Anda di halaman 1dari 15

KEDATANGAN BANGSA EROPA DI INDONESIA

OLEH: I PUTU ARYANA RAI

DAFTAR ISI
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

URAIAN MATERI
A. KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
B. PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DI INDONESIA

TUGAS
DAFTAR PUSTAKA

1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1 Untuk memahami modul ini, bacalah dengan cermat seluruh isi modul.
2 Gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kalian dalam memahami proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Islam serta Pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia.

KOMPETENSI DASAR
3.5. Menganalisis proses masuk dan perkembangan kedatangan
bangsa Barat (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) ke Indonesia.
4.5. Mengolah informasi tentang proses masuk dan perkembangan
penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) ke
Indonesia
3.6. Menganalisis dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan
pendidikan pada masa penjajahan bangsa Barat.
4.6. Menalar dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan
pada masa penjajahan bangsa Barat.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


1. Melalui pembelajaran daring (E-Learning) berbantuan Google
classroom, peserta didik mampu menganalisis proses masuk dan
perkembangan penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris) ke Indonesia.
2. Melalui pembelajaran daring (E-Learning) berbantuan Google
classroom, peserta didik mampu menganalisis dampak politik,
budaya, sosial, ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan
bangsa Eropa, serta pengaruhnya terhadap lahirnya pergerakan
nasional dan peristiwa sumpah Pemuda.
3. Melalui pembelajaran daring (E-Learning) berbantuan Google
classroom, peserta didik mampu menganalisis peristiwa proklamasi
kemerdekaan dan pembentukan pemerintahan pertama Republik
Indonesia, serta maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan pendidikan bangsa Indonesia.
4. Melalui pembelajaran daring (E-Learning) berbantuan Google
classroom, peserta didik mampu mengolah informasi kemudian
menyajikannya dalam bentuk makalah tentang proses masuk dan
perkembangan penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris) ke Indonesia.

MATERI: PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DI INDONESIA

A. Proses masuk dan perkembangan penjajahan Bangsa Barat di Indonesia

1. Latar belakang kedatangan bangsa Barat ke Indonesia


Setelah jatuhnya Konstantinopel tahun 1453 ke tangan Turki Usmani, akses
bangsa-bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah di
kawasan Laut Tengah menjadi tertutup. Harga rempah-rempah melambung sangat

2
tinggi di pasar Eropa. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari dan menemukan
daerah-daerah penghasil rempah-rempah ke Timur. Mulailah periode petualangan,
penjelajahan, dan penemuan dunia baru. Upaya tersebut mendapat dukungan dan
partisipasi dari pemerintah dan para ilmuwan. Portugis dan Spanyol dapat
dikatakan sebagai pelopor petualangan, pelayaran dan penjelajahan samudra untuk
menemukan dunia baru di timur. Portugis juga telah menjadi pembuka jalan
menemukan Kepulauan Nusantara sebagai daerah penghasil rempah-rempah.

2. Jalur pelayaran bangsa Barat ke Indonesia.

3. Proses masuknya bangsa Barat ke Indonesia.


a. Portugis
Proses masuknya bangsa Portugis ke Indonesia diawali dengan penjelajahan
samudra. Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa Portugis sebagai berikut:
 Bartolomeus Diaz
Tahun 1487, Bartholomeus Diaz melakukan pelayaran mencari daerah
Timur dengan menelusuri pantai barat Afrika. Pada tahun 1488 karena
serangan ombak besar terpaksa Bartholomeus Diaz mendarat di suatu Ujung
Selatan Benua Afrika. Tempat tersebut kemudian dinamakan Tanjung
Harapan. Ia tidak melanjutkan penjelajahannya tetapi memilih bertolak
kembali ke negerinya.
 Vasco da Gama
Pada Juli 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon untuk
memulai penjelajahan. Berdasarkan pengalaman Bartholomeus Diaz itu,
Vasco da Gama juga berlayar mengambil rute yang pernah dilayari
Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama juga singgah di Tanjung
Harapan. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang telah disewanya,
rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan, berlayar menelusuri
pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi Lautan
Hindia (Samudra Indonesia). Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama
mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di pantai barat India. Ada
pemandangan yang menarik dari kedatangan rombongan Vasco da Gama
ini. Mereka ternyata sudah menyiapkan patok batu yang disebut batu
padrao. Batu ini sudah diberi pahatan lambang bola dunia. Setiap daerah
yang disinggahi kemudian dipasang patok batu padraosebagai tanda bahwa
daerah yang ditemukan itu milik Portugis. Bahkan di Goa, India Vasco da
3
Gama berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan benteng.
Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja Portugis, Vasco da Gama
diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis.Setelah
beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis menyadari bahwa
India ternyata bukan daerah penghasil rempah-rempah.
 Alfonso de Albuquerque
Bangsa Portugis yang telah mendengar bahwa Malaka merupakan kota
pusat perdagangan rempah rempah. Oleh karena itu, dipersiapkan ekspedisi
lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Dengan armada
lengkap Alfonso de Albuquerque berangkat untuk menguasai Malaka. Pada
tahun 1511 armada Portugis berhasil menguasai Malaka. Dengan demikian
kekuatan Portugis semakin mendekati Kepulauan Nusantara. Orang-orang
Portugis pun segera mengetahui tempat buruannya “mutiara dari timur”
yakni di Kepulauan Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku.

