KEMENTERIAN PERTANIAN-RI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
2010
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan.
Tujuan pengelolaan sarana produksi adalah :
1. Memfasilitasi ketersediaan sarana produksi sesuai azas 6 (enam) tepat.
B. Sasaran Produksi.
Sasaran Produksi Tanaman Pangan Nasional tahun 2010 telah ditetapkan
untuk komoditas padi sebesar 66,680 juta ton GKG, jagung 19,8 juta ton
pipilan kering, kedelai 1,3 juta ton biji kering, kacang tanah 0,882 juta ton biji
kering, kacang hijau 0,360 juta ton biji kering, ubi kayu 22,248 juta ton ubi
basah dan ubi jalar 2 juta ton ubi basah.
1. Penyediaan Pupuk.
2. Penyediaan Pestisida.
2. Keluaran/Output
3. Hasil Kegiatan
a. Buku Pedum Pengembangan Pupuk Organik
JENIS PUPUK
BULAN
UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK
g. Pupuk Terdaftar
2. Keluaran/Output
Beberapa keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Pembinaan dan
Pengembangan Pestisida antara lain :
3. Hasil Kegiatan
1. Insektisida 867
2. Fungisida 372
3. Herbisida 634
4. Rodentisida 34
5,. Bakterisida 7
6. Akarisida 19
7. Moluskisida 40
8. Nematisida 6
9. ZPT 95
10. Bahan Pengawet Kayu 65
11. Lain-lain 8
Jumlah 2.547
3. Pestisida Hayati
32. Saco P cabai : penyakit layu Fusarium PT. Tani Mas Subur
42. Xentari WDG kubis : hama perusak daun PT. Sumitomo Indonesia
43. Zoe Brafal SL padi: penyakit hawar pelepah CV. Dwi Agro Hayati
piperin : 58 g/l Rhzoctonia solani RI. 3394/12-2008/T
eugenol : 29 g/l
44. Zoe Intro SL cabai: ulat grayak Spodoptera CV. Dwi Agro Hayati
Azadirakhtin : 16,8 g/l Litura; RI. 3395/12-2008/T
padi :wereng coklat
piperin : 13,4 g/l
Nilaparvata
kurkumin : 29,3 g/l lugens, penggerek batang
Tryporiza incertulas.
No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)
4. Beuvaria bassiana penggerek batang, hama padi, jagung, N.A. Darusallam, Sumut,
kutu daun, ulat daun, Aphis kedelai, palawija, Sumbar, Jambi,
sp., wereng batang coklat, hortikultura Bengkulu, Sumsel,
wereng hijau, walang sangit, Lampung, Banten, DKI.
Zeuzera sp., kepinding Jakarta, Jawa Barat,
tanah, Ulat grayak, Hama Jawa Tengah, D.I.
putih, Hypothenemus Yogyakarta, Bali, NTB,
hampei NTT, Kalteng, Kalsel,
No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)
13. Gliocladium sp. Fusarium oxysforum, pisang, bawang N.A. Darusallam, Riau,
Rhizoctonia solani, merah, palawija Kepri, Bengkulu, DKI.
Sclerotinia, Hawar daun, Jakarta, Jawa Tengah,
Phytium, penggulung D.I.Yogyakarta, Jawa
daun, Timur, Kalsel, Sulteng,
Sultra, Sulsel,
Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Papua
No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)
