Anda di halaman 1dari 134

LAPORAN TAHUNAN

DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


TAHUN 2010

KEMENTERIAN PERTANIAN-RI
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
2010
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

I. PENDAHULUAN

Kebijakan di bidang pertanian mengalami banyak perubahan dalam 5


tahun terakhir. Pembangunan pertanian dilakukan melalui “Pancayasa”, yaitu
perbaikan infrastruktur pertanian, pengembangan kelembagaan, penerapan
teknologi, permodalan dan pemasaran. Untuk mencapai sasaran produksi,
strategi utama yang dilakukan adalah a) peningkatan produktivitas; b)
penambahan areal tanam; c) perlindungan tanaman dari hama dan penyakit
serta dampak iklim; d) penguatan kelembagaan; e) fasilitasi permodalan
usahatani.

Capaian kinerja produksi tanaman pangan tahun 2010 cukup


menggembirakan. Berdasarkan Angka Ramalan III tahun 2010, produksi
komoditas tanaman pangan, kecuali kedelai meningkat dibandingkan tahun
2009, yaitu padi mencapai 65, 84 juta ton, jagung 17,659 juta ton, kedelai 966
ribu ton, kacang tanah 785 ribu ton, kacang hijau 313 ribu ton, ubikayu
22,375 juta ton, dan ubi jalar 2,027 juta ton, namun bila dibandingkan dengan
sasaran produksi Tahun 2010, produksi ubikayu dan ubijalar tahun 2010 lebih
tinggi dari sasaran yang ditetapkan. Keberhasilan tersebut, tentunya tidak
terlepas dari keberhasilan dukungan penyediaan sarana produksi sesuai azas
6 (enam) tepat (tepat jumlah, jenis, mutu, tempat, waktu dan harga) dalam
rangka peningkatan produktivitas usahatani.

Dalam pengelolaan sarana produksi, peran pemerintah sangat


diperlukan dalam regulasi dan fasilitasi penyediaan sarana produksi untuk
mengatasi berbagai permasalahan aktual di lapangan/ tingkat petani
terutama isu kelangkaan dan harga pupuk yang tidak sesuai HET, banyaknya
kasus pupuk dan pestisida ilegal, belum optimalnya pengembangan dan
penggunaan alat mesin pertanian serta kinerja kelembagaan dan pelayanan
jasa yang relatif masih rendah.,

Beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan


sarana produksi Tahun 2010 antara lain : 1). Integrasi Tanaman-Ternak,

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


1
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Kompos dan Biogas (Pembinaan dan Pengembangan Pupuk Organik) , 2).


Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan/OPT (Pembinaan dan
Pengembangan Pestisida), 3) Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca Panen,
3). Pembinaan dan Pengembangan Pupuk, 4). Pembinaan dan
Pengembangan Kelembagaan Alsintan, 5). Pengawasan Pupuk dan
Pestisida, 6). Pemberdayaan Tenaga Muda Pertanian.

Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sarana produksi tahun


2010, telah dialokasikan anggaran melalui DIPA APBN Nomor: 0020/018-
13.1/-/2010 tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp. 56.230.000.000,- . Selain
melalui dana sektoral Tahun 2010, Direktorat Sarana Produksi juga
mengelola dana Subsidi Pupuk sebesar Rp. 14.750.662.000,- untuk
pembayaran subsidi pupuk dan bantuan langsung pupuk serta pendampingan
BLP.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


2
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

II. TUJUAN DAN SASARAN

A. Tujuan.
Tujuan pengelolaan sarana produksi adalah :
1. Memfasilitasi ketersediaan sarana produksi sesuai azas 6 (enam) tepat.

2. Meningkatkan pengawasan penyediaan dan penggunaan sarana produksi.

3. Meningkatkan pemberdayaan kelembagaan dan pelayanan dalam


penyediaan sarana produksi.
4. Meningkatkan produksi tanaman pangan nasional dan pendapatan serta
kesejahteraan petani melalui penyediaan sarana produksi.

B. Sasaran Produksi.
Sasaran Produksi Tanaman Pangan Nasional tahun 2010 telah ditetapkan
untuk komoditas padi sebesar 66,680 juta ton GKG, jagung 19,8 juta ton
pipilan kering, kedelai 1,3 juta ton biji kering, kacang tanah 0,882 juta ton biji
kering, kacang hijau 0,360 juta ton biji kering, ubi kayu 22,248 juta ton ubi
basah dan ubi jalar 2 juta ton ubi basah.

C. Sasaran Sarana Produksi.

1. Penyediaan Pupuk.

a. Tersedianya pupuk bersubsidi ditingkat petani sesuai azas 6 (enam)


tepat.
b. Diterapkannya pemupukan berimbang spesifik usahatani secara efisien
dan efektif.
c. Meningkatnya penggunaan pupuk organik dan pupuk majemuk.

2. Penyediaan Pestisida.

a. Tersedianya pestisida yang memenuhi azas 6 (enam) tepat.

b. Tersosialisasinya penggunaan pestisida terdaftar.

c. Berkembangnya penggunaan pestisida ramah lingkungan/agen hayati.

d. Terlaksananya penggunaan pestisida secara bijaksana.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


3
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

e. Tersedianya SDM petugas bimbingan penggunaan pestisida yang


terampil.

3. Pengawasan Pupuk dan Pestisida.


Terkendalinya penyimpangan dalam peredaran maupun penggunaan
pupuk dan pestisida.

4. Alat dan Mesin Pertanian.

a. Terciptanya fasilitasi yang kondusif bagi pengembangan alsintan,


termasuk dukungan terhadap industri dalam negeri.

b. Terwujudnya kelembagaan UPJA dan bengkel alsin yang mandiri dan


profesional.
c. Terciptanya sistem kemitraan antara stakeholder swasta dengan
petani/ kelompoktani/gapoktan.
d. Berkembangnya sistem mekanisasi yang maju ditingkat petani.

e. Terciptanya SDM pengelola alsintan ditingkat masyarakat tani dengan


baik dan benar.
f. Tersedianya SDM pengelola alsintan yang kompeten.

g. Terbentuknya Tim Pembinaan Pengawasan Alsintan yang profesional.

5. Kelembagaan dan Pelayanan.


j. Terciptanya kelas kemampuan kelompoktani baik melalui benah
kelompoktani maupun melalui revitalisasi kelompoktani.
k. Berkembangnya usaha yang menguntungkan petani/kelompoktani
dalam wadah koperasi baik melalui Koperasi Unit Desa (KUD).
l. Meningkat dan berkembangnya kelembagaan UPJA di daerah.
m. Meningkatnya penggunaan sarana produksi dalam pelayanan input
dan out put usahatani intesifikasi pertanian.
n. Terbinanya pengelolaan bengkel alsintan dan meningkatnya jaringan
kerja antara bengkel alsintan dan UPJA.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


4
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pembinaan dan Pengembangan Pupuk

Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas pangan sangat


diperlukan dukungan sarana dan prasarana pertanian, mulai dari hulu
sampai hilir, khususnya pupuk. Hal ini seiring dengan dikembangkannya
varietas unggul yang cenderung responsif terhadap penyerapan pupuk
khususnya pupuk anorganik.

Agar penggunaan pupuk tersebut lebih efektif, maka penggunaan pupuk


diarahkan pada penerapan pemupukan berimbang sesuai dengan
rekomendasi spesifik lokasi, serta tetap memperhatikan kelestarian
sumber daya alam, fungsi lingkungan dan penghematan sumberdaya
energi. Selain untuk memperbaiki lahan yang mengalami degradasi akibat
penggunaan pupuk anorganik, pengembangan penggunaan pupuk
organik juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
anorganik sebagai dampak dari peningkatan efektifitas pupuk anorganik
tersebut.

1. Kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pembinaan dan pengembangan


pupuk antara lain :

a. Pengawalan Pengembangan Pupuk

Kegiatan ini bertujuan untuk mengawal dan membina pelaksanaan


pengembangan pupuk organik, khususnya pengadaan Rumah
Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O). Pada tahun 2010
Pemerintah melaksanakan fasilitasi pembangunan Rumah
Percontohan Pembuatan Pupuk Organik (RP3O) sebanyak 200 unit
yang dialokasikan di 200 kabupaten di 31 provinsi.

b. Monitoring Penggunaan RDKK

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyaluran pupuk


bersubsidi agar benar-benar sampai kepada petani sasaran, mulai
tahun 2010 diberlakukan penyaluran pupuk bersubsidi secara
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
5
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

tertutup dengan menggunakan data Rencana Definitif Kebutuhan


Kelompok (RDKK). Kegiatan monitoring RDKK dilaksanakan
dengan tujuan mengawal dan memantau kesiapan daerah dalam
menyusun RDKK.

c. Penyusunan Kebijakan Pupuk.

Salah satu kebijakan pemerintah adalah penyediaan pupuk


bersubsidi untuk sektor pertanian. Untuk pengaturan
pengalokasian kebutuhan pupuk dan menetapkan HET maka perlu
disusun Permentan tentang pupuk bersubsidi yang berisikan
aturan-aturan di bidang perpupukan dan juga daftar kebutuhan
pupuk di provinsi serta aturan mekanisme penyaluran yang
disampaikan ke seluruh provinsi.

d. Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk

Pertemuan ini dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi


pelaksanaan penyaluran pupuk subsidi di lapangan dan sekaligus
merencanakan kebutuhan pupuk subsidi tahun 2011.

e. Pengawalan Pupuk Bersubsidi

Pengawalan pupuk bersubsidi dilaksanakan dengan melakukan


verifikasi dokumen dan verifikasi lapangan terhadap penyaluran
pupuk subsidi dan bantuan langsung pupuk. Verifikasi lapangan
dilaksanakan di 14 Provinsi, yaitu Jawa Tengah, Bali, NTB,
Jabar/Kabupaten Cirebon, Kalimantan Barat, Sulut, Kaltim
Balikpapan, Kalsel, Sulsel, Sumsel, NTT, Jatim dan Banten
Pengawalan dilaksanakan untuk mengarahkan pelaksanaan
penyaluran pupuk bersubsidi dan pemanfaatannya di daerah serta
membantu memecahkan permasalahan yang ada. Pengawalan
dilaksanakan di Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten yang
mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi untuk mengawal pupuk
bersubsidi tersebut.

f. Penyusunan Buku Pupuk Terdaftar

Berdasarkan Undang-undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem


Budidaya Tanaman menyebutkan bahwa semua pupuk yang
beredar harus memenuhi standar mutu dan terjamin efektifitasnya

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


6
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

serta diberi label. Untuk itu seluruh pupuk yang diedarkan di


Indonesia harus terdaftar di Kementerian Pertanian. Agar pupuk
yang telah terdaftar dapat tersosialisasi kepada masyarakat, baik
petugas, pelaku usaha maupun pengguna, maka disusun Buku
Pupuk Terdaftar. Buku ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan pupuk di
lapangan.

g. Bantuan Langsung Pupuk (BLP)

Bantuan Langsung Pupuk (BLP) adalah paket bantuan pupuk yang


terdiri dari pupuk NPK 100kg/ha , Pupuk Organik Granul (POG) 300
kg/ha dan Pupuk Organik Cair (POC) 2 liter/ha yang diberikan
kepada kelompok tani tanaman pangan terutama penerima
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) padi pada areal Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu (SL-
PTT). Jumlah volume BLP yang ditetapkan dalam APBN 2010
sesuai Permentan No. 37/Permentan/SR.130/5/2010 adalah: NPK
106.639,8 ton, POG 319.919,4 ton dan POC 2.132.796 liter.
Jumlah tersebut mengalami perubahan sesuai APBN-P 2010 yang
ditetapkan dalam Permentan No. 50/Permentan/SR.130/9/2010
menjadi NPK 113.250,7 ton, POG 339.752,1 ton dan POC
2.265.014 liter. Pelaksana pengadaan dan penyaluran BLP terdiri
dari PT. Pertani, PT. Sang Hyang Seri dan PT. Berdikari.

h. Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun 2010

Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun 2010 merupakan


kegiatan pemberdayaan petani untuk memanfaatkan limbah jerami
padi dalam penyediaan pupuk organik insitu dengan memberikan
paket bantuan yang terdiri dari dekomposer Vitadegra 2 kg/ha dan
pupuk hayati Vitabio 400 gr/ha kepada petani padi di 59 kabupaten
di 8 provinsi. Jumlah volume bantuan yang ditetapkan dalam
Permentan No. 51/Permentan/OT.140/9/2010 yaitu dekomposer
sebanyak 1.710 ton dan pupuk hayati sebanyak 342 kg. Pelaksana
pengadaan dan penyaluran bantuan dekomposer dan pupuk hayati
adalah PT. Berdikari.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


7
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Keluaran/Output

Beberapa keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Pembinaan dan


Pengembangan Pupuk antara lain :
a. Buku Pedoman Umum Pupuk Organik
b. Laporan Hasil Pengawalan Pengembangan Pupuk
c. Laporan Hasil Monitoring RDKK
d. Permentan No. 50/Permentan/SR.130/11/2009 tentang Kebutuhan
dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor
Pertanian Tahun Anggaran 2010 serta perubahannya (Permentan
Nomor 22/Permentan/SR.130/2/2010, Permentan Nomor.
32/Permentan/SR.130/4/2010 dan Permentan Nomor.
49/Permentan/SR.130/9/2010)
e. Laporan Hasil Pengawalan Pupuk Subsidi
f. Laporan Hasil Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan
Pupuk
g. Buku Pupuk Terdaftar Tahun 2010
h. Permentan No. 37/Permentan/SR.130/5/2010 juncto Permentan
No. 50/Permentan/SR.130/9/2010 tentang Pedoman Umum
Bantuan Langsun Pupuk Tahun Anggaran 2010
i. Permentan No. 51/Permentan/OT.140/9/2010 tentang Pedoman
Umum Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun Anggaran 2010.

3. Hasil Kegiatan
a. Buku Pedum Pengembangan Pupuk Organik

Pedoman umum pengembangan pupuk organik berisi informasi


mengenai pola pengadaan dan penyediaan bantuan RP3O,
ketentuan pelaksanaannya serta penjelasan kegiatan
pengembangan pupuk organik. Bantuan RP3O diberikan kepada
petani dalam bentuk BLM (Bantuan Langsung Masyarakat),
bantuan diberikan melalui rekening kelompok tani dan
pengadaannya didampingi oleh Dinas Pertanian Kabupaten.

b. Pengawalan Pengembangan Pupuk Organik


Pelaksanaan pengadaan RP3O tahun 2010 seperti tabel berikut:

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


8
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 1. Rencana dan Realisasi Bantuan RP3O Tahun 2010

No. Provinsi / Kabupaten / Kota RENCANA REALISASI


1 Prov. Aceh 3 -
2 Prov. Sumatera Utara 12 -
3 Prov. Sumatera Barat 7 2
4 Prov. Riau 5 -
5 Prov. Jambi 5 1
6 Prov. Bangka Belitung 2 2
7 Prov. Bengkulu 5 -
8 Prov. Sumatera Selatan 8 -
9 Prov. Lampung 6 -
10 Prov. Banten 4 4
12 Prov. DKI Jakarta - -
11 Prov. Jawa Barat 13 8
12 Prov. Jawa Tengah 14 3
13 Prov. Yogyakarta 3 3
14 Prov. Jawa Timur 15 10
15 Prov. Kalimantan Barat 4 4
16 Prov. Kalimantan Tengah 5 -
17 Prov. Kalimantan Selatan 6 2
18 Prov. Kalimantan Timur 6 -
19 Prov. Gorontalo 5 -
20 Prov. Sulawesi Utara 8 6
21 Prov. Sulawesi Tengah 5 2
22 Prov. Sulawesi Selatan 13 2
23 Prov. Sulawesi Barat 2 -
24 Prov. Sulawesi Tenggara 8 -
25 Prov. Bali 4 4
26 Prov. NTB 3 2
27 Prov. NTT 13 4
28 Prov. Maluku 4 1
29 Prov. Maluku Utara 4 -
30 Prov. Papua 5 -
31 Prov. Papua Barat 3 -
Total Unit Bantuan : 200 60

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


9
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Peraturan Menteri Pertanian tentang Kebutuhan dan Harga


Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor
Pertanian Tahun Anggaran 2010 serta perubahannya
Dalam rangka implementasi kebijakan subsidi pupuk tahun 2010,
khususnya untuk penetapan alokasi kebutuhan dan Harga Eceran
Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun 2010
telah diterbitkan Permentan No.50/Permentan/SR.130/11/2009 dan
dalam perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan.
Dalam Permentan tersebut ditetapkan jumlah alokasi pupuk
bersubsidi (pupuk Urea, SP-36/Superphos, ZA, NPK dan Pupuk
Organik) untuk masing-masing provinsi yang dirinci per subsektor
dan per bulan, sebagai pedoman bagi produsen, distributor dan
pengecer pupuk dalam penyediaan pupuk bersubsidi di masing-
masing wilayah tanggung jawabnya serta pembinaan/ pengawasan
bagi Dinas Pertanian di daerah.
Dengan semakin terbatasnya anggaran pemerintah yang
dialokasikan untuk subsidi pupuk, maka kebijakan yang ditempuh
adalah menaikkan HET pada bulan April 2010 dan mengurangi
volume kebutuhan pupuk bersubsidi pada bulan September 2010.

Beberapa perubahan Permentan tersebut adalah sebagai berikut:


1. Permentan No. 22/Permentan/SR.130/2/2010
Menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
Superphos sebesar Rp. 1.250,-/kg
2. Permentan No. 32/Permentan/SR.130/4/2010
Menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
yang mulai diberlakukan tanggal 9 April 2010,
 Urea : Rp. 1.600,-/kg
 SP-36 : Rp. 2.000,-/kg
 ZA : Rp. 1.400,-/kg
 NPK Phonska (15:15:15) : Rp. 2.300.-/kg
 NPK Pelangi (20:10:10) : Rp. 2.300,-/kg
 NPK Kujang (30:6:8) : Rp. 2.300.-/kg
 Organik : Rp. 700,-/kg

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


10
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

3. Permentan No. 49/Permentan/SR.130/9/2010


Merubah Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Tahun 2010, menjadi:
 Urea : 4.931.000 ton
 SP-36 : 850.000 ton
 ZA : 849.749 ton
 NPK : 2.100.000 ton
 Organik : 750.000 ton

d. Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk

Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk


dilaksanakan pada tanggal 13-15 Oktober 2010 di Denpasar, Bali.
Pertemuan ini dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang
diwakili oleh Direktur Sarana produksi serta dihadiri oleh Kepala
Dinas Propinsi Bali, perwakilan Dinas Pertanian Propinsi seluruh
Indonesia,Instansi teknis lingkup Kementerian Pertanian dan BUMN
Produsen Pupuk Bersubsidi.

Sesuai kesepakatan dari seluruh Dinas Pertanian Provinsi dalam


perhitungan rencana kebutuhan tahun 2011 dengan menggunakan
asumsi HET tidak naik kecuali HET Pupuk Organik menjadi Rp.
400,-/kg. Berdasarkan asumsi tersebut maka rancangan kebutuhan
pupuk tahun 2011 dengan anggaran Rp. 16.37 Triliun, jumlah
pupuk bersubsidi mencapai 9,885 juta ton yang terdiri atas Urea 5,1
juta ton ; SP-36 750.000 ton ; ZA 850.000 ton ; NPK 2,350 juta ton ;
dan Organik 835.015 ton. Kesepakatan hasil rapat mengenai
rencana kebutuhan pupuk tahun 2011 akan dipakai sebagai dasar
pertimbangan dalam menetapkan permentan tentang Alokasi
Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Tahun Anggaran 2011. Rumusan
pertemuan secara lengkap terdapat pada Bagian F.

e. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi

 Berdasarkan hasil evaluasi realisasi penyaluran pupuk


bersubsidi penggunaan pupuk ZA dan NPK cukup tinggi, hal ini
terlihat dari realisasi kedua pupuk tersebut yang mencapai lebih
dari 90% sampai bulan Desember 2010.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


11
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 2. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per Bulan


Tahun 2010

JENIS PUPUK
BULAN
UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK

JANUARI 379,388 34,730 56,194 149,862 28,274

FEBRUARI 331,070 73,408 51,212 150,616 33,094

MARET 402,453 61,404 43,232 125,057 23,948

APRIL 347,282 60,474 48,899 107,711 23,630

MEI 306,605 52,767 60,512 105,169 19,960

JUNI 285,033 43,870 41,267 91,613 13,571

JULI 262,780 38,291 61,593 102,369 15,705

AGUSTUS 242,373 30,398 48,209 79,131 9,956

SEPTEMBER 229,467 35,100 49,713 86,339 11,518

OKTOBER 399,276 72,143 81,274 158,058 20,358

NOVEMBER 508,320 89,185 89,123 170,992 26,259


DESEMBER
TOTAL
3,694,048 591,770 631,228 1,326,916 226,272

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


12
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

 Rencana dan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi bulan


Januari s/d November 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rencana dan Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi


Tahun 2010

f. Hasil Verifikasi Lapangan Penyaluran Pupuk Subsidi dan BLP


 Pupuk Subsidi

Berdasarkan hasil verifikasi dari lapangan diperoleh bahwa


sebagian besar pencatatan data penyaluran pupuk subsidi di
tingkat produsen, distributor dan kios telah rapi. Namun masih
ada di beberapa kios yang belum mencatat data penyalurannya.

Berdasarkan laporan dari petugas verifikasi lapangan, diperoleh


bahwa penyaluran pupuk bersubsidi di Jombang (Jawa Timur)
diatur sepenuhnya oleh Pemda setempat, sehingga penyaluran
pupuk bersubsidi selalu terencana dan berjalan dengan
baik/lancar. Daerah ini perlu diusulkan menjadi daerah
percontohan untuk penyaluran pupuk bersubsidi.
 BLP

Berdasarkan hasil verifikasi dari lapangan diperoleh informasi


bahwa BLP masih perlu dilanjutkan dan volumenya ditambah.

Pada saat kunjungan penyaluran BLP masih/sedang


berlangsung, bahkan untuk sebagian wilayah masih menunggu
musim tanam sehingga pupuk BLP masih tersimpan di Gudang
untuk menghindari terjadinya kerusakan pupuk (NTB).

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


13
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

g. Pupuk Terdaftar

Jumlah pupuk terdaftar di Departemen Pertanian tahun 2010


mencapai 1.442 merek, terdiri dari Pupuk Anorganik sebanyak
1.006 merek, Pupuk Organik, Pembenah Tanah dan Pupuk
Hayati/Mikroba sebanyak 436 merek.

h. Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Pupuk

Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Pupuk Periode Januari s/d


Nopember 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Lokasi dan Realisasi BLP TA.2010

BUMN/Jenis Total APBN + APBN-P


NO %
Pupuk sasaran luas (ha) alokasi Penyaluran
1. Pertani,SHS 1.132.507 - -
Berdikari
2. NPK (ton) - 113.250,70 106.774.80 94
3. POG (ton) - 339.752,20 312.563,50 92
4. POC(liter) 2.265014,00 2.118.538,00 94

i. Realisasi Penyaluran Bantuan Dekomposer dan Pupuk Hayati

Realisasi Penyaluran bantuan dekomposer dan pupuk hayati


periode Januari s/d Nopember 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Realisasi Bantuan Dekomposer dan Pupuk Hayati


Program Pemulihan Kesuburan Lahan Tahun 2010

No Area Vitadegra(kg) Vitabio (kg)


1. Banten 59.300 11.860
(2 kabupaten)
2. Jabar 238.252 46.850
(12 kabupaten)
3. Jateng 120.646 37.717
(11 kabupaten)
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
14
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No Area Vitadegra(kg) Vitabio (kg)


4. Jatim 202.033 40.406
(10 kabupaten)
5. Sulsel 119.026 23.084
(7 kabupaten)
6. Sumbar 81.054 16.211
(10 kabupaten)
7. Sumsel 27.946 5.589
(6 kabupaten)
8. DIY 3.668 738
(1 kabupaten)
Total 851.945 183.175

B. Pembinaan dan Pengembangan Pestisida.

Peranan pestisida dalam upaya penyelamatan produksi pertanian dari


gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama
apabila telah melebihi ambang batas pengendalian dan ambang batas
ekonomi. Namun demikian, mengingat pestisida juga mempunyai resiko
yang tinggi terhadap keselamatan manusia dan lingkungan, maka
Pemerintah berkewajiban memberikan bimbingan, informasi dan
pembinaan baik kepada petugas maupun kepada masyarakat penjamah
pestisida.

1. Kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pembinaan dan


pengembangan pestisida antara lain :

a. Pembinaan Penggunaan Pestisida


Dalam rangka mengawal penggunaan pestisida agar sesuai kaidah-
kaidah penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana, maka
dilakukan kegiatan pengawalan penggunaan pestisida ke beberapa
provinsi.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


15
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Beberapa hal yang disosialisasikan dalam rangka pengawalan


penggunaan pestisida ke provinsi adalah:

 kebijakan pestisida yang mencakup peraturan perundangan di


bidang pestisida, kaidah-kaidah penggunaan pestisida, serta
ketentuan pestisida terbatas;

 teknik penggunaan pestisida yang mencakup cara aplikasi


pestisida, waktu aplikasi, tatacara penggunaan pestisida,
manfaat dan dampak negatif pestisida;

 meningkatkan pemahaman tentang bahaya pestisida dan upaya


pencegahan bahaya pestisida, maka diberikan juga penjelasan
tentang cara pencegahan keracunan pestisida yang antara lain
mencakup cara masuknya pestida ke dalam tubuh manusia,
gejala keracunan dan perawatan tindakan pertolongan pertama,
penyebab keracunan dan tindakan pencegahan.

b. Inventarisasi Pestisida Terdaftar


Setiap pestisida yang akan diedarkan dan digunakan di Indonesia
wajib terdaftar dan mendapat ijin dari Menteri Pertanian. Agar
pestisida yang telah terdaftar dapat tersosialisasi kepada
masyarakat terutama kepada petugas dan pengguna pestisida,
maka dilakukan inventarisasi pestisida terdaftar.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan inventarisasi pestisida


yang beredar di lapangan, menyusun laporan inventarisasi
pestisida terdaftar serta menyusun buku pestisida terdaftar.

Buku pestisida terdaftar ini berisi informasi tentang mekanisme dan


justifikasi pendaftaran dan perizinan pestisida, pestisida yang
terdaftar dan diizinkan, jenis tanaman dan organisme sasaran untuk
formulasi pestisida yang terdaftar, tujuan atau sasaran penggunaan
lain-lain untuk formulasi pestisida yang terdaftar, nama bahan aktif
dan formulasi pestisida yang terdaftar serta pemilik formulasi, nama
dan alamat pemegang pendaftaran serta nama formulasi dan jenis

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


16
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pestisida serta penggolongan jenis dan kimia pestisida yang


terdaftar.

c. Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati

Pestisida hayati yang telah dihasilkan dan dikembangkan baik oleh


masyarakat maupun lembaga pemerintah di Indonesia sudah cukup
banyak jumlahnya. Namun penggunaan pestisida hayati di tingkat
petani belum berkembang seperti yang diharapkan.

Kegiatan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati dilaksanakan


dalam upaya memberikan informasi bagi petugas pertanian agar
dapat memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang terdapat di
wilayahnya untuk mengembangkan dan memasyarakatkan
penggunaan pestisida hayati di tingkat petani.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan pertemuan sosialisasi


pengembangan pestisida hayati, melakukan sosialisasi ke
lapangan, menyusun laporan pertemuan sosialisasi serta
menyusun laporan hasil sosialisasi.

d. Evaluasi Peredaran dan Penggunaan Pestisida

Kegiatan Evaluasi Peredaran dan Penggunaan Pestisida


dilaksanakan untuk mengetahui gambaran kondisi pengelolaan
pestisida di masyarakat, baik di tingkat pemerintah, di tingkat
peredaran sampai di tingkat pengguna pestisida/petani.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan menyusun bahan evaluasi


peredaran dan penggunaan pestisida, melakukan evaluasi
peredaran dan penggunaan pestisida ke lapangan, menyusun
laporan evaluasi peredaran dan penggunaan pestisida.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


17
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Keluaran/Output
Beberapa keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Pembinaan dan
Pengembangan Pestisida antara lain :

a. Laporan Kegiatan Pembinaan Penggunaan Pestisida sebanyak 16


eksemplar
b. Laporan Kegiatan Inventarisasi Pestisida Terdaftar sebanyak 12
eksemplar
c. Buku Pestisida Terdaftar sebanyak 242 eksemplar
d. Laporan Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati
sebanyak 6 eksemplar
e. Laporan Kegiatan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati
sebanyak 13 eksemplar
f. Bahan Evaluasi Peredaran dan Penggunaan Pestisida sebanyak 28
eksemplar
g. Laporan Kegiatan Evaluasi Peredaran dan Penggunaan Pestisida
sebanyak 28 eksemplar

3. Hasil Kegiatan

a. Informasi Pestisida Terdaftar Untuk Pertanian

 Buku Pestisida Terdaftar Tahun 2010 telah didistribusikan


kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura agar dapat digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan pestisida di
wilayahnya masing-masing.
 Beberapa informasi yang dapat disampaikan dari Buku Pestisida
Terdaftar Untuk Pertanian dan kehutanan Tahun 2010 adalah
sebagai berikut:

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


18
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

1. Pestisida Terdaftar Berdasarkan Jenis

Tabel 6. Jumlah Formulasi Pestisida Berdasarkan Jenis

No. Jenis Pestisida Jumlah Formulasi

1. Insektisida 867
2. Fungisida 372
3. Herbisida 634
4. Rodentisida 34
5,. Bakterisida 7
6. Akarisida 19
7. Moluskisida 40
8. Nematisida 6
9. ZPT 95
10. Bahan Pengawet Kayu 65
11. Lain-lain 8
Jumlah 2.547

2. Pestisida Terbatas Berbahan Aktif Parakuat dikhlorida

Jenis pestisida terbatas berbahan aktif parakuat dikhlorida


(herbisida) pada tahun 2010 jumlahnya semakin meningkat
mencapai 57 formulasi yang diproduksi oleh 43 perusahaan
pemegang pendaftaran sebagaimana terinci pada tabel berikut.

