Anda di halaman 1dari 11

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences Maret, 2020

Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 4, No. 1, Hal. 34-44


P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v4i1.323

Pengaruh Cara Pengeringan Nilam (Pogostemon cablin Benth.)


Pada Penyulingan Terhadap Hasil Minyak Nilam
Author(s): Aditya Ardianto (1)*; Siti Humaida (1)
(1)
Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
* Corresponding author: adityaardianto1@gmail.com

ABSTRAK
Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan tanaman nilam disebut minyak nilam. Minyak nilam Kata Kunci:
berperan penting sebagai bahan baku dalam industri pewangi dan kosmetika. Indonesia setiap
tahun memasok minyak nilam dari 70% - 90% kebutuhan dunia. Namun petani khawatir terhadap Minyak Nilam;
harga minyak nilam yang fluktuatif. Sehingga perlu upaya peningkatan rendemen minyak nilam
guna menekan harga pokok produksi agar resiko kerugian dapat diminimalisir. Alternatif Penyulingan;
meningkatkan rendemen adalah dengan memperbaiki cara pengeringan nilam. Penelitian ini Cara
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan cara pengeringan nilam dan mengetahui
Pengeringan;
perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap minyak nilam. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan PT. Tarutama Nusantara. Penelitian dilaksanakan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Faktor yang digunakan yaitu
perbedaan cara pengeringan dengan 6 taraf yang terdiri dari kering angin selama 9 hari (P0), kering
matahari selama 1 jam diikuti kering angin selama 9 hari (P1), kering matahari selama 2 jam diikuti
kering angin selama 9 hari (P2), kering matahari selama 3 jam diikuti kering angin selama 9 hari
(P3), kering matahari selama 4 jam diikuti kering angin selama 9 hari (P4), kering matahari selama
5 jam diikuti kering angin selama 9 hari (P5) dan 4 ulangan menggunakan penyulingan metode uap
dan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa perbedaan durasi penjemuran
bahan dengan sinar matahari berpengaruh nyata terhadap rendemen bahan dan berpengaruh tidak
nyata terhadap kadar air, volume minyak, berat minyak dan rendemen minyak nilam. Minyak nilam
berwarna kuning dan kadar patchuoli alkohol semua perlakuan di atas 30% sehingga sesuai dengan
SNI. Perlakuan terbaik adalah metode pengeringan kering angina selama 9 hari.

ABSTRACT
Keywords: Patchouli oil is essential oil which obtained from distillation of patchouli plants. Patchouli oil have
an important role in the fragrance and cosmetics industry as raw material. Indonesia supplies 70%
Patchouli Oil; - 90% of the world's needs every year. The farmers worrying about the fluctuating price of
patchouli oil. It is necessary to increase the yield of patchouli oil to reduce the cost of production
Distillation; so that the risk of loss can be minimized. An alternative way to increase yield is to improve
Drying Method patchouli drying method. The study aims to determine the effect of patchouli drying treatment and
find out the treatment which gives the best results on patchouli oil. The research was conducted at
the Research and Development Laboratory of PT. Tarutama Nusantara. This research was
conducted using non factorial Randomized Block Design (RBD). The factors used were the
differences in the way of drying with 6 levels consisting of 9 days wind drying (P0), 1 hour sun
drying followed by 9 days wind drying (P1), 2 hours sun drying followed by 9 days wind drying
(P2), 3 hours sun drying followed by 9 days wind drying (P3), 4 hours sun drying followed by 9
days wind drying (P4), 5 hours sun drying followed by 9 days wind drying (P5) and 4 repetitions
using Steam and water distillation methods. The results showed that differences treatment in
materials drying duration with sun drying had a significant effect on the yield of material and had
no significant effect on water content, oil volume, oil weight and yield of patchouli oil. Patchouli
oil was yellow and the alcohol levels were all above 30% which meets standard of Patchouli oil
accordance to SNI (Indonesian Standardization). The best treatment was drying for 9 days by the
drying wind method.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 34


