Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN

PENGUMPULAN
DATA BIOMEDIS
SURVEI KESEHATAN
INDONESIA 2023

BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemeriksaan Biomedis Survei Kesehatan Indonesia 2023

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran status kesehatan dasar penduduk Indonesia sebagai bahan evaluasi upaya
pencapaian program kesehatan sekaligus bahan untuk perencanaan program kesehatan. SKI 2023
dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara serentak dan
berkesinambungan serta dirancang untuk dilaksanakan setiap lima tahun, mulai dari tahun 2007
yang sebelumnya dikenal dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Lima tahun dianggap
interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko dan
perkembangan upaya pembangunan kesehatan.

Prinsip SKI 2023 adalah:


a. Merupakan survei kesehatan bertaraf nasional;
b. Menggunakan unit pengumpulan data berupa rumah tangga (Ruta);
c. Mencakup data kesehatan masyarakat dan data sejumlah hasil pemeriksaan biomedis berbasis
laboratorium;
d. Besar sampel data biomedis mewakili nasional sedangkan data kesehatan masyarakat
(kesmas) dapat mewakili kabupaten/ kota.

Pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 bertujuan untuk menyediakan data pendukung berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sejumlah parameter tertentu yang akan memperkuat
hasil analisis dari Blok Kesehatan Masyarakat (Kesmas). Data biomedis sangat penting karena
hasil pemeriksaan laboratorium merupakan bukti dukung yang sahih untuk dikaitkan dengan data
Kesmas yang diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data
biomedis yang diperoleh akan mewakili tingkat nasional, mencakup daerah urban (perkotaan)
dan daerah rural (pedesaan), serta meliputi beberapa indikator untuk penyakit menular dan
penyakit tidak menular.

Jenis spesimen biomedis dan sampel pada SKI 2023 adalah spesimen darah dengan pemeriksaan
yang dilakukan di laboratorium lapangan (seperti Puskesmas, Pustu, Posyandu atau Poskesdes
atau sarana lain yang sesuai kriteria Pedoman Operasional Baku Biomedis) dan di Laboratorium
Rujukan Nasional Prof. Dr. Sri Oemijati, Jakarta.

Jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan di laboratorium lapangan adalah pemeriksaan kadar
glukosa darah (dengan point of care test / POCT), pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan
malaria (dengan rapid diagnostic test / RDT) serta pembuatan sediaan apus darah tebal.
Pemeriksaan yang akan dilaksanakan di Laboratorium Rujukan Nasional Prof. Dr. Sri Oemijati,
Jakarta adalah pembacaan mikroskopis sediaan darah apus tebal malaria, pemeriksaan kimia
klinik dan pemeriksaan serologi terhadap spesimen tersimpan untuk pemeriksaan PD3I atau
lainnya.

Secara lebih rinci, jenis pemeriksaan biomedis untuk spesimen darah yang akan dilakukan di
laboratorium lapangan pada saat pengumpulan data tahun 2023, meliputi:
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam setelah diberikan pembebanan pada
ART umur ≥ 15 tahun
b. Pemeriksaan hemoglobin pada seluruh anggota rumah tangga (ART);
c. Pemeriksaan malaria pada seluruh ART yang terdiri dari:
• Pemeriksaan RDT;
• Pembuatan sediaan apus darah tebal (khusus untuk ART yang mempunyai riwayat demam
dalam 48 jam terakhir).

2
Jenis pemeriksaan biomedis yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Nasional meliputi:
a. Pemeriksaan kimia klinis yang meliputi pemeriksaan profil lipid (kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserid), pemeriksaan kreatinin, dan pemeriksaan HbA1C;
b. Pemeriksaan serologi (antibodi) yang meliputi PD3I seperti difteri, pertusis, tetanus, campak,
rubella, hepatitis B;
c. Pemeriksaan mikroskopis malaria; dan
d. Pemeriksaan retinol

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusun ”Buku Pedoman Teknis Biomedis di Lapangan”
yang akan menjelaskan tentang langkah dan cara kerja pengumpulan spesimen serta pemeriksaan
biomedis yang harus dilaksanakan oleh petugas di lapangan, sesuai dengan standar pemeriksaan
laboratorium yang telah ditentukan. Merujuk pada Buku Pedoman Teknis Biomedis di Lapangan,
maka nantinya dapat dikeluarkan suatu hasil pemeriksaan yang terstandar dan dapat memenuhi
tujuan awal survei.