Tabel 7. Pestisida Terbatas Berbahan Aktif Parakuat Diklorida Tahun 2010

No. Perusahaan Nama Formulasi Ket*


1. PT. Adil Makmur Fadjar 1. Paratop 276 SL*
2. Starquat 135 SL*
2. PT. Agrikimia Nusantara Paratone 280 SL* Sudah
3. PT. Agro Persada Supretox 276 SL*
4. PT. Agrotech Pesticide Industry Mupxone 276 SL*
5. PT. Agrow Nuquat 276 SL*
6. PT. Antarniaga Nusantara Antarkuat 276 SL*
7. PT. Anugerah Agrokimia Indonesia Hackxone 276 SL*
8. PT. Asia Agro Indonesia Hiroxone 276 SL*
9. PT. Asiana Chemicalindo Lestari 1. Benxone 276 SL*
2. Simxone 135 SL*
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
19
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Perusahaan Nama Formulasi Ket*


10. PT. Behn Meyer Pupuk & Agrokimia Behnquat 276 SL*
11. PT. Biotis Agrindo Zenus 276 SL* Sudah
12. PT. Bumindo Fertila Agromakmur Quat-Xone 150 SL*
13. PT. CAC Indonesia Herbikuat 276 SL*
14. PT. Catur Agrodaya Mandiri Scanner 276 SL*
15. PT. Centa Brasindo Abadi 1. Primaxone 276 SL*
2. Pilarquat 135/2 SL
16. PT. Dalzon Chemicals Indonesia 1. Parazone 276 SL*
2. Pointer 276 SL*
17. PT. Deltagro Mulia Sejati Paraxone 276 SL*
18. PT. Dharma Guna Wibawa Batara 135 SL*
19. PT. Dwitama Sembada Sankuat 276 SL*
20. PT. Fadjarpurnama Pratama Inti Herbatop 276 SL* Sudah
21. PT. Guna Tani Abadi Kingquat 280 SL*
22. PT. Inti Everspring Indonesia Topzone 276 SL*
23. PT. Kenso Indonesia 1. Ken-Tec 276 SL*
2. Para Special 250 SL*
24. PT. Kresna Bumitama Sejati Bravoxone 276 SL*
25. PT. Mekar Warna Sari Bigquat 276 SL*
26. PT. Multi Sarana Indotani 1. Divaxone 243 SL* Sudah
2. Divazone Mix 256 SL*
3. Noxone 296 SL*
4. Noxone Mix 368 SL*
27. PT. Nathani Indonesia Proquat 276 SL*
28. PT. Nida Agro Mandiri Quickpro 150 SL*
29. PT. Nusamas Kimia Persada Enkazone 276 SL*
30. PT. Petrokimia Kayaku 1. Gramaquat 282 SL*
2. Squad 200 SL*
31. PT. Petrosida Gresik Sidaxon 276 SL* Sudah
32. PT. Rolimex Kimia Nusantara Rolixone 276 SL*
33. PT.Santani Sejahtera Santaquat 276 SL*
34. CV. Saprotan Utama 1. Marxone 300 SL*
2. Ramaxone 278 SL*
35. CV. Sari Kimia Unggul Pluto 276 SL*
36. PT. Sari Kresna Kimia Tamaxone 276 SL*
37. CV. Standard Lang-Kil 276 SL*
38. PT. Surat Tani 1. Gulmaxone 276 SL*
2. Piradin 138 SL*
39. PT. Syngenta 1. Gramoxone 276 SL*
2. Gramoxone S 276 SL*
3. Paracol 250/180 SL*
4. Spectra 280 SL*
40. CV. Titan Mandiri Mandoxone 276 SL*
41. PT. Trida Bangun Kimia Bakti Tridaxone 276 SL*
42. PT. United Phosphorus Indonesia Uniquat 276 SL*
43. PT. Wihadil Amcoxone 276 SL*
Ket : *) Penyampaian Laporan Pelaksanaan Pelatihan Pestisida Terbatas
Tahun 2009.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


20
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

3. Pestisida Hayati

Beberapa pestisida hayati / biologi yang telah diproduksi secara


komersial dan terdaftar di Kementerian Pertanian adalah sebagai
berikut :

Tabel 8. Pestisida Hayati Terdaftar di Kementerian Pertanian.

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran
1. Agrisal WP kubis: perusak daun PT. Sejuk Alam Lestari

Bacillius thuringiensis Plutella xylostella RI.1864/7-2008/T


var Kurstaki serotipe
2. Bacillin WP kubis: perusak daun PT. Tani Mas Subur

Bacillus thuringiensis varietas Plutella xylostella dan RI. 1258/12-2006/T


Aizawai : 16.000 Iu/mg Crocidolomia binotalis
3. PT. Exindo Raharja
Bactospeine WP kelapa sawit : ulat api
Pratama
setora nitens. RI. 447/12-2006/T
Bacillus thuringiensis Berliner
var. Kurstaki serotype kubis: perusak daun
3A/3B H. 14 : 16.000 IU/mg
Plutella xylostella
4. Bassiria AS kakao: pengisap buah PT. Tani Mas Subur
Helopeltis sp., penggerek RI. 1563/5-2006/T
Beuvaria bassiana :
6
2,6 x 10 spora/ml buah Canopomorpha
cramerella
5. Batindo + 1 WP kakao : penggerek batang PT. Biotama
Canopomorpha cramerella RI. 3314/12-2008/T
Delta endotoksin Bacillus
thuringiensis var. Kurstaki kubis: hama ulat Plutella
streotipe H-3 a, 3 b xylostella
strain Z-52 (b.a) : 16 %

6. Bevaria P kopi : penggerek buah PT. Biobrahma Nusantara

Beuvaria bassiana : Hypothenemus hampei RI. 1319/4-2007/T


9
1,005 X 10 spora/gram
7. Biotri P karet : penyakit jamur akar PT. Biobrahma Nusantara

Trichoderma koningii: putih Rigidophorus ligno - RI. 1326/4-2007/T


9
2,35 x 10 spora/gram sus
8. PT. Agrokimindo
Bite WG kubis : hama perusak daun
Kurniabuana
Bacillus thuringiensis var. Plutella xylostella, Crocido- RI. 1871/8-2003/T
Aizawai serotipe (H-7) : 20 % lomia binotalis
9. PT. Agrokimindo
Bite WP kubis : hama perusak daun
Kurniabuana
Bacillus thuringiensis var. Plutella xylostella, Crocido- RI. 1535/5-2006/T
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
21
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran
9
Aizawai serotipe H-7 : 86 x 10 lomia binotalis
spora/gram
10. PT. Agrokimindo
Bite SC kubis : hama perusak daun
Kurniabuana
Plutella xylostella, Crocido- RI. 1571/8-2006/T
Bacillus thuringiensis var.
Aizawai serotipe H-7 : 200 g/l lomia binotalis
kelapa sawit : ulat api
setora nitens.
11. BVR WP padi sawah : walang sangit PT. Natural Nusantara

Beuvaria bassiana : Leptocorisa oratorius RI. 3325/12-2008/T


10
4,5 x 10 spora/ml
12. PT. Brightonmax
Crymax WP kubis : hama perusak daun
International
Bacillus thuringiensis var. Plutella xylostella. RI. 1878/8-2003/T
Kurstaki Strain EG.7841 : 2,5 %
13. PT. Agrotani Unggul
Dane 0,13 SL the : pengisap daun Helo-
Lestari
peltis sp., wereng Empoasca
azadirakhtin : 0,13 g/l RI. 3181/7-2008/T
sp.
14. PT. Rolimex Kimia
Delfin WG bawang merah: ulat grayak
Nusamas
Bacillus thuringiensis Berliner Spodoptera exigua, RI. 966/12-2006/T
var. Kurstaki Serotype 3a,3b kedelai: ulat jengkal Plusia
Strain SA-11 : 6,4 %
chalcites, penggulung daun
Lamprosema indicata,
kepik hijau Nezara viridula.
kubis : hama perusak daun
Plutella xylostella dan
Crocidolomia binotalis
15. Dipel WP kelapa sawit : ulat api PT. Sumitomo Indonesia
Bacillus thuringiensis var. Thosea asigna RI. 176/12-2006/T
Kurstaki strain HD-7 : 16.000 kubis : hama perusak daun
IU/mg Plutella xylostella dan
Crocidolomia binotalis
tomat : penggerek buah
Heliothis sp.
16. Dipel SC kelapa sawit : ulat api PT. Sumitomo Indonesia
Bacillus thuringiensis Sethosea asigna RI. 2401/5-2006/T
Serotype 3a–3b strain HD-1 :
17.600 IU/mg
17. PT. Multi Jaya Andalan
Ekobio 0,215 WP padi sawah : siput mubei
Bersama

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


22
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran
Saponin : 0,215 % Pomacea spp. RI. 3038/1-2008/T
18. Fishfree 5 WP tambak udang windu : PT. Multi Sarana Indotani
Rotenon : 5 % ikan liar mujair Orechromis RI. 1758/8-2007/T
mossambicus, ikan kerapu
macan Epinephelus fusco-
guttatus, ikan bandeng
Chanos chanos.
19. PT. Exindo Raharja
Florbac FC kelapa sawit: ulat api
Pratama
Bacillus thuringiensis varietas Setothosea asigna RI. 922/11-2002/T
Aizawa serotype 7 : 7.500 kubis : hama perusak daun
IU/mg
Plutella xylostella
20. PT. Agrotani Unggul
FX 1,2 SL tomat : penyakit hawar daun
Lestari
azadirakhtin : 1,2 g/l Phytophthora infestans RI. 3187/7-2008/T
21. Ganodium P cabai : penyakit busuk akar PT. Tani Mas subur

Gliocladium spp min.15x10


6 Sclerotium rolfsii RI.1280/9-2008/T
spora/gram
22. Glio WP cabai : penyakit layu Fusa- PT. Natural Nusantara

Gliocaldium virens : rium oxysporum RI. 3337/12-2008/T


11
1,640 x 10 cfu/g
23. Green Guard UL Jagung: belalang kumbara PT. Nufarm Indonesia
Metharizium anisopliae var.
Locusta migratoria RI. 3579/10-2009/T
acridum Strain F1-985 : 300 g/l
24. Kitin SL kentang: hama pengorok daun PT. Tani Mas Subur

Bacillus coagulans : Liriomyza sp. RI. 1526/12-2005/T


13
181,3 x 10 spora/ml
25. Kumestu 0,3 SL tomat : penyakit kapang daun PT. Tani Mas Subur
eugenol : 0,3 g/l Cladosporium fulvum RI. 3463/4-2009/T
26. Moluskil 10 GR padi sawah : siput mubei CV. Bintang Tani
saponin : 10 % Pomacea spp. RI.1627/12-2006/T
27. PT. Indonesia Nihon
Nimbo 0,6 SL cabai: kutu daun Myzus persi-
Seima
Azadirakhtin : 0,6 g/l cae,ulat grayak Spodoptera RI. 1908/7-2003/T
litura
28. Nospoil 8 EC tomat: Nematoda paru akar CV. Java Engineering
Azadirakhtin : 8 g/l Meloidogyne spp. RI. 1666/1-2008/T
29. Partisip 7 GR padi sawah : keong mas PT. Global Tani
saponin : 7 % Pomacea canaliculata RI. 3587/10-2009/T
30.
Prorodent PL Hama tikus ; Rattus sp PT. Hets Bio Lestari

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


23
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran
Sarcocystis singaporensis
RI 0112010363678
200.000 sporosit
31. PT. Agrokimindo
Restack WP kubis : hama perusak daun
Kurniabuana
Plutella xylostella dan RI. 1549/5-2006/T
Bacillus thuringiensis varietas
Kurstaki serotype HD-1: Crocidolomia binotalis
16.000 IU/mg (25 %)

32. Saco P cabai : penyakit layu Fusarium PT. Tani Mas Subur

Trichoderma koningii sp., karet : penyakit cendawan RI. 1106/7-2009/T


minimal : 5.000.000 spora/g akar putih Rigidoporus lignosus
33. Sapokil 12,5 GR padi sawah : keong mas PT. Surabaya Grain
saponin : 12,5 % Pomacea canaliculata RI. 3153/3-2008/T
34. Swimtop 12 GR padi sawah : keong mas UD. Pahala Windu Indah
saponin : 12 % Pomacea canaliculata RI. 2985/11-2007/T
35. Tea Seed Meald-88 10 GR padi sawah : keong mas PT. Bumi Tani Subur
saponin : 10,26 % Pomacea canaliculata RI. 3159/3-2008/T
36. Temes 0,5 SL kubis : hama perusak daun PT. Tani Mas Subur

matrin : 5 g/l Plutella xylostella dan RI. 3505/4-2009/T


Crocidolomia binotalis
37. Thuricide HP PT. Rolimex Kimia
kelapa sawit: ulat api Setoria
Nusamas
Bacillus thuringiensis Barliner
var. Kurstaki serotype 3a, 3b nitens, dan Thosea asigna RI. 298/12-2006/T
strain HD1 :16.000 IU/mg :
kubis : hama perusak daun
3,2 %
Plutella xylostella dan
Crocidolomia binotalis
tebu : penggerek batang Chilo
sacchariphagus, Diatraea sac-

charalis dan penggerek pucuk


Scirphophaga nivela
38. Turex WP kedelai : ulat grayak Spodop- PT. Tanindo Intertraco

delta endotoksin pada Bacillus tera litura, RI. 1103/1-2008/T

Thuringiensis var. Aizawai strain kubis : hama perusak daun

C-91 : 3,8 % Plutella xylostella dan


Crocidolomia binotalis

tembakau: ulat grayak Spodop-

tera litura,penggerek pucuk


Helicoverpa armigera
tomat: penggerek buah Helio-
this armigera

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


24
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran
PT. Dow AgroScience
39. Tracer 120 SC bawang merah: ulat grayak
Indonesia
Spinosad : 120 g/l Spodoptera exigua, RI. 1718/8-2007/T
cabai : ulat grayak Spodoptera
Litura;
jeruk siam: Lalat buah Bactro-
cera sp.
kentang: pengorok daun Lirio-
myza huidobrensis, Thrips sp.,
perusak daun dan umbi Phy -
thorimae operculella
kubis : hama perusak daun
Plutella xylostella dan
Crocidolomia binotalis
mangga: lalat buah Bactrocera
sp.,
padi : pelipat daun
Cnaphalocrosis
medinalis, wereng coklat
Nilaparvata lugens.
semangka : kutu daun Myzus
persicae, Thrips sp., kumbang
pemakan daun Aulachophora
sp.
tomat : perusak daun Liriomyza
huidobensis, perusak buah
Helicoverpa armigera
belimbing : lalat buah PT. Dow AgroScience
40. Tracer 0,2 CB
Bractocera Indonesia
Carambolae, RI. 2159/8-2007/T
Spinosad : 0,2 g/l
jeruk pamelo, jeruk siam dan
mangga: lalat buah Bactrocera

41. TSM 9 GR padi sawah : keong mas PT. Bintang Tani


saponin : 9 % Pomacea canaliculata RI. 3001/11-2007/T

42. Xentari WDG kubis : hama perusak daun PT. Sumitomo Indonesia

Bacillus thuringiensis Plutella xylostella; RI. 1059/4 - 2009/T


subspesies aizawai : 10,30 %

43. Zoe Brafal SL padi: penyakit hawar pelepah CV. Dwi Agro Hayati
piperin : 58 g/l Rhzoctonia solani RI. 3394/12-2008/T

eugenol : 29 g/l

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


25
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Nama formulasi, Jenis tanaman dan Nama Perusahaan


nama bahan aktif Organisme sasaran

44. Zoe Intro SL cabai: ulat grayak Spodoptera CV. Dwi Agro Hayati
Azadirakhtin : 16,8 g/l Litura; RI. 3395/12-2008/T
padi :wereng coklat
piperin : 13,4 g/l
Nilaparvata
kurkumin : 29,3 g/l lugens, penggerek batang
Tryporiza incertulas.

Berdasarkan hasil pembinaan dan pengembangan pestisida hayati,


maka diperoleh beberapa jenis agen hayati yang telah
dikembangkan di provinsi. Jenis agen hayati tersebut adalah
sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 9. Daftar Agens Hayati Yang Dihasilkan Daerah

No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)

1. Aa Bx Kepinding tanah Padi Riau, Kepri, Babel

2. Amblycius sp Tungau Jingga Teh Banten, Jawa Barat,

3. Bakteri Merah Belalang Padi, Palawija Lampung, NTT

4. Beuvaria bassiana penggerek batang, hama padi, jagung, N.A. Darusallam, Sumut,
kutu daun, ulat daun, Aphis kedelai, palawija, Sumbar, Jambi,
sp., wereng batang coklat, hortikultura Bengkulu, Sumsel,
wereng hijau, walang sangit, Lampung, Banten, DKI.
Zeuzera sp., kepinding Jakarta, Jawa Barat,
tanah, Ulat grayak, Hama Jawa Tengah, D.I.
putih, Hypothenemus Yogyakarta, Bali, NTB,
hampei NTT, Kalteng, Kalsel,

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


26
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)

Kaltim, Sulut, Sulteng,


Sultra, Sulsel,
Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Papua,
Papua Barat

5. Becolovirus oryctes O.fhinoceros L. palawija Lampung, Sumsel, Bali,

6. Bioverium Hilopeltis sp. palawija Bengkulu

7. Cordiceps sp. Lepidiota stigma palawija Jawa Timur,

8. Curinus coeruleus Heteropsyila cubana lamtoro N.A. Darusallam,


Banten, Jawa Barat, D.I.
Yogyakarta, Jawa
Timur, Kaltim,

9. Diatracophaga Sesamia inferens padi, jagung Jawa Tengah,


striatalis

10. Dolichoderus sp. Helopeltis sp./Penggerek palawija Bengkulu, Jawa


buah, Tengah, Bali, Sultra,

11. Eocanthecona ap. ulat api kedelai Sumut

12. E2-Bx penggerek polong kedelai Riau, Kepri, Jambi,


Sumsel

13. Gliocladium sp. Fusarium oxysforum, pisang, bawang N.A. Darusallam, Riau,
Rhizoctonia solani, merah, palawija Kepri, Bengkulu, DKI.
Sclerotinia, Hawar daun, Jakarta, Jawa Tengah,
Phytium, penggulung D.I.Yogyakarta, Jawa
daun, Timur, Kalsel, Sulteng,
Sultra, Sulsel,
Gorontalo, Maluku,
Maluku Utara, Papua

14. Helicoverpa Helicoverpa armigera palawija Jawa Timur, NTB,


armigera

15. Hersutella sp. wereng batang coklat padi D.I.Yogyakarta,

16. Metarhizium O.rinoceros L, kepinding padi, palawija, Sumut, Sumbar, Jambi,


anisopliae tanah, kepik, ulat daun, hortikultura Bengkulu, Lampung,
belalang, kumbang, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, NTB,
Kalbar, Kalteng, Kalsel,
Kaltim, Sulut, Sultra,
Sulsel, Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


27
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)

17. Metarhizium sp. wereng coklat, wereng padi Bali, NTT, Sulteng,
hijau, penggerek batang, Maluku, Maluku Utara,
hama putih palsu, ulat Papua
grayak,

18. Nomuraea rileyi ulat daun, ulat grayak padi, jagung, Jawa Tengah, D.I.
kedelai Yogyakarta,

19. NPV ulat Spodoptera litura, ulat padi sawah, Lampung, Jawa
bawang, ulat grayak, pisang, bawang Tengah, D.I.Yogyakarta,
merah, Jawa Timur, Kalsel,
Sulteng, Sulsel,
Gorontalo,

20. Paecylomises Nematoda palawija Sulut,


forinosus

21. Paecylomises Nematoda, Penggerek Palawija, Banten, Jawa Barat,


lilacinus polong, kedelai, Jawa Tengah, Jawa
Timur,

22. Parachaetes gulma Cromolaena sp. padi, karet, Sumut, Kaltim,


pseudoinsulata palawija

23. PF. Fusarium oxysforum padi, palawija, Babel, Papua


hortikultura

24. Sc-Bx kepinding tanah padi Riau, Kepri, Jambi

25. Spicaria sp. Helopeltis sp./ penggerek palawija Sumbar, Jambi,


polong Bengkulu, Sumsel,
Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah,
D.I.Yogyakarta, Bali,
NTB, Kalteng, Sultra,

26. Spodoptera litura ulat grayak Spodoptera padi, jagung, Jawa Tengah, Jawa
nuclear litura, kedelai Timur,

27. Steinernema Helopeltis sp./ penggerek kedelai Jawa Tengah


carpocapsae polong

28. Strain H.Hampei Hypothenemus hampei kedelai Sumut, Sumbar

29. Trichoderma spp. penggerek batang, padi, palawija, N.A. Darusallam,


penyakit layu Fusarium hortikultura Sumut, Sumbar, Jambi,
oxysforum, Rhizoctonia Bengkulu, Sumsel,
solani, Phytophtora sp. Babel, DKI. Jakarta,
Phytium, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Bali, NTB,
NTT, Kalbar, Kalteng,
Kalsel, Kaltim, Sulut,
Sulteng, Sultra, Sulsel,
Sulsel, Gorontalo,
Papua,

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


28
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No. Jenis Agen Hayati Jenis Organisme Jenis Komoditi Provinsi Yang Telah
Pengganggu Tumbuhan Mengembangkan
(OPT)
30. Trichogamma Heteropsyila cubana, padi, jagung, N.A. Darusallam, Jawa
Sesamia inferens, palawija Tengah, Bali, Sultra,
penggerek batang, Gorontalo,

31. Trichokompos bahan untuk pembuatan padi, palawija, Lampung


kompos hortikultura

32. Tyto Alba Tikus padi, palawija Sumut, Jawa Tengah,


Sultra,

33. Verticilium sp. Kepinding tanah, kutu, padi Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa
Timur, Papua Barat

b. Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati

Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati


dilaksanakan pada tanggal 18 – 20 Mei 2010 di Hotel Parama,
Cisarua, Bogor. Pertemuan dihadiri oleh pejabat struktural dari
Dinas Pertanian Provinsi dan pejabat fungsional dari Balai Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Narasumber pertemuan terdiri
dari Direktur Sarana Produksi, Direktur Perlindungan, Kepala Pusat
Perizinan dan Investasi, Kepala Balai Besar Peramalam OPT,
Kepala Instalasi POPT Kabupaten Cianjur, Peneliti dari Puslitbang
Tanaman Obat dan Aromatika, Peneliti dari Pusat kajian PHT,
Institut Pertanian Bogor, Produsen Pestisida Hayati serta Petani
pengguna pestisida hayati.

c. Hasil Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi.

 Pada umumnya pengelolaan pestisida belum mendapat


perhatian yang memadai dari masyarakat, baik pengambil
kebijakan, pelaku usaha maupun pengguna pestisida.
 Pestisida merupakan salah satu komponen sarana produksi
yang masih menjadi andalan petani dalam upaya penyelamatan
produksi dari organisme pengganggu tumbuhan.
 Kondisi tersebut mendapat respon dari pelaku usaha di bidang
pestisida yang ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
29
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pestisida yang terdaftar di Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah


pestisida yang terdaftar untuk pertanian sebesar 1.978 merk
terdiri dari insektisida 779 merk, herbisida 594 merk, fungisida
354 merk, ZPT 88 merk, rodentisida 32 merk, bahan pengawet
kayu 59 merk, moluskisida 33 merk dan lain-lain 40 merk.
 Pada umumnya petani telah mengenal produk pestisida yang
beredar di wilayahnya dengan baik, meskipun jenis/merek
pestisida yang beredar saat ini jumlahnya semakin banyak. Hal
ini disebabkan gencarnya promosi yang dilakukan para
produsen/distributor pestisida kepada petani melalui demplot-
demplot secara langsung di lahan petani.
 Penggunaan pestisida secara 6 tepat memberikan kontribusi
yang nyata terhadap keberhasilan pencapaian sasaran produksi
pertanian serta dapat meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Untuk itu diperlukan pembinaan yang intensif
kepada petani tentang penggunaan pestisida secara bijaksana.
 Petani yang belum pernah mengikuti SLPHT/Pelatihan Pestisida
cenderung tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang
pestisida, sehingga tidak memperhatikan petunjuk penggunaan
pestisida yang tercantum pada label serta tidak memahami
makna piktogram yang terdapat pada label tersebut.
 Upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah pada Tahun 2010
dengan meningkatkan program SLPHT, dirasakan cukup
membantu petani dalam pengembangan penggunaan pestisida
ramah lingkungan.
 Kesadaran dan kepedulian petani terhadap tingkat bahaya
pestisida masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan kondisi
sebagai berikut :
- Petani belum menganggap bahwa pestisida adalah bahan
berbahaya yang harus dikerjakan dengan hati-hati.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


30
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

- Dalam aplikasi pestisida, masih sedikit petani yang


menggunakan alat pelindung diri terutama sarung tangan
dan masker.
- Petani belum memperhatikan penanganan limbah pestisida
seperti sisa larutan semprot dan wadah pestisida masih
dibuang sembarangan.
- Gejala keracunan yang dialami petani akibat terpapar
pestisida masih dianggap hal yang biasa oleh petani,
sehingga tidak dilakukan pencegahan dan pengobatan.

 Pengelolaan pestisida di tingkat Pengecer masih banyak yang


belum memenuhi persyaratan keamanan dalam penyimpanan
pestisida antara lain :

- tidak menyediakan fasilitas K3 seperti Alat Pelindung Diri,


Locker dan tempat mandi/cuci.

- tidak mempunyai petugas/karyawan yang memahami


masalah K3 dalam bidang pestisida.

- tidak memperhatikan persyaratan tempat penyimpanan


pestisida (ventilasi yang kurang, gudang bergabung dengan
tempat tinggal, pestisida belum ditata dengan baik, dimana
pestisida terbatas diletakkan bersama pestisida umum).

- masih menyimpan pestisida kadaluarsa atau pestisida yang


telah rusak.

- belum menyediakan absorben untuk mengatasi kebocoran


dan tumpahan serta antidote untuk mengatasi keracunan
pestisida, tidak tersedianya alat pemadam kebakaran.

- tidak mempunyai SOP dalam pelaksanaan tanggap darurat.

 Penjualan Pestisida Terbatas dijumpai/dilakukan di seluruh


Distributor dan Kios Pengecer. Meskipun mereka telah
memenuhi persyaratan mengikuti pelatihan pestisida terbatas,
namun kondisi ini mengindikasikan bahwa peredaran pestisida

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


31
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

terbatas cukup bebas, sehingga petani yang membeli pestisida


terbatas juga bebas. Penjual tidak mempedulikan apakah petani
mempunyai sertifikat penggunaan pestisida terbatas atau tidak.
 Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kelestarian lingkungan hidup serta potensi sumber daya alam
dan teknologi yang tersedia, saat ini mulai banyak
dikembangkan dan digunakan pestisida hayati/biologi yang
ramah lingkungan. Namun penggunaannya di tingkat petani
masih memerlukan fasilitasi baik sarana maupun prasarana dari
pemerintah

C. Pengaw asan Pupuk dan Pestisida.

1. Kegiatan yang dilaksanakan.

a. Pertemuan Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk dan


Pestisida
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pupuk dan pestisida di
tingkat lapang yang didukung dengan kemudahan dalam sektor
perizinan, maka jumlah pupuk dan pestisida yang terdaftar di
Kementerian Pertanian semakin meningkat. Perkembangan jumlah
pupuk dan pestisida yang beredar di lapangan mencerminkan mulai
tumbuhnya industri di sektor pertanian, tetapi disisi lain kondisi ini
merupakan tantangan bagi petugas pupuk dan pestisida, karena
sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1992 bahwa pupuk dan pestisida
yang beredar harus memenuhi standar mutu dan efektivitasnya.
Dalam upaya meminimalisasi terjadinya kasus penyimpangan
pupuk dan pestisida, maka pembinaan dan pengawasan yang
intensif baik di Pusat maupun di Daerah sangat diperlukan. Untuk
itu diperlukan pertemuan Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk
dan Pestisida dalam rangka mengkoordinasikan,
mengintegrasikan, serta mensinergikan petugas pusat dan daerah
serta para pemangku kepentingan lainnya dalam pengawasan
pupuk dan pestisida sehingga dapat mengurangi/membatasi
terjadinya kasus penyimpangan pupuk dan pestisida. Pertemuan
Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk dan Pestisida diikuti oleh

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


32
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Kasubdin/Kabid yang menangani kegiatan sarana produksi pada


Dinas Pertanian Provinsi; Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Pupuk dan Pestisida se-Indonesia; Ketua Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KP3) se-Indonesia dan Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten pelaksana smart card.

b. Pengawasan Pupuk
Menyadari akan pentingnya peranan pupuk dalam peningkatan
produksi hasil pertanian dan menghadapi pesatnya perkembangan
rekayasa formula pupuk, pemerintah berkepentingan mengatur
penyediaan pupuk yang memenuhi standar mutu dan terjamin
efektivitasnya. Untuk itu, pemerintah telah mengamanatkan kepada
Menteri Pertanian untuk melaksanakan pendaftaran pupuk dan
pengawasan pada tingkat rekayasa formula. Pupuk yang akan
dipasarkan untuk keperluan sektor pertanian harus memenuhi
standar mutu dan terjamin efektivitasnya.
Dalam rangka melindungi petani dari peredaran dan penggunaan
pupuk yang tidak memenuhi standar, sangat diperlukan
pengawasan mulai dari pengadaan, peredaran serta
penggunaannya, sehingga pupuk yang beredar di lapangan dapat
terjamin mutu dan kualitasnya.

Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya kegiatan


pengawasan pupuk. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain :
1) Menyusun Buku Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan
Pestisida Tahun 2010.
2) Menyusun Buku Saku Pengawasan Pupuk dan Pestisida.
3) Melakukan pengawasan pupuk serta menindaklanjuti
permasalahan yang terjadi dalam pengadaan, penyimpanan dan
penggunaan pupuk ditingkat lapang.
4) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait
maupun perguruan tinggi guna membahas mengenai
pengadaan, penyimpanan dan penggunaan pupuk ditingkat
lapang.
5) Melakukan pembelian sampel pupuk yang dicurigai merupakan
pupuk palsu/habis masa izinnya/repacking atau penyimpangan
lainnya.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


33
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

6) Melakukan analisa sampel pupuk untuk membuktikan


kebenaran kandungan pupuk sesuai dengan yang terdaftar.

c. Pengawasan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan
Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
menyatakan bahwa pestisida yang boleh diedarkan, disimpan dan
digunakan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia adalah
pestisida yang telah terdaftar dan atau memperoleh izin Menteri
Pertanian. Namun banyaknya pestisida yang beredar saat ini
menjadi peluang terjadinya penyimpangan di lapangan, seperti
beredarnya pestisida yang tidak terdaftar dan atau memperoleh izin
Menteri Pertanian, peredaran pestisida yang telah habis masa
berlaku izin pendaftaran; pestisida yang telah diperpanjang izinnya
tetapi di lapangan masih beredar dengan izin lama; pelanggaran
label dengan memperluas sasaran penggunaan yang tidak sesuai
dengan izin pendaftaran; pestisida palsu; pewadahan kembali;
penjualan bebas pestisida terbatas; penggunaan pestisida terbatas
oleh petani/pengguna yang tidak bersertifikat.

