Anda di halaman 1dari 7

KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

PEMANFAATAN KULIT JAGUNG (Zea mays) UNTUK PRODUKSI GLUKOSA


MENGGUNAKAN KAPANG Trichoderma sp.

[Utilization of Corn Husk (Zea mays) for Glucose Production Using Trichoderma sp.]

Saiful Safari1, Syaiful Bahri1*, Nurhaeni1

1)
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611

Diterima 2 Desember 2016, Disetujui 9 Januari 2017

ABSTRACT
This study uses corn husk for the production of glucose by fermentation with the fungus Trichoderma
sp. The aim is to determine the amount of Trichoderma sp. which is the best to produce the highest
glucose with a variety of heavy fungus are 6, 9, and 12 grams in 25 grams of flour corn
husk. Fermentation time variation 3, 4, and 5 weeks. Determination of the glucose level with DNS
method using UV-Vis spectrophotometry. The study design using RAL factorial consisting of two
factors, namely the weight of the fungus and fermentation time, each factor consists of 3 levels and is
done in duplicate.The results showed that high glucose levels obtained in the addition of 12 grams of
fungus and fermentation time 4 weeks with a glucose level of 21.72%.
Keywords: Corn husk, Trichoderma weight, Time of fermentation, Glucose

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan kulit jagung untuk produksi glukosa secara fermentasi dengan kapang
Trichoderma sp. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah Trichoderma sp. yang terbaik untuk
menghasilkan glukosa tertinggi dengan berbagai variasi berat kapang yaitu 6, 9, dan 12 gram dalam
25 gram tepung kulit jagung. Variasi waktu fermentasi 3, 4, dan 5 minggu. Penentuan kadar glukosa
dengan metode DNS menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Rancangan penelitian menggunakan
RAL pola faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu berat jamur dan waktu fermentasi, masing-masing
faktor terdiri atas 3 taraf dan dilakukan secara duplo. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar
glukosa tertinggi diperoleh pada penambahan kapang 12 gram dan waktu fermentasi 4 minggu
dengan kadar glukosa sebesar 21,72%.
Kata kunci : Kulit jagung, Berat Trichoderma, Waktu fermentasi, Glukosa.

*) Coresponding author: caniagos@yahoo.com

Saiful Safari dkk. 17


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG digunakan sebagai bahan bakar


Beberapa negara saat ini kendaraan bermotor (Hermiati, dkk, 2010).
menghadapi permasalahan serius berupa Salah satu biomassa yang dapat
terbatasnya jumlah bahan bakar fosil, diproses menjadi glukosa adalah tanaman
dilain pihak kebutuhan konsumen terus jagung. Berdasarkan data Badan Pusat
meningkat. Bahan bakar fosil yang Statistik (BPS) Sulawesi Tengah, jumlah
digunakan secara terus menerus akan produksi jagung Sulawesi Tengah tahun
berujung pada peningkatan pemanasan 2013 sebesar 139.265 ton pipilan kering.
global meningkat. Berdasarkan alas an Berdasarkan data tersebut, akan dapat
tersebut sehingga mendorong upaya menghasilkan limbah kulit jagung yang
untuk mengembangkan bahan bakar besar. Kandungan selulosa yang cukup
terbarukan dan juga konservasi energi. banyak yaitu sekitar 36,81% (Ningsih,
Salah satu bentuk dari energi terbarukan 2012).
adalah energi biomassa. Energi biomassa Selulosa merupakan senyawa
berasal dari bahan organik dan sangat polimer karbohidrat dari -1,4-D-glikosida,
beragam jenisnya. Tanaman dapat sehingga jika rantai dari polimer tersebut
digunakan sebagai sumber energi dipotong-potong maka akan dihasilkan
biomassa, selain itu sumber lainnya dapat molekul glukosa. Rantai selulosa dapat
berasal dari limbah, baik limbah pertanian diputus secara kimia maupun enzimatik
maupun limbah domestik (Gusmawarni, atau biasa dikenal dengan istilah
dkk, 2010). hidrolisis. Hidrlisis enzimatik pada
Biomassa dari tanaman terdiri senyawa selulosa umumnya
senyawa lignoselulosa dengan menggunakan enzim selulase yang
komponennya lignin, selulosa, dan dihasilkan oleh mikroba. Apabila
hemiselulosa. Ketersediaan biomassa dari dibandingkan dengan hidrolisis kimiawi,
tanaman yang cukup melimpah, sehingga hidrolisis secara enzimatik memerlukan
potensi sebagai salah satu sumber energi waktu yang lebih lama jika dilakukan pada
melalui proses konversi cukup besar. suhu kamar (Sukardati dkk, 2010).
Proses konversi tersebut dapat dilakukan Selulase secara komersial
secara biologi, kimia, ataupun fisika. diproduksi menggunakan mikroba.
Salah satu proses konversi biomassa Aspergillus niger, Trichoderma viride
menjadi sumber bahan bakar yang cukup adalah contoh dua jenis kapang yang
banyak diteliti, yaitu proses konversi dapat menghasilkan selulas, sedangkan
lignoselulosa menjadi bioetanol. Bioetanol bakteri yang dapat memproduksi selulase,
dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi yaitu golongan Pseudomonas sp.,
pada premium atau bensin yang Cellulomonas sp., dan Bacillus sp. Selain
dari beberapa contoh tersebut, salah satu

Saiful Safari dkk. 18


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

jenis mikroba yang potensial untuk dihancurkan kemudian diayak


dikembangkan dalam pembuatan enzim menggunakan ayakan 60 mesh.
selulase adalah kelompok kapang
Fermentasi
Trichoderma, misalnya Trichoderma viride
Tepung kulit jagung ditimbang
(Arnata, 2009).
sebanyak 25 g kemudian dimasukan ke
Sarjono, dkk (2012), menyatakan
dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 50
bahwa kadar glukosa dari eceng gondok
mL aquadest. Selanjutnya campuran
menggunakan Trichoderma viride pada
tersebut disterilisasi pada suhu 121
suhu 35 dengan waktu fermentasi 96
selama 25 menit, lalu sampel didinginkan
jam, diperoleh dengan kadar glukosa
selama 30 menit. Percobaan dilakukan
tertinggi 1,386 mg/L.
dengan variasi berat kapang trichoderma
METODE PENELITIAN sebanyak 6, 9, dan 12 gram. Kemudian
Bahan dan Peralatan sampel didiamkan selama 3, 4, dan 5
Bahan-bahan yang digunakan minggu. Setelah itu, setiap sampel
adalah limbah kulit jagung, Trichoderma, ditambahkan aquadest sebanyak 200 mL,
aquadest, aluminium foil, kapas, dan lalu disaring menggunakan kertas saring.
pereaksi DNS.
Penetapan Kadar Glukosa dengan
Alat yang digunakan adalah neraca Metode DNS (Modifikasi metode Daud,
analitik, Labu ukur 25 mL, ayakan 60 dkk, 2012)
mesh, kertas saring, Spektrofotometer a. Pembuatan pereaksi DNS
UV-Vis, autoclaf, batang pengaduk, Pereaksi DNS di buat dengan
Penangas air, Erlenmeyer, dan alat-alat melarutkan 0,265 g asam 3,5
gelas yang umum digunakan dalam dinitrosalisilat 0,495 g NaOH ke dalam
laboratorium kimia. 35,4 mL air destilat, kemudian
ditambahkan ke dalam larutan tersebut
Prosedur Penelitian
7,65 g natrium kalium tatrat, 0,19 mL fenol
Persiapan Tepung Kulit Jagung
(cairkan pada suhu C) dan 0,2075 g
Perlakuan awal terhadap kulit
natrium metabisulfit, campur merata.
jagung meliputi pencucian, pengeringan,
b. Penyiapan Kurva Standar
dan pengayakan. Bahan pengotor pada
Kurva standar dibuat dengan
kulit jagung seperti tanah, dan kotoran lain
mengukur absorbansi larutan glukosa
dihilangkan dengan cara dicuci. Hasil
standar pada panjang gelombang 550 nm.
pencucian selanjutnya dikeringkan
Larutan glukosa standar dibuat dengan
langsung di bawah sinar matahari. Kulit
cara melarutkan 110 mg glukosa
jagung kering kemudian digiling untuk
monohidrat dalam 100 mL aquadest,
mendapatkan ukuran kulit jagung yang
selanjutnya dari larutan tersebut
lebih kecil. Kulit jagung yang sudah

Saiful Safari dkk. 19


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

diencerkan sehingga diperoleh larutan Analisis glukosa hasil hidrolisis oleh


glukosa dengan konsentrasi ; 0, 10, 20, enzim selulase dilakukan dengan
30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 ppm. menghitung kadar gula reduksi
Masing-masing konsentrasi latutan menggunakan metode DNS (Miller, dalam
tersebut diambil sebanyak 1 mL dan di Amelia, 2012). 3,5-asam dinitrosalisilat
masukkan ke dalam tabung reaksi, (DNS) berupa senyawa aromatik akan
setelah itu ditambahkan 3 mL pereaksi bereaksi dengan gula reduksi pada
DNS dan tabung dipanaskan pada air sampel. Gugus aldehid bebas pada gula
mendidih selama 5 menit dan didinginkan pereduksi akan membentuk kompleks 3-
pada suhu ruang. Absorbansi masing- amino-5 dinitro asam salisilat yang
masing larutan diukur pada panjang berwarna dan dapat dideteksi dengan
gelombang maksimum 550 nm. spektrofotometer UV-Vis pada panjang
c. Penentuan Kadar Glukosa gelombang 550 nm.
Sebanyak 1 mL larutan gula hasil Untuk mengetahui berat jamur
hidrolisis dimasukkan ke dalam tabung terbaik terhadap serbuk kulit jagung yang
reaksi dan ditambahkan dengan 3 mL menghasilkan kadar glukosa tertinggi
pereaksi DNS, selanjutnya dipanaskan pada proses hidrolisis selulosa dilakukan
pada penangas air mendidih selama 5 dengan mencampurkan jamur dengan
menit kemudian didinginkan pada suhu substrat yang kemudian difermentasi
ruang. Larutan dipindahkan ke dalam selama 3, 4, dan 5 minggu. Berat jamur
kuvet, absorbansi diukur pada panjang divariasikan mulai dari 6, 9, dan 12 gram
gelombang maksimum 550 nm. Kadar sedangkan berat sampel yaitu 25 gram
gula ditentukan dengan menggunakan untuk masing-masing perlakuan. Hasil
persamaan regresi. yang diperoleh (Gambar 1) menunjukkan
bahwa kadar glukosa tertinggi (21,72 %)
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh pada berat jamur 12 gram
Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis dengan
dengan waktu fermentasi 4 minggu.
Pengaruh Berat Jamur
Grafik pada Gambar 1 menunjukan
Glukosa diperoleh melalui hidrolisis
bahwa semakin banyak jamur yang
selulosa menggunakan enzim yang
digunakan maka semakin tinggi kadar
dihasilkan oleh jamur Trichoderma. Jamur
glukosa yang dihasilkan dari proses
Trichoderma merupakan salah satu
hidrolisis selulosa pada serbuk kulit
mikroorganisme yang dapat memproduksi
jagung. Poedjiadi (1994) telah
enzim selulase dan enzim tersebut
mengemukakan bahwa konsentrasi enzim
berperan dalam hidrolisis selulosa dengan
sangat mempengaruhi kecepatan reaksi
memutus ikatan -1,4-D-glikosida yang
suatu enzim dengan substratnya. Selain
selanjutnya menghasilkan glukosa.
itu, dalam penelitian Yulianto dkk, (2009)

Saiful Safari dkk. 20


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

menunjukan bahwa semakin besar rasio kecepatan reaksi terhadap konsentrasi


enzim-substrat, semakin meningkat kadar enzim (Adhiyanto, dkk dalam Amelia,
glukosanya. Hal ini terjadi karena semakin 2012).
besar rasio enzim-substrat, maka
Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis dengan
tumbukan yang terjadi antar reaktan
Pengaruh Waktu Fermentasi
dengan enzim akan meningkat pula,
Untuk mengetahui pengaruh waktu
sehingga interaksi sisi aktif enzim dengan
fermentasi terhadap serbuk kulit jagung
substrat akan lebih sering terjadi.
yang menghasilkan kadar glukosa
25 tertinggi, diterapkan tiga tingkatan waktu
21.72
Kadar Glukosa (%)

20 17.82 18.64 fermentasi yaitu 3 minggu, 4 minggu, dan


13.8 15.38 17.9 5 minggu dengan berat jamur masing-
15
13.22 15.18 masing 6 gram, 9 gram dan 12 gram.
10 12.08
Hasil yang diperoleh (Gambar 2)
5
menujukan kadar glukosa tertinggi (21,72
0 %) ditemukan pada waktu fermentasi 4
6 9 12
Berat Jamur (g) minggu dengan berat jamur 12 gram.
3 minggu 4 minggu
25
Gambar 1 Grafik hubungan antara berat 21.72
Kadar Glukosa (%)

