahun kedua, dilakukan evaluasi sekali setiap tahun.
2. Hal-hal yang dinilai sebgai berikut :
a. Hasil kerja;
b. Cara kerja KAP (knowledge, attitude, psikomotor);
c. Sikap perilaku dalam bekerja.
3. Lembar evaluasi penilaian kerja ditandatangani oleh atasan yang menilai dan
oleh pegawai yang bersangkutan, dan pegawai akan menerima tembusan/salinan
lembar evaluasi yang dimaksud.
4. Hasil/skor penilaian kinerja penilaian prestasi yang diberikan adalah:
a. Sangat kurang;
b. Kurang;
c. Cukup;
d. Baik;
e. Sangat baik;
Rincian penilaian secara kuantitatif diatur dalam petunjuk teknis
a. Sangat kurang;
b. Kurang;
c. Cukup;
d. Baik;
e. Sangat baik;
5. Hasil penilaian kinerja prestasi kerja merupakan bagian untuk menentukan
antara lain :
a. Pengangkatan/kenaikan jabatan;
b. Kenaikan gaji;
c. Promosi,mutase,rotasi, dan demosi;
d. Pelatihan;
e. Berakhirnya hubungan kerja.
6. Hasil penilaian kerja dibicarakan dan disampaiakn kepada pegawai.

PASAL 13
MUTASI DAN ROTASI

1. Rumah Sakit memiliki hak dan wewenang mutlak untuk memutasi dan/atau
merotasikan pegawai dengan tidak mengurangi hak-hak yang diterimakan
kepadanya.
2. Pegawai tidak berwenang untuk menolak mutasi/rotasi yang dikenakan kepadanya.
3. Apanila pegawai hendak menolak untuk dimutasi/dirotasikan, maka Rumah Sakit
dapat mengenakan surat peringatan kepadanya.
4. Mutasi dan rotasi pegawai untuk suatu pekerjaan/jabatan di Rumah Sakit dapat
dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Bertambahnya pekerjaan di suatu tempat/bagian sehingga memerlukan
penambahan pegawai;
b. Memberikan kesempatan bagi pegawai agar dapat mengembangkan kariranya
pada bagian atau tugas yang baru;
c. Merupakan rekomendasi dari dokter yang ditunjuk oleh Rumah Sakit yang
menerangkan bahwa kondisi kesehatan pegawai ternyata tidak memungkinkan
untuk bekerja pada bagian semula tetapi masih dimungkinkan untuk bekerja di
bagian lain.
5. Rumah Sakit terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada pegawai yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum pegawai tersebut
dimutasikan atau dirotasikan ke bagian/tempat lain.
6. Mutasi antar bagian/departemen merupakan hasil persetujuan bilateral
bagian/departemen yang bersangkutan melalui tim kredensial rumah sakit dengan
sepengetahuan pegawai dimaksud.
7. Secara administrative pegawai yang telah dimutasikan kemudian menjadi pegawai
pada bagian/departemen yang ditempati tersebut.

PASAL 14
PROMOSI

1. Sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit, pegawai yang dinilai berprestasi akan
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
2. Pengangkatan jabatan atau promosi didasarkan atas pertimbangan antara lain:
a. Evaluasi yang dilakukan oleh kepala Departemen meliputi kemampuan,
kepemimpinan, dan loyalitas;
b. Kebutuhan struktural organisasi :
1. Mengisi kekosongan pemegang jabatan;
2. Perubahan struktur Rumah Sakit;
3. Sebelum promosi dilaksankan secara efektif, maka pegawai yang bersangkutan
akan diberitahukan tentang status jabatan, deskripsi jabatan, wewenang, tugas dan
tanggung jawab pada jenjang jabatan yang lebih tinggi.
4. Pegawai yang mendapat promosi telah melalui tahapan evaluasi uji coba jabatan
yang baru selama minimal 3 bulan dan dapat dilanjutkan sampai dengan maksimal
satu tahun. Apabila hasil evaluasi dalam masa iji coba tidak memenuhi standar yang
dipersyaratkan maka promosi dinyatakan gugur.
5. Hasil evaluasi dalam masa uji coba akan dibahas oleh tim kredensial Rumah Sakit.
6. Apabila pegawai mendapat promosi lulus dalam tahap evaluasi uji coba, maka
pegawai tersebut dapat menduduki jabatan baru yang lebih tinggi dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur.

PASAL 13
BERLAKUNYA HUBUNGAN KERJA DAN PENGANGKATAN

1. Hubungan kerja mulai berlaku sejak ditandatangani perjanjian kerja sebagai


pegawai sampai saat pemutusan atau pengakhiran hubungan kerja, dengan
memperhitungkan masa orientasi.
2. Hubungan kerja Pegawai PKWT dengan Rumah Sakit dituangkan dalam surat
perjanjian kerja yang mencantumkan jangka waktu pegawai yang bersangkutan di
pekerjakan di Rumah Sakit. Jangka waktu ini dapat diperpanjang dan diperbaharui
bila kedua belah pihak menghendakinya sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Masa kerja pegawai tetap dihitung sejak ditertibkan surat pengangkatan yang
bersangkutan sebagai pegawai tetap sampai saat pemutusan hubungan kerja dan
memperhitungkan masa orientasi.

PASAL 15
DEMOSI

1. Pimpinan Rumah Sakit berwenang mengambil tindakan berupa penurunan jabatan


untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Pegawai tidak mampu melaksanakan dengan baik dan benar seluruh tugas dan
tanggung jawab sesuai jabatannya berdasarkan penilaian atasan langsung dan
telah diteliti oleh kepala Departemen SDM dan Sekretariat.
b. Pegawai melanggar peraturan tata tertib kerja yang dapat dikenakan surat
peringatan pertama.
c. Pegawai mendapat nilai K (kurang) selama 2 periode penilaian berturut-turut.
2. Rumah Sakit terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis mengenai sebab
dilakukan penurunan jabatan kepada pegawai yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 2 (dua) bulan sebelum penurunan jabatan dilakukan.
3. Selama jangka waktu 2 (dua) bulan sebahai mana yang dimaksud dalam ayat (2)
pegawai diberi kesempatan memperbaiki kinerja.
4. Penurutan jabatan yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini membatalkan Surat
Keputusan Direktur tentang pengangkatan Jabatan bagi pegawai yang
bersangkutan.
BAB III
PENERIMAAN DAN PENGANGKATAN

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

PASAL 16
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Rumah Sakit mempunyai kewajiban sebagai berikut :


1. Mengupayakan kenyamanan dan keamanan lingkungan kerja bagi pegawai.
2. Senantiasa memberikan kesejahteraan bagi pegawai dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan batasan-batasan kemampuannya.
3. Memenuhi kewajiban pembayaran upah kepada pegawai sesuai dengan ketentuan
pengupahan didalam peraturan kepegawaian.
4. Menfasilitasi pengembangan potensi pegawai dalam rangka peningkatan prestasi
kerja.
5. Memberikan penjelasan dan pengertian peraturan kepegawaian kepada pegawai.

PASAL 17
HAK RUMAH SAKIT

Rumah Sakit mempunya hak sebagai berikut :


1. Mengelola dalam arti seluas-luasnya unit-unit kerja yang ada di lingkungan Rumah
Sakit.
2. Meminta daya kerja dan prestasi kerja dari pegawai.
3. Membuat peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan di lingkungan Rumah Sakit
demi kelancaran kegiatan operasional Rumah Sakit.
4. Mengatur tugas kerja dan penempatan kerja bagi pegawai berdasrkan pertimbangan
dan kriteria tertentu.
5. Pengangkatan atau promosi khusus diluar tata cara yang berlaku atas dasar
pertimbangan khusus.

