Anda di halaman 1dari 14

Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.

id 179

IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA


DALAM PEMBINAAN KARAKTER DI SEKOLAH

IMPLEMENTATION OF PANCASILA STUDENT PROFILE


IN CHARACTER DEVELOPMENT IN SCHOOLS

Oleh:
Mustari1, Sukmawati2, Mustaring3
1, 3Universitas Negeri Makassar, 2SMP Negeri 12 Makassar
1mustari6508@unm.ac.id; 2sukmatosoppeng@gmail.com; 3mustaring@unm.a.cid

ABSTRAK: Profil pelajar pancasila memberikan kesempatan kepada siswa untuk


“mengalami pemgetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus sebagai
kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam projek penguatan ini, siswa
memiliki kesempatan untuk mengupas dan memahami tema-tema atau isu penting seperti
perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan
lain-lain. Sehingga siswa bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut
sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Tema tersebut dapat berubah setiap
tahunnya, ditentukan oleh pemerintah pusat (Kemdikbudristek) berdasarkan isu yang
diprioritaskan. Oleh karena itu siswa perlu lebih peka terhadap isu-isu terkait, dan karena
itu siswa lebih kepada upaya mengeksplorasi isu tersebut diluar mata pelajaran dalam
bentuk projek untuk memberikan ruang lebih besar dalam dalam mengenali, memahami
dan mendalami isu tersebut.

Kata Kunci : Profil, Pelajar, Pancasila

ABSTRACT: The profile of Pancasila students provides an opportunity for students to


"experience knowledge as a process of strengthening character as well as an opportunity
to learn from their surroundings. In this strengthening project, students have the
opportunity to explore and understand important themes or issues such as climate change,
anti-radicalism, mental health, culture, entrepreneurship, technology, and others. So that
students can take real action in answering these issues according to the stages of learning
and their needs. The theme can change every year, determined by the central government
(Kemdikbudristek) based on prioritized issues. Therefore students need to be more
sensitive to related issues, and therefore students are more concerned with exploring these
issues outside of the subject matter in the form of projects to provide greater space in
recognizing, understanding and exploring these issues.

KEYWORDS: Profile, Students, Pancasila

PENDAHULUAN Undang Nomor. 20 Tahun 2003, Pasal 3


tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam kehidupan, pembelajaran (Sisdiknas), bahwa: “Pembelajaran
ialah suatu yang diperlukan sebab nasional bertujuan buat meningkatkan
terdapat banyak khasiatnya yang kemampuan partisipan didik supaya jadi
diberikan oleh pembelajaran. Perihal ini manusia yang beriman serta taat kepada
cocok dengan guna pembelajaran Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia,
nasional yang diatur dalam Undang- sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
180 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

dan jadi masyarakat negeri yang kultural, pembangunan kepribadian


demokratis serta bertanggung jawab.” bangsa ialah sesuatu keharusan dari
Kedudukan pembelajaran nasional buat sesuatu bangsa yang multicultural
tingkatkan kemampuan serta kompetensi, (Ariandy, 2019).
membangun kepribadian bangsa yang Untuk penyempurnaan
mempunyai martabat serta adab, yang pendidikan karakter Menteri Pendidikan
bertujuan mencerdaskan kehidupan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
bangsa. Oleh karena itu, pembelajaran Anwar Makarim telah menjadikan
tidak cuma berkaitan dengan kapasitas Profil Pelajar Pancasila sebagai salah
belajar, namun pula pembuatan satu Visi dan Misi Kementerian
kepribadian partisipan didik. Pendidikan dan Kebudayaan
Keberhasilan seorang tidak cuma sebagaimana tertuang dalam
tergantung pada pengetahuan serta Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020
kompetensi teknis (hard skill), tetapi tentang Rencana Strategis Kementerian
pula pada keahlian managemen diri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
sendiri dan orang lain (softskill). Perihal 2020- 2024. Adapun yang melatar
ini menampilkan kenaikan mutu belakangi munculnya Profil Pelajar
pembelajaran kepribadian siswa Pancasila adalah kemajuan pesat
sangatlah berarti (Suwartini, 2017). Ada teknologi, pergeseran sosio-kultural,
sebagian alibi mendasar yang melatari perubahan lingkungan hidup, dan
berartinya pembangunan kepribadian perbedaan dunia kerja masa depan dalam
bangsa, baik secara filosofis, ideologis, bidang pendidikan pada setiap tingkatan
normatif, ataupun sosiokultural. Secara dan bidang kebudayaan.
filosofis, pembangunan kepribadian Profil Pelajar Pancasila adalah
bangsa ialah sesuatu kebutuhan asasi perwujudan pelajar Indonesia sebagai
dalam proses berbangsa disebabkan cuma pelajar sepanjang hayat yang memiliki
bangsa yang mempunyai kepribadian kompetensi global dan berperilaku sesuai
serta jati diri yang kokoh yang hendak dengan nilai-nilai Pancasila, dengan
survive selaku sesuatu bangsa. Secara enam ciri utama: beriman bertakwa
ideologis, pembangunan kepribadian kepada Tuhan YME, dan berakhlak
ialah upaya merealisasikan pandangan mulia, berkebinekaan global, bergotong
hidup Pancasila dalam kehidupan royong, mandiri, bernalar kritis, dan
berbangsa serta bernegara. Ada pula kreatif. Keberadaan Profil Pelajar
secara normatif, pembangunan Pancasila ini diharapkan berjalan dengan
kepribadian bangsa ialah bentuk nyata lancar dan terealisasi dengan baik
langkah menggapai tujuan bangsa ialah sehingga menghasilkan pelajar-pelajar
melindungi segenap bangsa Indonesia Indonesia yang berakhlak mulia,
serta segala tumpah darah Indonesia, memiliki kualitas yang dapat bersaing
memajukan kesejahteraan universal, secara nasional maupun global, mampu
mencerdaskan kehidupan bangsa, turut bekerjasama dengan siapapun dan
melakukan kedisiplinan dunia bersumber dimanapun, mandiri dalam melaksanakan
pada kemerdekaan, perdamaian abadi, tugasnya, meniliki nalar yang kritis, serta
serta keadilan sosial. Secara historis, mempunyai ide-ide kreatif untuk
pembangunan kepribadian bangsa ialah dikembangkan. Tentu untuk tercapainya
suatu dinamika inti proses kebangsaan cita-cita tersebut harus ada kerjasama
yang terjalin tanpa henti dalam kurun juga dari pihak pelajar seluruh Indonesia.
sejarah, baik pada era penjajahan ataupun Pelajar Indonesia harus punya motivasi
di era kemerdekaan. Sebaliknya secara tinggi untuk maju dan berkembang

