Anda di halaman 1dari 5

RUMUSAN SEMENTARA

WORKSHOP PENGELOLAAN PUPUK BERSUBSIDI 2024

Workshop Pengelolaan Pupuk Bersubsidi Tahun 2024 dilaksanakan di Swiss


Belcourt Hotel - Bogor, Jawa Barat. Jumlah peserta yang menghadiri acara secata
langsung berjumlah 165 orang dari 32 Provinsi. Sementara itu, perwakilan dari
Provinsi Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur hadir secara virtual/online.
Adapun total peserta yang mengikuti acara secara virtual melalui aplikasi zoom
meeting berjumlah kurang lebih 860 peserta.
Rapat dibuka secara resmi oleh Bapak Tommy Nugraha selaku Direktur Pupuk dan
Pestisida. Adapun narasumber yang hadir adalah Bapak Yeka Hendra Fatika (Ketua
Ombudsman RI) hadir secara online, Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan
Tertib Niaga – Kemendag diwakili oleh Pengawas Perdagangan Ahli Madya
(Fungsional Tertentu) pada Direktorat Tertib Niaga, InspekturJenderal Kementerian
Pertanian diwakili oleh Plt Inspektur I, Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia
(Persero) diwakili oleh SVP PSO Wilayah Barat, Direktur Pengawasan Bidang
Pangan, Pengelolaan Energi, dan Sumber Daya Alam – BPKP diwakili oleh
Fungsional Auditor, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian – BPPSDMP diwakili oleh
Ketua Kelompok Substansi Penyelenggaraan Penyuluh, Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian - Setjen Kementan, dan Kepala Balai Pengujian Standar
Instrumen Tanah dan Pupuk – BSIP. Beberapa hal pokok hasil pertemuan sebagai
berikut:
1. Menikdaklanjuti kebijakan pengelolaan pupuk bersubsidi TA 2024, beberapa
catatan yang perlu diperhatikan dalam mekanisme penyaluran pupuk
bersubsidi antara lain:
a) Skema tPubers, masih ada banyak ditemukan data (Nama/NIK) petani
tidak padupadan dengan Dukcapil
b) Skema Kartu Tani, dianggap gagal karena masih banyak kendala dalam
implementasinya
c) Skema iPubers, masih memiliki kendala dalam jaringan/signal yang belum
memadai di Remote Area
d) Skema BLP, bantuan langsung ke petani belum jelas dan masih banyak
catatan yang perlu disikapi dengan serius oleh para Stakeholders terkait
2. Dalam rangka optimalisasi layanan penyaluran pupuk bersubsidi kepada
petani, ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan terkait dengan mekanisme
penyaluran dan permasalahan dalam pendataan:
(a) Mekanisme penyaluran dan penebusan pupuk bersubsidi wajib
memudahkan petani, dengan tetap mendorong akuntabilitas.
 Penebusan dapat dilakukan secara individu maupun kolektif melalui
Poktan.

1
 Penebusan tidak menggunakan 1 (satu) mekanisme, selama
infrastruktur pendukung Kartu Tani/iPubers/BLP belum memadai di
setiap daerah.
 Evaluasi terhadap segala bentuk potensi penyimpangan dalam
penyaluran dan penebusan pupuk bersubsidi, baik yang dilakukan
oleh Oknum Pemerintah, Oknum Distributor, Oknum Kios pengecer
maupun oleh Kelompok Tani.
 Mendorong penyesuaian Margin/Fee pada Distributor dan Pengecer
yang sejak tahun 2010 belum mengalami perubahan, karena
rendahnya atau tidak berubahnya Margin tersebut berpotensi
memunculkan Moral Hazard.
(b) Menuntaskan permasalahan pendataan
 Lakukan pemutakhiran data Petani Penerima Pupuk Bersubsidi
secara komprehensif dengan melibatkan Petani, Kelompok Tani,
Penyuluh dan Aparatur/Perangkat Desa.
 Penguatan Penyuluh Pertanian dengan mengidealkan jumlah SDM
Penyuluh (1 Desa 1 Penyuluh), peningkatan kompetensi dan
dukungan anggaran/insentif.
 Penguatan institusi pendataan di Kementerian Pertanian.
3. Dalam mengatasi resiko proses penyaluran ke petani ada beberapa
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:
a) Pengusulan pendataan penerima subsidi mencantumkan bukti lahan yang
digarap (SPT PBB, Seritfikat).
b) Penyuluh memperhatikan riwayat tanam komoditas pertanian di lokasi
tersebut.
c) Penyuluh memperhatikan Masa Tanam yang biasa dilakukan di Lokasi
tersebut.
d) Monitoring ke Pengecer oleh Dinas Pertanian secara Berkala.
e) Pengecer memastikan penebusan kolektif akan sampai ke petani.
f) Pengecekan status petani penerima secara berkala dan updating data
penerima oleh dinas/penyuluh.
4. Pengawasan terhadap Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi meliputi
aspek:
a) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh Holding
BUMN Pupuk;
b) Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi oleh distributor;
c) Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi oleh pengecer;
d) Laporan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh Holding BUMN
Pupuk, distributor, dan pengecer;
e) Ketentuan stok di produsen, distibutor, dan pengecer;
f) Kesesuaian mutu pupuk bersubsidi.

