PENGUMPULAN
DATA BIOMEDIS
SURVEI KESEHATAN
INDONESIA 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran status kesehatan dasar penduduk Indonesia sebagai bahan evaluasi upaya
pencapaian program kesehatan sekaligus bahan untuk perencanaan program kesehatan. SKI 2023
dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara serentak dan
berkesinambungan serta dirancang untuk dilaksanakan setiap lima tahun, mulai dari tahun 2007
yang sebelumnya dikenal dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Lima tahun dianggap
interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko dan
perkembangan upaya pembangunan kesehatan.
Pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 bertujuan untuk menyediakan data pendukung berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sejumlah parameter tertentu yang akan memperkuat
hasil analisis dari Blok Kesehatan Masyarakat (Kesmas). Data biomedis sangat penting karena
hasil pemeriksaan laboratorium merupakan bukti dukung yang sahih untuk dikaitkan dengan data
Kesmas yang diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data
biomedis yang diperoleh akan mewakili tingkat nasional, mencakup daerah urban (perkotaan)
dan daerah rural (pedesaan), serta meliputi beberapa indikator untuk penyakit menular dan
penyakit tidak menular.
Jenis spesimen biomedis dan sampel pada SKI 2023 adalah spesimen darah dengan pemeriksaan
yang dilakukan di laboratorium lapangan (seperti Puskesmas, Pustu, Posyandu atau Poskesdes
atau sarana lain yang sesuai kriteria Pedoman Operasional Baku Biomedis) dan di Laboratorium
Rujukan Nasional Prof. Dr. Sri Oemijati, Jakarta.
Jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan di laboratorium lapangan adalah pemeriksaan kadar
glukosa darah (dengan point of care test / POCT), pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan
malaria (dengan rapid diagnostic test / RDT) serta pembuatan sediaan apus darah tebal.
Pemeriksaan yang akan dilaksanakan di Laboratorium Rujukan Nasional Prof. Dr. Sri Oemijati,
Jakarta adalah pembacaan mikroskopis sediaan darah apus tebal malaria, pemeriksaan kimia
klinik dan pemeriksaan serologi terhadap spesimen tersimpan untuk pemeriksaan PD3I atau
lainnya.
Secara lebih rinci, jenis pemeriksaan biomedis untuk spesimen darah yang akan dilakukan di
laboratorium lapangan pada saat pengumpulan data tahun 2023, meliputi:
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam setelah diberikan pembebanan pada
ART umur ≥ 15 tahun
b. Pemeriksaan hemoglobin pada seluruh anggota rumah tangga (ART);
c. Pemeriksaan malaria pada seluruh ART yang terdiri dari:
• Pemeriksaan RDT;
• Pembuatan sediaan apus darah tebal (khusus untuk ART yang mempunyai riwayat demam
dalam 48 jam terakhir).
2
Jenis pemeriksaan biomedis yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Nasional meliputi:
a. Pemeriksaan kimia klinis yang meliputi pemeriksaan profil lipid (kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserid), pemeriksaan kreatinin, dan pemeriksaan HbA1C;
b. Pemeriksaan serologi (antibodi) yang meliputi PD3I seperti difteri, pertusis, tetanus, campak,
rubella, hepatitis B;
c. Pemeriksaan mikroskopis malaria; dan
d. Pemeriksaan retinol
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusun ”Buku Pedoman Teknis Biomedis di Lapangan”
yang akan menjelaskan tentang langkah dan cara kerja pengumpulan spesimen serta pemeriksaan
biomedis yang harus dilaksanakan oleh petugas di lapangan, sesuai dengan standar pemeriksaan
laboratorium yang telah ditentukan. Merujuk pada Buku Pedoman Teknis Biomedis di Lapangan,
maka nantinya dapat dikeluarkan suatu hasil pemeriksaan yang terstandar dan dapat memenuhi
tujuan awal survei.
Pelaksanaan pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia
dengan populasi penduduk yang mewakili daerah perkotaan dan pedesaan. Sampel SKI 2023
untuk pemeriksaan biomedis adalah seluruh anggota rumah tangga (ART), yang sesuai kriteria
inklusi untuk pemeriksaan biomedis dari seluruh Rumah Tangga (Ruta) di blok sensus (BS)
terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan, berdasarkan sampling sesuai kriteria Badan Pusat
Statistik (BPS). Sampel BS untuk pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 merupakan sub sampel
yang akan mewakili data nasional sejumlah 2500 BS.
1.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ART Sampel Biomedis SKI 2023
a. Kriteria Inklusi :
1) Tercantum dalam daftar responden Kesmas pada BS Biomedis;
2) Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani lembar Persetujuan
Setelah Penjelasan (PSP) atau informed consent;
3) ART usia > 15 tahun bersedia pengambilan darah vena 9 ml.
4) ART usia < 15 tahun dan ibu hamil bersedia pengambilan darah vena 5 ml;
5) ART terpilih usia > 15 tahun akan dilakukan pemeriksaan glukosa darah (puasa dan 2
jam setelah pembebanan);
6) Semua ART terpilih persedia dilakukan pemeriksaan hemoglobin;
7) Semua ART terpilih bersedia dilakukan pemeriksaan RDT malaria;
3
b. Kriteria Eksklusi:
1) Sakit berat;
2) Riwayat perdarahan: hemofili, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP);
3) Mengidap penyakit kronis yang mengharuskan penggunaan obat pengencer darah
(asam asetil salisilat: asetosal, aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin;
4) Keadaan lain yang ditentukan oleh dokter.
Catatan:
Penetapan kriteria eksklusi sampel ART harus ditanyakan pada saat pengumpulan data kesmas
dan ditanyakan kembali oleh dokter pendamping yang bertugas pada saat pengambilan darah
di laboratorium lapangan.
Penentuan lokasi BS Biomedis ditentukan oleh BPS sedangkan penentuan sampel rumah
tangga biomedis didapatkan dari aplikasi SKI yang dibuat oleh tim manajemen data.
Penggunaan aplikasi SKI tersebut dijelaskan secara teknis pada pedoman manajeman data.
Laboratorium lapangan dapat berlokasi di Puskesmas, Pustu, Posyandu ataupun tempat lainnya
yang memenuhi persyaratan laboratorium lapangan sebagai berikut:
a. Memiliki lokasi yang dekat dan mudah dijangkau oleh calon responden SKI 2023.
Definisi dekat dan mudah dijangkau adalah: dapat ditempuh oleh responden maksimal
dalam waktu 30 menit dari tempat kediaman responden;
b. Memiliki fasilitas untuk penyimpanan sementara spesimen serum, berupa alat pendingin
atau kulkas (refrigerator), yang diizinkan untuk digunakan selama proses pengumpulan
data. Jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka alternatifnya adalah menggunakan cool
box yang dilengkapi ice/gel pack;
Mekanisme penggunaan cool box dan ice/gel pack adalah sebagai berikut:
i. Penggunaan 1 unit cool box.