17. Metarhizium sp. wereng coklat, wereng padi Bali, NTT, Sulteng,
hijau, penggerek batang, Maluku, Maluku Utara,
hama putih palsu, ulat Papua
grayak,
18. Nomuraea rileyi ulat daun, ulat grayak padi, jagung, Jawa Tengah, D.I.
kedelai Yogyakarta,
19. NPV ulat Spodoptera litura, ulat padi sawah, Lampung, Jawa
bawang, ulat grayak, pisang, bawang Tengah, D.I.Yogyakarta,
merah, Jawa Timur, Kalsel,
Sulteng, Sulsel,
Gorontalo,
26. Spodoptera litura ulat grayak Spodoptera padi, jagung, Jawa Tengah, Jawa
nuclear litura, kedelai Timur,
No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)
30. Trichogamma Heteropsyila cubana, padi, jagung, N.A. Darusallam, Jawa
Sesamia inferens, palawija Tengah, Bali, Sultra,
penggerek batang, Gorontalo,
33. Verticilium sp. Kepinding tanah, kutu, padi Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa
Timur, Papua Barat
b. Pengawasan Pupuk
Menyadari akan pentingnya peranan pupuk dalam peningkatan
produksi hasil pertanian dan menghadapi pesatnya perkembangan
rekayasa formula pupuk, pemerintah berkepentingan mengatur
penyediaan pupuk yang memenuhi standar mutu dan terjamin
efektivitasnya. Untuk itu, pemerintah telah mengamanatkan kepada
Menteri Pertanian untuk melaksanakan pendaftaran pupuk dan
pengawasan pada tingkat rekayasa formula. Pupuk yang akan
dipasarkan untuk keperluan sektor pertanian harus memenuhi
standar mutu dan terjamin efektivitasnya.
Dalam rangka melindungi petani dari peredaran dan penggunaan
pupuk yang tidak memenuhi standar, sangat diperlukan
pengawasan mulai dari pengadaan, peredaran serta
penggunaannya, sehingga pupuk yang beredar di lapangan dapat
terjamin mutu dan kualitasnya.
c. Pengawasan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
menyatakan bahwa pestisida yang boleh diedarkan, disimpan dan
digunakan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia adalah
pestisida yang telah terdaftar dan atau memperoleh izin Menteri
Pertanian. Namun banyaknya pestisida yang beredar saat ini
menjadi peluang terjadinya penyimpangan di lapangan, seperti
beredarnya pestisida yang tidak terdaftar dan atau memperoleh izin
Menteri Pertanian, peredaran pestisida yang telah habis masa
berlaku izin pendaftaran; pestisida yang telah diperpanjang izinnya
tetapi di lapangan masih beredar dengan izin lama; pelanggaran
label dengan memperluas sasaran penggunaan yang tidak sesuai
dengan izin pendaftaran; pestisida palsu; pewadahan kembali;
penjualan bebas pestisida terbatas; penggunaan pestisida terbatas
oleh petani/pengguna yang tidak bersertifikat.
2. Keluaran (Output)
3. Hasil Kegiatan
c. Pengawasan Pupuk
No Penyimpangan/Kasus Jumlah
A Pupuk Bersubsidi
1 Harga di atas HET 17
2 Pengeluaran pupuk bersubsidi di luar wilayah tanggung jawab 6
3 Rembesan ke perkebunan besar atau industri 1
Penggantian karung dari pupuk bersubsidi menjadi non
4 5
subsidi
5 Kelangkaan pupuk 2
6 Penjualan pupuk secara paket 3
7 Penimbunan dan penyelundupan 9
8 Lain-lain 7
Jumlah 50
B Pupuk Non Subsidi
1 Pupuk ilegal 2
2 Pupuk palsu 8
3 Pupuk yang telah habis masa berlaku izin pendaftarannya 0
Jumlah 10
d. Pengawasan Pestisida
No Penyimpangan/Kasus Jumlah
1 Pestisida yang dilakukan pewadahan kembali 11
2 Pestisida tidak terdaftar/ilegal 69
3 Pestisida yang telah habis masa berlaku izin pendaftarannya 74
4 Pestisida label tidak sesuai dengan terdaftar 1
5 Pestisida tidak sesuai dengan izin penggunaan 25
6 Pestisida yang dipalsukan 6
7 Kasus keracunan pestisida 36
Jumlah 222
1. Analisa Pupuk
Analisa pupuk yang telah dilakukan pada tahun 2010 sebanyak
22 merek pupuk. Analisa dilakukan di Laboratorium Balai
Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) – Ditjen Tanaman
Pangan dan Laboratorium Balittanah Bogor. Sampel pupuk yang
diuji berasal dari hasil pemantauan lapang dari daerah. Hasil
analisa sampel tersebut adalah 7 sampel pupuk yang diuji (32
%) sesuai dengan kandungan yang terdaftar, 11 sampel yang
diuji (50 %) tidak sesuai dengan kandungan yang terdaftar dan 4
sampel yang diuji (18 %) tidak terdaftar di Kementerian
Pertanian.
