Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang mencoba memaparkan hubungan

karakteristik perusahaan dan variabel intervening terhadap kinerja

perusahaan . Penelitian yang terdahulu menggunakan alat analisis yang cukup

beragam pula, dari perbedaan hasil ini tentu memberikan pandangan dan

penguatan akan dilakukan penelitian ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai

tema dan permasalahan yang ada. Dari banyak penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti memiliki kualitas penulisan yang baik dapat dijadikan bahan

pertimbangan diantaranya:

a. Menurut penelitian Nasution, et al.. (2018) yang berjudul Pengaruh Debt to

Equity Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Return on Equity pada

Perusahaan Otomotif dan Komponennya di Indonesia. Sampel penelitian yaitu

10 perusahaan dari perusahaan otomotif dan komponennya tercatat di BEI.

Hasil penelitian secara parsial dan simultan DER berpengaruh signifikan

terhadap ROE begitu pula TATO berpengaruh signifikan terhadap ROE.

b. Menurut penelitian Wikardi & Wiyani (2017) yang berjudul Pengaruh Debt to

Equity Ratio, Firm Size, Inventory Turnover, Assets Turnover, dan

pertumbuhan penjualan terhadap Profitabilitas (Studi kasus pada industri

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2011-2015). Sampel

penelitian mencakup 8 perusahaan yang dipilih dengan teknik purposive

sampling. Hasil penelitian menunjukan hanya Debt to Equity Ratio, Firm


Size, Inventory Turnover, Assets Turnover yang berpengaruh secara parsial

terhadap profitabilitas dan analisi secara simultan menunjukan bahwa Debt to

Equity Ratio, Firm Size, Inventory Turnover, Assets Turnover, dan

pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap Profitabilitas.

c. Pada penelitian Siregar dan Harahap (2021) yang berjudul Pengaruh Current

Ratio, Debt to Equity Ratio dan Total Asset Omset Return on Equity di

Industri Sektor Transportasi. Sampel yang digunakan yaitu 7 perusahaan.

metode analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji t (uji parsial), uji

f (uji simultan) dan koefisien determinasi dengan bantuan software SPSS

V.20 (Statistical Product and Service Solutions). Hasil penelitian menemukan

bahwa secara parsial Total Assets Turnover berpengaruh signifikan terhadap

Return On Equity, sedangkan Current Ratio, Debt To Equity Ratio tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Return On Equity. Dan secara

simultan Current Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Total Assets Turnover

berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity pada perusahaan sektor

Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

d. Penelitian menurut Alpi (2018) yang berjudul Pengaruh Debt To Equity Ratio,

Inventory Turn Over, dan Current Ratio terhadap Return On Equity pada

Perusahaan Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linear Berganda.

Sampel penelitian yaitu 8 perusahaan sektor farmasi. Hasil penelitian

menunjukan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Debt to

Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Equity, secara parsial


Inventory Turn Over berpengaruh terhadap Return On Equity, secara parsial

Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity, secara simultan Debt

to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over (ITO) dan Current Ratio (CR)

berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

e. Menurut penelitian Handayani & Zulyanti (2022) yang berjudul Analisis

Struktur Keuangan dan Manajemen Hutang Terhadap Kinerja Laba (Studi

pada PT Garuda Indonesia yang terdaftar di BEI). Sampel yang digunakan

yaitu perusahaan PT Garuda Indonesia periode 2017-1019. Hasil penelitian

menunjukan bahwa secara simultan, variabel bebas struktur keuangan dan

manajemen hutang tidak berpengaruh terhadap variabel intervening rasio

efisiensi. Secara parsial variabel bebas struktur keuangan, manajemen hutang

dan variabel intervening rasio efisiensi berpengaruh terhadap variabel terikat

kinerja laba (ROE).

f. Menurut penelitian Nurdin, et al.. (2018) yang berjudul Struktur Keuangan

dan Manajemen Hutang Terhadap Kinerja Laba (Studi Kasus pada PT Garuda

Indonesia). Dengan sampel yang digunakan yaitu PT Garuda Indonesia.