Cool box memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) sebagai tempat penyimpanan sementara
spesimen selama proses pengambilan dan pengelolaan darah berlangsung. Cool box
dapat digunakan setelah lingkungan di dalam cool box dingin dengan ditempatkan
sejumlah ice/gel pack yang telah dibekukan terlebih dahulu (3x24 jam) sebelum
dibawa ke laboratorium lapangan. (2) sebagai tempat penyimpanan antara, yaitu selang
waktu selama sampel belum dikirimkan ke Laboratorium Rujukan Nasional (bila di
lokasi tidak terdapat alat pendingin atau kulkas yang bisa digunakan untuk menyimpan
spesimen). (3) sebagai tempat spesimen selama proses pengiriman ke Jakarta.
ii. Penggunaan ice/gel pack.
Jumlah total ice/gel pack beku yang tersedia adalah 24 (duapuluh empat) buah, yang
akan digunakan bergantian di dalam cool box. Jumlah ice pack yang digunakan untuk
penyimpanan sementara selama proses laboratorium lapangan adalah 6 (enam) buah
pada masing-masing cool box. Sedangkan 12 (duabelas) buah ice pack lainnya harus
dibekukan agar dapat digunakan keesokan harinya.
iii. Cool box harus selalu berisi ice pack beku dan bila ice pack mencair, maka ke dalam
cool box harus diisi kembali dengan ice pack beku.
c. Laboratorium lapangan harus memiliki supply listrik yang memadai untuk
mengoperasikan centrifuge dengan daya listrik 220 volt; apabila hal ini tidak
memungkinkan dapat berkoordinasi dengan PJO agar dapat dilakukan di tempat lain.
d. Memiliki ruangan dengan ventilasi dan penerangan yang cukup untuk tempat
pengambilan darah;
e. Memiliki tempat tunggu bagi responden selama proses pemeriksaan dan pada saat waktu
tunggu pembebanan glukosa dua jam setelah puasa;
f. Jika laboratorium lapangan memiliki ukuran yang kecil sebaiknya enumerator melakukan
koordinasi dalam menentukan jadwal kedatangan responden dengan tenaga penghubung.
4
1.5 Enumerator SKI 2023
Pelaksanaan kegiatan di lapangan terkait pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 memerlukan
pendampingan dari tenaga kesehatan (nakes) setempat dan tim enumerator yang handal serta
dapat mengerti mengenai tugas dan kewajibannya secara bertanggungjawab. Diperlukan kerja tim
untuk dapat menunjang terlaksananya seluruh kegiatan tersebut.
Tenaga Kesehatan pendamping enumerator terdiri dari satu orang dokter, satu orang analis
Kesehatan dan satu orang perawat dengan kriteria sebagai berikut:
• Dokter
a. Dokter di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
d. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan;
e. Memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) yang masih berlaku.
• Analis
a. Pendidikan minimal D3 Analis Kesehatan;
b. Berpengalaman dalam pengambilan spesimen darah vena;
c. Petugas di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
f. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan.
• Perawat
a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan;
b. Perawat di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
e. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan.
5
BAB II
PENGORGANISASIAN LAPANGAN
PEMERIKSAAN BIOMEDIS SKI 2023
Pada saat jadwal pemeriksaan di laboratorium lapangan yang telah disepakati, Tim
Enumerator yang bertugas akan mencocokkan kartu pengenal ART dengan kartu hasil
pemeriksaan dan informed consent.
Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, koordinasi antara tim enumerator dengan tenaga
kesehatan pendamping terkait pengumpulan data ART di Ruta Biomedis sangat penting. Satu tim
enumerator bertanggung jawab maksimal 4 BS Biomedis. Tugas tim enumerator dan tenaga
kesehatan pendamping mencakup pengorganisasian lapangan sebagai berikut:
6
2.2.1 Tim Enumerator
Tugas Tim Enumerator pada tahap persiapan pemeriksaan biomedis di rumah
tangga yaitu:
a) Mendata BS Biomedis yang menjadi tanggung jawabnya;
b) Menghubungi dan berkoordinasi dengan PJT Kab/Kota dan PJO Kab/Kota terkait
dengan pemilihan tempat pemeriksaan dan pengambilan spesimen darah di
Laboratorium Lapangan yang telah disetujui sebelumnya;
c) Mendata ART yang termasuk kriteria inklusi untuk pemeriksaan biomedis, dengan
tahapan sebagai berikut:
➢ Melakukan pembacaan naskah informed consent (penjelasan penelitian).
➢ Memastikan ART bersedia menjadi responden dengan kemudian menandatangani
naskah PSP.
d) Mengisi formulir ART BMBG.01 yang meliputi:
➢ Kolom identitas pengenalan tempat (provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, desa/
kelurahan, desa/ kota, nomor kode sampel, nomor urut sampel rumah tangga).
➢ Kolom identitas ART (nama, usia, jenis kelamin).
➢ Mengisi kolom waktu dan tempat kumpul untuk pengambilan darah.
8
BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGELOLAAN
SPESIMEN BIOMEDIS SKI 2023
Kegiatan pemeriksaan Biomedis pada SKI 2023 adalah pengumpulan spesimen darah. Proses
pengambilan spesimen darah akan dilakukan di laboratorium lapangan (Puskesmas, Pustu,
Posyandu, Poskesdes atau tempat lain yang memenuhi kriteria). Pengambilan darah vena
dilakukan oleh petugas yang telah memiliki pengalaman, dilakukan pada ART usia ≥ 15 tahun
sebanyak 9 ml, sedangkan ART wanita hamil serta anak usia <15 tahun akan diambil darahnya
sebanyak 5 ml.
Terkait dengan hal tersebut, maka penting bagi enumerator untuk mengetahui seluruh prosedur
dan perlengkapan alat serta bahan yang harus disiapkan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan Biomedis pada SKI 2023 dapat berjalan lancar di lapangan dan sesuai dengan
mekanisme yang telah ditentukan.
