Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 1410-0029

Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

PEMECAHAN DORMANSI BENIH KELAPA SAWIT DENGAN METODE


DRY HEAT TREATMENT DAN PEMBERIAN GIBERELIN

Dormancy Breaking of Oil Palm Seed by Dry Heat Treatment Method and Gibberellin

Anne Nuraini*, Ikhwan Fadli Pangaribuan, dan Cucu Suherman


Departemen Budidaya Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, 45363

*Alamat korespondensi: anne.nuraini@unpad.ac.id

ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki masa dormansi benih yang panjang. Adanya penghalang
kulit benih menyebabkan proses imbibisi menjadi terganggu sehingga proses perkecambahan benih kelapa sawit
terhambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara perlakuan pemanasan dengan
metode dry heat treatment dan pemberian zat pengatur tumbuh giberelin terhadap pemecahan dormansi kelapa
sawit. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor, yaitu 3 taraf lama
dry heat treatment (40 hari, 50 hari, 60 hari) dan 3 taraf konsentrasi giberelin (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm) yang
diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi antara lama dry heat
treatment dan konsentrasi giberelin terhadap pemecahan dormansi kelapa sawit. Perlakuan lama dry heat treatment
50 dan 60 hari berpengaruh baik pada variabel persentase perkecambahan dan indeks vigor serta panjang radikula
dan panjang plumula. Konsentrasi giberelin 100 dan 200 ppm berpengaruh baik pada variabel persentase
perkecambahan, indeks vigor, panjang radikula dan panjang plumula. Lama dry-heat treatment 50 hari dan
konsentrasi giberelin 100 ppm memberikan pengaruh paling efektif daripada kombinasi perlakuan lain.

Kata kunci : dormansi, Dry-heat treatment, giberelin, kelapa sawit

ABSTRACT
Oil palm is a plant that has a long seed dormancy period. The existence of barrier on the seed coat causes
disturbance on imbibition so the process of germination of oil palm seed is hampered. This study aimed to
determine the effect of interaction between the heat treatment by dry-heat treatment method and the submersion
of growth regulator gibberellin on oil palm dormancy breaking. The experiment was conducted using a factorial
randomized block design with 2 factors, i.e. 3 levels of dry-heat treatment duration (40 days, 50 days, 60 days)
and 3 levels of gibberellin concentration (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm) and repeated 3 times. The result showed that
no interaction between the duration of dry heat treatment and concentration of gibberellin on breaking the oil
palm dormancy. Treatment of dry heat treatment of 50 and 60 days had a good effect on percentage of germination,
vigor index, radicle length and plumule length. Concentration of 100 and 200 ppm gibberellin had a good effect
on percentage of germination, vigor index, radicle length and plumule length. Fifty days-period of dry heat
treatment and concentration of 100 ppm gibberellin gave more effective effect than other treatment.

Key words : dormancy, Dry-Heat Treatment, gibberellin, oil palm

PENDAHULUAN yang sulit tumbuh karena memerlukan


Kelapa sawit (Elaeis guineensis perlakuan sebelum radikula muncul. Secara
Jacq.) merupakan salah satu dari beberapa alami dibutuhkan waktu beberapa bulan dan
palmae yang menghasilkan minyak untuk persentase tumbuhnya rendah. Kulit
tujuan komersil. Kelapa sawit (cangkang) bijinya cukup keras sehingga
menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan menyulitkan perkecambahan dalam waktu
minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil yang cepat (Lubis, 1993). Dormansi benih
(PKO). Kelapa sawit mempunyai benih kelapa sawit disebabkan karena adanya