Analisis data menggunakan uji statistik regresi berganda. Hasil penelitian

menunjukkan pada hasil uji regresi pertama, variabel bebas (struktur

keuangan, manajemen hutang) secara simultan tidak berpengaruh terhadap

variabel intervening (rasio efisiensi). Hasil uji regresi kedua, variabel bebas

(struktur keuangan, manajemen hutang) dan variabel intervening (rasio

efisiensi) secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat (kinerja laba).


g. Menurut penelitian Muhaini, et al.. (2022) yang berjudul The Effects of Sales

Growth, Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Asset Ratio, and Debt

to Equity Ratio on the Return on Equity in Energy and Mining Companies.

Dengan sampel yang digunakan yaitu 14 perusahaan perusahaan energi dan

pertambangan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier data panel dengan menggunakan program STATA 16. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa SG, TATO, DER, dan DAR semuanya

berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE pada perusahaan energi dan

pertambangan. Namun, CR memberikan pengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROE pada perusahaan.

h. Menurut penelitian Andayani, et al.. (2020) yang berjudul Pengaruh Leverage

dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas (ROE) pada Perusahaan

Property Real Estate yang Terdaftar di BEI (2014 – 2018). Dengan sampel

yang digunakan yaitu, 12 perusahaan property real estate yang terdaftar di

BEI selama periode 2014-2018. Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis regresi linear berganda yaitu dengan bantuan E-views 10. Hasilnya

DAR secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE dan

pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

variabel ROE.

i. Menurut penelitian Sari, et al.. (2021) yang berjudul Pengaruh Debt To Asset

Ratio dan Debt To Equity Ratio terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan

Otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018. Dengan sampel yang

digunakan yaitu, 9 perusahaan dengan 4 tahun pengamatan berjumlah 36


sampel. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR)

secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan

Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Debt to Equity Ratio

(DER) secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pada

Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Debt to

Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan

berpengaruh dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan

Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

j. Menurut penelitian Priyanto & Darmawan (2017) yang berjudul Pengaruh

Debt To Asset Ratio (Dar), Debt To Equity Ratio (Der), Long Term Debt To

Asset Ratio (Ldar) Dan Long Term Debt To Equity Ratio (Lder) Terhadap

Profitability (Roe) Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2012-2014. Dengan sampel yang digunakan yaitu, 97 perusahaan

dalam satu tahun, sehingga total sampel selama tiga tahun penelitian sebanyak

291 sampel. Analisis statistik melalui regresi linear berganda dan uji asumsi

klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi uji t (parsial)

variabel DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE, variabel DER

dan LDAR berpengaruh negatif terhadap ROE. Uji F (simultan) DAR, DER,

LDAR dan LDER terhadap ROE berpengaruh positif terhadap ROE.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Karakteristik Perusahaan

Karakteristik perusanaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam

suatu usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranva jenis usaha atau
industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran

nerusanaan. Penentuan karakteristik perusahaan dalam konteks laporan

keuangan dapat ditetapkan dengan menggunakan 3 (tiga) kategori pendekatan

yaitu (Lang dan Lundholm, 1993 dalam Subiyantoro, 1997) :

a. Struktur (Structure).

Struktur meliputi ukuran (size) perusahaan dan kemampuan perusahaan

melunasi kewajiban atau leverage.

b. Kinerja (Performance)

Mencakup Likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan profit.

c. Pasar (Market)

Pasar ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat kualitatif berupa berupa

industri, tipe auditor dan status perusanaan (publik atau non-publik).

Pendekatan pasar dapat juga dilihat secara kuantitatif yang meliputi total

penjualan ekspor, ukuran perusahaan (total aktiva) dan total utang.

termasuk juga proporsi pemegang saham dan umur perusanaan.

Sehingga disimpulkan, Karakteristik perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, yaitu struktur perusahaan yang terdiri dari variabel ukuran

perusahaan dan leverage. Kinerja perusahaan yang tercermin dalam

profitabilitas dan likuiditas. Dan pasar perusahaan yang merupakan

perusahaan go publik atau non publik.


2.2.2. Struktur Keuangan

Setiap perusahaan dalam operasinya selalu menghadapi masalah

pengalokasian dana dan pemenuhan kebutuhan dana. Pengalokasian

kebutuhan dana pada suatu perusahaan dapat dilihat pada neraca sebelah

aktiva, sedangkan pemenuhan kebutuhan dana akan tampak pada neraca

sebelah pasiva dari perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Riyanto (2008:22) dalam penelitian Nurdin, et all (2018)

struktur keuangan adalah mencerminkan bagaimana cara aktiva-aktiva

perusahaan dibelanjai, yang tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca.