2. Analisa Pestisida
Pada tahun 2010 telah dilakukan analisa sampel pestisida
sebanyak 39 formulasi. Analisa dilakukan di Laboratorium Balai
Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) – Ditjen Tanaman
Pangan. Hasil analisa sampel tersebut adalah 27 sampel
pestisida yang diuji (69 %) sesuai dengan kandungan bahan
aktif yang terdaftar dan 12 formulasi (31 %) tidak sesuai dengan
kandungan bahan aktif yang terdaftar, berdasarkan Permentan
No. 07/Permentan/SR.140/2/2007.
1. Hasil Pelaksanaan
a. Uji coba sistem pengawasan menggunakan kartu
kendali/smart card telah berjalan dengan baik, khususnya
untuk pengawasan pupuk bersubsidi di sebagian besar
lokasi uji coba mulai tahun 2007 dan 2008.
c. Koordinasi
1) Koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan dengan
baik, sehingga pelaksanaan uji coba penyaluran benih
dan pupuk bersubsidi menggunakan kartu kendali/smart
card belum optimal.
d. Pendanaan
Jumlah KP3
No Provinsi Jlh Kab/Kota
Provinsi Kabupaten/kota
1 NAD 23 1 20
2 Sumut 34 1 26
3 Sumbar 19 1 17
4 Riau 12 1 11
5 Kepri 7 1 3
6 Jambi 11 1 10
7 Sumsel 15 1 15
8 Babel 7 1 7
9 Bengkulu 10 1 10
10 Lampung 14 1 11
11 Banten 8 1 7
12 DKI Jakarta 6 1 0
13 Jabar 26 1 25
14 Jateng 35 1 35
15 DIY 5 1 4
16 Jatim 38 1 38
17 Bali 9 1 9
18 NTB 10 1 10
19 NTT 20 1 17
20 Kalbar 14 1 14
21 Kalsel 13 1 13
22 Kalteng 14 1 11
23 Kaltim 14 1 13
24 Sulut 15 1 14
25 Gorontalo 6 1 6
26 Sultra 12 1 9
27 Sulsel 24 1 24
28 Sulteng 11 1 9
29 Sulbar 6 1 5
30 Maluku 10 1 0
31 Malut 9 1 0
32 Papua 29 1 3
33 Papua Barat 11 1 2
Total 497 33 397
PAKET A PAKET B
Jumlah Jumlah
No Jenis Alsintan
Alsintan Alsintan
(Unit/paket) (Unit/paket)
1 Traktor Roda 4 1 -
2 Traktor Roda 2 - 3
3 Pompa Air 1 1
Alsin tanam bibit padi
4 1 1
(Transplanter)
Alsin Pemanen Padi Tipe
5 1 1
Sandang (Paddy Mower)
Alsin Perontok Padi Tipe Throw
6 1 1
In Bermotor (Power Thresher)
Alsin Perontok Padi Hold On
7 Bermotor/Pedal Thresher 1 1
Bermotor
Alsin Pembuat Pupuk Organik
8 1 1
(APPO)
Alsin Penyiang Bermotor
9 1 1
(Power Weeder)
