Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II


Angkatan : 19
Nama Mata Pelatihan : integritas Kepemimpinan
Nama Peserta : Mohammad Fadly, S.SOS., M.Si.
Nomor Daftar Hadir : 26
Lembaga Penyelenggara
Pelatihan : Lembaga Administrasi Negara R.I.

A. Pokok Pikiran
(Diisi tentang pokok-pokok pikiran dalam modul disertai dengan contoh
kasus, peristiwa, profil tokoh atau konsep pendukung hasil dari
pelaksanaan pencarian individu)

Pokok Pikiran mengenai integritas kepemimpinan :

Integritas merupakan Keselarasan antara Pikiran, Perkataan, Perbuatan


dengan Nilai-Nilai/Hukum/ Norma/Aturan yang berlaku, Kemampuan
untuk senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip moral secara konsisten
dalam berbagai situasi serta Kepengikutan dan ketundukan kepada prinsip-
prinsip moral dan etis; keutuhan karakter moral dan kejujuran. (Azyumardi
Azra, 2012).
Defenisi Integritas berdasarkan Permenpan RB nomor 38 Tahun 2017
adalah Konsisten berperilaku selaras dengan nilai, norma dan/atau etika
organisasi, jujur dalam hubungan dengan manajemen, rekan kerja,
bawahan langsung, dan pemangku kepentingan; serta menciptakan budaya
etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko
yang menyertainya.
Level Kompetensi Integritas yaitu :
1. Mampu bertindak sesuai nilai, norma dan etika organisasi dalam
kapasitas pribadi
2. Mampu mengingatkan, mengajak rekan kerja untuk bertindak sesuai
nilai, norma, dan etika organisasi
3. Mampu memastikan, menanamkan keyakinan bersama agar anggota
yang dipimpin bertindak sesuai nilai, norma, dan etika organisasi dalam
lingkup formal
4. Mampu menciptakan situasi kerja yang mendorong kepatuhan pada
nilai, norma, dan etika organisasi
5. Mampu menjadi role model dalam penerapan standar keadilan dan etika
di tingkat nasional.

Integritas adalah atribut yang sangat penting bagi seorang pemimpin.


Seorang akan menjadi pemimpin profesional jika memiliki integritas yang
tinggi, seorang akan menjadi pemimpin yang amanah karena memiliki
integritas yang tinggi dan seorang akan menjadi pemimpin perubahan jika
memiliki integritas yang tinggi.
Pemimpin sukses ditentukan oleh seberapa baik dan tingginya integritas
yang dimilikinya. Pemimpin yang memiliki integritas yang tinggi selalu
patuh dan taat terhadap setiap Norma, aturan dan ketentuan yang berlaku,
tidak menyimpang kekiri atau kekanan dan selalu bertindak untuk
kepentingan orang banyan dan melayani masyarakat atau anggota
organisasi dengan hati yang tulus dan ikhlas.

Tantangan dan resiko dalam penegakan integritas

Tantangan yang dihadapi :


1. Mental Barrier, mental block
- Tidak mampu dan tidak mau keluar dari zona nyaman dan merasa
senang pada zona nyaman;
- I am my position vs takut tidak cukup, takut tidak dikenal;
- The enemy is out there;
- Enjoying result of my struggle;
- Orang lain silahkan berubah, saya tidak mau
2. Organisational Defensive Routine
- Saling melindungi;
- Tepo seliro, ewuh – pakewuh;
- Jangan membuat malu;
- Kalau kita bagaimana;
- Dia kawan kita;
- Kita bantu;
- Whistle-blowing system belum efektif;
- Saling memahami
3. Konflik Kepentingan
- Keluarga;
- Atasan;
- Teman, kolega, mitra, sekutu;
- Lingkungan social;
- Lingkungan kerja;
- Lingkungan profesi.
4. Dilemma Etik
- Diskresi administrasi;
- Korupsi;
- Nepotisme;
- Kerahasiaan administrasi;
- Kebocoran informasi;
- Akuntabilitas publik;
- Kebijakan
5. Gratifikasi
- Uang, barang, rabat(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga
- Tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, biaya
pengobatan