Struktur keuangan mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan

modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah

modal sendiri.

Menurut Weston dan Copeland (1997:89) struktur keuangan adalah

cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat

dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang dan modal pemegang saham.

Menurut Sartono (2004:238) struktur keuangan adalah cara bagaimana

perusahaan membiayai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan utang

jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal pemegang saham, sehingga

seluruh sisi kanan neraca memperlihatkan struktur keuangan.


Struktur keuangan berkaitan dengan pengelolaan perusahaan akan

aktiva atau sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berupa harta benda

atau hak yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, baik secara internal maupun

eksternal perusahaan. Menurut Riyanto (2001) Sumber dana perusahaan dari

internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari

sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik

perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan

utang bagi perusahaan dan dana yang berasal dari para pemilik merupakan

modal sendiri.

Struktur pendanaan eksternal dapat disebut juga sebagai struktur

modal. Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang

(modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri) yang diukur melalui struktur

aktiva. Apabila struktur keuangan tercermin pada keseluruhan passiva dalam

neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan

unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana

permanen atau dana jangka panjang. dengan demikian maka struktur modal

hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan.

Di dalam struktur keuangan juga dapat dilihat pada beberapa rasio

yang bisa digunakan untuk mengukur struktur keuangan. Jenis-jenis rasio

keuangan terbagi atas beberapa bagian (rasio likuiditas, Leverage ratio, rasio

aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian) yang memiliki fungsi

masing-masing yang bisa digunakan untuk mengukur struktur keuangan.


Dari beberapa definisi struktur keuangan diatas, dapat disimpulkan

bahwa struktur keuangan menggambarkan susunan keseluruhan sisi kredit

neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal

sendiri. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal

karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan sementara itu utang jangka

panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relative panjang (lebih dari

satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer

keuangan.

2.2.3. Struktur Aktiva

Menurut (Weston, 2015) dalam penelitian Handayani dan Zulyanti

(2022) “struktur aktiva adalah perbandingan antara aktiva tetap dan total

aktiva. Agar perusahaan memiliki struktur aktiva yang baik, caranya adalah

dengan melakukan penilaian kembali pada aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan tersebut sehingga tidak berisiko tinggi bagi perusahaan dalam

menghadapi masalah penyusutan aktivanya”. Arti dari aktiva (aset)

merupakan segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan digunakan

untuk operasional perusahaan. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua

jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap dari kedua unsur aktiva ini

akan membentuk struktur aktiva.

Struktur aktiva atau struktur kekayaan menurut Riyanto (2013:22)

yaitu “Perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun

relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap.” Arti dari Absolut adalah
perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan yang dimaksud dengan artian

relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase.

Menurut Kasmir (2014:39), “struktur aktiva adalah harta atau

kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu maupun

periode tertentu.”

Menurut Subramanyam dan Wild (2014:271) mengartikan aktiva

sebagai aset, aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu

perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba.

Adapun rumusan untuk menghitung struktur aktiva yaitu dengan hasil

perbandingan antara aktiva tetap total asset (aktiva) akan menghasilkan aset

yang berwujud (Bambang Riyanto, 2011:22), artinya semakin banyak jaminan

yang dikeluarkan maka perusahaan akan semakin mudah untuk mendapatkan

hutang, hal ini dikarenakan jika seandainya perusahaan mengalami

kebangkrutan, investor masih memiliki kepercayaan karena aktiva tetap yang

tersedia dapat digunakan untuk melunasi hutang yang dimiliki perusahaan.

Menurut Riyanto (2011:19) rumus untuk mengetahui rasio dari Struktur

Aktiva yaitu :

Aktiva Tetap
𝑆𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = x 100%
Total Aktiva

Dari berberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa struktur

aktiva adalah kekayaan atau asset yang dimiliki oleh perusahaan pada periode

tertentu baik dari modal sendiri ataupun modal asing yang akan menjadi
jaminan perusahaan apabila perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya

kepada kreditur. Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap

dan total aktiva yang dapat menentukan alokasi dana untuk masing – masing

komponen.

2.2.3.1. Aktiva Lancar

Aktiva lancar merupakan bagian dari struktur aktiva, dimana Aktiva

lancar pada umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif

singkat yang biasanya kurang dari satu tahun perperiode. Menurut Carl S.

