B. Dasar Teori
Kemiri (Aleurites moluccanaWild) atau candle nut adalah salah satu tanaman
industri yang tersebar di daerah tropis dan subtropis (Atjung, 1982). Kemiri dapat tumbuh
di berbagai tempat sehingga membuat produksi kemiri dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia.
Tanaman kemiri merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak kegunaan,
namun selama ini penggunaannya di Indonesia masih terbatas. sementara jenis tanaman
ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti di bidang farmasi dapat di
manfaatkan sebagai obat kulit dan bisul, di bidang industri dimanfaatkan sebagai bahan
dasar cat, pernis dan pengawet kayu, dan di bidang kecantikan untuk menyuburkan dan
menghitamkan rambut.
Biji kemiri mengandung senyawa trigliserida, triterpenoid, protein, asam amino,
asam oleat, asam lemak linoleat, asam lemak linolenat, asam palmitat dan asam stearat.
Disamping itu, biji kemiri juga mengandung minyak yang cukup tinggi. Biji kemiri
mengandung kadar minyak yang tinggi yaitu 55-66% . Minyak biji kemiri dapat
diperoleh melalui proses ekstraksi di antaranya metode pengepresan, solvent extraction,
dan maserasi. Salah satu tahap penting dalam ekstraksi minyak adalah pemanasan biji.
Pemanasan biji akan mempengaruhi rendemen dan sifat fisiko kimia, sehingga
menentukan mutu minyak yang dihasilkan. Metode maserasi dapat digunakan untuk
pengambilan minyak.
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah
atau tanpa adanya proses pemanasan. Maserasi digunakan untuk mengekstrak sampel
yang relatif tidak tahan panas. Metode ini dilakukan hanya dengan merendam sampel
dalam suatu pelarut dalam jangka waktu tertentu, biasanya dilakukan selama 24 jam
tanpa menggunakan pemanasan. Metode ini dilakukan dengan memasukkan sampel dan
pelarut yang sesuai ke dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan
dan pelarut, dan ukuran partikel.
Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada prosesnya,
namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan yaitu proses ekstraksi
kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi kurang terlarut dengan sempurna.
Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi suhu untuk mengetahui perlakuan suhu agar
mengoptimalkan proses ekstraksi (Ningrum, 2017). Kelarutan zat aktif yang diekstrak
akan bertambah besar dengan bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu
ekstraksi juga perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada bahan yang sedang diproses.
C. Tujuan
Untuk mendapatkan minyak dari biji-bijian dengan cara perendaman menggunakan
metode maserasi.
Bahan:
- Biji kemiri 200 gram
- Pelarut Hexan/eter
E. Langkah Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
2. Dimasukkan biji kemiri ke dalam alat penumbuk sedikit demi sedikit, kemudian
ditumbuk kasar
3. Dipindahkan hasil tumbukan kasar ke dalam gelas ukur
4. Ditambahkan pelarut hexan/eter kedalam gelas ukur dengan perbandingan sampel
: bahan (1:5)
5. Ditutup menggunakan plastik wrap dan didiamkan
6. Ditutup setiap beberapa menit sekali dan di tutup rapat kembali menggunakan
plastik wrap
7. Didiamkan kembali
8. Disaring dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam erlenmeyer menggunakan
corong
9. Dipanaskan hasil saringan di hot plate hingga n-hexan nya habis dan hanya tersisa
sampel/minyak lemaknya
G. Kesimpulan
- Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berat minyak
yang dihasilkan pada 200 gram biji kemiri adalah 26,6 gram dan rendemen akhir
yang dihasilkan sebanyak 13,3%.
- Metode maserasi dapat digunakan pada senyawa yang tidak tahan panas.
Daftar Pustaka
Nababan, J., Sahrial, S., & Sari, F. P. 2019. Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap
Rendemen Dan Mutu Minyak Biji Kemiri (Aleurites Moluccana) Dengan Metode
Maserasi Menggunakan Pelarut Heksana. In Seminar Nasional Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal (Pp. 368-376).
Sarah, C., Wartini, N., & Lutfi, S. 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap
Karakteristik Ekstrak Daun Bidara. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. Vol. 7, No. 4, 551-560.
Teha, A. (2021). Studi Perbandingan Antara Minyak Kemiri Hasil Pemurnian Dengan
Minyak Kemiri Komersial Dan Minyak Kemiri Tradisional Untuk Minyak
Rambut (Doctoral Dissertation, Repositori Universitas Tribuana (Untrib)
Kalabahi).
Lampiran