Pedoman yang disiapkan pada buku ini mencakup antara lain:


a. Pedoman pengorganisasian lapangan enumerator dengan tenaga kesehatan setempat saat
pengumpulan dan pemeriksaan sampel biomedis;
b. Pedoman operasional baku (POB) teknis pengisian formulir pemeriksaan biomedis;
c. POB teknis penempelan stiker barcode pemeriksaan biomedis;
d. POB teknis pengambilan sampel darah sesuai prinsip Good Laboratory Practice (GLP);
e. POB teknis pemeriksaan hemoglobin;
f. POB teknis pemeriksaan glukosa darah;
g. POB teknis pemeriksaan malaria dengan alat RDT;
h. POB pembuatan sediaan apus darah tebal untuk pemeriksaan malaria;
i. POB teknis memindahkan specimen darah dari vacuum tube tutup ungu (EDTA);
j. POB teknis menyiapkan serum dari spesimen darah menggunakan alat centrifuge;
k. POB penyimpanan sementara, pengepakan dan pengiriman serum dan sediaan darah apus
tebal yang sesuai standar transportasi spesimen biologik (prinsip biosafety and biosecurity
laboratory);
l. POB Penanganan limbah biomedis sesuai prinsip biosafety laboratory.

1.2 Penentuan Blok Sensus (BS) Biomedis SKI 2023.

Pelaksanaan pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia
dengan populasi penduduk yang mewakili daerah perkotaan dan pedesaan. Sampel SKI 2023
untuk pemeriksaan biomedis adalah seluruh anggota rumah tangga (ART), yang sesuai kriteria
inklusi untuk pemeriksaan biomedis dari seluruh Rumah Tangga (Ruta) di blok sensus (BS)
terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan, berdasarkan sampling sesuai kriteria Badan Pusat
Statistik (BPS). Sampel BS untuk pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 merupakan sub sampel
yang akan mewakili data nasional sejumlah 2500 BS.

1.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ART Sampel Biomedis SKI 2023
a. Kriteria Inklusi :
1) Tercantum dalam daftar responden Kesmas pada BS Biomedis;
2) Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani lembar Persetujuan
Setelah Penjelasan (PSP) atau informed consent;
3) ART usia > 15 tahun bersedia pengambilan darah vena 9 ml.
4) ART usia < 15 tahun dan ibu hamil bersedia pengambilan darah vena 5 ml;
5) ART terpilih usia > 15 tahun akan dilakukan pemeriksaan glukosa darah (puasa dan 2
jam setelah pembebanan);
6) Semua ART terpilih persedia dilakukan pemeriksaan hemoglobin;
7) Semua ART terpilih bersedia dilakukan pemeriksaan RDT malaria;

3
b. Kriteria Eksklusi:
1) Sakit berat;
2) Riwayat perdarahan: hemofili, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP);
3) Mengidap penyakit kronis yang mengharuskan penggunaan obat pengencer darah
(asam asetil salisilat: asetosal, aspirin, aspilet, ascardia) secara rutin;
4) Keadaan lain yang ditentukan oleh dokter.

Catatan:
Penetapan kriteria eksklusi sampel ART harus ditanyakan pada saat pengumpulan data kesmas
dan ditanyakan kembali oleh dokter pendamping yang bertugas pada saat pengambilan darah
di laboratorium lapangan.
Penentuan lokasi BS Biomedis ditentukan oleh BPS sedangkan penentuan sampel rumah
tangga biomedis didapatkan dari aplikasi SKI yang dibuat oleh tim manajemen data.
Penggunaan aplikasi SKI tersebut dijelaskan secara teknis pada pedoman manajeman data.