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

PENDAHULUAN per hari selama 5 jam. Penelitian lain


Minyak atsiri yang diperoleh dari menyatakan bahwa kadar minyak tertinggi
proses penyulingan daun, batang dan (6,39%) pada daun nilam diperoleh melalui
cabang tanaman nilam (Pogostemon cablin pengeringan dengan cara dijemur selama 2
Benth.) disebut minyak nilam. Minyak jam dan diikuti dengan kering angin selama
nilam memiliki peranan yang penting 9 hari (Sahwalita dan Herdiana, 2015).
dalam industri pewangi dan kosmetika Untuk mengetahui cara pengeringan yang
sebagai bahan baku karena sifat-sifat yang terbaik guna memperoleh rendemen yang
dimilikinya. Negara penghasil minyak maksimal perlu dilakukan penelitian
nilam terbesar di dunia adalah Indonesia mengenai cara pengeringan dengan
yang setiap tahunnya memasok 70%-90% mengkombinasikan antara pengeringan
kebutuhan dunia (Santoso, 1990). dengan panas matahari dan kering angin.
Harga minyak nilam yang fluktuatif
bila dibandingkan dengan harga minyak BAHAN DAN METODE
atsiri lain membuat petani khawatir dalam Pelaksanaan penelitian pengaruh
memproduksi minyak nilam secara cara pengeringan nilam (Pogostemon
berkelanjutan. Penyebab kekhawatiran cablin Benth.) pada penyulingan terhadap
petani akan kerugian dalam kegiatan hasil minyak nilam dilaksanakan pada
produksi minyak nilam adalah apabila bulan September sampai dengan bulan
harga pokok produksi yang tidak terbayar Oktober 2018 di Laboratorium Penelitian
ketika harga nilam sedang tidak bagus. dan Pengembangan PT. Tarutama
Upaya peningkatan rendemen minyak Nusantara (TTN).
nilam penting guna mengganti harga pokok Alat yang digunakan dalam
produksi minyak nilam sehingga resiko penelitian adalah alat penyulingan metode
dan kekhawatiran petani akan kerugian kukus, parang/golok, oven listrik, cawan
dapat diminimalisir. porselen + tutup, desikator, timbangan
Salah satu penyebab rendahnya analitik, kompor dan tabung gas LPG, dan
rendemen nilam yang utama yakni ketidak- gelas ukur.
tepatan dalam melakukan pengeringan Bahan yang digunakan dalam
nilam. Pengeringan yang dilakukan oleh penelitian adalah nilam segar, air, karung
petani umumnya dengan panas matahari plastik, tali tambang plastik, tali rafia,
hingga kadar air nilam 11-12%. terpal plastik, gas LPG, botol kaca, kertas
Pengeringan dengan panas matahari label, dan alat tulis.
memicu terjadinya kehilangan minyak Penelitian dilaksanakan
atsiri yang lebih besar akibat penguapan menggunakan metode Rancangan Acak
yang terlalu tinggi sehingga minyak yang Kelompok (RAK) non faktorial. Faktor
terkandung ikut teruapkan bersama dengan yang digunakan yaitu perbedaan cara
air dalam daun (Dinas Perkebunan Provinsi pengeringan terhadap hasil minyak nilam
Jawa Timur, 2013). dengan 6 taraf perlakuan. Perlakuan
Metode pengeringan daun nilam pengeringan terdiri dari (P0) Kering angin
secara sederhana dapat dilakukan dengan selama 9 hari, (P1) Pengeringan dengan
cara pengeringan dengan panas matahari panas matahari selama 1 jam diikuti kering
dan kering angin. Penelitian yang angin selama 9 hari, (P2) Pengeringan
dilakukan oleh Ma’mun (2014) dengan panas matahari selama 2 jam
menyatakan bahwa hasil rendemen terbaik diikuti kering angin selama 9 hari, (P3)
(3,75%) diperoleh dengan cara Pengeringan dengan panas matahari
pengeringan dengan panas matahari selama 3 jam diikuti kering angin selama 9
selama 2 hari dengan durasi penjemuran hari, (P4) Pengeringan dengan panas