10 Gudang Penyimpanan Alsintan 1 1
11 Peralatan Bengkel Alsintan 1 1
Mesin Perawatan Kebersihan -
12 1
Alsintan
e. APBN-P 2010
f. Kegiatan lain-lain
2. Keluaran/Output.
3. Hasil Kegiatan
Pilot Project
NO PROVINSI Untuk UPJA Profesional Persentase (%)
Rencana Realisasi
1 NAD 1 1 100
2 SUMUT 1 1 100
3 SUMBAR 1 1 100
4 RIAU 1 1 100
5 JAMBI 1 1 100
6 SUMSEL 1 1 100
7 BABEL 1 1 100
8 BENGKULU 1 1 100
9 LAMPUNG 1 1 100
10 BANTEN 1 1 100
11 JABAR 1 1 100
12 JATENG 1 1 100
13 DIY 1 1 100
14 JATIM 1 1 100
15 KALBAR 1 1 100
16 KALSEL 1 1 100
17 KALTENG 1 1 100
18 KALTIM 1 - -
19 SULUT 1 1 100
19 SULTENG 1 1 100
20 SULTRA 1 1 100
21 SULSEL 1 1 100
22 GORONTALO 1 1 100
23 SULAWESI BARAT 1 1 100
24 BALI 1 1 100
26 NTB 1 1 100
27 NTT 1 1 100
28 MALUKU 1 1 100
29 MALUKU UTARA 1 1 100
30 PAPUA 1 - -
Total 30 28 92,63
e. APBN-P 2010
2. Keluaran/Out put
3. Hasil Kegiatan
UPJA
NO PROVINSI
Pemula Berkemb. Prof. Jumlah
9 KEPRI 15 - - 15
10 BABEL 48 2 - 50
12 DKI 11 - - 11
15 DIY 6 20 3 29
UPJA
NO PROVINSI
Pemula Berkemb. Prof. Jumlah
24 SULUT 37 - - 37
29 GORONTALO 84 4 - 88
30 MALUKU 16 - - 16
31 MALUT 43 - - 43
32 PAPUA 59 - - 59
33 PAPUA BARAT 3 20 - 23
b. Kondisi UPJA saat ini secara umum masih dalam kelas pemula,
hanya sedikit sekali yang mulai mendekati berkembang dan
Profesional. Kondisi UPJA seperti ini disebabkan beberapa hal,
antara lain para pengelola (manajer) belum fokus menjadikan UPJA
sebagai suatu lapangan kerja, manajer hanya memprioritaskan
kelompoktaninya saja dan tidak meluas kekelompok lainnya bahkan
ada pengelola hanya mengolah lahan mereka sendiri saja sehingga
efisiensi alat rendah, jumlah alsin yang dikelola sangat minim,
rendahnya SDM pengelola UPJA, kurangnya perhatian pemerintah
untuk menambah asset berupa alsintan serta belum optimalnya
dukungan pembinaan dari lembaga terkait (Pemerintah – Petani –
Mitra usaha alsintan).
c. Upaya yang perlu dilakukan dalam peningkatan pemberdayaan
UPJA adalah 1) pengembangan / peningkatan SDM melalui
(dalam ton)
KESEPAKATAN HASIL SURPLUS /
PROVINSI CAPAIAN
21 - 22 Oktober 2009 WORKSHOP KEKURANGAN
NTB 370,000 370,000 - 100.00%
NTT 846,794 846,794 - 100.00%
SULUT 660,000 663,813 3,813 100.58%
GORONTALO 890,000 889,936 (64) 99.99%
SULTENG 167,360 192,347 24,987 114.93%
SULBAR 161,000 125,599 (35,401) 78.01%
SULSEL 1,641,217 1,718,779 77,562 104.73%
SULTRA 72,805 100,790 27,985 138.44%
MALUT 23,911 21,857 (2,054) 91.41%
MALUKU 15,000 4,786 (10,214) 31.91%
PAPUA BARAT 1,362 2,105 743 154.55%
PAPUA 7,875 9,742 1,867 123.71%
TOTAL 4,857,324 4,946,548 89,224 101.84%
(dalam ton)
KACANG
PROVINSI KACANG HIJAU UBIJALAR UBIKAYU
TANAH
NTB 42,392 39,496 100,690 27,960
NTT 4,822 15690 60,106 16,499
SULUT 12,676 2,734 55,472 87,199
GORONTALO 2,297 408 4,022 9,752
SULTENG 16,052 1,352 35,839 98,852
SULBAR 3,780 3,236 10,008 50,150
SULSEL 89,572 36,221 92,014 518,400
SULTRA 7,563 1,075 21,790 183,211
MALUT 3,535 914 20,732 280,462
MALUKU 447 51 4,698 15,330
PAPUA BARAT 1,108 457 19,323 19,935
PAPUA 2,872 1,149 392,898 37,444
TOTAL 187,116 102,783 817,592 1,345,194
yang ketat dalam penyusunan RDKK yang riil sesuai luas lahan
yang dikelola berbagai komoditas oleh petugas penyuluh lapang
(PPL)/Mantri Tani/KCD.
pada tanggal 8-10 Agustus 2010 di Hotel Best Western Premier, Solo,
Provinsi Jawa Tengah.
beberapa hal pokok Sosialisasi Kegiatan PKLSB adalah sebagai
berikut :
1. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional melalui
peningkatan produktivitas dan produksi serta kualitas hasil
komoditas pertanian khususnya tanaman pangan, pemerintah
telah mengupayakan berbagai fasilitas penyediaan sarana
produksi terutama bantuan benih unggul, subsidi pupuk dan
Bantuan Langsung Pupuk (BLP), bantuan alsintan serta dukungan
infrastruktur, dengan harapan dapat dicapai peningkatan
Intensifikasi Pertanaman (IP).