Apabila BS Biomedis jaraknya terlalu jauh dari Puskesmas, maka dapat disiapkan laboratorium
lapangan seperti Pustu, Posyandu, Poskesdes atau tempat lain yang memenuhi kriteria di tempat
yang ditentukan oleh Penanggung Jawab Operasional Kabupaten/Kota yang memenuhi
persyaratan untuk melakukan pemeriksaan biomedis. Tempat yang dapat digunakan untuk
pengambilan spesimen SKI 2023 harus memenuhi syarat/kondisi sebagai berikut:
1. Lokasi yang mudah dijangkau oleh calon responden SKI 2023. Definisi mudah
dijangkau oleh responden adalah berada di wilayah BS terpilih dengan jarak tempuh
maksimal 30 menit;
2. Memiliki penyimpanan sementara untuk spesimen darah berupa alat pendingin atau
kulkas (refrigerator), jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka alternatifnya adalah
mengunakan cool box yang diisi dengan ice pack yang telah dibekukan sebelumnya
(3x24 jam sebelum dibawa ke laboratorium lapangan);
3. Memiliki sumber listrik yang memadai selama 24 jam untuk tempat penyimpanan serum
sementara sebelum dikirim;
4. Memiliki ruangan tertutup dengan ventilasi dan penerangan yang cukup untuk tempat
pengambilan darah;
5. Memiliki meja dan kursi untuk responden dan tim pengambil spesimen;
6. Jika laboratorium lapangan memiliki ukuran yang kecil sebaiknya petugas medis
melakukan koordinasi dalam menentukan jadwal kedatangan responden dengan
enumerator dan penunjuk jalan.
9
3.1 Persiapan alat dan bahan :
10
h. Bahan Pengiriman Sediaan Darah Apus Tebal Malaria (ke Laboratorium Nasional)
- Kotak sediaan darah
- Kertas tissue gulung
i. Form Biomedis
- Form BMBG.01 (3 rangkap)
- Form BM.02 (2 rangkap)
- Form BM.03 (2 rangkap)
- Form BM.04 (2 rangkap)
- Form BG.01 (dibawa oleh tim PTGMI)
- Stiker Anggota Rumah Tangga
j. Bahan Pengiriman Form Biomedis
- Kantong Plastik (ukuran kertas folio)
k. Kartu hasil pengukuran dan pemeriksaan
3. Siapkan tourniquet, syringe 10 ml (untuk ART usia ≥ 15 tahun), syringe 5 ml dengan atau
tanpa wing needle (untuk ART usia 5-14 tahun, wanita hamil atau balita) atau blood lancet
untuk ART balita yang sulit diambil darah venanya;
4. Siapkan tempat untuk pembuangan limbah medis (Sharp safety container) yang akan
digunakan untuk membuang jarum bekas pakai dan kantong plastik biohazard untuk
sampah medis seperti alcohol swab bekas pakai;
5. Siapkan parafilm, dan kaca sediaan yang telah diberi label untuk darah apus tebal malaria
apabila responden sedang mengalami demam atau mempunyai riwayat demam dalam dua
hari terakhir;
12
6. Cuci tangan sebelum pengambilan darah dengan menggunakan sabun air dan bersih
mengalir, atau gunakan hand sanitizer jika sulit mendapatkan air bersih mengalir.
Keringkan tangan dengan kertas tissue sekali pakai;
8. Responden diminta untuk duduk dengan posisi tegak dan usahakan posisi responden
senyaman mungkin, kemudian letakkan salah satu tangan responden di atas meja atau
bangku berlengan dan diluruskan, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas atau
lengan dengan pembuluh vena teraba / kelihatan;
9. Pasang tourniquet kira-kira 5 cm (atau 4-5 jari) di atas vena cubiti atau di atas lipatan siku
(jangan terlalu kencang);
10. Responden diminta untuk mengepalkan jari tangannya agar pembuluh vena menjadi
tampak/ menonjol;
13
11. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena (vena yang teraba akan seperti
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal);
12. Dilakukan desinfeksi sekitar area vena cubiti (bagian yang akan diambil) dengan
menggunakan alcohol swab 70% dengan cara memutar dari dalam ke luar, dan tunggu
hingga kering untuk menghindari adanya kontaminasi;
13. Ambil darah sebanyak 9 ml (untuk usia ≥ 15 tahun), 5 ml (untuk ART <15 tahun dan
wanita hamil). Untuk balita dapat menggunakan wing needle atau blood lancet;
14. Tempatkan keempat jari memegang bagian bawah (sebagai penyangga) dan ibu jari berada
di atas syringe, dan penusukan dilakukan dengan sudut 30 derajat pada vena untuk
kedalaman tidak ditentukan tetapi sebaiknya jangan terlalu dalam, kemudian tarik bagian
spuit sampai darah naik;
14
15. Lepaskan tourniquet dan minta responden untuk perlahan-lahan membuka kepalan
tangannya ketika darah sudah mulai masuk ke dalam syringe;
16. Setelah selesai pengambilan darah tarik syringe perlahan dan tempelkan plester pada area
di bekas suntikan. Berikan sedikit tekanan dan posisi lengan tetap lurus;
17. Tutup kembali jarum spuit dengan tutupnya dan menggunakan satu tangan;
18. Jarum segera dilepaskan untuk menghindari terjadinya hemolisis, dan dibuang dalam kotak
limbah medis (sharp safety container);
19. Beberapa tetes (kira-kira 2-3 tetes) darah kemudian diteteskan pada parafilm untuk
pemeriksaan glukosa darah, hemoglobin (Hb), dan RDT malaria. Bagi responden yang
menderita demam dalam 48 (empat puluh delapan) jam terakhir dibuatkan sediaan darah
apus tebal malaria;
’;;’’
15
20. Masukan darah sebanyak 2 ml ke dalam vacutainer tutup ungu dan sebanyak 7 ml ke
dalam vacutainer tutup kuning untuk ART usia ≥15 tahun; dan sebanyak 0.5 ml ke dalam
vacutainer tutup ungu dan sebanyak 4 ml ke dalam vacutainer tutup kuning untuk ART
usia <15 tahun. Sedangkan untuk ibu hamil darah yang dimasukan adalah sebanyak 2 ml
ke dalam vacutainer tutup ungu dan sebanyak 3 ml ke dalam vacutainer tutup kuning.
Kejadian Simpang (adverse event) yang Mungkin Terjadi Saat Pengambilan Darah Vena
Meskipun sangat jarang, kejadian simpang (adverse event) mungkin terjadi pada responden saat
pengambilan darah vena, dan yang umum antara lain:
- Hematoma (memar di lokasi pengambilan darah)
- Reaksi vasovagal (refleks sistem saraf involunter yang menimbulkan perlambatan denyut
jantung dan penurunan tekanan darah sementara)
- Sinkop (kehilangan kesadaran yang timbul belakangan)
- Perdarahan dari arteri
- Kerusakan saraf di sekitar lokasi pengambilan darah
Catatan:
Keberadaan tenaga kesehatan pendamping sangat diperlukan untuk mengantisipasi kejadian
tersebut di atas. Untuk penanganan kejadian simpang enumerator berkoordinasi dengan faskes
dan PJT.
16
Penanganan Kejadian Simpang
Secara umum, kejadian simpang (adverse event) bukan merupakan keadaan yang mengancam
nyawa.