Merebaknya kasus-kasus penyimpangan pestisida seperti tersebut


di atas dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan,
baik dalam pencapaian sasaran produksi dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan maupun pelestarian lingkungan.
Untuk itu dituntut adanya kesungguhan dan kemampuan yang
optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, pengawasan pestisida
mempunyai peranan penting untuk menjaga kelestarian
sumberdaya hayati dan lingkungan hidup serta melindungi petani
sebagai pengguna pestisida dalam berusaha tani sehingga aman
dari gangguan OPT.

Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya kegiatan


pengawasan pestisida. Kegiatan yang telah dilaksanakan antara
lain :
1. Melakukan pengawasan pestisida serta menindaklanjuti
permasalahan yang terjadi dalam pengadaan, penyimpanan dan
penggunaan pestisida ditingkat lapang.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


34
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait


maupun perguruan tinggi guna membahas mengenai
pengadaan, penyimpanan dan penggunaan pestisida ditingkat
lapang.
3. Melakukan pembelian sampel pestisida yang dicurigai
merupakan pestisida palsu/habis masa izinnya/repacking atau
penyimpangan lainnya.
4. Melakukan analisa sampel pestisida guna membuktikan
kebenaran kandungan pestisida sesuai dengan yang terdaftar

2. Keluaran (Output)

Beberapa keluaran/output yang dihasilkan dari kegiatan pengawasan


pupuk dan pestisida antara lain :
a. Termonitornya permasalahan peredaran , penggunaan pupuk dan
pestisida, serta penyimpangan – penyimpangan yang terjadi di
tingkat lapang.
b. Buku petunjuk teknis pengawasan pupuk dan pestisida tahun 2010.
c. Buku saku pengawasan pupuk dan pestisida.
d. Hasil analisa/pengujian pupuk.
e. Hasil analisa/pengujian pestisida.
f. Rumusan Pertemuan Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk dan
Pestisida Tahun 2010.

3. Hasil Kegiatan

a. Buku Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan Pestisida

Buku petunjuk pengawasan Pupuk dan Pestisida memuat


ketentuan teknis pengawasan, peredaran, penyimpanan dan
penggunaan pupuk dan pestisida di lapangan. Buku ini merupakan
acuan bagi Petugas Pengawas Pupuk dan Pestisida Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pengawasan
pupuk dan pestisida, sebagai upaya menekan terjadinya
penyimpangan dalam penggunaan pupuk dan pestisida di
lapangan.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


35
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

b. Buku Saku Pengawasan Pupuk dan Pestisida

Buku Saku Pengawasan Pupuk dan Pestisida menyajikan data dan


informasi tentang kebijakan, landasan hukum dan kewenangan
pengawasan. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan/pedoman
bagi petugas pengawas/PPNS di bidang pupuk dan pestisida untuk
melaksanakan tugasnya.

Dengan Buku Saku Pengawasan Pupuk dan Pestisida ini


diharapkan dapat membantu memperlancar petugas pengawas/
PPNS di bidang pupuk dan pestisida sehingga dapat mencegah
terjadinya berbagai bentuk penyimpangan pupuk dan pestisida di
lapangan.

c. Pengawasan Pupuk

1) Modus penyimpangan/kasus pupuk yang sering terjadi adalah


peredaran pupuk illegal atau tidak terdaftar, pupuk palsu dan
pupuk yang habis masa berlaku izinnya, khusus pupuk
bersubsidi antara lain penggantian karung (repacking),
penjualan pupuk di atas HET dan perembesan ke wilayah lain.

2) Pada tahun 2010 penyimpangan/kasus pupuk bersubsidi


sebanyak 50 kasus dan Non subsidi sebanyak 10 kasus.
Penyimpangan/kasus yang terjadi antara lain : harga di atas
HET (17 kasus), pengeluaran pupuk bersubsidi di luar wilayah
tanggung jawab (6 kasus), rembesan (1 kasus), penggantian
karung (5 kasus), penjualan pupuk secara paket (3 kasus),
penimbunan dan penyelundupan (9 kasus), kelangkaan
(2 kasus) dan lain-lain (7 kasus).

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


36
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 10. Temuan penyimpangan/kasus pupuk subsidi dan


non subsidi tahun 2010

No Penyimpangan/Kasus Jumlah

A Pupuk Bersubsidi
1 Harga di atas HET 17
2 Pengeluaran pupuk bersubsidi di luar wilayah tanggung jawab 6
3 Rembesan ke perkebunan besar atau industri 1
Penggantian karung dari pupuk bersubsidi menjadi non
4 5
subsidi
5 Kelangkaan pupuk 2
6 Penjualan pupuk secara paket 3
7 Penimbunan dan penyelundupan 9
8 Lain-lain 7
Jumlah 50
B Pupuk Non Subsidi

1 Pupuk ilegal 2
2 Pupuk palsu 8
3 Pupuk yang telah habis masa berlaku izin pendaftarannya 0
Jumlah 10

3) Penyaluran pupuk bersubsidi dengan sistem pola tertutup


(RDKK) di tingkat lapang masih terjadi kendala, petugas
maupun petani kurang memahami tentang RDKK. Untuk
perbaikan penyaluran pupuk bersubsidi melalui sistem tertutup
dengan menggunakan RDKK perlu dukungan dari semua pihak
terutama Dinas Pertanian Kabupaten, Kepala Dinas
Perdagangan, Kepala Cabang Dinas, KP3 dan Penyuluh
Pertanian, sehingga penerapan penyaluran pupuk bersubsidi
dengan menggunakan RDKK dapat berjalan dengan baik.

4) Harga pupuk khususnya pupuk urea sering di atas HET


terutama bila terjadi kelangkaan pasokan dari distributor,
sehingga stok di lapangan kurang, sementara kebutuhan petani
serempak. Langkah yang perlu diambil untuk mengatasi
permasalahan ini adalah meningkatkan koordinasi antara
Dinas/Instansi terkait dengan produsen dan distributor.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


37
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

5). Dosis pemupukan di tingkat petani belum sesuai dengan


rekomendasi yang dianjurkan. Pada umumnya pemakaian
pupuk urea berlebihan sehingga selalu terjadi kelangkaan
pupuk urea di lapangan. Sementara itu petani juga kurang
berminat melakukan pemupukan berimbang, dan beberapa
petani masih menggunakan jenis pupuk yang kandungan unsur
haranya sama sehingga ada unsur pemborosan.

6). Masih adanya petani yang mendapatkan pupuk di kios tidak


resmi. Hal ini disebabkan karena pengecer resmi jauh dari lokasi
pertanian. Di samping itu masih adanya petani yang belum
masuk ke dalam kelompok tani, sehingga ketika petani
membutuhkan/membeli pupuk tidak tercover dalam RDKK harus
menunggu antrian setelah kelompok tani dilayani.

d. Pengawasan Pestisida

1) Modus penyimpangan/kasus pestisida yang sering terjadi di


beberapa daerah antara lain: peredaran berbagai jenis pestisida
yang tidak terdaftar baik produksi dalam negeri maupun impor.
Selain itu, beredar pula pestisida yang telah habis masa berlaku
izin pendaftaran, peredaran pestisida yang memperluas
penggunaan atau melanggar pelabelan yang tidak sesuai
dengan izin pendaftaran dan pestisida palsu. Bentuk
penyimpangan lain diantaranya adanya kios-kios yang menjual
bebas pestisida terbatas kepada pengguna yang belum
mengikuti pelatihan besertifikat.
2) Kasus Penyimpangan pestisida yang terjadi pada tahun 2010
sebanyak 222 kasus. Penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi adalah pestisida yang tidak terdaftar sebanyak 69 kasus,
pestisida yang telah habis masa berlaku izin pendaftarannya 74
kasus, pemakaian pestisida yang tidak sesuai izin pendaftaran
25 kasus, pestisida palsu 6 kasus, label pestisida tidak sesuai
terdaftar 1 kasus, keracunan pestisida 6 kasus dan pewadahan
kembali (repacking) 11 kasus. Secara rinci dapat dilihat seperti
tabel berikut

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


38
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 11. Temuan Penyimpangan/Kasus Pestisida Tahun


2010

No Penyimpangan/Kasus Jumlah
1 Pestisida yang dilakukan pewadahan kembali 11
2 Pestisida tidak terdaftar/ilegal 69
3 Pestisida yang telah habis masa berlaku izin pendaftarannya 74
4 Pestisida label tidak sesuai dengan terdaftar 1
5 Pestisida tidak sesuai dengan izin penggunaan 25
6 Pestisida yang dipalsukan 6
7 Kasus keracunan pestisida 36
Jumlah 222

3) Masih ditemukan peredaran pestisida yang sudah habis izinnya


dan kadaluarsa. Untuk itu perlu penegasan kewajiban
pemegang pendaftaran dalam pencantuman masa kadaluarsa
pada label produk pestisida.

4) Beberapa pedagang masih mengemas kembali (repacking)


pestisida yang sudah dikemas dalam kemasan khusus, menjadi
kemasan yang lebih kecil dan bahan kemasan yang kurang
memadai seperti botol aqua. Perdagangan semacam ini cukup
diminati karena harga pestisida eceran tersebut lebih murah.
5) Dari sisi penggunaan pestisida di tingkat petani pun terdapat
cukup banyak penyimpangan seperti : penggunaan pestisida
dengan mencampur 2 atau lebih formulasi pestisida, cara
aplikasi pestisida yang tidak mengindahkan aspek keamanan
(tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, dan lain-lain), dan penggunaan pestisida melebihi
dosis agar hasil dapat dilihat langsung. Sementara itu bagi
petani yang lemah ekonominya pada umumnya mencari
pestisida berharga murah, sehingga sering mendapatkan
pestisida palsu, atau yang sudah dicampur bahan lain.
6) Mengingat sifatnya yang berbahaya dan beracun, maka
pengelolaan pestisida di tingkat pengadaan, peredaran,
penyimpanan, penggunaan dan pemusnahan harus baik dan
dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya dengan dampak negatif yang
sekecil-kecilnya. Untuk itu pihak-pihak yang berkecimpung
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
39
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

dalam pengelolaan pestisida mulai dari pengadaan sampai


dengan penggunaan seperti pemegang pendaftaran, penyalur,
penjual/kios hingga pengguna wajib mentaati seluruh ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Analisa Pupuk dan Pestisida

Analisa sampel pupuk dan pestisida dilaksanakan untuk


mengetahui kesesuaian kadar hara atau bahan aktif yang
dikandung pupuk atau pestisida sesuai dengan yang tercantum
pada label. Hasil analisa sampel pupuk dan pestisida yang beredar
dilapangan sebagai berikut :

1. Analisa Pupuk
Analisa pupuk yang telah dilakukan pada tahun 2010 sebanyak
22 merek pupuk. Analisa dilakukan di Laboratorium Balai
Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) – Ditjen Tanaman
Pangan dan Laboratorium Balittanah Bogor. Sampel pupuk yang
diuji berasal dari hasil pemantauan lapang dari daerah. Hasil
analisa sampel tersebut adalah 7 sampel pupuk yang diuji (32
%) sesuai dengan kandungan yang terdaftar, 11 sampel yang
diuji (50 %) tidak sesuai dengan kandungan yang terdaftar dan 4
sampel yang diuji (18 %) tidak terdaftar di Kementerian
Pertanian.

2. Analisa Pestisida
Pada tahun 2010 telah dilakukan analisa sampel pestisida
sebanyak 39 formulasi. Analisa dilakukan di Laboratorium Balai
Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) – Ditjen Tanaman
Pangan. Hasil analisa sampel tersebut adalah 27 sampel
pestisida yang diuji (69 %) sesuai dengan kandungan bahan
aktif yang terdaftar dan 12 formulasi (31 %) tidak sesuai dengan
kandungan bahan aktif yang terdaftar, berdasarkan Permentan
No. 07/Permentan/SR.140/2/2007.

f. Pelaksanaan uji coba penyaluran pupuk bersubsidi secara tertutup


dengan menggunakan Kartu Kendali/Smart Card

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


40
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

1. Hasil Pelaksanaan
a. Uji coba sistem pengawasan menggunakan kartu
kendali/smart card telah berjalan dengan baik, khususnya
untuk pengawasan pupuk bersubsidi di sebagian besar
lokasi uji coba mulai tahun 2007 dan 2008.

b. Seluruh kelengkapan peralatan sistem pengadaan tahun


2007 dan 2008 baik berada di lokasi kantor Pusat maupun
kios dan kelompok tani dalam keadaan lengkap.

2. Kendala Dan Permasalahan


a. Teknis
1) Pada beberapa lokasi, sistem sering tidak bisa digunakan
secara optimal karena sinyal jaringan kurang kuat.

2) Peralatan server (di pusat) membutuhkan suplai aliran


listrik berdaya besar secara terus-menerus. Apabila
terganggu akan menghambat pemantauan secara online.

3) Kerusakan pada alat sering terjadi dan petugas di kios


tidak segera lapor ke petugas dinas kabupaten.

4) Setelah berakhirnya kontrak dengan pihak ke tiga tidak


ada maintenace terhadap peralatan tersebut.

b. Sumber Daya Manusia


1) Beberapa pemilik kios (usia dan tingkat pendidikan
sangat variatif), kurang memahami dalam
mengoperasionalkan alat EDC (Electronic Data Capture).

2) Petugas Dinas Kabupaten maupun produsen belum


sepenuhnya menguasai penggunaan teknologi smart
card, sehingga apabila terjadi permasalahan di lapangan
tidak dapat segera diatasi dan tidak dapat diselesaikan
dengan tuntas.

3) Petani belum terbiasa melakukan transaksi pembelian


pupuk bersubsidi dengan menggunakan kartu
kendali/smart card, karena dianggap kurang praktis.

4) Petani dalam membeli benih dan pupuk bersubsidi belum


bersama-sama sedangkan kartu hanya satu berada pada

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


41
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

ketua kelompok, sehingga sering terjadi kelambatan bagi


petani lain dalam bertransaksi.

5) Belum semua petani bergabung dalam kelompok tani,


pada umumnya hanya kelompok tani tanaman pangan.

c. Koordinasi
1) Koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan dengan
baik, sehingga pelaksanaan uji coba penyaluran benih
dan pupuk bersubsidi menggunakan kartu kendali/smart
card belum optimal.

2) Pelaksanaan Nota Kesepahaman yang dilaksanakan


pada tanggal 18 Desember 2007 antara Direktur Jenderal
Tanaman Pangan dengan Direktur Utama BUMN sebagai
produsen pupuk dan benih sebagai pelaksana subsidi
belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.

d. Pendanaan

1) Sumber dana pelaksanaan kegiatan uji coba penyaluran


benih dan pupuk bersubsidi dengan menggunakan kartu
kendali/smart card tahun 2007, 2008 dan 2009 dari APBN
sedangkan dana kelanjutan pelaksanaan uji coba
tersebut belum tersedia.

2) Belum tersedianya dana langganan GPRS Telkomsel dan


Lintasarta yang relatif mahal yaitu sebesar Rp. 691,2 juta.
Disamping itu dana pemeliharaan peralatan, pelatihan,
pembinaan, dan monitoring serta penyusunan RDKK
juga belum tersedia.

h. Hasil Inventarisasi Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida


(KP3) yang terbentuk tahun 2010 adalah: KP3 Provinsi telah
terbentuk seluruhnya (100 %), sedangkan di Kab/Kota KP3
yang terbentuk sebanyak 397 Kab/Kota (80 %).

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


42
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 12. Jumlah Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Tahun


2010

Jumlah KP3
No Provinsi Jlh Kab/Kota
Provinsi Kabupaten/kota
1 NAD 23 1 20
2 Sumut 34 1 26
3 Sumbar 19 1 17
4 Riau 12 1 11
5 Kepri 7 1 3
6 Jambi 11 1 10
7 Sumsel 15 1 15
8 Babel 7 1 7
9 Bengkulu 10 1 10
10 Lampung 14 1 11
11 Banten 8 1 7
12 DKI Jakarta 6 1 0
13 Jabar 26 1 25
14 Jateng 35 1 35
15 DIY 5 1 4
16 Jatim 38 1 38
17 Bali 9 1 9
18 NTB 10 1 10
19 NTT 20 1 17
20 Kalbar 14 1 14
21 Kalsel 13 1 13
22 Kalteng 14 1 11
23 Kaltim 14 1 13
24 Sulut 15 1 14
25 Gorontalo 6 1 6
26 Sultra 12 1 9
27 Sulsel 24 1 24
28 Sulteng 11 1 9
29 Sulbar 6 1 5
30 Maluku 10 1 0
31 Malut 9 1 0
32 Papua 29 1 3
33 Papua Barat 11 1 2
Total 497 33 397

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


43
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

D. Pembinaan dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian.

Pemanfaatan/pendayagunaan alsintan secara tepat dan selektif sesuai


spesifik lokasi perlu dilaksanakan dalam upaya mengatasi kendala –
kendala yang ada dalam penerapan mekanisasi pertanian. Pemilihan
alsintan dan pemanfaatannya sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan
ekonomi setempat secara baik dan benar diperlukan agar benar – benar
optimal penggunaannya.

Penerapan teknologi mekanisasi pertanian dalam agroindustri sudah


merupakan keharusan untuk mengatasi adanya keterbatasan daya dan
kapasitas kerja manusia dalam beberapa tahapan proses produksi.
Penerapan alat dan mesin pertanian yang tepat dan sesuai harus
didasarkan pada kondisi lahan dan sosial budaya petani. Aplikasi alat dan
mesin pertanian akan memberikan banyak manfaat antara lain memenuhi
kebutuhan tenaga kerja, memenuhi jadwal waktu tanam dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan alat dan mesin


pertanian dalam upaya mendukung keberhasilan pencapaian
pembangunan pertanian perlu dilaksanakan. Untuk itu diperlukan
dukungan strategi pembinaan dan pengembangan alat dan mesin
pertanian yang berkelanjutan dan terarah yang melibatkan seluruh stake
holder yang terkait.

1. Kegiatan yang dilaksanakan.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam upaya pengembangan


alsintan antara lain :
a. Pengawalan Kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan,
BUMA dan BAKAL

1) Kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu model percontohan


pengelolaan alsintan melalui UPJA dan membuat suatu model
percontohan inovasi teknologi alsintan yang dapat menunjang
upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi.

Pada tahun 2010 bantuan alsintan diperuntukkan bagi UPJA pada


kegiatan Pilot Project pengembangan alsintan serta bantuan
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
44
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

alsintan BUMA (Bantuan Uang Muka Alsintan) dan BAKAL


(Bantuan Kepemilikan Alsintan) di luar Pilot Project pengembangan
alsintan. Bantuan tersebut berupa 11 jenis alsintan dan 1 unit
gudang untuk Pilot Project Paket A serta 10 jenis alsintan dan 1
unit gudang untuk Pilot Project Paket B yang dialokasikan di 30
provinsi dan 30 kabupaten.

Tabel 13 . Bantuan Pilot Project Pengembangan Alsintan


2010

PAKET A PAKET B
Jumlah Jumlah
No Jenis Alsintan
Alsintan Alsintan
(Unit/paket) (Unit/paket)
1 Traktor Roda 4 1 -
2 Traktor Roda 2 - 3
3 Pompa Air 1 1
Alsin tanam bibit padi
4 1 1
(Transplanter)
Alsin Pemanen Padi Tipe
5 1 1
Sandang (Paddy Mower)
Alsin Perontok Padi Tipe Throw
6 1 1
In Bermotor (Power Thresher)
Alsin Perontok Padi Hold On
7 Bermotor/Pedal Thresher 1 1
Bermotor
Alsin Pembuat Pupuk Organik
8 1 1
(APPO)
Alsin Penyiang Bermotor
9 1 1
(Power Weeder)
10 Gudang Penyimpanan Alsintan 1 1
11 Peralatan Bengkel Alsintan 1 1
Mesin Perawatan Kebersihan -
12 1
Alsintan

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


45
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2) Kegiatan BUMA dan BAKAL Di luar Pilot Project Pengembangan


Alsintan

Kegiatan pengembangan alsintan BUMA dan BAKAL sebanyak 5


jenis alsintan per paket di luar Pilot Project yang dialokasikan di 29
provinsi pada 200 kabupaten. Perincian jenis dan jumlah alsintan
dapat dilihat pada Tabel ...

Tabel 14. BUMA BAKAL di luar Pilot Project Pengembangan


Alsintan 2010

Pola PAKET A PAKET B


No Jenis Alsintan
Bantuan (Unit) (Unit)
1 Traktor Roda 2 BUMA 2 1

2 Pompa Air Irigasi BAKAL 1 1

3 Paddy Mower BAKAL 1 1

4 Pedal Thresher Bermotor BAKAL 1 1

5 Peralatan Bengkel BAKAL 1 1

3) Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pilot Project Bantuan Alsintan


Dalam Rangka Pengembangan UPJA Center
Pertemuan Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 29 – 31 Maret
2010 di Hotel Permata, Bogor, dengan tujuan untuk koordinasi dan
menyamakan persepsi dalam pelaksanaan pilot project bantuan
alsintan pengembangan UPJA Center.

b. Penyusunan dan Pembahasan RSNI

Rancangan SNI pada tahun 2010 berupa mesin pembuat granul


pupuk organik dan mesin penyiang padi sawah tipe cakar.
Pembahasan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)
dilaksanakan tiga (3) kali pertemuan yaitu pada tanggal 8 Juni
2010, 9 Juli 2010 dan 4 Agustus 2010 dan 2 (dua) kali rapat tim
teknis yaitu pada tanggal 10 Agustus 2010 dan 18 Agustus 2010.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


46
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Pendayagunaan Pengawas Alsintan

1. Manfaat dan kegunaan alsintan yang demikian penting dan


strategisnya dalam mendukung peningkatan produksi,
produktivitas, mutu dan daya saing produk pertanian tanaman
pangan dan hortilkultura, dan dengan semakin terbatasnya
ketersediaan tenaga kerja, maka alsintan merupakan kebutuhan
mendasar.

2. Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu


hasil pertanian, peranan alsintan akan berdampak positif untuk
mengatasi kekurangan tenaga kerja, mempercepat penyiapan
lahan, mempermudah pemeliharaan/perlindungan tanaman,
mempercepat panen dan pasca panen, mengurangi kehilangan
hasil, mempermudah pengolahan hasil, meningkatkan kualitas
hasil dan menekan biaya produksi.

3. Pendayagunaan alat dan mesin pertanian melalui Usaha


Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan pilihan dalam
pemanfaatan alsintan di tingkat petani, dikarenakan petani tidak
mampu membeli alsintan yang dibutuhkan, sehingga
petani/kelompok tani merasa lebih layak menyewa alsintan
daripada memiliki alsintan secara perorangan.

4. Pemerintah Daerah belum menemukan SDM yang memiliki


kriteria sebagaimana persyaratan yang tertera pada Permentan
65 Tahun 2006.

5. Penetapan Petugas Pengawas oleh Kepala Daerah dalam hal


ini Bupati/Walikota masih berjalan lambat, padahal pelaksanaan
pengawasan alsintan oleh Petugas Pengawas Alsintan sudah
mendesak seiring kebutuhan masyarakat terhadap pemanfaatan
alsintan.

6. Pada umumnya peraturan – peraturan yang berkaitan dengan


alsintan sudah banyak diketahui oleh dinas pertanian, hanya
belum sepenuhnya disosialisasikan dan aplikasikan ke
kabupaten/kota.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


47
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

d. Sosialisasi Peningkatan Pemanfaatan Traktor Untuk Penanam


Biji-bijian

Dalam memanfaatkan alsintan traktor pertanian, baik roda dua


maupun roda empat agar lebih optimal, maka untuk menambah jam
kerja operasional traktor setelah selesai digunakan untuk mengolah
tanah, traktor dapat difungsikan sebagai sumber tenaga tarik alat
tanam benih mekanis (seeder), dengan alasan utama yaitu :

 Jumlah tenaga kerja penanam benih semakin berkurang


berkurang seiring dengan semakin berkurang seiring dengan
semakin berkurangnya minat masyarakat di bidang pertanian.

 Penanaman benih di lahan kering akan lebih cepat selesai dan


efisien apabila seeder digandeng dengan bagian belakang
traktor.
 Peningkatan traktor pertanian sebagai sumber tenaga dalam
pemanfaatan seeder (power unit).

Mengingat pentingnya fungsi seeder dalam mendukung upaya


pencapaian sasaran produksi, khusunya jagung, kedelai dan
kacang tanah, maka penggunaan seeder ini perlu segera
disosialsiasikan kepada masyarakat petani.

e. APBN-P 2010

1) Pelaksanaan bantuan alsintan APBN-P TA 2010


Dengan meningkatnya permintaan alsintan oleh masyarakat petani,
sedangkan harga alsintan masih belum terjangkau petani, maka
pemerintah terus berupaya memfasilitasi kebutuhan tersebut,
antara lain melalui bantuan alsintan APBN-P meliputi traktor roda
dua dan pompa air irigasi ukuran 4 inchi. Bantuan traktor roda dua
sejumlah 3.395 unit pada 299 kabupaten/kota di 32 propinsi dan
pompa air sejumlah 3.300 unit pada 292 kabupaten/kota di 31
propinsi. Bantuan ini diberikan kepada kelompok tani/ gabungan
kelompok tani dalam rangka mendukung upaya pencapaian
sasaran produksi pertanian dan pendapatan petani melalui
pemanfaatan alsintan tersebut.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


48
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2) Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P


2010
Untuk memantapkan program pembangunan tanaman pangan
melalui dukungan kebijakan pengembangan alsintan, maka pada
tahun 2010 Pemerintah Pusat memberikan bantuan alsintan melalui
APBN-P. Penyediaan bantuan alsintan merupakan salah satu
wujud kepedulian Pemerintah Pusat kepada petani dalam rangka
mengembangkan alat dan mesin pertanian di seluruh wilayah
Indonesia.

Agar pelaksanaan berjalan dengan baik dan lancar, maka dilakukan


pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P
2010 pada tanggal 28 sampai dengan 30 September 2010 di Hotel
Aston Tropicana, Bandung, Provinsi Jawa Barat. bertujuan untuk
melakukan koordinasi serta memberikan petunjuk dan arahan
kepada petugas Dinas Pertanian Provinsi di lapangan untuk
melakukan pengarahan penyaluran bantuan alsintan APBN - P TA
2010.

f. Kegiatan lain-lain

Studi Pengembangan Kerjasama Dengan Lembaga Alsintan


Internasional, seperti dengan melakukan kunjungan :

1. Kunjungan Kerja ke Jepang


Kunjungan kerja ini dilaksanakan di Tokyo, Jepang pada tanggal
11-16 Juli 2010. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah
melakukan kunjungan pada institusi pemerintah yang
menangani alsintan dalam hal ini Institute Agricultural Machinery
(IAM) – Bio-oriented Technology Research Advancement
Institution (BRAIN) atau disingkat IAM-BRAIN di Omiya,
Saitama, untuk mengetahui perkembangan teknologi
mekanisasi pertanian di negara Jepang, serta hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh IAM-BRAIN. Selain itu juga
melakukan perintisan (inisiasi) kerjasama berskala
regional/internasional dengan KUBOTA Corporation berupa
pembentukan lahan yang memungkinkan untuk penggunaan
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
49
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

alsintan secara optimal melalui pilot project konsolidasi lahan


secara bertahap dan upaya mendapatkan hibah alsintan
produksi Kubota dalam upaya peningkatan kualitas pelaku
pengembangan pertanian di Indonesia dan kualitas teknologi
alsintan yang dikembangkan/digunakan oleh masyarakat di
Indonesia sehingga dapat mendukung peningkatan produksi
dan produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan.
IAM-BRAIN merupakan lembaga pemerintah dibawah lembaga
penelitian nasional Jepang yang menangani pertanian dan
pangan (National Agriculture and Food Research Organization
(NARO). IAM-BRAIN dapat menerima peserta pelatihan dari
Indonesia melalui koordinasi dengan Japan International
Cooperation Agency (JICA). Untuk peningkatan kompetensi dan
wawasan staf Direktorat Jenderal Tanaman Pangan di masa
mendatang, akan dilakukan pendekatan dan penjajakan
kerjasama dengan JICA (melalui JICA perwakilan di Indonesia),
agar dapat mengikuti program-program pelatihan yang diadakan
setiap tahun oleh JICA khususnya pelatihan yang diadakan di
IAM-BRAIN.
Melalui kunjungan kerja di IAM-BRAIN ini didapatkan
pengetahuan dan peningkatan wawasan terhadap
pengembangan alsintan di Jepang mulai dari alsin pengolahan
tanah sampai dengan alsin pasca panen yang digunakan di
Jepang sejak awal perkembangannnnya hingga kini. Beberapa
hal yang dapat diterapkan di Indonesia diantaranya adalah
konsep konsolidasi lahan yang dilakukan secara bertahap sejak
tahun 1960-an dan berakhir tahun 1995 yang lalu dengan hasil
yang menggembirakan. Prinsip-prinsip konsolidasi secara
bertahap yang telah dilakukan oleh Pemerintah Jepang akan
diupayakan dapat diterapkan di Indonesia melalui penerapan
pengembangan Pilot Project Pengembangan Alsintan yang
inisiasinya sudah mulai dipersiapkan sejak tahun 2010.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


50
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Kunjungan ke Kubota Corporation di Utsunomiya, dengan hasil


sebagai berikut :
 Kunjungan ke pabrik pembuatan transplanter dan combine
harvester yang telah menggunakan robot dalam proses
produksinya. Selain itu juga disaksikan demo pembibitan
benih padi menggunakan mesin pembibitan sebagai
kelengkapan penunjang untuk mesin tanam bibit padi
(transplanter)
 Rencana kegiatan pilot project konsolidasi lahan dan hibah
alsintan yang intinya adalah pembentukan lahan pertanian
yang nantinya menerapkan prinsip-prinsip mekanisasi
pertanian dari saat pengolahan tanah sampai panen atau
bila memungkinkan sampai penanganan pasca panennya.
 Ditawarkan kepada Kubota Corporation, bahwa dalam
pembuatan pilot project tersebut akan mengarah pada
terbentuknya konsolidasi lahan skala kecil seluas ± 5 Ha,
skala menengah sampai 40 – 150 Ha dan skala besar untuk
luasan lebih dari 200 Ha pada setiap titik lokasi tempat
dilaksanakannya pilot project. Pelaksanaan dilakukan
secara bertahap dan direncanakan dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014.
 Sebelum dilaksanakannya pilot project akan dilakukan
penelitian/studi kelayakan terhadap beberapa lokasi calon
lokasi pilot project tersebut yang rencananya akan dilakukan
oleh Petugas dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Perusahaan di Indonesia yang ditunjuk oleh Kubota
Corporation serta bekerja sama dengan pakar dari
perguruan tinggi yang mempunyai kompetensi terkait.
 Rencana kerjasama ditawarkan untuk pembiayaannya dari
Kubota Corporation secara hibah, namun pihak Kubota
mencoba memberi pengertian agar biaya dapat secara
proporsional dibebankan juga kepada Pemerintah Indonesia

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


51
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

dalam hal ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


khususnya yang berkaitan dengan perijinan, survey dan
kerjasama dengan instansi terkait. Sedangkan biaya
penyediaan alsintan akan dilakukan oleh Kubota
Corporation. Mengenai hal pembiayaan ini, Kubota akan
melakukan penelaahan lebih lanjut secara internal dan akan
menyampaikan hasilnya dalam waktu dekat ini kepada
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
 Apabila dari segi pembiayaan dinilai terlalu berat baik dari
pihak Kubota Corporation maupun Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, hal ini dapat diatasi dengan mengangkat
isu ini ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kerjasama
Goverment to Goverment (G to G), yaitu antara Pemerintah
Jepang (Kementerian Pertanian Jepang) dengan
Pemerintah Indonesia (Kementerian Pertanian Republik
Indonesia).