99
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

penghalang berupa struktur di germpore waktu perlakuan dry heat treatment dan
yaitu operculum. Dengan adanya perlakuan pemberian giberelin terhadap pemecahan
pendahuluan diharapkan operculum yang dormansi benih kelapa sawit.
menutupi embrio retak sehingga radikula METODE PENELITIAN
dapat keluar dan mendorong terlepasnya Percobaan dilakukan di Pusat
serabut (fibre plug) yang ada diatasnya. Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) untuk
Metode yang sudah lama diterapkan untuk perlakuan dry heat treatment sedangkan
pematahan dormansi benih kelapa sawit perlakuan giberelin dan pengujian
adalah sistem pemanasan kering (dry heat perkecambahan benih dilakukan di
treatment) selama 60 hari pada suhu 39° – laboratorium Teknologi Benih Fakultas
40° C (Chaerani, 1992). Pertanian UNPAD. Kultivar kelapa sawit
Selain dengan dry heat treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perkecambahan benih kelapa sawit dapat Simalungun, konsentrasi larutan GA3 yang
ditingkatkan dengan penggunaan zat digunakan adalah 0, 100, dan 200 ppm.
pengatur tumbuh. Penggunaan zat pengatur Alat-Alat yang dibutuhkan adalah kantung
tumbuh dapat digunakan untuk menambah polietilen, ruangan untuk perlakuan dry
kadar hormon yang telah ada sehingga heat treatment, germinator, sprayer, bak air,
dapat meningkatkan daya berkecambah ember, karet gelang, fungisida Dithane M
benih. Hasil penelitian Nurshanti (1997) 45 0,2%.
menunjukkan bahwa perendaman benih Penelitian ini menggunakan
palem botol (Mascarena sp.) dalam asam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
giberelin dengan kepekatan 50 dan 100 ppm Faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor
dapat mempercepat perkecambahan benih waktu dry heat treatment (H) sebanyak 3
palem botol. Pada penelitian Asra (2014), taraf (h1 = 40 hari, h2 = 50 hari, dan h3 = 60
konsentrasi giberelin 200 ppm dengan lama hari) dan faktor konsentrasi larutan
perendaman 6 jam merupakan konsentrasi Giberellin (G) sebanyak 3 taraf (g1 = 0
yang optimal dalam merangsang vigoritas ppm, g2 = 100 ppm, dan g3 = 200 ppm),
biji Calopogonium caeruleum. masing-masing perlakuan diulang tiga kali.
Berdasarkan uraian tersebut Pengaruh perlakuan terhadap
pemberian giberelin diduga dapat perkecambahan benih kelapa sawit
mengurangi lamanya perlakuan dry heat dianalisis dengan analisis ragam kemudian
treatment, oleh karena itu maka dilakukan diuji lanjut dengan uji Jarak Berganda
penelitian untuk mengetahui pengaruh Duncan 5 %.

100
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

Percobaan ini dilaksanakan sebagai II, dilakukan pengeringan selama 5-8 jam.
berikut: Benih terlebih dahulu direndam dalam
1. Perendaman I larutan dithane (fungisida) dengan
Biji dimasukkan ke dalam kantung konsentrasi 0,2% selama 3-5 menit untuk
polietilen yang telah dilubangi terlebih mencegah serangan cendawan.
dahulu, lalu biji dan kantung plastik 4. Perendaman dalam GA3
direndam seluruhnya dalam bak yang berisi Sebelum dimasukkan ke dalam ruang
air bersih selama kurang lebih 7 hari. perkecambahan, biji kelapa sawit direndam
Setelah selesai direndam, benih dikeluarkan dalam GA3 sesuai dengan perlakuan selama
lalu direndam dalam larutan fungisida ± 30 menit. Setelah direndam dengan GA3,
Dithane M 45 0,2% selama 2-3 menit. benih lalu disiapkan untuk proses
Setelah itu dikeringanginkan di ruangan pengecambahan.
selama 1 hari. Pada perendaman I kadar air 5. Pengecambahan
benih harus ditingkatkan menjadi 18% - Biji-biji tersebut dimasukkan ke
20%. dalam kantung polietilen Setelah itu
2. Pemanasan dimasukkan ke germinator dengan suhu ±
Setelah perendaman I, biji 27-31oC Setelah 2 hari dimasukkan ke
dimasukkan ke dalam tray. Pemanasan dalam ruang perkecambahan, dilakukan
dilakukan selama 40, 50, dan 60 hari sesuai penyemprotan pada benih menggunakan
perlakuan dengan suhu ruang pemanasan ± larutan Dithane 0,2% untuk mencegah
40oC. Setiap 7 hari sekali biji-biji tersebut serangan cendawan serta menjaga
dikeluarkan dari ruangan pemanas dan kelembaban benih untuk merangsang
dianginkan selama ± 3 menit guna pertumbuhan kecambah. Pengamatan
penggantian udara. Ini dilakukan untuk disesuaikan dengan model pengamatan
semua perlakuan. yang dilakukan di PPKS, yaitu pengamatan
3. Perendaman II pertama dilakukan 2 minggu setelah
Prosesnya hampir sama seperti pengecambahan, lalu dilakukan setiap
perendaman pertama, hanya pada minggu hingga 6 kali pengamatan.
perendaman kedua direndam selama 3 hari. Parameter yang diamati adalah :
Tujuan dari perendaman ini adalah untuk keserempakan tumbuh (persentase
meningkatkan persentase kadar air benih perkecambahan saat First Day Count yaitu
menjadi 22-23% sehingga benih telah siap 14 hari), daya berkecambah, indeks vigor,
untuk dikecambahkan. Setelah perendaman serta panjang radikula dan plumula.