jamur dengan kadar glukosa yang 20 18.64 17.82 17.9


dihasilkan (%)
15.38
15 13.8 15.18
Produk yang dihasilkan dari reaksi 13.22
12.08
antara substrat dan enzim dipengaruhi 10
oleh kondisi dari konsentrasi enzim 5
maupun substrat. Pada keadaan
0
konsentrasi enzim meningkat sedangkan 3 4 5
konsentrasi substrat tetap atau jumlah Waktu Fermentasi (minggu)
molekul enzim lebih rendah dibandingkan 6 gram 9 gram
jumlah molekul substrat yang akan Gambar 2 Grafik hubungan antara waktu
dikatalisis, maka produk yang dihasilkan fermentasi dengan kadar glukosa
yang dihasilkan (%)
akan sebanding dengan jumlah substrat
Grafik di atas menunjukan bahwa
yang akan diubah oleh enzim menjadi
semakin lama waktu fermentasi semakin
produk. Bila jumlah enzim ditingkatkan
tinggi kadar glukosa, namun pada waktu
makin banyak substrat yang akan diubah
tertentu mengalami penurunan. Hal ini
menjadi produk hingga suatu ketika
sesuai dengan teori yang di kemukakan
jumlah enzim berlebih namun substrat
oleh Da Silva dalam Sari, dkk (2014)
habis. Akibatnya penambahan jumlah
menyatakan bahwa sistem pemecahan
enzim tidak akan mengubah grafik

Saiful Safari dkk. 21


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

selulosa menjadi glukosa terdiri dari tiga banyak yang terhidrolisis sehingga
jenis selulase yaitu endo-beta1,4- glukosa yang dihasilkan cenderung
glukanase, eksobeta-1,4-glukanase, dan menurun atau konstan.
beta-glukosidase. Pada akhir hidrolisis Safaria dkk, (2013) menemukan hal
enzimatis terjadi penurunan gula yang sama dalam penelitiannya,
pereduksi total yang diduga terjadi karena peningkatan konsentrasi glukosa yang
tingginya gula pereduksi total yang dihasilkan pada waktu hidrolisis 6 jam.
terbentuk pada substrat telah terjadi Hasil tersebut menindikasikan terjadi
feedback inhibition atau aktivitas enzim interaksi tang tinggi antara enzim selulase
selulase terhambat dalam memproduksi dengan substratnya. Enzim selulase yang
gula pereduksi. berinteraksi dengan selulosa selanjutnya
Khairunnisah, dkk (2013) juga membentuk kompleks enzim-substrat (ES)
melakukan penelitian tentang produksi dan menghasilkan produk glukosa.
bioetanol dari ampas sagu (Metroxylon Semakain lama interaksi yang terjadi
sp) melalui proses pretreatment dan antara enzim dengan substrat akan
metode simultaneous saccharification memaksimalkan reaksi yang terjadi
fermentation (SSF). Proses sakarifikasi sehingga glukosa yang dihasilkan akan
dilakukan dengan delapan variasi waktu memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
yaitu 0, 30, 45, 60, 75, 90, 105 dan 120
KESIMPULAN
menit. Hasilnya menunjukan bahwa lama
Berdasarkan hasil penelitian yang
sakarifikasi yang optimum terdapat pada
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
waktu 75 menit dengan konsentrasi
berat jamur 12 gram merupakan kondisi
glukosa tertinggi 882,50 g/mL. Pada
fermentasi terbaik untuk hidrolisis selulosa
waktu 0 hingga 75 menit jumlah substrat
dengan kadar glukosa sebesar 21,72 %.
ampas sagu masih cukup banyak
Waktu optimum untuk menghasilkan
sehingga dengan semakin lamanya waktu
kadar glukosa tertinggi yaitu 4 minggu
hidrolisis, glukosa yang dihasilkan juga
dengan kadar glukosa sebesar 21,72 %.
meningkat selain itu juga dapat
Perlu dilakukan penelitian lebih
disebabkan gula sebagai sumber nutrisi
lanjut untuk mengetahui kondisi optimum
masih banyak tersedia sehingga
dari penambahan berat jamur trichoderma
memungkinkan peningkatan kerja enzim
untuk menghidrolisis selulosa pada serbuk
untuk terjadi peningkatan kadar glukosa,
kulit jagung.
namun pada waktu 80 hingga 120 menit
mengalami penurunan kadar glukosa DAFTAR PUSTAKA
dikarenakan semakin lamanya waktu Amelia A. 2012. Pengaruh Variasi
Konsentrasi Enzim Dan Substrat
hidrolisis jumlah substrat ampas sagu Terhadap Sakarifikasi Limbah
akan semakin berkurang karena telah Pengolahan Kertas Menggunakan