17
5. Penanganan pada Kerusakan Saraf
Keadaan ini biasanya dirasakan sebagai rasa kesemutan, nyeri atau baal. Kerusakan saraf di
sekitar lokasi pengambilan darah terjadi akibat tusukan jarum atau penekanan hematoma dan
cepat membaik tanpa penanganan khusus.
Catatan :
Pengambilan darah vena pada responden dilakukan maksimal 2 kali tusukan pada lokasi yang
sama. Jika pada pengambilan darah vena pertama gagal, maka tenaga kesehatan diperbolehkan
pengambilan darah vena untuk kedua kalinya dengan persetujuan ART. Jika pada pengambilan
darah vena kedua tetap gagal, maka lakukan pemeriksaan pada ART dengan menggunakan
darah kapiler.
3. Tekan ujung lancet pada jari dan lalu tekan kokang sampai terdengar bunyi ‘klik’.
18
4. Biarkan tetesan darah yang pertama keluar dan bersihkan dengan cara dihapus
menggunakan kertas tissue.
5. Gunakan tetesan darah yang kedua untuk pemeriksaan glukosa darah setelah 2 jam
pembebanan (atau gunakan untuk seluruh pemeriksaan jika gagal dilakukan pengambilan
darah vena)
19
3.4 Pedoman penggunaan Alat Pengukur Glukosa Darah.
3.4.1 Persiapan alat dan bahan :
Satu set alat pengukur pemeriksaan glukosa darah
3.4.2 Kontrol Alat Pengukur Glukosa Darah
Tahapan kontrol alat pengukur glukosa darah
1. Buka kemasan alat pengukur pemeriksaan glukosa darah, periksa kelengkapannya serta
dipastikan baterai sudah terpasang;
1. Layar display
2. Tombol Kembali
3. Tombol panah naik dan turun
4. Tombol Power/Set/OK
5. Slot strip dengan lampu
6. Penutup baterai
7. Portal USB
8. Tombol ejektor strip
9. Botol strip glukosa
10. Strip glukosa ujung metalik
11. Strip glukosa ujung kuning
2. Periksa tanggal kadaluarsa pada kemasan tube strip. Buka segel tube kemudian tuliskan
tanggal, bulan, dan tahun pertama kali dibuka;
20
3.5.2 Pemeriksaan Glukosa Darah
Pemeriksaan glukosa darah dilakukan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah
sebanyak 2 kali, yaitu:
1. Pemeriksaan glukosa darah puasa
1 2 3
1. Ambil strip glukosa dan tutup kembali botol strip dengan rapat
2. Masukkan ujung metalik strip glukosa ke dalam alat
3. Alat otomatis menyala
21
• Meskipun pemeriksaan GD sewaktu diperbolehkan, motivasi ART untuk puasa
diprioritaskan!
• Bila ART diketahui mengalami diabetes melitus (DM), obat rutin tetap diminum
saat melakukan pembebanan.
• Strip alat glukosa darah mudah teroksidasi dan lembab (higroskopis) sehingga
botol strip harus segera ditutup setelah strip dikeluarkan.
• Setelah beberapa kali pemeriksaan jangan lupa untuk selalu memeriksa kapasitas
baterai.
• Stiker ditempel di setiap rangkap Form BM.02.
• Buku manual alat tersedia dan dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi kendala
dan merawat alat.
• Alat pengukur glukosa darah stabil pada suhu 6-44 OC selama dioperasikan.
Dalam keadaan mati, alat stabil pada suhu antara -25 OC sampai 70 OC.
• Alat dihindari agar tidak basah dan lembab.
• Permukaan alat dibersihkan secara perlahan dengan alcohol swab.
Catatan :
• Setelah responden selesai minum larutan pembebanan, kemudian pada responden
ditempelkan stiker waktu yang menunjukkan bahwa pada waktu tersebut
responden akan dilakukan pengambilan darah kembali untuk pemeriksaan dua jam
setelah pembebanan.
• Selama 2 jam masa pembebanan (75 gram glukosa anhidrat atau 300 kalori
makanan cair) disarankan untuk tidak melakukan aktifitas berat, makan atau
minum selain dari bahan pembebanan, dan tidak merokok, tetapi diperbolehkan
meminum air putih tawar.
• Dua jam setelah pembebanan responden diambil darahnya kembali dengan
pengambilan pada darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa dua jam seteleh
pembebanan.
22
b. Buka penutup jarum lanset dengan memutar sampai terlepas
c. Tekan ujung lancet pada jari dan lalu tekan kokang sampai terdengar bunyi ‘klik’.
d. Bersihkan tetesan darah yang keluar pertama kali menggunakan tisu. Gunakan
tetesan darah selanjutnya pada strip accu-check
e. Tempelkan lengkung strip pada tetesan darah berikutnya sampai penuh. Tunggu
beberapa saat untuk melihat hasilnya.
hasil pengukuran
glukosa darah
f. Angka yang muncul dilayar display alat pengukur glukosa darah adalah kadar
glukosa darah yang terukur.
g. Tulis hasil dan waktu yang tertera pada layar display pada Formulir BM.02 dan
kartu hasil.
h. Buang strip ke dalam plastik biohazard.
23
Catatan :
• Jika angka pada layar alat accu-check menunjukan “HIGH” maka pada form
BM.02 catatkan hasil dengan kode “8888”
• Jika ART memuntahkan sebagian atau seluruh larutan pembebanan maka
pemeriksaan kadar GD setelah pembebanan TIDAK DILANJUTKAN dan catat
hasil pemeriksaan pada Form BM.02 sebagai “missing” dengan kode “9999”
24
3.6 Pedoman Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin
3.6.1 Persiapan alat dan bahan :
1. Satu set alat pengukur hemoglobin yang terdiri dari alat pengukur hemoglobin, adaptor,
pembersih, buku manual dan petunjuk penggunaan;
2. Microcuvettes.
2. Periksa tanggal kadaluarsa pada botol microcuvettes dan buka botol kemudian tuliskan
tanggal, bulan, tahun pada saat botol microcuvettes pertama kali dibuka.
3. Alat pengukur hemoglobin darah mempunyai sistem kalibrasi internal secara otomatis.
Setiap kali unit alat pengukur hemoglobin dinyalakan, secara otomatis akan melakukan
sistem kalibrasi. Sistem kalibrasi internal ini akan dilaksanakan secara otomatis tiap 2 jam
penggunaan apabila alat selalu dalam keadaan menyala. Dengan catatan semua alat
pengukur sebelum dikirim ke lapangan telah dilakukan kontrol dengan larutan kontrol.
4. Alat pengukur sebelum dikirim ke lapangan sudah dikontrol dengan larutan kontrol.
Kontrol dilakukan dengan menggunakan larutan kontrol dengan konsentrasi normal yaitu
13,1 - 14,1 g/dL (131-141g/L).
