Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENYEDIAAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2012

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Dalam rangka mendukung upaya pencapaian sasaran produksi pertanian yang terus meningkat, Pemerintah memfasilitasi berbagai prasarana dan sarana pertanian, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Kebijakan subsidi pupuk yang telah dilakukan sejak tahun 2003 sampai sekarang, dimaksudkan membantu petani untuk pengadaan dan penggunaan pupuk dalam usahataninya agar dapat menerapkan pemupukan berimbang sesuai kondisi spesifik lokasi, sehingga memperoleh hasil pertanian yang optimal. Pada tahun 2012, Pemerintah telah menetapkan kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 87/Permentan/SR.130/12/2011. Oleh karena itu agar penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi tepat sasaran, maka dibutuhkan dukungan pengawalan dan pengawasan dari seluruh pihak yang berkompeten. Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan acuan bagi petugas pelaksana kegiatan dan pihak yang terkait dalam mendukung kelancaran pengadaan, penyaluran dan pengawasan pupuk bersubsidi sesuai dengan ketentuan peraturan yang ditetapkan. Jakarta, Januari 2012 Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I.

.....................................................

i ii 1 1 3 4 7 8 8

.................................................................. .................................................... .................................................. .......................................... .................................................. .........................................................

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

2. Tujuan dan Sasaran 3. Pengertian 4. Ruang Lingkup II.

KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN 2012 1. Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Nasional . 3. Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten/

2. Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Provinsi 10 Kota .. 10 4. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi III. IV. V. VI. HET PUPUK BERSUBSIDI . 12 13 13 14 17

.. ................... .......................

PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI PENGAWASAN DAN PELAPORAN PENUTUP

.............................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN Sumarjo Gatot Irianto NIP. 19601024.198703.1.001


PedomanPelaksanaanPenyediaanPupukBersubsidiUntukSektorPertanian2012

PedomanPelaksanaanPenyediaanPupukBersubsidiUntukSektorPertanian2012

ii

LAMPIRAN

PedomanPelaksanaanPenyediaanPupukBersubsidiUntukSektorPertanian2012

iii

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi budidaya secara tepat dengan penggunaan sarana produksi sesuai teknologi yang direkomendasikan di masing-masing wilayah. Sarana produksi yang mempunyai peranan sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian antara lain adalah pupuk. Efektifitas penggunaan pupuk diarahkan pada penerapan pemupukan berimbang sesuai rekomendasi spesifik lokasi atau standar teknis penggunaan pupuk yang dianjurkan.
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

Dalam penerapan pemupukan berimbang sangat dibutuhkan modal yang cukup, sedangkan kemampuan permodalan petani sangat terbatas dalam membiayai kebutuhan usahataninya. Untuk itu pemerintah bersama-sama DPR-RI memfasilitasi penyediaan subsidi pupuk untuk sektor pertanian, agar petani dapat menerapkan teknologi pemupukan berimbang guna meningkatkan produksi dan pendapatannya. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor pertanian tersebut telah dilakukan sejak tahun 2003 dan dilanjutkan sampai saat ini. Pada tahun 2012, sesuai Undang Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012, telah ditetapkan anggaran subsidi harga pupuk sebesar 16,944 triliun, untuk penyediaan pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK dan pupuk organik. Untuk penjabaran lebih lanjut terhadap kebijakan subsidi pupuk tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2012 yang ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota tentang kebutuhan pupuk di masing-masing wilayahnya. Peraturan-peraturan tersebut sebagai pedoman bagi produsen, distributor dan penyalur pupuk di Lini IV dalam
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