Publisher : Politeknik Negeri Jember 35


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

matahari selama 4 jam diikuti kering angin Parameter kuantitatif meliputi rendemen
selama 9 hari, (P5) Pengeringan dengan bahan, kadar air nilam kering, volume
panas matahari minyak nilam, berat minyak nilam,
selama 5 jam diikuti kering angin rendemen minyak nilam, kadar patchuoli
selama 9 hari. alkohol minyak nilam. Sedangkan
Perlakuan diulangi hingga 4 kali parameter kualititatif yaitu warna minyak
sehingga didapatkan 24 unit percobaan. nilam. Khusus untuk parameter
Data hasil penelitian diolah secara statistik pengamatan kadar patchuoli alkohol
dengan sidik ragam atau menggunakan minyak nilam, pengamatan dilakukan
Analysis Of Variance (ANOVA) taraf 5% hanya pada 12 unit analisis / 2 ulangan
dan 1%. Apabila terdapat beda nyata maka untuk setiap perlakuan yaitu pada ulangan
dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal. 2 dan ulangan 4.
Parameter pengamatan terdiri dari
parameter kuantitatif dan kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Rangkuman Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Cara Pengeringan Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) pada Penyulingan Terhadap Hasil Minyak Nilam
Table 1. Summary of Analysis of Variance The Effect of Patchouli Drying Method
(Pogostemon cablin Benth.) on Distillation of Patchouli Oil Results
F Hit
Rendemen
Kadar Air Volume Berat Rendemen
SK Db Bahan F Tab
Moisture Minyak Minyak Minyak
Material
Content Oil Volume Oil Weight Oil Yield
Yield
Blok 3,29 5%
3 4,89* 3,166 ns 1,12 ns 1,28 ns 1,04 ns
Repeat 5,42 1%
Perlakuan 2,90 5%
5 3,00* 1,13 ns 0,76 ns 0,90 ns 0,77 ns
Treatment 4,56 1%
Galat 15
Total 23
KK 34,58% 58,81 % 59,95 % 55,53 % 17,19 %
Keterangan : ns= Berbeda tidak nyata pada taraf 5% ; * = Berbeda nyata pada taraf 5%
Not : ns = Not significant at the level 5% ; * = Significantly different at the level 5%

Rendemen Bahan Pengeringan dapat dilakukan dengan


Pengeringan pada nilam segar 2 metode yakni pengeringan sinar matahari
bertujuan untuk mengurangi kandungan air langsung dan pengeringan dengan metode
di dalam bahan. Pada proses pengeringan kering angin. Bahan menjadi lembab dan
sebagian besar air dalam terna menguap berjamur apabila pengeringan terlalu
dan meninggalkan ruang kosong pada lambat, namun akan rusak dan beresiko
bahan. Akibat adanya ruang kosong ini kehilangan minyak atsiri lebih tinggi
maka jaringan bahan mengkerut dan sel apabila pengeringan terlalu cepat (Ketaren,
minyak pecah sehingga minyak mudah 1985).
keluar pada proses penyulingan. Pengeringan dilakukan pada 6 kg
Penyulingan daun segar akan memberikan nilam segar setiap unit. Setiap unit nilam
rendemen yang rendah karena dinding- dibagi menjadi 4 ikatan pada saat sebelum
dinding sel lebih sulit untuk di tembus uap dimulainya pengeringan. Hasil dari
(Sahwalita dan Herdiana, 2015). pengeringan yang dilaksanakan pada saat

Publisher : Politeknik Negeri Jember 36


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

penelitian menunjukkan bahwa rendemen dibandingkan dengan pengeringan dengan


bahan tertinggi yakni pada P0 dengan rata- tanpa menggunakan sinar matahari yakni
rata rendemen sebesar 27,96% dan hanya dengan kering angin saja (P0)
rendemen terendah pada P5 dengan rata- menunjukkan hasil yang signifikan pada
rata rendemen sebesar 24,00%. Rendemen taraf 5%. Pengkontrasan selanjutnya yakni
ideal pada pengeringan nilam yakni antar perlakuan pengeringan dengan
minimal 25%. metode variasi penjemuran sinar matahari
Perbedaan rendemen dari masing-masing dan kering angin. Hasil uji kontras antar
perlakuan berdasarkan Anova pada taraf perlakuan pengeringan dengan metode
5% dinyatakan berbeda nyata (Signifikan). variasi penjemuran sinar matahari dan
Sehingga data tersebut dianalisa lanjut kering angin pada taraf 5% menunjukkan
menggunakan metode kontras ortogonal hasil tidak signifikan. Pemilihan dari ke
guna menetapkan perlakuan yang terbaik. enam metode pengeringan tersebut
Dari hasil uji kontras ortogonal diperoleh mengacu berdasarkan pada metode yang
hasil bahwa antara pengeringan metode paling praktis dengan rendemen tertinggi,
variasi penjemuran dengan sinar matahari dalam hal ini yakni P0 dengan tanpa jemur
dan kering angin (P1, P2, P3, P4, P5) matahari dan kering angin selama 9 hari.

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Rendemen Bahan Setelah Pengeringan dengan Kontras
Ortogonal
Table 2. The Result of Advanced Test of Material Yield After Drying With Orthogonal
Contrast
Komponen Kontras F Hit F Tab
Component Contrast
Tanpa Jemur Matahari VS Jemur Matahari 4,54 5%
1 7,60 *
Without Sun Drying VS Sun Drying 8,68 1%
4,54 5%
2 P3 VS P1,P2,P4,P5 0,80 ns
8,68 1%
4,54 5%
3 P1,P2VSP4,P5 5,88 *
8,68 1%
4,54 5%
4 P1VSP2 0,25 ns
8,68 1%
4,54 5%
5 P4VSP5 0,46 ns
8,68 1%
Keterangan : ns= Berbeda tidak nyata pada taraf 5% ; * = Berbeda nyata pada taraf 5%
Note : ns = Not significant at the level 5% ; * = Significantly different at the level 5%

Kadar Air Bahan dinding sel akan lebih sulit ditembus oleh
Kadar air dalam bahan uap. Kadar air terna kering nilam yang baik
mempengaruhi daya simpan bahan tersebut untuk disuling adalah dibawah 12 persen
sebelum dilakukan penyulingan. Apabila (Ketaren, 1985).
bahan memiliki kadar air yang masih Pengujian kadar air pada nilam
cukup tinggi maka akan rawan berjamur kering dilakukan dengan menggunakan
ketika masa penyimpanan bahan sebelum metode oven dengan 2 sampel ulangan tiap
bahan tersebut disuling. Bahan yang unit penelitian. Hasil rata-rata kadar air
berjamur tentu akan menurunkan kuantitas yang telah diperoleh dari pengujian kadar
dan kualitas dari minyak yang dihasilkan. air pada tiap-tiap perlakuan adalah sebagai
Selain itu tingginya kadar air dalam bahan berikut P0 yakni 24,30%, P1 yakni
akan menyulitkan proses hidrodestilasi 22,18%, P2 yakni 22,31%, P3 yakni
pada saat penyulingan berlangsung karena 22,54%, P4 yakni 22,09% dan P5 yakni

Publisher : Politeknik Negeri Jember 37


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

19,70%. Dari hasil tersebut dapat Mengacu pada pernyataan Ketaren


tergambar bahwa pemberian perlakuan (1985) bahwa kadar air nilam kering yang
penjemuran matahari langsung dengan baik untuk disuling adalah 12% maka hasil
waktu terlama memberikan dampak dari setiap perlakuan tidak menunjukkan
terbesar terhadap proses penguapan adanya perlakuan yang memberikan hasil
kandungan air yang terdapat dalam bahan kadar air yang ideal. Mengacu pada
melalui pori–pori sehingga kadar air bahan ketahanan daya simpan bahan maka
tersebut menjadi semakin kecil. Hasil perlakuan P5 dengan cara pengeringan
analisa data menggunakan Anova pada yakni penjemuran dengan sinar matahari
taraf 5% menunjukkan hasil yang tidak langsung selama 5 jam dan dilanjutkan
signifikan. Artinya perbedaan hasil kadar dengan pengeringan secara kering angin 9
air dari setiap perlakuan memiliki beda hari cenderung menjadi metode
namun tidak nyata. Sehingga metode pengeringan terbaik karena memberikan
pengeringaan dapat menggunakan salah hasil kadar air terendah dan yang paling
satu dari ke 6 metode tersebut. mendekati kadar air ideal.

25,00 24,30

23,00 22,18 22,31 22,54 22,09


The Average Moisture Content of
Rata-rata Kadar Air Bahan

Material After Drying (%)


Setelah Pengeringan (%)

21,00 19,70
19,00
17,00
15,00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Treatment

Gambar 1. Diagram Kadar Air Bahan Setelah Pengeringan Pada Setiap Perlakuan

Volume Minyak Nilam dilanjutkan dengan kering angin selama 9


Data mengenai volume minyak hari.
nilam yang diperoleh dari hasil Volume minyak nilam yang
penyulingan tiap perlakuan di analisa diperoleh dari hasil penyulingan selain
dengan menggunakan Anova, dari hasil dipengaruhi oleh laju penguapan selama
analisa tersebut menyatakan bahwa periode pelayuan dan pengeringan, volume
perbedaan volume dari tiap ulangan pada minyak nilam yang diperoleh dari hasil
taraf 5% adalah berbeda tidak nyata (Non penyulingan turut dipengaruhi proses
Signifikan). Sehingga terlepas dari analisa hidrodifusi pada bahan saat proses
data menggunakan Anova yang penyulingan berlangsung. Optimalisasi
menyatakan bahwa berbeda tidak nyata proses hidrodifusi berhubungan dengan
maka kecenderungan perlakuan terbaik kadar air yang terkandung pada bahan. Hal
guna memperoleh volume tertinggi pada tersebut karena pada proses pengeringan
penyulingan nilam adalah P5 dengan sebagian besar air dalam terna menguap
perlakuan berupa penjemuran dengan sinar dan meninggalkan ruang kosong pada
matahari langsung selama 5 jam dan bahan. Akibat adanya ruang kosong ini

