Kelompok 4
Studi Kasus 1. Jadi Tersangka KPK, Anak buah Walikota “Cappadocia” : Ini Bentuk Kesetiaan
Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan Pemkot “Cappadocia” Bapak Edo mengaku hanya
membantu Walikota “Cappadocia” nonaktif Bapak Robert dalam pengadaan proyek. Apalagi dalam
kepegawaian ada indikator soal loyalitas. “Yang penting ini, bagi orang seperti saya entah nanti
Kementerian “Zalam Negeri” atau bagian yang mengurusi masalah kepegawaian mungkin perlu ada
definisi atau redifinisi atau mungkin pemberian batasan batasan yang jelas tentang makna kesetiaan
atau loyalitas, yang jadi salah satu indicator bagi pegawai untuk dinilai tentang kesetiaan dan
loyalitasnya itu” ujar Bapak Edo usai diperiksa penyidik KPK di Gedung KPK, Jakarta.
“Soalnya kalau tidak ada definisi yang jelas nanti ya, banyak yang sepert saya gitu”, tambah Bapak
Edo yang menyandang status tersangka kasus suap prpyek yang dilakukan Walikota “Cappadocia”
nonaktif Bapak Robert. Bapak Edo mengaku melakukan hal tersebut sebagai bentuk kesetiaan
terhadap pimpinannya. Sehingga dia meminta perlu ada definisi yang jelas soal makna kesetiaan
atau loyalitas indikator penilaian pegawai.
“Ya kan saya melakukan ini kan sebagai bentuk kesetiaan saya kepada pimpinan. Nah ini bener tidak
seperti itu, ini tolong didefinisikan yang lebih jelas dan tegas”, ucap Bapak Edo. Selain itu, Bapak Edo
mengatakan Wakil Wali kota “Cappadocia” Bapak Paijo saat diperiksa penyidik KPK hanya dimintai
konfirmasi posisi dirinya di Pemkot “Cappadocia”. Namun ia mengaku tidak mengetahui apakah
Bapak Paijo mengaku proses pengadaan proyek seniali Rp. 5,26 miliar yang dimenangi “PT. Dodo”.
“Itu menjelaskan kedudukan saya mungkin, saya nggak tahu pasti,” ujar Bapak Edo. Dalam kasus ini,
Wali Kota “Cappadocia” nonaktif Bapak Robert ditangkap terkait kasus suap proyek senilai Rp. 5,26
miliar, yang dimenangi “PT. Dodo”. Bapak Robert mendaptkan komisi 10 persen atau Rp. 500 juta
dari proyek yang dianggarkan kota “Cappadocia” pada 2017 itu.
Dari OTT tersebut, KPK menyita uang tunai Rp. 200 Juta yang diberikan kepada Bapak Robert.
Sedangkan Rp. 300 Juta sebelumnya diberikan untuk keperluan penulasan mobil Toyota Alphard
milik Bapak Robert. Kpk juga menyita uang tunai Rp. 100 juta yang diberikan tersangka pengusahan
Bapak Ferdi kepada Kepala Bagian Layanan dan Pengadaan Pemkot “Cappadocia” Bapak Edo sebagai
panitia pengadaan. Ketiganya kemudian ditetapkan sebagai tersangka.
Loyalitas karyawan menunjukkan suatu keinginan yang kuat untuk menjadi anggota
organisasi, keinginan menuju level keahlian tinggi atas nama organisasi, suatu
kepercayaan tertentu di dalam, dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan diantaranya :
a. Umur
b. Masa kerja dalam organisasi
c. Pembayaran gaji
d. Desain kerja
e. Gaya kepemimpinan
f. Karakteristik pekerjaan
g. Perlakuan organisasi terhadap karyawan
h. Promosi jabatan
i. Kemampuan, pelatihan, dan pemberian insentif bagi karyawan yang berprestasi
terbaik.
Pramesti (2009) menjelaskan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas
karyawan terhadap perusahaan, yaitu :
a. Atribut-atribut personal (personal atributs), seperti usia individu, jenis kelamin,
pendidikan,
b. Faktor organisasional (organizational factors), seperti besar kecilnya organisasi
dan sentralisasi otonomi, serta
c. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peran (role-related factor), seperti beban
pekerjaan dan keterampilan bawahan.
Menurut Meyer dan Smith dalam Spector (2000), ada tiga komponen loyalitas
karyawan yaitu:
1. Loyalitas kerja afektif, yaitu loyalitas sebagai keterikatan afektif/psikologis
karyawan terhadap pekerjaannya. Loyalitas ini menyebabkan karyawan bertahan
terhadap suatu pekerjaan karena mereka menginginkannya.