101
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN celah. Celah ini memberikan kesempatan


Keserempakan Tumbuh, Daya untuk penyerapan air secara maksimum
Berkecambah dan Indeks Vigor
atau mencapai imbibisi yang optimum.
Hasil analisis ragam menunjukkan
Perkecambahan tidak akan dimulai bila air
keserempakan tumbuh tidak dipengaruhi
belum terserap masuk ke dalam biji hingga
oleh interaksi antara lama dry heat
tercapainya kadar air kritis benih yang
treatment dengan giberelin tetapi
berbeda untuk setiap jenis benih. Dengan
dipengaruhi oleh lama dry heat treatment
melakukan pemanasan dan dilanjutkan
(Tabel 1) . Benih kelapa sawit sangat sulit
dengan perendaman dengan air maka kulit
untuk berkecambah dan tidak dapat tumbuh
benih akan permeabel terhadap air dan
serempak, hal ini disebabkan benih
masuknya oksigen (Kamil, 1979). Pada
mempunyai sifat dormansi akibat
lama dry heat treatment 40 menit diduga
endokarpnya yang tebal dan keras, bukan
imbibisi benih belum cukup untuk
disebabkan oleh embrionya yang dorman
mencapai kadar air kritis untuk
(Hartley, 1988). Hal ini yang menyebabkan
perkecambahan.
benih yang dikecambahkan pada percobaan
Keserempakan tumbuh, daya
ini kurang serempak dalam
berkecambah dan indeks vigor tidak
perkecambahannya. Perbedaan perlakuan
dipengaruhi oleh konsentrasi giberelin,
yang diberikan menyebabkan perbedaan
tetapi ada kecenderunga pemberian
respon perkecambahan pada benih kelapa
giberelin dapat meningkatkan variabel-
sawit.
variabel tersebut. Hasil penelitian Tigabu
Pada perlakuan lama dry heat
'dan Ode'n ( 2001) menunjukkan bahwa
treatment selama 40 hari benih kelapa sawit
perlakuan tiga taraf konsentrasi giberelin
belum ada benih yang mampu
dapat meningkatkan perkecambahan
berkecambah, tetapi pada lama dry heat
Albizia grandibracteata dibandingkan
treatment 50 dan 60 hari benih sudah
dengan kontrol. Giberelin merupakan
mampu berkecambah, tetapi penambahan
hormon yang dapat ditemukan pada hampir
waktu dari 50 hari menjadi 60 hari tidak
seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini
meningkatkan keserempakan tumbuh, daya
mempengaruhi perkecambahan biji,
berkecambah maupun indeks vigor benih
perpanjangan batang, perluasan daun,
kelapa sawit. Perlakuan dry heat treatment
induksi bunga, perkembangan biji, dan
menyebabkan retaknya struktur kulit benih
pertumbuhan pericarp (Bewley dan Black,
kelapa sawit yang keras dan menciptakan
1994).

102
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

Tabel 1. Pengaruh mandiri waktu dry heat treatment dan konsentrasi giberelin terhadap
keserempakan tumbuh, daya berkecambah dan indeks vigor
Daya
Keserempakan
Perlakuan Berkecambah Indeks Vigor
tumbuh (%)
(%)
Lama Dry-Heat Treatment (h) :
h1 (40 Hari) 0,00 a 0,00 a 0,00 a
h2 (50 Hari) 44,44 b 67,78 b 5,67 b
h3 (60 Hari) 31,11 b 44,44 b 3,99 b
Konsentrasi giberelin (g) :
g1 (0 ppm) 10,00 a 22,22 a 1,48 a
g2 (100 ppm) 34,44 a 43,33 a 4,38 a
g3 (200 ppm) 31,11 a 46,67 a 3,69 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama ke arah kolom, tidak berbeda nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan 5 %.

Panjang Radikula dan Plumula glukosa. Semakin banyak ketersediaan


Hasil analisis menunjukkan bahwa giberelin, proses hidrolisis amilase juga
perlakuan lama dry heat treatment dan semakin cepat dan gula-gula sederhana
pemberian giberelin tidak memberikan yang dihasilkan juga semakin banyak.
pengaruh interaksi yang nyata terhadap Adanya cadangan energi yang tinggi dapat
peningkatan panjang radikula kelapa sawit, memacu pembelahan dan pemanjangan sel
namun memberikan pengaruh nyata jika sehingga pertumbuhan kecambah
dilihat pengaruhnya secara mandiri (Tabel meningkat, akibatnya kualitas kecambah
2). yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Perlakuan dry heat treatment Giberelin dalam konsentrasi yang rendah
menyebabkan struktur dari kulit benih sudah dapat mempengaruhi pertumbuhan
terbuka dan dapat menyerap air untuk dan perkembangan, namun pada
proses imbibisi dan berkecambah. konsentrasi yang tinggi tidak akan
Perkecambahan pada benih diatur oleh membawa pengaruh atau menyebabkan
sejumlah hormon yang kerjanya bertahap. respon negatif pada tanaman (Feurtado dan
Proses imbibisi air pada benih Kermode, 2007).
menyebabkan embrio memproduksi Salisbury dan Ross (1995)
giberelin. Giberelin mangaktifkan enzim menyatakan bahwa giberelin tidak hanya
hidrolitik yang berperan dalam pencernaan memacu perpanjangan batang tetapi juga
cadangan makanan di dalam benih. pertumbuhan seluruh bagian tumbuhan
Giberelin membantu mempercepat termasuk daun dan akar. Salah satu efek
hidrolisis amilase menjadi gula maltosa dan giberelin pada benih adalah mendorong