2. Kunjungan Kerja ke China


Kunjungan kerja ini dilaksanakan di Youxi, Provinsi Fujian,
China pada tanggal 22 – 25 Nopember 2010. Maksud dan
tujuan melakukan kunjungan kerja ke China Fujian Youxi Long-
Wave Water Power Machinery Corporation adalah untuk
mengetahui proses pembuatan, pengujian dan pemanfaatan
teknologi pompa air tanpa mesin di Negara China, serta
informasi-informasi lainnya berkaitan dengan pemanfaatan
pompa air tanpa mesin.
China Fujian Youxi Long-Wave Water Power Machinery
Corporation merupakan pabrik Pompa Air Tanpa Mesin (PATM)
yang memproduksi pompa untuk tujuan irigasi, pembangkit
listrik (turbin) maupun untuk keperluan umum (air minum,
penanganan kebutuhan masyarakat umum dan memenuhi
kebutuhan di daerah peternakan).
Kunjungan ke lokasi PATM didapatkan hasil sebagai berikut :
 Pompa air tanpa mesin yang digunakan selain untuk tujuan
menaikan muka air ke level yang lebih tinggi yaitu sekitar 60

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


52
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

meter, juga untuk menghasilkan tenaga listrik bagi warga


sekitar.
 Pompa air yang digunakan sebanyak 6 unit yang diletakan
secara paralel di sepanjang sungai, setelah air sungai di
bendung sedemikian rupa sehingga debit air yang mengalir
ke arah inlet pompa cukup memenuhi persyaratan sebagai
tenaga penggerak pompa.
 Masa kerja pompa air yang terpasang tersebut sampai saat
ini adalah 20 tahun dan baru sekali mengalami penggantian
karet seal saat usia 10 tahun. Hal ini menunjukan bahwa
pompa tersebut tidak membutuhkan biaya perawatan yang
mahal dalam operasionalnya.
 Ke depan ke enam pompa air tersebut direncanakan akan
diganti dengan pompa air prototipe terbaru yang lebih
efisien dan berkinerja lebih baik dan dengan ukuran yang
lebih besar. Prototipe terbaru tersebut sudah diproduksi di
pabrik China Fujian Youxi Long-Wave Water Power
Machinery Corporation.
 Melihat dari jenis aliran sungai yang ada, karakteristik aliran
tidak jauh beda dengan sungai-sungai di Indonesia,
khususnya di pulau Sumatera, Kalimantan ataupun
Sulawesi. Perbedaan hanya dari tingkat kejernihan air, yang
dalam hal ini dapat diatasi dengan metode penyaringan.
Kemungkinan dapat diterapkannya pompa air ini di
Indonesia sangat besar.
 Dari sisi biaya, pembuatan bendungan bisa jadi melebihi
biaya pengadaan pompa, namun hal ini tergantung pada
jenis bahan penyusun bendungan dan ukuran bendungan.
 Secara umum pemahaman tentang proses pembuatan dan
pengembangan PATM di China telah dapat dipahami,
sehingga kedepan akan dipikirkan pengembangannnya
untuk daerah pertanian di Indonesia.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


53
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Keluaran/Output.

a. Buku Pedoman Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan,


BUMA dan BAKAL 2010
b. Buku Laporan Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan,
BUMA dan BAKAL 2010

c. Prosiding Hasil Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pilot Project


bantuan Alsintan Dalam Rangka Pengembangan UPJA Center

d. Buku Laporan RSNI (Rancangan Standar Nasional Indonesia)


untuk kegiatan mesin pembuat granul pupuk organik dan mesin
penyiang padi sawah tipe cakar, Syarat Mutu dan Metode Uji 2010.

e. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Kumpulan Peraturan


Alsintan

f. Buku Laporan Pelaksanaan Pengawasan Alsintan


g. Laporan Hasil Studi Pengembangan Kerjasama Dengan Lembaga
Internasional

h. Buku Sosialisasi Peningkatan Pemanfaatan Traktor Untuk


Penanam Biji-Bijian

i. Buku Laporan Sosialisasi Peningkatan Pemanfaatan Traktor Untuk


Penanam Biji-Bijian
j. Buku Pedoman Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P TA. 2010

k. Laporan Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P TA. 2010

3. Hasil Kegiatan

a. Pengawalan Kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan,


BUMA dan BAKAL

1) Kegiatan BAKAL Pilot Project Pengembangan Alsintan

Kegiatan Pilot Project pengembangan alsintan 2010 diperuntukkan


bagi 1 (satu) UPJA professional di masing-masing 1 (satu) provinsi
dan 1 (satu) kabupaten. Sampai saat ini kegiatan Pilot Project telah
terealisasi di 28 (dua puluh) provinsi dari 30 provinsi (92,63 %),
yaitu Provinsi NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel,
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
54
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Bengkulu, Lampung, Babel, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali,


NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultera,
Gorontalo, Sulbar, Maluku, dan Maluku Utara. Sedangkan kegiatan
Pilot Project yang tidak terealisasi adalah Kalimantan Timur dan
Papua karena proses pelaksanaan pencairan dana yang dilakukan
Dinas Pertanian Kabupaten tersebut sudah mendekati akhir tahun
anggaran,sehingga dana tersebut tidak sempat terserap.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


55
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 15. Realisasi Pilot Project Pengembangan Alsintan


2010

Pilot Project
NO PROVINSI Untuk UPJA Profesional Persentase (%)
Rencana Realisasi
1 NAD 1 1 100
2 SUMUT 1 1 100
3 SUMBAR 1 1 100
4 RIAU 1 1 100
5 JAMBI 1 1 100
6 SUMSEL 1 1 100
7 BABEL 1 1 100
8 BENGKULU 1 1 100
9 LAMPUNG 1 1 100
10 BANTEN 1 1 100
11 JABAR 1 1 100
12 JATENG 1 1 100
13 DIY 1 1 100
14 JATIM 1 1 100
15 KALBAR 1 1 100
16 KALSEL 1 1 100
17 KALTENG 1 1 100
18 KALTIM 1 - -
19 SULUT 1 1 100
19 SULTENG 1 1 100
20 SULTRA 1 1 100
21 SULSEL 1 1 100
22 GORONTALO 1 1 100
23 SULAWESI BARAT 1 1 100
24 BALI 1 1 100
26 NTB 1 1 100
27 NTT 1 1 100
28 MALUKU 1 1 100
29 MALUKU UTARA 1 1 100
30 PAPUA 1 - -
Total 30 28 92,63

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


56
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2) BUMA dan BAKAL Penguatan UPJA


BUMA dan BAKAL di luar Pilot Project diperuntukkan bagi UPJA
tingkat pemula atau berkembang sebanyak 320 UPJA penerima.
Dari rencana 320 UPJA yang telah terealisasi 290 UPJA (90,62 %)
dengan rencana penerimaan bantuan alsintan sejumlah 1.872
paket, terealisasi 1.680 paket (89,74%). Capaian realisasi tersebut
dikarena laporan dari kabupaten belum disampaikan ke Provinsi
dan Pusat.

Tabel 16. Realisasi BUMA BAKAL diluar Pilot Project


Pengembangan Alsintan 2010
Diluar Pilot Project
NO PROVINSI Untuk Penguatan UPJA Persentase (%)
Rencana Realisasi
1 NAD 7 7 100
2 SUMUT 15 14 93
3 SUMBAR 7 7 100
4 RIAU 8 4 50
5 JAMBI 5 2 40
6 BABEL 2 0 -
7 SUMSEL 10 10 100
8 BENGKULU 2 2 100
9 LAMPUNG 7 6 86
10 JABAR 45 11 24
11 JATENG 67 58 87
12 DIY 6 6 100
13 JATIM 65 65 100
14 BANTEN 2 2 100
15 KALBAR 4 4 100
16 KALTENG 3 2 67
17 KALSEL 4 4 100
18 KALTIM 6 2 33
19 SULUT 5 5 100
20 SULTENG 10 10 100
21 SULSEL 1 1 100
22 SULTRA 6 6 100
23 SULBAR 4 4 100
24 GORONTALO 5 5 100
25 BALI 5 5 100
26 NTB 7 4 57
27 NTT 9 9 100
28 MALUKU 2 0 -
29 PAPUA BARAT 1 1 100
JUMLAH 320 256 80.00

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


57
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Penyusunan dan Pembahasan RSNI

Pertemuan tersebut membahas RSNI mesin pembuat granul pupuk


organik dan mesin penyiang padi sawah tipe cakar dengan tim
penyusun yang dibentuk oleh Direktorat Sarana Produksi, Ditjen
Tanaman Pangan yang dihadiri oleh stake holders dan instansi
terkait. Hasil RSNI tersebut telah diserahkan ke Direktorat P2HP
guna bahan Konsensus yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober
2010. Hasil Konsensus sudah diserahkan ke BSN pada tanggal 27
Oktober 2010.
Setelah dilaksanakan kaji ulang terhadap SNI 0141 : 2009 Pompa
Air Sentrifugal untuk irigasi – Unjuk kerja dan cara uji, terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan perubahan, sehubungan dengan
itu Sub Pantek Perumusan SNI Sarana dan Prasarana Tanaman
Pangan telah membuat Adendum SNI Pompa Air Sentrifugal yang
dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2010.

e. APBN-P 2010

1) Pelaksanaan bantuan alsintan APBN-P TA 2010


Telah ditetapkan Calon penerima bantuan alsintan APBN-P TA
2010 melalui SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor
25/HK.310/C/10/2010 tanggal 5 Oktober 2010 dan SK Jenderal
Tanaman Pangan Nomor 28/HK.310/C/11/2010 tanggal 29
Nopember 2010 tentang Perubahan Lampiran Penerima Bantuan
Alsintan APBN-P TA 2010. Untuk lebih jelasnya, rincian alokasi
bantuan APBN-P 2010 dapat dilihat pada lampiran 11

Kondisi saat ini sedang dalam proses pendistribusian barang,


dengan realisasi penerimaan alsintan sampai dititik bagi Dinas
Pertanian kabupaten/kota, untuk TR-2 sudah mencapai 3.395 unit
(100%) dari 3.395 unit, untuk pompa air mencapai 3.300 unit
(100%) dari 3.300 unit, dengan rincian seperti pada lampiran 12

2) Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P


2010

Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P


2010 merupakan kerjasama Direktorat Sarana Produksi Ditjen
Tanaman Pangan dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
58
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Hortikultura Provinsi Jawa Barat. Pertemuan ini diselenggarakan


pada tanggal 28 sampai dengan 30 September 2010 di Hotel Aston
Tropicana, Bandung, Provinsi Jawa Barat, bertujuan untuk
melakukan koordinasi serta memberikan petunjuk dan arahan
kepada petugas Dinas Pertanian Provinsi di lapangan untuk
melakukan pengarahan penyaluran bantuan alsintan APBN - P TA
2010.

Pertemuan dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang


diwakili oleh Direktur Sarana Produksi dan dihadiri oleh Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Barat, Direktur Kacang – Kacangan dan Umbi – umbian, nara
sumber, stakeholder serta Kepala Bidang, Kepala UPT Alsintan dan
Kepala Seksi/Staf Dinas Pertanian Provinsi yang menangani bidang
alsintan dari 32 provinsi di Indonesia.

E. Pengembangan Kelembagaan dan Pelayanan

1. Kegiatan yang dilaksanakan

a. Pengembangan Kelembagaan UPJA.


Kegiatan ini dilaksanakan dengan :
 Melakukan koordinasi, konsultasi dengan instansi terkait/
Perguruan Tinggi.
 Menghadiri Undangan rapat/seminar/pencanangan
tanam/panen.
 Menyusun pedoman pelaksanaan pengembangan Usaha
Pelayanan Jasa Alsintan Tahun 2010.
 Melakukan pengembangan UPJA meliputi kegiatan penguatan
UPJA dan UPJA Center ke beberapa provinsi yaitu provinsi
Bengkulu, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Gorontalo,
Kalimantan Barat, DIY, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Maluku, dan Riau.
 Menyusun laporan hasil pengembangan UPJA

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


59
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

b. Penilaian UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010


Kegiatan ini dilaksanakan melalui :
 Melakukan perbaikan bahan pedoman pelaksanaan Penilaian
UPJA Beprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010.

 Melaksanakan rapat persiapan dalam rangka penilaian UPJA


berprestasi Tingkat Nasional 2010.

 Mengirim surat ke seluruh provinsi perihal penilaian UPJA


Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010.
 Melakukan penelitian terhadap dokumen kelompok UPJA yang
disampaikan / diusulkan provinsi untuk mengikuti Lomba UPJA
Beprestasi Tingkat Nasional 2010 sebanyak 13 kelompok
UPJA dari 13 Kabupaten/Kota di 13 Provinsi yaitu Provinsi
Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Tengah,
Jambi, Bali, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Tengah,
Lampung, Sumatera Utara, Papua dan Sulawesi Selatan.
Setelah dilakukan evaluasi ternyata yang memenuhi
persyaratan hanya 8 UPJA dari 8 Kabupaten/Kota di 8
Provinsi.
 Melakukan verifikasi ke 8 UPJA dari 8 Kabupaten/Kota di 8
Provinsi yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti Lomba
UPJA Berprestasi Tingkat Nasional 2010 yaitu
1) UPJA Tani Makmur , Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa
Tengah
2) UPJA Maju Bersama, Kabupaten Barito Kuala Provinsi
Kalimantan Selatan
3) UPJA Swakarsa, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
4) UPJA Harapan Makmur, Kabupaten OKU Timur Provinsi
Sumatera Selatan
5) UPJA Pulau Lestari, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
6) UPJA Mosagena, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Tengah
7) UPJA Pulung Raya, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung.
8) UPJA Sari Makmur, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


60
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

 Melakukan pengolahan data hasil verifikasi ke 8 UPJA, 8


Kabupaten di 8 Provinsi.
 Melakukan rapat dalam rangka penetapan pemenang Lomba
UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010 bersama
Direktur Sarana Produksi, Kasubdit dan Kasi lingkup Direktorat
Sarana produksi..
 Menyampaikan memorandum laporan kepada Direktur
Jenderal Tanaman Pangan sekaligus mencantumkan hasil
penilaian.
 Atas dasar Memorandum, Dirjen Tanaman Pangan
melaksanakan rapat koordinasi dengan para eselon II lingkup
Ditjen Tanaman Pangan dan menyampaikan usulan
pemenang lomba UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Tahun
2010.
 Menyiapkan Hadiah berupa Tabanas, Trophy dan Piagam
serta persyaratan yang diperlukan dalam pemberian hadiah
kepada pemenang lomba UPJA Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2010.
 Menyusun Laporan Hasil Penilaian Lomba UPJA Berprestasi
Tingkat Nasional Tahun 2010.

2. Keluaran/Out put

a. Pengembangan Kelembagaan UPJA.

 Buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Usaha


Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA).
 Terinventarisasinya data UPJA di 33 Provinsi.

b. Penilaian UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010


 Terlaksananya Penilaian UPJA Berprestasi Tingkat Nasional
ke 8 UPJA dari 8 Kabupaten/Kota di 8 Provinsi.
 Terlaksananya pemberian penghargaan kepada 5 (lima)
pemenang Lomba UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Tahun
2010 di Istana Negara RI oleh Presiden Republik Indonesia.

 Laporan Hasil Penilaian UPJA Berprestasi Tingkat Nasional Thn


2010.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


61
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

3. Hasil Kegiatan

a. Berdasarkan hasil inventarisasi di 33 Provinsi jumlah UPJA sampai


dengan Desember 2010 mencapai 12.612 kelompok (103,41%),
yang terdiri atas UPJA Pemula 9.760 kelompok (111,58%), UPJA
Berkembang 2.507 kelompok (87,53%) dan UPJA Profesional 345
(58,97%). Data – data UPJA secara rinci dapat dilihat pada
lampiran. Sedangkan data UPJA secara nasional adalah sebagai
berikut :

Tabel 17. Jumlah dan Klasifikasi UPJA Tahun 2010

UPJA
NO PROVINSI
Pemula Berkemb. Prof. Jumlah

1 NAD 217 114 - 331

2 SUMUT 393 43 1 437

3 RIAU 641 54 12 707

4 SUMBAR 337 39 6 382

5 JAMBI 340 66 1 407

6 BENGKULU 459 18 9 486

7 SUMSEL 463 256 11 730

9 KEPRI 15 - - 15

10 BABEL 48 2 - 50

11 BANTEN 620 - - 620

12 DKI 11 - - 11

13 JABAR 527 158 90 775

14 JATENG 2,113 53 25 2,191

15 DIY 6 20 3 29

16 JATIM 950 4 1 955

17 BALI 231 9 - 240

18 NTB 204 13 9 226

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


62
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

UPJA
NO PROVINSI
Pemula Berkemb. Prof. Jumlah

20 KALBAR 74 517 149 740

21 KALTIM 104 2 1 107

22 KALTENG 290 52 13 355

23 KALSEL 172 220 - 392

24 SULUT 37 - - 37

26 SULTRA 54 661 7 722

27 SULSEL 355 93 3 451

28 SULBAR 102 - - 102

29 GORONTALO 84 4 - 88

30 MALUKU 16 - - 16

31 MALUT 43 - - 43

32 PAPUA 59 - - 59

33 PAPUA BARAT 3 20 - 23

TOTAL 9,760 2,507 345 12,612

b. Kondisi UPJA saat ini secara umum masih dalam kelas pemula,
hanya sedikit sekali yang mulai mendekati berkembang dan
Profesional. Kondisi UPJA seperti ini disebabkan beberapa hal,
antara lain para pengelola (manajer) belum fokus menjadikan UPJA
sebagai suatu lapangan kerja, manajer hanya memprioritaskan
kelompoktaninya saja dan tidak meluas kekelompok lainnya bahkan
ada pengelola hanya mengolah lahan mereka sendiri saja sehingga
efisiensi alat rendah, jumlah alsin yang dikelola sangat minim,
rendahnya SDM pengelola UPJA, kurangnya perhatian pemerintah
untuk menambah asset berupa alsintan serta belum optimalnya
dukungan pembinaan dari lembaga terkait (Pemerintah – Petani –
Mitra usaha alsintan).
c. Upaya yang perlu dilakukan dalam peningkatan pemberdayaan
UPJA adalah 1) pengembangan / peningkatan SDM melalui

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


63
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pelatihan teknis, study banding bagi petani, penyuluh dan aparat


teknis, 2) melakukan kerja sama dengan instansi terkait, 3)
mengembangkan bengkel alsintan di daerah, 4) memfasilitasi
sarana dan prasarana UPJA melalui penyediaan sarana traktor
tangan, tresher, dryer, RMU dan pompa air, 5) mendorong dan
menjalin kemitraan usaha yang saling menguntungkan, baik
dengan kelompoktani lain, bengkel alsintan , produsen alsintan dan
6) pembinaan secara berkelanjutan dari pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota .
d. Kehadiran UPJA dipedesaan memberikan dampak positif terhadap
masyarakat/petani disekitarnya karena disamping berperan dalam
mendukung peningkatan poduksi tanaman dan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani juga menyediakan lapangan
pekerjaan bagi para pemuda tani serta dapat menghidupkan
lembaga ekonomi lainnya seperti kelembagaan perbengkelan,
perbankan dan kelembagaan jasa lainnya. Keberadaan UPJA di
pedesaan sangat membantu dan meringankan beban
petani/kelompoktani karena dapat dengan mudah mendapatkan
alsintan untuk kegiatan usahatani dengan harga sewa yang
terjangkau.
e. Di Tahun 2010 upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
mengembangkan UPJA antara lain yaitu : bantuan alsintan untuk
Pilot Project UPJA Center di 30 Provinsi, 30 Kabupaten, dengan
jumlah UPJA masing-masing 1 (satu) UPJA per provinsi, dan
Penguatan UPJA yang difokuskan pada UPJA Pemula dan
Berkembang yang diperuntukkan bagi 320 UPJA yang tersebar di
29 Provinsi dan 200 kabupaten/kota. Kegiatan UPJA Center sampai
bulan desember 2010 sudah terealisasi 100 %, sedangkan kegiatan
penguatan UPJA untuk BUMA/BAKAL baru terealisasi di 257 UPJA
(80,3 %). Pola pengembangan UPJA tersebut telah dilakukan
untuk memperkuat permodalan, organisasi, teknis dan bisnis
(ekonomi) secara bersamaan. Pada aspek organisasi, UPJA
didorong melakukan berbagai pembenahan seperti penyempurnaan
kelengkapan struktur organisasi, AD/ART, Akta Notaris dan Badan
Usaha. Pada aspek teknis UPJA difasilitasi untuk dapat memiliki
tambahan alsintan. Sedangkan pada aspek bisnis, UPJA didorong
untuk dapat memperluas jangkauan pelayanan.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


64
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

f. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :


3651/Kpts/KP.450/11/2010 tentang Penetapan Penerima
Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2010
bagi petani/kelompoktani dan kelompok masyarakat maka
ditetapkan 5 (lima) kelompok UPJA sebagai Pemenang UPJA
Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2010 yaitu :
1) UPJA Tani Makmur , Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
2) UPJA Maju Bersama, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi
Kalimantan Selatan
3) UPJA Swakarsa, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
4) UPJA Harapan Makmur, Kabupaten OKU Timur, Provinsi
Sumatera Selatan
5) UPJA Pulau Lestari, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
Adapun penghargaan/hadiah yang diberikan kepada para
pemenang lomba yaitu berupa Tropy, Piagam dan uang dengan
rincian sebagai berikut (sudah dipotong pajak) :
 Peringkat I Rp. 20.400.000,-

 Peringkat II Rp. 17.850.000,-

 Peringkat III Rp. 15.300.000,-


 Peringkat IV Rp. 12.750.000,-

 Peringkat V Rp. 11.050.000,-

4. Penggerak Membangun Desa (PMD) Tahun 2010

Berdasarkan Permentan No. 47/Permentan/OT.140/8/2010 tentang


Pedoman Umum Kegiatan Penggerak Membangun Desa (PMD) Tahun
2010 berupa fasilitasi dana bantuan sosial dengan sasaran kegiatan
berkembangnya kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin
Pertanian (UPJA) dan Bidang Usaha Tanaman Pangan Lainnya dalam
rangka mengembangkan usaha agribisnis di perdesaan.
a. Kegiatan yang akan dilaksanakan
Kegiatan Pra Seleksi meliputi :
- Menerbitkan SK Tim Pembina Pusat (Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana)

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


65
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

- Penyusunan Pedoman Pelaksanaan PMD


- Melaksanakan rapat dalam rangka persiapan sosialisasi PMD
- Melaksanakan Rapat Sosialisasi PMD
- Mengirim surat ke seluruh provinsi perihal pemberitahuan
kegiatan PMD tahun 2010 dan agar mengusulkan proposal
PMD ke pusat
Sampai Desember Tahun 2010 tahap Kegiatan Seleksi
sementara terus dijalankan meliputi : melakukan bedah
proposal PMD yang masuk dari daerah dan diperkirakan
bahwa pelaksanaan kegiatan regular hanya bisa dilaksanakan
sampai dengan tahap verifikasi jika memungkinkan.

F. Kegiatan Pertemuan/Workshop Sarana Produksi Tahun 2009

1. Pertemuan Regional III Pembangunan Tanaman Pangan (Wilayah


Kalimantan dan Sulawesi)

Dalam rangka meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan


program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan Tahun 2010
baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pencapaian
produksi, telah diselenggarakan Pertemuan Regional III
Pembangunan Tanaman Pangan yang meliputi Wilayah Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku dan Papua pada tanggal 17 – 19 Maret 2010
di Palu - Provinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan ini diawali dengan
pengantar workshop yang disampaikan oleh para Eselon II lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan dilanjutkan sambutan dan
arahan Bapak Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang dibacakan
oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, dan dibuka oleh
Gubernur Sulawesi Tengah yang diwakili oleh Asisten Daerah III yang
diawali sambutan selamat datang. Adapun peserta pertemuan adalah
pejabat yang menangani produksi, Kepala UPTD BPSB dan Kepala
UPTD BPTPH pada Dinas Pertanian Provinsi, dan Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua., serta para pejabat Eselon II lingkup Ditjen Tanaman
Pangan, dan sebagai penyaji adalah Balai Penelitian Tanaman Padi,
Tanaman Serealia, Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian,
Pusluhtan Badan SDM Pertanian, serta undangan lainnya dari instansi

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


66
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

terkait dan stakeholders. Adapun butir-butir hasil pertemuan sebagai


berikut :

1. Pemantapan Pencapaian Produksi Tanaman Pangan Tahun 2010

Pemantapan pencapaian produksi padi, jagung, kedelai dan kacang


tanah bertumpu pada keberhasilan penerapan SL-PTT pada tahun
2010. Guna mencapai keberhasilan tersebut perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Pendampingan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian akan melaksanakan pendampingan di 60 % lokasi
SL-PTT. Bentuk pendampingannya antara lain, Demplot PTT,
Uji Adaptasi VUB, Penyediaan Benih untuk Uji Adaptasi VUB
(4 - 5 varietas per komoditas).

b. Khusus Pendampingan Uji Adaptasi VUB, akan dilakukan di


lahan seluas 0,25 ha (2.500 m2), dan berada di dalam lokasi
SL-PTT serta bersebelahan/berdampingan dengan lokasi LL.
Ketentuan tersebut dapat disesuaikan sesuai dengan
kesepakatan Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten dan BPTP.

c. Program penyuluhan pertanian pada tahun 2010 akan


memasukkan materi SL-PTT bagi penyuluh pertanian
tanaman pangan.

d. Pemahaman bersama tentang SL-PTT antara Direktorat


Jenderal Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, serta Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pertanian, akan menjadi kunci
keberhasilan pelaksanaan SL-PTT untuk meningkatkan
produksi padi, jagung, kedelai dan kacang tanah sekaligus
tercapainya swasembada kedelai dan swasembada padi dan
jagung berkelanjutan.

e. Dari prakiraan awal MK 2010 yang dikeluarkan BMKG bahwa,


sebagian besar wilayah Indonesia masuk pada bulan Mei-
Juni 2010, dengan sifat hujan sebagian besar adalah Normal,
walaupun di beberapa wilayah memiliki sifat di Atas Normal
dan sebagian adalah di Bawah Normal.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


67
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

f. Untuk wilayah-wilayah yang awal MK terjadi pada bulan akhir


Maret – April, dianjurkan tidak memaksakan menanam padi
dan mengganti dengan tanaman yang sesuai dengan
ketersediaan air yang masih ada (palawija).

g. Dalam pengamanan produksi perlu dilakukan berbagai upaya


dengan motto mengamankan luas tanam dan
memaksimalkan luas panen, serta rencana aksi
meminimalkan serangan OPT dan Dampak Perubahan Iklim
(DPI) dengan pengawalan ketat.

h. Peraturan Bupati/Walikota tentang Kebutuhan Pupuk


Bersubsidi merupakan dasar dalam penyaluran pupuk
bersubsidi ditingkat lapang. Dengan demikian bagi kabupaten
yang belum menetapkan peraturan tersebut, agar segera
menetapkan paling lambat akhir Maret 2010 agar para Bupati
sudah menetapkan peraturan tersebut.

i. Di beberapa wilayah masih ditemukan harga pupuk


bersubsidi diatas Harga Eceran Tertinggi (HET). Untuk itu
disarankan agar pemerintah daerah melalui
Gubernur/Bupati/Walikota memberikan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.

j. Pada umumnya daerah belum memahami mekanisme


penyaluran pupuk bersubsidi dengan benar, sehingga
diperlukan sosialisasi yang lebih intensif, serta peran aktif dari
daerah dalam menindak lanjuti sosialisasi dimaksud.

k. Pemanfaatan teknologi produksi yang efisien penting


dilakukan antara lain introduksi teknologi pupuk organik,
dengan pola bantuan RP3O, proses produksi secara efisien
dan terpadu (lahan pertanain dengan ternak), yang telah
dilakukan dengan dukungan APBD Kabupaten merupakan
bentuk pemanfaatan teknologi produksi yang terpadu dari sisi
pelaksanaan dan pembiayaan antara seperti telah
dilaksanakan Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara
Timur.

l. Pada tahun 2010 kewenangan penugasan penyaluran benih


BLBU telah diberikan kepada Dinas Pertanian Provinsi, maka
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
68
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Dinas pertanian Provinsi, dan Kabupaten/Kota untuk segera


mempersiapkan kelengkapan dokumen penyaluran benih.

m. Kelengkapan penyaluran benih BLBU antara lain penetapan


CPCL untuk SL-PTT dan CPCL BLBU untuk non SL-PTT oleh
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan persetujuan CPCL oleh
Dinas Pertanian Provinsi.

n. Sesuai dengan Pedoman Umum Bantuan Langsung Benih


Unggul Tahun Anggaran 2010, untuk memperlancar
pelaksanaan BLBU di lapangan Dinas Pertanian Provinsi dan
Kabupaten/Kota agar segera membentuk Tim Monitoring dan
Pembinaan yang terdiri dari unsur-unsur Dinas Pertanian,
BPSB dan BUMN.

o. Penyediaan benih BLBU berdasarkan varietas yang


diinginkan oleh petani berdasarkan CPCL, agar dipenuhi
sesuai dengan kesepakatan pada workshop Regional III. Hal
tersebut masih dapat dilakukan perubahan dengan ketentuan
petani yang sudah memberikan CPCL agar di sosialisasikan
tentang perubahan yang terjadi dan diminta persetujuannya.

p. Dinas Pertanian agar memfasilitasi peningkatan koordinasi


dan kerjasama antara kedua BUMN (PT Sang Hyang Sri dan
PT Pertani) dengan penangkar/produsen benih lainnya
sehingga kebutuhan benih dan varietas bagi kelompoktani
dapat terpenuhi.

q. Hasil evaluasi pelaksanaan program BLBU maupun BLP


tahun 2009 oleh BUMN pada umumnya dijumpai
permasalahan-permasalahan antara lain :

1). Waktu penyaluran bantuan tidak sinkron/sesuai dengan


jadwal tanam;

2). Varietas benih tidak sesuai dengan yang diharapkan


petani (hasil CP/CL);

3). Pendistribusian benih tidak sampai ke titik bagi yang


ditetapkan dan tanpa pengawalan dari petugas BUMN
yang bersangkutan;

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


69
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

4). Dalam menyediakan benih yang sesuai dengan


kebutuhan petani, baik waktu maupun varietasnya belum
sepenuhnya melibatkan Penangkar Benih yang ada
diwilayah setempat.

r. Agar kegiatan BLBU dan BLP ditingkat lapang dapat


dilaksanakan sesuai ketentuan, Provinsi dan Kabupaten perlu
menjabarkan Pedoman Pelaksanaan yang telah diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ke dalam Petunjuk
Pelaksanaan/Petunjuk Teknis.

s. Dalam rangka upaya memperbaiki hasil penilaian laporan


keuangan Kementerian Pertanian oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dari wajar dengan pengecualian (WDP)
menjadi wajar tanpa pengecualian (WTP) pada tahun 2010,
perlu mendapat dukungan dari Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota, BPSB-TPH dan BPTPH melalui:

1) Penyelesaian tuntutan ganti rugi (TGR) hasil pemeriksaan


BPK/Itjen;

2) Uang persediaan di Bendahara segera disetor ke Kas


Negara;

3) Melakukan sinkronisasi antara laporan Sistem Akuntansi


Keuangan (SAK) dengan sistem Informasi Manajemen
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN);
4) Melakukan inventarisasi dan penilaian asset milik Negara.