PASAL 18
KEWAJIBAN PEGAWAI

1. Kewajiban pegawai terhadap rumah sakit:


setiap pegawai wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menjaga nama baik Rumah Sakit, Pimpinan Rumah Sakit, dan atasan pegawai di
Rumah Sakit;
b. Menjaga kelancaran kegiatan operasional Rumah Sakit;
c. Menjaga ketentraman dan keamanan di lingkungan Rumah Sakit;
d. Membantu menciptakan iklim kerja yang kondusif di lingkungan Rumah Sakit;
e. Bertindak efisien, dan penuh rasa tanggung jawab harta benda dan kekayaan
Rumah Sakit barupa uang maupun barang, baik secara langsung maupun tidak
langsung dipergunakan atau dipercayakan penggunaan dan pengelolahan
kepadanya;
f. Berkata, berlaku, dan bertindak jujur dan tidak melakukan perbuatan apapun
yang dapat merugikan rumah sakit.
2. Kewajiban pegawai terhadap rekan kerja:
setiap pegawai wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menghormati dan memelihara hubungan baik dengan sesame rekan kerja;
b. Meningkatkan kerjasama dengan rekan kerja demi kelancaran kegiatan
operasional Rumah Sakit;
c. Menjaga nama baik sesame rekan kerja.
d. Tidak melakukan perundungan (bullying) terhadap rekan kerja;
3. Kewajiban pegawai terhadap tugas dan pekerjaan :
setiap pegawai wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Melaksanakan tugas kerja sesuai dengan standart prosedur operasional yang
berlaku;
b. Mematuhi instruksi dan/atau ketetapan sesuai dengan tugas dan penempatannya;
c. Menepati jadwal jam masuk dan pulang kerja sesuai shift;
d. Melakukan finger print pada jam masuk dan jam pulang;
e. Menjaga kerahasiaan seluruh informasi, dokumen, dan data mengenai Rumah
Sakit, khususnya yang dapat merugikan Rumah Sakit dan customer Rumah
Sakit;
f. Tidak menerima tips, komisi, dan hadiah-hadiah lain dari costumer Rumah Sakit
dalam bentuk apapun, yang berkaitan dengan tugas dan jabatannya di Rumah
Sakit sehingga dapat mempengaruhi keputusannya;
g. Senantiasa mengupayakan peningkatan produktifitas dan efisiensi dalam
bekerja;
h. Meminta izin atasan langsung apabila akan meninggalkan tempat/tugas dalam
waktu kerja dan kembali tepat waktu sesuai yang dijanjikan atau yang diizinkan
oleh atasan langsung;
i. Memenuhi prosedur perizinan apabila tidak masuk kerja sesuai dengan peraturan
kepegawaian.
4. Kewajiban pegawai terhadap alat kerja dan tempat kerja:
setiap pegawai wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menjaga dan merawat fasilitas dan alat kerja;
b. Tidak menggunakan alat/perlengkapan kerja untuk kepentingan pribadi;
c. Mengerti, memahami, dan menggunakan fasilitas dan alat kerja sesuai dengan
peruntukannya secara efektif dan efisien;
d. Meminta izin secara tertulis kepada atasan langsung apabila hendak meminjam
atau menggunakan fasilitas dan alat kerja diliuar lingkungan Rumah Sakit dan
mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktu;
e. Menjaga ketertipan, kerapian, dan kebersihan tempat kerja.
5. Kewajiban pegawai terhadap keselamatan dan keamanan kerja:
setiap pegawai wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab:
a. Menggunakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan standar penggunaan di
tempat kerja;
b. Memperhatikan dan menjelaskan dengan baik peraturan-peraturan tentang
keselamatan kerja yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit.

PASAL 19
HAK KARYAWAN

1. Hak karyawan menyangkut ketidak hadiran kerja:


setiap kerja berhak atas:
a. Cuti;
b. Izin;
2. Hak karyawan menyakut kehadiran dan keaktifan kerja:
a. Setiap karyawan berhak atas:
- gaji;
- tunjangan;
- pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan peningkatan
prestasi kerja;
- penghargaan atas prestasi kerja.
b. Setiap karyawan berhak mengajukan usul, saran, kritik, aduan, dan keluh kesah
kepada Rumah Sakit terkait dengan kondusifitas lingkungan kerja sesuai
dengan tat cara yang berlaku.
3. Hak karyawan menyangkut jaminan sosial dan kesejahteraan:
setiap karyawan berhak atas:
a. Bantuan sosial : bantuan biaya fasilitas melahirkan, bantuan uang duka dan
kesusahan;
b. Jaminan sosial tenaga kerja melalui BPJS ketenagakerjaan (bagi karyawan
tetap);
4. Hak karyawan menyangkut harkat dan martabat:
setiap karyawan berhak atas:
a. Pakaian dan perlengkapan kerja sesuai ketetapan perusahaan ;
b. Fasilitas kerja;
c. Jaminan kesehatan berupa kepesertaan BPJS Kesehatan.
5. Hak karyawan menyangkut harkat dan martabat:
setiap karyawan berhak memperoleh perlindungan atas:
a. Moral dan kesusilaan;
b. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

BAB IV
TATA TERTIB DAN DISIPLIN KERJA

PASAL 20
TATA TERTIB KERJA

1. Setiap pegawai harus hadir di tempat tugasnya masing – masing 15 menit sebelum
saat mulai bekerja dan pulang meninggalkan pekerjaan tepat pada waktunya.
2. Setiap pegawai wajib melakukan absensi pada mesin finger print dengan ketentuan
sebagai berikut ;
a. Melakukan absensi sendiri dan tidak diwakilkan oleh orang lain
b. Jika terdapat keterlambatan lebih dari 3 (tiga) kali, maka akan dianggap
mengambil 1 (satu) hari cuti dan berlaku kelipatannya
c. Apabila lupa/tidak absen masuk atau pulang, pegawai wajib meminta paraf
atasan langsung, dan jika terdapat paraf lebih dari 3 (tiga) kali, maka dianggap
mengambil 1 (satu) hari cuti dan berlaku kelipatannya.
3. Pegawai mendapatkan kesempatan tukar jaga dengan sesama rekan kerja sebanyak
maksimal 2 (dua) kali per Unit Kerja dalam 1 bulan dengan mengisi form tukaran
yang tersedia di Bagian SDM.
4. Semua pegawai Rumah Sakit diwajibkan untuk menjaga penampilan dan kerapihan
sesuai dengan norma keprofesionalan. Semua pegawai harus mengenakan seragam
sesuai dengan yang telah diatur dalam kebijakan Direktur Rumah Sakit dengan
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Saat bertugas pegawai perempuan diperbolehkan menggunakan tata rias yang
wajar sesuai dengan ketentuan Rumah Sakit.
b. Dilarang untuk memakai perhiasan yang berlebihan atau yang dapat
mengganggu pekerjaan.
c. Rambut yang panjangnya melebihi bahu supaya diikat dengan rapi pada saat
kerja. Hal ini berlaku baik yang bekerja di bidang klinis maupun yang bekerja di
bagian administrasi.
d. Kuku harus rapi (dipotong), tidak boleh panjang
e. Dilarang menggunakan sepatu dengan hak lebih dari 5 cm, dan bagi yang
berkerudung harus serasi warnanya dengan ketentuan seragam yang sudah ada.
f. Pegawai laki-laki harus bercukur rapi setiap saat. Dilarang berambut panjang
atau memiliki rambut melebihi bahu dan diwarnai. Dilarang berjenggot, kumis
harus rapih dan juga dilarang memakai cincin berukuran besar selama kerja.
5. Setiap pegawai wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk / instruksi yang diberikan
oleh atasannya atau pimpinan Rumah Sakit yang berwenang memberikan
petunjuk/instruksi tersebut.
6. Setiap pegawai wajib melaksanakan tugas pekerjaannya yang ditentukan oleh
Pimpinan Rumah Sakit baik secara tertulis maupun lisan.
7. Setiap pegawai siap di tempatkan di unit manapun sesuai dengan kebutuhan Rumah
Sakit.
8. Setiap pegawai wajib menjaga serta memelihara, dengan baik semua asset Rumah
Sakit, dan segara melaporkan kepada pimpinan Rumah Sakit apabila mengetahui hal
– hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian Rumah Sakit. Bagi yang shift
melakukan serah terima sesuai dengan ketentuan. Segera melapor jika ada
kehilangan atau kerusakan alat – alat yang menjadi tanggung jawabnya.
9. Setiap pegawai wajib memeriksa semua alat – alat kerja masing – masing sebelum
mulai bekerja atau meninggalkan pekerjaan sehingga benar – benar tidak akan
menimbulkan kerusakan/bahaya yang akan mengganggu pekerjaan.
10. Setiap pegawai wajib memelihara dan memegang teguh rahasia Rumah Sakit
terhadap siapapun mengenai segala hal yang diketahui terhadap rahasia Rumah
Sakit.
11. Setiap pegawai wajib melaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit bila terjadi
perubahan – perubahan akan status dirinya, susunan keluarga, perubahan alamat dan
sebagainya.
12. Melaksanakan tugas dan kewajiban dengan jujur, kesungguhan hati, disiplin, tekun,
cermat, bersemangat, penuh minat, tanggung jawab, serta memelihara hubungan
kerja yang baik antar pegawai.
13. Memelihara dan hal menjunjung tinggi kehormatan nama baik Rumah Sakit.
14. Memegang hal yang sifatnya rahasia atau menurut perintah harus dirahasiakan.
15. Mentaati segala Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

