Anda di halaman 1dari 12

No Materi Pembahasan

Kompetensi Umum
1. Permenpan RB No. 13 Undang undang utuh Permenpan RB No. 13 Tahun 2021
Tahun 2021 I. BAB I Ketentuan umum
Pasal 1
II. BAB II Kedudukan, tanggung jawab, dan
Klasifikasi/rumpun jabatan
 Bagian Kesatu kedudukan dan tanggung jawab
Pasal 2 -3
 Bagian kedua Klasifikasi/ rumpun jabatan
Pasal 4
III. BAB III kategori dan jenjang jabatan fungsional
Pasal 5
IV. BAB IV tugas jabatan, unsur kegiatan, uraian
kegiatan, tugas jabatan, dan hasil kerja
 Bagian kesatu tugas jabatan
Pasal 6
 Bagian kedua unsur kegiatan
Pasal 7
 Bagian ketiga uraian kegiatan sesuai jenjang
jabatan
Pasal 8
 Bagian keempat hasil kerja
Pasal 9 - 11
V. Pengangkatan dalam jabatan
 Bagian satu umum
Pasal 12 -13
 Bagian kedua pengangkatan pertama
Pasal 14
 Bagian ketiga pengangkatan perpindahan
jabatan lain
Pasal 15-16
 Bagian keempat pengangkatan melalui
promosi
Pasal 17-18
VI. BAB VI pelantikan dan pengambilan sumpah/janji
Pasal 19
VII. BAB VII penilaian kinerja
 Bagian kesatu umum
Pasal 20 - 21
 Bagian kedua SKP
 Paraagraf 1 umum (pasal 22-24)
 Paragraph 2 target angaka kredit (pasal 25)
 Paragrraf 3 angka kredit pemeliharaan (pasal 26)
 Bagian ketiga prilaku kerja
No Materi Pembahasan
Pasal 27
VIII. Penilaian dan PAK
 Bagian kesatu peniliaan dan PAK
Pasal 28 - 29
 Bagian kedua pejabata yang mengusulkan
angka kredit
Pasal 30
 Bagian ketiga pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit
Pasal 31
 Bagian keempat tim penilai
Pasal 32 - 34
IX. BAB IX kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan
 Bagian kesatu kenaikan pangkat
Pasal 35 – 36
 Bagian kedua kenaikan jenjang jabatana
Pasal 37 – 39
 Bagian ketiga mekanisme kenaikan pangkat dan
jenjang
Pasal 40 - 42
X. BAB X kebutuhan pns dalam jabatan fungsional
apoteker
Pasal 43 - 44
XI. BAB XI kopetensi
 Bagian kesatu standar kopetensi (pasal 45)
 Bagian kedua pengembangan kopetensi (pasal
46)
XII. BAB XII pemberhentian dari jabatan
Pasal 47 - 49
XIII. BAB XIII pemindahan kedalam jabatan lain dan
larangan rangkap jabatan
Pasal 50 -51
XIV. BAB XIV Tugas instansi Pembina
Pasal 52
XV. BAB XV organisasi profesi
Pasal 53 - 55
XVI. BAB XVI ketentuan peralihan
Pasal 56
XVII. BAB XVII ketentuan penutup
Pasal 57 -59
2. Standar kompetensi apoteker Standar kompetensi apoteker Indonesia dan kode etik
Indonesia dan kode etik apoteker
apoteker
3. PP 51 tahun 2009 tentang Isi PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
pekerjaan kefarmasian
No Materi Pembahasan
Kompetensi Khusus
1. Penilaian terhadap pemasok 1. Legalitas dan Kepatuhan Terhadap Standar, meliputi
terkait dokumen kefarmasian a. Sertifikat Distribusi
dalam kegiatan pengadaan b. Sertifikat CDOB
pembelian barang c. Dapat menunjukan Dokumen NIE produk yang di
edarkan
d. Dapat menunjukan COA produk yang di edarkan
2. Keandalan Suplay
a. Leadtime pengiriman akurat
b. Capaian target berdasarkan surat pesanan
3. Deskripsi produk dan spesifikasi
Ditunjukan dengan labeling dan sertifikat analisis dari
produsen produk
4. Pengelolaan mutu
Mampu menunjukan peningkatan mutu yang telah
dilakukan selama distributor berdiri dan evaluasi mutu
secara berkala.
5. Pelayana after seles service
2. Penyusunan surat pesanan Surat pesanan, penerimaan dan pelaporan
dalam rangka pengadaan 1. Surat pesanan meliputi
sediaan farmasi, alat a. Surat pesanan untuk obat otc dan etical
kesehatan, dan BMHP dalam Dibuat 2 rangkap
kegiatan pengadaan b. Surat pesanan untuk precursor
pembelian barang Dibuat 2 rangkap dan terpisah dari surat pesanan
obat lain selain golongan precursor
c. Surat pesanan untuk psikotropik
Dibuat minimal 3 rangkap, 1 surat pesanan hanya
untuk 1 jenis zat aktif
d. Surat pesanan untuk narkotik
Dibuat minimal 3 rangkap dan 1 surat pesanan
hanya untuk 1 jenis produk
2. Penerimaan
a. Kodisi kemasan diterima dengan keadaan baik,
tersegel, dan pelabelan dalam kondisi baik
b. Kesesuaian nama, bentuk sediaan, kekuatan dan isi
kemasan antara arsip surat pesanan dengan barang
yang diterima
c. Kesesuain obat yang diterima dengan faktur yang
diberikan atau surat pengiriman barang yang
meliputi kebenaran nama produsen obat, nama
distributor obat dan nama penerima. Nomer batch
dan ED produk
3. Pelaporan
a. Pencatan pada proses penerimaan barang ( faktur
dan sp)
No Materi Pembahasan
b. Penyimpanan (kartu stok)
c. Penyerahan (rekap resep internal dan tanda terima)
3. Pembuatan atau Coumponding menurut usp antara lain
compounding sediaan a. Penyiapan
farmasi b. Pencampuran
c. Pengumpulan
d. Pengemasan
e. Pelabelan produk