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 181

menjadi pelajar yang berkualitas Guru selaku ujung tombak


internasional dengan karakter nilai pelaksana pembelajaran mempunyai
kebudayaan lokal. peranan besar dalam membimbing serta
Setelah melihat pernyataan diatas memusatkan siswa. Proses
menunjukkan bahwa kurikulum tentang pembimbingan yang dicoba guru bukan
pancasila dan pendidikan karakter cuma menyangkut intelektualitasnya
memerlukan revisi. Untuk itu peran hendak namun pula penguatan
pendidik sebagai garda terdepan sangat pembelajaran kepribadian, salah satu
perlukan. Salah satu permasalahan yang jadi sorotan dalam dunia
mengapa perlu direvisi adalah karena pembelajaran serta terkhusus guru
karakter yang sekarang sudah mulai merupakantingkatkan moral serta akhlak
memudar dan jarang mengamalkan nilai- siswa. Dalam pembelajaran guru pula
nilai pancasila. Kedua permasalahan mempunyai kedudukan berarti buat
diatas juga dibarengi dengan peran membentuk kepribadian siswa di sekolah.
pendidik yang kurang Guru merupakan pendidik handal yang
mengimplementasikan pendidikan memiliki tugas utama mendidik,
karakter dan pancasila dalam proses mengajar, membimbing, memusatkan,
belajar mengajar. Bentuk revisian melatih, memperhitungkan, serta
kurikulum ini berupa mengevaluasi siswa. Kedudukan guru
pengimplementasian nilai-nilai yang selaku pendidik ialah kedudukan yang
terdapat di sila Pancasila ke dalam berkaitan dengan tugas- tugas berikan
pembelajaran di sekolah atau pembiasaan dorongan ataupun dorongan, tugas- tugas
diri. Sehingga siswa dapat menerapkan pengawasan serta pembinaan, dan tugas-
dan mengimplementasikan di lingkungan tugas yang berkaitan dengan
rumahnya. mendisiplikan anak supaya jadi patuh
Pengimplemtasian ini diucap terhadap aturan- aturan di sekolah.
dengan profil pelajar Pancasila. Profil Kedudukan guru dalam
ialah pemikiran universal yang awal kali membentuk kepribadian wajib berikan
dilihat buat bisa diidentifikasi serta contoh yang baik kepada siswa, sebab
dinilai. Profil yang hendak dipaparkan tiap siswa memerlukan contoh ataupun
disini merupakan profil pelajar Pancasila model yang baik buat ditiru. Dalam
ialah pemikiran tentang pelajar yang membentuk kepribadian siswa, guru pula
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam tidak dapat sembarangan. Kepribadian
kehidupan tiap harinya. Iktikad dari profil yang dibentuk pada siswa wajib cocok
pelajar pancasila sendiri merupakan dengan Visi serta Misi Departemen
cerminan ataupun bentuk/ perbuatan dari Pembelajaran serta Kebudayaan yang
pelajar yang mempraktikkan ataupun tertuang dalam Permendikbud No 22
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam Tahun 2020 yang mempunyai 6
kehidupan tiap harinya baik disekolah karakteristik utama ialah: beriman,
ataupun dilingkungan rumahnya bertakwa kepada Tuhan YME, serta
(Leuwol, 2020). Salah satu Wujud berakhlak mulia, berkebinekaan global,
implementasi dari profil pelajar Pancasila bergotong royong, mandiri, bernalar
merupakan pelajar yang senantiasa kritis, serta kreatif.
mengamalkan nilai- nilai Pancasila Terpaut dengan Profil Pelajar
semacam taqwa kepada tuhan Yang Pancasila itu sendiri, Departemen
Maha Esa dengan mengerjakan ibadah Pembelajaran serta Kebudayaan(
cocok dengan agamanya. Kemendikbud) lewat Pusat Penguatan
Kepribadian( Puspeka) terus berupaya

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
182 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

buat mencetak penerus bangsa yang melanggengkan ideologi anti Pancasila.


