Anda di halaman 1dari 9

Tugas Mata Kuliah Teknologi Bioproses Pangan dan Hasil Pertanian

Produksi Enzim Selulase dari Trichoderma ressei dengan Substrat


Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik pada Produksi
Bioetanol

Disusun Oleh :

Nama : Winda Sari

NIM : 171710101074

Kelas : THP - B

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Produksi Enzim Selulase dari Trichoderma ressei dengan
Substrat Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik
pada Produksi Bioetanol

1. Jenis dan Sifat Mikroorganisme


Mikroorganisme penghasil selulase umumnya merupakan pengurai
karbohidrat dan tidak dapat memanfaatkan protein atau lipid sebagai sumber
energi. Tidak semua mikroorganisme yang dapat menggunakan selulosa sebagai
sumber energi menghasilkan kompleks enzim selulase yang lengkap. Hanya
beberapa strain yang dapat menghasilkan kompleks enzim selulase yang terdiri
dari tiga komponen utama yaitu endo-β-glukanase, ekso-β-glukanase, dan β-
glukosidase. Fungi jenis Trichoderma reesei dapat menghasilkan endo-ß-1,4-
glukanase dan ekso-ß-1,4-glukanase sampai dengan 80% tetapi ß-
glukosidasenya rendah (Martins et al, 2008).
Mikroba yang digunakan secara komersial untuk produksi enzim selulase
umumnya terbatas pada T. reesei, H. insolens, A. niger, Thermomonospora
fusca, dan Bacillus sp. Hal ini diperkuat dalam literatur lain yang menyatakan
bahwa enzim selulase dapat diproduksi dari mikroba selulotik baik kapang
maupun bakteri, kapang selulotik yang biasa digunakan dari jenis Trichoderma,
Aspergillus, dan Penicillium, sedangkan bakteri yang bisa menghasilkan selulase
adalah Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus, Micrococcus, Cellovibrio, dan
Sporosphytophaga. Diantara semua jenis kapang selulotik, Trichoderma reesei
adalah kapang yang paling banyak diteliti karena mampu mensekresikan selulase
sekitar 80% (Lynd et al., 2002 dalam Wahyuningtyas et al., 2013).
Genus Trichoderma mencakup kelompok ascomycetes yang digunakan
secara luas dalam industri karena kemampuannya menghasilkan enzim hidrolase
ekstraselular untuk degradasi lignoselulosa dalam jumlah besar (Safaria et al.,
2013). Trichoderma reesei yang dikenal juga sebagai Hypocrea jecorina yang
merupakan fungi mesofilik dengan kemampuan tinggi menghasilkan enzim
selulase secara efisien. Strain industrial dari Trichoderma reesei mampu mencapai
produksi protein ekstraselular hingga 100 g/L (Ahamed, 2008). Keunggulan lain
dari Trichoderna reesei adalah mudah dan murah dikultivasi, tergolong
mikroorganisme yang aman karena tidak bersifat patogen dan tidak
menghasilkan micotoxin atau antibiotik. Enzim selulase yang dihasilkan juga
resisten terhadap inhibitor kimia dan stabil di dalam reaktor tangki berpengaduk
pada pH 4,8 suhu 50⁰C selama 48 jam atau lebih. Kelemahannya adalah
Trichoderma reesei tidak menghidrolisis lignin dan selulase yang dihasilkan,
sehingga memiliki aktivitas spesifik yang rendah, terinhibisi oleh produk,
mengandung sedikit selobiase, dan mengalami inaktivasi pada temperatur di atas
50⁰C (Sukadarti et al., 2010).
Trichoderma reseei merupakan organisme selulolitik yang mampu
mensekresi sejumlah besar enzim selulolitik dan Trichoderma reesei ini
merupakan fungi yang berfilamen. Tiga jenis selulase bertindak dalam
hubungannya satu dengan yang lain secara efektif untuk mengkonversi selulosa
menjadi glukosa. Endo-β-1,4-glukonase secara acak membelah ikatan dalam
pada bagian amorf dari rantai selulosa dan memperlihatkan akhir rantai untuk
membuat target baru untuk set kedua enzim, yaitu selobiohidrolase. Enzim ini,
pada gilirannya, menghidrolisis baik kristal dan selulosa amorf dari mengurangi
dan tidak mengurangi hingga membebaskan selobiosa yang kemudian dibelah
menjadi glukosa oleh set ketiga enzim, yaitu β-glukosidase. Trichoderma reesei
jamur berfilamen yang dapat menghasilkan endoglukanase dan eksoglukanase
sampai 80% tetapi β-glukosidasenya lebih rendah sehingga produk utama
hidrolisisnya bukan glukosa melainkan selobiosa. Sistem selulolitik ekstraseluler
dari Trichoderma reesei terdiri dari 60-80% cellobiohydrolases atau
glucanasesexo, 20-36% endoglukanase, dan1% β-glukosidases, dan ketiga
enzim bertindak secara sinergis untuk mengkonversi selulosa menjadi glukosa
(Anwar et al., 2010).