2
5. Sanksi berdasarkan Permendag Nomor 04 Tahun 2023 tentang Pengadaan
dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian meliputi:
a) Holding BUMN Pupuk yang melanggar ketentuan dikenai sanksi
administratif berupa:
1) teguran tertulis dari Menteri.
2) rekomendasi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian untuk menangguhkan atau tidak
membayarkan subsidi.
b) Distributor yang melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif berupa:
1) teguran tertulis dari Bupati/Wali Kota melalui dinas yang membidangi
perdagangan.
2) rekomendasi secara tertulis kepada Holding BUMN Pupuk untuk
mencabut penunjukan Distributor.
3) rekomendasi secara tertulis kepada Lembaga Online Single
Submission untuk mencabut NIB yang dimiliki Distributor.
c) Pengecer yang melanggar ketentan dikenai sanksi administratif berupa:
1) teguran tertulis dari Bupati/Wali Kota melalui dinas yang membidangi
perdagangan.
2) rekomendasi secara tertulis kepada Distributor untuk mencabut
penunjukan Pengecer.
3) rekomendasi secara tertulis kepada kepada Lembaga Online Single
Submission untuk mencabut NIB yang dimiliki Pengecer.
6. Kebijakan pengelolaan pupuk bersubsidi telah diatur dalam Permentan Nomor
10 Tahun 2022 dan pengadaan serta penyaluran pupuk bersubsidi diatur
dalam Permendag Nomor 4 Tahun 2023. Tim Satgas Pencegahan Korupsi
Polri menyampaikan bahwa:
a. Bunyi pasal terberat jika melakukan korupsi pupuk bersubsidi. Pasal 2 ayat
(1) UU Tipikor menyebutkan setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara dipidana dengan pidana penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20
tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar
rupiah.
b. Pasal 3 setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau karena
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara dipidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 tahun
dan paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit 50 juta rupiah dan
maksimal 1 miliar.
c. Pasal 18 ayat 1 huruf b pembayaran uang pengganti yang jumlahnya
sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi.

3
7. Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan adalah aplikasi yang menyajikan
data dan informasi seluruh komponen penyuluhan pada Kementerian
Pertanian. Data Simluhtan sebagai bagian Satu Data Pembangunan Pertanian
didukung pemantauan terintegrasi dan koordinasi online dari AWR Kementan
dengan BPP KostraTani di seluruh Indonesia, sebagai pengendali lalu lintas
data dan perkembangan terkini sektor pertanian di tiap daerah.
8. Setiap proses input pada aplikasi Simluhtan akan dilakukan pengecekan
validitas NIK ke database Kemndagri (Dukcapil) jika data valid akan disimpan
ke database petani. Data usulan calon penerima manfaat pupuk bersubsidi
diambil berdasarkan data NIK valid yang sudah ada di Simluhtan. Terhadap
data tersebut dilakukan proses pengecekan ulang setiap H+1 data masuk di
eRDKK ke Dukcapil yang mana repon atau data mutakhir paling update akan di
simpan di Simluhtan kemudian dikirimkan kembali update status data tersebut
ke eRDKK.
9. Rencana PT Pupuk Indonesia (Persero) dengan melihat kondisi tahun 2023
saat ini, petani yang belum melakukan penebusan sampai dengan 30
September sebesar 4,3 juta petani atau 29% dari 15 Juta Petani yang terdaftar.
Terjadinya el nino dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober, sehingga
berdampak pada mundur musim tanam di Indonesia. Pada beberapa wilayah
Indonesia lebih cermat dalam melakukan penyaluran pupuk, guna
mengantisipasi terjadinya kembali kelebihan penyaluran seperti tahun 2022.
Beberapa rencana PT Pupuk Indonesia (Persero) pada tahun 2024
diantaranya yaitu: (1) Besama-sama mengawal dalam melakukan pendataan
petani, sehingga akurasi data petani menjadi lebih baik; dan (2) Pada wilayah
yang terdapat 2 (dua) metode penebusan diharapkan menjadi 1 (satu) metode
penebusan, agar lebih mudah dalam monitoring penyaluran.
10. Beberapa hal pokok hasil diskusi dalam pertemuan workshop pengelolaan
pupuk bersubsidi TA 2024 adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan Permentan 10 Tahun 2022 dijelasakan bahwa petani yang
berhak mendapatkan pupuk bersubsidi adalah petani yang melakukan
usaha tani dengan kriteria sesuai dalam Permentan tersebut.
b) Kios/Pengecer yang menjual pupuk diatas HET masuk dalam
pelanggaran dan perlu dilaporkan kepada PIHC agar memberi sanksi
tegas terhadap distributor dan pengecer. Jika pengecer menjual pupuk
diatas HET karena ada biaya angkut/transportasi ataupun ongkos kirim
maka bukan masuk dalam pelanggaran.
c) Penyusunan RDKK pupuk bersubsidi masih mengacu pada Permentan
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani sebagai
dasar penginputan dalam aplikasi eRDKK.
d) Dosis rekomendasi pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan hara yang
ada di dalam tanah, untuk dosis komoditas Kopi di wilayah Provinsi
Sumsel sudah tidak perlu lagi pupuk Urea yang dibutuhkan hanya unsur P

4
dan K demikian juga dengan subsektor hortikultura untuk komoditas
Cabai.

Bogor, 9 November 2023


Perumus

Anda mungkin juga menyukai