Saiful Safari dkk. 22


KOVALEN, 3(1): 17 - 23, April 2017 ISSN: 2477-5398

Enzim Selulase Dari Bacillus sp. III Teknik Kimia Fakultas Teknik
BPPT CC RK2. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Diponegoro.
Program Studi Farmasi Fakultas
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Jakarta: UI-Press.
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Safaria S., Idiawati, N., dan Marlissa, T.
2013. Efektivitas Campuran Enzim
Arnata, I Wayan. 2009. Pengembangan
Selulase Dari Aspergillus Niger Dan
Alternatif Teknologi Bioproses
Trichoderma Reesei Dalam
Pembuatan Bioetanol dari Ubi Kayu
Menghidrolisis Substrat Sabut
Menggunakan Trichoderma Viride,
Kelama. JKK, 2 (1): 46-51.
Aspergillus Niger dan
Saccharomyces Cerevisiae. [Tesis]. Sari R. N., Utomo, B. S. B., Tambunan, A.
Bogor: Sekolah Pascasarjana H. 2014. Kondisi Optimum Produksi
Bioetanol Dari Rumput Laut Coklat
Institut Pertanian Bogor.
(Sargassum duplicatum)
Daud. M., Safii, W., Syamsu, K., 2012. Menggunakan Trichoderma viride
Biokonversi Bahan Berlignoselulosa dan Pichia angophorae. JPB
Menjadi Bioetanol Menggunakan Perikanan, 9 (2): 121-132.
Aspergillus niger dan Sarjono P. R., Mulyani, N. S., dan Setyani,
Sacchamromyces cereviciae. Jurnal W. S. 2012. Kadar Glukosa Dari
Perennial, 8 (2) : 43-51. Hidrolisis Selulosa Pada Eceng
Gondok Menggunakan Trichoderma
Gusmawarni S.R., Budi, M.S.P., Sediawan,
viride Dengan Variasi Temperatur
W.B., Hidayat, M. 2010. Pengaruh
dan Waktu Fermentasi. Molekul, 7
Perbandingan Berat Padatan dan
(2): 163-171.
Waktu Reaksi Terhadap Gula
Pereduksi Terbentuk pada Hidrolisis Sukardati S., Kholisoh, S.D., Prasetyo, H.,
Bonggol Pisang. Jurnal Teknik Kimia Santoso, W, P., dan Mursini, T.
Indonesia, 9 (3): 77-82. 2010. Produksi Gula Reduksi Dari
Sabut Kelapa Menggunakan Jamur
Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti,
Trichoderma reesei. Pengembangan
T.C., Suparno, O., Prasetya, B.
Teknologi Kimia untuk Pengolahan
2010. Pemanfaatan Biomassa
Sumber Daya Alam Indonesia.
Lignoselulosa Ampas Tebu untuk
Prosiding Seminar Nasional Teknik
Produksi Bioetanol. Jurnal Litbang
Kimia Kejuangan; Yogyakarta, 26
Pertanian, 29 (4): 121-130
Januari 2010. Yogyakarta: UPN
Khairunnisah, Salim, M., Mardiah, E., Veteran Yogyakarta. hlm D13-1
2013. Produksi Bioetanl Dari Ampas D13-7.
Sagu (Metroxylon sp) Melalui
Yulianto M. E., Diyono, I., Hartati, I.,
Proses Pretreatment Dan Metoce
Rustam S. N., dan Fiqih, P. J. 2009.
Simultaneous Saccarification
Pengembangan Hidrolisis Enzimatis
Fermentation (SSF). Jurnal Kimia
Biomassa Jerami Padi Untuk
Unand. 2(4):63-68.
Produksi Bioetanol. Rekayasa
Ningsih, E. R., 2012. Uji Kinerja Digester Aplikasi Perancangan dan Industri.
Pada Proses Pulping Kulit Jagung Simposium Nasional RAPI VIII;
Dengan Variabel Suhu Dan Waktu Surakarta, 17 Desember 2009.
Pemasakan. [Tugas Akhir]. Surakarta: Fakultas Teknik UMS.
Semarang: Program Studi Diploma hlm K-66 K-73.

Saiful Safari dkk. 23

Anda mungkin juga menyukai