Publisher : Politeknik Negeri Jember 38


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

maka jaringan bahan mengkerut dan sel dengan perlakuan lainnya mampu
minyak pecah sehingga minyak mudah menghasilkan minyak nilam dengan
keluar pada proses penyulingan.Kadar air volume tertinggi. Penyebablainnya yaitu
dalam bahan yang masih tinggi akan faktor homogenitas bahan olah yang
menyulitkan proses hidrodestilasi pada digunakan. Bahan olah dengan komposisi
saat penyulingan berlangsung karena daun yang lebih banyak cenderung akan
dinding sel akan lebih sulit ditembus oleh memberikan hasil volume lebih tinggi
uap. Kadar air terna kering nilam yang baik dibandingkan dengan bahan dengan
untuk disuling adalah dibawah 12 persen komposisi batang yang lebih banyak
(Ketaren, 1985). Oleh sebab itu pada P5 (Sulaiman dan Harsono, 2012).
dengan kadar air terendah dibandingkan

23,0
22,0 21,8
The Average Volume of Patchouli Oil

21,0
19,9
Minyak Nilam (ml)

20,0
Rata-rata Volume

19,2 19,3
19,0 18,7 18,7
(ml)

18,0
17,0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Treatment

Gambar 2. Diagram Volume Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan

Berat Minyak Nilam tersebut menandakan dari ke 6 metode


Hasil penimbangan minyak nilam pengeringan yang diterapkan memberikan
yang diperoleh maka rata-rata berat hasil minyak nilam yang tidak berbeda jauh
minyak nilam tiap perlakuan adalah tiap metode sehingga dalam penerapannya
sebagai berikut. P0 yakni 17,37 g, P1 dapat menggunakan metode manapun dari
yakni17,80 g, P2 yakni 17,32 g, P3 yakni ke 6 metode tersebut. Mengacu pada
16,78 g, P4 yakni 16,59 g, P5 yakni 19,66 kecenderungan hasil terbaik dalam hal
g. Kecenderungan rata-rata berat minyak berat minyak nilam yang diperoleh maka
tertinggi adalah pada P5 yakni 19,66 g dan P5 cenderung menjadi metode pengeringan
paling rendah adalah pada P4 yakni 16,59 yang terbaik yakni dengan penjemuran
g. dengan sinar matahari langsung selama 5
Hasil analisa data menggunakan jam dan dilanjutkan dengan kering angin
Anova pada taraf 5% menunjukkan bahwa selama 9 hari.
dari data tersebut berbeda tidak nyata. Hal

Publisher : Politeknik Negeri Jember 39


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

20,00 19,66

The Average Weight of Patchouli Oil


19,50
19,00
18,50
Minyak Nilam (gr)

17,80
Rata-rata Berat

18,00
17,37 17,32
17,50
(gr)

17,00 16,78 16,59


16,50
16,00
15,50
15,00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Treatment

Gambar 3. Diagram Berat Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan

Rendemen Minyak Nilam curah hujan, kelembaban, dan angin.