PASAL 21
LARANGAN

1. Pegawai di Rumah Sakit tidak dibenarkan bekerja sama – sama dalam satu Rumah
Sakit sebagai suami istri, bagi pasangan pegawai tersebut salah satunya harus
mengundurkan diri.
2. Setiap pegawai dilarang mengenakan pakaian selain seragam selama jam kerja.
3. Setiap pegawai dilarang membawa/menggunakan barang – barang /alat – alat milik
Rumah Sakit keluar dari lingkungan Rumah Sakit tanpa seijin Direktur Rumah Sakit
atau yang berwenang.
4. Setiap pegawai dilarang, melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak
diperkenakan memasuki ruangan lain yang bukan bagiannya kecuali atas
permintaan/ijin atasnya.
5. Setiap pegawai dilarang menjual / memperdagangkan barang – barang berupa
apapun atau mengedarkan daftar sumbangan, menempelkan atau mengedarkan
poster yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya tanpa ijin dari Pimpinan
Rumah Sakit.
6. Setiap pegawai dilarang minum – minuman keras, mabuk – mabukan ditempat
kerja, membawa, menyimpan dan menyalahgunakan bahan narkotika, berjudi,
bertengkar atau berkelahi dengan sesama pegawai/pimpinan Rumah Sakit.
7. Setiap pegawai dilarang membawa senjata api/tajam ke dalam lingkungan Rumah
Sakit.
8. Setiap pegawai dilarang melakukan tindakan asusila di dalam lingkungann Rumah
Sakit.
9. Setiap pegawai dilarang bekerja sambil sekolah/kuliah tanpa ijin tertulis dari Rumah
Sakit.
10. Setiap pegawai tidak dibenarkan mengambil uang tips ataupun yang sejenisnya dari
siapapun.
11. Melakukan usaha atau perbuatan yang merugikan Rumah Sakit, baik kerugian moril
maupun material.
12. Melakukan usaha atau perbuatan yang dapat mengganggu ketenangan dan
ketentraman kerja.
13. Merangkap pekerjaan lain yang dapat mengganggu tugas di Rumah Sakit.
14. Melakukan usaha atau perbuatan melanggar hukum, antara lain :
a. Melakukan pencurian, penipuan, penggelapan barang atau uang milik
perusahaan, penyalahgunaan wewenang jabatan.
b. Melakukan penyerangan, penganiayaan, intimidasi, ancaman, terhadap atasan,
bawahan, sesama pegawai dan atau keluarganya.
c. Dengan ceroboh / sengaja merusak, merubah atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
d. Memberikan keterangan palsu atau dipalsukan.
15. Setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya wajib
merahasiakan semua hal yang berhubungan dengan Rumah Sakit, klien, mitra kerja,
dan pasien Rumah Sakit.

BAB V
SANKSI

PASAL 22
SANKSI

1. Kepada pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 20 dan


melakukan pasal 21 akan diberikan peringatan / teguran.
2. Peringatan / teguran tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat diberikan
sebagai berikut :
a. Peringatan / teguran lisan
Bila telah dilakukan peringatan lisan sebanyak 3 (tiga) kali yang bersangkutan
tetap tidak memperbaiki dirinya, maka dikenakan peringatan/teguran lisan.
b. Peringatan / teguran tertulis dapat diberikan dalam bentuk :
b.1. Peringatan / teguran 1
Adapun pelanggaran – pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi surat
peringatan pertama, yaitu :
a. Terlambat masuk kerja 4 (empat) kali berturut – turut, atau 8 (delapan)
kali tidak berturut – turut dalam satu bulan tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan atau tanpa ijin dari atasan yang bersangkutan
atau Direktur Rumah Sakit.
b. Pulang lebih cepat dari waktu kerja yang telah ditetapkan tanpa alasan
yang dapat diterima.
c. Selama jam kerja meninggalkan tempat kerja tanpa ijin dari atasannya.
d. Mangkir selama 2 (dua) hari kerja berturut – turut dalam 1 (satu) bulan
atau 3 (tiga) hari kerja dalam 2 (dua) bulan.
e. Memperpanjang hari libur/cuti masal yang ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit.
f. Tetap tidak menunjukkan kesungguhan bekerja walaupun sudah diberi
peringatan lisan oleh atasannya.
g. Prestasi kerja yang tidak memenuhi standar.
h. Mengabaikan instruksi kerja yang diberikan atasannya
i. Masuk ke area kerja yang terlarang baginya.
j. Melakukan pelanggaran/kelalaian lain yang masih termasuk dalam taraf
ringan meskipun telah diperingatkan secara lisan.
k. Tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja.
l. Menjual/memperdagangkan barang – barang berupa apapun atau
mengedarkan daftar sumbangan, menempelkan dan mengedarkan poster
atau surat edaran yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan didalam
lingkungan Rumah Sakit.

b.2. Peringatan / teguran II


Adapun pelanggaran – pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi surat
peringatan kedua, yaitu :
a. Melakukan pelanggaran lagi saat surat peringatan pertama masih
berlaku.
b. Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali berturut – turut atau 10 (sepuluh)
kali tidak berturut – turut dalam satu bulan tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan atau tanpa ijin dari atasan yang bersangkutan.
c. Mangkir selama 3 (tiga) hari kerja berturut – turut dalam 1 (Satu) bulan
atau 4 (empat) hari kerja dalam 2 (dua) bulan;
d. Mencoret, merobek atau mengambil pengumuman pemberitahuan yang
ditempel pada papan pengumuman di lingkungan Rumah Sakit tanpa
seijin atasan.
e. Tidur pada jam kerja sedang berlangsung.
f. Melakukan kesalahan kerja yang mengakibatkan kerusakan ringan
terhadap barang/milik Perusahaan sehingga menganggu operasional
Rumah Sakit
g. Melakukan pelanggaran/kelalaian lain yang termasuk pelanggaran pada
taraf sedang (lebih berat dari taraf peringatan pertama).

b.3. Peringatan / teguran III


Adapun pelanggaran – pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi surat
peringatan ketiga, yaitu :
a. Melakukan pelanggaran lagi saat surat peringatan kedua masih berlaku.
b. Mangkir selama 4(empat) hari kerja berturut – turut dalam 1(satu) bulan
atau 5 (lima) hari kerja tidak berturut-turut dalam 2 (dua) bulan;
c. Memanipulasi absensi pekerja lain.
d. Memalsukan laporan/membuat laporan yang tidak sebenarnya.
e. Menyebarkan berita – berita yang tidak benar dilingkungan Rumah Sakit
sehingga menimbulkan keresahan di antara sesama pekerja.
f. Masih tetap tidak cakap dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya walaupun telah dicoba ditempatkan pada beberapa jenis
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
g. Menolak perintah atasan yang layak.
h. Meminjam tanda pengenal/kartu pengenal pekerja lainnya/surat
keterangan pribadi dan sejenisnya yang dikeluarkan Rumah Sakit untuk
digunakan oleh orang lain yang tidak berhak.
i. Melakukan tugas pekerjaannya secara serampangan/ceroboh dan tidak
bertanggung jawab.
j. Melakukan pelanggaran/kelalaian lain yang termasuk taraf berat, namun
masih dapat diberikan toleransi atau dispensasi (belum masuk taraf
skorsing atau PHK).
k. Merokok di dalam ruangan dan lingkungan kerja yang ada tanda
larangan merokok.