2. Hasil workshop Regional III

Pada pertemuan ini, melalui workshop telah disepakati hal-hal


sebagai berikut:

a. Sasaran produksi padi tahun 2010

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1.954.827 ton atau


100 % dari kesepakatan Surabaya (1.954.827 ton); Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 621.373 ton atau 100 % dari
kesepakatan Surabaya (621.394 ton); Provinsi Sulawesi
Utara sebesar 633.341 ton atau 108,67 % dari kesepakatan
Surabaya (582.826 ton); Provinsi Gorontalo sebesar 272.860
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
70
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

ton atau 101,06 % dari kesepakatan Surabaya (270.000 ton);


Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 1.084.353 ton atau 100,03
% dari kesepakatan Surabaya (1.084.000 ton); Provinsi
Sulawesi Barat sebesar 521.261 ton atau 138,79 % dari
kesepakatan Surabaya (375.563 ton); Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 5.191.891 ton atau 101,71 % dari
kesepakatan Surabaya (5.104.800 ton); Provinsi Sulawesi
Tenggara sebesar 484.420 ton atau 107,16 % dari
kesepakatan Surabaya (452.060 ton); Provinsi Maluku Utara
sebesar 63.522 ton atau 116,08 % dari kesepakatan
Surabaya (54.723 ton); Provinsi Maluku sebesar 74.337 ton
atau 90,24 % dari kesepakatan Surabaya (82.380 ton);
Provinsi Papua Barat sebesar 34.375 ton atau 71,178 % dari
kesepakatan Surabaya (48.300 ton); Provinsi Papua sebesar
114.150 ton atau 112,80 % dari kesepakatan Surabaya
(101.195 ton);
(dalam ton)
KESEPAKATAN HASIL SURPLUS /
PROVINSI CAPAIAN
21 - 22 Oktober 2009 WORKSHOP KEKURANGAN
NTB 1,954,827 1,954,827 - 100.00%
NTT 621,394 621,373 (21) 100.00%
SULUT 582,826 633,341 50,515 108.67%
GORONTALO 270,000 272,860 2,860 101.06%
SULTENG 1,084,000 1,084,353 353 100.03%
SULBAR 375,563 521,261 145,698 138.79%
SULSEL 5,104,800 5,191,891 87,091 101.71%
SULTRA 452,060 484,420 32,360 107.16%
MALUT 54,723 63,522 8,799 116.08%
MALUKU 82,380 74,337 (8,043) 90.24%
PAPUA BARAT 48,300 34,375 (13,925) 71.17%
PAPUA 101,195 114,150 12,955 112.80%
TOTAL 10,732,068 11,050,710 318,642 102.97%

b. Sasaran produksi jagung tahun 2010

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370.000 ton atau


100% dari kesepakatan Surabaya (370.000 ton); Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 846.794 ton atau 100 % dari
kesepakatan Surabaya; Provinsi Sulawesi Utara sebesar
663.813 ton atau 100,58 % dari kesepakatan Surabaya
(660.000 ton); Provinsi Gorontalo sebesar 889.936 ton atau

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


71
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

99,99 % dari kesepakatan Surabaya (890.000 ton); Provinsi


Sulawesi Tengah sebesar 192.347 ton atau 114,93 % dari
kesepakatan Surabaya (167.360 ton); Provinsi Sulawesi Barat
sebesar 125.599 ton atau 78,01 % dari kesepakatan
Surabaya (161.000 ton); Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
1.718.779 ton atau 104,73 % dari kesepakatan Surabaya
(1.641.217 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 100.790
ton atau 138,44 % dari kesepakatan Surabaya (72.805 ton);
Provinsi Maluku Utara sebesar 21.857 ton atau 91,41 % dari
kesepakatan Surabaya (23.911 ton); Provinsi Maluku sebesar
4.786 ton atau 31,91 % dari kesepakatan Surabaya (15.000
ton) karena hanya dihadiri oleh 2 kabupaten; Provinsi Papua
Barat sebesar 2.105 ton atau 154,55 % dari kesepakatan
Surabaya (1.862 ton); Provinsi Papua sebesar 9.742 ton atau
123,71 % dari kesepakatan Surabaya (7.875 ton);

(dalam ton)
KESEPAKATAN HASIL SURPLUS /
PROVINSI CAPAIAN
21 - 22 Oktober 2009 WORKSHOP KEKURANGAN
NTB 370,000 370,000 - 100.00%
NTT 846,794 846,794 - 100.00%
SULUT 660,000 663,813 3,813 100.58%
GORONTALO 890,000 889,936 (64) 99.99%
SULTENG 167,360 192,347 24,987 114.93%
SULBAR 161,000 125,599 (35,401) 78.01%
SULSEL 1,641,217 1,718,779 77,562 104.73%
SULTRA 72,805 100,790 27,985 138.44%
MALUT 23,911 21,857 (2,054) 91.41%
MALUKU 15,000 4,786 (10,214) 31.91%
PAPUA BARAT 1,362 2,105 743 154.55%
PAPUA 7,875 9,742 1,867 123.71%
TOTAL 4,857,324 4,946,548 89,224 101.84%

c. Sasaran produksi kedelai tahun 2010;

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 135.000 ton atau


100% dari kesepakatan Surabaya (135.000 ton); Provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar 2.457 ton atau 70,20 % dari
kesepakatan Surabaya (3.500 ton) karena hanya 6 kabupaten
yang hadir; Provinsi Sulawesi Utara sebesar 11.105 ton atau
104,76 % dari kesepakatan Surabaya (10.600 ton); Provinsi

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


72
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Gorontalo sebesar 7.000 ton atau 101,45 % dari kesepakatan


Surabaya (6.900 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar
9.073 ton atau 100,02 % dari kesepakatan Surabaya (9.071
ton); Provinsi Sulawesi Barat sebesar 13.794 ton atau 125,40
% dari kesepakatan Surabaya (11,000 ton); Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 66.072 ton atau 104,13 % dari kesepakatan
Surabaya (63.452 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar
10.115 ton atau 102,38 % dari kesepakatan Surabaya (9.880
ton); Provinsi Maluku Utara sebesar 2.358 ton atau 103,92 %
dari kesepakatan Surabaya (2.269 ton); Provinsi Maluku
sebesar 364 ton atau 17,13 % dari kesepakatan Surabaya
(2.125 ton) karena hanya dihadiri oleh 2 kabupaten; Provinsi
Papua Barat sebesar 1.751 ton atau 70,89 % dari
kesepakatan Surabaya (2.470 ton); Provinsi Papua sebesar
4.934 ton atau 98,68 % dari kesepakatan Surabaya (5.000
ton);
(dalam ton)
KESEPAKATAN HASIL SURPLUS/
PROVINSI CAPAIAN
21 - 22 Oktober 2009 WORKSHOP KEKURANGAN
NTB 135,000 135,000 - 100.00%
NTT 3,500 2,457 (1,043) 70.20%
SULUT 10,600 11,105 505 104.76%
GORONTALO 6,900 7,000 100 101.45%
SULTENG 9,071 9,073 2 100.02%
SULBAR 11,000 13,794 2,794 125.40%
SULSEL 63,452 66,072 2,620 104.13%
SULTRA 9,880 10,115 235 102.38%
MALUT 2,269 2,358 89 103.92%
MALUKU 2,125 364 (1,761) 17.13%
PAPUA BARAT 2,470 1,751 (719) 70.89%
PAPUA 5,000 4,934 (66) 98.68%
TOTAL 261,267 264,023 2,756 101.05%

d. Sasaran produksi kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan


ubi kayu di Regional III tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Kacang tanah sebesar 187,116 ton, kacang hijau sebesar


102,783 ton, ubi jalar sebesar 817,502 ton dan ubi kayu
sebesar 1,345,194 ton

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


73
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

(dalam ton)
KACANG
PROVINSI KACANG HIJAU UBIJALAR UBIKAYU
TANAH
NTB 42,392 39,496 100,690 27,960
NTT 4,822 15690 60,106 16,499
SULUT 12,676 2,734 55,472 87,199
GORONTALO 2,297 408 4,022 9,752
SULTENG 16,052 1,352 35,839 98,852
SULBAR 3,780 3,236 10,008 50,150
SULSEL 89,572 36,221 92,014 518,400
SULTRA 7,563 1,075 21,790 183,211
MALUT 3,535 914 20,732 280,462
MALUKU 447 51 4,698 15,330
PAPUA BARAT 1,108 457 19,323 19,935
PAPUA 2,872 1,149 392,898 37,444
TOTAL 187,116 102,783 817,592 1,345,194

e. Pelaksanaan SL-PTT di Regional III akan mendapat


dukungan benih dari BLBU berdasarkan varietas yang diminta
Poktan SL-PTT 2010. Sesuai dengan kesepakatan bersama
penyalur BLBU (PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani).
Khusus untuk kabupaten Bintuni, Provinsi Papua Barat tidak
dapat melaksanakan SL-PTT Padi Lahan Kering seluas 2.000
ha dari alokasi 2.500 ha, karena lahan yang tidak/belum
tersedia.
f. Hasil kesepakatan sasaran produksi tahun 2010 bersama
kabupaten perlu di konfirmasikan ulang bersama terutama
untuk provinsi yang pencapaian sasaran berada dibawah atau
jauh diatas kesepakatan Surabaya. Terutama bagi provinsi
yang Dinas pertanian kabupaten nya hanya sebagian kecil
yang hadir seperti Provinsi Maluku dan Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


74
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pilot Project Bantuan Alsintan

Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pilot Project Bantuan Alsintan


Dalam Rangka Pengembangan UPJA Center Tahun 2010. Pertemuan
Koordinasi diselenggarakan pada tanggal 29 - 31 Maret 2010 di Hotel
Permata, Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan tujuan untuk koordinasi
dan menyamakan persepsi dalam pelaksanaan pilot project bantuan
alsintan dalam rangka pengembangan UPJA.

Pertemuan ini dibuka oleh pelaksana tugas Direktur Jenderal Tanaman


Pangan dan dihadiri oleh kabid/kasi yang terkait dengan alsintan dari
30 provinsi di Indonesia, Kabupaten dan UPJA penerima bantuan,
Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat, Direktur lingkup Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan/yang mewakili, Kepala Dinas Kabupaten/Kota
Bogor, nara sumber dan stakeholder. Berdasarkan pengarahan dan
hasil diskusi dalam pertemuan ini, dapat dirumuskan hal-hal sebagai
berikut:

1. Keberhasilan pembangunan pertanian perlu mendapat dukungan


melalui pengembangan alsintan yang merupakan salah satu dari
sarana produksi pertanian yang sangat penting, selain pupuk dan
benih unggul. Pemanfaatan alsintan secara optimal merupakan
salah satu upaya dalam membantu memecahkan permasalahan-
permasalahan dalam proses produksi pertanian. Pengelolaan
alsintan menjadi hal yang penting dan berkaitan dengan
kemampuan modal maupun operasional pemanfaatan alsintan.
Salah satu upaya dalam mendukung peningkatan operasional
pemanfaatan alsintan secara optimal adalah melalui Pilot
Project/kegiatan percontohan pengelolaan alsintan yang mudah,
tepat dan dapat diikuti secara langsung oleh masyarakat sehingga
inovasi teknologi alsintan dapat berkembang.

2. Kebijakan Pemerintah masih terkonsentrasi kepada bantuan pupuk


dan benih. Namun demikian, bantuan alsintan belum menjadi
prioritas sehingga dalam penyediaan alsintan selain dari sumber
dana APBN juga diperlukan dukungan dari APBD maupun
kemitraan. Bantuan alsintan dari Pemerintah Pusat selama ini
diharapkan dapat menjadi pemicu (trigger) bagi UPJA untuk

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


75
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

meningkatkan kinerjanya. Belum tercukupinya kebutuhan alsintan


daerah, diharapkan dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota) secara mandiri melalui dukungan APBD
dan sumber pembiayaan lainnya.

3. Sampai saat ini, masalah kepemilikan alsintan yang umumnya


relatif mahal dan sulit terjangkau daya belinya oleh petani menjadi
masalah utama yang perlu segera mendapat perhatian. Untuk itu,
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan telah mengembangkan beberapa pola bantuan,
diantaranya bantuan uang muka alsintan (BUMA) dan bantuan
kepemilikan alsintan (BAKAL). Pada tahun 2010 ini BUMA dan
BAKAL diberikan dalam 1 (satu) paket alsintan pra – pasca panen
dengan harapan dapat digunakan lebih optimal dalam proses
produksi pertanian.

4. Untuk kegiatan BUMA, Pemerintah Pusat hanya memfasilitasi


pembayaran uang muka sebesar Rp. 12.000.000,- (dua belas juta
rupiah) untuk pembelian 1 (satu) unit traktor roda 2 dengan
spesifikasi yang sudah ditentukan sedangkan kekurangannya
diharapkan dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah setempat
dengan alternative Penjaminan Pemerintah Daerah, Penjaminan
Lembaga Keuangan Daerah, Kemitraan dengan Produsen dan
Fasilitasi Tambahan Uang Muka Oleh Pemerintah Daerah
(Prov/Kab/Kota) serta Swadaya UPJA.

5. Dalam rangka memberikan solusi dalam kepemilikan alsintan yang


relatif mahal maka Pemerintah telah mengupayakan kredit
kepemilikan alsintan melalui program KKP-E (Kredit Ketahanan
Pangan dan Energi). Suku bunga yang dibayar petani peserta KKP-
E adalah sebesar suku bunga komersial dikurangi subsidi yang
dibayar oleh Pemerintah, sedangkan suku bunga yang dibayar
petani diberikan dalam program KKP-E sebesar 6%, sehingga
melalui subsidi bunga ini diharapkan dapat membantu petani untuk
segera merealisasikan pembelian alsintan khususnya sebagai dana
tambahan dari BUMA yang diterima. Dukungan pembiayaan
alsintan tersebut baru difasilitasi oleh KKP-E 1 (satu) tahun terakhir
ini dengan pagu maksimal Rp. 500 juta/kelompok tani untuk

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


76
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pembelian traktor, power thresher, corn sheller, pompa air, dryer,


vacuum fryer dan chopper.

6. Dengan semakin terbatasnya anggaran pemerintah dalam fasilitasi


alsintan, maka selain BUMA maupun BAKAL, swadaya dan lain-
lain, pemerintah telah menyediakan dukungan fasilitas permodalan
melalui perbankan/lembaga keuangan lainnya seperti Kredit Usaha
Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), serta
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

7. Bantuan Pilot Project/Kegiatan percontohan pengembangan


alsintan diberikan kepada UPJA klasifikasi profesional dalam
rangka pengembangan UPJA Center sedangkan bantuan di luar
Pilot Project/kegiatan percontohan pengembangan alsintan
diberikan kepada UPJA yang termasuk klasifikasi
pemula/berkembang dalam rangka penguatan UPJA. Bantuan
tersebut diberikan sebagai upaya penyempurnaan kebijakan
pemberian bantuan alsintan yang selama ini secara partial menjadi
pemberian secara utuh dalam satu paket dari pra panen hingga
pasca panen. Bagi UPJA penerima bantuan dapat meningkatkan
klasifikasi dari pemula/berkembang menjadi profesional.
Sedangkan UPJA penerima bantuan dengan klasifikasi profesional
dapat menjadi UPJA yang lebih mandiri dan profesional.

8. Pembelian alsintan untuk kegiatan Pilot Project untuk UPJA Center


dan kegiatan bantuan alsintan di luar Pilot Project untuk penguatan
UPJA harus sesuai dengan jenis, jumlah, spesifikasi yang telah
ditentukan, dan telah memiliki test report/laporan hasil uji, maupun
SPPT-SNI bagi alsintan yang sudah memilikinya dari lembaga uji
mutu alsintan yang telah terakreditasi atau ditunjuk oleh Pemerintah
dan persyaratan lainnya dengan memperhatikan azas manfaat bagi
masyarakat. Apabila ada jenis/spesifikasi alsintan yang kurang
sesuai dengan kondisi spesifik lokasi UPJA penerima, sehingga
diperlukan untuk menyesuaikan spesifikasi yang telah ditentukan,
maka perubahan harus diajukan melalui surat secara formal disertai
alasan perubahan dan disampaikan secara berjenjang ke Pusat.
Sebagai acuan teknis agar memperhatikan Buku Pedoman
Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan BUMA dan
BAKAL Tahun 2010. beserta ralat/penjelasannya. Sedangkan bagi
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
77
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

UPJA penerima, alsintan mengacu pada buku Pedoman


Pelaksanaan Pengembangan UPJA tahun 2010.

9. Dari 30 provinsi penerima Pilot Project Bantuan Alsintan Tahun


2010 baru 21 provinsi (70 %) yang telah memberikan proposal dan
menetapkan UPJA penerima. Sedangkan untuk kegiatan di luar
Pilot Project baru 8 dari 29 provinsi (28 %). Selain itu, data
ketersediaan alsintan sampai tahun 2009 maupun rencana
pengembangan alsintan tahun 2010 sampai tahun 2014 pada
umumnya belum tersedia. Disepakati Dinas Pertanian Provinsi akan
melengkapi data-data tersebut paling lambat tanggal 30 April 2010.

10. Sosialisasi alsintan yang dilaksanakan melalui kegiatan


demoteknologi alsintan diharapkan dapat dipahami dan segera
ditindaklanjuti oleh peserta daerah dan dapat menginformasikan
secara utuh hasil demo teknologi ini kepada UPJA Penerima
bantuan sehingga dapat segera merealisasikan pembelian alsintan
dan memanfaatkan bantuan alsintan secara optimal.

11. Pelaksanaan kegiatan Pilot Project Bantuan Alsintan dalam rangka


pengembangan UPJA Center maupun penguatan UPJA
memerlukan pengawalan dan pembinaan dari Dinas Pertanian
Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota maupun dari Pusat.

12. Pelaporan secara berjenjang harus ditaati oleh UPJA penerima


bantuan alsintan, sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk
penyempurnaan program dimasa mendatang.

Keberhasilan kegiatan pengembangan alsintan dan pengembangan


UPJA dapat tercapai melalui kerjasama antara antara
PemerintahPusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, stake holder terkait
dan masyarakat pengguna alsintan.

13.Dalam pelaksanaan Workshop telah disepakati bahwa Dinas


Pertanian Provinsi akan menyampaikan rencana strategis tahun
2010 – 2014 pengembangan UPJA berdasarkan klasifikasi UPJA
Pemula, Berkembang dan Profesional yang akan dijabarkan sampai
tingkat Kabupaten/Kota. Rencana strategis tersebut akan
disampaikan kepada Direktorat Sarana Produksi pada akhir bulan
Mei 2010.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


78
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

3. Pertemuan Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk dan Pestisida


Pertemuan Sinkronisasi Petugas Pengawas Pupuk dan Pestisida
dilaksanakan pada tanggal 5 – 7 Mei 2010 di Hotel Horison, Bandung,
Jawa Barat. Pertemuan dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Barat dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

Adapun rumusan hasil pertemuan Teknis Petugas Pengawas Pupuk


dan Pestisida sebagai berikut :

1. Dalam rangka pengamanan ketersediaan dan penyaluran pupuk


bersubsidi, maka peran aktif Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota sangat diharapkan, baik dalam
mengkoordinasikan perencanaan kebutuhan, monitoring
penyaluran serta pendampingan ditingkat penggunaan. Sistem
monitoring kebutuhan agar dilaksanakan sebelum tanam
sehingga pada saat musim tanam pupuk sudah tersedia sesuai
prinsip 6 tepat.

2. Sebagai dasar penyaluran pupuk bersubsidi adalah Peraturan


Menteri Pertanian yang dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota. Sehubungan dengan
hal tersebut, sangat diharapkan seluruh Pemerintah Daerah telah
menerbitkan Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan
Walikota tentang alokasi pupuk bersubsidi serta pengelolaan
penyediaan pupuk untuk sektor pertanian dan secara
keseluruhan diharapkan telah terbentuk Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KP3), sebagai wadah koordinasi lintas
sektor maupun antar pusat dan daerah dalam pengamanan
penyediaan pupuk.

3. Dalam penyusunan kebutuhan pupuk bersubsidi antar sub sektor


masih diharapkan tidak terjadi adanya ego antar sub sektor
ditingkat lapang yang berakibat masih belum sinkronnya rencana
kebutuhan yang dibuat oleh kelompok dengan alokasi kebutuhan
kabupaten, alokasi kebutuhan provinsi dan kebutuhan nasional
sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan riil petani.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


79
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

4. Untuk menghindari terjadinya keterlambatan penetapan


Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang kebutuhan dan HET
pupuk bersubsidi maka penetapan Peraturan Menteri Pertanian
untuk tahun 2010 direncanakan bulan September 2009, yang
selanjutnya dapat segera diikuti dengan penerbitan peraturan
Gubernur pada bulan Oktober 2009 dan Peraturan
Bupati/Walikota pada bulan November - Desember 2009,
sehingga mulai 1 Januari 2010 sudah dapat sebagai pedoman
dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

5. Diberlakukannya penyaluran pupuk bersubsidi secara tertutup


yang berbasis pada data Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok
(RDKK), diperlukan dukungan dari Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota atau instansi yang menangani data RDKK
kebutuhan pupuk yang telah diverifikasi oleh Dinas Pertanian
Provinsi sehingga diperoleh data RDKK yang akurat. Data RDKK
tersebut sebagai pedoman bagi produsen dan distributor serta
pengecer dalam menyalurkan pupuk di masing-masing daerah.
Diharapkan data RDKK kebutuhan pupuk tahun 2009 dapat
segera disampaikan ke Direktorat Sarana Produksi, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan pada awal Mei 2009. Selanjutnya,
untuk perencanaan kebutuhan pupuk tahun 2010 sepenuhnya
berdasarkan data RDKK. Untuk itu, kepada Dinas Pertanian
Provinsi segera menyiapkan pendataan RDKK dan dapat
menyampaikan data kebutuhan pupuk selambat-lambatnya pada
akhir Juni 2009.

6. Format RDKK agar dapat diseragamkan baik provinsi maupun


kabupaten/kota seluruh Indonesia dengan menggunakan format
RDKK yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Departemen Pertanian sehingga dapat memudahkan dalam
perencanan kebutuhan, pendistribusian maupun pengawasan
pupuk bersubsidi. Untuk itu perlu segera disosialisasikan form
RDKK di masing-masing wilayah oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan selaku koordinator kepada Dinas/Instansi terkait dan
produsen/ stakeholder pupuk agar sinkron dan tidak akan
menjadi hambatan dalam penyaluran pupuk dengan
menggunakan RDKK. Disamping itu diperlukan pengawalan

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


80
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

yang ketat dalam penyusunan RDKK yang riil sesuai luas lahan
yang dikelola berbagai komoditas oleh petugas penyuluh lapang
(PPL)/Mantri Tani/KCD.

7. Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi secara tertutup


dengan menggunakan Kartu Kendali/Smart Card tahun 2007 dan
2008 tetap dilakukan secara konsisten dengan berbagai
penyempurnaannya sehingga uji coba dapat berjalan efektif.
Keberhasilan uji coba tersebut tidak terlepas dari peran aktif
Dinas Pertanian dalam pengawalan ketersediaan pupuk sesuai 6
tepat. Untuk itu diminta Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota terus berkoordinasi dengan
perwakilan produsen, distributor dan pengecer di daerah
pelaksana uji coba dalam pendampingan untuk penyediaan
fasilitas operasional alat card reader, dan kelancaran penebusan
pupuk pupuk bersubsidi menggunakan smart card. Laporan
perkembangan pelaksanaan uji coba agar disampaikan kepada
Direktorat Sarana Produksi secara reguler untuk evaluasi
penyempurnaan kebijakan distribusi pupuk bersubsidi ke depan.

8. Dalam mengoptimalkan kinerja pengawasan pupuk dan pestisida


di daerah, pada tahun 2009 Pemerintah melalui dana Public
Service Obligation (PSO) memfasilitasi dana operasional
pengawasan pupuk dan pestisida bagi provinsi dan
kabupaten/kota yang telah membentuk KP3 dan bagi daerah
yang belum membentuk, agar segera membentuknya.

9. Sebagai penjabaran MoU antara Menteri terkait dengan Kepala


Kepolisian RI dan Jaksa Agung RI dalam pengawasan pupuk
bersubsidi diharapkan KP3 melakukan koordinasi dengan
instansi terkait serta Koordinator Pengawasan (Korwas) dari
kepolisian di masing-masing wilayah agar terjadi sinergi dalam
pelaksanaan pengawasan dan segera melaporkan setiap temuan
pengawasan dan penanganan masalah untuk dilakukan tindak
lanjut langkah-langkah operasional ke depan. Agar kegiatan
pengawasan dapat terlaksana dengan baik maka peran aktif
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) perlu dioptimalkan dalam
pengawasan pupuk dan pestisida.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


81
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

10. Dalam rangka penguatan fungsi pengawasan peredaran/


penggunaan pestisida, maka KP3 perlu meningkatkan koordinasi
antara asosiasi produsen pestisida dengan petugas pengawas
terhadap beredarnya pestisida ilegal baik di daerah perbatasan
maupun dilokasi tertentu.

11. Dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan penyaluran


Bantuan Langsung Pupuk (BLP) tahun 2009, diharapkan Dinas
Pertanian Provinsi segera menyiapkan data Calon Petani dan
Calon Lokasi (CPCL) penerima BLP berdasarkan usulan yang
disampaikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
selanjutnya data CPCL penerima BLP akan menjadi pedoman
bagi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam penugasan
kepada PT. Pertani dan PT. Sang Hyang Seri untuk menyalurkan
BLP sampai titik bagi di kelompok tani. Diharapkan penyaluran
BLP dapat segera dilakukan pada musim tanam April-
September 2009.

12. Merek suatu produk merupakan hak pribadi yang diberikan


khusus oleh negara. Pelanggaran terhadap merek merupakan
delik aduan, sehingga hanya dapat diproses apabila ada
pengaduan dari pemilik produk.

13. Perlu dievaluasi peredaran pupuk dan pestisida di lapangan


karena dari sejumlah pupuk dan pestisida yang telah didaftarkan,
disinyalir banyak pupuk dan pestisida yang terdaftar tetapi tidak
ada dilapangan/dipasarkan.

14. Pendaftaran pupuk dan pestisida wajib dilaksanakan para


produsen dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Hal ini perlu dilakukan untuk melindungi para konsumen dan
pengguna agar terhindar dari dampak negatif yang
membahayakan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan.

15. Perlu penegasan kewajiban pemegang pendaftaran dalam


pencantuman masa kadaluarsa pada label produk pupuk
maupun pestisida untuk mengantisipasi beredarnya pestisida
yang sudah habis izinnya dan kadaluarsa.

16. Terhadap maraknya peredaran pestisida terbatas diharapkan


dapat dilakukan pengawasan sejak dilaksanakannya proses
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
82
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pendaftaran pestisida sampai pelaksanaan pelatihan bagi


petani/pengguna yang harus dilakukan oleh pemegang formulasi
pestisida terbatas, sehingga dapat diedarkan/digunakan secara
aman. Untuk itu diharapkan adanya komunikasi yang lebih baik
antara Pusat Perizinan dan Investasi (PPI) Departemen
Pertanian dengan Dinas Pertanian/PPNS/institusi pelaksanaan
pengawasan peredaran pestisida dalam pengawalan/pembinaan
peredaran dan penggunaan pestisida terbatas serta produk
pestisida lainnya.

17. Peran pemegang nomor pendaftaran pestisida sangat diperlukan


dalam pembinaan penggunaan dan penyimpanan pestisida
melalui edukasi/pelatihan kepada petani, sehingga dapat
melindungi petani dalam menggunakan pestisida serta keamaan
lingkungan. Disamping hal tersebut, perlu terus dibangun
koordinasi secara berkesinambungan dengan Pusat Perizinan
dan Investasi (PPI).

18. Untuk mempercepat pemberian informasi tentang pupuk dan


pestisida terdaftar diharapkan PPI dapat menginformasikan
melalui website sehingga dapat diakses secara cepat oleh
seluruh pihak yang berkepentingan dan sebagai acuan dalam
kegiatan pengawasan pupuk dan pestisida seluruh Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota.

19. Berdasarkan evaluasi kinerja PPNS selama ini kurang


optimalnya aktivitas penyidikan pupuk dan pestisida yang
dilakukan PPNS. Untuk itu dalam meningkatkan pengawasan
pupuk dan pestisida, maka diperlukan koordinasi tripartit
pengawasan yaitu antara pengawas pusat dan daerah
(provinsi/kabupaten) melalui PPNS dan Komisi Pengawas Pupuk
dan Pestisida (KP3) serta ditingkat petani melalui penyuluh,
POPT-PHP/THL-TB, yang lebih bersinergi.