5. Prosedur kontrol: Sentuhkan ujung microcuvette ke larutan kontrol yang berada pada
tabung, biarkan terserap dan terisi sampai penuh. Masukkan microcuvette yang sudah
berisi larutan ke dalam alat pengukur hemoglobin.
6. Perawatan alat harian dilakukan setelah selesai mengerjakan pemeriksaan terakhir pada
hari itu dengan cara membersihkannya dengan alcohol swab dan alat dalam keadaan harus
mati. Pembersihan juga dilakukan setiap muncul kode E02.
Cara perawatan alat sebagai berikut:
1 2 3 4
(1) Buka, tekan sisi kanan dan tarik keluar tempat microcuvette (2) bersihkan tempat
microcuvette dengan menggunakan alcohol swab atau cleaner swab, (3) bersihkan juga
bagian luar alat dengan alcohol swab baru, (4) setelah bersih kemudian masukkan
kembali tempat microcuvette pada posisi semula dan simpan alat dengan baik.
25
Pembersihan alat dilanjutkan dengan membersihkan lubang tempat microcuvette dengan
menggunakan cleaner swab.
1 2 3 4
(1) Lepaskan tempat microcuvette dan masukkan cleaner swab ke dalam alat (2) bersihkan
bagian dalam alat dengan hati-hati, (3) setelah dibersihkan tunggu 15 menit sampai bagian
dalam alat kering, (4) tutup dan rapikan kembali alat seperti semula dan simpan dengan
baik.
PERHATIAN:
• Pemeriksaan kadar hemoglobin harus segera dilakukan sesaat setelah pengukuran
glukosa darah puasa / sewaktu.
• Microcuvette bersifat higroskopis, sehingga kemasan harus ditutup rapat.
• Pengoperasian alat pengukur hemoglobin dan microcuvette harus pada suhu 15-30 oC
dan tidak boleh terpapar dengan suhu ekstrem atau sinar matahari langsung.
• Bila pada layar display alat muncul kode E02 maka hal tersebut menandakan bahwa
lubang microcuvette dalam keadaan kotor atau alat terpapar suhu yang terlalu tinggi
(panas) atau dapat juga karena holder belum terpasang secara sempurna.
• Penyimpanan alat pengukur hemoglobin pada suhu ruang tidak lebih dari 30 oC. Bila
suhu ruang lebih dari 30 oC, alat deteksi hemoglobin dapat diletakkan di atas cold pack
yang telah dilapisi dengan kertas.
• Bila pada layar display alat muncul kode E07 maka hal tersebut menandakan bahwa
baterai harus segera diganti.
• Bila pada layar display alat muncul kode E08 maka hal tersebut menandakan bahwa
microcuvette dalam keadaan rusak.
Bila saat pemeriksaan terjadi error (E02) karena lingkungan panas, maka langkah yang
harus dilakukan adalah:
• Bungkus ice pack dengan menggunakan kertas;
• Bungkus alat pengukur hemoglobin dengan menggunakan plastik agar alat tidak basah;
• Letakkan alat pengukur hemoglobin yang sudah dibungkus dengan plastik di atas ice
pack atau dapat juga menggunakan;
• Atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan karton/ kardus sebagai perantara
antara ice pack yang sudah dibungkus kertas dengan alat pengukur hemoglobin;
26
• Bila terdapat ruangan berAC maka tempatkan alat pengukur hemoglobin dalam
ruangan tersebut.
3. Masukkan microcuvette yang sudah berisi darah ketempat microcuvette dan tutup
mesinnya. Ditunggu hasilnya dalam kurun waktu beberapa detik.
27
4. Angka yang muncul di layar adalah kadar hemoglobin darah spesimen yang diperiksa.
5. Tulis kadar hemoglobin dan waktu yang tertera di layar pada BM.02 (alat juga dapat
disambungkan dengan printer untuk mencetak hasil pemeriksaan hemoglobin darah).
6. Microcuvette yang sudah terpakai dibuang ke dalam sharp safety container.
7. Bersihkan alat dengan alcohol swab setiap selesai pemakaian dalam hari yang sama.
8. Setiap beberapa kali pemeriksaan memory card yang terdapat dalam alat selalu dicek
kapasitasnya
Catatan: Sebaiknya dilakukan pembersihan dan perawatan harian terhadap alat pengukur
untuk menghindari terjadinya masalah pada alat.
Pemeriksaan RDT malaria dilakukan pada semua ART Biomedis. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendeteksi infeksi malaria falciparum dan atau non falciparum berdasarkan protein yang
dihasilkan oleh parasit malaria.
28
3.8.2 Tahapan Pemeriksaan Malaria dengan RDT
Tahapan pemeriksaan malaria dengan menggunakan kit RDT adalah sebagai berikut :
1. Isi terlebih dahulu formulir untuk pemeriksaan malaria (BM.02).
2. Buka kemasan sachet RDT malaria dan letakkan kaset RDT di atas permukaan yang
bersih dan rata, kemudian tempelkan stiker barcode identitas ART pada bagian atas kaset
RDT.
3. Dengan menggunakan mikropipet, ambil sampel darah yang sudah diteteskan pada
parafilm dengan tidak melebihi garis batas (specimen line) pada mikropipet. Volume
darah yang diambil sekitar 5 µL. Teteskan seluruh sampel darah ke lubang tengah kaset
RDT (S well) secara tegak lurus. Pastikan tidak ada gelembung.
4. Buka tutup botol cairan buffer dan tambahkan 2 tetes (50-100 µL) buffer ke lubang
tengah (B well) secara tegak lurus.
5. Setelah meneteskan cairan buffer, tuliskan jam dan menit saat meneteskan cairan buffer
tersebut pada kaset RDT dengan menggunakan spidol marker permanen dan pada
formulir BM.02. Waktu tersebut merupakan awal penghitungan untuk membaca hasil.
Gunakan timer untuk mengatur waktu. Hasil dapat dibaca pada 30 menit setelah
penetesan.
29
6. Tuliskan Interpretasi hasil pemeriksaan RDT pada Form BM.02 atau Lembar rekap hasil
pemeriksaan darah.
• Malaria P. falciparum, jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu satu garis di c
dan satu garis di f.
• Malaria non falciparum (PAN), jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu satu
garis di c dan satu garis di PAN.
• Malaria P. falciparum dan PAN (mixed/ campuran), jika muncul 3 garis di wilayah
pengamatan yaitu satu garis di c, satu garis di f, dan satu garis di PAN.
• Hasil dinyatakan tidak valid/ sahih, jika garis c tidak muncul, meskipun garis yang lain (f
dan PAN) muncul. Jika dinyatakan demikian, maka pemeriksaan RDT TIDAK PERLU
diulang.
30
3.9 Pembuatan Sediaan Darah Apus Tebal Malaria
Pemeriksaan mikroskopis malaria adalah pemeriksaan baku emas untuk menentukan jenis
plasmodium penyebab malaria. Pada SKI 2023, pemeriksaan ini dilakukan hanya terhadap ART
yang saat di laboratorium lapangan mengalami demam/ panas atau mempunyai riwayat demam
dalam 48 jam terakhir. Sediaan darah apus tebal dibuat duplo pada 2 kaca sediaan yang berbeda.
Prosedur pengambilan dan pembuatan sediaan darah: Pembuatan sediaan darah apus tebal
dilakukan segera setelah penetesan larutan buffer dan pencatatan waktu pada kaset RDT (segera
setelah langkah ke 5 pada prosedur pemeriksaan dengan RDT).
2. Ambil 2 tetes (10 µl) dari tetesan darah yang telah diteteskan pada parafilm. Tempelkan
darah tersebut pada bagian tengah kaca sediaan yang telah ditempeli stiker.
3. Gunakan salah satu ujung kaca sediaan baru sebagai “pengaduk” untuk membuat sediaan
darah apus tebal. Aduk dari luar ke dalam dan lebarkan hingga terbentuk satu apusan
darah tebal dengan diameter sekitar 1-1,5 cm. Setelah kaca sediaan pengaduk tersebut
dibersihkan dengan kertas tissue, maka dapat digunakan kembali untuk membuat sediaan
darah pada responden berikutnya.
Ketebalan sediaan yang baik adalah apabila koran atau arloji dapat terbaca di bawah
sediaan darah. Sediaan darah yang terlalu tebal atau tipis tidak dapat terwarnai dengan
baik.
31
4. Letakkan sediaan di atas permukaan yang rata dan kering.
5. Biarkan sediaan mengering di udara terbuka dan lindungi dari lalat dan debu.
6. Setelah kering sempurna, sediaan darah apus tebal digulung dengan tissue per ART dan
direkatkan dengan stiker barcode ART tersebut.
7. Gulungan tisu berisi slide sediaan apus tebal kemudian disusun pada bagian tengah kotak
slide malaria
9. Pada sisi luar penutup kotak sediaan darah dituliskan provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
nomor kode sampel.
32
3.10 Pedoman Operasional Baku (POB) Teknik Memindahkan Spesimen Darah dari
Vacuum Tube Tutup Ungu (EDTA)
Darah vena dalam syringe setelah diteteskan pada parafilm untuk pemeriksaan glukosa darah,
hemoglobin dan malaria, kemudian dimasukkan ke dalam vacuum tube tutup ungu 5 ml (dewasa)
atau mini collect tube ungu (anak). Tube berisi sampel darah kemudian dibolak- balik sebanyak ±
10 kali. Setelah itu dipindahkan ke dalam cryotube 2 ml (dewasa atau anak-anak) dan kemudian
disimpan di dalam refrigerator 2-8℃.
Darah vena dalam syringe setelah diteteskan pada parafilm untuk pemeriksaan glukosa darah,
hemoglobin dan malaria, kemudian dimasukkan ke dalam vacutainer plain 10 ml untuk
pemisahan serum menggunakan centrifuge.
33
3.11.1 Persiapan alat dan bahan :
8. Vacutainer plain 10 ml
9. Cryotube 5 ml
10. Alat centrifuge
11. Darah
12. Stiker barcode
13. Sarung tangan
14. Pipet Pasteur disposable
15. Alumunium foil
34
35
36
3.11.3 Pemeliharaan Alat Centrifuge
Cara pemeliharaan alat centifuge adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan bagian dalam centrifuge setiap selesai digunakan.
2. Gunakan sarung tangan setiap kali membersihkan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi pada pekerja.
3. Bersihkan dari debu dan kotoran-kotoran yang mengandung karbon di antara tempat-
tempat tabung.
4. Selalu matikan dan putuskan hubungan dengan aliran listrik setiap selesai digunakan.
Dasar hukum:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/menkes/sk/x/2004 tentang
Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.
Penanganan limbah merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi pekerja dan lingkungan saat pelaksanaan kegiatan pengambilan darah. Limbah bila
tidak dikelola secara benar akan sangat berbahaya, baik bagi petugas sarana pelayanan kesehatan
itu sendiri maupun bagi masyarakat umum. Disamping itu, pengelolaan limbah medis yang tidak
dilakukan dengan benar juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Diharapkan
nantinya dapat diterapkan dengan baik di lapangan.
a b
b. Limbah padat selain benda tajam dimasukkan ke dalam kantong plastik Biohazard.
37
3. Untuk pemusnahan limbah, enumerator berkoordinasi dengan PJT Kab/ Kota dan Tim
Pendamping untuk memastikan laboratorium lapangan memiliki unit pengolahan limbah
(autoclave atau incinerator).
4. Jika hanya memiliki fasilitas autoclave, semua limbah di autoclave terlebih dahulu
kemudian dibuang dengan cara ditimbun.
5. Jika terdapat incinerator semua limbah dapat dimasukkan ke dalam incinerator dan hasil
pembakaran tidak perlu ditimbun.
6. Jika tidak memiliki autoclave dan incinerator, semua limbah harus ditimbun sesuai
dengan PP No. 18/1999 Pasal 39 seperti berikut ini :
a. menutup bagian paling atas tempat penimbunan dengan tanah sedalam ≥ 0,60 meter;
b. melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat penimbunan limbah B3;
c. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif yang
mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, minimum 30 tahun sejak
ditutupnya fasilitas penimbunan limbah B3;
d. peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan kegiatannya tidak dapat dijadikan
pemukiman atau fasilitas umum lainnya.
38
3.13 Pedoman Operasional Baku (POB) Pengepakan dan Pengiriman Spesimen
Spesimen SKI 2023 berupa serum dan sediaan darah apus tebal malaria memiliki metode dan
cara pengepakan yang berbeda. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka paket pengepakan dan
pengiriman dapat dibedakan menjadi:
1. Paket yang terdiri dari spesimen serum dengan alamat kirim ke Laboratorium Kesehatan
Nasional. Pengiriman paket sampel darah, serum dan sediaan darah apus tebal dilakukan 2
(dua) kali pada setiap kabupaten.
1. Pengepakan Formulir
Alat dan bahan
a. Kantong plastik untuk menyimpan formulir dan berkas lainnya
b. Lakban
39
Tahapan Pengepakan :
a. Masukkan semua form (BMBG.01, BM.02, BM.03, dan BM.04) ke dalam map
plastik yang sudah disediakan, kemudian masukan ke dalam map coklat tebal
b. kemudian rekatkan plastik berisi form pada bagian atas tutup cool box dengan
menggunakan lakban.
c. jika diperlukan tambahkan tissue pada bagian atas untuk meredam guncangan
40
d. Setelah slide sediaan apus darah tersusun dengan rapi tutup kotak sediaan apus
darah dan di lakban
3. Pengepakan Serum
Alat dan Bahan
a. Cryotube
b. Cool box
c. Gel pack 12 (duabelas) buah
d. Lakban
e. Kertas Pengganjal (kertas koran atau lainnya)
Langkah-langkah pengepakan spesimen serum adalah sebagai berikut:
a. Masukkan cryotube 5 ml yang berisi serum ke dalam wadah pengiriman sekunder.