Terlepas dari sisi positif integritas, ada risk atau konsekuensi yang dihadapi
yang Pemimpin sukses ditentukan oleh seberapa baik dan tingginya
integritas yang dimilikinya. Risiko yang mungkin timbul antara lain :
1. Konflik
2. Dianggap aneh
3. Dikucilkan
4. Kehilangan jabatan
5. Diberi sanksi (atas kasus lain)
6. Tidak diberi kesempatan berkembang

Profil Tokoh
Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi dalam penerapan nilai
akuntabilitas adalah Baharuddin Lopa sebagai Mantan Jaksa agung yang
dikenal sebagai jaksa agung yang jujur dan sederhana. Ada banyak cerita
yang menggambarkan bagaiamana baharuddin lopa memegang teguh
akuntabilitas dalam melaksanakan tugasnya. Ketika baru diangkat sebagai
Kajati Sulawesi Selatan, Lopa mengingatkan kepada publik melalui surat
kabar, “Jangan berikan uang kepada para jaksa. Jangan coba-coba
menyuap para penegak hukum, apapun alasannya!”
 
Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang dulunya berbisnis mobil, Lopa
bukan tipe pejabat yang suka menerima upeti. Dia tidak suka memeras.
Selain itu, contoh kecil yang menggambarkan bagaimana Baharuddin
Lopa menghindari konflik kepentingan adalah telepon dinas di rumahnya
selalu dikuncinya. Lopa melarang siapapun di rumahnya memakainya.
Untuk itu, Lopa sampai memasang telepon koin di rumah jabatannya, agar
tidak campur aduk kepentingan pribadi dan dinas. Lopa melakukan itu
bukan karena dia melarat. Setidaknya, Lopa pernah mencatatkan kekayaan
pribadinya senilai Rp1,9 miliar dan simpanan $20 ribu. Namun, Lopa
hanya ingin hidup sederhana. Tak hanya sederhana, Lopa rupanya tak
ingin memakai barang milik negara juga.
 
Dari pemaparan tersebut terlihat bagaiamana bapak Baharuddin
Lopa menerapkan prinsip-prinsip dasar akuntabilitas sebagai seorang
pemimpin yang memiliki komitmen yang tinggi, membuat tidak
hanya masyarakat percaya, tetapi para petinggi-petinggi negara dimana
beliau dipercaya memegang jabatan-jabatan strategis mulai dari bupati
sampai ketua kejaksaan agung. Sebagai orang hukum tentunya beliau
sangat menjunjung tinggi kewajiban dan kepatuhan hukum, memegang
teguh bahwa ada konsekuensi hasil dari suatu tindakan, dalam wujud
perorangan maupun institusi dan pada akhirnya menghindari konflik
kepentingan baik yang menyangkut keuangan dan non keuangan.
Dalam penggunaan sumber daya milik negara Lopa tak ingin fasilitas
publik digunakannya untuk kepentingan pribadi. Hal ini sejalan dan dapat
diambil teladan bahwa setiap PNS harus memastikan bahwa fasilitas publik
sumber daya milik negara, penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur
yang berlaku, penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab dan
efisien, dan pemeliharaan fasilitas dilakukan secara benar dan
bertanggungjawab.
B. Penerapan
(Diisi dengan gagasan Peserta tentang penerapannya untuk
mengembangkan kinerja)

Penerapan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah harus dilaksanakan berdasarkan


prinsip:
1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan
2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumbersumber daya
secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh
5. Jujur, objektif, transparan dan akurat
6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan.
7. Adanya pengawasan dan penilaian terhadap akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah.

Penerapan akuntabilitas pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tolitoli berupa


penetapan sasaran kerja pegawai negeri sipil, hal ini bertujuan untuk menilai realisasi
kerja dari para pegawai terhadap target yang telah di tetapkan, kualitas/mutu dari
realisasi kerja pegawai terhadap sasaran kerja yang ditetapkan rata-rata diatas 90%
dengan nilai capaian SKP baik di atas 80%, hal ini menunjukkan bahwa bahwa pegawai
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tolitoli telah memberikan pelayanan yang baik
terkait dengan akuntabilitas kerja.

Anda mungkin juga menyukai