20. Untuk meningkatkan kemampuan dan memberdayaan PPNS


secara maksimal perlu peningkatan kerjasama antara kepolisian,
kejaksaan pengadilan dalam penegakan hukum di Indonesia
serta perlu dukungan sarana dan dana yang memadai untuk
meningkatkan profesionalitas PPNS.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


83
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

5. Pertemuan Sosialisasi Pengembangan Pestisida Hayati

Dalam rangka mendukung pertanian berkelanjutan serta untuk


menyebarluaskan informasi dan potensi tentang pestisida hayati,
Direktorat Sarana Produksi menyelenggarakan pertemuan Sosialisasi
Pengembangan Pestisida Hayati di Hotel Parama Cisarua, Bogor,
pada tanggal 18 – 19 Mei 2010. Peserta pertemuan ini terdiri dari
pejabat struktural dari Dinas Pertanian Provinsi, pejabat fungsional dari
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura di Provinsi
Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka
Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat.
Hasil pertemuan sosialisasi pengembangan pestisida hayati adalah
sebagai berikut :
1. Potensi dan teknologi yang tersedia di Indonesia untuk
mengembangkan pestisida hayati cukup luas, serta perannya yang
penting dalam pengendalian OPT berkelanjutan, diperlukan
komitmen yang kuat dari pemerintah dan seluruh pemangku
kepentingan untuk mempromosikan dan mengembangkan pestisida
hayati. Kedepan, pemerintah perlu memberikan fasilitasi
subsidi/bantuan pada petani pengguna pestisida hayati.
2. Pestisida hayati harus tetap dikelola dengan sebaik-sebaiknya
walaupun dampak negatif yang ditimbulkan relatif kecil. Untuk itu
pendaftaran pestisida hayati tetap diperlukan apabila pestisida
tersebut diproduksi dalam jumlah besar dan diperdagangkan.
3. Pengembangan pestisida hayati (agens hayati dan pestisida nabati)
akan lebih diarahkan pada daerah-daerah tertentu yang sudah
memahami dan merasakan manfaat dari komoditi organik.
4. Pengendalian hayati sebagai komponen penting PHT, sesuai
dengan prinsip pertanian berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan perlu dikembangkan dan diefektifkan
pemasyarakatannya melalui pelaksanaan SLPHT.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


84
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

5. Prinsip-Prinsip Dasar Pengendalian Hama Terpadu adalah


budidaya tanaman sehat, melestarikan musuh alami, pengamatan
agroekosistem mingguan serta menempatkan petani sebagai ahli
PHT.
6. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam mendukung
keberhasilan penerapan agens hayati antara lain :
- Karena bersifat preventive aplikasi agens hayati dilakukan sedini
mungkin tidak perlu menunggu adanya serangan hama.
- Untuk menghindari terjadinya kontaminasi, isolate murni agens
hayati harus berasal dari Laboratorium PHP, sedangkan untuk
perbanyakan dapat dilakukan melalui kelompok tani serta
dipantau kualitasnya secara priodik.
- Setiap agens hayati bersifat spesifik, untuk itu petani perlu
memahami mekanisme kerja masing-masing agens hayati yang
akan digunakan.
- Aplikasi agens hayati dilakukan sore hari agar terhindar dari
sinar matahari yang dapat menurunkan efektifitasnya
7. Langkah UPT-BPTPH Provinsi Jawa Barat dalam mengembangkan
agens hayati dan pestisida nabati melalui pelatihan SL-Agen Hayati
bagi petani dan petugas yang difasilitasi dengan dana APBD,
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi daerah lain untuk
melaksanakan hal tersebut.
8. Pengendalian hama melalui penggunaan agens hayati menjadi
lebih efisien, karena setelah diaplikasi selama 3 musim tanam,
agens hayati tersebut akan berkembang secara alami

6. Sosialisasi Kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah


Berkelanjutan (PKLSB)
Dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan Pemulihan Kesuburan
Lahan Sawah Berkelanjutan (PKLSB) Tahun 2010, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan cq. Direktorat Sarana Produksi bekerjasama
dengan PT Berdikari (Persero) melaksanakan pertemuan sosialisasi

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


85
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pada tanggal 8-10 Agustus 2010 di Hotel Best Western Premier, Solo,
Provinsi Jawa Tengah.
beberapa hal pokok Sosialisasi Kegiatan PKLSB adalah sebagai
berikut :
1. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional melalui
peningkatan produktivitas dan produksi serta kualitas hasil
komoditas pertanian khususnya tanaman pangan, pemerintah
telah mengupayakan berbagai fasilitas penyediaan sarana
produksi terutama bantuan benih unggul, subsidi pupuk dan
Bantuan Langsung Pupuk (BLP), bantuan alsintan serta dukungan
infrastruktur, dengan harapan dapat dicapai peningkatan
Intensifikasi Pertanaman (IP).
2. Mencermati berbagai tantangan yang dihadapi dalam peningkatan
produktivitas komoditas tanaman pangan, antara lain : terjadinya
degradasi kesuburan lahan, penciutan/fragmentasi lahan pertanian
ke non pertanian, perubahan iklim, kelangkaan/keterbatasan
sumber daya lahan potensial/subur, maka diperlukan upaya-upaya
dalam optimalisasi lahan eksisting serta perluasan areal lahan
sawah bukaan baru. Salah satu upaya optimalisasi lahan eksisting
yaitu dengan pemulihan kesuburan lahan terutama lahan sawah
yang selama ini diberi pupuk dan pestisida an organik secara
intensif sehingga kandungan C organik tanah < 2%. Degradasi
kesuburan tanah pada lahan sawah di Indonesia dapat diatasi
dengan berbagai teknologi antara lain : pemupukan berimbang
hara makro/mikro, pengembalian jerami dan pemberian pupuk
organik, penggunaan pupuk hayati, pembenah tanah, perbaikan
teknik pengolahan tanah dan remediasi/bioremediasi dan
fitoremediasi.
3. Berdasarkan evaluasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian dilaporkan bahwa lahan sawah di 8
provinsi sentra produksi pangan yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan tersebut yang mengalami
degradasi kesuburan lahan berat seluas 1,78 juta ha, terdegradasi
sedang seluas 2,33 juta ha dan terdegradasi ringan seluas
368.598 ha. Untuk itu melalui APBN-P tahun 2010 telah
dialokasikan anggaran untuk kegiatan pemulihan kesuburan lahan

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


86
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

sawah berkelanjutan, yang akan dilaksanakan di 80


Kabupaten/Kota pada 8 provinsi tersebut dengan cakupan areal
seluas 855.000 hektar yang terinci sebagaiman pada tabel
terlampir.
4. Dengan keterbatasan anggaran yang tersedia, maka kegiatan
PKLSB tahun 2010 difokuskan pada lahan-lahan sawah yang
terdegradasi berat; yang dicirikan oleh lahan sawah yang bahan
kandungan organik tanah (C organik) rendah, ketidakseimbangan
hara terutama P dan K serta hara mikro, lapisan tapak bajak
dangkal, pencemaran oleh bahan agrokimia, limbah industri dan
limbah dari daerah tambang, populasi dan aktifitas mikroba
menurun, salinasi/alkalinasi serta tingginya laju erosi.
5. Kegiatan PKLSB dilaksanakan pada Musim Tanam bulan
September – Desember 2010, dengan pengomposan jerami atau
sisa seresahan tanaman secara in situ (di lahan sawah)
menggunakan bio dekomposer dengan tujuan agar proses
pengomposan dapat lebih cepat, menekan patogen serta
meningkatkan kualitas kompos. Guna kesempurnaan dalam
pemulihan kesuburan lahan sekaligus meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk an organik, maka dalam kegiatan PKLSB
selain pengomposan menggunakan bio dekomposer dengan dosis
2 kg/ha juga diaplikasikan pupuk hayati sebanyak
200gram/ha.Pelaksana Public Service Obligation (PSO) kegiatan
PKLSB adalah PT Berdikari (Persero).
6. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, proses pengomposan
jerami akan semakin efektif apabila menggunakan jerami atau
limba pertanian lainnya yang telah dicacah, untuk itu disarankan
kegiatan PKLSB disinkronkan dengan kegiatan fasilitasi
APPO/RP3O yang telah dialokasikan di masing-masing daerah.
7. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan program pemulihan kesuburan
lahan sangat di tentukan oleh penetapan CP/CL lahan yang tepat;
untuk itu diminta kepada Dinas Pertanian Propinsi dan Dinas
Pertanian Kabupaten/kota pelaksana kegiatan PKLSB
mempersiapkan CP/CL secara cermat yaitu lokasi yang saat ini
masih ada pertanaman sehingga dipastikan tidak mengalami
kesulitan mendapatkan jerami untuk pelaksanaan kegiatan

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


87
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

PKLSB. Penetapan CP/CL kegiatan PKLSB agar memperhatikan


rambu-rambu sebagai berikut :
a. Lokasi di lahan sawah yang terdegradasi berat/lahan sakit
b. Diutamakan di lokasi SL-PTT, namun tidak boleh di lokasi
laboratorium(LL)
c. Diusahakan tidak duplikasi dengan CP/CL penerima BLP,
sehingga memudahkan dalam evaluasi akuntabilitas kegiatan
PKLSB.
d. CP/CL agar diusulkan secara berjenjang dari Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota sesuai hasil evaluasi terhadap lokasi lahan
yang teridentifikasi terdegradasi berat kepada Dinas Pertanian
Propinsi yang selanjutnya diusulkan kepada Direktur Jenderal
Tanaman Pangan.
8. Pada prinsipnya kegiatan PKLSB agar dilaksanakan sesuai
dengan rambu-rambu peraturan perundang-undangan. Di samping
hal tersebut mencermati kemungkinan kesiapan petani/lokasi yang
sangat bervariasi maka ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan
PKLSB di dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman
Umum (PEDUM) Kegiatan PKLSB diusulkan fleksibel sehingga
dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah
khususnya dalam penetapan CP/CL.
9. Guna kelancaran pelaksanaan kegiatan PKLSB di tingkat
lapangan, BUMN Pelaksana PSO (PT Berdikari Persero)
diharapkan dapat berkoordiansi dengan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota serta Dinas Pertanian Provinsi dalam pengawalan
penyaluran dekomposer dan pupuk hayati, pendampingan
penerapan teknologi serta penyelesaian administrasi pelaksanaan
kegiatan.
10. Bio Dekomposer yang akan disalurkan oleh PT Berdikari (Persero)
dengan merek VITADEGRA dan untuk pupuk hayati menggunakan
merek VITABIO. Selanjutnya PT Berdikari (Persero) akan segera
menyipakan kegiatan training of the trainer (TOT) yang
dijadwalkan sebagai berikut:
a. Untuk Jabar dan Banten dilaksanakan di Bandung,tanggal 18
Agustus 2010
b. Daerah Jatim dilaksanakan di Surabaya, tanggal 25 Agustus
2010

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


88
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Daerah Jateng dan DIY dilaksanakan di Semarang, tanggal 1


September 2010
d. Daerah Sulsel dilaksanakan di Makasar, tanggal 15 September
2010,
e. Daerah Sumsel dan Sumbar dilaksanakan di Palembang,
tanggal 22 September 2010.
Kegiatan TOT diharapkan dapat diikuti oleh petugas dari Dinas
Pertanian Kabupaten /Kota, Penyuluh Pertanian Lapangan, dan
Petani/Kelompok tani atau sejumlah 3 orang per Kabupaten/Kota.
11. Mencermati semakin terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan
PKLSB diharapkan komunikasi antara Contac Person dari Dinas
Pertanian Propinsi dan Dinas Kabupaten/Kota dengan Ditjen
Tanaman Pangan serta PT Berdikari (Persero) dapat dilaksanakan
secara intensif sehingga persiapan administrasi berupa penyiapan
Pedum dan CP/CL dapat dilakukan secara simultan dan dapat
diselesaikan pada awal September 2010, dan penyaluran bio
dekomposer dan pupuk hayati dapat dilaksanakan oleh PT
Berdikari (Persero) pada awal Oktober 2010, sehingga diharapkan
kegiatan PKLSB dapat dilaksanakan maksimal sampai awal
Desember 2010.
12. Mengingat dampak pelaksanaan PKLSB diperkirakan
membutuhkan waktu selama 4 musim tanam, maka diharapakn
kegiatan tersebut dapat diusulkan anggarannya baik melalui APBN
maupun APBD pada tahun-tahun yang akan datang.

6. Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P


Tahun 2010

Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN – P 2010


dilaksanakan di Hotel Aston Tropicana, Bandung, Jawa Barat pada
tanggal 28 – 30 September 2010. Hasil dari pertemuan tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang


diwakili oleh Direktur Sarana Produksi dan dihadiri oleh Kepala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Barat, Direktur Kacang – Kacangan dan Umbi – umbian, nara
sumber, stakeholder serta Kepala Bidang, Kepala UPT Alsintan

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


89
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

dan Kepala Seksi/Staf Dinas Pertanian Provinsi yang menangani


bidang alsintan dari 32 provinsi di Indonesia.

2. Hasil diskusi yang berkembang pada pertemuan maka


dirumuskan hal-hal sebagai berikut :

a. Direktorat Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Tanaman


Pangan, Kementerian Pertanian memfasilitasi penyediaan
sarana produksi khususnya alat mesin pertanian. Dukungan
bantuan alsintan yang diberikan kepada petani melalui APBN
2010 (reguler), khususnya traktor roda dua sebanyak 669 unit
dan pompa air sebanyak 350 unit. Melalui dana APBN – P
2010 berupa Traktor Roda - 2 sejumlah 3.395 unit dan
Pompa Air sejumlah 3.300 unit yang tersebar di 32 Provinsi
pada 300 Kabupaten/ kota.

b. Dalam mendukung peningkatan produksi tanaman pangan


perlu didukung oleh penerapan teknologi. Pada saat ini
teknologi alsintan untuk mendukung produksi telah
berkembang pesat, namun penerapan teknologi yang tersedia
harus diseleksi sesuai dengan kebutuhan dan spesifik lokasi,
sehingga penyebaran bantuan alsintan tersebut juga harus
selektif.

c. Untuk meningkatkan IP (Intensitas Pertanaman) dan


produktivitas khususnya tanaman padi maka diperlukan
kebutuhan alsintan, yang cukup dan memadai, namun sampai
saat ini ketersediaan alsintan yang tersedia masih belum
mencukupi. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah
Pusat melalui dana APBN maupun APBN-P mengupayakan
pengadaan alsintan. Guna mempercepat ketersediaan
alsintan yang cukup, diharapkan dukungan Pemerintah
Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota melalui dana APBD Provinsi
dan APBD Kabupaten/Kota dengan memprogramkan
pengadaan alsintan di wilayahnya.

d. Bantuan alsintan APBN-P diberikan kepada Kelompok


Tani/Gabungan Kelompok Tani (Poktan/Gapoktan) yang mau
untuk memanfaatkan usaha tani secara optimal, melalui
pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


90
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

merupakan unit usaha kegiatan dari Poktan/Gapoktan


penerima.

e. Penentuan calon penerima dan calon lokasi (CPCL) bantuan


alsintan tetap mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Bantuan
Alsintan APBN-P Tahun 2010. Usulan Poktan/Gapoktan
sebagai calon penerima yang telah diverifikasi oleh Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Provinsi,
selanjutnya ditetapkan sebagai penerima Bantuan Alsintan
(Traktor Roda – 2 dan atau Pompa Air) dengan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Untuk itu
Provinsi yang belum menyampaikan (Provinsi NAD, Sumatera
Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat) agar
segera menyampaikan data Poktan/ Gapokatan calon
penerima paling lambat tanggal 5 Oktober 2010 telah diterima
di Direktorat Sarana Produksi, Jakarta.

Pengadaan alsintan APBN – P 2010 dilaksanakan melalui


pelelangan umum di Ditjen Tanaman Pangan, sedangkan
mekanisme distribusi alsintan dilaksanakan oleh perusahaan
pelaksana penyedia alsintan. Sebelum dilakukan
pendistribusian, perusahaan pelaksana harus berkoordinasi
dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota untuk menginformasikan jadwal pengiriman
alsintan, selanjutnya Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
menyampaikan kepada Poktan/ Gapoktan penerima bantuan.

f. Pendistribusian alsintan dilaksanakan sampai dengan titik


bagi di kantor Dinas Pertanian Provinsi, terutama di
Kabupaten/Kota. Sebelum barang diterima oleh Kepala Dinas
Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota atau yang ditunjuk
mewakili, maka petugas pemeriksa barang Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan barang alsintan
yang diterima beserta perlengkapannya.

g. Setelah dilaksanakan pemeriksaan alsintan, Kepala Dinas


Pertanian Provinsi Kabupaten/Kota atau petugas yang
ditunjuk mewakili menandatangani Form Berita Acara Serah
Terima Barang. Alsintan yang diterima harus dalam kondisi
baru, baik, terakit sempurna, sesuai spesifikasi teknisnya dan
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
91
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan


mesinnya).

h. Pelaksanaan penyerahan bantuan alsintan kepada Poktan/


Gapoktan di titik bagi menjadi tanggung jawab Kepala Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Dinas
Pertanian Provinsi, sedangkan biaya pengambilan alsintan di
titik bagi menjadi tanggung jawab Poktan/Gapoktan penerima
bantuan tersebut.

i. Dinas Pertanian Provinsi diharapkan menyampaikan


informasi tentang teknik penggunaan dan perawatan alsintan
(Traktor Roda-2, Pompa Air dan Motor Penggeraknya)
kepada Poktan/Gapoktan penerima bantuan melalui Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota.

j. Pelaporan kegiatan bantuan alsintan APBN-P dilaksanakan


secara berjenjang oleh Poktan/Gapoktan kepada Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dan selanjutnya disampaikan
kepada Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Provinsi menyampaikan kepada Direktorat Sarana Produksi
Ditjen Tanama Pangan Kementerian Pertanian. Adapun
bentuk pelaporan tersebut sebagaimana lampiran pada Buku
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Alsintan APBN-P TA. 2010.

k. Disamping pelaksanaan kegiatan bantuan alsintan APBN-P


2010 juga telah dilaksanakan kegiatan bantuan alsintan
APBN 2010 yang merupakan Dana Bantuan Sosial Tugas
Pembantuan di Kabupaten/Kota berupa Pilot Project
Pengembangan Alsintan untuk UPJA Profesional dan
kegiatan diluar Pilot Project

l. Keberhasilan program pengembangan alsintan dapat tercapai


dengan adanya kerjasama antara Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, stake holder terkait dan masyarakat
pengguna alsintan.

m. Akurasi perencanaan pembangunan tanaman pangan


diperlukan data yang terkini. Untuk itu diharapkan Provinsi
dan Kabupaten/Kota melaksanakan penyusunan data base
tentang mapping ketersediaan alsintan secara rinci.
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
92
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

7. Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk

Dalam rangka evaluasi pelaksanaan kegiatan subsidi pupuk tahun


2010 dan perencanaan kebutuhan pupuk tahun 2011, Direktorat
Sarana Produksi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan
Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Kebutuhan Pupuk di Denpasar
pada tanggal 13 – 15 Oktober 2010.

Pertemuan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Tanaman


Pangan yang diwakili oleh Direktur Sarana Produksi serta dihadiri oleh
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali, perwakilan Dinas Pertanian
Provinsi seluruh Indonesia, Instansi Teknis lingkup Kementerian
Pertanian dan BUMN Produsen Pupuk Bersubsidi.

Memperhatikan arahan Dirjen Tanaman Pangan, penyampaian materi


oleh pembicara/ nara sumber dan diskusi yang berkembang selama
pertemuan berlangsung, maka diperoleh rumusan sebagai berikut :

A. Evaluasi Pelaksanaan Tahun 2010

1. Kebijakan pemerintah di bidang pupuk diarahkan pada: a)


peningkatan efisiensi penggunaan pupuk anorganik dengan
mendorong pengembangan penerapan pemupukan berimbang
spesifik lokasi; b) pengembangan penggunaan pupuk organik; c)
pengembangan penggunaan pupuk majemuk; dan d)
pendampingan/pengawalan di tingkat petani melalui penyediaan
data RDKK dan RDK serta peningkatan pengawasan peredaran
pupuk.
2. Dalam rangka peningkatan produktivitas komoditas pertanian,
pemerintah telah menetapkan kegiatan Subsidi Pupuk, Bantuan
Langsung Pupuk (BLP) melalui pelaksanaan Public Service
Obligation (PSO) kepada BUMN, serta fasilitasi Alat Pembuat
Pupuk Organik (APPO) dan Rumah Percontohan Pembuatan
Pupuk Organik (RP3O) kepada petani/kelompok tani.
3. Alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2010 sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No.
50/Permentan/SR.130/9/2009 ditetapkan sebanyak 11.060.000
ton yang terdiri atas pupuk Urea 6.000.000 ton, SP-36
1.000.000 ton, ZA 950.000 ton, NPK 2.200.000 ton dan Organik
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
93
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

910.000 ton, dengan kebutuhan anggaran Rp. 16,92 Triliun,


sedangkan anggaran dalam APBN 2010 hanya Rp. 11,29 Triliun
sehingga diperlukan tambahan anggaran subsidi sebesar Rp.
5,63 Triliun. Berdasarkan UU No. 2 tahun 2010 anggaran
subsidi pupuk dalam APBN-P ditetapkan menjadi Rp. 14,75
Triliun sehingga tambahan anggaran hanya Rp. 3,46 Triliun.
Kondisi tersebut berimplikasi terhadap pengurangan volume
pupuk bersubsidi sehingga menjadi 9,48 juta ton sebagaimana
diatur dalam Permentan No. 49/Permentan/SR.130/9/2010.
Dengan adanya perubahan Permentan tersebut, diharapkan
Pemerintah Daerah segara dapat menerbitkan perubahan
Peraturan Gubernur dan perubahan Peraturan Bupati/Walikota
tentang alokasi pupuk bersubsidi tahun 2010 di masing-masing
wilayahnya.

4. Perkembangan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai


dengan bulan September 2010 sekitar 51% (4.851.666 ton),
diharapkan sisa alokasi pupuk sebanyak 49% dapat diserap
pada bulan Okt-Des 2010 dengan pelaksanaan penyaluran
pupuk bersubsidi secara tertutup menggunakan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

5. Berdasarkan evaluasi, rendahnya penyerapan pupuk bersubsidi


pada periode Januari – September 2010 disebabkan beberapa
hal antara lain: a) petani telah mengadakan pupuk pada akhir
tahun 2009 akibat adanya isu kenaikan HET; b) keterlambatan
dalam penetapan alokasi kebutuhan pupuk menurut kabupaten
dan kecamatan oleh Gubernur, Bupati dan Walikota; c) petani
menunda pengadaan pupuk pada musim tanam April akibat
perubahan iklim yang tidak mendukung untuk pertanaman; d)
efektivitas penerapan pola tertutup penggunaan RDKK; e)
adanya perubahan pola penggunaan pupuk dari anorganik ke
organik; f) bantuan langsung pupuk; dan g) pengawasan yang
intensif oleh pihak pengawas.
6. Untuk pelaksanaan penyaluran Bantuan Langsung Pupuk (BLP)
tahun 2010, realisasi penyaluran sampai dengan September
relatif masih rendah (50%). Kendala teknis utama antara lain
adalah proses produksi dan kualitas pupuk yang tidak sesuai
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
94
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

dengan ketentuan. Sehubungan dengan hal tersebut, kepada


Dinas Pertanian di daerah agar mengkomunikasikan kepada
perusahaan pelaksana PSO-BLP (PT Sang Hyang Seri, PT
Pertani dan PT. Berdikari) mengenai jadwal tanam, jumlah
kebutuhan pupuk untuk dijadikan pedoman dalam penyaluran
BLP di masing-masing wilayah tanggungjawabnya.
7. Guna efektifitas pengadaan dan pemanfaatan RP3O, Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat
melakukan pengawalan, pengawasan dan evaluasi secara
intensif serta melaporkan ke pusat agar dapat ditindaklanjuti
untuk penyempurnaan kedepan. Dalam upaya optimalisasi
pemanfaatan RP3O dan peningkatan kemandirian petani; Dinas
Pertanian di daerah dapat mendorong kemitraan antara
kelompok tani yang telah difasilitasi APPO/RP3O dengan
produsen BUMN pupuk atau Industri Kecil Menengah (IKM)
yang memproduksi pupuk organik.
8. Memperhatikan kondisi sebagian besar lahan pertanian telah
mengalami degradasi akibat pengelolaan tanah yang kurang
tepat sehingga menurunkan produktivitas lahan, maka untuk
meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi tersebut,
dilakukan kegiatan Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah
Berkelanjutan (PKLSB) tahun 2010 di 8 provinsi, 80 kabupaten
berupa pemberian bantuan dekomposer dan pupuk hayati
kepada kelompoktani secara gratis. Saat ini sedang dalam
proses produksi dekomposer dan pupuk hayati, pelatihan
petugas pelatih (TOT) dan penyiapan calon petani calon lokasi
(CPCL) serta pengujian dekomposer dan pupuk hayati.
Diharapkan peran aktif dari Dinas Pertanian pelaksana kegiatan
PKLSB untuk penetapan CPCL dalam waktu dekat, sehingga
bantuan dekomposer dan pupuk hayati dapat segera disalurkan
mulai bulan Oktober 2010.

9. Sesuai dengan Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan


Program-Program Strategis Prioritas Ketahanan Pangan, maka
dilakukan ujicoba pengalihan subsidi pupuk langsung ke petani
yang dicanangkan pada tanggal 8 Juni 2010 di kabupaten
Karawang-Jawa Barat. Untuk selanjutnya pada tahun 2011,

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


95
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

ujicoba subsidi langsung akan dilaksanakan di tujuh provinsi


yaitu provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan khusus di
provinsi Bali ujicoba dilaksanakan di seluruh Kabupaten.

10. Berdasarkan hasil audit yang dilaksanakan oleh BPK maupun


Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, masih ditemukan
penyimpangan dalam pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi
serta penyaluran BLP. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi
acuan dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2011 baik di
Pusat maupun di Daerah.

11. Dalam rangka optimalisasi pelayanan penyaluran pupuk


bersubsidi, PT Pusri Holding selaku pelaksana PSO, secara
bertahap akan menerapkan pelayanan penjualan pupuk
terpadu, dimana di setiap kios penyalur pupuk bersubsidi akan
disediakanseluruh jenis pupuk bersubsidi, sehingga dapat
membantu memudahkan petani dalam pembelian pupuk
bersubsidi.

12. Berdasarkan rendahnya realisasi penyaluran pupuk bersubsidi,


maka PT Pusri Holding mengalami kesulitan dalam mengelola
stok pupuk yang sangat tinggi. Untuk itu diharapkan pengawalan
dari Dinas Pertanian di daerah dalam pengamanan kebutuhan
maupun penyerapan pupuk bersubsidi, sehingga sisa stok
pupuk tersebut dapat terserap maksimal pada musim tanam
Oktober – Desember 2010, termasuk di dalamnya adalah
melakukan realokasi antar wilayah maupun antar subsektor.
Khusus untuk mendukung pelaksanaan realokasi antar
subsektor diharapkan adanya surat dari Direktorat Jenderal
Perkebunan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
akan disampaikan lebih lanjut kepada daerah.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


96
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

B. Perencanaan Kebutuhan Pupuk Tahun 2011

1. Berdasarkan nota keuangan dan RAPBN 2011, anggaran


subsidi pupuk tahun 2011 dialokasikan sebesar Rp. 16,377
Triliun, yang diperkirakan dapat untuk penyediaan dan
penyaluran pupuk sejumlah 11,28 juta ton yang terdiri atas:
Urea 5.82 juta ton; SP-36 1 juta ton; ZA 950.000 ton; NPK 2,42
juta ton; dan Organik 1,092 juta ton, dengan asumsi HET naik.
Namun bila HET diasumsikan tetap kecuali HET pupuk organik
turun menjadi Rp. 400/kg maka anggaran Rp. 16,37 Triliun
hanya cukup untuk penyediaan pupuk 9,885 juta ton yang terdiri
atas Urea 5.1 juta ton; SP-36 750.000 ton; ZA 850.000 ton; NPK
2,350 juta ton; dan Organik 835.015 ton.

2. Namun demikian, untuk penetapan alokasi pupuk bersubsidi


masih akan dilakukan penyesuai sesuai pagu anggaran subsidi
pupuk sebesar Rp 16,38 triliun dan penetapan HET pupuk
bersubsidi sesuai persetujuan dari lembaga legislatif (Komisi IV
DPR-RI). Dalam penyaluran pupuk bersubsidi juga akan
dilakukan pola penyaluran melalui kios penyalur bersama oleh
produsen pupuk sehingga diharapkan penyediaan pupuk
bersubsidi secara lengkap disetiap kios penyalur lini-IV.

3. Pada tahun 2011 akan terjadi berbagai perubahan kebijakan


pengelolaan anggaran subsidi pupuk, antara lain perubahan
organisasi di Kementerian Pertanian, perubahan sistem
penganggaran, dilaksanakannya ujicoba subsidi langsung serta
perbaikan dalam sistim penyaluran subsidi pupuk. Untuk itu
dituntut kesiapan dari Dinas Pertanian di Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta di lingkup Kementerian Pertanian dalam
pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk tahun 2011.

4. Kegiatan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) akan dialokasikan


pada beban anggaran Kementerian Pertanian sehingga
diperkirakan pelaksana kegiatan adalah Dinas Pertanian
Provinsi atau Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Agar penyaluran
BLP dapat lebih tepat dan cepat, maka disarankan agar Dinas
Pertanian dapat menyiapkan CPCL lebih awal.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


97
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

5. Memperhatikan bahwa adanya perubahan perilaku petani dalam


pemupukan dari anorganik ke organik dan penggunaan pupuk
majemuk (NPK), disarankan agar dilakukan sosialisasi dan
demonstrasi pemupukan Organik dan NPK. Untuk penggunaan
dan efektivitas penyaluran pupuk NPK bersubsidi, diupayakan
pada tahun 2011, formula pupuk NPK bersubsidi hanya satu
yaitu NPK 15 : 15 : 15 sehingga tidak ada lagi permasalahan
penyaluran pupuk NPK. Sehubungan dengan hal tersebut
diharapkan dukungan kesiapan dari PT Pusri Hoding dalam
penyediaan dan penyaluran pupuk NPK bersubsdi dimaksud.

C. Workshop Rancangan Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Tahun


2011

1. Sesuai kesepakatan dari seluruh Dinas Pertanian Provinsi dalam


perhitungan rencana kebutuhan pupuk tahun 2011 dengan
menggunakan asumsi HET tidak naik kecuali HET Pupuk
Organik turun menjadi Rp. 400/kg. Dasar penetapan asumsi
tersebut, apabila nantinya HET ditetapkan naik, maka volume
pupuk bertambah, dimana penambahan alokasi untuk masing-
masing provinsi dapat dilakukan secara proporsional, tanpa
melalui rapat kembali. Berdasarkan asumsi tersebut maka
rancangan kebutuhan pupuk tahun 2011 dengan anggaran Rp.
16,37 Triliun, jumlah pupuk bersubsidi mencapai 9,885 juta ton
yang terdiri atas Urea 5.1 juta ton; SP-36 750.000 ton; ZA
850.000 ton; NPK 2,350 juta ton; dan Organik 835.015 ton.
Kesepakatan kebutuhan pupuk per provinsi yang selanjutnya
akan dijadikan usulan kebutuhan pupuk bersubsidi tahun 2011
sebagaimana terinci pada tabel terlampir.