cocok dengan Profil Pelajar Pancasila. Fenomenanya, generasi-generasi kita
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dianalisis rentan dalam mengadopsi
sudah menetapkan 6 penanda profil ideologi intoleran, hasil studi juga
Pelajar Pancasila. Keenam penanda menegaskan bahwa tidak hanya
tersebut yakni berakhlak mulia, mandiri, menginfiltrasi kaum muda, paham-
bernalar kritis, kreatif, bergotong royong paham radikal juga ditengarai mulai
serta berkebhinekaan global. Keenam menyusup ke badan-badan pemerintahan
penanda ini tidak lepas dari Peta Jalur yang strategis (Sugiarto, 2020: 209-226).
Pembelajaran Indonesia 2020- 2035, Hasil penelitian ini mendukung hasil
yang diakibatkan oleh pergantian penelitian sebelumnya yang dilakukan
teknologi, sosial, serta area lagi terjalin oleh W Khozim, tentang potensi radikal
secara global( Kearney, 2020: 3). Atas agama di perguruan tinggi (Khozim, W.,
bawah bermacam berbagai fenomena di 2013: 289-304).
dunia pembelajaran yang terjalin di Selain permasalahan klasik
Indonesia, baik itu masalah- masalah tersebut, dewasa ini, di dunia pendidikan
klasik ataupun kasus modern. Kasus Indonesia telah berkembang
klasik yang terjalin yakni masalah- problematika modern, seiring dengan
masalah sosial semacam intoleransi perkembangan teknologi informasi dan
didunia pembelajaran. Perihal ini dikira komunikasi. Dewasa ini, para pelajar
selaku ancaman, utamanya ancaman dianggap kurang peka dan kurang
terhadap pandangan hidup bangsa ialah terampil dalam pemecahan masalah
Pancasila. Maraknya persoalan- sosial, padahal, Kemendikbud mengutip
persoalan sosial klasik semacam konflik- World Economic Forum memaparkan
konflik sosial berbasis ras dan agama, data bahwa bahwa kemampuan
pelanggaran HAM, dan ancaman memecahkan masalah, sosial, proses, dan
radikalisme yang telah banyak memakan sistem adalah keterampilan yang akan
korban jiwa (Setyowati, A, 2019). paling dicari sebagai keterampilan inti di
Dalam hal radikalisme misalnya, tempat kerja pada masa mendatang.
beberapa penelitian dan lembaga survai Kebanyakan pekerjaan akan mengalami
seperti Setara Instititute mencatat bahwa perubahan dalam keterampilan
sebagian besar masyarakat di berbagai Data tersebut didukung dengan
wilayah Indonesia bersikap intoleran adanya perubahan “perilaku digital” yang
terhadap perbedaan. Mirisnya, penelitian- sangat pesat di masyarakat Indonesia.
penelitian yang dilakukan sejumlah Menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara
lembaga seperti Badan Nasional Jasa Internet Indonesia), pada tahun 2016
Penanggulangan Terorisme (BNPT, jumlah pengguna internet di Indonesia
2020), the Wahid Institute (2019), Center mencapai 132,7 juta jiwa, pada tahun
for the Study of Religion and Culture 2017 meningkat 143,26 juta jiwa, dan di
(CSRC, 2019), dan the Habibie Center tahun 2018 mencapai 171,17 dari total
(2019) menemukan bahwa beberapa populasi penduduk Indonesia 264,16 juta
sekolah dan perguruan tinggi negeri di orang (APJII, 2019). Penetrasi
Indonesia terpapar paham intoleran dan penggunaan internet sangat tinggi, namun
radikal yang berpotensi mengancam bertolak belakang dengan perkembangan
keutuhan bangsa. Kelompok muda indeks pembangunan manusia. Data
menjadi target penyebaran paham angka indeks pembangunan manusia
tersebut karena bagi mereka kelompok (IPM) dari United Nations Development
muda adalah ‘investasi’ untuk Programme (UNDP) 2016, dimana

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 183

Indonesia hanya meraih 0,689 dan berada mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
di peringkat ke-113 dari 188 negara yaitu pelajar yang berakhlak mulia,
(UNDP, 2016). Begitu pula UNESCO mandiri, bernalar kritis, kreatif,
dalam Global Education Monitoring bergotong royong dan berkebhinnekaan
(GEM) Report 2016, menempatkan global.
pendidikan di Indonesia berada peringkat Sebagaimana mestinya penerapan
ke-10 dari 14 negara berkembang. Dalam memerlukan sebuah konseptual atau
perkembangannya, pada tahun 2017, gambaran yang sudah terstruktur dan
Berdasarkan Education Index yang terjamin keberhasilannya. Konseptual
dikeluarkan oleh Human Development terhadap implementasi profil pelajar
Reports, pada 2017, Indonesia ada di Pancasila sangat berpengaruh jika
posisi ketujuh di ASEAN dengan skor diterapkan dari sekolah dasar. Perlu
0,622 (tirto.co.id, 2019). Hal ini dianalisis diketahui bahwa pelajar yang masih
karena pemanfaatan internet yang menginjak sekolah dasar mempunyai
cenderung belum maksimal. Konten yang tingkat rasa ingin tahu yang tinggi dan
diakses para pelajar masih jauh dari dunia mempunyai daya tangkap yang kuat.
pendidikan, dibuktikan oleh data APJII Sehingga sangat mudah mendoktrin atau
bahwa perilaku masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai pancasila dalam
penggunaan internet berdasarkan konten proses belajar mengajar untuk diterapkan
yang diakses didominasi oleh akses dalam kehidupan sehari-hari dan untuk
konten video sebesar 45,3%, bermain keberlangsungan hidup mereka nantinya.
game 17,1%, dan mendengarkan musik Untuk itu diharapkan guru harus
13,3% (APJII, 2019). memiliki konsepsi sendiri tentang Profil
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pelajar Pancasila. Konsepsi itu sendiri
teknologi informasi merupakan adalah pengertian atau tafsiran seseorang
lokomotif yang dahsyatdalam mendorong terhadap suatu konsep tertentu dalam
transformasi sosial di seluruh dunia kerangka yang sudah ada dalam
dalam beberapa dasawarsa terakhir. pikirannya dan setiap konsep baru
Kebanyakan dari proses perubahan ini didapatkan dan diproses dengan konsep-
didasarkan kepada produksi informasi. konsep yang telah dimiliki (Malikha &
Freddy K. Kalidjernih memaparkan Amir, 2018). Selain itu Menurut Euwe
bahwa teknologi informasi memainkan Van den Berg (1991:10) Konsepsi berasal
peran penting dalam perubahan sosial dari kata "to conceive" yang artinya
termasuk pendidikan kewarganegaraan. mengerti atau memahami. Maka dari itu
Kalidjernih memaparkan bahwa perlu sekali untuk mengetahui konsepsi
pendidikan pada umumnya dan guru tentang hal ini, karena hal ini
pendidikan kewarganegaraan pada membantu guru dalam menanamkan nilai
khususnya dihadapkan kepada implikasi- atau karakter yang baik pada siswa.
implikasi perubahan ini, khususnya Selain itu guru juga harus memiliki
dalam hubungannya dengan kehidupan strategi tersendiri bagaimana nantinya
yang semakin mengglobal yang telah guru menerapkan atau menanamkan nilai
membentuk dan mempertajam kultur- yang terkandung dalam Profil Pelajar
kultur pengajaran (teaching) dan Pancasila ini dalam pelaksanaan
pembelajaran (learning) (Kalidjernih, pembelajaran.
2011: 67). Selaras dengan pandangan ini, Menurut Juliani & Bastian (2021)
Kemendikbud merespons problematika dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
modern ini dengan menggagas program usaha untuk menciptakan Profil Pelajar
sekolah penggerak dengan tujuan Pancasila tidak saja merupakan gerakan