2. Jenis dan Sifat Produk/Metabolit


Metabolit sekunder adalah senyawa alami dengan berat molekul rendah
(<3 kDa), yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang disintesis
dari metabolit primer (Vinale et al., 2014 dalam Harni et al., 2017). Metabolit
sekunder Trichoderma sp. dapat berupa senyawa antibiotik, enzim, toksin, dan
hormon. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Trichoderma sp. di antaranya
adalah viridins, kininginins, cytosperone, trichodermol, manitol, dan 2-
hidroksimalonate acid (Vinale et al., 2014 dalam Harni et al., 2017). Enzim
yang terdapat di dalam metabolit sekunder Trichoderma sp. di antaranya adalah
protease, selulase, selobiase, kitinase, dan 1,3-ß-glukanase (Soetanto, 2008;
Dubey, Tripathi, Dureja, & Grover, 2011 dalam Harni et al., 2017).
Produksi enzim selulase yang merupakan metabolit sekunder dari
Trichoderma reesei. Enzim selulase merupakan enzim ekstraseluler yang
diproduksi di luar sel mikroorganisme selulolitik. Interaksi antara substrat
selulosa (S) dan enzim selulase (E) akan membentuk kompleks enzim substrat
(ES) dan menghasilkan glukosa (P) sebagai produk akhir sesuai dengan reaksi
berikut:

Sumber nutrisi yang diperlukan oleh fungi terdiri dari unsur C, N dan
mineral dengan perbandingan tertentu. Trichoderma reesei merupakan fungi.
Sumber karbon diperoleh dari substrat yang digunakan yaitu sabut kelapa.
Karbon berfungsi sebagai unsur utama dalam pembentukan sel (Safaria et al.,
2013). Urea atau CO(NH2)2, dan amonium sulfat atau (NH4)2SO4 merupakan
sumber nitrogen yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
sekresi enzim. Sedangkan magnesium dan kalsium diperlukan sebagai
pengendapan senyawa-senyawa kimia yang dapat menganggu pertumbuhan
jamur Trichoderma reesei (Taufik, 1992 dalam Safaria et al., 2013). Magnesium
berfungsi sebagai kofaktor dalam mengatur jumlah enzim yang terlibat dalam
reaksi (Gandjar, 2006).
3. Lokasi Produksi Metabolit atau Enzim
Produksi enzim selulase yang merupakan metabolit sekunder dari
Trichoderma reesei. Enzim selulase merupakan enzim ekstraseluler yang
diproduksi di luar sel mikroorganisme selulolitik, termasuk Trichoderma reesei
(Safaria et al., 2013).