103
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

104
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

pemanjangan sel sehingga radikula dapat Park (2000) juga menunjukkan bahwa
menembus endosperm kulit biji atau kulit terjadi peningkatan perkecambahan
buah yang membatasi pertumbuhan. Koelreuteria paniculata yang sangat nyata
Giberelin akan merangsang sintesis auksin setelah diberi perlakuan dengan GA3, tetapi
yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
akar. Radikula merupakan calon akar yang perkecambahan pada perlakuan 100, 200
digunakan untuk menyerap unsur hara dan dan 300 ppm GA3.
mineral dari dalam tanah. Dari Tabel 2 Menurut Weaver (1982) asam
dapat dilihat bahwa lama dry heat treatment giberelat akan menstimulasi cell
40 hari belum dapat memecahkan dormansi elongation, karena adanya hidrolisis pati
benih kelapa sawit, sehingga plumula dan oleh α-amilase yang diaktifkan oleh asam
radikula belum muncul. Penambahan waktu giberelat. Sebagai akibat dari proses
dry heat treatment menjadi 50 dan 60 hari tersebut, maka konsentrasi gula meningkat
mampu memecahkan dormansi, tetapi yang mengakibatkan tekanan osmotik di
penambahan waktu dari 50 hari menjadi 60 dalam sel menjadi naik, sehingga ada
hari tidak dapat meningkatkan panjang kecenderungan sel tersebut berkembang.
plumula dan radikula. Perlakuan dry heat Dengan adanya cell elongation ini akan
treatment 50 hari menyebabkan menyebabkan peningkatan panjang
permeabilitas kulit biji terhadap air plumula dan radikula.
meningkat sehingga proses imbibisi juga
meningkat yang akhirnya dapat KESIMPULAN
menyebabkan benih berkecambah. Dari hasil percobaan dan pembahasan
Perlakuan giberelin dapat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
meningkatkan panjang plumula dan 1. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara
radikula, tetapi peningkatan konsentrasi perlakuan berbagai taraf lama dry heat-
giberelin dari 100 ppm menjadi 200 ppm treatment dan taraf konsentrasi giberelin
tidak meningkatkan panjang plumula dan terhadap pemecahan dormansi kelapa
radikula. Hal ini sejalan dengan hasil sawit
penelitian Nurshanti (2009) yang 2. Perlakuan dry heat treatment dengan
menyatakan bahwa perendaman benih lama 50 hari dapat meningkatkan
palem raja dengan larutan 100 ppm keserempakan tumbuh, daya
giberelin dapat meningkatkan tinggi bibit berkecambah, indeks vigor, panjang
atau panjang plumula yang akan tumbuh radikula dan panjang plumula.
menjadi daun. Hasil penelitian Rahman and Pemberian giberelin 100 ppm dapat

105
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 2, Oktober 2016

meningkatkan panjang radikula dan Lubis, A.U. 1993. Pengadaan Benih


Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
panjang plumula.
guineensis Jacq.). Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan. 65 hal.
DAFTAR PUSTAKA Nurshanti, D.F. 2009. Zat pengatur tumbuh
asam giberelin (GA3) dan pengaruh
Asra, R. 2014. Pengaruh hormon giberelin terhadap perkecambahan benih palem
(GA3) terhadap daya kecambah dan raja (Roystonea regia). Agronobis,
vigoritas Calopogonium caeruleum. 1(2): 71-77.
Biospecies, 7(1): 29-33.
Rahman, S. and Park IH. 2000. Effects of
Bewley, J.D., and Black, M. 1994. Seeds. scarification GA3 and chilling on the
Physiology of Development and germination of goldenrain-tree
Germination. Plenum Press, New (Koelreuteria Paniculata Laxm.).
York Seeds. Scientia Horticulturae 85:
Chaerani, H. 1992. Kajian kemunduran 319-324.
viabilitas benih kelapa sawit. Berita Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995.
Penelitian Perkebunan, 2(3):107- Fisiologi Tumbuhan, Biokimia
114.
Tumbuhan. Jilid 2. Penerjemah:
Feurtado, J.A, and A.R. Kermode. 2007. A Lukman, D.R. dan Sumaryono. ITB,
merging of paths: absisic acid and Bandung.
hormonal cross-talk in the control of Sutopo, L. 2002. Teknologi benih. Raja
seed dormancy maintenance and Grafindo Persada, Jakarta.
alleviation. In: Bradford, K and H.
Nonogaki (eds). Seed development Tigabu A, Oden PC .2001. Effect of
dormancy and germination. scarification gibberellic acid and
Blackwell, Oxford, U.K. temperature on seed germination of
two multipurpose Albizia species
Hartley, C. W. S. 1988. The oil palm. from Ethiopia. Seed. Science.
Longman Scientific and Technical Technology, 29: 11-20.
Publication. New York.
Weaver, R.J., 1982 Plant Growth Subtances
Kamil, J. 1979. Teknologi benih. Angkasa in Agriculture. W. H. Freeman and
Raya. Padang. Co. San Fransisco

106

Anda mungkin juga menyukai