c. Peringatan / teguran lisan maupun tertulis dapat disertai sanksi berupa :


c.1. Penundaan kenaikan gaji berkala
c.2. Penundaan kenaikan pangkat
c.3. Penurunan pemberian insentif
c.4. Pemindahan jabatan
c.5. Penurunan pangkat
c.6. Penggantian kerusakan/kehilangan barang atau alat milik Rumah Sakit
yang menjadi tanggung jawabnya.
c.7. Pemutusan hubungan kerja, yang dilaksanakan sesuai prosedur yang
tercantum dalam perundang-undangan atau ketentuan pemerintah lainnya
yang berlaku atau perjanjian kerja pada pegawai kontrak.
d. Masing-masing jenis sanksi ini dijatuhkan kepada pegawai yang melakukan
pelanggaran, sesuai dengan tingkat berat/ringannya pelanggaran yang
dilakukannya, tidak selalu harus menempuh urutan peringatan sebagaimana
tercantum dalam ketentuan ayat 2 poin a, b dan c pasal ini.
e. Surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a & 2b) masing-masing
berlaku selama 6 bulan.

PASAL 23
MANGKIR

1. Apabila pegawai tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat diterima oleh
Rumah Sakit, maka pegawai yang bersangkutan dianggap mangkir.
2. Apabila pegawai mangkir selama 5 (lima) hari atau lebih berturut – turut dan
telah dipanggil 2 (dua) kali secara tertulis tetapi pegawai tersebut tidak dapat
memberikan keterangan tertulis dengan bukti yang sah, maka yang
bersangkutan dikualifikasikan telah mengundurkan diri dan akan diproses
sesuai Undang – undang atau Ketentuan Pemerintah yang Berlaku. Bukti
yang sah sebagaimana dijelaskan diatas harus diserahkan pada kesempatan
pertama pegawai tersebut datang.
3. Apabila pegawai mangkir 5 (lima) hari berturut – turut dan lebih dari 7
(tujuh) hari dalam 3 (tiga) bulan, maka kepadanya akan diberikan peringatan
sesuai pasal 16 ayat 2 Peraturan Perusahaan.
BAB VI
PEMBERHENTIAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 24
ATAS PERMINTAAN SENDIRI

Apabila pemberhentian / pemutusan hubungan kerja dikehendaki oleh yang


bersangkutan, Pegawai Orientasi, Pegawai PKWT & Pegawai Harian tersebut
mengajukan permohonan pengunduran diri tertulis ditujukam kepada Direktur, melalui
Bagian Personalia, selambat – lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal
pemberhentian / pemutusan hubungan kerja yang dikehendakinya, selama tidak ada
ikatan dinas. Untuk Pegawai Tetap pengajuan pengunduran di ditujukan kepada
Direktur yang kemudian diteruskan ke Direktur Utama Perusahaan, selambat –
lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal pemberhentian / pemutusan
hubungan kerja yang dikehendaki dengan mendapatkan uang pisah sebesar atau sesuai
dengan kebijakan perusahaan.

PASAL 25
TIDAK ATAS PERMINTAAN SENDIRI

1. Pemberhentian / pemutusan hubungan kerja tidak atas permintaan sendiri


dapat dilakukan :
a. Pada saat pegawai yang bersangkutan telah mencapai umur 58 (lima puluh
delapan) tahun untuk pegawai struktural & 60 (enam puluh) tahun untuk
fungsional, kecuali bila karena keahliannya pegawai tersebut perlu
dipertahankan. Perpanjangan penugasan ini hanya dapat dilakukan dengan izin
dari Direktur Utama Perusahaan.
b. Adanya penyederhanaan organisasi dan atau pengurangan jumlah pegawai
Rumah Sakit.
c. Apabila pegawai yang bersangkutan berdasarkan keterangan dokter yang
ditunjukan Rumah Sakit, dinyatakan tidak cakap jasmani atau rohani sehingga
tidak dapat menjalankan kewjiban sebagai pegawai
d. Apabila pegawai yang bersangkutan tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun
telah dicoba untuk memberikan pekerjaan kepadanya di berbagai unit kerja.
e. Apabila pegawai yang bersangkutan melanggar ketentuan tersebut pada pasal 20
dan atau melakukan perbuatan pada pasal 21.
f. Apabila pegawai yang bersangkutan melanggar hukum serta larangan lainnya
dikenakan sanksi seperti yang dimaksud dalam pasal 22.
g. Apabila pegawai yang bersangkutan dengan sengaja lalai menjalankan tugas dan
kewajibannya dan atau menolak perintah yang layak walaupun sudah
diperingatkan.
2. Pegawai yang berhenti berdasarkan ketentuan :
a. Ayat 1 huruf a, s.d g pasal ini, diselesaikan dengan mengacu pada Undang –
undang atau ketentuan pemerintah yang berlaku
b. Pegawai yang meninggal, juga memperoleh pemberhentian dengan hormat
selain point a.

PASAL 26
PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT

1. Pegawai dapat diberhentikan dengan tidak hormat karena melanggar ketentuan


tersebut pada pasal 20 dan melakukan perbuatan tersebut pada pasal 21 Peraturan
ini. Pemberhentian dengan tidak hormat didahului dengan peringatan tertulis kepada
yang bersangkutan sesuai dengan pasal 22.
2. Pegawai diberhentikan dengan tidak hormat karena di hukum penjara berdasarkan
keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kepastian hukum yang tetap, karena
melakukan tindak kejahatan.

BAB VII
UPAH DAN CUTI

PASAL 27
PENGUPAHAN

1. Setiap pegawai berhak memperoleh penghasilan yang terdiri dari upah


pokok ditambah tunjangan lainnya menurut peraturan yang berlaku.
2. Gaji pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya minimal 75% dari upah.
3. Gaji pokok adalah jumlah yang ditentukan oleh Pihak Rumah Sakit sesuai
dengan pendidikan untuk awal mula kerja yang melekat pada masing – masing
pegawai.
4. Pegawai orientasi paling lama 1 (satu) bulan akan mendapatkan gaji sebesar
80% dari gaji Pegawai PKWT dengan tidak lebih rendah dari ketentuan UMP.
5. Tunjangan tetap adalah tunjangan yang melengkapi gaji pokok dalam
memenuhi standar UMP yang bersifat tetap dan tidak dipengaruhi oleh kehadiran /
prestasi.
6. Tunjangan tidak tetap adalah tunjangan jabatan, keluarga, transport, makan,
profesi, masa kerja, pengalaman kerja, resiko.
7. Struktur dan skala gaji disusun berdasarkan golongan gaji yang ditetapkan
sesuai ketentuan poin 2 sampai dengan poin 6 (enam)
8. Pelaksanaan pembayaran gaji pegawai bulanan dilaksanakan setiap tanggal
bulan berjalan.
9. Peninjauan gaji dilakukan secara berkala setahun sekali sesuai dengan
kondisi keuangan Rumah Sakit dan atau keadaan inflasi.
10. Kenaikan gaji perorangan tidak dilaksanakan secara otomatis tetapi
berdasarkan pertimbangan – pertimbangan antara lain prestasi kerja, loyalitas pada
Rumah Sakit dan Kondite pegawai.
11. Ketetapan tentang peraturan penggajian diatur di dalam peraturan Rumah
Sakit yang dapat diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit dan disahkan oleh Direktur
Utama Perusahaan.