1.4 Laboratorium Lapangan

Laboratorium lapangan dapat berlokasi di Puskesmas, Pustu, Posyandu ataupun tempat lainnya
yang memenuhi persyaratan laboratorium lapangan sebagai berikut:
a. Memiliki lokasi yang dekat dan mudah dijangkau oleh calon responden SKI 2023.
Definisi dekat dan mudah dijangkau adalah: dapat ditempuh oleh responden maksimal
dalam waktu 30 menit dari tempat kediaman responden;
b. Memiliki fasilitas untuk penyimpanan sementara spesimen serum, berupa alat pendingin
atau kulkas (refrigerator), yang diizinkan untuk digunakan selama proses pengumpulan
data. Jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka alternatifnya adalah menggunakan cool
box yang dilengkapi ice/gel pack;
Mekanisme penggunaan cool box dan ice/gel pack adalah sebagai berikut:
i. Penggunaan 1 unit cool box.
Cool box memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) sebagai tempat penyimpanan sementara
spesimen selama proses pengambilan dan pengelolaan darah berlangsung. Cool box
dapat digunakan setelah lingkungan di dalam cool box dingin dengan ditempatkan
sejumlah ice/gel pack yang telah dibekukan terlebih dahulu (3x24 jam) sebelum
dibawa ke laboratorium lapangan. (2) sebagai tempat penyimpanan antara, yaitu selang
waktu selama sampel belum dikirimkan ke Laboratorium Rujukan Nasional (bila di
lokasi tidak terdapat alat pendingin atau kulkas yang bisa digunakan untuk menyimpan
spesimen). (3) sebagai tempat spesimen selama proses pengiriman ke Jakarta.
ii. Penggunaan ice/gel pack.
Jumlah total ice/gel pack beku yang tersedia adalah 24 (duapuluh empat) buah, yang
akan digunakan bergantian di dalam cool box. Jumlah ice pack yang digunakan untuk
penyimpanan sementara selama proses laboratorium lapangan adalah 6 (enam) buah
pada masing-masing cool box. Sedangkan 12 (duabelas) buah ice pack lainnya harus
dibekukan agar dapat digunakan keesokan harinya.
iii. Cool box harus selalu berisi ice pack beku dan bila ice pack mencair, maka ke dalam
cool box harus diisi kembali dengan ice pack beku.
c. Laboratorium lapangan harus memiliki supply listrik yang memadai untuk
mengoperasikan centrifuge dengan daya listrik 220 volt; apabila hal ini tidak
memungkinkan dapat berkoordinasi dengan PJO agar dapat dilakukan di tempat lain.
d. Memiliki ruangan dengan ventilasi dan penerangan yang cukup untuk tempat
pengambilan darah;
e. Memiliki tempat tunggu bagi responden selama proses pemeriksaan dan pada saat waktu
tunggu pembebanan glukosa dua jam setelah puasa;
f. Jika laboratorium lapangan memiliki ukuran yang kecil sebaiknya enumerator melakukan
koordinasi dalam menentukan jadwal kedatangan responden dengan tenaga penghubung.

4
1.5 Enumerator SKI 2023

Pelaksanaan kegiatan di lapangan terkait pemeriksaan biomedis pada SKI 2023 memerlukan
pendampingan dari tenaga kesehatan (nakes) setempat dan tim enumerator yang handal serta
dapat mengerti mengenai tugas dan kewajibannya secara bertanggungjawab. Diperlukan kerja tim
untuk dapat menunjang terlaksananya seluruh kegiatan tersebut.

Kriteria enumerator untuk BS Biomedis adalah sebagai berikut:


a. Pendidikan minimal D3 Bidang Kesehatan atau perawat (usia maksimal 35 tahun);
b. Berpengalaman sebagai Analis Kesehatan atau perawat dalam pengambilan darah selama
minimal 2 tahun;
c. Sehat jasmani dan rohani (tidak cacat);
d. Tidak sedang hamil (selama pengumpulan data);
e. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
f. Diutamakan bisa berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat;
g. Mendapatkan surat ijin dari atasan selama pengumpulan data untuk yang bekerja.

1.6 Tenaga Kesehatan Pendamping Enumerator

Tenaga Kesehatan pendamping enumerator terdiri dari satu orang dokter, satu orang analis
Kesehatan dan satu orang perawat dengan kriteria sebagai berikut:
• Dokter
a. Dokter di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
d. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan;
e. Memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) yang masih berlaku.
• Analis
a. Pendidikan minimal D3 Analis Kesehatan;
b. Berpengalaman dalam pengambilan spesimen darah vena;
c. Petugas di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
f. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan.
• Perawat
a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan;
b. Perawat di wilayah sampel BS Biomedis terpilih atau tempat lain yang memungkinkan
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Bersedia menandatangani kontrak kerja;
e. Jika sudah bekerja, mendapatkan surat ijin dari atasan.