b. Spanyol
Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol
mengadakan penjelajahan samudra. Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa
Spanyol sebagai berikut:
 Christophorus Columbus (1451-1506)
Sebelum berangkat Columbus menghadap kepada Ratu Isabella untuk
mendapat dukungan termasuk fasilitas. Ratu Isabella mengizinkan dan
menyediakan tiga kapal dengan segala perlengkapannya. Ratu Isabella juga
menyediakan hadiah apabila misi Columbus dapat berhasil. Atas dasar
keyakinan bahwa bumi itu bulat maka Columbus dengan rombongannya
optimis berhasil menemukan daerah baru di timur. Pada tanggal 3 Agustus
1492, Columbus berangkat dari pelabuhaan Spanyol berlayar menuju arah
barat. Pada tanggal 6 September tahun yang sama, rombongan Columbus
sampai di Kepulauan Kanari di sebelah barat Afrika. Ekspedisi penjelajahan
samudra dilanjutkan dengan mengarungi lautan luas yang dikenal ganas,
yakni Samudra Atlantik. Salah satu kapalnya rusak. Para anggota ekspedisi
hampir putus asa. Namun Columbus terus memberi semangat bagi anggota
rombongannya. Setelah sekitar satu bulan lebih berlayar, tanggal 12
Oktober 1492 rombongan Columbus berhasil mendarat di pantai bagian dari
Kepulauan Bahama. Columbus mengira bahwa ekspedisinya ini sudah
sampai di Tanah Hindia. Oleh karena itu, penduduk yang menempati daerah
itu disebut orang-orang Indian. Tempat mendarat Colombus ini kemudian
dinamakan San Salvador. Berikutnya rombongan Columbus kembali
berlayar dan mendarat di Haiti. Merasa ekspedisinya telah berhasil maka
rombongan Columbus bertolak kembali ke Spanyol untuk melapor kepada
Ratu Isabella. Tahun 1493 Columbus sampai kembali di Spanyol.
Kedatangan Columbus dan rombongan disambut dengan suka cita. Bahkan
dengan keberhasilannya mendarat di Kepulauan Bahama dan Haiti,
Columbus diakui sebagai penemu daerah baru yakni Benua Amerika.
 Ferdinand Magelhaens (1480-1521)
Keberhasilan pelayaran Columbus menemukan daerah baru telah
mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan samudra ke
timur. Apalagi Columbus belum berhasil menemukan daerah penghasil