PASAL 28
CUTI

1. Setiap pegawai berhak atas cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan
penting,cuti panjang/ besar, cuti hamil dan melahirkan serta cuti gugur kandungan
serta cuti diluar kandungan.
2. Cuti tahunan :
a. Setiap pegawai yang telah bekerja minimal 1 (satu) tahun berhak atas cuti
tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja.
b. Hak cuti tersebut harus digunakan dalam waktu 1 (satu) tahun terhitung dari
sejak saat memperoleh hak cuti. Hak ini hangus bila dalam waktu 1 (satu) tahun
tidak dipergunakan, kecuali alasan dari perusahaan menangguhkan.
c. Untuk kepentingan Rumah Sakit, atasannya dapat menunda pelaksanaan cuti
tersebut pada ayat 2 huruf a dan b diatas, untuk digunakan pada tahun
berikutnya.
d. Bagi pegawai non shift hak cuti disesuaikan dengan sisa dari cuti bersama yang
berlaku di tahun berjalan.
e. Bagi pegawai yang akan melaksanakan cuti tahunan, pegawai tersebut harus
mengajukan permohonan sekurang – kurangnya 1 (satu) bulan kepada Kepala
Bagian Umum dan SDM
f. Cuti pegawai akan dianggap gugur apabila setelah 1 (satu) tahun tidak diambil
(termasuk tahun berjalan). Cuti juga tidak dapat diganti dengan uang. Selama
cuti, pegawai mendapat gaji dan tunjangan penuh.
g. Cuti tahunan dapat terbagi maksimal dalam 3 bagian, dan antara cuti pertama
dengan yang berikutnya berjarak 4 bulan.
h. Cuti tahunan tidak dapat digabung dengan cuti hamil
i. Pegawai yang terlambat masuk kerja dari cuti tahunan dengan alasan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan, kepadanya dapat diambil tindakan indisiplin,
antara lain dengan teguran / surat peringatan serta tindakan disiplin lainnya.
j. Bagian SDM wajib memantau dan mengingatkan hak cuti tahunan tenaga kerja
yang ada.
3. Cuti sakit :
a. Pegawai yang tidak masuk kerja karena alasan sakit harus dinyatakan dengan
surat keterangan sakit dari dokter, dan dinyatakan sah surat dokternya bila sudah
diverifikasi oleh dokter perusahaan yang ditugaskan oleh Direktur Rumah Sakit.
b. Istirahat karena sakit diberikan paling lama 2 (dua) minggu untuk rawat inap dan
3 (tiga) hari untuk rawat jalan dan dapat diperpanjang apabila masih diperlukan.
Apabila bulan kedua telah berakhir atau menurut keterangan Dokter yang
bersangkutan belum sembuh dan belum dapat bekerja kembali, maka berlaku
ketentuan upah sebagai berikut, sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 pasal 93
ayat 3 :
b.1. 4 (empat) bulan pertama dibayar 100%
b.2. 4 (empat) bulan kedua dibayar 75%
b.3. 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50%
b.4. Bulan selanjutnya dibayar 25% sampai dengan proses PHK dilaksanakan.
c. Pegawai yang sakit dan diobati / dirawat diluar kota harus melaporkan
keadaannya disertai laporan medis dari dokter yang merawat, ditujukan kepada
dokter pegawai.
4. Cuti Karena Alasan Penting :
a. Pegawai yang menunaikan ibadah haji untuk pertama kali atau karena
menjalankan tugas pemerintah lainnya, memperoleh hak cuti luar biasa selama
masa menjalankan ibadah haji (maksimal 45 hari).
b. Pegawai yang melakukan kegiatan keagamaan / Umroh.

5. Cuti Hamil / Melahirkan :


a. Pegawai wanita yang melahirkan memperoleh cuti melahirkan selama 3 (tiga)
bulan yaitu 1½ (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1½ (satu
setengah) bulan sesudah melahirkan dengan mendapatkan upah penuh.
b. Pada tahun saat telah / akan diberikan cuti hamil, pegawai wanita yang
bersangkutan tetap berhak atas cuti tahunan.
6. Cuti Gugur Kandungan :
Pegawai wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh
istirahat 1½ (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dari dokter
kandungan.
7. Cuti Besar / Cuti Panjang :
Pegawai yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus di Rumah
Sakit berhak mengambil cuti besar selama 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan. Pada tahun pengambilan
cuti besar tersebut, maka tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam)
tahun.
8. Cuti diluar tanggungan
Pegawai dapat dizinkan meninggalkan pekerjaan (cuti) tanpa gaji untuk keperluan
pribadi sebagai berikut :
- Cuti diluar tanggungan Rumah Sakit kepada pegawai yang telah mempunyai
masa kerja 1 (satu) tahun berturut – turut tanpa terputus karena alasan – alasan
pribadi, yang tidak bertentangan dengan kepentingan dan kelancaran Rumah
Sakit dan bukan dengan sengaja bekerja di tempat lain.
- Cuti di luar tanggungan Rumah Sakit diberikan minimum 2 (dua) bulan dan
paling lama selama 1 (satu) tahun, serta berdasarkan kebijaksanaan Direktur
Rumah Sakit.
Selama cuti diluar tanggungan Rumah Sakit pegawai tersebut tidak berhak
menerima gaji dan segala fasilitas dari Rumah Sakit
- Apabila pegawai yang mempunyai jabatan struktural, mendapatkan cuti diluar
tanggungan Rumah Sakit selama 2 (dua) bulan, maka jabatan yang bersangkutan
tetap, dan apabila lebih dari 2 (dua) bulan, maka pegawai tersebut dibebaskan
dari jabatannya.
- Waktu yang dipakai selama menjalani cuti diluar tanggungan Rumah Sakit tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja.
- Setelah menjalani cuti diluar tanggungan Rumah Sakit, pegawai tersebut wajib
melaporkan diri secara tertulis kepada pimpinan Rumah Sakit, dan dapat
diterima kembali apabila masih ada formasi.

PASAL 29
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN
DENGAN MENDAPAT UPAH ATAU TANPA UPAH

1. Rumah Sakit dapat memberikan ijin kepada pegawai untuk meninggalkan pekerjaan
dengan mendapat upah apabila :
a. Pernikahan pegawai sendiri 3 hari
b. Pernikahan anak pegawai 2 hari
c. Khitanan atau pembatisan anak pegawai 2 hari
d. Istri pegawai melahirkan 2 hari
e. Suami/istri/anak/mertua/pegawai meninggal dunia 2 hari
f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 1 hari
g. Musibah/bencana alam/banjir/kebakaran 2 hari
h. Ijin Sakit 1 hari
i. Bila ijin tersebut dilaksanakan diluar kota, hari ijin ditambah dengan hari yang
diperlukan untuk perjalanan, dengan ketentuan jumlah hari perjalanan tidak
melebihi 6 (enam) hari kerja
j. Hari pelaksanaan ijin harus bertepatan dengan keperluan (pelaksanaan) seperti
diatas.
2. Setiap pegawai yang meninggalkan pekerjaan harus memperoleh surat ijin terlebih
dahulu dari atasan langsungnya yang kemudian diteruskan kepada Bagian SDM,
kecuali dalam keadaan darurat dapat menunjukan bukti – bukti dikemudian hari.
Meninggalkan pekerjaan tanpa ijin atasan langsung dapat mengakibatkan
diambilnya tindakan disiplin yang akan mempengaruhi kondite.
3. Setiap pegawai yang meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang jelas maka akan
mendapatkan sanksi pemotongan tunjangan tidak tetap (tunjangan transport dan
tunjangan makan).
4. Dalam 1 (satu) bulan maksimum ijin yang dapat diberikan adalah 2 (dua) kali baik
dalam jam kerja penuh maupun tidak penuh dan hanya diberikan bila dalam keadaan
terdesak. Bila karena sesuatu hal terpaksa melebihi ketentuan tersebut akan
diperhitungkan dengan hak cutinya.