2. Mencermati berbagai tantangan yang dihadapi dalam peningkatan
produktivitas komoditas tanaman pangan, antara lain : terjadinya
degradasi kesuburan lahan, penciutan/fragmentasi lahan pertanian
ke non pertanian, perubahan iklim, kelangkaan/keterbatasan
sumber daya lahan potensial/subur, maka diperlukan upaya-upaya
dalam optimalisasi lahan eksisting serta perluasan areal lahan
sawah bukaan baru. Salah satu upaya optimalisasi lahan eksisting
yaitu dengan pemulihan kesuburan lahan terutama lahan sawah
yang selama ini diberi pupuk dan pestisida an organik secara
intensif sehingga kandungan C organik tanah < 2%. Degradasi
kesuburan tanah pada lahan sawah di Indonesia dapat diatasi
dengan berbagai teknologi antara lain : pemupukan berimbang
hara makro/mikro, pengembalian jerami dan pemberian pupuk
organik, penggunaan pupuk hayati, pembenah tanah, perbaikan
teknik pengolahan tanah dan remediasi/bioremediasi dan
fitoremediasi.
3. Berdasarkan evaluasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian dilaporkan bahwa lahan sawah di 8
provinsi sentra produksi pangan yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan tersebut yang mengalami
degradasi kesuburan lahan berat seluas 1,78 juta ha, terdegradasi
sedang seluas 2,33 juta ha dan terdegradasi ringan seluas
368.598 ha. Untuk itu melalui APBN-P tahun 2010 telah
dialokasikan anggaran untuk kegiatan pemulihan kesuburan lahan
Pabrik NPK dan POC sebagian besar terletak di Pulau Jawa dan
untuk di luar Jawa produksi dilakukan di Provinsi Lampung dan
Sumatera Utara. Sedangkan untuk produksi POG dilakukan
hampir di seluruh penerima BLP.
12. Apabila program BLP tahun masih dilanjutkan 2011 kiranya dapat
dilaksanakan lebih awal mulai pada MT April – September 2011,
diperlukan kesiapan data CPCL oleh daerah (provinsi dan
kabupaten) serta kesiapan pusat dan produsen dalam penyediaan
pupuk serta penyelesaian administrasi.
A. Keuangan.
a. Anggaran.
Tabel 18. Jumlah Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Direktorat Sarana
Produksi Tahun 2010
JUMLAH
ANGGARAN %
KODE MAK/URAIAN
(PAGU)
(Rp)
1 2 3 4
Jumlah Anggaran
No. Jenis Belanja (Rp). %
1. Belanja honor yang terkait kegiatan 22.193.825.000 0,75
2. Belanja bahan 616.921.000 14,40
3. Belanja barang non operasional 1.455.980.000 21,66
lainnya
4. Belanja jasa lainnya 255.500.000 7,30
5. Belanja Perjalanan lainnya 1.743.293.000 49,81
6. Belanja Sewa 110.000.000 3,14
7. Belanja modal 103.000.000 2,94
JUMLAH 3.500.000.000 100,00
b. Realisasi Fisik.
c. Realisasi Anggaran.