Warren, James M. Reeve dkk (2014:164) “aktiva lancar adalah kas dan aset

yang diharapkan akan dapat diubah menjadi uang tunai atau dijual atau

digunakan dalam waktu satu tahun atau kurang dalam kegiatan operasi normal

perusahaan.

Menurut Kaerudinni (2012:12-13) membagi aktiva lancar menjadi tujuh

bagian :

a. Kas

Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wasel pos, dan deposito.

b. Investasi jangka pendek

Berupa obligasi pemerintah, obligasi perusahaan-perusahaan industri dan

surat-surat hutang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual

kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.

c. Wesel tagih

Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu

wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.


d. Piutang dagang

Yaitu keseluruhan tagihan kepada pihak lain (pelanggan atau kreditor)

yang timbul karena penjualan barang secara kredit.

e. Persediaan

Yaitu barang- barang yang diperdagangankanyang sampai tanggal neraca

masih digudang atau belum terjual.

f. Piutang penghasilan (Penghasilan yang masih akan diterima)

Yaitu penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan

telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya

belum diterima sehingga merupakan tagihan.

g. Persekot (Biaya yang dibayar dimuka)

Yaitu pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi

pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu

belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.

2.2.3.2. Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan bagian dari struktur aktiva dimana aset yang

digunakan untuk kegiatan perusahaan yang waktu pemakaiannya panjang,

memiliki nilai besar dan tidak untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.

Menurut Mulyadi (2010:591) “aktiva tetap yaitu kekayaan perusahaan yang

memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan

diperoleh perusahaan untuk melaksanakan bukan untuk dijual kembali”. Bagi

berberapa perusahaan aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang
ditanamkan dalam perusahaan. Namun hal ini tidak berlaku mutlak untuk

semua jenis perusahaan. Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan juga

dipengaruhi oleh sifat atau jenis dari proses produksi yang dilaksanakan.

Aktiuva tetap dibagi dua yaitu (Skousen, 2005:429) :

1) Aktiva tetap berwujud

a. Tanah

Tempat berdirinya gedung perusahaan

b. Perbaikan tanah

Seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan, tempat parkir, pagar

dan saluran air bawah tanah

c. Gedung

Seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gudang

d. Peralatan

Seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, kendaraan

dan mebel

e. Kendaraan

Seperti Motor, Mobil, Truk.

2) Aktiva tetap tak berwujud

a. Paten

Hak eksklusif yang memungkinkan seseorang penemu pencipta untuk

mengendalikan produksi, penjualan atau penggunaan dari suatu

temuan ciptaannya.
b. Merk Dagang

Hak eksklusif yang mengizinkan suatu simbol, label, dan rancangan

khusus.

c. Hak Cipta

Suatu hak eksklusif yang mengizinkan seorang untuk menjual,

memberi izin atau mengendalikan pekerjaannya.

d. Goodwill

Memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan laba diatas laba

normal dengan aset yang dapat diidentifikasi.

2.2.3.3. Total aktiva

Menurut Zaki Baridwan (2002:21) Total Aktiva merupakan

keseluruhan aktiva lancar yaitu uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-

sumber yang diharapkan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau

dikonsumsi selama siklus usaha perusahaan yang nominal atau dalam waktu

setahun. Artinya keseluruhan dari aktiva lancar (kas, obligasi, wesel, piutang

dagang) dengan tingkat perputaran yang singkat dalam periode kurang dari

setahun merupakan total aktiva.

Total aktiva memiliki hubungan dengan laba bersih, berdasarkan

pendapat Halim dalam (Putri, 2018) bahwa semakin tinggi total aktiva

maka profit yang diperoleh semakin tinggi, hal ini dikarenakan

perusahaan dapat menggunakan aktiva dalam peningkatan volume

penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan.


2.2.4. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.

Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan

dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang

apabila perusahaan dibubarkan (dilikudasi) (Kasmir, 2018:151. ).

Menurut Hery (2018:162) rasio leverage merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan

hutang. Dengan kata lain rasio leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung

perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Dalam arti luas, rasio solvabilitas

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka

panjang.

Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja keuangan perusahaan

yang diukur dengan profitabilitas dapat terlihat dari jumlah penggunaan

hutang perusahaan. Teori signaling oleh Miller dan Modigliani dalam

Brigham dan Houston (2011:38) menunjukkan hubungan antara profitabilitas

dengan penggunaan utang dalam perusahaan. Penggunaan hutang perusahaan


dapat diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR). Debt to Asset

Ratio merupakan salah satu rasio pengaruh yang menunjukkan seberapa besar

pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang.

Menurut Kasmir (2010), Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio

utang untuk mengukur rasio antara total utang dan total aset. Dengan kata lain

seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar

hutang perusahaan mempengaruhi pengelolaan aset.

Debt to Asset Ratio (DAR) memperlihatkan proporsi antara utang

yang dimiliki dengan seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki (Siregar, 2012).

Debt to Asset Ratio (DAR) akan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Nilai DAR yang tinggi dapat menunjukkan risiko yang tinggi pula

dikarenakan ada kekhawatiran perusahaan tidak mampu untuk menutupi total

hutangnya dengan aktiva yang dimiliki sehingga untuk memperoleh tambahan

pinjaman akan semakin sulit (Kasmir 2014: 156). Menurut Hery (2015) Debt

to Asset Ratio (DAR) ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Debt
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑋 100%
Total asset

Dari pemaparan diatas, disimpulkan bahwa sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai oleh hutang dapat digambarkan melalui penggunaan rasio

perputaran hutang (solvabilitas atau leverage) menggunakan rasio menghitung

presentasi besarnya dana yang berasal dari hutang baik jangka pendek

maupun jangka panjang (debt ratio).


2.2.5. Rasio Aktivitas

Menurut (Horne, 2009) dalam Handayani (2022) rasio aktivitas adalah rasio-

rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh efektivitas penggunaan

dana yang digunakan perusahaan. Dimana rasio ini mengukur seberapa efektif

perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya.

Semua rasio aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan

investasi pada berbagai jenis aktiva. Dalam rasio-rasio aktivitas menganggap

sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam

unsur aktiva.

Yang termasuk kedalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut (Elaga, et al..

2018) :

1) Total Asset Turn Over (Perputaran Aktiva)

2) Working Capital Turnover (Rasio Perputaran Modal Kerja)

3) Fixed Assets Turnover (Rasio Perputaran Aktiva Tetap)

4) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover),

5) Rata-Rata Umur Piutang

6) Perputaran Piutang

2.2.5.1. Rasio Efisiensi (Total Asset Turnover)

Perputaran total aktiva (total asset turnover) menunjukan bagaimana

efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan

penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh
perputaran elemen aktiva itu sendiri (Sartono, 2010:120). Perputaran total

asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua

aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2016:185).

Menurut Prastowo (2014:94) Perputaran Total Aktiva (Total Assets

Turnover) disebut juga dengan perputaran total aset. Rasio in melihat sejauh

mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara

efektif. Kasmir (2017:137) Total Asset Turnover berguna untuk

memperkirakan hasil dan penjualan perusahaan terhadap nilai aset

perusahaan. Jadi rasio perputaran aset ini digunakan untuk seberapa

efisiennya sebuah perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan

penjualan, ini artinya Semakin tinggi rasio Total Asset Turnover berarti

semakin baik, karena efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan

penjualan, sehingga dapat dikatakan profit yang dihasilkan juga tinggi dan

dengan demikian kinerja keuangan semakin baik (Siregar & Harahap, 2021).

Total Asset Turnover diukur dengan rumusan dibawah ini (Brigham,

2012:139):

Penjualan Bersih
Total Assets Turnover =
Total Aktiv

Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa Total Asset Turnover

adalah perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan

dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam

satu periode tertentu. Total assets turnover ini penting untuk para kreditur dan
pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,

karena hal ini akan menunjukkan efisien atau tidaknya penggunaan seluruh

aktiva dalam perusahaan.

2.2.6. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba

yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini

digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari

keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan. Banyak rasio

yang digunakan untuk mengukur tingkat penjualan. Dimana Return On Equity

(ROE) Rasio ini masuk pada bagian rasio profitabilitas atau keuntungan yang

digunakan untuk mengukur seberapa tingkat keuntungan yang dapat diperoleh

perusahaan.