5
BAB II
PENGORGANISASIAN LAPANGAN
PEMERIKSAAN BIOMEDIS SKI 2023

2.1 Alur Pemeriksaan

Tim Enumerator mendata ART di RT BS Biomedis yang bersedia berpartisipasi untuk


pengumpulan dan pemeriksaan darah. Tim enumerator melengkapi form BMBG.01,
kemudian mengkoordinasikan jadwal puasa dan jadwal pemeriksaan ART di Laboratorium
lapangan yang telah ditentukan.

Pada saat jadwal pemeriksaan di laboratorium lapangan yang telah disepakati, Tim
Enumerator yang bertugas akan mencocokkan kartu pengenal ART dengan kartu hasil
pemeriksaan dan informed consent.

Tim Enumerator memastikan kembali persetujuan ART sebelum dilakukan pengambilan


spesimen darah. Dokter pendamping memastikan kriteria inklusi dan eksklusi terpenuhi.
Pengambilan spesimen darah dilakukan oleh tenaga Analis/Nakes setempat dengan bantuan
Tim Enumerator

Responden mengikuti Pengambilan darah vena dan kapiler:


semua proses - Darah ART usia ≥15 tahun diambil sebanyak 9 ml,
pemeriksaan sampai sedangkan pada ART usia <15 tahun dan ibu hamil
selesai dilakukan sebanyak 5 ml.
- Pemeriksaan RDT malaria, pembuatan sediaan darah
apus tebal, pemeriksaan glukosa darah (puasa dan 2 jam
setelah pembebanan) dan hemoglobin sesuai dengan
Responden POB.
menyelesaikan seluruh Spesimen darah kemudian dibagi kedalam 2 vacuum tube
urusan administrasi sesuai dengan POB.
dengan Tim Enumerator Pemisahan serum:
Darah vena yang tersisa dalam vacutainer kuning
(mengandung gel activator) disiapkan untuk pemisahan
Responden kembali ke serum sesuai dengan POB.
Ruta masing-masing
dengan dikoordinasikan
oleh Tim Enumerator.
Penyimpanan specimen darah, serum dan sediaan darah apus
tebal dilakukan oleh enumerator sesuai dengan POB.

Pengepakan dan pengiriman spesimen dilakukan oleh


enumerator sesuai dengan POB

2.2 Pengorganisasian Lapangan

Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, koordinasi antara tim enumerator dengan tenaga
kesehatan pendamping terkait pengumpulan data ART di Ruta Biomedis sangat penting. Satu tim
enumerator bertanggung jawab maksimal 4 BS Biomedis. Tugas tim enumerator dan tenaga
kesehatan pendamping mencakup pengorganisasian lapangan sebagai berikut:

6
2.2.1 Tim Enumerator
Tugas Tim Enumerator pada tahap persiapan pemeriksaan biomedis di rumah
tangga yaitu:
a) Mendata BS Biomedis yang menjadi tanggung jawabnya;
b) Menghubungi dan berkoordinasi dengan PJT Kab/Kota dan PJO Kab/Kota terkait
dengan pemilihan tempat pemeriksaan dan pengambilan spesimen darah di
Laboratorium Lapangan yang telah disetujui sebelumnya;
c) Mendata ART yang termasuk kriteria inklusi untuk pemeriksaan biomedis, dengan
tahapan sebagai berikut:
➢ Melakukan pembacaan naskah informed consent (penjelasan penelitian).
➢ Memastikan ART bersedia menjadi responden dengan kemudian menandatangani
naskah PSP.
d) Mengisi formulir ART BMBG.01 yang meliputi:
➢ Kolom identitas pengenalan tempat (provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, desa/
kelurahan, desa/ kota, nomor kode sampel, nomor urut sampel rumah tangga).
➢ Kolom identitas ART (nama, usia, jenis kelamin).
➢ Mengisi kolom waktu dan tempat kumpul untuk pengambilan darah.

Tugas Tim Enumerator pada tahap persiapan pemeriksaan Biomedis di


laboratorium lapangan yaitu:
a) Berkoordinasi dengan PJO untuk mengatur mekanisme mobilisasi ART pada hari
pemeriksaan biomedis ART di laboratorium lapangan;
b) Berkoordinasi dengan ART untuk pengkondisian pemeriksaan Biomedis sesuai hari/
tanggal yang ditentukan di laboratorium lapangan mengenai waktu puasa untuk
pemeriksaan glukosa darah.