2. Apabila dalam keputusan rapat Komisi IV DPR-RI dengan


Menteri Pertanian terdapat perubahan terhadap HET pupuk
bersubsidi tahun 2011, maka peserta rapat menyetujui adanya
perubahan alokasi pupuk bersubsidi tersebut.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


98
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

8. Rumusan Sosialisasi BLP di Makassar

1. Sesuai arahan Dirjen Tanaman Pangan ditegaskan bahwa


kementerian Pertanian dituntut untuk terus mengupayakan
peningkatan ketersediaan pangan yang mudah diakses oleh
masyarakat dengan harga terjangkau. Langkah strategis yang
ditempuh pemerintah untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut antara lain dengan pemberian subsidi pupuk, subsidi
benih, subsidi biaya kredit pertanian serta fasilitasi bantuan
langsung kepada masyarakat petani. Mencermati peningkatan
produktivitas dan produksi Tahun 2010 yang belum sesuai
dengan sasaran, maka harus mendapat perhatian yang lebih
serius dari seluruh pihak terkait khususnya Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi, dalam pengawalan/pendampingan di
tingkat petani, untuk penerapan teknologi sesuai rekomendasi
spesifik lokasi.

2. Berdasarkan Hasil audit kinerja program peningkatan ketahanan


pangan Tahun 2008 yang dilaksanakan oleh BPKP di
Kementerian Pertanian mencapai 79,99%. Segala hambatan
dalam pencapaian target keuangan dan target kegiatan untuk
tahun-tahun selanjutnya hendaknya dapat diatasi secara
bersama baik oleh Pemerintah Pusat, Daerah, Pemangku
Kepentingan dan Petani yang terlibat kegiatan tanaman pangan.

3. Dengan adanya Bantuan Langsung Pupuk (BLP) selama 3(tiga)


tahun terakhir diharapkan terjadi peningkatan produksi padi
secara nyata. Unsur pendamping SLPTT padi yang diperkuat
dengan dukungan BLBU dan BLP seperti penyuluh, POPT, PBT,
Peneliti, Petugas Pelaksana PSO harus lebih ditingkatkan
perannya sehingga dapat merubah pola pikir petani dari tidak
menggunakan pupuk organik menjadi perlunya penggunaan
pupuk organik pada tanaman.
4. Bantuan Langsung Pupuk (BLP) Tahun 2010 sebagai salah satu
komponen kegiatan subsidi pupuk Tahun 2010 akan dialokasikan
untuk 31 provinsi guna mendukung pelaksanaan BLBU pada
lokasi pelaksaan SLPTT dengan alokasi Jawa 30% dan Luar
Jawa 70%. Peruntukan BLP hanya pada komoditi padi dengan
prioritas padi hibrida, padi non hibrida dan padi lahan kering.
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
99
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Sesuai dengan anggaran yang tersedia dalam APBN Tahun


2010, cakupan areal luas tanam kegiatan BLP 1,06 juta Hektare,
dengan alokasi pupuk NPK = 106.639,5 ton, POG = 319.918,5
ton dan POC = 2,13 juta liter.

5. Pemberian BLP kepada petani diharapkan dapat mempercepat


pengembangan penerapan pemupukan berimbang
menggunakan pupuk majemuk dan pupuk organik dalam rangka
meningkatkan produksi guna mendukung ketahanan pangan
nasional serta meningkatkan pendapatan petani.
6. Penyaluran BLP sampai ke titik bagi (kelompok tani)
dilaksanakan sesuai dengan CPCL yang telah ditetapkan oleh
Dinas Pertanian Provinsi, dengan paket bantuan per-hektare dari
pupuk NPK 100 kg, pupuk organik granul (POG) 300 kg dan
pupuk organik cair (POC) 2 liter.

7. Pihak Ditjen Tanaman Pangan, Pihak BUMN PT. Pertani, PT.


Sang Hyang Seri dan PT. Berdikari telah menandatangani
kesepakatan dalam hal pelaksanaan kegiatan BLP. Kesiapan
pihak BUMN untuk melakukan penyaluran BLP sampai saat ini
sedang dilakukan produksi pupuk serta pengambilan sampel dan
pengujian analisa mutu pupuk di laboratorium yang ditunjuk yaitu
Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan – Balitbang dan PT Sucofindo. Kegiatan
penyaluran pupuk BLP diupayakan dapat direalisasikan akhir
Juni 2010 sesuai dengan kesiapan sertifikasi hasil uji mutu pupuk
dari laboratorium. Untuk itu perlu dilaksanakan konsolidasi antara
Ditjen Tanaman Pangan beserta Dinas Pertanian di daerah
dengan pihak PT Pertani, PT Sang Hyang Seri dan PT Berdikari,
guna pelaksanaan penyaluran BLP secara tepat sasaran.

8. Dengan terjadinya pergeseran rencana penyaluran BLP dari


yang direncanakan semula, maka diharapkan seluruh provinsi
agar menyempurnakan CPCL yang telah disampaikan ke pusat
dengan merealokasikan kegiatan BLP sesuai dengan jadwal
tanam yang masih tersedia di kabupaten / kota untuk masing-
masing provinsi.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


100
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

9. Untuk mengetahui dampak pemberian Bantuan Langsung Pupuk


(BLP) kepada petani terhadap peningkatan produksi padi, maka
untuk setiap kabupaten / kota pelaksana kegiatan dilakukan uji
coba di lapangan/demplot. Oleh karena itu diminta agar
pelaksanaan demplot tersebut dikoordinasikan oleh Dinas
Pertanian setempat dengan BUMN pelaksana kegiatan BLP
sejak mulai perencanaan, pelaksanaan sampai panen dalam
kegiatan demplot dimaksud. Termasuk instansi BPS setempat
sebagai pertimbangan dalam evaluasi ubinan untuk panen yang
dilaksanakan BPS.

10. Dalam pelaksanaan kegiatan BLP sangat diharapkan peran aktif


dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sampai dengan penyuluh
dan KCD melakukan pengawasan penyaluran pupuk dan
kelengkapan administrasi pendampingan ke tingkat petani
dengan berkoordinasi dengan pihak BUMN pelaksana.

11. Untuk memenuhi permintaan pasar, pihak BUMN pelaksana BLP


Tahun 2010 diharapkan dapat menyediakan pupuk produksinya
di kios-kios dijual dengan harga pasar sebagai alternatif pilihan
petani untuk memenuhi kebutuhan petani.
12. Dalam rangka mendukung penyaluran pupuk tersebut, PT.
Pertani (Persero) didukung dengan sebaran dan kapasitas unit
pabrik yang dimilikinya yaitu :
a. Pabrik NPK sejumlah 17 unit pabrik dengan pola kemitraan
produksi dengan total kapasitas produksi 480.000 ton per
tahun yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
b. Pabrik POC sejumlah 7 unit pabrik milik sendiri dengan total
kapasitas produksi 4.750.000 liter per tahun yang tersebar di
Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
c. Pabrik POG sejumlah 103 unit pabrik dengan pola kemitraan
produksi dengan total kapasitas produksi 1.105.500 ton per
tahun yangtersebar di Propinsi : Sumatera Utara, Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, NTB, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


101
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Untuk mendukung dan mengawal kelancaran penyaluran pupuk


Program BLP, maka PT. Pertani (Persero) telah membentuk
posko di tiap Propinsi/Kabupaten tempat berkedudukan Kantor
AMP/Cabang Pemasaran berada sebagai wadah melaksanakan
koordinasi, pemantauan dan administrasi pelaporan, antara
PT. Pertani (Persero) dengan Dinas Pertanian dan jajarannya
serta Kelompok Tani.

13. Kesiapan PT Pertani (Persero) untuk kesiapan BLP tahun 2010


sebagai berikut
(Ton,liter)
Jenis Pupuk Juni Juli Agustus September Total
NPK 8.910 23.759 14.850 11.879 59.398
POG 26.700 71.277 44.550 35.637 178.164
POC 178.200 475.180 297.000 237.580 1.187.960

14. Kesiapan PT Sang Hyang Sari (Persero) untuk penyaluran BLP


pada Tahun 2010 seperti tahun sebelumnya, yaitu NPK (20:8:6),
POG dan POC dengan Rencana produksi dan penyaluran PT
Sang Hyang Seri sebagai berikut
(Ton,liter)

Jenis Pupuk Juni Juli Agustus Total


NPK 18,250 18,747 7,076 44,073
POG 55,967 45,513 42,530 144,010
POC 245,000 430,000 200,000 875,000

Pabrik NPK dan POC sebagian besar terletak di Pulau Jawa dan
untuk di luar Jawa produksi dilakukan di Provinsi Lampung dan
Sumatera Utara. Sedangkan untuk produksi POG dilakukan
hampir di seluruh penerima BLP.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


102
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

15. Kesiapan PT Berdikari (Persero) untuk penyaluran BLP pada


Tahun 2010 sebagai berikut :
(Ton Liter)
Jenis Pupuk Juli Agustus September Total
NPK 4,000 5,356 2,638 11,994
POG 2,500 40,000 14,958 57,458
POC 2,500 1,498 - 3,998

POG PT Berdikari diproduksi di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa


Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan NTB adapun NPK
diproduksi di Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan POC
hanya diproduksi di Jawa Barat. Jadwal pengiriman barang
dilakukan pada Bulan Juli, Agusutus dan September 2010.

16. Dalam rangka meningkatkan kesuburan lahan sawah yang


ditengarai mangalami degradasi dari ringan sampai dengan
berat, maka pada Tahun 2010 akan dilaksanakan Kegiatan
Pemulihan Kesuburan Lahan Sawah Berkelanjutan yang
direncanakan dilakukan di 6 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa
Barat, D.I Yogyakarta, Banten, Sumatera Barat dan Sulawesi
Selatan. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut meliputi
a. Identifikasi lahan sawah yang mengalami degradasi
(kandungan bahan organik < 2%)
b. CPCL pelaksana menerapkan inovasi teknologi
pengomposan
c. Quality Control produk yang digunakan
d. Pengawalan penyediaan, penyaluran dan penggunaan
e. Monitoring dan Evaluasi
Sehubungan dengan hal tersebut, diminta kepada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan yang bersangkutan dapat mulai
melaksanakan identifikasi lokasi.

17. Berdasarkan hasil workshop mengenai kebutuhan pupuk sesuai


jadwal tanam di masing-masing provinsi serta rencana
penyaluran BLP oleh PT Pertani, PT Sang Hyang Seri
dan PT Berdikari telah dihasilkan kesepakatan antara Dinas
Pertanian Provinsi penerima BLP dengan perwakilan PT Pertani,
PT Sang Hyang Seri dan PT Berdikari sebagaimana tabel
terlampir. Untuk itu kepada semua pihak yang telah bersepakat
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
103
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

untuk memantau pelaksanaan penyaluran BLP sampai ke titik


bagi di masing-masing wilayah dengan paket lengkap sesuai
dengan alokasi pupuk yang telah ditetapkan.

9. Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Langsung Pupuk (BLP)

Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan Bantuan


Langsung Pupuk (BLP) Tahun 2010, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan c.q. Direktorat Sarana Produksi bekerjasama dengan PT
Pertani (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Berdikari
(Persero) menyelenggarakan Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan
Bantuan Langsung Pupuk (BLP) Tahun 2010, pada tanggal 28 – 30
November 2010 di Hotel Grand Aquila – Bandung Provinsi Jawa Barat.

Pertemuan Evaluasi BLP tersebut dibuka secara resmi oleh Plh


Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan dihadiri oleh para pejabat
Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian, Direksi PT. Sang Hyang Seri, Direksi
PT. Pertani, Direksi PT Berdikari, Kepala Bidang Produksi Tanaman
Pangan Dinas Pertanian Provinsi atau yang menangani kegiatan BLP
serta para manajer PT. Sang Hyang Seri, PT. Pertani dan PT Berdikari
dari 31 (tigapuluh satu) provinsi, yaitu: Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara,
Maluku, Papua, Maluku Utara, Bangka Belitung dan Papua Barat.
Mencermati arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, serta
penyampaian materi dari Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, PT
Pertani (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Berdikari
(Persero), Inspektorat Jenderal, dan diskusi yang berkembang dalam
rapat, maka pokok-pokok hasil evaluasi kegiatan dirumuskan sebagai
berikut:

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


104
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

1. Upaya keberhasilan pencapaian sasaran produksi padi 66,68 juta


ton, jagung 19,8 juta ton, kedelai 1,3 juta ton, pemerintah telah
menggulirkan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) seluas 2 (dua) juta hektar, difasilitasi dengan
sarana produksi pertanian melalui Bantuan Sosial, Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Bantuan Langsung Pupuk
(BLP) melalui penugasan kepada PT. Sang Hyang Seri (Persero),
PT. Pertani (Persero) dan PT Berdikari (Persero).

2. Paket Bantuan Langsung Pupuk Tahun 2010 terdiri dari Pupuk


Organik Granul (POG), Pupuk Organik Cair (POC) dan pupuk
majemuk NPK, dengan paket bantuan per hektar masing-masing
300 kg (POG), 2 liter (POC), dan 100 kg (NPK). Berkenaan
dengan pagu anggaran yang terbatas maka alokasi BLP hanya
mencakup areal tanaman padi sekitar 1.132.507 hektar (38,4%)
dari areal SLPTT.

3. Dalam penyediaan pupuk BLP, PT Pertani (Persero), PT Sang


Hyang Seri (Persero) dan PT Berdikari (Persero) telah
memproduksi pupuk sesuai standar yang telah ditetapkan dan
telah terdaftar di PPI Kementerian Pertanian.
4. Petani/kelompok tani penerima BLP ditetapkan oleh Dinas
Pertanian Provinsi setelah memverifikasi usulan dari Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota setelah melalui proses seleksi dan
koordinasi dalam penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi
(CPCL).

5. Realisasi penyaluran BLP sampai dengan tanggal 22 November


2010, telah mencapai : a) Pupuk Organik Granul sebanyak
280.989 ton (82,70); b) Pupuk Organik Cair sebanyak 2.067.604
liter (91,30% ); dan pupuk NPK sebanyak 102.052 kg (90,10%).
Rincian realisasi menurut provinsi, kabupaten/kota dan produsen
sebagaimana tercantum pada lampiran 1.

6. Agar program BLP dapat memberikan kontribusi terhadap


peningkatan produktivitas padi, maka pelaksanaan penyaluran di
tingkat petani diupayakan sesuai dengan luasan lahan yang
dimiliki dan paket bantuan yang ditetapkan. Paket BLP yang
digunakan petani perlu mendapat tambahan pupuk sehingga

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


105
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

sesuai dengan dosis rekomendasi setempat. Untuk meningkatkan


akurasi data tentang dampak program bantuan benih dan pupuk
terhadap angka peningkatan produktivitas padi di daerah,
diperlukan koordinasi dengan BPS dalam pelaksanaan SLPTT
dan melakukan penyempurnaan metode ubinan.

7. PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) harus


melibatkan Dinas Pertanian Provinsi (Kabupaten/Kota),
KTNA/HKTI dalam rangka sosialisasi dan pengawalan BLP, serta
perlu diadakan sosialisasi di tingkat petani tentang penggunaan
dan manfaat bantuan BLP.

8. Dinas Pertanian Provinsi maupun Dinas Pertanian Kabupaten


agar membuat peta sebaran penerima bantuan untuk
menghindari terjadinya kelompok yang sama dalam memperoleh
bantuan setiap tahunnya sementara masih terdapat kelompok
yang belum pernah menerima.

9. Evaluasi fasilitasi rumah percontohan pembuatan pupuk organik


(RP3O), telah direalisasikan sebanyak 60 unit (30 %). Diharapkan
Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten untuk dapat
menindaklanjuti pemanfaatan fasilitas tersebut. Selanjutnya untuk
memberdayakan petani penerima fasilitasi pupuk organik, perlu
dibangun kemitraan agar petani penerima APPO dan RP3O dapat
menjadi pemasok bahan baku pupuk organik bagi mitra kerja PT
Pertani (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT
Berdikari (Persero) maupun Pusri Holding.

10. Mengingat bahwa penyaluran BLP belum 100% maka diminta


kepada PT Sang Hyang Seri (Persro), PT Pertani (Persero) dan
PT Berdikari (Persero) untuk dapat menyelesaikan penyaluran
BLP dan dokumen adminstrasi serta penagihan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dan lebih intensif melakukan
koordinasi dengan instansi terkait baik pusat maupun daerah.

11. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan BLP tahun 2010,


Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian akan segera
melaksanakan kegiatan pengawasan Penyaluran Bantuan
Langsung Pupuk (BLP) secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat
jenis, tepat tempat dan tepat mutu, sehingga kegiatan BLP

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


106
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

tersebut dapat berjalan dengan baik dan berimplikasi pada


peningkatan produksi. Namun apabila di dalam penyaluran
terdapat suatu permasalahan hendaknya dapat segera diambil
langkah-langkah penyelesaian secara tepat dengan koordinasi
antara pusat dan daerah.

12. Apabila program BLP tahun masih dilanjutkan 2011 kiranya dapat
dilaksanakan lebih awal mulai pada MT April – September 2011,
diperlukan kesiapan data CPCL oleh daerah (provinsi dan
kabupaten) serta kesiapan pusat dan produsen dalam penyediaan
pupuk serta penyelesaian administrasi.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


107
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

IV. KEUANGAN, PERSONALIA, RUMAH T ANGGA DAN


PERLENGKAPAN

A. Keuangan.

1. Kegiatan Pembinaan Sarana Produksi

a. Anggaran.

Dalam Undang-undang Perberbendaharaan Negara ditetapkan


bahwa pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan ditetapkan
dalam APBN dan APBD. Prinsip pengelolaan keuangan negara
adalah akuntabilitas berorientasi pada hasil, keterbukaan/
transparan dalam setiap transaksi pemerintah, pemberdayaan
aparatur Negara untuk menghasilkan kinerja yang optimal dan
adanya lembaga pemeriksaan eksternal yang kuat, professional,
proporsional dan independent, dengan demikian untuk
pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara, perlu adanya
reformasi landasan hukum dibidang keuangan Negara dalam
rangka mendukung terwujudnya good governance.

Dengan terbitnya Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara dan Undang – undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dimana sistim
pelaksanaan anggaran yang tadinya dikenal dengan dual
budgeting dimana anggaran belanja dipisahkan antara anggaran
belanja Pembangunan (Proyek) yang dikelola oleh Pemimpin
Proyek dan anggaran belanja Rutin yang dikelola oleh Atasan
Langsung Bendaharawan Rutin. Dimana pemisahan anggaran
semula dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya
pembangunan, namun didalam pelaksanaannya telah
menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan antara lain kinerja
sulit diukur karena alokasi dana yang tidak mencerminkan kondisi

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


108
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

yang sesungguhnya, hal ini selain menimbulkan ketidak efisienan


dalam pembiayaan kegiatan pemerintah, juga menyebabkan
ketidakjelasan keterkaitan antara out put atau out come yang
dicapai. Dengan adanya format baru dan struktur belanja Negara
menurut jenis belanja, secara otomatis tidak ada lagi pemisahan
antara belanja rutin dan belanja pembangunan, maka sekarang
telah diintegrasikan dan dilaksanakan dengan menggunakan
format baru yakni anggaran belanja terpadu dengan sistim Unified
Budget yang artinya menyatukan atau memadukan antara
anggaran belanja pembangunan dengan anggaran belanja rutin.

Sejak tahun 2005 penyusunan dan penetapan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara telah menggunakan sistim
anggaran belanja terpadu atau Unified Budget yang
pelaksanaannya dikelola oleh Satuan Kerja di Unit Eselon I atau
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), dalam hal ini dilaksanakan Direktur
Jenderal Tanaman Pangan, yang telah ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 1809/Kpts/KU.410/12/2008
tanggal 30 Desember 2009 tentang Penetapan Kuasa Pengguna
Anggaran, Pejabat yang Bertugas Melakukan Pengujian dan
Perintah Pembayaan dan Bendahara Pengeluaran Serta
Bendahara Penerima Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Departemen Pertanian Tahun Anggaran 2009.

Dan sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pertanian No.


1143/KU.510/A/12/04 tanggal 7 Desember 2004. Apabila
dipandang perlu Kuasa Pengguna Anggaran dapat menunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen sebagai pelaksana kegiatan di Unit
Kerja Eselon II masing-masing, maka untuk pelaksanaan
pengelolaan Anggaran Tahun 2009 telah ditunjuk Pejabat
Pembuat Komitmen dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


109
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No.


I.SET/SK/01/I/2009 tanggal 8 Januari 2009 tentang Penunjukan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Pejabat Yang Melakukan
Tindakan Pengeluaran Anggaran Belanja Pada Satuan Kerja
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2009.

Menurut ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan


No. 02/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran
atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bahwa
Bendahara Pengeluaran di tingkat Satuan Kerja Hanya ada satu
yaitu Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.
Namun demikian untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Unit
Kerja Esselon II maka telah ditetapkan Staf Pengelola Keuangan
Tingkat PPK dan pembantu Bendahara Pengeluaran sebagai
Pemegang Uang Muka Kerja (PUM) Pada Satuan Kerja Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggara 2009 sesuai dengan
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan No. I.SET/SK/03/I/2009 tanggal 13 Januari
2009. Dimana Kepala Sub Bagian Tata Usaha telah ditetapkan
sekaligus sebagai Staf Pengelola Keungan ditingkat PPK.

Dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan Anggaran pada


Pengguna Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Tahun 2009 telah diterbitkan Pedoman Pengelolaan
Anggaran Satuan kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Tahun Anggaran 2009 yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Kuasa Pengguna Anggaran No.I.SET/SK/04/I/2009 tanggal 8
Januari 2009. Selain itu juga untuk kelancaran pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pada unit kerja eselon II telah ditetapkan
Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Lingkup Satuan Kerja Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan TA. 2009 sesuai dengan Surat

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


110
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal


Tanaman Pangan No. I.SET/SK/104/IV/2009 tanggal 7 April 2009.
Sesuai dengan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Satuan Kerja Tahun 2009 Nomor. 0019.0/018-01/-
/2009 tanggal 31 Desember 2008, untuk pelaksanaan kegiatan
bidang ketersediaan pupuk dan pestisida, pengawasan pupuk dan
pestisida, alat dan mesin pertanian, serta kelembagaan dan
pelayanan jasa pada Direktorat Sarana Produksi telah
dialokasikan Anggaran sebesar Rp. 3.500.000.000,- (Tiga milyar
lima ratus juta rupiah) dengan rincian alokasi anggaran kegiatan
sebagai berikut :

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


111
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 18. Jumlah Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Direktorat Sarana
Produksi Tahun 2010

JUMLAH
ANGGARAN %
KODE MAK/URAIAN
(PAGU)
(Rp)
1 2 3 4

DIREKTORAT SARANA PRODUKSI 189,793,000,000 100.00

04.03.03 PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS 2,250,000,000 1.19

1553 INTEGRASI TANAM-TERNAK, KOMPOS DAN BIOGAS 2,250,000,000 1.19


00002 ADMINISTRASI KEGIATAN 120,000,000 0.06
0'0088 EVALUASI DAN LAPORAN KEGIATAN 98,349,000 0.05
00277 PENGADAAN ALAT PENGOLAHAN DATA 64,000,000 0.03
02175 PENGADAAN INVENTARIS KANTOR 16,000,000 0.01
02300 PENGAWASAN PUPUK DAN PESTISIDA 615,000,000 0.32
02304 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PUPUK 1,336,651,000 0.70

04.03.04 PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN 157,643,000,000 83.06

1564 PENGENDALIAN ORAGANISME PENGGAGGU TANAMAN (OPT) 563,000,000 0.30


01159 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA 563,000,000 0.30

1569 MEKANISASI PERTANIAN PRA DAN PASCA PANEN 157,080,000,000 82.76


00051 PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA KERJA 145,000,000 0.08
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN
01160
PERTANIAN 155,700,000,000 82.04
02299 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ALSINTAN
438,200,000 0.23
02303 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ALSINTAN 796,800,000 0.42

04.03.08 PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 29,900,000,000 15.75

0112 PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGAWASAN 500,000,000 0.26


01158 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PUPUK 500,000,000 0.26
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERTANIAN (PUAP) DAN
1574 PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI PEDESAAN MELALUI
LM3 29,400,000,000 15.49
00457 PEMBERDAYAAN TENAGA MUDA PERTANIAN 29,400,000,000 15.49

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


112
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Sedangkan berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran sebagaimana


pada Tabel 13 berikut ini :

Tabel 19. Jumlah Anggaran Per Jenis Belanja/Pengeluaran

Jumlah Anggaran
No. Jenis Belanja (Rp). %
1. Belanja honor yang terkait kegiatan 22.193.825.000 0,75
2. Belanja bahan 616.921.000 14,40
3. Belanja barang non operasional 1.455.980.000 21,66
lainnya
4. Belanja jasa lainnya 255.500.000 7,30
5. Belanja Perjalanan lainnya 1.743.293.000 49,81
6. Belanja Sewa 110.000.000 3,14
7. Belanja modal 103.000.000 2,94
JUMLAH 3.500.000.000 100,00

b. Realisasi Fisik.

Dari anggaran yang tersedia pada Tahun Anggaran 2010,


realisasi fisik kegiatan Direktorat Sarana Produksi sampai dengan
bulan November 2010 telah mencapai 97,65 %. Realisasi fisik
tersebut dihitung berdasarkan bobot pekerjaan dan pencapaian
penyelesaian pekerjaan, yaitu seberapa jauh pekerjaan tersebut
dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai. Walaupun di dalam
pelaksanaannya ada beberapa kegiatan yang tidak dapat
dilaksanakan karena adanya hambatan teknis dan waktu
pelaksanaan kegiatan yang mundur dari jadwal.

c. Realisasi Anggaran.

Anggaran yang dialokasikan untuk Kegiatan Direktorat Sarana


Produksi Tahun Anggran 2010 sebesar Rp. 3.500.000.000,- dan
Realisasi anggaran berdasarkan SPM yang terbit sampai dengan
bulan November 2010 sebesar Rp. .3.201.536.406,- atau
sebesar 91,47 %. Sisa anggaran sebesar Rp. 298.463.594,- atau
8, 53 %.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


113
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 20. Realisasi Anggaran per Sub Kegiatan / MAK

JUMLAH REALISASI
SISA ANGGARAN
ANGGARAN ANGGARAN %
KODE MAK/URAIAN (PAGU)
(PAGU) (PAGU)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6

DIREKTORAT SARANA PRODUKSI 189,793,000,000 80,795,296,505 42.57 108,997,703,495

04.03.03 PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS 2,250,000,000 2,050,000,880 91.11 199,999,120

INTEGRASI TANAM-TERNAK, KOMPOS DAN


1553 2,250,000,000 2,050,000,880 91.11 199,999,120
BIOGAS
00002 ADMINISTRASI KEGIATAN 120,000,000 117,121,380 97.60 2,878,620
00088 EVALUASI DAN LAPORAN KEGIATAN 98,349,000 71,304,680 72.50 27,044,320
00277 PENGADAAN ALAT PENGOLAHAN DATA 64,000,000 63,046,150 98.51 953,850
02175 PENGADAAN INVENTARIS KANTOR 16,000,000 15,064,100 94.15 935,900
02300 PENGAWASAN PUPUK DAN PESTISIDA 615,000,000 581,227,800 94.51 33,772,200
02304 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PUPUK 1,336,651,000 1,202,236,770 89.94 134,414,230

PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN


04.03.04
PANGAN 157,643,000,000 78,351,226,605 49.70 79,291,773,395

PENGENDALIAN ORAGANISME PENGGAGGU


1564
TANAMAN (OPT) 563,000,000 504,965,200 89.69 58,034,800
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
01159 89.69 58,034,800
PESTISIDA 563,000,000 504,965,200

MEKANISASI PERTANIAN PRA DAN PASCA


1569
PANEN 157,080,000,000 77,846,261,405 49.56 79,233,738,595
PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA
00051 81.84 26,326,105
KERJA 145,000,000 118,673,895
01160 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ALSINTAN 49.23 79,045,177,800
155,700,000,000 76,654,822,200
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
02299 88.02
KELEMBAGAAN ALSINTAN 438,200,000 385,697,860 52,502,140
2303 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN ALSINTAN 86.23
796,800,000 687,067,450 109,732,550

PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN


04.03.08
PETANI 500,000,000 394,069,020 78.81 105,930,980

PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI


0112
PENGAWASAN 500,000,000 394,069,020 78.81 105,930,980
01158 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PUPUK 500,000,000 394,069,020 78.81 105,930,980

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS


PERTANIAN (PUAP) DAN PENGIATAN
1574
KELEMBAGAAN EKONOMI PEDESAAN
MELALUI LM3 29,400,000,000 - - 29,400,000,000
00457 PEMBERDAYAAN TENAGA MUDA PERTANIAN - 29,400,000,000
29,400,000,000 -

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


114
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 21. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja/Pengeluaran

No. Jenis Belanja Jumlah Realisasi % Sisa


Anggaran Anggaran Anggaran
(Rp.) (Rp.) (Rp)
1. Belanja uang honor tidak tetap 26,225,000 23,550,000 89.80 2,675,000
2. Belanja bahan 503,974,000 426,598,175 84.65 77,375,825
3. Belanja barang non operasional lainnya 758,008,000 735,421,000 97.02 22,587,000
4. Belanja jasa lainnya 255,500,000 129,269,500 50.59 126,230,500
5. Belanja Perjalanan lainnya 1,743,293,000 1,706,601,881 97.90 36,691,119
6. Belanja Sewa 110,000,000 84,978,850 77.25 25,021,150
7. Belanja modal 103,000,000 95,117,000 92.35 7,883,000
JUMLAH 3,500,000,000 3,201,536,406 91.47 298,463,594

Sebagai gambaran dari realisasi per bulan secara komulatif di


bandingkan dengan target dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 22. Target dan Realisasi Anggaran per Bulan Secara Komulatif

No. Bulan Target ROK % Realisasi %


(Rp.) (Rp.)
1. Januari - - 0 -
2. Pebruari - - 403,460,055 0.72
3. Maret 1,499,861,000 2.67 1,073,865,825 1.91
4. April 1,860,448,000 3.31 1,468,976,760 2.61
5. Mei 2,322,265,000 4.13 1,970,142,655 3.50
6. Juni 2,608,548,000 4.64 2,598,262,760 4.62
7. Juli 2,964,636,000 5.27 2,974,661,595 5.29
8. Agustus 3,241,314,000 5.76 3,301,617,705 5.87
9. September 35,185,432,000 18.54 32,744,958,700 17.25
10. Oktober 33,760,179,700 17.79 33,243,267,445 17.52
11. Nopember 144,152,304,940 79.95 80,795,296,505 42.57

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa realisasi pada


bulan Januari 2010 belum ada realisasi hal ini disebabkan karena
belum adanya kegiatan yang dapat direalisasikan pada bulan
Januari tersebut. Sedangkan pencapaian realisasi sampai dengan
bulan November 2010 belum sampai target 100 % karena
adanya sisa mati dan beberapa kegiatan yang tidak terealisasikan
seluruhnya antara lain kegiatan analisa sampel pupuk, analisa
sample pestisida, dan beberapa kegiatan rapat-rapat koordinasi
dengan instansi terkait.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


115
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Kegiatan Pengelolaan Subsidi Pupuk Tahun 2010

Secara total jumlah anggaran subsidi pupuk yang disediakan pada


tahun 2010 sebesar Rp. 18.529.941.830.860,- dengan realisasi
sebesar Rp.16.232.701.938.702 (87,60%) dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:

Tabel 23. Rencana dan Realisasi Dana Subsidi Pupuk Tahun 2010

No. Kegiatan Rencana (Rp) Realisasi (Rp) %

1. Subsidi harga ppk 14.750.662.004.000 9.251.349.013.269 62,72


2. BLP 1.710.796.432.000 307.272.541.314 18,00
3. Bantuan PKLB 19.138.935.000 7.976.846.509 41,68
4. Kekurangan 2008 1. 500.000.000.000 1.500.000.000.000 100,00

Total 17.980.597.531.000 16.232.701.938.702 87,60

2.1. Kegiatan Subsidi Harga Pupuk

 Kegiatan Subsidi Harga Pupuk Tahun 2010 dianggarkan


dalam APBN Tahun 2010 sebesar Rp. 14.750.662.004.000,-
dilaksanakan melalui PT. Pusri Holding.
 Volume Pupuk Subsidi Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 24. Perkembangan Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2010

Jenis Pupuk Permentan 50/2009 Permentan 49/2010

Urea 6.000.000 4.931.000


SP-36 1.000.000 850.000
ZA 950.000 849.749
NPK 2.200.000 2.100.000
Organik 910.000 750.000

 Realisasi pembayaran subsidi pupuk kepada Produsen Pupuk


periode s/d Oktober 2010 sebagaimana pada tabel.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


116
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 25. Realisasi Pembayaran Subsidi Pupuk Tahun 2010

Pembayaran Subsidi (Rp.)