Menurut Kasmir (2012:204) Return On Equity adalah hasil

pengembalian ekuitas yang merupakan rasio untuk mengukur laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri. Menurut (Kasmir, 2018:204)

menyatakan bahwa Return On Equity ( ROE) adalah rasio untuk mengukur

laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini,

semakin baik.

Menurut (Fahmi, 2017:137) menyatakan bahwa Return On Equity

( ROE) disebut juga dengan return on equity. Dari beberapa referensi disebut

juga rasio total asset turnover atau total asset turnover. Rasio ini mengkaji

sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber dayanya untuk dapat

memberikan return on equity.


Menurut Wardiyah (2017:106) Return On Equity adalah rasio untuk

mengukur kemampuan ekuitas dalam menghasilkan laba bersih. Menurut

Harahap (2016:305) Return on equity (pengembalian ekuitas) adalah rasio

yang digunakan untuk menunjukkan berapa persentase laba bersih yang

diperoleh jika diukur dari modal pemilik. Menurut Hanafi (2016:42) Return

on Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih, berdasarkan tingkat ekuitas tertentu.

Rasio ini merupakan rasio utama dari seluruh laporan keuangan

dimana keuntungan merupakan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang

diambil dalam mengukur keefektifan operasi perusahaan. Semakin besar

tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelolah

perusahaan. Jadi untuk mendapatkan nilai dari laba bersih dapat dilakukan

dengan membagi antara pendapatan perperiode dengan rata-rata ekuitas (laba

ditahan atau modal) perusahaan. ROE dihitung dengan rumus (Susanti F.D,

2015:3) :

laba bersih setelah pajak


ROE = x 100%
total equity

Sehingga dapat disimpulkan Retrun On Equity merupakan kemampuan

perusahaan dalam mengembalikan return yang diharapkan. Dimana hasil

perhitungan ROE (Return On Equity) mendekati 1 dapat menunjukkan

semakin efektif dan efisien penggunaan ekiutas perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE (return on equity)

mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal yang tersedia


secara efisiensi untuk menghasilkan pendapatan. Seperti rasio keuangan pada

umumnya ROE (return on equity) tidak mempertimbangkan unsur resiko dan

jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan

jumlah saham yang beredar.

2.2.7. Perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Perbankan menjadi salah satu lembaga keuangan negara yang

memiliki peran untuk menghimpun dan menyalurkan dana ke

masyarakat. Selain itu tentunya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

modal dan investasi bagi para pemilik modal.

Sektor perbankan adalah wajah dari perekonomian suatu negara.

Bahkan dalam pasar saham pun, emiten perbankan menjadi yang paling

menarik perhatian. Jika pergerakannya menjanjikan maka dipercaya

kondisi bursa modal lebih baik kedepannya.

Sub sektor perbankan terus akan mengalami perbaikan kualitas

aset. Saham emiten perbankan diproyeksi tampil prospektif sepanjang

tahun 2022. Berikut merupakan 47 daftar emiten perbankan di Bursa

Efek Indonesia 2022 :