Rata-rata data dari tiap perlakuan Penyinaran matahari secara langsung
adalah sebagai berikut. P0 yakni 1,66%; P1 selama pertumbuhan mempengaruhi warna
yakni 1,74%; P2 yakni 1,67%; P3 yakni dan ukuran nilam. Daun nilam akan lebih
1,64%; P4 yakni 1,61%; dan P5 yakni kecil, agak tebal, dan berwarna merah
1,88%. Data–data tersebut setelah kekuning-kuningan dengan kadar minyak
dianalisa menggunakan Anova pada taraf yang lebih tinggi apabila tidak terdapat
5% memberikan hasil bahwa berbeda tidak pelindung atau naungan pada lahan
nyata. Dapat diartikan bahwa dari ke enam tanaman nilam. Sebaliknya, jika
perlakuan tersebut tidak memberikan penyinaran matahari secara tidak langsung
pengaruh yang signifikan terhadap karena adanya pohon pelindung,
perbedaan rendemen minyak nilam yang pertumbuhan tanaman nilam lebih subur,
diperoleh dari tiap perlakuan. Hal ini daunnya lebih lebar dan tipis serta
disebabkan oleh 2 faktor,yang pertama berwarna lebih hijau namun kadar minyak
adalah level antar taraf perlakuan yang yang dimiliki lebih rendah. Suhu yang
kurang tinggi sehingga selisih data paling cocok untuk tanaman nilam agar
rendemen minyak nilam yang diperoleh bisa berproduksi dengan baik adalah
antar perlakuan menjadi kurang tinggi dan sekitar 18-27oC dengan ketinggian tempat
yang kedua adalah nilam yang digunakan 100-400 mdpl. Suhu yang terlalu tinggi
sebagai bahan hanya memiliki kadar dapat merusak jaringan tanaman dan
minyak berkisar 1,60% – 1,90%. menggugurkan daun-daun tanaman. Curah
Kualitas bahan yang digunakan hujan yang dibutuhkan nilam relatif tinggi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu yakni antara 2300-3000 mm per tahun
jenis nilam, kesesuaian tempat tumbuh, dengan kelembaban ideal 60-70%. Apabila
baku teknis budidaya sampai denganproses pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat
pemanenan. Menurut Santoso (1990) angin kering yang berhembus dengan
faktor persyaratan tumbuh yang kencang akan menyebabkan pertumbuhan
mempengaruhi pertumbuhan dan nilam terhambat.
kandungan minyak pada nilam adalah Persyaratan tumbuh yang ideal bagi
cahaya matahari, suhu dan ketinggian, nilam tersebut apabila dibandingkan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 40


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

dengan kondisi tempat penanaman nilam tempat penanaman nilam mempengaruhi


yang digunakan sebagai bahan penelitian kadar minyak pada nilam.
terdapat beberapa perbedaan yang tentu Pemotongan dahan/tangkai
akan berimbas pada pertumbuhan dan sepanjang 3 ruas dari pucuk atau disisakan
kadar minyak nilam. Lokasi penanaman sekitar 20 cm dari atas tanah dilakukan
nilam pada ketinggian ±62 mdpl dan suhu pada saat pemetikan daun nilam. Pada saat
rata–rata 23–32 oC tentu kurang sesuai tanaman berumur 4-6 bulan dilakukan
dengan persyaratan tumbuh ideal yang pemetikan yang pertama. Pemetikan
berakibat pada kadar minyak pada nilam dilakukan sebelum daun berwarna coklat
menjadi kurang maksimal, selain itu curah karena daun yang telah berwarna coklat
hujan di tempat penanaman nilam lebih karena pengaruh panas dan cuaca maka
tinggi bila dibandingkan dengan curah sebagian minyak telah hilang. Pemetikan
hujan optimalnya. Hal tersebut akan nilam pada saat terik matahari akan
berimbas kepada kelembaban di wilayah menghasilkan kadar minyak yang rendah
tersebut. Kelembaban yang terlalu tinggi (Ketaren, 1985).
membuat tanaman nilam menjadi lebih Terlepas dari data rendemen minyak
rentan/rawan terserang penyakit. Apabila nilam yang diperoleh antar perlakuan yang
nilam tersebut terserang penyakit tentu tidak berbeda nyata atau signifikan,
akan membuat pertumbuhan menjadi tidak perlakuan terbaik yang memiliki
normal dan berimbas pada kadar minyak. kecenderungan menghasilkan rendemen
Amelia (2013) dalam penelitiannya minyak nilam tertinggi adalah P5 dengan
menyatakan bahwa, perbedaan tinggi rendemen sebesar 1,88%.

1,90 1,88
The Average Yield of Patchouli Oil (%)

1,85
1,80
Rata-rata Rendemen

1,74
Minyak Nilam (%)

1,75
1,70 1,66 1,67
1,65 1,64
1,61
1,60
1,55
1,50
1,45
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
Treatment

Gambar 4. Diagram Rendemen Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan

Warna Minyak Nilam nilam adalah kuning sampai dengan


Warna minyak nilam yang sesuai cokelat kemerahan (International Standard,
SNI minyak nilam yang tertera pada Badan 2002). Warna minyak nilam yang
Standar Nasional (2006) tentang minyak diperoleh dari tiap perlakuan adalah
nilam adalah kuning muda sampai dengan kuning. Dari ke enam perlakuan bahan
cokelat kemerahan, sedangkan yang tertera seluruhnya menghasilkan minyak dengan
pada ISO minyak nilam mengenai minyak kualitas yang masih sesuai dengan SNI

Publisher : Politeknik Negeri Jember 41


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

yang mengatur tentang standar mutu kondensor yang menyebabkan minyak


minyak nilam. nilam menjadi berwarna biru.
Kardinan (2005) menyatakan bahwa, Semakin lama penyulingan
perbedaan warna sangat tergantung dari dilakukan maka akan semakin gelap warna
cara penyulingan dan penyimpanannya. minyak nilam yang diperoleh. Durasi
Penyulingan dilakukan dengan metode air penyulingan yang cukup lama akan
dan uap (kukus) dengan material alat yang menghasilkan minyak dengan kualitas
terbuat dari steinless stell sehingga sesuai yang baik secara kimiawi karena
standar anjuran penggunaan material untuk komponen penting dalam minyak nilam
alat penyulingan. Apabila material pipa dengan fraksi bertitik didih tinggi atau
kondensor pada alat suling terbuat dari minyak berat telah tersuling dengan
tembaga akan membuat minyak nilam akan indikator warna yang semakin gelap/pekat
bereaksi dengan zat tembaga pada pipa (Santoso, 1990).

Tabel 3. Warna Minyak Nilam Hasil Penyulingan


Table 3. The Result of Patchouli Oil Colour After Distillation
Ulangan
Perlakuan Repeat
Treatment
1 2 3 4
Kuning Kuning Kuning Kuning
P0
Yellow Yellow Yellow Yellow
Kuning Kuning Kuning Kuning
P1
Yellow Yellow Yellow Yellow
Kuning Kuning Kuning Kuning
P2
Yellow Yellow Yellow Yellow
Kuning Kuning Kuning Kuning
P3
Yellow Yellow Yellow Yellow
Kuning Kuning Kuning Kuning
P4
Yellow Yellow Yellow Yellow
Kuning Kuning Kuning Kuning
P5
Yellow Yellow Yellow Yellow

Kadar Patchuoli Alkohol Minyak Nilam dan P5 yakni 31,92%. Kecenderungan


Kadar patchouli alkohol menjadi kandungan patchouli alkohol teringgi
salah satu point acuan dalam penentuan adalah pada P1 dan terendah adalah pada
kualitas dari minyak nilam. Komponen P5 dengan selisih antara yang paling tinggi
utama penyusun minyak nilam adalah dengan yang paling rendah adalah 4,5%.
patchuoli alkohol. Patchouli alkohol Standar kandungan patchouli alkohol
merupakan golongan oxgenated terpene dalam minyak nilam menurut SNI minyak
yang meliputi 52-57 % dari berat minyak nilam yang tertera pada Badan Standar
dan terdiri dari benzeldehida, eugenol Nasional (2006) minimal adalah 30%,
benzoat, sinnamat aldehida dan keton sedangkan menurut ISO tentang minyak
semikarbonzon (Ketaren, 1985). nilam adalah 27–35% (International
Hasil pengujian Gass Standard, 2002). Mengacu pada SNI
Chromatography pada minyak nilam hasil tentang minyak nilam maka hasil minyak
penyulingan memiliki rata – rata nilam dari semua perlakuan sesuai standar,
kandungan patchouli alkohol setiap dan apabila mengacu pada ISO tentang
perlakuan adalah sebagai berikut. P0 yakni minyak nilam maka perlakuan P1 dan P2
31,94%, P1 yakni 36,42%, P2 yakni menghasilkan minyak nilam yang
35,58%, P3 yakni 34,07%, P4 yakni 33,6% melampaui standar. Minyak nilam dengan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 42


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

kadar patchouli alkohol lebih tinggi menghasilkan minyak nilam dengan kadar
umumnya memiliki harga yang lebih patchuoli alkohol lebih rendah (Nuryani,
mahal. Kecenderungan perlakuan terbaik 2006).
dengan kadar patchuoli alkohol tertinggi Persentase komposisi bahan
dari ke enam perlakuan adalah P1 dengan penyulingan antara batang dan daun nilam
perlakuan pengeringan dengan panas juga berpengaruh terhadap kadar patchouli
matahari selama 1 jam dan diikuti dengan alkohol minyak nilam. Sulaiman dan
kering angin selama 9 hari. Harsono (2012) menyatakan bahwa,
Kadar patchuoli alkohol dalam komposisi bahan yang menghasilkan
minyak nilam dipengaruhi oleh ketinggian minyak nilam dengan mutu yang terbaik
tempat penanaman nilam tersebut. Nilam adalah dari 100% batang, sedangkan
yang ditanam di dataran tinggi akan minyak nilam yang dihasilkan oleh 100%
menghasilkan minyak nilam dengan kadar daun mutunya masih rendah dibandingkan
patchuoli alkohol lebih tinggi, sedangkan minyak nilam dari batang.
nilam yang ditanam di dataran rendah akan