Perusahaan
Alokasi Realisasi %
PT. Pusri 2.391.072.215.000 1.959.907.844.386 81,97
PT. Pupuk Kaltim 2.832.681.786.500 1.520.492.631.419 53,68
PT. Pupuk Kujang 1.413.347.084.700 846.106.180.847 59,87
PT. Petrokimia 7.131.207.172.866 4.777.103.588.740 66,99
PT. PIM 982.353.745.000 147.738.767.877 15,04

Jumlah 14.750.662.004.066 9.251.349.013.269 62,72

 Realisasi Jumlah Pupuk yang telah dibayarkan berdasarkan hasil


verifikasi periode s/d Oktober 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 26. Realisasi Jumlah Pupuk Subsidi Yang Telah Dibayar

Volume (Ton)
Jenis Pupuk
Alokasi Realisasi %
Urea 4.931.000 3.185.728 64,60
SP-36/Superphos 850.000 502.585 59,12
ZA 849.749 542.105 63,79
NPK 2.100.000 1.155.924 55,04
Organik 750.000 200.013 26,66

2.2 Kegiatan Bantuan Langsung Pupuk Tahun 2010

 Kegiatan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) Tahun 2010


dianggarkan dalam APBN dan APBN-P Tahun 2010 sebesar
Rp. 1.710.796.432.000,- dilaksanakan melalui PT. Pertani,
PT. Sang Hyang Seri dan PT. Berdikari.

 Realisasi Penyaluran Bantuan Langsung Pupuk (BLP) tahun


2010 adalah sebagai berikut:

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


117
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Tabel 27. Rencana dan Realisasi Penyaluran BLP Tahun 2010

APBN TAMBAHAN APBNP TOTAL APBN&APBNP


BUMN/ Jenis
Pupuk Sasaran Luas Sasaran Sasaran Luas
Alokasi Realisasi % Alokasi Penyaluran % Alokasi Penyaluran
(ha) Luas (ha) (ha) %

PT Pertani 593,879 23,095 616,974


NPK (Ton) 59,387.90 59,387.90 100 2,309.50 2,309.50 100 61,697.40 61,697.40 100
POG (Ton) 178,163.70 178,163.70 100 6,928.50 2,869.40 41 185,092.20 181,033.10 98
POC (Ltr) 1,187,758.00 1,187,758.00 100 46,190.00 22,190.00 48 1,233,948.00 1,209,948.00 98

PT SHS 432,537 23,290 455,827


NPK (Ton) 43,253.70 39,212.80 91 2,329.00 1,141.50 49 45,582.70 40,354.30 89
POG (Ton) 129,761.10 114,256.60 88 6,987.00 3,424.50 49 136,748.00 117,681.10 86
POC (Ltr) 865,074.00 793,058.00 92 46,580.00 22,830.00 49 911,654.00 815,888.00 89

PT Berdikari 39,979 19,727 59,706


NPK (Ton) 3,997.90 3,772.90 94 1,972.70 950.20 48 5,970.60 4,723.10 79
POG (Ton) 11,993.70 11,572.20 96 5,918.10 2,277.10 38 17,912.00 13,849.30 77
POC (Ltr) 79,958.00 75,458.00 94 39,454.00 17,244.00 44 119,412.00 92,702.00 78

Total 1,066,395 66,112 1,132,507


NPK (Ton) 106,639.50 102,373.60 96 6,611.20 4,401.20 67 113,250.70 106,774.80 94
POG (Ton) 319,918.50 303,992.50 95 19,833.60 8,571.00 43 339,752.20 312,563.50 92
POC (Ltr) 2,132,790.00 2,056,274.00 96 132,224.00 62,264.00 47 2,265,014.00 2,118,538.00 94

 Realisasi pembayaran Bantuan Langsung Pupuk (BLP)


Tahun 2010 kepada PT. Pertani, PT. SHS dan PT. Berdikari
adalah sebagai berikut:

Tabel 28. Rencana dan Realisasi Pembayaran BLP Tahun 2010

BUMN Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %

PT. Pertani 934.999.087.000 115.282.405.518 12.30

PT. SHS 684.997.881.000 179.735.867.832 26,20

PT. Berdikari 90.799.464.000 12.254.267.964 13,50

Jumlah 1.710.796.432.000 307.272.541.314 18,00

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


118
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

B. Personalia ( Kepegawaian )
Jumlah pegawai yang ada di Direktorat Sarana Produksi sebanyak 63
Orang yang terdiri dari :
1. Gol IV sebanyak : 11 Orang
2. Gol III sebanyak : 34 Orang
3. Gol II sebanyak : 18 Orang
4. Gol I sebanyak : 1 Orang
5. Honorer : 2 Orang

Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan klasifikasi pendidikan adalah


sebagai berikut :
1. Pasca Sarjana Strata 3 (S3) sebanyak 1 orang.
2. Pasca Sarjana Strata 2 (S2) sebanyak 11 orang terdiri dari bidang
Manajemen 5 orang, Administrasi Publik 3 orang dan bidang
Pertanian 3 orang.
3. Sarjana Strata 1 (S1) sebanyak 27 orang terdiri dari bidang
pertanian 24 orang dan bidang non pertanian 3 orang.
4. Sarjana Muda (D3) sebanyak 2 oang terdiri dari bidang pertanian 1
orang dan bidang non pertanian 1 orang.
5. SLTA sebanyak 20 orang.
6. SLTP sebanyak 2 orang.
7. SD sebanyak 2 orang.
Susunan kepegawaian Direktorat Sarana Produksi masing-masing Sub
Direktorat dan Tata Usaha sebagaimana pada lampiran 14

1. Mutasi
Selama periode Januari s/d Desember 2010 telah terjadi mutasi,
pensiun, meninggal dunia, alih tugas/melimpah, penyematan tanda
kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan pembuatan kartu-kartu
dengan rincian sebagai berikut :
a. Mutasi
Dalam tahun 2010 pegawai yang mutasi sebanyak 5 orang

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


119
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

b. Pensiun
Dalam tahun 2010 pegawai yang telah mencapai batas usia
pensiun (BUP), sebanyak 6 (tiga) orang.
c. Kenaikan gaji berkala
Selama tahun 2010 (Januari s/d Desember 2010) kenaikan gaji
berkala sebanyak 30 (tiga puluh dua) orang, Surat Keputusan
sudah terbit 100%
d. Kenaikan pangkat
Pada tahun 2010 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 11
(sebelas) orang, terdiri dari :
 Periode April 2010 : 9 orang
 Periode Oktober 2010 : 2 orang
e. Pelimpahan
Pelimpahan pegawai dari lingkup Departemen Pertanian ke
Direktorat sarana Produksi sebanyak 10 (sepuluh) orang, meliputi
3 orang pejabat struktural dan 7 orang CPNS.
f. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg)
Dalam tahun 2010, tenaga honorer yang diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 (dua) orang.
g. Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS)
Sampai dengan tahun 2010 telah diberikan tanda kehormatan
Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai yang berhak dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 15 orang
 Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 20 orang

2. Kartu-kartu
Selama tahun 2010 (Januari s/d Desember 2010) pengurusan Kartu
Pegawai (Karpeg/Karsu/Karis, Taspen dan Askes KORPRI sebagai
berikut :

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


120
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

No Macam Kartu Selesai Sedang Proses Belum Keterangan


1 Karpeg 50 5
Karis/su 59 0 5 **)
Askes 55 0 9 *)
Taspen 55 0 9 *)
KORPRI 58 16
NPWP 64 0
Keterangan : *) Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg)
**) Belum berkeluarga

C. Rumah Tangga dan Perlengkapan

Sebagai fungsi pelayanan, urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan


melaksanakan tugas-tugas pokok antara lain penyediaan Alat Tulis
Kantor, Blangko-blangko/ Kop Surat, kebersihan/ pemeliharaan
gedung/halaman kantor, pemeliharaan kendaraan dinas, pemeliharaan
dan inventarisasi barang milik Negara, keamanan kantor, serta
melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan.
Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Membukukan barang-barang inventaris dari hasil pengadaan
barang tahun 2010 adalah Komputer 2 Unit, Notebook 5 Unit,
Printer Hp 2 Unit dan Mesin Faxcimili 1 Unit, dan telah dibuatkan
Berita Acara Serah Terima.
2. Melakukan opname fisik barang inventaris, baik barang yang
bergerak (kendaraan dinas) maupun yang tidak bergerak ( meja,
kursi, computer, printer, laptop, mesin tik manual, AC, handycam,
camera digital, wireless, mesin potong rumput ) dan membuat data
inventaris barang tahun 2010.
3. Pemeliharaan Gedung/ Halaman Kantor
a. Telah dilakukan peningkatan penerangan halaman gedung
kantor dengan menambah dan mengganti lampu penerangan
halaman dan gedung kantor
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
121
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

b. Setiap 2 minggu sekali dilakukan penataan lingkungan dengan


melakukan pemangkasan tanaman pagar dan rumput halaman.

4. Keamanan kantor, setelah dengan adanya pengarahan dari


Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan maka pelaksanaan
keamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8) orang tenaga
Satpam dengan sistim ship secara bergilir setiap hari 2 orang, 1
hari jaga malam 1 hari jaga siang dan 1 hari libur.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


122
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

V. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAKLANJUT

A. Penyediaan Pupuk
1. Permasalahan

a. Penyaluran dan HET

1) Perbedaan antara rencana kebutuhan (Permentan/SK Gubernur/SK


Bupati/Walikota) dengan keinginan/ kebutuhan petani, sebagai
akibat :
a) Ada tambahan tanaman (misalnya jagung) di kawasan
Perhutani dan perkebunan (intercropping);
b) Terjadinya gangguan alam/banjir sehingga perlu dilakukan
replanting,
c) Beberapa daerah mengalami musim tanam lebih cepat
d) Kebiasaan petani menggunakan pupuk (400-600 kg/Ha) jauh
lebih besar dibandingkan rekomendasi Menteri Pertanian (200-
250 kg/Ha)
2) Dengan karakteristik pelaksanaan tanam serempak di hampir
seluruh wilayah, mengakibatkan terjadi permintaan pupuk yang
tinggi dalam waktu bersamaan yang dapat berdampak terhadap
kekurangan pupuk dan mahalnya harga didaerah-daerah yang sulit
dijangkau.
3) Dibeberapa daerah dosis pemupukan yang diterapkan petani
melampaui rekomendasi pemupukan spesifik lokasi.
4) Terjadinya rembesan pupuk bersubsidi keluar peruntukannya.

5) Kurangnya penyuluhan penggunaan pupuk berimbang, akibatnya


petani cenderung menggunakan salah satu jenis pupuk saja
(misalnya Urea saja) sehingga berakibat terjadinya kelangkaan
salah satu jenis pupuk di lapangan.
6) Tidak semua daerah mempunyai rekomendasi pemupukan spesifik
lokasi, sehingga dosis dan jenis pupuk yang diterapkan di lapangan
cenderung tidak berimbang.
7) Belum optimalnya fungsi pengawasan terutama oleh KP3 (Komisi
Pengawasan Pupuk dan Pestisida) di daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota).

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


123
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

8) Dengan diterapkannya penyaluran pupuk secara tertutup mulai 1


Januari 2009, pengecer tidak resmi memanfaatkan sisa waktu
untuk tetap beroperasi.

b. Penggunaan Pupuk Organik


1) Penggunaan pupuk organik yang belum matang atau belum
terdekomposisi secara sempurna dapat menyebabkan tanaman
kekurangan unsur N.
2) Pupuk organik dapat membawa patogen, telur serangga dan gulma
atau bibit penyakit.
3) Pupuk organik yang berasal dari sampah kota atau limbah pabrik
dapat mengandung logam berat yang dapat membahayakan
manusia dan ternak.
4) Memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk mengolah pupuk
organik.
5) Memerlukan lebih banyak tenaga kerja apabila menggunakan
pupuk organik karena pupuk organik diperlukan dalam jumlah yang
banyak (sekitar 2 ton/Ha) untuk pertanaman.
6) Permasalahan dalam mengembangkan pupuk organik :
 Petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik untuk
menyuburkan tanamannya karena hasilnya lebih cepat terlihat.
 Petani menganggap penggunaan pupuk organik terlalu
merepotkan karena selain pembuatannya memerlukan waktu
yang lama, perlu jumlah/dosis yang banyak per hektarnya
sehingga sulit membawanya ke lahan.
 Harga pupuk organik subsidi dinilai terlalu murah (Rp 500/kg)
sehingga dapat menghambat pengembangan pupuk organik
yang mereka produksi.

2. Upaya Tindak Lanjut

a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di pusat dan daerah


dalam pembinaan dan pengawasan penyediaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi dimasing-masing wilayah.
b. Produsen pupuk diminta agar menetapkan harga jual di lini III dengan
mempertimbangkan HET, sehingga harga di lini IV (di kios resmi) dapat
sesuai HET.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


124
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Produsen pupuk diwajibkan melakukan pengendalian terhadap


penebusan pupuk oleh distributor dan pengecer serta melakukan
pengawasan penyalurannya, agar pupuk bersubsidi dapat diterima
petani sesuai prinsip 6 tepat.
d. Meningkatkan pengawasan penyaluran pupuk oleh kios pengecer
terutama dengan munculnya kios-kios pengecer dadakan pada musim
tanam.
e. Produsen diharapkan menerapkan sanksi administrasi berupa
pengurangan/penghentian pasokan pupuk kepada distributor dan
pengecer yang melakukan penyimpangan dalam penyaluran pupuk.
f. Meningkatkan pembinaan efisiensi penggunaan pupuk di tingkat petani
melalui penerapan pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk
organik.
g. Meningkatkan pembinaan serta fasilitasi untuk pengembangan
penggunaan pupuk organik di seluruh provinsi.
h. Meningkatkan sinkronisasi program pengembangan industri dalam
penyediaan pupuk organik dengan instansi terkait maupun dengan
produsen pupuk organik.
i. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyediaan dan
penyaluran pupuk organik.
j. Melakukan realokasi pupuk antar Provinsi, dan mengalokasikan
cadangan pupuk Urea sebanyak 300.000 ton dan NPK 100.000 ton; di
tingkat daerah diharapkan juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu
realokasi antar Kabupaten (oleh Gubernur) dan antar Kecamatan (oleh
Bupati).
k. Menambah alokasi pupuk Urea sebanyak 1.100.000 ton, Superphos
200.000 ton, ZA 123.000 ton dan NPK 200.000 ton; sebagaimana
tertuang dalam Permentan No.05/Permentan/OT.140/1/2009 tanggal
14 Januari 2009.
l. Beberapa daerah telah mengambil langkah-langkah pengamanan
dengan menggunakan sistem RDKK dan mengoptimalkan fungsi
pengawasan oleh KP3 dan menggerakkan aparat di Kecamatan/desa.
m. Meningkatkan efektifitas komunikasi dan publikasi tentang kondisi
produksi, persediaan, kebutuhan dan langkah-langkah
penyaluran/pemenuhan kebutuhan pupuk, melalui “Hotline”.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


125
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

n. Meningkatkan pengawasan dengan lebih melibatkan peran aktif


Pemerintah Daerah.
o. Sosialisasi pengembangan pupuk organik perlu terus dilakukan secara
kontinu agar petani dapat lebih memahami pentingnya penggunaan
pupuk organik.
p. Pemerintah daerah diharapkan peran aktifnya dalam memberikan
penyuluhan dan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan
pemanfaatan pupuk organik.

q. Pemda perlu memberikan dukungan dan fasilitasi kepada petani untuk


mengembangkan usaha pupuk organik.

B. Penyediaan Pestisida

1. Permasalahan.

a. Jumlah pestisida terdaftar untuk pertanian semakin meningkat setiap


tahunnya, namun pengelolaan pestisida belum mendapat perhatian
yang memadai dari masyarakat, baik pengambil kebijakan, pelaku
usaha maupun pengguna pestisida.
b. Penanganan terhadap peredaran dan penggunaan pestisida terbatas
di lapangan relatif sama dengan pestisida umum.
c. Kesadaran pelaku usaha dalam melaksanakan kewajiban pelatihan
pestisida terbatas masih kurang. Jumlah formulasi pestisida terbatas
pada tahun 2010 semakin meningkat, mencapai 57 formulasi dari 43
perusahaan pemegang pendaftaran, namun hanya 5 perusahaan yang
telah menyampaikan laporan pelaksanaan pelatihan secara tertulis,
d. Di beberapa provinsi mengalami kesulitan dalam mengelola/
memusnahkan stok pestisida yang tidak layak pakai (ilegal, palsu,
kadaluwarsa) yang terdapat di gudang Dinas Pertanian, baik itu
berasal dari sisa bantuan/pengadaan yang sudah lama maupun
pestisida ilegal/palsu hasil pengawasan yang ditarik dari peredaran.
e. Beberapa jenis Agen Hayati yang telah dikembangkan di beberapa
provinsi telah mendapat respon dari petani karena lebih murah dan
lebih ramah lingkungan. Namun penggunaan agen hayati tersebut
belum berkembang luas karena terbatasnya sarana laboratorium dan
kurangnya sosialisasi
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
126
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

2. Upaya Tindak Lanjut.

a. Perlu ditingkatkan peran Komisi Pestisida dalam mengkoordinasikan


pengelolaan pestisida mulai tahap pengadaan, distribusi,
penyimpanan, penggunaan sampai tahap pemusnahan, serta perlunya
dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan pestisida secara periodik.
b. Perlu dilakukan pengkajian terhadap jumlah pestisida yang terdaftar di
Kementerian Pertanian agar disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Pemerintah perlu melakukan seleksi yang ketat terhadap
pestisida yang akan didaftarkan sehingga tidak terjadi pemborosan
dalam penggunaan pestisida.
c. Untuk menertibkan dan melaksanakan ketentuan penggunaan
pestisida terbatas hanya kepada petani yang bersertifikat, perlu
diciptakan mekanisme yang mendukung kondisi tersebut, antara lain
pengaturan distribusi pestisida terbatas di tingkat Kabupaten/
Kecamatan oleh Kementerian Perdagangan.
d. Mengingat pentingnya peranan Petugas Daerah terutama
Kabupaten/Kota dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
pestisida di wilayahnya, perlu ditingkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya melalui program-program pelatihan yang mengarah
pada peningkatan kinerja.
e. Untuk mengatasi stok pestisida yang tidak layak pakai yang ada di
gudang Dinas Pertanian, perlu dikoordinasikan dengan Bapedalda
setempat dalam pelaksanaan pemusnahannya agar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
f. Untuk mengembangkan agen hayati, perlu ditingkatkan fasilitasi
terhadap sarana dan prasarana laboratorium serta kegiatan sosialisasi
kepada petani.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


127
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

C. Pengaw asan Pupuk dan Pestisida.

1. Permasalahan.

a. Keterbatasan pengetahuan mengenai ketentuan peredaran pupuk dan


pestisida serta kelemahan modal yang dimiliki oleh petani di dalam
usahatani, sering kali dimanfaatkan oleh sebagian pelaku usaha untuk
melakukan berbagai bentuk penyimpangan sehungga petani
cenderung untuk membeli pupuk dan pestisida dengan harga murah
tanpa memperhatikan mutu dan dampak negatifnya

b. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait maupun stake holders


sehingga penyimpangan penyaluran pupuk bersubsidi tidak sesuai
dengan kebutuhan riel (RDKK)

c. Terbatasnya petugas pengawas pupuk dan pestisida baik secara


kualitas maupun kuatitas. Saat ini petugas pengawas pupuk dan
pestisida ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota belum terbentuk
secara resmi. Di samping itu masih terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan petugas pengawas dibidang peraturan pupuk dan
pestisida menjadi kendala dalam melakukan pengawasan di lapangan.

d. Belum terkoordinasinya tugas, fungsi dan wewenang Komisi


Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3), sehingga terjadi kesenjangan
pelaksanaan kegiatan pengawasan di tingkat lapang

e. Belum diberdayakannya petugas pengawas, KP3 dan PPNS pupuk


dan pestisida secara optimal, sehingga banyak pelanggaran /kasus-
kasus pupuk dan pestisida tidak dapat diselesaikan secara hukum.

2. Upaya Tindak Lanjut

a. Melakukan pembinaan dan pengawasan pupuk dan pestisida secara


optimal dan intensif baik oleh pengawas pusat, pengawas provinsi dan
pengawas kabupaten/kota serta instansi yang berkompeten di bidang
pengawasan pupuk dan pestisida, dengan mendalami dan mencermati
ketentuan-ketentuan maupun peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang pupuk dan pestisida.

b. Peran aktif Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam penyempurnaan


database RDKK, melalui pertemuan secara rutin dengan produsen

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


128
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

pupuk dan kelembagaan penyuluhan guna menyusun RDKK sehingga


penyaluran pupuk bersubsidi sesuai data riel dan dapat dipersiapkan
lebih awal dan akurat.

c. Dalam menangani kasus-kasus pupuk dan pestisida ditingkat lapang


perlu dukungan dan peran aktif Komisi Pengawasan Pupuk dan
Pestisida (KP3) Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagai ujung tombak di lapangan.
Sehingga terjalin koordinasi antar pemerintah pusat, daerah,
stakeholder dan masyarakat dalam merumuskan langkah-langkah
operasional pelaksanan pengawasan pupuk dan pestisida.

d. Melakukan perbaikan dan menyempurnakan sistim pengawasan


sekaligus membentuk dan mengefektifkan pelaksanakan tugas
pengawas di provinsa dan kabupaten/kota.

e. Meningkatkan kemampuan dan memberdayaan PPNS secara


maksimal serta peningkatan kerjasama antara kepolisian, kejaksaan
pengadilan dalam penegakan hukum di Indonesia.

f. Mengoptimalkan kinerja KP3, PPNS dan meningkatkan koordinasi


antar pusat, provinsi, dengan KP3 kabupaten/kota sesuai tugas, fungsi
dan wewenangnya serta mendorong terbentuknya KP3 di provinsi dan
kabupaten/kota.

D. Pengembangan Alsintan.

1. Permasalahan.
a. Masih belum lengkapnya data ketersediaan dan kebutuhan alsintan
dari daerah.
b. Kebutuhan alsintan belum memadai untuk mengolah seluruh sasaran
luasan areal pertanian yang ada.
c. Petugas Pengawas Alsintan sudah terbentuk dan didukung oleh
Permentan Nomor 65/OT.140/12/2006 tentang Pedoman Pengawasan
Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Alat dan atau Mesin
Pertanian. Namun secara legitimasi baru sebagian ditetapkan oleh
Keputusan Bupati/Walikota dan sebagian besar ditetapkan oleh Kepala

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


129
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten yang seharusnya dikukuhkan oleh


Surat Keputusan Bupati/Walikota.
d. Penetapan Petugas Pengawas masih berjalan lambat, padahal
pelaksanaan pengawasan alsintan oleh Petugas Pengawas Alsintan
sudah mendesak seiring kebutuhan masyarakat terhadap pemanfaatan
alsintan.

e. Pada umumnya peraturan – peraturan yang berkaitan dengan alsintan


sudah banyak diketahui oleh dinas pertanian, hanya belum
sepenuhnya disosialisasikan dan aplikasikan ke kabupaten/kota.

f. Belum berjalannya pelaksanaan pengawasan pengadaan, peredaran


dan penggunaan alsintan yang dilakukan oleh petugas pengawas
alsintan, baik di provinsi maupun kabupaten/kota dikarenakan belum
ada dukungan dana operasional untuk kegiatan program alsintan, baik
dari dana APBN maupun APBD.
g. Sebagian provinsi pada umumnya lambat dalam menyampaikan
laporan realisasi pelaksanaan bantuan karena lambatnya penyampaian
laporan dari kabupaten/kota, realisasi kegiatan pengadaan umumnya
dilakukan di akhir tahun anggaran, sebagian kabupaten/kota merubah
spesifikasi bantuan alsintan serta UPJA yang diusulkan oleh SK
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ternyata tidak menyanggupi
untuk melunasi kekurangan dari BUMA traktor roda dua
h. Dalam pengajuan RSNI, subpanitia teknis kesulitan mencari
kelengkapan data spesifikasi alsintan yang akan diusulkan, karena
kurang partisipasinya produsen yang bersangkutan atau produsen
tidak menghadiri undangan dalam rapat pembahasan RSNI.

2. Upaya Tindak Lanjut

a. Perlu diintensifkannya pendataan ketersediaan dan kebutuhan alsintan


di daerah.
b. Perlu diupayakan penambahan alsintan pengolah lahan yang sesuai
spesifikasi lokasi, sehingga ratio penggunaan alat pengolah lahan
dapat terpenuhi.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


130
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

c. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota diharapkan segera mengukuhkan


Petugas Pengawas Alsintan yang telah terbentuk dalam Surat
Keputusan Bupati/Walikota sesuai dengan Permentan Nomor
65/OT.140/12/2006 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan,
Peredaran dan Penggunaan Alat dan atau Mesin Pertanian.
d. Perlu adanya dukungan dana operasional bagi Petugas Pengawas
Alsintan untuk melaksanakan kegiatan pengawasan alsintan.
e. Perlu diintesifkannya koordinasi antara provinsi dan kabupaten dalam
menyampaikan laporan realisasi perkembangan kegiatan alsintan.
f. Perlunya dukungan, masukan dan partisipasi aktif dari pihak produsen
yang bersangkutan dalam rapat pembahasan RSNI.

E. Kelembagaan.

1. Permasalahan
a. Fenomena bahwa UPJA yang selama ini berkembang hanya
sebagai salah satu usaha kelompoktani, tidak berbisnis dan tidak
mandiri. Yang mana pengelolaan Manajemen UPJA belum
mengarah kepada usaha bisnis yang mandiri, profesional serta
belum berbadan hukum.
b. Kondisi keberadaan UPJA tumbuh dan berkembang melalui
bantuan pemerintah maupun swadaya, kelompok UPJA menjadi
tidak berkembang, mengalami stagnan, bahkan tidak aktif, dan
tidak operasional lagi sedangkan sebagian lagi masih tetap eksis
dan berkembang dengan baik, sehingga posisi UPJA terlihat
lemah dan tidak mendukung perekonomian pedesaan.
c. UPJA belum mengarah kepada UPJA Mandiri dan Profesional,
sehingga sehingga belum menjadi pelaku ekonomi yang kuat di
pedesaan.
d. Pengoperasian alsintan pra panen, panen, pasca panen yang
belum optimal, dan belum mengarah kepada UPJA yang dapat
_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI
131
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

berbisnis dan mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam


mupun di luar kelompoktani/Gapoktan.
e. Meningkatnya angka pengangguran dan terbatasnya lapangan
pekerjaan di pedesaan, padahal tenaga Sarjana/Non Sarjana
yang produktif sangat diperlukan.
f. Kekuatan kelembagaan UPJA tidak kokoh sehingga tidak dapat
menunjang mekanisasi pertanian dalam bentuk penggunaan
alsintan yang dikelola berdasarkan prinsip ekonomi yang
merupakan syarat bagi sistem pertanian modern yang tangguh.

2. Upaya Tindak Lanjut.


a. Mengembangkan kelembagaan UPJA ke arah UPJA yang
berorientasi bisnis, mandiri dan profesional.
b. Menempatkan posisi UPJA sebagai Lembaga Ekonomi yang kuat
di pedesaan.
c. Mengoptimalkan penggunaan alsintan pra panen, panen dan
pasca panen untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di
didalam maupun di luar kelompok tani/Gapoktan.
d. Menciptakan/Memberi kesempatan kerja bagi tenaga sarjana
maupun non sarjana di pedesaan.
e. Menjadikan UPJA sebagai salah satu pendorong menuju
Pertanian Modern.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


132
LAPORAN TAHUN 2010 ________________________________________________________

VI. PENUTUP

1. Kegiatan Sarana Produksi merupakan kegiatan strategis sebagai


faktor pendukung dalam upaya peningkatan produktivitas dan
produksi pertanian.

2. Untuk mendukung perumusan kebijakan pengembangan sarana


produksi, diperlukan penguatan database yang akurat dan
mekanisme pelaporan yang sistematis di bidang sarana produksi.

3. Agar pelaksanaan kegiatan sarana produksi dapat


diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan
koordinasi baik dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor.

_______________________________________________ DIREKTORAT SARANA PRODUKSI


133

Anda mungkin juga menyukai