Pastikan permukaan cryotube tersusun rata, serta sampel utuh dan barcode jelas.
b. Lapisi cryotube dengan parafilm.
c. Masukan cryotube ke dalam cryobox sesuai urutan dan tutup cryobox dengan rapat.
Rekatkan tutup wadah pengiriman sekunder dengan menggunakan lakban.
d. Letakkan gel pack pada semua sisi cool box, kemudian masukan wadah pengiriman
sekunder kedalam cool box.
41
e. Atur cryobox di dalam cool box dengan baik dan sangga dengan pengganjal
f. Atur gel pack diantara cryobox jika hendak menumpuk secara vertikal
g. Berikan penyangga pada setiap celah yang mungkin membuat cryobox dan gel pack
bergoyang saat pengiriman dengan cara memasukkan potongan kardus atau koran
yang diremas-remas untuk merapatkan isi dalam cool box.
42
c. Masukan ke dalam dus besar yang sudah dilengkapi alamat pengiriman
d. Berikan pengganjal dan tutup dus dengan sempurna, potong dus bila terlalu besar
Penulisan alamat penerima dan alamat pengirim harus lengkap, jelas dan tepat.
Pengiriman paket dilakukan oleh kurir / angkutan ke Laboratorium Kesehatan Nasional
menggunakan jasa transportasi yang sesuai dengan kriteria dibawah ini.
Kriteria jasa transportasi pengiriman paket :
- Mampu mengirim spesimen serum ke Laboratorium Kesehatan Nasional dalam jangka
waktu maksimal 2x 24 jam, sehingga memerlukan jasa pengiriman “One Day Service”.
- Mempunyai perwakilan ekspedisi di Kabupaten
- Mampu dan sudah biasa mengirim spesimen dengan temperatur 4 derajat
- Mempunyai ijin usaha
Alamat Pengiriman
PENGIRIM
NAMA : ……………………………………………………..
PROVINSI. : ……………………………………………………..
DINKES KAB/KOTA : ……………………………………………………..
NO TELP : ……………………………………………………..
43
BAB IV
PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN BIOMEDIS
DAN PENEMPELAN STIKER NOMOR KODE SAMPEL (NKS)
1) Pengenalan Tempat
• Rincian Provinsi:
Isi dengan kode provinsi sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23.
RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kabupaten/Kota:
Isi dengan kode kabupaten/kota, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kecamatan:
Isi dengan kode kecamatan, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Desa/Kel:
Isi dengan kode desa/kelurahan sesuai yg tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian D/K :
Isi dengan klasifikasi Perkotaan (K) dengan kode ”1” atau Pedesaan (D) dengan
kode ”2” sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23. RTBlok I.
Pengenalan Tempat
• Rincian NKS:
Isi dengan Nomor Kode Sampel sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Bangunan Sensus :
Isi dengan Nomor Bangunan Sensus sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Urut Sampel RT:
Isi dengan Nomor urut sampel kode provinsi sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Alamat Lengkap:
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat.
44
• Kolom nomor 1 - 5 (diisi oleh tim enumerator di rumah tangga dengan
MENYALIN dari Blok IV Keterangan ART pada Kuesioner SKI23.RT) yang
berisi:
1. No ART : Nomor disesuaikan dengan nomor urut ART pada kuesioner SKI23.
RT blok IV Keterangan Anggota Rumah Tangga
2. Nama ART : diisi sesuai nama ART tersebut
3. Umur : diisi sesuai dengan umur pada kuesioner Kesmas
4. Tempel Stiker Disini: ditempel nomor stiker ART yang datang ke laboratorium
lapangan.
5. Jenis kelamin : diisi angka 1 jika Pria dan 2 jika Wanita
45
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. HP :
Isi dengan Nomor Handphone ART biomedis
• Rincian Nama & Alamat Laboratorium Lapangan :
Di isi dengan nama dan alamat Laboratorium lapangan yang akan digunakan untuk
mengambil darah ART biomedis.
46
• Malaria non falciparum (PAN), jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu
satu garis di c dan satu garis di PAN.
• Hasil dinyatakan tidak valid/ sahih, jika garis c tidak muncul, meskipun garis
yang lain (P. f dan PAN) muncul. Oleh karena itu pemeriksaan RDT harus
diulang sekali lagi. Pemeriksaan RDT ulangan dapat dilakukan pada ART usia
≥ 15 tahun saat pengambilan darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa setelah
pembebanan, sedangkan pada ART lainnya dapat menggunakan stok darah
yang ada pada tube.
Lingkari satu kode jawaban sesuai hasil pemeriksaan RDT dan pindahkan ke
dalam kotak yang tersedia.
• Kode 1 jika"Negatif"
• kode 2 jika "P. falciparum (Pf)"
• kode 3 jika “P. Non falciparum (PAN)”
• kode 4 jika “Pf dan PAN(mix)”
• kode 5 jika “Hasil tidak sahih”
47
Lingkari satu kode jawaban sesuai jawaban ART dan pindahkan ke dalam
kotak yang tersedia. Kode 1 jika"Ya" atau kode 2 jika "Tidak"
e. No. Stiker ART ditempel pada kotak di form yang telah disediakan, pada
punggung RDT dan ujung kasar sediaan darah.
f. Rincian B5: Apakah dibuat sediaan darah apus tebal (duplo)?
Sediaan darah apus tebal dibuat duplo untuk dikirimkan ke Pusat Kebijakan
Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.
Catatan:
Jika ART dengan Hasil RDT positif (Pf atau PAN atau mix) dengan riwayat
demam/panas dalam 2 hari terakhir ATAU hasil RDT Negatif dengan riwayat
demam/panas dalam 2 hari terakhir → mengisi form BM.03 untuk dirujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit agar mendapat pengobatan selanjutnya.
4) Rincian hasil pemeriksaan kadar hemoglobin/ Hb (ART semua umur), pada nomor
urut C1
Berisi jam pengambilan darah dan hasil pemeriksaan kadar Hb. Tuliskan waktu (jam,
menit) dan tanggal pengambilan darah. Tuliskan hasil pemeriksaan kadar
haemoglobin dan berikan kode * pada hasil yang tidak normal dan salin waktu dan
tanggal yang tertera pada display alat.