PASAL 30
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Semua anggota keluarga tertanggung dari pegawai kontrak dan tetap harus
didaftarkan di Bagian SDM dan berasal dari perkawinan yang sah dengan
melampirkan dokumen – dokumen pendukung.
2. Pegawai Orientasi dan Pegawai Harian hanya mendapatkan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan untuk rawat Jalan.
3. Ketentuan-ketentuan dalam jaminan pemeliharaan kesehatan untuk pegawai
orientasi dan pegawai harian diatur sebagai berikut :

a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan hanya diberikan kepada Pegawai yang


bersangkutan saja, keluarga tidak ditanggung.
b. Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan meliputi :
b.1 Rawat Jalan di Rumah Sakit
b.2 Pengobatan gigi dasar di Rumah Sakit
4. Pegawai Kontrak dan pegawai tetap mendapatkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
untuk Rawat Jalan dan Rawat Inap.
5. Ketentuan – ketentuan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan untuk Pegawai
Kontrak dan Pegawai Tetap diatur sebagai berikut :
a. Bagai pegawai laki – laki jaminan kesehatan diberikan beserta keluarga.
Sedangkan untuk pegawai wanita harus dengan keterangan dari tempat kerja
suami untuk ketentuan tersebut.
b. Yang dimaksud dengan keluarga tertanggung adalah :
b.1. Satu Istri yang sah
b.2. Maksimal 2 (dua) anak kandung atau 1 anak angkat, yang belum berumur
18 tahun, belum pernah menikah atau belum mempunyai penghasilan
sendiri yang dibuktikan dalam akta kelahiran / akta pengangkatan anak.
c. Pemeliharaan kesehatan yang diberikan meliputi :
c.1. Berobat jalan di Rumah Sakit
c.2. Rawat inap di Rumah Sakit
c.3. Pengobatan gigi dasar di Rumah Sakit
c.4. Pemeriksaan dan pengobatan spesialistik di Rumah Sakit lain bila
dipandang perlu oleh dokter pegawai disertai surat pengantar dari Wadir
Yanmed.
6. Tata cara pelaksanaan Pemeliharaan Kesehatan pegawai :
a. pemeriksaan / pengobatan pegawai dan keluarga tertanggung dilakukan oleh
dokter di Poliklinik Umum/UGD yang dibuka 24 jam dan dalam keadaan darurat
pemeriksaan dilakukan oleh dokter jaga
b. Dokter umum atau dokter jaga bisa merujuk kepada dokter spesialis bila
dianggap perlu. Untuk itu dokter memberikan surat pengantar ditujukan kepada
dokter yang dituju.
c. Dokter diwajibkan mengisi buku berobat dan resep khusus untuk pegawai,
rangkap 2(dua) untuk mengambil obat di instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Dokter dapat memberikan istirahat maksimum 3 (tiga) hari, yang bila ternyata
dalam 3 (tiga) hari yang bersangkutan belum sembuh, maka ia harus kembali
memeriksakan diri kepada dokter untuk ditentukan apakah pegawai yang
bersangkutan perlu perpanjangan waktu istirahat sakitnya.
e. Surat istirahat sakit yang diperoleh dari dokter diluar Rumah Sakit, karena
keadaan darurat, hanya berlaku 1 (satu) hari dan pegawai yang bersangkutan
harus lapor ke dan diperiksa oleh dokter untuk memperoleh ketentuan
selanjutnya. Dalam hal ketentuan ini tidak bisa dipenuhi oleh karena suatu
sebab, maka pegawai yang bersangkutan, harus memberikan penjelasan
secukupnya dengan alasan yang bisa diterima pada kesempatan pertama
f. Obat diperoleh dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan menunjukan resep
dari dokter.
g. Penderita penyakit menahun yang memerlukan obat untuk jangka waktu yang
panjang, dapat diberikan obat yang diperlukan dengan persetujuan Direktur
Rumah Sakit.
h. Dokter berkewajiban memperhatikan pegawai dan keluarga pegawai yang sering
berobat atau sering sakit, untuk dilaporkan kepada Tim Penguji Kesehatan
Pegawai (terdiri dari Kabid Yanmed & Komite Medik ditetapkan dengan Surat
Tugas yang ditanda tangani oleh Direktur Rumah Sakit yang selanjutnya hasil
pemeriksaan diajukan kepada Direktur Rumah Sakit).
i. Pegawai yang sering sakit atau berpenyakit menahun sehingga mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugasnya, harus diajukan kepada Tim Penguji Kesehatan
Pegawai yang akan memberikan hasil pemeriksaannya disertai dengan
rekomendasi penugasan pegawai yang bersangkutan kepada Direktur Rumah
Sakit
j. Perawatan di Rumah Sakit

j.1. Pegawai atau keluarga pegawai yang menurut penilaian dokter pegawai
harus dirawat di Rumah Sakit, pelaksanaannya menurut prosedur yang
berlaku yaitu melalui pendaftaran rawat inap dengan tetap menggunakan
surat pengantar berobat.
j.2. Pegawai atau keluarga pegawai yang bersangkutan dirawat dalam ruang
perawatan Rumah Sakit sesuai dengan struktur ketentuan yang sesuai
dengan tingkat pendidikan sebagai berikut :
o Setingkat SD & SMP, SMA dan setara  Kelas III
o Setingkat D1 & D3  Kelas II
o Setingkat S1  Kelas I Standar
o Dokter Umum & Dokter Spesialis  Kelas I Utama
o Kabag/Kabid  Kelas I Utama
o Direktur  Kelas VIP
o Komisaris & Direksi PT  Kelas VIP
Bagi pegawai selain point (a) s/d (e) diatas diatur oleh Direktur Rumah
Sakit dalam peraturan tersendiri.

j.3. Dokter yang merawat membuat Resume Medis pegawai untuk diketahui oleh
Direktur Rumah Sakit.
k. Pengobatan/perawatan langsung oleh Dokter ahli tanpa surat pengantar dari
dokter jaga / Kabid, tidak menjadi tanggungan Rumah Sakit.
7. Batasan waktu perawatan di Rumah Sakit:
Bagi pegawai atau keluarga tertanggung yang dirawat di Rumah Sakit terus menerus
selama lebih dari 1 (satu) bulan, biaya pengobatannya diatur sebagai berikut :
a. Rumah Sakit menanggung 40% biaya untuk bulan kedua sampai bulan ketiga
b. Rumah Sakit tidak menanggung lagi beban biaya perawatan/pengobatan pada
bulan keempat dan seterusnya, sehingga sepenuhnya menjadi beban pegawai
yang bersangkutan.
8. Pegawai dan keluarganya dapat pindah kmar dengan mengikuti mekanisme
perpindahan kelas sebagai berikut :
a. Jika pindah ke kelas yang lebih tinggi, maka selisih biaya akan dibebankan
kepada yang bersangkutan
b. Jika pindah ke kelas yang lebih rendah, selisih biaya tidak dapat diuangkan.
9. jika dilakukan operasi / rawat inap di luar Rumah Sakit karena tidak ada fasilitas
tersebut di Rumah Sakit maka dibebankan kepada pegawai kontrak dan calon
pegawai tetap sebesar 40% dari total biaya yang ditagihkan. Dan untuk Pegawai
Tetap dibebankan sebesar 20% dari total biaya ditagihkan.
10. Pengobatan, perawatan jalan atau pemeriksaan di Rumah Sakit lain karena tidak
tersedianya fasilitas di Rumah Sakit & atau keadaan darurat yang tidak
memungkinkan pegawai untuk datang ke Rumah Sakit maka akan ditanggung oleh
Rumah Sakit sebesar 80% dari total biaya ( maksimal Rp. 1.500.000,-) dengan
persetujuan Direktur Rumah Sakit /Kabid Pelayanan Medis.
11. Fasilitas pelayanan kesehatan Rawat Jalan bagi pegawai kontrak, pegawai orientasi,
calon pegawai tetap yang diberikan dalam bentuk potongan biaya adalah sebagai
berikut :
a. Dokter & Paramedis  Gratis
b. Obat Resep & Alkes
 Pegawai Orientasi 10% dari harga jual
 Pegawai Kontrak 10% dari harga jual
 Calon Pegawai Tetap 10% dari harga jual
 Pegawai Tetap 15% dari harga jual
 (obat Rawat Jalan pemberiannya maksimal untuk 3 hari, kecuali penyakit
kronis maksimal 14 hari )
c. Laboratorium  Bila dilakukan di Rumah Sakit :
 Pegawai Orientasi : 15 %
 Pegawai Kontrak : 15 %
 Pegawai Harian : 15 %
 Pegawai Tetap : 20 %