22

menyalurkan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya serta pedoman bagi kita terkait dalam pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai kewenangannya. Guna kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian dimaksud secara efektif, perlu adanya pedoman pelaksanaan penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2012. 2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan - Menjabarkan Patron Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun 2012 dan perubahannya, agar dapat dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk mengatur pemanfaatan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi. - Mengupayakan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai di lini IV dapat dilakukan sesuai dengan asas 6 (enam) tepat, sehingga petani dapat memperoleh pupuk sesuai dengan kebutuhannya dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

b. Sasaran 1. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi diseluruh wilayah dapat dilakukan secara tepat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Tersedianya pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani secara 6 tepat yaitu tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, dengan mutu terjamin dan harga sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah. 3. Diterapkannya pemupukan berimbang spesifik lokasi di tingkat petani, untuk mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas hasil serta produksi komoditas pertanian. 3. Pengertian a. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. b. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. c. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

44

dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. d. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. e. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di penyalur resmi di Lini IV sebagaimana ditetapkan pemerintah. f. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan dan atau udang.

i.

Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman hijauan pakan ternak yang tidak memiliki izin usaha. Pembudidaya ikan atau udang adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya ikan dan atau udang yang tidak memiliki izin usaha.

j.

k. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi dan/atau mengadakan pupuk an-organik (Urea, NPK, ZA, SP-36) dan pupuk organik di dalam negeri. l. Penyalur di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

g. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan atau hortikultura. h. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman perkebunan rakyat.

m. Penyalur di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. n. Kelompoktani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

66

dalam mengusahakan lahan usahatani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan, yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk. o. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompoktani berdasarkan luasan areal usahatani yang diusahakan petani, pekebun, peternak, dan pembudidaya ikan dan atau udang anggota kelompoktani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi. p. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk tingkat provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota. 4. Ruang Lingkup Pedoman Pelaksanaan ini meliputi kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi tahun anggaran 2012, pengadaan, penyaluran, pengawasan dan pelaporan.

II.

KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TA. 2012 1. Alokasi Nasional Kebutuhan Pupuk Bersubsidi

Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung melalui beberapa tahapan, yaitu berdasarkan usulan kebutuhan teknis di lapangan yang diajukan oleh pemerintah daerah secara berjenjang dari Bupati/Walikota kepada Gubernur dan selanjutnya disampaikan kepada Menteri Pertanian dan didasari pada Program Peningkatan Produksi Pertanian. Usulan kebutuhan pupuk bersubsidi secara buttom up tersebut diproses di tingkat pusat dengan memperhatikan kemampuan daya serap pupuk di masing-masing wilayah selama beberapa tahun terakhir serta pagu anggaran subsidi pupuk yang ditetapkan pemerintah. Penetapan alokasi pupuk bersubsidi untuk masing-masing provinsi pada umumnya di bawah kebutuhan teknis yang diusulkan daerah karena terbatasnya pagu anggaran subsidi, sehingga dengan jumlah pupuk bersubsidi yang terbatas tersebut, diharapkan agar tetap dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan azas prioritas, baik terhadap daerah yang dinilai sebagai sentra produksi, maupun terhadap jenis komoditas yang akan diunggulkan oleh daerah.
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

88

Di samping itu, diharapkan dapat dilaksanakannya efisiensi penggunaan pupuk bersubsidi melalui penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis yang dianjurkan disertai dengan penggunaan pupuk organik. Jenis-jenis pupuk yang disubsidi pemerintah terdiri dari pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK dan Pupuk Organik. Penyusunan Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi mengacu kepada Persetujuan Menteri Negara BUMN kepada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) berikut anak Perusahaannya yaitu PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik. Alokasi pupuk bersubsidi tahun 2012 untuk masing-masing sub sektor ditetapkan sebagai berikut:
SUB SEKTOR JENIS PUPUK (Ton) UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK

Rincian alokasi kebutuhan pupuk per jenis dan jumlah pupuk untuk masing-masing provinsi, seperti tercantum pada Lampiran 1. 2. Alokasi Kebutuhan Provinsi Pupuk Bersubsidi di

Berdasarkan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi untuk masing-masing provinsi sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Gubernur yang mengatur tentang alokasi pupuk bersubsidi pada masingmasing kabupaten/kota. Peraturan Gubernur tersebut diharapkan dapat terbit pada akhir Desember 2011 atau pada awal bulan Januari 2012. 3. Alokasi Kebutuhan Kabupaten/Kota Pupuk Bersubsidi di

TanamanPangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan g Budidaya


JUMLAH

3,315,000 576,708 425,529 1,651,159 542,750 470,061 48,967 173,536 232,747 76,961 1,125,255 301,156 398,561 710,014 184,233 15,061 1,349 2,373 174,622 71,819 5,100,000 1,000,000 1,000,000

2,466 28,590
835,000

2,593,920

Berdasarkan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh Gubernur, maka diharapkan dapat segera ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Bupati/Walikota yang mengatur tentang alokasi pupuk bersubsidi pada masingmasing kecamatan. Peraturan Bupati atau Walikota tersebut diharapkan dapat terbit selambat-lambatnya pada awal Januari 2012, agar tidak terjadi keterlambatan penyaluran pupuk bersubsidi di masing-masing kecamatan.
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

10 10

Kebutuhan pupuk bersubsidi bagi kelompok tani tanaman pangan/hortikultura/perkebunan/ peternakan/pembudidaya ikan atau udang, diajukan oleh kelompok tani dengan menggunakan RDKK yang disetujui oleh petugas teknis, penyuluh atau Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat. Untuk itu, Dinas yang membidangi tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan dan pembudidaya ikan dan atau udang setempat wajib melaksanakan pembinaan kepada kelompoktani untuk menyusun RDKK sesuai luas areal usahatani dan atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani di wilayahnya. Bagi petani/pekebun/peternak/pembudidaya ikan atau udang yang belum menjadi anggota kelompok tani, dianjurkan untuk bergabung kepada kelompok tani di wilayah terdekat, atau membentuk kelompok baru sehamparan dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani, dan wajib mengajukan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang diperlukan sesuai dengan kegiatan usahatani yang diusahakan, dengan format RDKK seperti tercantum pada Lampiran 2 Pedoman Pelaksanaan ini. RDKK tersebut diajukan kepada Dinas teknis setempat.

4. Realokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi Kemampuan penyerapan pupuk bersubsidi di masing-masing wilayah, tidak terlepas dari kondisi agroklimat serta musim yang terjadi, sehingga penyerapan pupuk pada bulan tertentu dapat di atas atau di bawah alokasi yang ditetapkan. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di wilayah yang mengalami kekurangan pasokan dapat dilakukan dengan merealokasi pupuk dari wilayah lainnya yang penyerapannya kurang dari alokasi yang telah ditetapkan, yang diatur melalui mekanisme realokasi pupuk oleh pemerintah daerah setempat, yang dilaksanakan secara berjenjang, yaitu: a) Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/ Walikota dengan mempertimbangkan usulan dari dinas teknis setempat; b) Realokasi antar kabupaten/kota dalam wilayah provinsi ditetapkan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari Dinas teknis setempat; c) Realokasi antar provinsi ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas usul dari Gubernur.

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

11

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

12 12

III. HET PUPUK BERSUBSIDI Pada tahun 2012, Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi di kios pengecer resmi, di tingkat kecamatan/desa ditetapkan sebagai berikut:
Jenis Pupuk UREA ZA SP-36 NPK Phonska NPK Pelangi NPK Kujang Organik (Rp/kg) 1,800 1,400 2,000 2,300 2,300 2,300 500

Pengawasan yang mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus. Khusus untuk Pengawasan dan Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi, mulai 1 Januari 2012 berwarna merah muda pink. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dan pupuk non subsidi yang dilakukan oleh produsen, distributor maupun oleh pengecer resmi. Pelaksanaan pengadaan, penyaluran, dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Produsen, distributor, dan pengecer resmi wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan stok yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya pengawasan melekat secara berjenjang dari produsen dan distributor. V. PENGAWASAN DAN PELAPORAN 1. Pengawasan Sebagaimana ditegaskan di dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan, maka diperlukan instrumen untuk pelaksanaan
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

Catatan

HET tersebut berlaku untuk pembelian pupuk dalam kemasan karung 50 kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di lini IV. Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana tertuang dalam Permentan Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011

