A. Pokok Pikiran
(Diisi tentang pokok-pokok pikiran dalam modul disertai dengan contoh
kasus, peristiwa, profil tokoh atau konsep pendukung hasil dari
pelaksanaan pencarian individu)
Terlepas dari sisi positif integritas, ada risk atau konsekuensi yang dihadapi
yang Pemimpin sukses ditentukan oleh seberapa baik dan tingginya
integritas yang dimilikinya. Risiko yang mungkin timbul antara lain :
1. Konflik
2. Dianggap aneh
3. Dikucilkan
4. Kehilangan jabatan
5. Diberi sanksi (atas kasus lain)
6. Tidak diberi kesempatan berkembang
Profil Tokoh
Tokoh yang menurut saya yang menjadi inspirasi dalam penerapan nilai
akuntabilitas adalah Baharuddin Lopa sebagai Mantan Jaksa agung yang
dikenal sebagai jaksa agung yang jujur dan sederhana. Ada banyak cerita
yang menggambarkan bagaiamana baharuddin lopa memegang teguh
akuntabilitas dalam melaksanakan tugasnya. Ketika baru diangkat sebagai
Kajati Sulawesi Selatan, Lopa mengingatkan kepada publik melalui surat
kabar, “Jangan berikan uang kepada para jaksa. Jangan coba-coba
menyuap para penegak hukum, apapun alasannya!”
Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang dulunya berbisnis mobil, Lopa
bukan tipe pejabat yang suka menerima upeti. Dia tidak suka memeras.
Selain itu, contoh kecil yang menggambarkan bagaimana Baharuddin
Lopa menghindari konflik kepentingan adalah telepon dinas di rumahnya
selalu dikuncinya. Lopa melarang siapapun di rumahnya memakainya.
Untuk itu, Lopa sampai memasang telepon koin di rumah jabatannya, agar
tidak campur aduk kepentingan pribadi dan dinas. Lopa melakukan itu
bukan karena dia melarat. Setidaknya, Lopa pernah mencatatkan kekayaan
pribadinya senilai Rp1,9 miliar dan simpanan $20 ribu. Namun, Lopa
hanya ingin hidup sederhana. Tak hanya sederhana, Lopa rupanya tak
ingin memakai barang milik negara juga.
Dari pemaparan tersebut terlihat bagaiamana bapak Baharuddin
Lopa menerapkan prinsip-prinsip dasar akuntabilitas sebagai seorang
pemimpin yang memiliki komitmen yang tinggi, membuat tidak
hanya masyarakat percaya, tetapi para petinggi-petinggi negara dimana
beliau dipercaya memegang jabatan-jabatan strategis mulai dari bupati
sampai ketua kejaksaan agung. Sebagai orang hukum tentunya beliau
sangat menjunjung tinggi kewajiban dan kepatuhan hukum, memegang
teguh bahwa ada konsekuensi hasil dari suatu tindakan, dalam wujud
perorangan maupun institusi dan pada akhirnya menghindari konflik
kepentingan baik yang menyangkut keuangan dan non keuangan.
Dalam penggunaan sumber daya milik negara Lopa tak ingin fasilitas
publik digunakannya untuk kepentingan pribadi. Hal ini sejalan dan dapat
diambil teladan bahwa setiap PNS harus memastikan bahwa fasilitas publik
sumber daya milik negara, penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur
yang berlaku, penggunaannya dilaklukan secara bertanggung-jawab dan
efisien, dan pemeliharaan fasilitas dilakukan secara benar dan
bertanggungjawab.
B. Penerapan
(Diisi dengan gagasan Peserta tentang penerapannya untuk
mengembangkan kinerja)