4
rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh
Magellan/Magalhaes atau umum menyebut Magelhaens. Ia juga disertai
oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano.
Berdasarkan catatan-catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan
mengambil jalur yang mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar
Magellan beserta rombongan mendarat di ujung selatan benua yang
ditemukan Columbus (Amerika). Di tempat ini terdapat selat yang agak
sempit yang kemudian dinamakan Selat Magellan.Melalui selat ini
rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik dan
memasuki Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif tenang. Setelah
sekitar tiga bulan lebih rombongan Magellan berlayar akhirnya pada Maret
1521 Magellan mendarat di Pulau Guam. Rombongan Magellan kemudian
melanjutkan penjelajahannya dan pada April 1521 sampai di Kepulauan
Massava atau kemudian dikenal dengan Filipina. Magellan menyatakan
bahwa daerah yang ditemukan ini sebagai koloni Spanyol. Tindakan
Magellan dan rombongan ini mendapat tantangan penduduk setempat
(orang-orang Mactan). Terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak.
Dalam pertempuran dengan penduduk setempat itu rombongan Magellan
terdesak bahkan Magellan sendiri terbunuh. Rombongan Magellan yang
selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka di bawah pimpinan
Sebastian del Cano terus berlayar ke arah selatan.
 Juan Sebastian del Cano (1480-1522)
Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka
di bawah pimpinan Sebastian del Cano terus berlayar ke arah selatan. Pada
tahun 1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang ternyata
tempat penghasil rempah-rempah. Tanpa berpikir panjang kapal-kapal
rombongan del Cano ini dipenuhi dengan rempah-rempah dan terus bertolak
kembali ke Spanyol. Dikisahkan bahwa atas petunjuk pemandu orang
Indonesia kapal-kapal rombongan del Cano ini berlayar menuju ke arah
barat, sehingga melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan dan diteruskan
menuju Spanyol. Dengan penjelajahan dan pelayaran yang dipimpin oleh
Magellan itu maka sering disebut-sebut bahwa tokoh yang berhasil
mengelilingi dunia pertama kali adalah Magellan.

c. Belanda
Pada tahun 1580 Spanyol melarang orang-orang Belanda membeli rempah-
rempah di pelabuhan Lisabon. Karena dirugikan oleh Spanyol, maka orang-
orang Belanda melakukan penjelajahan untuk mencari jalan kepusat penghasil
rempah-rempah. Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa Belanda antara
lain:
 Cornelis de Houtman (1595 masehi)
Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yakni Cornelis de Houtman dan
Piter de Keyser memulai pelayaran. Kedua pelaut ini bersama armadanya
dengan kekuatan empat kapal dan 249 awak kapal beserta 64 pucuk meriam
melakukan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk mencari tanah Hindia
yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Cornelis de Houtman
mengambil jalur laut yang sudah biasa dilalui orang-orang Portugis. Tahun
1596 Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai Kepulauan

5
Nusantara. Ia dan rombongan mendarat di Banten. Sesuai dengan niatnya
untuk berdagang maka kehadiran Cornelis de Houtman diterima baik oleh
rakyat. Waktu itu di Kerajaan Banten bertepatan dengan masa pemerintahan
Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan
Banten yang begitu strategis dan adanya hasil tanaman rempah-rempah di
wilayah itu Cornelis de Houtman berambisi untuk memonopoli
perdagangan di Banten. Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku
kasar, orangorang Belanda memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak dapat
diterima oleh rakyat dan penguasa Banten. Oleh karena itu, rakyat mulai
membenci bahkan kemudian mengusir orang-orang Belanda itu. Cornelis de
Houtman dan armadanya segera meninggalkan Banten dan akhirnya
kembali ke Belanda.
 van Heemskerck dan Jacob van Neck
Ekspedisi penjelajahan berikutnya segera dipersiapkan untuk kembali
menuju Kepulauan Nusantara. Rombongan kali ini dipimpin antara lain oleh
van Heemskerck. Tahun 1598 van Heemskerck dengan armadanya sampai
di Nusantara dan juga mendarat di Banten. Heemskerck dan anggotanya
bersikap hati-hati dan lebih bersahabat. Rakyat Banten pun kembali
menerima kedatangan orang-orang Belanda. Belanda mulai melakukan
aktivitas perdagangan. Kapal-kapal mereka mulai berlayar ke timur dan
singgah di Tuban. Dari Tuban pelayaran dilanjutkan ke timur menuju
Maluku. Di bawah pimpinan Jacob van Neck mereka sampai di Maluku
pada tahun 1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik
oleh rakyat Maluku. Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan
orang-orang Portugis. Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di
Maluku ini mendapatkan keuntungan yang berlipat. Dengan demikian
semakin banyak kapal-kapal dagang yang berlayar menuju Maluku.

d. Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan
Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magelhaens, pada
tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil
membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera
Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas
Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan
pelayaran internasionalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan
ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah.
Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian
Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim
armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil
melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai
Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke-17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan

6
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang
barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan
aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota
perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

B. Berkembangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia


1. VOC
VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia
Timur. Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”,
ditambah 17 orang pengurus harian yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki
hak khusus yang diberikan parlemen Belanda:
Membuat perjanjian dengan raja-raja setempat
Menyatakan perang dan perdamaian
Membuat senjata dan benteng
Mencetak uang
Mengangkat dan memberhentikan pegawai
Mengadili perkara
Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di
Ambon. Misi utamanya adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan
dengan pedagang Eropa. Ketika Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur
jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke Jayakarta. Selain melakukan monopoli,
VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak langsung (indirect rule). Tidak
berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.
dengan faktor-faktor berikut:
Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah
VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)
Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen
Perang Belanda melawan Inggris
Jatuhnya kongsi dagang VOC di India dan adanya kebebasan pelayaran
Inggris ke Indonesia

2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun
kalah sehingga membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris.
Napoleon Bonaparte, pemimpin Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon
untuk memimpin Belanda. Louis kemudian mengangkat Herman Willem Daendels
sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sejak 1808. Tugas utamanya adalah
untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada masa pemerintahannya,
Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong kepada
kediktatoran. Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara
Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak tenaga dengan
sistem rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik
kembali agar citra Hindia Belanda tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan
Daendels membua dampak buruk. Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan

7
demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda dengan ditandai oleh Kapitulasi
Tuntang.

3. Penjajahan Iggris
Tahun 1811-1816, Indonesia di bawah Inggris. Thomas Stamford Raffles
diangkat sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama
pemerintahan Raffles adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tindakannya
yang popular adalah mencetuskan sistem sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak
membebani rakyat, namun kondisi di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles
mengakhiri masa jabatannya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan
kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil
keputusan bahwa sebagai benteng menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka,
dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan Indonesia dikembalikan kepada
Belanda.

4. Belanda
Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru saja
dikembalikan ke Inggris, pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi
tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan Van der
Capellen sebagai anggota. Setelah komisi dibubarkan, Van der Capellen diangkat
sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif, dalam arti
menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC:
a. Masa Tanam Paksa
Ketika Van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun
1830 dia menciptakan peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ (cultuur
stelsel). Tujuannya untuk mendapatkan untung guna menutup defisit keuangan
negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa adalah:
Defisit anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia
dan perang diponegoro
Keadaan di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu
Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa:
Penduduk wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan
pemerintah
Tanah tersebut dibebaskan dari pajak
Tanah tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun
Risiko penanaman ada pada pemerintah
Hasil tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan
mendapat ganti rugi
Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah
Waktu yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi
waktu menanam padi
Penyimpangan Tanam Paksa:
Tanah yang ditanami lebih dari 1/5 lahan
Tanah yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak
Banyak petugas yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-
banyaknya
Tanah yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur

8
Akibat penyimpangan:
Bagi Bangsa Indonesia
- Menimbulkan kesengsaraan
- Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang
meninggalkan tanahnya sehingga makin sengsara
Bagi Belanda
- Memperoleh keuntungan yang sangat besar
- Timbul penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal
dan golongan etis

b. Politik Liberal Kolonial


Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga mereka
mempunyai peluang untuk menciptakan undang-undang dasar guna membatasi
kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar undang-undang de Waal:
 Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus
dilakukan oleh pengusaha swasta, tidak dengan sistem tanam paksa
 Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa gubernur jenderal dan
rakyat dilarang menjual tanah kepada orang asing, tetapi dapat
menyewakannya selama 75 tahun. Ini merupakan awal yang baik walaupun
dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia
Belanda.

C. Perubahan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Akibat Kedatangan Bangsa


Barat ke Indonesia
Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan
tatanan politik, sosial, ekonomi, dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a. Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern. Para
Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan
bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi
alat kekuasaan pemerintah kolonial. Belanda dan Inggris juga melakukan
intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan
sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite
kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak bagi
bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya
perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan
syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai
sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah.
Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh
orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi
pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara
memeliharanya.
c. Budaya
 Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat
penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, meruntuhkan
kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
9
 Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan
dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
 Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun
bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku
Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito
manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab
Wedatama, dan lain-lain.