2. Loyalitas kerja kontinue, mengarah pada perhitungan untung rugi pada diri
karyawan sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan dan
meninggalkan pekerjaannya. Artinya, loyalitas di sini dianggap sebagai persepsi
harga yang harus dibayar jika karyawan meninggalkan pekerjaannya. Loyalitas ini
menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka
membutuhkannya.
3. Loyalitas kerja normatif, yaitu loyalitas sebagai kewajiban untuk bertahan dalam
pekerjaan. Loyalitas ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan
karena mereka merasa wajib melakukannya serta didasari pada adanya
keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan masalah moral.
Menurut Armansyah (2002:3), loyalitas organisasi sebagai kekuatan yang bersifat
relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian
organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu:
a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
b. Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama
organisasi.
c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi
bagian dari organisasi).
Terdapat 3 (tiga) Panduan Perilaku Loyal dalam Core Value ASN, berikut merupakan
contoh tindakan yang dapat dilakukan di Instansi sebagai perwujudan dari masing-
masing panduan perilaku loyal tersebut.
Pada studi kasus diatas, tersangka mengatakan bahwa apa yang telah dilakukannya
merupakan bentuk loyalitas kepada atasan dan tidak mengetahui batasan tentang
makna loyalitas. Oleh karena itu, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan loyalitas :
1. Perlu adanya kajian dan evaluasi terkait pekerjaan atau jabatan yg ada disebuah
organisasi/institusi
2. Pimpinan perlu memperhatikan yang lebih terhadap kepuasan karyawan/staff
3. Melibatkan staff dalam berbagi pelatihan dengan bidang tugasnya masing-masing
khususnya tentang loyalitas dan indikator loyalitas.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan sifat loyalitas ASN
kepada Bangsa dan Negara, seperti yang disebutkan pada ciri/karakter loyalitas ASN
yaitu “berani mengutarakan ketidaksetujuan”. Pada kasus diatas, tersangka
melakukan tindak pidana tersebut sebagai bentuk loyalitas kepada atasan. Namun
ketika perintah atasan tidak sejalan dengan visi organisasi dalam hal ini kasus suap
dimana perintah tersebut hanya untuk kepentingan pribadi dan bentuk memperkaya
diri atasan, maka sebagai ASN yang BerAKHLAK hendaknya berani mengutarakan
ketidaksetujuan dan mengdepankan loyalitas kepada organisasi/bangsa dan negara
bukan loyalitas kepada atasan.
Berikut ini merupakan beberapa upaya untuk meningkatkan loyalitas dari beberapa
pendapat yaitu :
1. menurut Putra (2021) terdapat 3 (tiga) upaya dalam miningkatkan loyalitas ASN
diantaranya :
a) Menciptakan budaya kekeluargaan
b) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
Produktivitas dan mutu kerja karyawan dipengaruhi oleh lingkungan kerja
yang kondusif. Beberapa strategi dibutuhkan untuk merancang lingkungan
kerja yang kondusif dalam memenuhi tujuan organisasi yaitu tercapainya
mutu dan produktivitas tinggi.
c) Melakukan scanning
Scanning bertujuan untuk mengetahui potensi sehingga tempat kerja akan
memberikan program dan tugas yang sesuai dengan potensi ASN tersebut.
5. Menurut Sopiah (2008:159), cara yang bisa dilakukan untuk membangun loyalitas
karyawan pada organisasi, adalah:
a. Make it charismatic (jadikan visi dan misi organisasi berkarismatik). Jadikan visi
dan misi organisasi sebagai sesuatu yang karismatik, sesuatu yang dijadikan dasar
bagi setiap karyawan dalam berperilaku, bersikap dan bertindak.
b. Build the tradition (segala sesuatu dijadikan tradisi). Segala sesuatu yang baik di
organisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi yang terus menerus dipelihara, dijaga
oleh generasi berikutnya.
c. Have comprehensive grievance procedure (memiliki prosedur untuk mengatasi
keluhan secara menyeluruh). Bila ada keluhan atau komplain dari pihak luar
ataupun dari internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk
mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
d. Provide extensive two way communications (menjalin komunikasi dua arah).
Jalinlah komunikasi dua arah tanpa memandang rendah bawahan.
e. Create a sense of community (semua unsur menjadi komunitas). Jadikan semua
unsur dalam organisasi sebagai suatu komunitas di mana di dalamnya ada nilai-
nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama dan berbagi.
f. Build value based homogenety (membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya
kesamaan). Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama, misalnya
untuk dipromosikan maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah
kemampuan, keterampilan, minat, motivasi, kinerja, dan tanpa diskriminasi.
g. Share and share alike (membuat kebijakan tanpa terkecuali). Sebaiknya
organisasi membuat kebijakan di mana antara karyawan level bawah sampai
yang paling atas tidak terlalu berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang
diterima, gaya hidup dan penampilan.