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
184 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

dalam sistem pendidikan, namun juga karakter tersebut untuk menghasilkan


merupakan gerakan masyarakat. peserta didik yang berkarakter. Guru
Kesuksesan dalam mewujudkan Profil memiliki peran penting sebagai contoh
Pelajar Pancasila akan bisa dicapai jika atau model yang baik untuk ditiru
orang tua, pendidik, peserta didik, dan pesertadidik. Dengan adanya kebijakan
semua instansi di masyarakat Kemendikbud tentang Profil Pelajar
berkolaborasi dan bekerjasama untuk Pancasila tersebut para guru harus sudah
mencapainya. memahami hal tersebut dan mampu
Sejalan dengan itu Siregar & menerapkannya di sekolah, Namun
Naelofaria (2020) menyebutkan bahwa permasalahannya ialah, apakah dunia
proses pendidikan berujung pada satu pendidikan kita sudah mengenal profil
tujuan yakni mencerdaskan kehidupan pelajar Pancasila ini, apakah sosialisasi
bangsa. Pelaksanaan penddikan tidak sudah dilakukan oleh Kementerian
lepas dari nilai-nilai Pancasila. Pendidikan dan Kebudayaan, utamanya
Internalisasi nilai-nilai tersebut di lapangan atau dalam hal ini di tingkat
dilaksanakan dalam kegiatan satuan pendidikan/ sekolah.
pembelajaran. Guru berhak menentukan
internalisasi nilai-nilai Pancasila pada METODE
setiap kegiatan tertentu dalam proses
pembelajaran. Dengan pembiasaan yang Kajian dalam artikel ini
dilakukan secara terus-menerus dalam merupakan hasil pengamatan yang
segala situasi pembelajaran diharapkan dilakukan di beberapa sekolah yang
siswa bisa menjadi pribadi yang beriman sudah mengimplentasikan kurikulum
dan bertakwa, serta cerdas menjadi warga merdeka, dengan menggunakan metode
negara yang menjunjung dan survei dan kajian kepustakaan, untuk
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. memperoleh data atau informasi yang
Sedangkan Ismail et al., (2021) berkaitan dengan pelaksanaan projek
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pelajar pancasila. Teknik analisis data
tujuan penguatan pendidikan karakter yang digunakan adalah reduksi data
dalam mewujudkan Pelajar Pancasila dengan mengolah dan menyeleksi data
pada dasarnya adalah mendorong yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan
lahirnya manusia yang baik, yang kajian ini. Berikutnya data yang sudah di
memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar seleksi di sajikan dan disusun secara
kritis, kreatif, mandiri, beriman dan sistematis, data tersebut selanjutnya
bertqwa kepada Tuhan YME, berakhlak diolah dengan menggunakan analisis
mulia, bergotong royong, dan deskriptif kualitatif untuk
berkebinekaan global. Harapannya menggambarkan secara umum
adalah agar peserta didik mampu pelaksanaan projek pelajar pancasila di
secara mandiri meningkatkan, sekolah, hasil kajian ini dapat dijadikan
menggunakan pengetahuannya, sebagai salah satu indikator keberhasilan
mengkaji, dan menginternalisasi serta pendidikan karakter disekolah.
memersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia yang dapat diwujudkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam prilaku sehari-hari.
Bersumber dari pernyataan di Menteri Pendidikan dan
atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud)
memiliki tanggung jawab dalam mempunyai konsep yaitu ‘Merdeka
mengembangkan dan menguatkan Belajar’ hal ini yang menjadi pemecah

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 185

masalah untuk sistem pendidikan di cita-cita. 2) Kepribadian (internal).


Indonesia. Merdeka Belajar mempunyai Perkembangankepribadian dialami ketika
tujuan menanamkan pelajar yang berani, manusia telah mengalami sebuah
mandiri, berpikir kritis, sopan, beradap peristiwa atau kejadian yang telah di
dan berakhlak mulia. Konsep Merdeka lalui. Kemampuan seseorang dalam
Belajar memiliki beberapa perbedaan memahami masalah-masalah agama atau
dengan konsep pendidikan yang ajaran- ajaran agama, hal ini sangat
sebelumnya, misalnya pendidik dalam dipengaruhi oleh intelejensi pada orang
konsep sebelumnya cenderung pasif itu sendiri dalam memahami ajaran-jaran
sedangkan dalam konsep Merdeka islam. Kepribadian dengan faktor
Belajar pendidik cenderung aktif yang pendukung contohnya sopan, tekun,
dinamakan Guru Penggerak. Sistem dari disiplin dan rajin. 3) Keluarga (eksternal)
konsep ini merombak Kegiatan Belajar contoh keluarga sebagai faktor
Mengajjar yang biasanya terpaku di pendorong yaitu: memperhatikan anak
dalam kenas, kini dapat merasakan hal tentang pendidikanya, selalu
baru yakni di luar kelas sebagai sebuah mendukung keputusan anak jika baik
strategi pembelajaran yang di pakai untuk dirinya. 4) Guru/pendidik
oleh Guru Penggerak. Siswa lebih aktif (eksternal). Guru harus mampu
dalam menggali informasi baru yaang menunjukkan akhlakul karimah dalam
dapat meningkatkan kualitas hasil kehidupan sehari-hari, karena peran dan
pembelajaranya sediri. pengaruh seorang pendidik terhadap
Peningkatan kualitas peserta didik peserta didik sangat kuat. 5) Lingkungan
didampingi oleh pendidik sesuai dengan (eksternal) faktor pendukung dalam
konsep Merdeka Belajar, guru di tuntut lingkungan, jika lingkungan yang di
harus inisiatif sebagai pemberi materi dan tempati positif, mengarahkan anak untuk
contoh bagi siswa. Menurut mempunyai sifat seperti nilai-nilai
Kemendikbud, pembelajaran tidak akan Pancasila.
pernah terjadi jika dalam prosesnya tidak Guru mampu meningkatkan prestasi
ada proses penerjemahan dari kompetensi muridnya, mengajar dengan kreatif dan
dasar dan kurikulum yang ada oleh guru inovatif, serta mengembangkan
dalam kompetensi di level apapun. kompetensi dirinya. Peran Guru
Terdapat Enam aspek Profil Pelajar Penggerak tak hanya sebatas sukses
Pancasila yang dirumuskan dalam mengurus kelas yang diampunya.
Kemendikbud yaitu: 1) Beriman, Selain menjadi guru yang baik, Guru
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Penggerak juga harus memiliki kemauan
dan Berakhlak Mulia, 2) Kreatif, 3) untuk memimpin, berinovasi, melakukan
Gotong Royong, 4) Berkebinekaan perubahan.
Global, 5) Bernalar Kritis, 6) Mandiri. Profil Pelajar Pancasila sesuai
Menurut Nazir (1998: 145 ) faktor Visi dan Misi Kementerian Pendidikan
pendukung pembentukan profil Pelajar dan Kebudayaan (Kementerian
Pancasila dibagi menjadi indikator Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
internal dan eksternal sebagai berikut: 1) Teknologi) sebagaimana tertuang dalam
Pembawaan (internal). Sifat manusia dengan Peraturan Menteri Pendidikan
yang dimiliki sejak ia lahir di dunia. Sifat dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020
yang menjadi faktor pendukung ialah tentang Rencana Strategis Kementerian
mengurangi kenakalan remaja, beribadah Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
kepada Allah dengan taat, tidak hanya 2020- 2024, bahwa “Pelajar Pancasila
mementingkan duniawi, fokus kepada adalah perwujudan pelajar Indonesia