D. Perlawanan di Berbagai Daerah dalam Menentang Dominasi Asing


1. Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun Sultan Baabulah
(1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak berhasil, penyebabnya
adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate, Tidore, dan Nuku. Kekuatan
Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa Belanda yang lebih kuat.
2. Pelawanan Rakyat Mataram
Sultan Agung yang memiliki cita-cita mempersatukan pulau Jawa, berusaha
mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan pada tahun 1628 dan
1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya yang belum
matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan lainnya.
3. Perlawanan Rakyat Makasar
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan Arupalaka dari Bone, memberi
jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan-kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk
memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddin menduduki Sumbawa,
sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian Timur dapat dikuasai. Hal ini
dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam perdagangan. Pertempuran
antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin Cornelis Speelman selalu
dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda meminta bantuan
Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan Sultan
Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang berisi:
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada VOC berdagang di
Makasar dan Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian Timur, dengan
pusat Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki Sultan Hasanuddin
dikembalikan kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja Bone.
4. Perlawanan Rakyat Banten
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang bergelar Sultan Haji
sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan Banten dengan
mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera menarik
kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta bantuan VOC
di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan bantuan
VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan sebagian
wilayah Banten kepada VOC.
5. Perang Paderi (1821 – 1837)
Dilatarbelakangi konflik antara kaum agama dan tokoh-tokoh adat Sumatera
Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk mengajarkan Islam kepada
warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan Islam, yang
bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat serta menentang
10
aspek-aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam. Tujuan ini tidak dapat
dilaksanakan sepenuhnya karena kaum adat yang tidak ingin kehilangan
kedudukannya, serta adat istiadatnya menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan
pandangan ini menyebabkan perang saudara serta mengundang kekuatan Inggris
dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta bantuan kepada Inggris
yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa daerah di pesisir barat
setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat itu telah menguasai daerah
pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan berdasarkan agama. Pada
tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris.
Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam menghadapi golongan
Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak menandatangani perjanjian. Sesuai
perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan pasukannya untuk menyerang
kaum Paderi.
6. Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat terhadap kebijakan-
kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan Yogyakarta. Belanda
seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya, di Keraton Mataram
terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro diangkat menjadi anggota
Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena sikapnya yang kritis
yang dianggapnya terpengaruh budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena
itu, dia pergi dari keraton dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya. Suatu ketika, Belanda
akan membuat jalan Yogyakarta-Magelang. Jalan tersebut menembus makam
leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok penanda jalan
dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke Tegalrejo pada
tanggal 25 Juni 1825. Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di
Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah-daerah. Tokoh-tokoh yang
bergabung antara lain: Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo, dan
Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat
dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
7. Perang Aceh
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat London pada 1824,
karena Terusan Suez dibuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh menjadi
Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk mengantisipasi
hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada tahun 1871.
Aceh mencari bantuan ke luar negeri. Belanda yang merasa takut disaingi
menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya di Nusantara. Namun Aceh
menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke Kutaraja yang dipimpin
oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut gagal dan Jendral J.H.R
Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh. Serangan ke-2 dilakukan pada
Desember 1873 dan berhasil merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan
Letnan Jendral Van Swieten. Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara
keseluruhan belum dapat ditaklukkan. Karena itu, Belanda mengirim Snouck
Hurgronye untuk menyelidiki masyarakat Aceh.
8. Perang Bali

11
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung, yang mengadakan perjanjian dengan
Belanda pada tahun 1841. Dia menyatakan bahwa kerajaan Klungkung, yang
berada di bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera, adalah suatu negara yang
bebas dari kekuasaan Belanda. Pada tahun 1844, perahu dagang Belanda terdampar
di Prancak, wilayah kerajaan Buleleng, dan terkena hukum Tawan Karang, yang
memihak penguasa kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada tahun 1848,
Belanda menyerang kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke-2 pada tahun 1849, di bawah pimpinan Jendral Mayor A.V Michies
dan Van Swieeten berhasil merebut benteng kerajaan Buleleng di Jagaraga.
Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga. Setelah Buleleng ditaklukkan,
banyak terjadi perang puputan antara kerajaan-kerajaan Bali dengan Belanda untuk
mempertahankan harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906),
Puputan Kusamba (1908), dan Puputan Klungkung (1908).
9. Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan Banjarmasin-Belanda
pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857. Sepeninggal Sultan Adam,
terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok : Kelompok Pangeran Tamjid Illah,
cucu Sultan Adam.
Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin pada tahun 1859 yang
dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang anti Belanda.
Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah.
Pada tahun 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke Cianjur. Dalam
pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran Antasari tewas.

TUGAS
Merujuk pada materi modul di atas, Buatlah soal Essay beserta Kunci jawabannya, dengan
rincian sebagai berikut:
a. 50 soal essya beserta Kunci jawaban terkait materi Proses Masuk dan Perkembangan
Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia dan materi Dampak Politik, Budaya, Sosial,
Ekonomi, dan Pendidikan dari Penjajahan Bangsa Barat terhadap Indonesia.
b. Buatlah Makalah tentang Perlawanan-perlawanan terhadap Belanda yang terjadi
di sekitar wilayah kalian.
c. Tugas diketik pada microsoft word dan dikumpulkan pada Ruang Pengumpulan
Tugas di google classroom.
d. Waktu pengerjaan Tugas selama 2 kali pertemuan (2 Minggu).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 1978. Manusia dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: LP3ES.
--------, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 1 (Masa Praaksara).
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
--------, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4 (Kolonisasi dan
Perlawanan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve bekerja sama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.

12
--------, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa Pergerakan
Kebangsaan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve bekerja sama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
--------, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi).
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta:
Hasta Mitra
Adam, Cindy. 1984. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (alih bahasa: Abdul
Bar Salim). Jakarta: Gunung Agung.
Alfarizi, Salman. 2009. Mohammad Hatta: Biografi Singkat (1902 - 1980), Yogyakarta:
Garasi.
Amurwani Dwi L (dkk).2014.Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK Kelas X Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Bachtiar, Harsya w. , Peter B.R. Carey, Onghokham. 2009. Raden Saleh: Anak Belanda,
Mooi Indie dan Nasionalisme. Jakarta: Komunitas Bambu.
Waanders Drukkers Carey, Peter, (2011), Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir
Tatanan Lama di Jawa , 1785-1855, (alih bahasa Parakitri T. Simbolon), Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Elson, R. E.. 2009. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta.
Hering, Bob. 2003. Mohammad Hoesni Thamrin. Jakarta: Hasta Mitra
Herkusumo, Arniati Prasedyawati. 1982. Chuo Sangi In, Jakarta: Rosda Jayaputra.
Ingleson, John, 1983. Jalan Pengasingan. (alih bahasa: Zamakhsyari Dhofier). Jakarta:
LP3ES.
Kahin, George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia, (alih bahasa Tim
Komunitas Bambu, Depok: Komunitas Bambu.
Kartasasmita, Ginandjar. A. Prabowo. Bambang Kesowo et.al. 1995. 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1945-1960. Jakarta: Sekretariat Negara.
Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengatar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional
dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2, Jakarta: Gramedia.
Komandoko, Gamal. 2008 Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa, Yogyakarta:
Medpress Lembaga Soekarno-Hatta. 1986. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar
1945 dan Pancasila, Jakarta: Idayu Press.
Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010. Sejarah Indonesia:
Perspektif Lokal dan Global, Yogyakarta: Ombak.
Maryoto, Andreas. 2009. Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan.
Jakarta: Kompas.
Miert, Hans van. 2003. Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di
Indonesia 1918-1930. Jakarta: Hasta Mitra.
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke 20, Jilid I, Yogyakarta: Kanisius
Nagazumi, Akira, 1989, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908 - 1918, ( alih
bahasa: KITLV-LIPI), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Nasution, A.H. 1977, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia I., Bandung: Angkasa.
Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 - 1942, Jakarta: LP3ES.
Nordholt, Henk Schulte (ed). 1997. Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan.
Yogyakarta: LKIS.
Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia,
Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan.
Panitia Penyusun Sejarah Brigade Ronggolawe. 1985. Pengabdian Selama Perang
Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe. Aries Lima.

13
Parakitri T. Simbolon, (2007), Menjadi Indonesia, Jakarta : Kompas.
Poseponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1984, Sejarah Nasional
Indonesia 1 , Jakarta: Balai Pustaka.
Sardiman A.M. (2008), Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman, Yogyakarta:
Ombak.
--------,. dan Kusriyantinah, (1996), Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Surabaya :
Kendang Sari.
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III, Yogyakarta: Kanisius.
Tarunasena M, 2009, Sejarah 1: Untuk SMA/MA Kelas X, Semester 1 dan 2 Program IPS,
Jakarta: Pusat Perbukuan

14

Anda mungkin juga menyukai