4. Pemeriksaan hasil Mengecek homogenitas produk, Variasi berat, Bau, Warna


pembuatan atau dan kejernihan
compounding sediaan Pelabelan untuk menandai dan menegaskan tanggal resep,
farmasi keseragaman sediaan dan identitas, kekuatan dan jumlah
5. Perencanaan kegiatan dan
kebutuhan sediaan yang
akan dikemas ulang
6. Pengemasan ulang sediaan
7. Pengujian mutu bahan baku
secara organoleptis
8. Pengujian bahan baku secara
kualitatif dan kuantitatif
9. Verifikasi dan pengesahan
berita acara penerimaan
sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP
10. Pengesahan berita acara
pengembalian barang atau
retur sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP yang
tidak sesuai dengan
persyaratan dan
spesifikasidalam penerimaan
barang
11. Stock opname dalam
penyimpanan barang
12. Pengkajian permintaan
sediaan farmasi, alkes, dan
BMHP
13. Pendistribusian sediaan
farmasi, alkes, dan BMHP
14. Verifikasi daftar usulan
pengahpusan sediaan
farmasi, alkes, BMHP yang
tidak memenuhi syarat
15. Penyusunan usulan
No Materi Pembahasan
pengahpusan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP
16. Pengkajian dan pelayanan
resep berupa telaah resep,
pemeriksaan dan penyerahan
obat disertai pemberian
informasi
17. Rekonsiliasi obat Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan
instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat
pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat.
Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah
Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan
sebaliknya. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat
adalah:
a. memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang
digunakan pasien;
b. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasinya instruksi dokter; dan
c. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terbacanya instruksi dokter.

Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:


a. Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi
Obat yang sedang dan akan digunakan pasien, meliputi
nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien
serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus
untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal
kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi
dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan. Data riwayat penggunaan Obat didapatkan
dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat
yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart.
Data Obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga)
bulan sebelumnya. Semua Obat yang digunakan oleh
pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk herbal
harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi Petugas kesehatan membandingkan data
Obat yang pernah, sedang dan akan digunakan.
Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana
No Materi Pembahasan
ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat
yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada
penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik
pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter
tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian,
maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal
lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
1) menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut
disengaja atau tidak disengaja;
2) mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan,
atau pengganti; dan
3) memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu
dilakukannya rekonsilliasi Obat.
d. Komunikasi Melakukan komunikasi dengan pasien
dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi Obat yang diberikan.
Pedoman teknis mengenai rekonsiliasi Obat akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
18. Konseling penggunaan obat Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat
atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor)
kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan
cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker
dan pasien;
b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap
pasien;
c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan
Obat;
d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
No Materi Pembahasan
penggunaan Obat dengan penyakitnya;
e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan;
f. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan
masalahnya dalam hal terapi;
h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan;
dan
i. membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan
Obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:
a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang
penggunaan Obat melalui Three Prime Questions;
c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
penggunaan Obat;
d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah pengunaan Obat;
e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek
pemahaman pasien; dan
f. dokumentasi.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat: 1.
Kriteria Pasien:
a. pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui);
b. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(TB, DM, epilepsi, dan lain-lain);
c. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan
instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan
tappering down/off);
d. pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi
sempit (digoksin, phenytoin);
e. pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi);
dan
f. pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
2. Sarana dan Peralatan:
a. ruangan atau tempat konseling; dan
b. alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
Pedoman teknis mengenai konseling akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal
19. Konseling obat pada pasien
dengan penyakit kronis
20. Konseling penggunaan obat
No Materi Pembahasan
khusus, seperti Anti Retro
Viral, hepatitis, TBC
21. Penelusuran dan pengkajian
catatan medik dalam
pemantauan terapi obat atau
PTO
22. Identifikasi kejadian efek
samping sediaan farmasi
dalam monitoring efek
samping sediaan farmasi
23. Pemantauan kondisi pasien
dalam monitoring efek
samping sediaan farmasi
24. Preparasi sediaan intravena
dalam dispensing sediaan
intravena
25. Preparasi sediaan
radiofarmaka
26. Sterilisasi sentral
27. Penerapan kajian
farmakoekonomi dan uji
klinik
28. Pelayanan farmasi khusus
29. BUD
KISI – KISI DAN PEMBAHASAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis yang sekitar 80% menyerang paru-paru. Kementerian Kesehatan melaporkan
terdapat 351,936 kasus Tubercolosis (TBC) yang ditemukan di Indonesia. Dimana dari data
tersebut disampaikan bahwa mayoritas penderita TBC berasal dari usia produktif sebanyak 17,3
%.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif melalui droplet pada saat batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Pemerintah melalui program nasional pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk
menanggulangi TBC, yakni dengan strategi DOTS (Direcly Observed Treatment Shortcourse).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni:
 Komitmen para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana)
 Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
 Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung pengawas menelan obat (PMO)
 Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
 Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TBC

Dalam pengobatan TBC, apoteker mempunyai banyak kesempatan untuk berperan dalam
pemberantasan TBC. Peran tersebut adalah mengedukasi pasien dalam hal:

1. Pentingnya adherence (kepatuhan berobat), motivasi agar penderita patuh, efek samping,
perilaku hidup sehat, dll

2. Peran dalam mendeteksi penderita TBC

3. Peran dalam memantau adherence penderita, adanya efek samping, adanya interaksi dengan
obat lain

4. Peran secara keseluruhan, apoteker harus berperan secara aktif mencegah terjadinya resistensi,
kekambuhan, kematian

A. Konseling

Three Prime Question merupakan pertanyaan yang dapat diberikan dalam konseling kepada
penderita TBC pada kunjungan pertama. Tujuan three prime question yakni:

1. Agar tidak terjadi tumpang tindih informasi, perbedaan informasi dan melengkapi informasi
yang belum diberikan oleh dokter sesuai kebutuhan

2. Agar dapat menggali fenomena puncak gunung es dengan memakai pertanyaan terbuka

3. Agar menghemat waktu dalam hal menjelaskan obat.

Three Prime Question meliputi:


1. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat Anda

2. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat ini?