Nilai normal kadar hemoglobin dalam darah merujuk pada WHO, 2011
(WHO/NMH/NHD/MNM/11.1) adalah sbb:
Bayi 0 – 4 bln (belum ada nilai referensi, sehingga perlu penilaian dokter)
Anak 5 bln - 14 thn (≥11 g/dl)
Wanita ≥ 15 thn (≥ 12 g/dl)
Wanita hamil (≥ 11 g/dl)
Laki-laki ≥ 15 thn (≥ 13 g/dl)
5) Rincian Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah (ART usia ≥ 15 tahun), pada nomor
urut D1-D9 terdiri dari :
• Rincian Riwayat penyakit diabetes (nomor urut D1-D2)
Berisi informasi apakah ART pernah menderita diabetes, dan minum obat oral
anti diabetes/injeksi insulin (diisi sesuai hasil dokter pemeriksa). lingkari Ya
atau Tidak, sesuai dengan jawaban ART. Pindahkan jawaban ke kotak yang
tersedia.
• Rincian Keadaan puasa/tidak saat pemeriksaan darah (nomor urut D3-D4)
Berisi informasi apakah ART melakukan puasa sebelum dilakukan pengambilan
darah untuk pemeriksaan glukosa darah. Nomor D3 : lingkari kode Ya atau
Tidak puasa sesuai dengan jawaban ART. Pindahkan jawaban ke kotak yang
tersedia. Nomor D4 : tuliskan jam terakhir makan,* coret yang tidak perlu
(malam/pagi).
• Rincian Pembebanan dengan glukosa anhidrat 75 gram ATAU pembebanan
dengan makanan cair 300 kalori jika diketahui menderita Diabetes Melitus
(nomor urut D5-D6)
Berisi cara pembebanan pada ART puasa. Pembebanan dilakukan setelah ada
hasil glukosa darah puasa (GDP). Pembebanan dengan glukosa anhidrat 75 gram
dilakukan bila hasil GDP < 126 mg/dl atau dengan makanan cair 300 kalori (5
sendok takar) jika diketahui menderita Diabetes Melitus/GDP ≥126 mg/dl.
Nomor D5 : tuliskan waktu (jam, menit) saat ART selesai meminum bahan
pembebanan yang harus dihabiskan dalam waktu 5 menit.
Nomor D6 : tuliskan waktu (jam, menit) 2 jam setelah pembebanan.
• Rincian Kadar Glukosa Darah, nomor urut D7-D9
48
Berisi hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah
pembebanan.
Nomor D7, D8 dan D9 : tuliskan hasil pemeriksaan dan berikan kode * pada
hasil yang tidak normal dan salin waktu, tanggal yang tertera pada display alat.
Nilai normal kadar glukosa darah merujuk pada WHO 2006, Definition and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycemia.
Surat rujukan pengobatan ke Puskesmas/ Rumah Sakit (diisi oleh Tim Nakes
Pendamping/ Dokter)
Isi nama, umur, jenis kelamin dan Alamat ART yang dirujuk ke Puskesmas/RS.
1. Lingkari nomor 1 jika pemeriksaan darah ART menggunakan RDT menunjukkan
hasil positif dan tentukan jenis malaria sesuai hasil pemeriksaan
2. Lingkari nomor 2 jika pemeriksaan darah ART menggunakan RDT menunjukkan
hasil negatif namun dengan riwayat demam/panas pada saat pemeriksaan;
3. Lingkari nomor 3 dan tuliskan hasil pengukuran, jika pemeriksaan kadar hemoglobin
di bawah angka normal;
4. Lingkari nomor 4 dan tuliskan hasil pengukuran, jika pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa/ glukosa darah sewaktu/ glukosa darah dua jam setelah pembebanan
di atas angka normal.
Maka Dokter Pendamping mengisi formulir BM.03 untuk merujuk ART ke
Puskesmas atau Rumah Sakit agar mendapat pengobatan lebih lanjut.
49
1. ) Pengenalan Tempat
• Rincian Provinsi:
Isi dengan kode provinsi sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23.
RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kabupaten/Kota:
Isi dengan kode kabupaten/kota, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kecamatan:
Isi dengan kode kecamatan, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Desa/Kel:
Isi dengan kode desa/kelurahan sesuai yg tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian D/K :
Isi dengan klasifikasi Perkotaan (K) dengan kode ”1” atau Pedesaan (D) dengan
kode ”2” sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I.
Pengenalan Tempat
• Rincian NKS:
Isi dengan Nomor Kode Sampel sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Alamat Lengkap:
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
1) Jenis Bahan/Spesimen
Rincian Yang diisi oleh enumerator
• Rincian Spesimen serum:
Tuliskan jumlah seluruh spesimen serum dan kondisinya yang akan dikirimkan ke
Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.
Kondisi spesimen serum diisi baik (tidak lisis) atau lisis sesuai dengan keadaan
serum saat akan dikirimkan. Kondisi lisis adalah bila serum berwarna merah.
• Rincian Sediaan darah apus tebal malaria untuk Pusjak SKK dan SDK,
BKPK:
Tuliskan jumlah seluruh spesimen sediaan darah apus tebal malaria yang akan
dikirimkan ke Laboratorium Nasional, Pusjak SKK dan SDK, BKPK.
• Rincian Nomor 3-6. Form BMBG.01, BM.02, BM.03, BM.04:
Tuliskan seluruh jumlah masing-masing form
• Rincian Nomor 7. Berkas lembar Persetujuan Setelah Penjelasan yang sudah
ditandatangani oleh ART :
Tuliskan jumlah lembar Persetujuan Setelah Penjelasan yang telah ditandatangani
oleh ART
• Rincian Nomor 8 : Tuliskan Tanggal/Bulan pengambilan darah, pengiriman
seluruh spesimen serta tanggal penerimaan spesimen (diisi oleh tim penerima di
Pusjak SKK dan SDK, BKPK)
50
• Rincian Kolom Kondisi Spesimen Yang Diterima (diisi oleh petugas penerima
spesimen)
Untuk spesimen serum:
Kondisi spesimen serum diisi baik (tidak lisis) atau lisis sesuai dengan keadaan
serum saat akan dikirimkan. Kondisi lisis adalah bila serum berwarna merah.
Untuk sediaan darah apus tebal:
Kondisi dituliskan baik (sediaan darah tidak pecah dan tidak berjamur), pecah atau
berjamur. Tuliskan di keterangan, jika ada sediaan darah yang rusak berapa
jumlahnya.
Untuk Form. BMBG.01- Form. BM.04 dan seluruh berkas:
Kondisi dituliskan dengan baik, lengkap, robek, basah sesuai dengan yang ditulis
oleh enumerator dicocokkan dengan yang diterima oleh tim penerima spesimen.
Contoh:
SKI1234567
51
2. Formulir BM.02 masing-masing sebanyak 2 rangkap.
Tempat penempelan
stiker (masing-masing
2 rangkap)
Tempat penempelan
stiker
52
5. Vacutainer masing-masing sebanyak 1 buah.
53