4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pertumbuhan Mikroba dan


Produksi Metabolit/Enzim
a. Mekanisme Produksinya/Kerja Enzim
Pada penelitian Wahyuningtyas et al. (2013), substrat yang digunakan
untuk memproduksi enzim selulase dari Trichoderma reesei ini berasal dari
bubuk jerami padi yang telah lolos ayakan 100 mesh. Mekanisme produksi
enzim selulase dari Trichoderma reesei ini di mana substrat diinkubasi bersama
Trichoderma reesei selama 4, 6, dan 8 hari pada suhu 27⁰C, 30⁰C, dan 35⁰C
dengan variasi pH media cair sebesar 4, 5, dan 6.
Untuk teknik pemanenan enzim selulase ini, dalam Wahyuningtyas et al.
(2013), memanen enzim selulase dengan sistem sentrifugasi menggunakan
sentrifuge. Proses sentrifugasi ini dilakukan dengan kecepatan 4000 rpm dalam
waktu 30 menit. Cairan enzim (supernatant) yang didapat kemudian disaring
menggunakan kertas saring agar dapat terpisah dengan padatan residu.
b. Model Fermentasi
Kebanyakan fermentasi yang dilakukan untuk memproduksi enzim
selulase dari Trichoderma reesei ini menggunakan media cair yang diinkubasi.
Seperti yang dijelaskan di atas, pemanenannyapun menggunakan cara
sentrifugasi dengan sentrifuge kecepatan 4000 rpm dalam waktu 30 menit.
Namun, menurut Larasati et al,. (2015), produksi enzim selulase menggunakan
bahan baku jerami padi melalui proses fermentasi. Metode fermentasi alternatif
yang digunakan adalah fermentasi fasa padat atau Solid State Fermentation
(SSF). Metode SSF adalah proses fermentasi di mana mikroorganisme tumbuh
pada bahan padat tanpa adanya cairan. Kelebihan dari metode SSF diantaranya
adalah meminimalisir kontaminasi dari bakteri atau kapang lain akibat kadar air
yang rendah, kondisi media yang mirip dengan habitat fungi, komposisi media
yang relatif sederhana serta biaya produksi yang lebih murah.
c. Faktor Pertumbuhan Mikroba
Media merupakan hal penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada
penelitian yang serupa, Trichodermas reesei dapat berperan sebagai
biodekomposer karena mampu memanfaatkan bahan-bahan organik, yaitu
substrat jerami padi yang mengandung selulosa sebagai sumber karbon dan
energi untuk kebutuhan hidupnya (Widyastuti et al., 2001 dalam Gusnawaty HS
et al., 2017).
d. Faktor Produksi Metabolit
Enzim selulase yang dihasilkan dari penelitian Wahyuningtyas et al.
(2013) ini berupa cairan berwarna coklat pekat dan baunya sangat menyengat
menyerupai cairan di dalam rumen sapi. Dalam penelitian ini, dilakukan uji
aktivitas enzim selulase yang dihasilkan yang dipengaruhi oleh suhu, pH, dan
waktu inkubasi.
Pada penelitian Wahyuningtyas et al. (2013), enzim selulase yang
memiliki aktivitas terbesar yaitu pada perlakuan suhu 35⁰C, pH media 6, dan
waktu inkubasi selama 8 hari. Selain uji aktivitas enzim, penelitian
Wahyuningtyas et al. (2013) juga menguji kadar protein yang merupakan
indikator jumlah mikroba yang terkandung did lam enzim. Berdasarkan
penelitian ini, kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 35⁰C, pH
media 6, dan waktu inkubasi selama 8 hari.
Berikut ini grafik aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh
Trochoderma reesei dalam penelitian Wahyuningtyas et al. (2013)
5. Structure Function Relationship dari Substrat atau Produk atau
Metabolit (Hubungan Struktur dan Sifat Fungsional)
Pada penelitian Wahyuningtyas et al. (2013), substrat yang digunakan
yaitu dari jerami padi. Menurut Larasati et al., (2015) produksi enzim selulase
merupakan enzim yang dihasilkan dari proses fermentasi jerami padi (fasa padat)
akibat metabolism Trichoderma sp. Proses fermentasi ini merupakan proses
dekomposisi untuk menghilangkan kandungan lignin yang ada di dalam jerami
padi, di mana ikatan silang dari struktur aromatik lignin dapat memperlambat
penetrasi oleh enzim, sehingga mempengaruhi proses hidrolisis. Selain itu,
enzim selulase digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulp dan
kertas. Enzim selulase juga digunakan dalam pengolahan kopi dan terkadang
digunakan dalam industri farmasi sebagai zat untuk membantu sistem
pencernaan. Enzim selulase juga dimanfaatkan dalam proses fermentasi dari
biomassa menjadi biofuel, seperti bioetanol.
DAFTAR PUSTAKA