IV. PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI Penyaluran pupuk yang disubsidi dilakukan oleh Produsen Pupuk yang ditugaskan Pemerintah yaitu PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) dengan anak perusahaannya yaitu: PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik, melalui distributor dan penyalur di wilayah tanggung jawab masing-masing. Guna pengamanan penyaluran pupuk bersubsidi dimaksud, pada kemasan/kantong pupuk bersubsidi wajib diberi label tambahan yang berbunyi Pupuk Bersubsidi Pemerintah. Barang dalam
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

13

14 14

pengawasan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Setiap penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus ditindak tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan pelaksanaan pengawasan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana tersebut di atas, telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, dimana seluruh pihak terkait diharapkan dapat melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan pupuk bersubsidi dilakukan oleh seluruh instansi terkait yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Pupuk di Pusat maupun melalui Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peran aktif Pemerintah Daerah melalui optimalisasi kinerja KP3 dan PPNS di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengawalan dan pengawasan terhadap penyaluran dan HET pupuk bersubsidi di wilayahnya, sangat diharapkan agar sistem pengawasan pupuk bersubsidi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di penyalur lini IV ke petani dilakukan oleh Petugas Pengawas yang ditunjuk sebagai satu kesatuan dari KP3 di Kabupaten/Kota. 2. Pelaporan KPP di kabupaten/kota menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati/Walikota setiap bulan (minggu ke-2). Bupati/Walikota dan KP3 Provinsi menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi setiap bulan (minggu ke-3) kepada Gubernur. Perkembangan pelaksanaan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi serta berbagai permasalahan dan upaya antisipasinya di masing-masing provinsi diharapkan dapat dilaporkan oleh Gubernur kepada Menteri Pertanian c.q. Direktur Jenderal Tanaman Pangan setiap awal bulan (minggu ke-4). Berdasarkan laporan dari daerah tersebut, diharapkan pupuk bersubsidi yang dialokasikan di masing-masing daerah dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan petani. Contoh blanko laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3a dan 3b Pedoman Pelaksanaan ini.
PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

15

16 16

VI. PENUTUP Dengan pedoman pelaksanaan pemanfaatan alokasi kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2012, diharapkan penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dapat dilakukan secara efektif dan bermanfaat sesuai alokasi di masing-masing wilayah. Untuk itu Pemerintah Daerah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan, sehingga ketersediaan pupuk bersubsidi dapat terjamin secara tepat sampai ditingkat petani.

Lampiran 1 KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN 2012 MENURUT JENIS PUPUK DAN SEBARAN PROVINSI (Ton)
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 NAD SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT JAMBI RIAU BENGKULU SUMATERA SELATAN BANGKA BELITUNG LAMPUNG KEP. RIAU DKI. JAKARTA BANTEN JAWA BARAT D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR BALI KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA GORONTALO SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR MALUKU PAPUA MALUKU UTARA IRJA Cada BARAT ga as o a JUMLAH PROPINSI UREA 94,800 207,600 82,300 46,500 39,000 30,000 228,700 20,000 361,500 200 300 72,800 827,900 58,900 970,000 1,269,600 59,500 41,000 16,900 46,900 21,900 25,000 17,700 40,600 32,300 294,600 17,300 122,700 39,900 5,500 5,000 1,600 1,500 5,100,000 SP-36 JENIS PUPUK (Ton) ZA 8,800 53,000 21,000 4,600 5,200 3,600 7,700 1,800 17,500 100 10 1,800 77,700 12,200 186,700 485,000 9,800 3,800 700 1,700 2,200 200 150 9,000 4,300 61,400 6,100 12,150 700 250 500 90 250 1,000,000 NPK 46,500 165,500 72,500 28,600 23,700 27,900 122,900 18,800 161,000 1,000 100 37,400 393,200 27,600 413,200 674,800 33,000 56,900 23,800 33,400 21,900 15,600 13,900 22,800 10,400 79,400 10,700 35,900 9,900 1,800 6,000 1,620 2,200 2,593,920 ORGANIK 13,600 46,800 24,000 9,600 5,100 10,200 22,800 5,700 38,000 150 50 4,800 49,300 10,500 162,100 336,200 23,800 11,500 3,800 6,300 3,500 2,800 750 3,200 6,300 21,000 1,200 7,800 1,300 400 1,750 500 200 835,000