h. Emphasize barnraising, cross utilization and teamwork (membuat anggota
organisasi saling bekerja sama dalam sebuah team kerja). Organisasi sebagai
suatu komunitas harus bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan
memberikan kesempatan yang sama pada anggota organisasi.
i. Get together (mengadakan acara bersama). Adakan acara-acara yang melibatkan
semua anggota organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin. Misalnya, sekali-
kali produksi dihentikan dan semua karyawan terlibat dalam acara rekreasi
bersama keluarga, pertandingan olahraga, seni yang dilakukan oleh semua
anggota organisasi dan keluarganya.
j. Support employee development (memperhatikan karir karyawan). Hasil studi
menunjukkan bahwa karyawan lebih marasa memiliki organisasi bila
diperhatikan perkembangan karier karyawan dalam jangka panjang.
k. Commit to actualizing (kesempatan untuk aktualisasi diri) . Setiap karyawan
diberi kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri secara maksimal di
organisasi sesuai dengan kapasitas masing-masing.
l. Provide first year job challenge (mengembangkan potensi karyawan untuk
mewujudkan impiannya). Karyawan masuk ke organisasi dengan membawa
mimpi dan harapannya, kebutuhannya. Berikan bantuan yang kongkrit bagi
karyawan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mewujudkan
impiannya. Jika pada tahap-tahap awal karyawan memiliki persepsi positif
terhadap organisasi, maka karyawan akan cenderung memiliki kinerja yang tinggi
pada tahap-tahap berikutnya.
m. Promote from within (mempromosikan dari dalam). Bila ada lowongan jabatan,
sebaiknya kesempatan pertama diberikan kepada pihak intern perusahaan
sebelum merekrut karyawan di luar perusahaan.
n. Provide development activities (menyediakan aktivitas pengembangan). Bila
organisasi membuat kebijakan untuk merekrut karyawan dari dalam sebagai
prioritas, maka dengan sendirinya hal itu akan memotivasi karyawan untuk terus
tumbuh dan berkembang personalnya, juga jabatannya.
o. The question of employee securit (kenyamanan karyawan). Bila karyawan merasa
aman, baik fisik maupun phisik, maka loyalitas akan muncul dengan sendirinya.
Misalnya, karyawan merasa aman, karena perusahaan membuat kebijakan
memberikan kesempatan karyawan bekerja selama usia produktif. Dia akan
merasa aman dan tidak takut akan pemutusan hubungan kerja. Dia merasa aman
karena keselamatan kerja diperhatikan perusahaan.
p. Commit to people first values (membangun nilai-nilai utama). Membangun
loyalitas karyawan pada organisasi merupakan proses yang panjang dan tidak
bisa dibentuk secara instan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar
memberikan perlakuan yang benar pada masa awal karyawan memasuki
organisasi.
q. Put in writing (strategi organisasi tertulis). Data-data tentang kebijakan, visi, misi,
semboyan, filosofi, sejarah dan strategi organisasi sebaiknya dibuat dalam
bentuk tulisan, bukan sekedar bahasan lisan.
r. Hire right kind managers (manager menjadi teladan). Bila pimpinan ingin
menanamkan nilai-nilai, kebiasaan, aturan-aturan dan disiplin pada bawahan,
sebaiknya pimpinan sendiri memberikan teladan dalam bentuk sikap dan
perilaku sehari-hari.
s. Walk the talk (tindakan lebih efektif dari sekedar kata-kata). Bila pimpinan ingin
karyawannya berbuat sesuatu, maka sebaiknya pimpinan mulai berbuat sesuatu,
tidak sekedar kata-kata berbicara.
Sumber :
Anthony, W.P., Kacmar, K.M., and Perrewe P.L. (2002). Human Resource Management: A
Strategic Approach, Thomson Learning.
Armansyah, 2002. Loyalitas Karyawan dan Imbalan Finansial, Jurnal Ilmiah “Manajemen &
Bisnis” Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara
Djambatan.
Pramesti, Y.I. 2009. Faktor-faktor yang mempengarui Loyalitas Karyawan Pada Unilever
Indonesia. Skripsi: Universitas Indonesia.
Putra, Jeri M. 2021. Analisis Strategi Mempertahankan Loyalitas Kerja Karyawan PT Mandala
Multifinance Cabang Bulukumba. Makasar: Universitas Muhammadiyah Makasar
Sasmitaningrum, Ratna., (2008), Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Manajemen
Konflik Dengan Loyalitas Kerja Karyawan. Skripsi Surakarta: Psikologi, Universitas
uhammadiyah Surakarta
Saydam. G. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Suatu Pendekatan Mikro). Jakarta:
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional, Edisi Pertama, Yogyakarta: Andi.
Spector, Paul E. 2000. Industrial and Organizational Psychology: Research and Practice,
Second Edition, New York: Jhon Wiley and Sons Inc.