Ahamed, A. P. Vermette. (2008). Culture-based Strategies to Enhance Cellulase


Enzyme Production from Trichoderma reesei RUT-C30 in Bioreactor
Culture Conditions. Biochemical Engineering Journal 40, 399–407.

Anwar, N., Widjaja, A., & Winardi, S. (2011). Peningkatan Unjuk Kerja
Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi Menggunakan Campuran Selulase
Kasar dari Trichoderma reesei dan Aspergillus niger. Makara Journal
of Science.

Anita, S. S. N. I. T. (2013). Efektivitas Campuran Enzim Selulase dari


Aspergillus niger dan Trichoderma reesei dalam Menghidrolisis
Substrat Sabut Kelapa. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 2(1).

Gandjar, I. (2006). Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia.

Gusnawaty HS, Muhammad Taufik, La Ode Santiaji Bande, dan Agus Asis.
2017. Efektivitas Beberapa Media Untuk Perbanyakan Agen Hayati
Trichoderma sp. J. HPT Tropika Vol. 17, No. 1: 70 – 76.

Hamawi, M. (2015). Uji Metabolit Sekunder Trichoderma sp. Sebagai


Antimikrobia Patogen Tanaman Pseudomonas solanacearum Secara
In Vitro. Gontor AGROTECH Science Journal, 2(1), 19-30.

Harni , Rita., Widi Amaria, Syafaruddin, dan Anis Herliyati Mahsunah. (2017).
Potensi Metabolit Sekunder Trichoderma spp. Untuk Mengendalikan
Penyakit Vascular Streak Dieback (Vsd) Pada Bibit Kakao. Jurnal
Tanaman Industri dan Penyegar, Volume 4, Nomor 2, Halaman 57-
66.

Kodri, K., Argo, B. D., & Yulianingsih, R. (2013). Pemanfaatan Enzim Selulase
dari Trichoderma reseei dan Aspergillus niger sebagai Katalisator
Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi dengan Pretreatment Microwave.
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 1(1).

Larasati, T. R. D., N. Mulyana, M. Anggriawan, dan Y. Effendi. 2015. Produksi


Enzim Selulase Oleh Fungi Selulotik yang Diradiasi Sinar Gamma
dalam Fermentasi Jerami Padi. Jurnal Sains Materi Indonesia Vol.
16, No. 3, hal. 139-147.
Martins, L.F., D. Kolling, M. Camassola, A.J.P. Dillon, L.P. Ramos. 2008.
Comparison of Penicillium echinulatum and Trichoderma reesei
Cellulases in Relation to Their Activity Against Various Cellulosic
Substrates. Bioresource Technology, 99, 1417–1424.

Safaria, Selviza., Nora Idiawati, dan Titin Anita Zaharah. (2013). Efektivitas
Campuran Enzim Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma
reesei dalam Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK, volume 2
(1), halaman 46-51.

Sukadarti, S., Kholisoh, S. D., Prasetyo, H., Santoso, W. P., dan Mursini, T.
(2010). Produksi Gula Reduksi dari Sabut Kelapa Menggunakan
Jamur Trichoderma reesei. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, Yogyakarta.

Wahyuningtyas, P., Argo, B. D., & Nugroho, W. A. (2013). Studi Pembuatan


Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reesei dengan Substrat
Jerami Padi Sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik Pada Produksi
Bioetanol. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai