Anda di halaman 1dari 9

Kinerja Alat Pengeringan Kopra Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan

Karakteristik Produk
Performance of Copra Drying Oven System of Farmer Scale and
Product Characteristics

A. LAY DAN I. MASKROMO

Balai Penelitian Tanaman Palma


Jln. Mapanget Raya, PO Box 1004, Manado 95001
E-mail: balitka05@yahoo.com
Diterima 25 Juli 2016 / Direvisi 28 September 2016 / Disetujui 28 Oktober 2016

ABSTRAK

Pengolahan kopra secara tradisional dengan cara pengasapan dan penyinaran matahari menghasilkan kopra dan
minyak bermutu rendah. Untuk meningkatkan mutu kopra dan minyak diperlukan alat pengeringan kopra sistem oven
dengan suhu pengeringan terkontrol. Penelitian bertujuan untuk merancang alat pengering kopra sistem oven yang
dapat diaplikasikan pada kelompok tani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Desember 2015,
perancangan alat dan uji lapang dilakukan di Bengkel Rekayasa Alat Balai Penelitian Tanaman Palma, analisis mutu
kopra dan minyak kelapa di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa telah dirancang alat pengering kopra sistem oven skala kelompok tani, yang menggunakan bahan bakar
sabut kelapa, kapasitas olah 1550-1650 butir kelapa/periode proses. Pengeringan kopra dengan suhu pengeringan
bervariasi 28-70ºC, suhu optimal 55-60ºC, waktu pengeringan 27 jam, dihasilkan kopra beragam, yakni kopra putih,
kopra coklat, dan kopra gelap, kadar air 4,36-4,88%, kadar lemak 63,53-64,17% dan kadar ALB 0,05-0,12%. Kopra putih
yang diolah menjadi minyak kelapa, menghasilkan minyak kelapa berwarna putih, kadar air 0,05%, bilangan peroksida
0,13 meq O2/kg, dan tidak terdeteksi cemaran logam timbal (Pb). Minyak kelapa yang dihasilkan dapat dikonsumsi
sebagai minyak goreng walaupun tanpa proses pemurnian. Alat pengeringan kopra sistem oven, cukup memadai untuk
diaplikasikan pada kelompok tani dalam menunjang pengolahan kopra dan minyak bermutu baik.

Kata kunci: Kelapa, alat pengeringan kopra, kopra, minyak kelapa.

ABSTRACT

Traditional copra processing by smoking and sun drying methods will produce low quality copraand oil. In order to
improve the quality of copra and oil, copra drier through oven system with controlled drying temperature is a necessity.
The purpose of this research is to design a copra dryer through oven system that can be utilized by farmer groups.
Research carried out from May 2014 to December 2015, with tool’s construction and field test conducted at the Repair
Engineering and Laboratory Equipment of Indonesian Palm Crops Research Institute. Moreover, copra and oil’s quality
analysis performed at Research and Standardization of Industrial Institute Laboratory, Manado. The quality analysis is
based on valid quality standard. The research results showed that copra drier system on a farmers scale, using coconut
coir as a fuel, has been built with capacity of 1550-1650 coconuts/process period. Drying temperature is varied between
28-70 Cwith optimum temperature at 55-60 C and drying time approximately 27 hours.It produces various copra such
as, white copra, brown copra and dark copra, with water content of 4.36-4.88%, fat content of 63.53-64.17% and Free
Fatty Acid of 0.05-0.12%. White copra, which then processed into frying oil, produced white color oil with water content
of 0.05%, peroxide value 0.13 meq O2/kg without any lead (Pb) detected in the oil. As a result, coconut oil can be safely
consumed without any purification process. In conclusion, copra drying through oven system is sufficient enough to
apply for farmers group in order to encourage excellent quality copra and oil processing.

Keywords: Coconut, copra drier, copra, coconut oil.

PENDAHULUAN yang menyebabkan kerusakan daging buah.


Umumnya pengolahan kopra di Filipina yang
dilakukan petani kecil dengan cara pengeringan
Kopra adalah produk daging kelapa yang dengan sinar matahari dan pengasapan. Kopra
dikeringkan, pengeringan daging kelapa untuk yang dihasilkan umumnya bermutu rendah yang
menurunkan kadar air guna menghambat ditandai kadar air yang tinggi, terkontaminasi
pertumbuhan jamur, bakteri dan aktivitas enzim

175
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 175 - 183

jamur Aspergilus flavus yang memproduksi BAHAN DAN METODE


aflatoxin, yang dapat meracuni manusia dan
ternak. Kopra yang dihasilkan dengan cara
Pelaksanaan penelitian berlangsung sejak
pengasapan, selain bermutu rendah juga ter-
bulan Mei 2014 sampai Desember 2015. Pem-
kontaminasi Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH)
buatan alat, uji lapang, dan pengolahan kopra
berasal dari asap bahan bakar, yang dapat menye-
dilakukan di Bengkel Rekayasa Alat dan Kebun
babkan karsiogenik. Untuk mengatasinya diperlu-
Percobaan Kima Atas, Balai Penelitian Tanaman
kan pengeringan kopra dengan udara panas tanpa
Palma. Analisis mutu kopra dan mutu minyak
bercampur asap (Pestano, 2016). Sama halnya
kelapa dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset
dengan di Indonesia, pengolahan kopra yang dila-
dan Standarisasi Industri Manado.
kukan dengan cara pengasapan dan pengeringan
dengan sinar matahari menghasilkan kopra
Metode Penelitian
bermutu rendah. Minyak yang dihasilkan dari
kopra bermutu rendah berwarna coklat, berbau Desain, sistem proses dan kinerja alat
tengik dan tidak layak dikonsumsi langsung Desain alat pengeringan kopra tipe Balit
sebagai minyak makan, sebelum dimurnikan. Palma dimodifikasi dari metoda pengolahan kopra
Dilaporkan Thanaraj et al. (2007) bahwa putih (drying white copra method) yang dikem-
untuk menghasilkan kopra bermutu baik adalah bangkan di Filipina (Rethinum dan Bosco, 2003).
penggunaan alat pengeringan kopra sistem Desain ini telah dibuat unit percontohan penge-
pengeringan tidak langsung dengan suhu ringan kopra putih di Desa Matani Minahasa
pengeringan terkontrol. Proses pengolahan kopra Selatan Sulawesi Utara (Anonim, 1995). Alat pe-
udara panas membutuhkan peralatan penge- ngeringan kopra, didesain menggunakan prinsip
ringan sistem oven, dengan suhu pengeringan pengeringan tidak langsung atau sistem oven
55-60ºC (Thiruchelvam et al., 2007). Kopra bermutu melalui transfer udara panas dari batu-bata tahan
rendah akan menghasilkan minyak kelapa kasar panas diruang pembakaran ke ruang pengeringan
bermutu rendah, yang diindikasikan minyak dan rak pengeringan tempat peletakkan belahan
minyak berwarna coklat, kadar asam lemak bebas kelapa. Sedangkan desain alat pengeringan kopra
tinggi dan berbau tengik. Minyak yang demikian pada penelitian ini, menggunakan sistem oven
tidak layak dikonsumsi langsung sebagai minyak melalui transfer udara panas dari pelat besi tebal
goreng, agar layak dikonsumsi diperlukan proses 4 mm. Modifikasi ini, dilakukan dengan pertim-
pemurnian, untuk menghilangkan ketengikan, bangan batu-bata tahan api harganya mahal dan
warna, menurunkan kadar asam lemak bebas. tidak tersedia secara lokal, dan dalam proses
Pada proses pemurnian, akan membutuhkan tam- pengeringan kopra putih membutuhkan bahan
bahan biaya pengolahan dan akan terjadi ke- bakar yang banyak.
hilangan hasil minyak. Keadaan ini menyebabkan Persiapan pengeringan kopra meliputi
bertambahnya investasi peralatan dan biaya pengupasan buah, pembelahan buah kelapa tanpa
pengolahan, yang berdampak pada rendah-nya sabut untuk memisahkan air daging buah. Kelapa
harga beli kopra (Lay dan Syah, 2012). dalam bentuk belahan kelapa, di letakan pada rak
Untuk memperbaiki mutu kopra skala pengeringan, dengan susunan sebanyak lima
kelompok tani, telah dirancang alat pengering lapisan. Lapisan pertama dari belahan kelapa
kopra tipe Balitka, menggunakan bahan bakar menghadap ke bawah, kemudian dua sampai tiga
arang tempurung, waktu pengeringan 44-48 jam, lapisan berikutnya belahan kelapa menghadap ke
kapasitas olah 250 kg/periode proses, dan dihasil- samping dan terakhir di bagian atas satu lapisan
kan 62,5 kg kopra yang memenuhi syarar mutu SII menghadap ke bawah. Bahan bakar sebagai
atau SNI (Joseph et al., 1989). Aplikasi alat ini di sumber panas pengeringan kopra adalah sabut
lapang belum berkembang, karena kapasitas kelapa dan daun/pelepah daun kering. Suhu
rendah, waktu proses cukup lama untuk penge- pengeringan pada ruang pengeringan dan rak
ringan dan penyiapan bahan bakar arang. Selain pengeringan berkisar 45-60ºC. Pengeringan dilaku-
itu, makin berkembangnya pengolahan kopra kan dalam 3 tahap; (a) tahap pertama; pengeringan
yang menggunakan sistem oven. Untuk itu, perlu untuk keamanan bahan olah dan memudahkan
dirancang alat pengering kopra sistem oven pemisahan kopra dengan tempurung, (b) tahap
kapasitasnya cukup tinggi, waktu proses relatif kedua; pengeringan kopra yang telah terpisah dari
singkat dan menggunakan bahan bakar biomassa tempurung, dan meletakkan kopra yang masih
limbah kelapa. Tujuan penelitian adalah men- mentah ke rak pengeringan lapisan bawah, untuk
desain alat pengolahan kopra sistem oven yang mempercepat pengeringan, dan (c) tahap ketiga;
praktis dioperasikan kelompok tani.

176
Kinerja Alat Pengeringan Kopra Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan Karakteristik Produk (A. Lay dan I. Maskromo)

pengeringan akhir untuk keseragaman kadar air dengan ulangan 2 (dua) kali. Pengamatan mutu
kopra sampai diperoleh kopra kering kadar air kopra dan mutu minyak didasarkan pada standar
4-6%. Tahapan akhir pengeringan kopra dilakukan mutu yang berlaku. Mutu kopra dengan para-
inpeksi secara manual kondisi fisik kopra dengan meter: warna kopra, kadar air, kadar minyak dan
patahan kopra, apabila lapisan patahan berwarna kadar asam lemak bebas, yang didasarkan pada SII
agak putih seragam menunjukkan bahwa proses atau SNI. Mutu minyak kelapa dengan parameter:
pengeringan kopra sudah selesai. warna minyak, kadar air, bilangan peroksida dan
Alat pengering kopra yang dirancang telah logam timbal.
layak operasional, akan dilakukan uji lapang
pengolahan kopra sebanyak dua kali. Pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri atas spesifikasi dan kinerjanya. Spesifikasi
meliputi dimensi, komponen peralatan dan sistim
operasional alat. Kinerja alat pengeringan kopra, Desain alat pengeringan kopra
meliputi sistem pengeringan, sebaran suhu pada
Alat pengering kopra sistem oven dengan
ruang pengeringan dan rak pengeringan, waktu
komponen utama meliputi, lubang pemasukan
pengeringan, dan konsumsi bahan bakar.
bahan bakar, ruang pembakaran, ruang penge-
ringan, pelat besi perambat panas, rak penge-
Analisis mutu kopra dan minyak
ringan dan tempat peletakkan belahan kelapa
Analisis mutu kopra dan minyak dilakukan yang akan dikeringkan, corong pengeluaran asap
dengan mengambil contoh kopra secara purposive sisa pembakaran (Gambar 1), dan prototipe alat
random sampling, contoh kopra yang dipilih tertera pada Gambar 2.
berdasarkan variasi warna kopra dari putih
sampai gelap masing-masing sebanyak 2 kg,

Keterangan/Notes:
1. Arah pemasukkan bahan bakar
Direction of fuel input
2. Lubang pintu pemasukkan bahan bakar
Filling door entry of fuel
3. Lantai ruang pembakaran
Floor of combustion chamber
4. Pelat besi perambat panas
Iron plate for heat tranfer
5. Lubang pengaliran udara ke ruang pengeringan
Air drain holes to te drying into chamber
6. Arah pemasukkan udara luar
Direction of external air intake
7. Ruang pembakaran bahan bakar
Furnace burning room
8. Dinding ruang pengeringan bagian bawah
Walls of bottom drying room
9. Rak pengeringan kopra
Copra loading bed
10. Dinding ruang pengeringan bagian atas
The upper room drying wall
11. Corong pengeluaran asap
Smoke expenditure funnel
12. Arah keluarnya asap sisa pembakaran
Direction of smoke out of burning

Gambar 1. Skema alat pengering kopra sistem oven skala kelompok tani.
Figure 1. Scheme of faremer group scale of copra drying through oven system of farmer group scale.

177
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 175 - 183

a b

Gambar 2. Prototipe alat pengeringan kopra sistem oven skala kelompok tani: (a) tampak depan dan
(b) tampak belakang.
Figure 2. Prototipe of the copra drying oven system of farmer scale: (a) front look, and (b) back view.

Spesifikasi alat pengeringan kopra sistem adanya variasi pembakaran bahan bakar di dalam
oven skala kelompok tani, sebagai berikut: ruang pembakaran dan suhu pada ruang penge-
1. Ukuran unit pengeringan: Panjang 270 cm, ringan (Tabel 1). Pada proses pengeringan ini,
lebar 204 cm, dan tinggi 200 cm. suhu pengeringan awal adalah suhu udara
2. Ukuran bangunan : Panjang 515 cm, lebar sebelum pemanasan, suhu pengeringan optimal
335 cm, dan tinggi 335 cm. dicapai setelah 2-3 jam pembakaran bahan bakar
3. Bahan perambat panas: Pelat besi, panjang dan pemanasan ruang pengeringan.
244 cm, lebar 122 cm, dan tebal 0,4 cm. Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa suhu
4. Bentuk perambat panas: Parabola; lebar dan lama pengeringan beragam antar tahap
190 cm dan tinggi 80 cm. pengeringan. Suhu ruang pengeringan umumnya
5. Rak pengeringan kopra: Terbuat dari lebih tinggi dari suhu pada rak pengeringan, hal
anyaman bambu ditopang balok 12 x 8 cm. ini disebabkan udara panas dari ruang penge-
6. Sumber bahan bakar: Sabut, daun kelapa dll ringan yang merambat ke ruang rak pengeringan
(limbah kelapa). sebagian akan diserap bahan olah (daging kelapa
7. Variasi suhu pengeringan: 28-70ºC. dan tempurung dalam kondisi basah) untuk
8. Suhu optimal pengeringan : 55-60ºC. menguapkan air, dan sebagian lagi merambat ke
9. Frekwensi pengeringan: Tiga tahap penge- udara bebas melalui celah-celah susunan bahan
ringan untuk satu periode proses. olah.
10. Pengaliran udara panas: Secara manual dari Pada penelitian ini, tahap pertama suhu
ruang pembakaran, memanaskan pelat besi, pengeringan pada rak pengeringan dikategorikan
panas merambat ke ruang pengeringan, rak cukup baik karena di bawah 55ºC, sedangkan
pengeringan dan ke bahan yang dikeringkan. tahap pengeringan kedua dan ketiga suhu ruang
11. Pengeluaran asap: Pipa besi galvanis dia- rak pengeringan berkisar 58-70ºC, suhu cukup
meter 4 inci, pemasangan terhubung dengan tinggi menyebabkan kopra hasil pengeringan
ruang pembakaran, dan asap sisa pemba- berwarna coklat sampai gelap (Gambar 3). Di-
karan keluar melalui pipa pengeluaran laporkan Rithinum dan Bosco (2003) untuk meng-
dengan adanya dorongan udara dari lubang hasilkan kopra putih yang bermutu baik, dengan
pintu pemasukkan bahan bakar. kadar air sekitar 5%, dapat meng-gunakan alat
12. Kapasitas olah: 1.550-1.650 butir kelapa/ pengering kopra putih model Filipina, dengan
periode proses. suhu pengeringan 50- 60ºC, dan lama pengeringan
30-32 jam. Waktu pengeringan yang cukup lama
Kinerja alat pada alat pengering model Filipina, karena
perambat panas batu-bata tahan api mem-
Pada proses pengeringan kopra dengan dua
butuhkan waktu pemanasan yang cukup lama,
kali pengujian menunjukkan bahwa suhu penge-
batu-bata merupakan penghantar panas yang
ringan bervariasi antar bagian pengeringan.
kurang baik.
Variasi suhu yang beragam ini terjadi karena

178
Kinerja Alat Pengeringan Kopra Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan Karakteristik Produk (A. Lay dan I. Maskromo)

Tabel 1. Waktu pengeringan, sebaran suhu, dan konsumsi bahan bakar pada uji pengeringan
kopra sistem oven skala kelompok tani.
Table 1. Drying time, temprature distribution, and fuel consumption on the testing copra drier oven system
of farmer group scale.
Tahap Waktu
Suhu Pengeringan Konsumsi bahan bakar
Pengeringan Pengeringan
Drying temperature Fuel consumption
Drying stage (jam)
Drying time SRP SRT SRB Banyaknya Berat sabut
(hours) (oC) (oC) (oC) sabut (bh) (kg)
I 8 28-63 28-45 28-38 475 133,0
II 12 28-70 28-56 28-58 599 167,7
III 7 30-68 28-65 28-65 446 124,9
Jumlah 27 - - - 1.520 425,6
Keterangan/Note :
Berat rata-rata sabut kering 28 kg/100 butir/Average weight of dry coconut husk is 28 kgs/100 nut.
SRP = Suhu ruang pengeringan/Drying chamber temprature.
SRT = Suhu rak pengeringan bagian tengah/Temprature of loading bed on the central part.
SRB = Suhu rak pengeringan bagian belakang/Tempratute of loading bed on the back part.

a b c

Gambar 3. Kondisi kopra yang dihasilkan dari alat pengering kopra sistem oven skala kelompok tani: Kopra
putih, (b) Kopra coklat, dan (c) Kopra gelap.
Figure 3. Copra condition produced using copra drier through oven system of farmer group scale: (a) White copra,
Brown copra, and (c) Dark copra.

Menurut Thanaraj et al. (2007) kopra yang hasilkan kopra putih dengan prosentase kopra
baik diperoleh pada pengeringan 60ºC. Peng- putih tertingggi yakni lebih dari 75% pada suhu
gunaan suhu pengeringan 60ºC selama 55 jam pengeringan kurang dari 60ºC. Sedangkan pada
akan menghasilkan kopra kadar air 6%, jika suhu rak pengering ganda pada suhu relatif sama
70ºC waktu pengeringan akan dipercepat menjadi diperoleh kopra putih sekitar 22%. Dilaporkan
43 jam. Dilaporkan Murad et al. (2015) bahwa Thanaraj et al. (2007) bahwa penggunaan penge-
penurunan kadar air kopra selama pengeringan ringan kopra sistem oven dengan kiln atau tungku
dipengaruhi oleh suhu udara pengeringan, yang menggunakan bahan bakar tempurung dan
Semakin tinggi suhu udara pengeringan, pe- sabut kelapa cenderung menghasilkan kopra
nurunan kadar air kopra akan semakin cepat atau kering dengan prosentase kopra putih relatif
sebaliknya. Dilaporkan bahwa pengeringan kurang. Untuk mendapatkan kopra bermutu baik
dengan suhu 60% atau lebih proses pengeringan dengan proporsi kopra putih dominan, dapat
akan lebih cepat dibanding dengan suhu kurang menggunakan pengeringan kopra energi surya
dari 60ºC, namun kopra yang dihasilkan berwarna (solar hybrid drier).
coklat sampai gelap. Pengeringan kopra dengan Desain alat pengering kopra pada penelitian
sistem oven pada suhu 50-60 akan menghasilkan ini, menggunakan rak tunggal, namun susunan
kopra bermutu baik, dan sebagian besar adalah belahan kopra berkisar 4-5 lapisan dengan suhu
kopra putih (Thakor et al., 2008). udara panas diduga tidak merata antar lapisan
Menurut Udana dan Amarasinghe (2016) dengan variasi 28-70ºC, sehingga banyak dijumpai
bahwa penggunaan alat pengering kopra putih kopra yang berwarna coklat dan gelap. Untuk
sistem oven dengan rak tunggal akan meng- keseragaman suhu udara pada rak pengeringan,

179
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 175 - 183

diperlukan kontrol suhu pada ruang pengeringan 14 jam, antara lain pengeringan kopra sistem oven
dan rak pengeringan agar tersebar merata, dengan mengalirkan udara panas menggunakan
demikian pula pada sebaran bahan bakar yang blower untuk mendorong udara panas yang bersih
menyala pada ruang pembakaran dikontrol agar ke ruang pengeringan, dan suhu pengeringan
menyebar merata. 51-76ºC.
Berdasarkan kapasitas olah alat penge-
Konsumsi bahan bakar, penggunaan alat dan ringan kopra ini adalah 1600 butir/ periode proses
produksi kopra selama 3 hari, jumlah hari kerja 300 hari/ tahun,
Konsumsi bahan bakar alat pengering kopra produksi kelapa rata-rata 6.000/ha/tahun), dan
pada penelitian ini lebih hemat dari alat pengering perkiraan kebutuhan kelapa non kopra (kelapa
kopra model Filipina (30-32 jam), karena waktu segar dan santan sebesar 20%) atau total ke-
pengeringan lebih singkat yakni 27 jam/periode butuhan kopra + non kopra menjadi 120%), maka
proses. Adanya perbedaan konsumsi bahan bakar untuk kuntinu operasional alat = (1.600 butir/
untuk pengeringan kopra dari bahan bakar yang 3 hari x 300 hari):(6.000 butir/ha/tahun) x (120%) x
sama pada alat pengeringan kopra model Filipina, (1 ha) = 32 ha/tahun (dibulatkan). Alat pengering
karena perbedaan komponen perambat panas, kopra hasil penelitian ini, lebih sesuai digunakan
pada model Filipina menggunakan batu-bata anti pada skala kelompok tani, dengan jumlah anggota
api yang membutuhkan banyak bahan bakar kelompok tani sebanyak 20-25 orang pemilikan
karena batu-bata penghantar panas yang kurang kebun rata-rata 1,28-1,60 ha. Untuk kemudahan
baik (kuantitas penghantar panas batu-bata/beton bahan bakar sebaiknya penempatan alat pengering
0,75-2,00), dibanding dengan pelat besi (kuantitas kopra pada sekitar perkebunan kelapa.
penghantar panas besi 52-80) pada alat pengering
Karakteristik kopra dan minyak
kopra pada penelitian ini. Dibandingkan dengan
beberapa alat pengering kopra yang mengguna- Kopra yang dihasilkan dari alat penge-
kan sistem oven, menunjukkan bahwa alat ringan kopra ini, beragam dari warna putih
pengering kopra sistem ini cukup memadai, yakni sampai gelap. Keragaman warna kopra ini
kapasitas olah cukup tinggi, dan hemat konsumsi disebabkan oleh variasi suhu. Umumnya daging
bahan bakar (Tabel 2). kelapa kopra dalam bentuk belahan kelapa yang
Pada Tabel 2, alat-alat pengeringan kopra kontak dengan suhu 40-60ºC berwarna putih dan
sistem oven untuk menghasilkan kopra kering bercampur sedikit coklat, kopra yang kontak
(kadar air 5-8%) membutuhkan waktu penge- dengan suhu pengeringan 60-70ºC, berwarna
ringan 22-35 jam. Menurut Anderson (2015) bahwa coklat sampai gelap (Gambar 3), dengan karak-
untuk mempercepat pengeringan kopra pada teristik kopra tertera pada Tabel 3.
sistem oven dengan lama pengeringan sekitar

Tabel 2. Beberapa model alat-alat pengeringan kopra sistem oven dan kinerjanya.
Table 2. Some of copra drier oven system models and its performace.
Model alat pengeringan kopra
Copra dryer models
Uraian Pengering kopra Konkan drier Biomass CRI-Improved
Items sistem oven (Thakor et al., fired drier Kiln
skala kelompok 2008) (Swain et al., (Thiruchelvam
tani 2014) et al., 2007)
Kapasitas olah (butir kelapa/ periode proses) 1.600 100 500 700
Capacity (nut/periode process)
Produksi kopra (kg) 332 25 135 145
Copra production (kgs)
Bahan bakar Sabut kelapa Sabut & Tempurung Tempurung
Fuel tempurung kelapa kelapa kelapa
Suhu pada ruang pengering (oC)
Temprature on the drying chamber (oC) 58-70 55-70 65-69 60-75
Waktu pengeringan (jam) 27 35 22 24
Drying time (hours)
Kadar air kopra (%) 5 6 6 8
Water content of copra (%)
Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
Fuel consumption (kgs/hour) 425,6 3,4 6 10
Konsumsi bahan bakar spesifik
Fuel consumption specific 1,28 4,80 1,59 0,62

180
Kinerja Alat Pengeringan Kopra Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan Karakteristik Produk (A. Lay dan I. Maskromo)

Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa kopra Minyak kelapa dari beragam warna kopra
dengan warna yang beragam, yakni warna putih, dengan karakteristik kadar air <0,2%, bilangan
coklat dan gelap dengan karakteristik, yakni peroksida <0,4 mek O2/kg dan tidak terkon-
kadar air kurang dari 5%, kadar lemak lebih dari taminasi logam timbal (Tabel 4), sesuai standar
60% dan kadar FFA kurang dari 2%. Kopra yang mutu minyak dikategorikan minyak kelapa yang
diproses pada unit pengeringan kopra skala telah dimurnikan. Minyak dari kopra putih
kelompok tani dengan lama pengeringan 27 jam, dengan kadar air 0,05%, bilangan peroksida
dan suhu pengeringan 28-70ºC, menghasilkan 0,13 meq O2/kg dan logam timbal atau Pb tidak
kopra sesuai standar mutu SII/SNI adalah mutu terdeteksi berpotensi untuk dikategorikan sebagai
kelas I A. minyak kelapa murni (APCC, 1999).
Berdasarkan mutu kopra yang diuraikan Minyak yang berasal dari kopra bermutu
diatas, kopra putih yang dihasilkan dari unit kurang baik akan menghasilkan minyak yang
pengolahan kopra ini, ternyata memenuhi syarat bermutu rendah. Umumnya industri pengolahan
mutu ekspor. Produk VCO atau minyak murni minyak yang menggunakan bahan baku kopra
yang dikomersilkan pada pasar internasional mengolah minyak yang berasal dari kopra
dengan syarat mutu antara lain: Kadar air ≥ 0,1; berkualitas kurang baik dari petani dipedesaan
Kadar asal lemak bebas ≤ 0,1 dan tidak berwarna sebagai akibat dari proses pengolahan kopra yang
(APCC, 1999). Sesuai syarat mutu, minyak yang kurang baik, ditambah dengan waktu untuk
dihasilkan dari contoh kopra putih (Tabel 4). pengumpulan, penyimpanan dan pengangkutan
Pada Tabel 4, karakteristik minyak berda- yang lama akan lebih menurunkan mutu kopra,
sarkan kadar air, kadar ALB, dan bilangan sehingga minyak yang dihasilkan bermutu rendah.
peroksida, menunjukkan bahwa minyak yang Untuk memperbaiki mutu minyak dilakukan
dihasilkan dari kopra yang diolah menggunakan pemurnian melalui proses deodorisasi dan
sistem oven, berupa kopra putih, kopra coklat dan netralisasi agar minyak layak dikonsumsi.
kopra gelap menghasil minyak kelapa berwarna
yang memenuhi standar mutu minyak kelapa Permasalahan, solusi dan dampak
murni, yakni kadar air <0,5%, asam lemak bebas
Alat pengeringan kopra hasil penelitian ini
kurang dari 5% dan bilangan peroksida <5%,
mempunyai beberapa kelemahan dan alternatif
walaupun terdapat perbedaan warna minyak
solusi, sebagai berikut:
antara kopra putih dengan kopra coklat dan kopra
gelap.
Tabel 3. Mutu kopra hasil olahan alat pengeringan kopra sistem oven skala kelompok tani.
Table 3. Quality of copra produced by copra drier oven system for farmer group scale.
Kondisi kopra Kadar air (%) Kadar lemak (%) Kadar ALB (%)
Copra conditions Water content (%) Fat content (%) FFA content (%)
Kopra putih 4,71 64,17 0,05
White copra
Kopra coklat 4,88 63,83 0,06
Brown copra
Kopra gelap 4,36 63,53 0,12
Dark copra

Tabel 4. Kondisi kopra dan mutu minyak kelapa.


Table 4. Copra conditions and quality of coconut oil.
Mutu minyak kelapa
Quality of coconut oil
Kondisi kopra Warna Kadar air (%) Bil.Peroksida Logam
Copra conditions Colour Water content (%) (meq O2/kg) Timbal (ppm)
Peroxide number Lead (ppm)
(meq O2/kg)
Kopra putih Putih 0,05 0,13 0,0
White copra White
Kopra coklat Kuning muda 0,11 0,25 0,0
Brown copra Light yellow
Kopra gelap Kuning muda 0,19 0,33 0,0
Dark copra Light yellow

181
Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 175 - 183

(a) Suhu ruang pembakaran cukup tinggi kinerja alat pengeringan kopra ini, dapat dika-
menyebabkan dinding beton alat pengeringan tegorikan cukup memadai diaplikasikan pada
mengalami retak, terutama bagian dinding kelompok tani. Namun untuk pemanfaatan secara
yang kontak langsung dengan pelat besi luas, memerlukan penelitian lanjut terkait dengan
perambat panas, sehingga desain dinding aspek desain alat, sistem proses pengeringan, dan
susunan batu-bata satu lapisan dibuat kelayakan operasional.
menjadi dua lapisan, agar lapisan kedua di Untuk optimalnya pemanfaatan bahan
bagian luar tidak panas. baku kelapa, komponen hasil yang belum
(b) Rak pengering terbuat dari bambu dan dimanfaatkan dalam pengolahan kopra seperti air
rangka penahan dari balok kayu mudah kelapa, tempurung dan sabut dapat diproses
terbakar, perlu diganti dengan bahan sukar untuk menghasilkan produk-produk bernilai
terbakar dan bersifat penghantar panas yang ekonomi, yakni air kelapa untuk nata de coco,
baik, seperti pelat almunium berlubang tempurung diolah menjadi arang dan asap cair,
ukuran tebal 0,2 cm dengan rangka penahan sabut diolah menjadi serat dan produk lainnya
adalah besi siku 5 x 5 cm. (Madhavan, 2016). Pengolahan produk diversifi-
(c) Sebaran suhu pada ruang pengeringan tidak kasi ini, penanganan dapat dilakukan kelompok
merata tergantung letak bahan bakar yang tani yang menangani pengolahan kopra, agar
menyala pada ruang pembakaran, sehingga dapat menunjang peningkatan nilai tambah
keringnya kopra tidak merata, diperlukan komoditas kelapa dan pendapatan petani.
kontrol pembakaran bahan bakar selama Dilaporkan Patty (2011) bahwa pengolahan kelapa
proses pengeringan kopra, agar penyalaan di daerah Halmahera Utara Maluku, nilai tambah
bahan bakar merata dan suhu pengeringan yang diperoleh dari produk kopra relatif kecil.
pada rak pengeringan adalah 50-55% agar Untuk itu perlu perlu mengembangkan produk
kopra dihasilkan dominan kopra putih. alternatif dari kelapa yang memberikan nilai
(d) Untuk keseragaman keringnya kopra, pada tambah yang tinggi. Menurut Marsetia dan
pengeringan tahap kedua dilakukan seleksi, Fetriyana (2013) bahwa permasalahan yang
kopra yang belum kering dalam bentuk dihadapi dalam pengembangan industri kelapa
belahan kelapa diletakkan pada lapisan skala rumahan atau skala kelompok tani seperti
pertama dan kedua, sedangkan yang agak pengolahan kopra, perlu dicari produk turunan
kering dan sudah dicungkil diletakkan pada kelapa yang menghasilkan nilai jual yang tinggi
lapisan tengah sampai lapisan atas. Demikian dan dapat dilakukan olah masyarakat petani,
pula pada tahap pengeringan ketiga dila- untuk itu dukungan peralatan, sarana, prasana,
kukan seleksi berdasarkan tingkat ke- dan permodalan sangat diperlukan.
keringan kopra seperti pada tahap penge-
ringan kedua, yakni bagian kopra yang telah
KESIMPULAN
terpisah dari tempurung belum kering di-
letakkan pada lapisan bawah dan bagian yang
relatif kering di lapisan atas, agar diperoleh Alat pengering kopra sistem oven skala
kopra dengan kadar air relatif seragam. kelompok tani, menggunakan bahan bakar sabut,
(e) Mutu minyak kopra dipengaruhi oleh mutu suhu pengeringan berkisar 28-70ºC, suhu optimal
kopra, kopra bermutu baik akan meng- 50-60ºC, lama pengeringan 27 jam, dan kapasitas
hasilkan minyak bermutu baik, namun kopra olah 1.550-1.650 butir/periode proses. Kopra yang
bermutu baik yang disimpan pada gudang dihasilkan memuhi syarat mutu, yakni kadar air
kurang baik, dalam waktu relatif lama, kopra 4,36-4,88%, kadar lemak 63,53-64,17% dan kadar
bersifat menyerap uap air pada kondisi udara ALB 0,05-0,12%. Kopra putih yang diolah men-
lembab akan meningkat kadar air kopra, yang jadi minyak kelapa, menghasilkan minyak kelapa
akan mem-pengaruhi peningkatan kadar berwarna putih, kadar air 0,05-0,19%, bilangan
asam lemak bebas dan bilangan peroksida peroksida 0,13-0,33 meq O2/kg, dan tidak ter-
dari minyak yang dihasilkan. Untuk itu, deteksi cemaran logam timbal (Pb). Minyak kelapa
kopra yang bermutu baik disimpan pada yang dihasilkan dapat digunakan sebagai minyak
gudang dengan aerasi baik, dan diproses goreng walaupun tanpa proses pemurnian. Kinerja
untuk jangka waktu relatif pendek, agar alat pengeringan kopra ini, cukup memadai untuk
minyak kelapa yang dihasilkan bermutu baik. diaplikasikan pada kelompok tani. Namun untuk
Pengadaan alat pengering kopra ini pemanfaatan secara luas memerlukan penelitian
membutuhkan biaya cukup besar, sehingga sulit lanjut terkait dengan aspek konstruksi alat, sistem
dijangkau petani secara perorangan. Berdasarkan pengeringan, dan kelayakan operasional.

182
Kinerja Alat Pengeringan Kopra Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan Karakteristik Produk (A. Lay dan I. Maskromo)

UCAPAN TERIMA KASIH Murad., R. Sabani., dan G.M.D. Putra. 2015.


Pengeringan lapis tipis kopra putih
menggunakan oven pengering. Jurnal
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem;
Oskar Saka dan Sdr. Nikhson Takhaheghesang,
3(2):163-167.
Teknisi Litkasa Balit Palma dan Trisnawati
Patty, Z. 2011. Analisis produktivitas dan nilai
Tayana, Mahasiswa Praktek Lapang dari Fakultas
tambah kelapa rakyat. Jurnal Agroforestri;
Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa, Universitas
6(2):153-159.
Halmahera Tobelo, yang telah membantu meng-
Perstano, L.D.B. 2016. Engineering an improved
amati dan mengumpulkan data pada uji lapang
coconut processing system in the
alat pengeringan kopra sistem oven skala
Phillippines at the farm level; Jounal of
kelompok tani di Balai Penelitian Tanaman Palma.
Advanced Agricultural Technologies; 9(1):
58-62.
DAFTAR PUSTAKA Rethinum, A.T. dan S.J. Bosco. 2003. Production of
white copra good endible copra and coconut
oil. Cocoinfo International. 10(1):25-32.
Anderson, S. 2006. Pengembangan dan evaluasi
Swain, S., M. Din., R. Candrika., G.P. Sahoo., dan
eknis alat pengering kopra jenis tray drier.
S.D. Roy. 2014. Performance evaluation of
Jurnal Teknik Mesin; 3(1):62-70.
biomass fired dryer for copra drying: A
Anonim, 2015. Pengolahan kopra dengan unit
comparison with traditional drying in
pengering kopra putih model Filipina yang
Subtropical climate. Food Processing and
diujicobakan pada kelompok tani di Desa
Technology; (69):635-638.
Matani Minahasa Selatan Sulawesi Utara
Thakor, N.J., A.A. Sawant., S.P. Sonawane., dan
(Komunikasi pribadi dengan Sekretaris
S.A. Sane. 2008. Desain, development and
Kelompok Tani di Desa Matani Minahasa
performance evaluation of waste fired copra
Selatan Sulawesi Utara).
drier. International Journal of Agricultural
APCC, 1999. Spesifikasi minyak kelapa murni dan
Engineering; 1(2):110-112.
Codex Stan 210-1999.
Thanaraj, T., N.D.A. Dharmasena., dan U.
Joseph, G.H., E. Tenda., dan Z. Mahmud. 1989. Uji
Samajeewa. 2007. Comparison of drying
teknis alat pengeringan kopra tipe Balitka
behavior, quality and yield copra processed
02/V/86 (02-250). Jurnal Penelitian Kelapa;
in either a solar hybrid drier on in an
3(2):21-31.
improved copra kiln. International of Food
Lay, A., dan A.N.A. Syah. 2012. Pedoman teknis
Sience and Technology; 42(1)125-132.
penanganan pascapanen kelapa (Cocos
Thiruchelvam, T., D.A.D. Nimal., dan S. Upali.
nucifera L.). Direktorat Jenderal Perkebunan,
2007. Comparison of quality and yield of
Kementerian Pertanian, Jakarta; hal. 33-36.
copra processed in CRI improved kiln
Madhavan, K. 2007. Diversified uses of coconut
drying and sun drying. Journal of Food
emerging trends is coconut processing.
Engineering; 78: 1446–1451.
Indian Coconut Journal; 52(1):25-26.
Udana, H.P.K., dan A. Amarasinghe. 2016.
Marsetia, F.F., dan Fetriyana (2013). Pengem-
Evaluation of single bed and multi bed dried
bangan industri rumah tangga melalui
copra on the quality of extracted coconut oil.
diversifikasi pengolahan komoditas kelapa
Journal of National Science Fondation of Sri
di Desa Cibitung dan Desa Bojongloa
Lanka; 44(4):359-365.
Kecamatan Buahdua Sumedang. Jurnal
Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat; 2(1):28-31.

183

Anda mungkin juga menyukai