Bila dilakukan dirujuk keluar Rumah Sakit :


 Pegawai Kontrak : 10%
 Calon Pegawai Tetap : 10%
 Pegawai Tetap : 15%
12. Fasilitas pelayanan kesehatan diberikan untuk Komisaris, Direksi, Pegawai Harian,
Pegawai Kontrak, Calon Pegawai Tetap dan Pegawai Tetap sesuai dengan fasilitas
perawatan yang tersedia di unit – unit Rawat Jalan dan Rawat Inap.
13. Direktur Rumah Sakit, Komisaris & Dewan Direksi Perusahaan akan mendapatkan
plafon Tunjangan Kesehatan untuk rawat inap dalam bentuk fasilitas senilai Rp.
2.500.000 per tahun bagi siapa saja yang dikehendaki dan tidak dapat diambil dalam
bentuk uang.
14. Pemeriksaan / pengobatan yang tidak ditanggung oleh Rumah Sakit adalah :
a. Penyakit kelamin atau penyakit yang timbul akibatnya
b. Pemeriksaan & kelahiran anak ketiga
c. Keguguran (abortus) setelah anak kedua
d. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan inap atas kehamilannya tidak sesuai
dengan unsur perkawinan resmi
e. Perbuatan yang timbul sebagai akibat perbuatan yang disengaja, misalnya
orientasi bunuh diri, makan obat melampaui dosis maksimal, penyakit yang
bertambah berat karena kesalahan Pegawai/tidak mentaati petunjuk dokter
f. Drug Abuse / pemakai narkoba.
PASAL 31
KECELAKAAN KERJA

Sesuai dengan perjanjian ikatan kerjasama antara Rumah Sakit dengan Pihak Ketiga
( BPJS Ketenagakerjaan) / asuransi lainnya).

PASAL 32
JAMINAN HARI TUA

Sesuai dengan perjanjian ikatan kerjasama antara Rumah Sakit dengan Pihak Ketiga
(BPJS Ketenagakerjaan) / asuransi lainnya).

PASAL 33
KEMATIAN

Sesuai dengan perjanjian ikatan kerjasama antara Rumah Sakit dengan Pihak Ketiga
(BPJS Ketenagakerjaan] / asuransi lainnya).

PASAL 34
SANTUNAN KEMATIAN

1. Apabila seorang pegawai meninggal dunia, bukan karena kecelakaam kerja,


maka kepada keluarganya diberikan santunan sesuai peraturan yang berlaku, sebagai
berikut :
- Gaji dalam bulan yang sedang berjalan
- Sumbangan ongkos penguburan sebesar Rp. 1.000.000
2. Keluarga tertanggung berhak memperoleh santunan uang duka, apabila keluarga
pegawai yang tertanggung namanya tercantum dalam daftar keluarga. Dan sesuai
dengan data di Urusan SDM.

PASAL 35
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Guna menjamin keselamatan dan kesehatan kerja pegawai maka seluruh


sarana dan prasarana Rumah Sakit dikelola dengan mengikuti perundangan dan
ketentuan yang berlaku.
2. Upaya keselamatan kerja dilaksanakan dengan tatalaksana dan prosedur-
prosedur tetap yang telah teruji bagi seluruh aktivitas pelayanan dan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
3. Apabila seorang pegawai mengalami kecelakaaan kerja sebagai dimaksud
didalam perundang-undangan, Rumah Sakit mengganti kerugian sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Setiap pegawai wajib menjaga keselamatan dirinya dan pegawai lainnnya
wajib memakai alat – alat Keselamatan Kerja yang telah disediakan oleh Rumah
Sakit, serta mengikuti ketentuan – ketentuan mengenai Keselamatan Kerja dan
perlindungan kerja yang berlaku.
5. Apabila pegawai mengetahui hal – hal yang dapat membahayakan alat – alat
untuk perlengkapan kerja milik Rumah Sakit segara melapor ke pihak terkait Rumah
Sakit
6. Setiap pegawai tidak diperbolehkan menggunakan alat – alat perlengkapan
kerja milik Rumah Sakit untuk keperluan pribadi
7. Setiap pegawai wajib memelihara alat – alat / perlengkapan kerja Rumah
Sakit dengan baik dan teliti.
8. Setiap pegawai dapat dikenakan sangsi apabila merusak dan atau
menghilangkan alat – alat dan perlengkapan kerja Rumah Sakit sesuai dengan
kerugian yang ditimbulkan.

PASAL 36
TUNJANGAN HARI RAYA

1. Rumah Sakit memberikan tunjangan hari raya kepada pegawai sesuai dengan
ketentuan peraturan pemerintah Menaker No. Per 04/MEN/1994 yang berlaku serta
memperhatikan kemampuan keuangan Rumah Sakit.
2. Pegawai yang bekerja kurang dari 12 (dua belas) bulan mendapat Tunjangan Hari
Raya (THR) secara proporsional.

BAB VIII
UANG PESANGON DAN JASA PENGABDIAN

PASAL 37
UANG PESANGON DAN PENGHARGAAN MASA KERJA

Pegawai tetap yang mengalami pemutusan kerja akan memperoleh uang pesangon dan /
atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak dengan syarat,
perhitungan dan tatacara tertentu sesuai undang-undang dan peraturan pemerintah yang
berlaku.

BAB IX
KETENTUAN UANG PENGGANTIAN HAK

PASAL 38
UANG PENGGANTIAN HAK
Pegawai yang berhak mendapatkan yang penggantian Hak adalah :
a. Pegawai Tetap yang mengundurkan diri sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit dan mendapatkan uang pengganggantian hak sesuai dengan
ketentuan pasal 162 ayat 1 dan 1 UU No. 13 Tahun 2003 dan uang pisah besar dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja.
b. Pegawai Tetap yang mangkir 5 (lima) hari tanpa pemberitahuan, sesuai dengan
ketentuan pasal 15 Peraturan perusahaan dan mendapatkan uang penggantian hak
sesuai ketentuan pasal 168 UU. No. 13 Tahun 2003 dan uang pisah besar dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja.
c. Pegawai Tetap yang melakukan kesalahan berat, mendapatkan uang penggantian
Hak sesuai ketentuan pasal 158 UU No. 13 Tahun 2003.
d. Pegawai Kontrak yang mengundurkan diri namun tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Rumah Sakit yaitu selambat-lambatnya 90 hari/ mangkir 5 (lima)
hari tanpa pemberitahuan/ melakukan kesalahan berat, maka dianggap tidak
memiliki itikad baik terhadap Perusahaan dan tidak diberikan uang penggantian hak/
pesangon.

BAB X
MITRA KERJA RUMAH SAKIT

PASAL 39
MITRA KERJA

1. Untuk mendukung kegiatan operasional, Rumah Sakit dapat menjalin


hubungan kerja dengan tenaga medis/ praktis kesehatan dan ahli lainnya sebagai
mitra kerja.
2. Kewajiban, hak dan pembagian penghasilan antara Rumah Sakit dengan
mitra kerjanya diatur dalam perjanjian kerja.

BAB XI
JAM KERJA DAN LEMBUR

PASAL 40
JAM KERJA DAN LEMBUR

1. Jam kerja pada pokoknya ditetapkan 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam
perminggu. Jumlah jam ini dibagi dalam waktu yang berbeda-beda untuk
kepentingan masing-masing bagian tugas yang pengaturannya ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit.
Pada hari libur umum, dapat dilakukan penugasan secara bergilir menurut
kepentingan dan upahnya dihitung sebagai upah lembur.
2. Kelebihan jam kerja pokok bagi pegawai diperhitungkan sebagai jam lembur.
3. Pekerjaan lembur hanya dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sangat
mendesak, yang pengaturannya lebih lanjut ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
4. Kerja lembur dilaksanakannya atas perintah tertulis dari atasan.
5. Upah lembur dihitung sesuai peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang berlaku.
6. Waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud diatas, hanya dapat dilakukan paling
banyak 3 (tiga) jam dalam satu hari dan 14 (empat belas) jam dalam satu minggu.
7. Perhitungan upah lembur, didasarkan pada upah bulanan
8. Cara menghitung upah sejam adalah 1 / 173 kali upah sebulan.

BAB XII
WEWENANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN,
DAN PEMBERIAN CUTI

PASAL 41
PENGANGKATAN DAN PEMBERIAN KENAIKAN GAJI

1. Direktur Rumah Sakit mengusulkan pegawai tetap dan ditetapkan oleh


Direktur Perusahaan.
2. Direktur Rumah Sakit menyetujui dan menetapkan pegawai (mengangkat
tenaga) PKWT
3. Direktur Rumah Sakit mengusulkan kenaikan pangkat serta gaji pegawai
tetap dan ditetapkan oleh Direktur Perusahaan.
4. Direktur Rumah Sakit menyetujui & menetapkan kenaikan pangkat serta gaji
pegawai PKWT.

PASAL 42
PEMBERHENTIAN

1. Pemberhentian pegawai tetap diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit &


ditetapkan oleh Direktur Utama Perusahaan.
2. Pemberhentian tenaga PKWT dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Semua pemberhentian dengan sebutan tidak hormat, dilakukan oleh Direktur
Rumah Sakit dengan persetujuan Direksi Perusahaan.

PASAL 43
PEMBERIAN CUTI

Pemberian cuti tahunan, cuti karena alasan penting, cuti panjang, cuti hamil, cuti gugur
kandungan dan cuti diluar tanggungan SDM dan dilakukan oleh Kepala Bagian Umum
dan SDM dengan persetujuan Wakil Direktur Rumah Sakit dan dengan
mempertimbangkan kelancaran kerja.

PASAL 38
DEMOSI
(Penurunan Pangkat)

1. Demosi adalah Penurunan jenjang / pangkat pegawai ketingkat yang lebih rendah
2. Pelaksanaan demosi dipertimbangkan sedemikian rupa dengan berbagai
pertimbangan. Terjadinya demosi dikarenakan Pegawai yang bersangkutan
melakukan kesalahan besar, tetapi tidak dapat dikenakan Pemutusan dengan
pertimbangan
3. Demosi dapat dilaksanakan dengan pertimbangan :
 Tidak mampu melaksanakan tugasnya
 Melakukan pelanggaran berat untuk pertama kalinya
 Melakukan pelanggran selama jangka waktu berlakunya peraturan tertulis yang
dijatuhkan sebelumnya.
 Melakukan pelanggaran setalah mendapat peringatan ke III
4. Demosi ditetapkan oleh keputusan Direktur Rumah Sakit untuk tenaga kontrak
5. Demosi untuk pegawai tetap diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit & ditetapkan
oleh Direktur Utama Perusahaan.

PASAL 39
PEMINDAHAN

1. Pemindahan pegawai PKWT antar unit kerja di Rumah Sakit dilakukan oleh
Direktur Rumah Sakit.
2. Pemindahan untuk pegawai tetap diusulkan Direktur Rumah Sakit dan ditetapkan
oleh Direktur Utama Perusahaan.
3. Penolakan pegawai terhadap ketentuan mutasi ini dapat mengakibatkan diambilnya
tindakan disiplin dan mempengaruhi kondite.
4. Pemindahan tersebut pada ayat 1 pasal ini ditunjukkan untuk :
 Memenuhi kebutuhan
 Pemerataan
 Promosi dan penyegaran
 Penempatan sesuai minta, bakat, keahlian dan kecakapan.

BAB XIII
LAIN-LAIN

PASAL 44
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. Untuk mencapai hasil guna dan daya guna sumber daya manusia yang sebesar –
besarnya, dilakukan pengaturan Pendidikan dan Pelatihan bagi pegawai (tenaga
kerja) Rumah Sakit dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan serta mengembangkan kompetensi kerja mereka agar menghasilkan
peningkatan mutu pelayanan.
2. Pelaksanaan ayat 1 ini dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit,
diatur didalam peraturan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Bagi pegawai yang telah lulus Pendidikan lanjutan formal dengan biaya sendiri serta
mendapat ijin Direktur Rumah Sakit berdasarkan pemberian izin oleh Direktur
Rumah Sakit diatur dengan ketentuan sebagai berikut, jiwa pegawai tetap harus
menandatangani perjanjian akan kembali melaksanakan tugas setelah selesai
Pendidikan dan dapat kembali melaksanakan tugas setelah selesai Pendidikan dan
dapat mengubah status Pendidikan maupun status golongan / pangkatnya apabila
ada formasi di Rumah Sakit dan lulus dalam test yang disenggarakan oleh Rumah
Sakit.
4. Ijazah yang diakui adalah Ijazah Negara atau yang telah diakui/disamakan dengan
Ijazah Negara.

PASAL 45
PENGHARGAAN

1. Penghargaan diberikan kepada pegawai Rumah Sakit :


a. Yang telah menunjukan kesetiaan 10 tahun dan kelipatannya atau berjasa bagi
Rumah Sakit
b. Yang telah menunjukan prestasi luar biasa sehingga dapat menjadi contoh
tauladan bagi tenaga kerja lainnya.
2. Pengaturan dan penetapan pemberian penghargaan tersebut pada ayat 1 pasal
ini dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit dengan persetujuan Direktur Utama
Perusahaan.

PASAL 46
KOPERASI PEGAWAI

1. Koperasi pegawai dapat diberdayakan sebagai salah satu upaya untuk


meningkatkan kesejahteraan pegawai.
2. Rumah Sakit sesuai dengan kemampuannya, mendorong berkembangnya
koperasi Pegawai dimaksud pada ayat 1 pasal ini.

PASAL 47
PERJALANAN DINAS

1. Perjalanan dinas ialah perjalanan yang dilakukan dalam hubungannya dengan


pekerjaan ke tempat / ke kota lain atas dasar Surat Perintah Perjalanan Dinas yang
ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Semua biaya sehubungan dengan perjalanan dinas berupa transport luar kota,
transport lokal, akomodasi dan uang saku akan diatur tersendiri dalam Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit.
3. Selama melakukan perjalanan dinas pegawai tidak berhak mendapatkan uang
lembur.
4. Apabila selama menjalankan perjalanan dinas pegawai melakukan perbuatan yang
melanggar hukum, maka segala resiko yang terjadi buka menjadi tanggungan
perusahaan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

PASAL 48
PERALIHAN

Pada saat berlakunya Peraturan Perusahaan ini, semua peraturan dibidang kepegawaian
yang ada dan tidak bertentangan dengan peraturan ini tetap berlaku.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

PASAL 49
PENUTUP

Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam peraturan pokok ini akan
diatur dalam peraturan tersendiri.

PASAL 50
MASA BERLAKU

1. Peraturan ini disebut : PERATURAN PERUSAHAAN RUMAH SAKIT AULIA,


dan mulai berlaku sejak disahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi
Provinsi DKI Jakarta dan berlaku untuk masa 2 (dua) tahun.
2. Buku Peraturan Perusahaan Rumah Sakit ini diberikan kepada setiap pegawai
Rumah Sakit untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Jakarta Selatan


Pada tanggal : Januari 2020

PT LIAVANSYA UTAMA

dr. Muhammad Aviansyah


Direktur

Anda mungkin juga menyukai