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
186 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

sebagai pelajar sepanjang hayat yang Penguatan Karakter Kemendikbud


memiliki kompetensi global dan https://cerdasberkarakter. kemdikbud.
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai go.id/. Bahkan, secara infografik dibuat
Pancasila, dengan enam ciri utama: sangat menarik oleh Puspeka terkait
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dengan deskripsi Profil Pelajar Pancasila
dan berakhlak mulia, berkebinekaan itu sendiri. Lebih spesifiknya, infografik
global, bergotong royong, mandiri, Profil Pelajar Pancasila dapat diakses
bernalar kritis, dan kreatif”. pada website berikut:
Gagasan terkait dengan Profil https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.i
Pelajar Pancasila ini dapat ditelusuri d/?page_id=2817. Adapun infografisnya
secara lengkap dalam website Pusat gambar 2.

Gambar 2
Profil Pelajar Pancasila beserta 6 Indikatornya (Versi Puspeka)

Sumber: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=2817, 2020

Adanya pandemi tidak menjadi dan media pembelajaran seperti halnya


alasan bagi seorang pendidik untuk terus Zoom, Google Meet, dan Google
memperjuangkan pendidikan. banyak Classroom. Aplikasi dan media
sekali cara didalam memperjuangkan pembelajaran seperti diatas merupakan
pendidikan apalagi pada saat pandemi ini. salah satu ciri dari merdeka belajar yang
Salah satunya melalui berbagai aplikasi menggunakan berbagai sumber

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 187

pembelajaran dan dari berbagai pendidik memerdekakan anak dalam belajar yaitu
di belahan dunia manapun yang dapat melalui pembebasan terhadap hal-hal
bertatap muka secara langsung. yang disukainya atau yang diminatinya
Merdeka belajar dapat dikatakan bahkan bakatnya. Konsep dari adanya
sebagai langkah awal sebelum profil merdeka belajar terinspirasi dari bapak
pelajar Pancasila diterapkan. Nadiem pendidikan Nasional Negara Indonesia
makarim menyatakan bahwa merdeka yaitu bapak Ki Hajar Dewantara “Ing
belajar merupakan kunci yang Efektif Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
untuk diterapkan di zaman sekarang ini Karso, Tut Wuri Handayani”.
bahkan untuk kedepannya. Kemenkeu Pernyataan di atas cukup jelas
Mengajar. (2020, Desember 1). Diakses bahwa pendidik mempunyai tanggung
pada bulan Desember tanggal 27 tahun jawab yang besar terhadap pembentukan
2020. nilai karakter peserta didiknya.
https://www.instagram.com/tv/CIQEDZ Pendidikan menjadi teladan apabila
ehzRB/?igshid=gwhy8eyduog8. berada didepan, menjadi motivator atau
Akan tetapi di dalam semangat jika ditengah, pendidik menjadi
penerapannya merdeka belajar pendorong dari belakang peserta didik
memerlukan gotong royong.Salah satu jika dibelakang dengan berbagai
poin yang penting di dalam dukungan agar peserta didik dapat
mensukseskan merdeka belajar yaitu mandiri (Nugroho dkk, 2020: 88). Wujud
melalui gotong royong. Sistem gotong tanggung jawab pendidik untuk
royong ini terjadi diantara para pembentukan nilai karakter dapat
pemerintah, pendidik dan peserta didik terealisasi dengan penerapan profil
didalam menyusun, menyampaikan dan pelajar Pancasila ke dalam ranah
menerima. Carl Rogers mengatakan pendidikan. Profil Pelajar Pancasila ini
bahwa merdeka belajar mengacu pada 5 dapat diterapkan pada jenjang pendidikan
elemen yaitu: 1) keterlibatan aktif siswa, pendidikan usia dini sampai dengan
2) inisiatif diri 3) belajar yang bermakna, jenjang perguruan tinggi. Namun jika
4)mengevaluasi pembelajaran dan 5) terlepas pada ranah pendidikan
esensial dari pembelajaran. persekolahan profil pelajar Pancasila juga
Sedangkan menurut perspektif dapat dijadikan sebagai pendidikan
Elaine B. Johnson merdeka belajar sepanjang hayat yang artinya pendidikan
mengacu pada tiga konsep yaitu: 1) yang dilakukan sampai akhir usianya.
ketergantungan, 2) diferensiasi. 3) Profil pelajar Pancasila
regulasi untuk diri sendiri. Masih ada merupakan salah satu mandat dari
perspektif lain mengenai merdeka belajar Presiden Republik Indonesia yang
yaitu perspektif Mezirow menyimpulkan tertuang didalam Peraturan menteri
bahwa merdeka belajar mengacu pada pendidikan dan kebudayaan No 20 tahun
kerangka pola pikir baru, mengubah 2018 tentang penetapan profil pelajar
pandangan, kebiasaan dan Pancasila. Didalam arahan dan visinya,
mengkolaborasi pola pikir (Nadiroh, beliau mengatakan bahwa “sistem
2020:2) Ki Hajar Dewantara (Wiwoho & pendidikan Nasional harus
Situngkir, 2020: 86) menjelaskan bahwa mengedepankan nilai-nilai ketuhanan,
karakter adalah kunci utama dalam yang berkarakter kuat dan berakhlak
membangun insane pendidikan dengan mulia,serta unggul dalam inovasi dan
tetap memperhatikan dan teknologi”. Hal- hal yang
mengembangkan bakatnya. Konsep dari melatarbelakangi dibentuknya profil
merdeka belajar Ki Hajar Dewantara pelajar Pancasila yaitu pendidik karakter