JUMLAH REALISASI
SISA ANGGARAN
ANGGARAN ANGGARAN %
KODE MAK/URAIAN (PAGU)
(PAGU) (PAGU)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
Tabel 22. Target dan Realisasi Anggaran per Bulan Secara Komulatif
Tabel 23. Rencana dan Realisasi Dana Subsidi Pupuk Tahun 2010
Volume (Ton)
Jenis Pupuk
Alokasi Realisasi %
Urea 4.931.000 3.185.728 64,60
SP-36/Superphos 850.000 502.585 59,12
ZA 849.749 542.105 63,79
NPK 2.100.000 1.155.924 55,04
Organik 750.000 200.013 26,66
B. Personalia ( Kepegawaian )
Jumlah pegawai yang ada di Direktorat Sarana Produksi sebanyak 63
Orang yang terdiri dari :
1. Gol IV sebanyak : 11 Orang
2. Gol III sebanyak : 34 Orang
3. Gol II sebanyak : 18 Orang
4. Gol I sebanyak : 1 Orang
5. Honorer : 2 Orang
1. Mutasi
Selama periode Januari s/d Desember 2010 telah terjadi mutasi,
pensiun, meninggal dunia, alih tugas/melimpah, penyematan tanda
kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan pembuatan kartu-kartu
dengan rincian sebagai berikut :
a. Mutasi
Dalam tahun 2010 pegawai yang mutasi sebanyak 5 orang
b. Pensiun
Dalam tahun 2010 pegawai yang telah mencapai batas usia
pensiun (BUP), sebanyak 6 (tiga) orang.
c. Kenaikan gaji berkala
Selama tahun 2010 (Januari s/d Desember 2010) kenaikan gaji
berkala sebanyak 30 (tiga puluh dua) orang, Surat Keputusan
sudah terbit 100%
d. Kenaikan pangkat
Pada tahun 2010 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 11
(sebelas) orang, terdiri dari :
Periode April 2010 : 9 orang
Periode Oktober 2010 : 2 orang
e. Pelimpahan
Pelimpahan pegawai dari lingkup Departemen Pertanian ke
Direktorat sarana Produksi sebanyak 10 (sepuluh) orang, meliputi
3 orang pejabat struktural dan 7 orang CPNS.
f. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg)
Dalam tahun 2010, tenaga honorer yang diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 (dua) orang.
g. Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS)
Sampai dengan tahun 2010 telah diberikan tanda kehormatan
Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai yang berhak dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 15 orang
Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 20 orang
2. Kartu-kartu
Selama tahun 2010 (Januari s/d Desember 2010) pengurusan Kartu
Pegawai (Karpeg/Karsu/Karis, Taspen dan Askes KORPRI sebagai
berikut :
A. Penyediaan Pupuk
1. Permasalahan
B. Penyediaan Pestisida
1. Permasalahan.
1. Permasalahan.
D. Pengembangan Alsintan.
1. Permasalahan.
a. Masih belum lengkapnya data ketersediaan dan kebutuhan alsintan
dari daerah.
b. Kebutuhan alsintan belum memadai untuk mengolah seluruh sasaran
luasan areal pertanian yang ada.
c. Petugas Pengawas Alsintan sudah terbentuk dan didukung oleh
Permentan Nomor 65/OT.140/12/2006 tentang Pedoman Pengawasan
Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat dan atau Mesin
Pertanian. Namun secara legitimasi baru sebagian ditetapkan oleh
Keputusan Bupati/Walikota dan sebagian besar ditetapkan oleh Kepala
E. Kelembagaan.
1. Permasalahan
a. Fenomena bahwa UPJA yang selama ini berkembang hanya
sebagai salah satu usaha kelompoktani, tidak berbisnis dan tidak
mandiri. Yang mana pengelolaan Manajemen UPJA belum
mengarah kepada usaha bisnis yang mandiri, profesional serta
belum berbadan hukum.
b. Kondisi keberadaan UPJA tumbuh dan berkembang melalui
bantuan pemerintah maupun swadaya, kelompok UPJA menjadi
tidak berkembang, mengalami stagnan, bahkan tidak aktif, dan
tidak operasional lagi sedangkan sebagian lagi masih tetap eksis
dan berkembang dengan baik, sehingga posisi UPJA terlihat
lemah dan tidak mendukung perekonomian pedesaan.
c. UPJA belum mengarah kepada UPJA Mandiri dan Profesional,
sehingga sehingga belum menjadi pelaku ekonomi yang kuat di
pedesaan.
d. Pengoperasian alsintan pra panen, panen, pasca panen yang
belum optimal, dan belum mengarah kepada UPJA yang dapat
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
131
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________
VI. PENUTUP