Tabel 4. Hasil Pengujian Kadar Patchuoli Alkohol Menggunakan Gass Chromatography


(GC) pada 2 Sampel Uji Minyak Nilam Setiap Perlakuan
Table 4. The Result of Patchouli Alcohol Content Using Gass Chromatography (GC) in 2
Sample Test Patchuoli Oil Each Treatment
Blok
Perlakuan Repeat Rerata
Treatment Average
2 4
P0 32,81 31,07 31,94
P1 37,66 35,18 36,42
P2 38,11 33,05 35,58
P3 33,19 34,95 34,07
P4 34,86 32,34 33,6
P5 31,22 32,62 31,92
Sumber : Laboratorium Analisis Instrument Politeknik Negeri Malang (2018)
Source : Malang State Polytechnic Instrument Analysis Laboratory (2018)
The Average of Patchouli Alcohol

37 36,42
36 35,58
Patchuoli Alkohol (%)

35
Rata-rata Kadar

34,07
Content (%)

34 33,6
33
31,94 31,92
32
31
30
29
P0 P1 P2 Perlakuan
P3 P4 P5
Treatment

Gambar 5. Diagram Hasil Uji Kadar Patchuoli Alkohol Minyak Nilam pada Setiap
Perlakuan
Figure 1. The Result of Patchouli Alcohol Test Diagram in Each Treatment

Publisher : Politeknik Negeri Jember 43


Author(s): Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________

KESIMPULAN Kardinan, A. (2005). Tanaman Penghasil


Perbedaan cara pengeringan nilam Minyak Atsiri. Agromedia Pustaka.
pada penyulingan memberikan pengaruh
berbeda nyata (signifikan) pada taraf 5% Ketaren. (1985). Pengantar Teknologi
terhadap rendemen bahan setelah Minyak Atsiri. Balai Pustaka.
pengeringan dan berpengaruh tidak nyata
(non signifikan) terhadap kadar air, volume Ma’mun. (2014). Pasca Panen Nilam.
minyak, berat minyak dan rendemen Balai Penelitian Tanaman Obat Dan
minyak nilam, serta warna minyak nilam. Aromatik.
Perlakuan terbaik pada parameter
rendemen bahan adalah P0 yakni Nuryani, Y. (2006). Budidaya Tanaman
pengeringan dengan kering angin 9 hari. Nilam (Pogostemon Cablin Benth.).
Kecenderungan perlakuan terbaik pada Balai Penelitian Tanaman Rempah
parameter kadar air, volume minyak, berat Dan Aromatik.
minyak dan rendemen minyak nilam
adalah P5 yakni pengeringan dengan panas Sahwalita, & Herdiana, N. (2015).
matahari selama 5 jam diikuti dengan Panduan Budidaya Nilam
kering angin selama 9 hari. Warna dan (Pogostemon cablin Benth.) dan
kadar patchuoli alkohol minyak nilam yang Produksi Minyak Atsiri. Balai
diperoleh telah memenuhi standar SNI. Penelitian Lingkungan Hidup dan
Kecenderungan perlakuan terbaik pada Kehutanan (BP2LHK).
parameter kadar patchuoli alkohol minyak
nilam adalah pengeringan dengan panas Santoso, H. B. (1990). Seri Budi Daya
matahari selama 1 jam diikuti dengan Nilam Bahan Industri Wewangian.
kering angin selama 9 hari. Kanisius.

DAFTAR PUSTAKA Sulaiman, A. (2012). Pengaruh Lama


Amelia, I. (2013). Pengaruh Perbedaan Penyulingan dan Komposisi Bahan
Tempat Tumbuh dan Ukuran Baku Terahadap Rendemen dan
Rajangan Daun Nilam Terhadap Mutu Minyak Atsiri dari Daun dan
Rendemen dan Mutu Minyak Nilam Batang Nilam (Pogostemon cablin
(Patchouli Oil.) [Skripsi, Universitas Benth). Jurnal Riset Industri Hasil
Syiah Kuala Darussalam Banda Hutan, 4(2), 16. https://doi.org/
Aceh]. 10.24111/jrihh.v4i2.1204

Badan Standar Nasional. (2006). Minyak


Nilam. Badan Standardisasi.

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.


(2013). Budidaya Tanaman Nilam.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa
Timur.

International Standard. (2002). Oil of


Patchouli [Pogostemon cablin
(Blanco) Benth.]. The International
Organization for Standardization.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 44

Anda mungkin juga menyukai