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
188 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

yang mulai terkikis olehwaktu dan pribadi akanmenghilangkan bibit korupsi


semakin dilupakan. Di Dalam pendidikan di masa sekarang maupun dimasa yang
karakter inilah terwujudlah pelajar akan datang. Akan tetapi hal ini harus
Pancasila yang menjadi profil bangsa didasari terhadap kemampuan
indonesia di ranah nasional maupun pesertadidik untuk memahami dan
internasional. Petunjuk arah kemana kita mengerti bentuk nyata dari akhlak
menuju tujuan pendidikan disebut juga pribadi, Akhlakkepada manusia dapat
profil pelajar Pancasila. Penting halnya dikatakan sebagai perbuatankita sebagai
mengetahui arah terlebih dahulu agar sesama manusia dan sikap kita terhadap
mengetahui apa yang pendidik inginkan sesama manusia, setelah menerapkan
untuk peserta didiknya jika sudah keluar akhlak kepada sesame manusia penting
dari lembaga pendidikan. SDM yang halnya juga menerapkan akhlak kepada
unggul merupakan tujuan akhir dari profil alam. Alam merupakan bagian hidup
pelajar Pancasila. Seorang peserta didik kita dalam hal sandang, pangan dan
dinyatakan unggul apabila menerapkan papan. Jadi kita harus bisa hidup
belajar sepanjang hayat yang memiliki berdampingan tanpa harus merugikan
kompetensi global dan berperilaku sesuai satu sama lain, Akhlak Bernegara
dengan nilai-nilai Pancasila. Ciri-ciri bermaksud kepada sikap dan perbuatan
mendasar Profil Pelajar Pancasila yaitu: kita terhadap cara bernegara yang baik.
Beriman Bertaqwa kepada Tuhan Yang Jadi ciri dari Profil Pelajar Pancasila
Maha Esa dan Berakhlak Mulia, yang pertama merupakan hal yang
Berkebinekaan Global, bergotong terpenting untuk diterapkan karena
royong, Kreatif, Bernalar Kritis dan sehabat-hebatnya manusia dan sesukses
Kemandirian. apapun manusia itu, apabila tidak
Pertama, Beriman Bertaqwa menerapkan poin ini maka tidak ada
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan gunanya. Generasi yang tidak
berakhlak mulia mempunyai elemen menerapkan poin ini tentunya akan
kunci yaitu: keimanan dan spiritual merusak tatanan Negara baik dari segi
penting untuk diterapkan hal ini karakter, moral, kemasyarakatan dan
dikarenakan keduanya dapat dijadikan alam. Menurut Hamkadidalam (Sutinah,
pegangan dan tempat manusia bersandar 2020: 36) menyebutkan bahwa aspek
karena adanya kekuatan yang lebih religius dalam proses belajar ini akan
dahsyat. Adanya Keimanan dan Spiritual semakin memperkuat pembentukan
akan membantu manusia dan karakter peserta didik karena pendidikan
memberikan kekuatan untuk karakterbukan semata hanya fisik semata
menyelesaikan segala persoalan, Akhlak tetapi juga psikis dan hati.
Pribadi atau moralitas merupakan Kedua, Berkebhinekaan Global
tolakukur terhadap apa yang kita didasari oleh semboyan Negara Kita
lakukan di dalam kehidupansehari-hari. Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Apakah yangsudah kita lakukan itu Wujud nyatanya yaitu kemampuan
benar ataupun salah. Hal ini juga sesuai peserta didik didalam mencintai
dengan pendapat (Sutinah, 2020: 36) perbedaan. Budaya, agama, suku, ras,
Melalui muatan agama pada pendidikan warna kulit merupakan bentuk dari
karakter akanmembentuk manusia yang perbedaan yang harus dicintai oleh
berada pada fitrahnya sebagai hamba peserta didik. Tanpa didefinisikan
Allah. Pendidikan karakter akan toleransi sangat diperlukan bahkan
menekankan pada pendidikan psikis dan menjadi kebutuhan pokok dalam
rohani. Penerapan terhadap akhlak membangun suatu Negara, khususnya