Perlu dipastikan agar penderita tahu:

- Bahwa pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu lama (6-12 bulan)

- Bila patuh minum obat dalam 2-4 minggu penderita akan merasa nyaman, tetapi obat masih
harus diteruskan sampai dokter menghentikannya.

- Bahaya bila tidak patuh yaitu resistensi obat

- Akibat dari resistensi kuman

- Efek samping yang mungkin akan dialami serta tindakan yang perlu diambil jika
mengalaminya

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Perlu dicek apakah dokter memberikan informasi berikut ini:

- INH, rifampicin sebaiknya diminum pada saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan)

- Bila pencernaan terganggu (mual dsb), maka obat dapat minum 2 jam sesudah makan

- Ethambutol dan pirazinamid sebaiknya diminum saat perut isi (setelah makan)

- Bila perlu minum antasida beri antara beberapa jam

- Bila lupa minum obat, maka segeralah minum obat ketika ingat (dengan catatan: jarak waktu
minum obat tidak terlalu jauh dari jadwal seharusmya minum obat). Sehingga pasien tidak perlu
minum 2 dosis obat untuk mengejar ketertinggalan jadwal karena sebelumnya sempat lupa
minum obat.
Beberapa contoh penjelasan yang dapat diberikan :

Bagaimana cara meminum OAT

- Jelaskan jumlah obat yang harus ditelan setiap dosis per harinya

- Cara minum obat (ditelan, diminum dengan air banyak, dll)

- Jadwal minum obat misalnya OAT diminum setiap hari pada pagi hari sebelum makan

Bagaimana kalau lupa minum obat

Jelaskan jika jarak waktu antara ingat harus minum lebih dekat dengan jadwal seharusnya, maka
segera minum obat. Namun jika jarak waktu ingat minum obat lebih dekat dengan jadwal
berikutnya maka minum obat sesuai jadwal berikutnya.

Apa akibatnya bila lupa minum OAT

Jelaskan apa yang terjadi apabila obat tidak minum secara teratur, misalnya pengobatan akan
gagal atau obat yang ada tidak akan mampu lagi mengobati penderita. Jika terjadi demikian
maka diperlukan obat yang lebih mahal dan belum tentu tersedia ditempat pengambilan obat
biasanya

Apa yang dilakukan jika terjadi efek samping

Jelaskan agar segera menghubungi petugas puskesmas, rumah sakit, dokter atau apoteker
terdekat apabila mengalami efek samping seperti:

- Kemerahan pada kulit

- Kuning pada mata dan kulit

- Gejala seperti flu( demam, kedinginan dsn pusing)

- Nyeri dan pembengkakan sendi terutama pada sendi pergelangan kaki dan pergelangan tangan
- Gangguan penglihatan

- Gangguan penglihatan dan pendengaran

- Rasa mual sampai muntah

Dimana menyimpan OAT

Simpan OAT di tempat yang mudah dilihat agar tidak lupa menelan sebagai contoh didekat meja
makan atau tempat tidur namun jangan disimpan ditempat yang lembab dan panas seperti dapur,
dekat kamar mandi, atau jendela yang terkena cahaya matahari langsung agar OAT tidak rusak
sebab OAT tidak tahan terhadap lembab dan panas serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Apa tanda-tanda obat rusak

Jelaskan mengenai tanda-tanda OAT rusak (tablet berubah warna, lembap, pecah, lapisan
aluminium penutup ablet bocor, serbuk dalam bungkus lembab, berubah warna, lengket, suntikan
berubah warna, ada bagian yang tidak larut/mengendap ketika ditambah aqua pro injeksi, keruh
atau ada partikel berwarna)

Anda mungkin juga menyukai