Tabel 2.1

Emiten Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia 2022

NO KODE SAHAM NAMA N KODE SAHAM NAMA


PERUSAHAA PERUSAHAAN O PERUSAHAA PERUSAHAAN
N N
1 AGRO PT Bank Raya 25 BMAS PT Bank Maspion
Indonesia Tbk. Indonesia Tbk.
2 AGRS PT Bank IBK 26 BMRI PT Bank Mandiri
indonesia Tbk. (Persero) Tbk.
3 AMAR PT Bank Amar 27 BNBA PT Bank Bumi Arta
Indonesia Tbk. Tbk
4 ARTO PT Bank Jago 28 BNGA PT Bank CIMB
Tbk. NIAGA Tbk.
5 BABP PT Bank MNC 29 BNII PT Bank Maybank
Internasional Tbk. Indonesia Tbk.
6 BACA PT Bank Capital 30 BNLI PT Bank Permata
Indonesia Tbk. Tbk
7 BANK PT Bank Aladin 31 BRIS PT Bank BRIsyariah
Syariah Tbk. Tbk
8 BBCA TP Bank Central 32 BSIM PT. Bank Sinarmas
Asia Tbk. Tbk
9 BBHI PT Allo Bank 33 BSWD PT Bank Of India
Indonesia Tbk. Indonesia Tbk
10 BBKB PT Bank KB 34 BTPN PT Bank BTPN Tbk
Bukopin Tbk.
11 BBMD PT Bank Mestika 35 BTPS PT Bank BTPN
Dharma Tbk. Syariah Tbk
12 BBNI PT Bank Negara 36 BVIC PT Bank Victoria
Indonesia International Tbk
(Persero) Tbk.
13 BBRI PT Bank Rakyat 37 DNAR PT Bank Oke
Indonesia Indonesia Tbk
(Persero) Tbk.
14 BBSI PT Bank Bisnis 38 INPC PT Bank Artha Graha
Internasional Internasional Tbk
14 BBTN PT Bank 39 MASB PT Bank Multiara
Tabungan Negara Sentosa Tbk
(Persero) Tbk.
16 BBYB PT Bank Neo 40 MAYA PT Bank Mayapada
Comerce Tbk. Internasional Tbk
17 BCIC PT Bank JTrust 41 MCOR PT Bank China
Indonesia Tbk. Construction Bank
Indonesia Tbk
18 BDMN PT Bank 42 MEGA PT Bank Mega Tbk
Danamon
Indonesia Tbk.
19 BEKS PT Bank Daerah 43 NISP PT Bank OCBC
Pembangunan NISP Tbk
Banten Tbk.
20 BGTG PT Bank Ganesha 44 NOBU PT Bank
Tbk. Nationalnobu Tbk
21 BINA PT Bank Ina 45 PNBN PT Bank Pan
Perdana Tbk. Indonesia Tbk
22 BJBR Bank 46 PNBS PT Bank Panin Dubai
Pembangunan Syariah Tbk
Daerah Jawa
Barat dan Banten
Tbk
23 BJTM Bank 47 SDRA PT Bank Woori
Pembangunan Saudara Indonesia
Daerah Jawa 1906 Tbk
Timur
24 BKSW PT Bank QNB
Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id

2.3. Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan pada uraian teori yang telah dikemukakan serta permasalahan

yang ada, maka perlu dibuat suatu kerangka konseptual penelitian. Tujuan

dari kerangka konseptual tersebut adalah untuk memberikan kemudahan

dalam mengkaji kondisi yang diteliti. Kerangka konseptual yang mendasari

penelitian ini adalah kajian teori dan penelitian-penelitian terdahulu mengenai

analisis struktur keuangan, dan manajemen hutang terhadap kinerja laba.

2.3.1. Pengaruh Struktur Keuangan terhadap Kinerja Keuangan

Struktur keuangan mencerminkan keseimbangan antara keseluruhan

modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah

modal sendiri. Struktur pendanaan eksternal merupakan perbandingan antara

hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri) yang diukur melalui

struktur aktiva. Pada penelitian Rahmiyatun & Nainggolan (2016) struktur

aktiva berpengaruh terhadap positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Pada penelitian Rahmawati & Mahfudz (2018) menemukan bahwa Struktur


Aktiva berpengaruh positif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Struktur

aktiva menunjukan seberapa besar aktiva tetap mendominasi komposisi

kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki

suatu perusahaan maka semakin tinggi jumlah pendanaan yang didapat dari

luar perusahaan (Rahmi, 2019).

2.3.2. Pengaruh Manajemen Hutang terhadap Kinerja Keuangan

Manajemen Hutang diukur dengan menggunakan rasio DAR atau (Debt to

Asset Ratio). Debt to Asset Ratio merupakan salah satu rasio leverage yang

menunjukkan seberapa besar pembiayaan perusahaan dibiayai oleh utang.

DAR mengukur proporsi dana yang bersumber dan utang untuk membiayai

aktiva perusahaan. Semakin tinggi DAR artinya, semakin besar sumber dana

melalui pinjaman aktiva. Pada penelitian Febriana & Budianto (2021) Debt to

Asset Ratio (DAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Equity

(ROE). Menurut Yenlim & Yanita (2020) terdapat pengaruh yang signifikan

secara parsial Debt To Asset Ratio (DAR) terhadap Return On Equity (ROE).