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 189

dengan keragaman suku bangsa, tradisi, Keempat, Kreatif merupakan


dan adat istiadat serta agama dan aliran kemampuan peserta didik untuk
kepercayaan (Syihab, 2019: 283). Jika hal menghasilkan sesuatu yang orisinil,
ini diterapkan tentunya akan bermakna, bermanfaat dan berdampak.
menghasilkan generasi yang sukses Kemampuan ini dapat terwujud pada
dalam kehidupannya. Di Dalam kemampuan menghasilkan gagasan,
penerapannya juga harus mengadakan karya dan tindakan yang orisinil.
komunikasi yang baik dan dapat Kreativitas merupakan hal yang penting
berinteraksi dengan antar budaya. untuk digali karena dapat menunjang
Keberadaan sikap toleransi sangat masa depan. Legenda Apple Steve Jobs
diperlukan didalam kehidupan baik menyebutkan bahwa kreativitas
keluarga, bermasyarakat maupun merupakan tentang menghubungkan
bernegara bahkan dalam berinteraksi di titik-titik (Pratama, 2019: 26). Sehingga
dalam komunitas global (Shihab dkk, dapat diambil kesimpulan bahwa
2019: 281). Dan keberadaan dari kreativitas merupakan pusat dari
toleransi sangat penting bagi tersambungnya beberapa titik. Kreatif
keberlangsungan hidup manusia. adalah usaha memiliki daya cipta:
Ketiga, Gotong Royong memiliki kemampuan untuk
merupakan kemampuan untuk menciptakan: bersifat (mengandung)
melakukan kegiatan secara bersama- daya cipta: pekerjaan yang menghendaki
sama dalam team dan berkolaborasi kecerdasan dan imajinasi (Pablo, 2018:
untuk menjadikan segala pekerjaan 11). Jadi untuk memiliki karakter kreatif
menjadi mudah, cepat dan ringan. Gotong seseorang harus memiliki kemampuan
royong memiliki ciri kerakyatan, sama mencipta dan mampu berimajinasi.
dengan penggunaan demokrasi, Kelima, Bernalar Kritis
persatuan, keterbukaan, kebersamaan dan merupakan kemampuan memecahkan
atau kerakyatan itu sendiri (Widayati dkk, masalah dan mengolah informasi. Wujud
2020: 4). Sehingga gotong royong ini nyata bernalar kritis adalah peserta didik
sangat cocok untuk masyarakat yang mengolah informasi terlebih dahulu
Indonesia. Gotong royong juga harus sebelum dapat diterima oleh
menumbuhkan sikap peduli terhadap pemikirannya. Seorang anak yang
satu sama lainnya. Sikap saling berbagi bernalar kritis akan menganalisis suatu
juga penting untuk mensukseskan gotong informasi sebelum mengambil sebuah
royong. Nilai gotong royong keputusan apakah informasi tersebut
mengajarkan peserta didik untuk dapat diterima apa tidak. Kemampuan
berempati terhadap manusia yang memecahkan masalah bagi anak yang
lainnya. Empati ini bertujuan untuk berpikir kritis dilakukan secara analisis.
mengerti emosi orang lain. Gotong Pada dasarnya Berpikir kritis atau
royong merupakan sebuah sistem kerja bernalar kritis diartikan sebagai sebuah
yang diadopsi dari binatang merayap proses intelektual dengan melakukan
yaitu semut, yang patut untuk kita pembuatan konsep, penerapan,
pertahankan dan kita teruskan pada era melakukan sintesis dan atau
sekarang ini (Widiawati dkk, 2020: 5). mengevaluasi informasi yang diperoleh
Penerapan nilai gotong royong sejak dini melalui observasi, pengalaman, refleksi,
menjadi pembiasaan bagi peserta didik di pemikiran dan komunikasi sebagai dasar
dalam kehidupan sehari-harinya, di untuk meyakini dan melakukan suatu
lingkungan tempat tinggalnya bahkan di tindakan ( didalam Lismaya, 2019: 8).
lingkungantempat kerjanya nanti. Semua hasil olahan data yang diperoleh

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
190 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

melalui kegiatan berupa observasi Harapan Kemendikbudristek


ataupun komunikasi merupakan hasil dari terhadap penerapan profil pelajar
bernalar kritis. DePorter & Hernacki Pancasila adalah menjadikan profil
(Maulana, 2017: 5-6) mengelompokkan pelajar Pancasila sebagai Budaya dan
cara berpikir manusia kedalam berbagai pembiasaan sepanjang waktu dalam
bagian, yaitu: berpikir vertikal, berpikir kehidupan sehari-hari. Perwujudan dari
lateral, berpikir kritis, berpikir analitis, harapan ini dapat terlaksana dengan
berpikir strategis, berpikir tentang hasil, peserta didik yang mampu memahami,
dan berpikir kreatif. Menurut keduanya, mengerti, dan mampu menerapkan profil
berpikir kritis adalah berlatih atau pelajar pancasila baik di ranah
memasukkan penelitian atau evaluasi persekolahan, ranah tempat bekerja,
yang cermat, seperti menilai kelayakan maupun didalam kehidupan sehari-
suatu gagasan atau produk. harinya. Perwujudan yang dapat dicapai
Keenam, Kemandirian bagi Negara Indonesia kedepannya yaitu
merupakan kesadaran diri sendiri budaya produktif, budaya yang lebih
terhadap tanggung jawabatas proses dan terbuka dan budaya saling merangkul
hasil belajarnya. Peserta didik yang satu sama lainnya dan meningkatkan diri
menerapkan kemandirian yaitu selalu sendiri. Penerapan profil pelajar
sadar terhadap dirinya sendiri, sadar Pancasila ini juga harus diterapkan
akan kebutuhan dan kekurangannya dan kepada para pendidik. Karena para
sadar terhadapsituasi atau keadaan yang pendidik merupakan contoh teladan yang
dihadapi, peserta didik juga memiliki utama bagi peserta didik. Untuk
kemampuan regulasi diriyang terwujud mewujudkan profil pelajar pancasila yang
dalam kemampuan membatasi diri efektif peserta didik harus menerapkan
terhadap hal yang disukainya. Dalam hal Banyak bertanya, banyak mencoba dan
ini peserta didik mengetahui kapan hal banyak berkarya.
yang disukainya dapat dilakukan dan Berdasarkan hasil analisis studi
tidak dapat dilakukan dan yang terakhir pustaka di atas diperoleh informasi
peserta didik yang mandiri akan bahwa Implementasi dalam pelaksanaan
termotivasi untuk mencapai prestasi. Profil Pelajar Pancasila kurang maksimal
Berdasarkan Kemandirian dalam belajar karena ada berbagai hambatan yang
diartikan sebagai aktivitas belajar yang menyebabkan kurangnya suatu
berlangsung karena lebih didorong oleh pemahaman yang disampaikan oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan pendidik, diantaranya terbatasnya waktu
tanggung jawabsendiri dari pembelajaran Kegiatan Belajar Mengajar, substansi
(Serevina, 2020: 199). Jadi intinya pelajaran yang minim, terbatasnya Ilmu
kemandirian itutumbuh dari diri masing- Teknologi yang dilakukan oleh pendidik,
masing. Motivasi ini berasal dari dirinya minat pelajar yang sangat kurang
sendiri, bukan dari orang tua, gurunya terhadap mata pelajaran, peserta didik
maupun temannya. Haris Mujiman masih pasif dalam proses pembelajaran,
didalam Joni Raka juga mengartikan keterbatasan guru dalam mendesain RPP
belajarmandiri dengan kegiatan belajar yang baik, strategi pembelajaran yang
aktif yang didorong oleh niat atau motif kurang variasi dari pedidik, orang tua
untuk menguasaisuatu kompetensi guna kurang memperhatikan pola
mengatasi suatu masalah (Severina, pembelajaran anak dan kurangnya guru
2021: 200). Niat atau motif sangat dan adanya spekulasi terhadap pemberian
mempengaruhi hasil kompetensi yang materi pembelajaran. Sementara
diinginkan. pemahaman dan pengetahuan

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 179 - 192) https://ojs.unm.ac.id 191

koresponden di lingkungan tempat Mengajar, substansi pelajaran yang


tinggal terhadp penanaman nilai-nilai sedikit, terbatasnya Ilmu Teknologi yang
Pancasila masih sangat kurang misalnya, dicoba oleh pendidik, atensi pelajar yang
nilai-nilai ketuhanan hanya dipahami sangat kurang terhadap mata pelajaran
terbatas pada tindakan sembahyang dan serta sebagainya. Pemecahan alternatif
membuat upacara. Faktor penghambat terhadap hambatan yang dialami dalam
sering terjadi pada kesadaran masyarakat pembuatan Pelajar Pancasila selaku
umum yang menganggap remeh nilai- berikut 1) mengikutsertakan guru mapel
nilai Pancasila yang dapat penggerak; 2) dilaksanakan program
mengakibatkan terjadinya kemerosotan pembiasaan, keteladanan, tutorial serta
nilai-nilai moral dalam masyarakat pendampingan oleh guru BK ataupun
Slameto (2010: 133). mapel; 3) dicoba program kerjasama serta
koordinasi dengan guru mapel lain; 4)
tidak sangat mengosongkan waktu buat
PENUTUP pergaulan kenakalan anak muda, lebih
mendisiplinkan aktivitas yang efisien.
Profil Pelajar Pancasila berakar
pada visi dan misi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan DAFTAR PUSTAKA
Teknologi sebagaimana tertuang dalam
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Rusnaini, dkk. 2021. Intensifikasi Profil
dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2020 Pelajar Pancasila dan
tentang Rencana Strategis Departemen Implikasinya Terhadap
Pendidikan serta Kebudayaan Tahun Ketahanan Pribadi Siswa. Jurnal
2020-2024, kalau“ Pelajar Pancasila Ketahanan Nasional, 27(02),
merupakan perwujudan pelajar Indonesia 230-249.
selaku pelajar selama hayat yang https://journal.ugm.ac.id/jkn/arti
mempunyai kompetensi global serta cle/view/67613.
berperilaku cocok dengan nilai-nilai Sayektiningsih. 2017. “Penanaman Nilai-
Pancasila, dengan enam karakteristik nilai Karakter Dalam
utama: Beriman, bertakwa kepada Tuhan Pembelajaran Kewarganegaraan
YME, serta berakhlak mulia, di Madrasah Aliyah
berkebinekaan global, bergotong royong, Muhammadiyah Klaten” Jurnal
mandiri, bernalar kritis, serta kreatif”. Manajemen Pendidikan, Vol.
Keenam penanda ini diformulasikan 12, No. 2 , Juli 2017, pp. 228-
dalam rangka buat membentuk SDM 238.
yang unggul, pelajar selama hayat yang Danial dan Wasriah. 2009. Metode
mempunyai kompetensi global serta Penulisan Karya Ilmiah.
berperilaku cocok dengan nilai- nilai Bandung: Laboratorium
Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan
Implementasi dalam penerapan UPI.
Profil Pelajar Pancasila kurang optimal Dharma Kesuma. 2012. Pendidikan
sebab terdapatbermacam hambatan yang Karakter Kajian Teori dan
menimbulkan minimnya sesuatu uraian Praktik di Sekolah. Bandung:
yang di informasikan oleh pendidik, PT Remaja Rosdakarya.
antara lain terbatasnya waktu yang Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi
diinformasikan oleh pendidik, dan Supervisi Pengembangan
terbatasnya waktu Aktivitas Belajar Kurikulum. Bandung: CV.

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya
192 _____Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembinaan Karakter…, Mustari, dkk

Mandar Maju. Preverences”. Teaching and


Kalidjernih, Freddy K., 2011, Puspa Teacher Education. 55 (2016),
Ragam, Konsep dan Isu pp. 110- 121.
Kewarganegaraan, Bandung: Winarno. 2014. Pembelajaran
Widya Aksara. Pendidikan Kewarganegaraan.
Kemendikbud. 2020 . Permendikbud Jakarta. Bumi Aksara.
Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Undang-Undang Negara Republik
Rencana Strategis Kementerian Indonesia Nomor 14 Tahun
Pendidikan dan Kebudayaan. 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Kemendikbud. Pusat Penguatan Karakter, 2020,
Lie, Anita, 2021, Profil Pelajar Capaian Satu Tahun Kolaborasi
Pancasila dan Konsolidasi di dengan Tokoh Penggerakdalam
Sekolah, Kompas, edisi Jumat, Mewujudkan Profil Pelajar
29 Januari 2021. Pancasila, Jakarta: PUSPEKA.
Moh. Nazir. (1998). Metode Penelitian. https://indonesia.go.id/kategori/editorial/
Ghalia Indonesia. Jakarta 3962/literasi-digital-
Moleong, J. 2014. Metodologi Penelitian masyarakat-indonesia-membaik
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Notoatmodjo,
Soekidjo, 2003, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Republik Indonesia. 2003. Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Ruslan,Rosady.2008. Manajemen Public
Relatoins & Media
Komunikasi.Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Rusman, 2017. Belajar & Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenanda
Media.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta. Sutama.
2012. Metode Penelitian
Pendidikan Kuantitayif,
Kualitatif, PTK R&D.
Surakarta:
Fairus Media.
Thornberg, Robert. 2016. ”Moral and
Citizenship Educational Goals
in Value Education: A Cross
Cultural Study of Swedish and
Turkish Student Teachers

Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya

Anda mungkin juga menyukai