23,900 60,800 30,900 14,400 10,300 9,900 47,200 3,900 56,700 160 90 23,400 184,900 7,400 175,100 215,000 5,000 13,000 5,000 10,000 7,000 5,500 1,700 5,400 7,200 44,000 3,000 19,600 5,800 350 2,800 200 400 1,000,000

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

17

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

18 18

Lampiran 2 Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)

Lampiran 2a Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)

RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI


Musim Tanam Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Nama Kelompok Tani Sub Sektor Nama Kios Distributor
No 1 2 3 4 Dst Nama Petani Komoditi Luas Tanam (Ha)

REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KECAMATAN


Musim Tanam Kabupaten/Kota Kecamatan Sub Sektor Distributor : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................

: ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................


KebutuhanPupuk(kg) Urea SP36 ZA NPK Organik Tgl Penggunaan

No 1 2 3 4 Dst

Desa

Nama Luas Kelompok Komoditi Tanam Tani (Ha)

KebutuhanPupuk(kg) Urea SP36 ZA NPK Organik

Keteranga

Menyetujui: Mantan/KCD/PPL Kepala Desa

Mengetahui: Ketua Kelompok Tani Menyetujui: KCD/Camat Mengetahui: Mantri Tani/Penyuluh

) ( ) ( )

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

19

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

20 20

Lampiran 2b Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)

Lampiran 2c Blanko Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)

REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KABUPATEN


Musim Tanam Provinsi Kabupaten/Kota Sub Sektor Distributor Komoditi : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................ : ................................

REKAPITULASI RDKK PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT PROVINSI


Musim Tanam Provinsi Sub Sektor Distributor : ................................ : ................................ : ................................ : ................................

No 1 2 3 4 Dst

Kecamatan

JumlahGabungan Jumlah LuasTanam KelompokTani KelompokTani (Ha) Urea

KebutuhanPupuk(kg) SP36 ZA NPK

No
Tgl Ket. Organik Penggunaan

Kabupaten

JumlahGabungan Jumlah LuasTanam KelompokTani KelompokTani (Ha) Urea

KebutuhanPupuk(kg) SP36 ZA NPK

Tgl Ket. Penggunaan Organik

1 2 3 4 Dst

Menyetujui: Menyetujui: Kepala Dinas Pertanian Kab/Kota Kepala Dinas Pertanian Provinsi

( ( )

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

21

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

22 22

Lampiran 3a

Lampiran 3b

LAPORAN PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT KABUPATEN

LAPORAN PERKEMBANGAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TINGKAT PROVINSI

Tahun Anggaran Provinsi Kabupaten/Kota Periode

: .................................. : .................................. : : ..................................


Alokasi Kebutuhan Pupuk (ton) Realisasi Penyaluran (ton)
Organik Urea SP-36 ZA NPK Organik

Tahun Anggaran Provinsi Kabupaten/Kota Periode

: .................................. : .................................. : .................................. : ..................................


Alokasi Kebutuhan Pupuk (ton) Realisasi Penyaluran (ton)
Organik Urea SP-36 ZA NPK Organik

No
1 2 3 4 Dst

Kecamatan
Urea SP-36 ZA NPK

No
1 2 3 4

Kabupaten
Urea SP-36 ZA NPK

JUMLAH

Dst

JUMLAH
Tempat, Tanggal/bulan/tahun Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Provinsi

Tempat, Tanggal/bulan/tahun Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten/Kota

(.......................) (.........................)

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

23

PedomanPelaksanaanSubsidiPupukTahun2012

24 24

Anda mungkin juga menyukai