2.3.3. Pengaruh Struktur Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Melalui Rasio

Efisiensi

Struktur aktiva menunjukkan seberapa besar aktiva tetap mendominasi

komposisi kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut (Brigham dan

Houston 2010) perusahaan yang memiliki aset tetap yang tinggi dapat

dijadikan jaminan perusahaan kepada kreditur apabila perusahaan kekurangan

dana untuk kegiatan operasionalnya. Dengan kata lain perusahaan yang

memiliki struktur aktiva yang besar akan mudah meningkatkan labanya


karena tidak akan mengalami kesulitan pendanaan untuk membiayai kegiatan

operasionalnya.

Rasio Efisiensi yang diukur menggunakan Total Assets Turnover.

Total Assets Turnover adalah rasio pengelolaan aset terakhir yang dapat

mengukur perputaran seluruh aset perusahaan. Juga dapat mengukur seberapa

besar penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah aset (Brigham & Houston,

2014).

Menurut penelitian Nurdin, et al.. (2018) struktur keuangan dan

variabel intervening (rasio efisiensi) secara simultan berpengaruh terhadap

variabel terikat (kinerja laba). Menurut Handayani & Zulyanti (2020) secara

simultan (bersama-sama) variabel bebas struktur keuangan dan variabel

intervening rasio efisiensi berpengaruh terhadap variabel terikat kinerja laba.

2.3.4. Pengaruh Manajemen Hutang Terhadap Kinerja Keuangan Laba Melalui

Rasio Efisiensi

Penelitian Variabel manajemen hutang yang dihitung melalui Dabt Asset

Ratio. Dabt Asset Ratio adalah variabel yang terdapat dalam rasio solvabilitas

atau leverage ratio yang mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan

hutang dalam aktiva dan ekuitas. Menurut Runtuwene, et al.. (2019) rasio

solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh

aktiva perusahaan dibelanjai oleh utang. Perusahaan yang memiliki rasio

solvabilitas yang tinggi maka akan semakin baik, karena perusahaan akan

mampu mengelolah hutangnya dan mampu untuk melunasi kembali.


Rasio Efisiensi yang diukur menggunakan Total Assets Turnover dimana

rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu

periode tertentu. Menurut Syamsuddin (2011:62) Total Assets Turnover

merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan

aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu.

Menurut penelitian Nurdin, et al.. (2018) manajemen hutang dan variabel

intervening (rasio efisiensi) secara simultan berpengaruh terhadap variabel

kinerja laba. Menurut Handayani & Zulyanti (2020) secara simultan

(bersama-sama) variabel bebas struktur manajemen hutang dan variabel

intervening rasio efisiensi berpengaruh terhadap variabel terikat kinerja laba.

2.4. Kerangka Konseptual

Pada penelitian ini struktur keuangan, manajemen hutang menjadi variabel

bebas atau independent variabel. Struktur keuangan dihitung menggunakan

struktur aktiva yaitu rasio mengukur sumber daya dan harta yang dimiliki

perusahaan dalam satu periode tertentu. Rasio yang terdapat dalam rasio

solvabilitas yang digunakan sebagai variabel bebas adalah Debt to Asset Ratio

(DAR) mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang. Variabel

intervening menggunakan total asset turnover, rasio ini menggambarkan

kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Variabel terikat

atau dependent variable pada penelitian ini adalah kinerja keuangan, peneliti

menggunakan Return On Equity (ROE) sebagai alat ukurnya. ROE sebagai

variable terikat, karena ROE menggambarkan persentasi tingkat pengembalian

laba bagi pemegang saham dimana pemegang saham atau investor merupakan
salah satu sumber dana perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja nilai

perusahaan.

Struktur
Keuangan (X1) -
Struktur Aktiva

Rasio Efisiensi (Y) -


(Total asset Kinerja Keuangan
Turnover) (Z) (ROE)

Manajemen
Hutang (X2) -
Debt to Asset
Ratio (DAR)

2.5. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2018:63) Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Sehingga, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis (teori

yang mendasar dari semua teori yang ada) terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban empirik (suatu keadaan yang bergantung pada bukti yang teramati

oleh indera). Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

hipotesis adalah dugaan sementara atau proposisi tentatif tentang adanya

hubungan antara beberapa variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya dengan

penelitian. Oleh karena itu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H1 : Diduga Struktur Keuangan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

H2 : Diduga Manajemen Hutang berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

H3 : Diduga Struktur Keuangan berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

Melalui Rasio Efisiensi

H4 : Diduga Manajemen Hutang berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

Laba Melalui Rasio Efisiensi

Anda mungkin juga menyukai