Tugas Tim Enumerator pada tahap persiapan laboratorium lapangan yaitu:


a) Menyiapkan ruangan laboratorium untuk pengambilan spesimen darah beserta
kelengkapan seluruh formulir BMBG.01, BM.02, BM.03, dan BM.04 dan kartu hasil
pengukuran dan pemeriksaan ART serta berkas administrasi daftar nama penerima
bahan kontak dibantu oleh Tim Pendamping;
b) Berkoordinasi dengan Tim Pendamping (dokter dan petugas) dari laboratorium
lapangan untuk pendataan kondisi ART dan kelengkapan pengisian form BMBG.01,
BM.02, BM.03, dan BM.04.

Tugas Tim Enumerator pada tahap pemeriksaan spesimen darah yaitu:


a) Melakukan pengambilan darah vena dan kapiler sesuai dengan POB;
b) Melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa dua jam setelah pembebanan
dan pemeriksaan setelah pembebanan sesuai dengan POB;
c) Melakukan pemeriksaan hemoglobin sesuai dengan POB;
d) Melakukan pemeriksaan RDT Malaria dan membuat sediaan darah apus tebal sesuai
dengan POB;
e) Melakukan penyiapan dan penyimpanan serum darah sesuai dengan POB;
f) Mengisi dan melengkapi seluruh form BMBG.01, BM.02, BM.03, dan BM.04
seluruh berkas administrasi sesuai dengan POB;
g) Menyelesaikan urusan administrasi dan kartu hasil bagi setiap responden yang sudah
selesai melakukan pemeriksaan biomedis;
h) Melakukan entri data hasil pemeriksaan biomedis (Form BM.02 dan BM.04) di
lapangan.

Tugas Tim Enumerator pada tahap pengiriman paket spesimen yaitu:


a) Memeriksa kelengkapan spesimen (serum, wholeblood EDTA dan sedian darah apus
tebal malaria), seluruh formulir, berkas lembar PSP/informed consent yang
disesuaikan jumlahnya dengan yang tercantum pada form BMBG.01;
7
b) Melakukan pengepakan dan pengiriman spesimen (serum, wholeblood EDTA dan
sediaan darah apus tebal malaria) beserta seluruh form biomedis sesuai dengan POB;
c) Melakukan koordinasi dengan PJO Kab/Kota untuk pengiriman spesimen ke alamat
yang telah ditentukan. Pengiriman spesimen darah dan sediaan darah apus tebal
malaria dilakukan setiap selesai 1 BS;
d) Menyerahkan paket pengiriman ke petugas yang telah ditunjuk oleh PJO Kab/Kota
untuk proses pengiriman.

2.2.2 Tenaga Kesehatan Pendamping


Tugas Dokter dan Analis atau Perawat Pendamping
a) Dokter memastikan ART yang memenuhi kriteria inklusi untuk pemeriksaan
biomedis;
b) Dokter dan perawat mengantisipasi dan memberikan penanganan seandainya timbul
kejadian simpang (adverse events) selama pelaksanaan laboratorium lapangan;
c) Analis mendampingi dan/atau membantu pelaksanaan pengambilan darah,
pemeriksaan termasuk pengisian formulir dan penempelan stiker serta persiapan
untuk pemeriksaan darah.

Alur Laboratorium Lapangan pada BS Biomedi

8
BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGELOLAAN
SPESIMEN BIOMEDIS SKI 2023

Kegiatan pemeriksaan Biomedis pada SKI 2023 adalah pengumpulan spesimen darah. Proses
pengambilan spesimen darah akan dilakukan di laboratorium lapangan (Puskesmas, Pustu,
Posyandu, Poskesdes atau tempat lain yang memenuhi kriteria). Pengambilan darah vena
dilakukan oleh petugas yang telah memiliki pengalaman, dilakukan pada ART usia ≥ 15 tahun
sebanyak 9 ml, sedangkan ART wanita hamil serta anak usia <15 tahun akan diambil darahnya
sebanyak 5 ml.

Terkait dengan hal tersebut, maka penting bagi enumerator untuk mengetahui seluruh prosedur
dan perlengkapan alat serta bahan yang harus disiapkan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan Biomedis pada SKI 2023 dapat berjalan lancar di lapangan dan sesuai dengan
mekanisme yang telah ditentukan.

3. Pedoman Operasional Baku Persiapan Laboratorium Lapangan

Apabila BS Biomedis jaraknya terlalu jauh dari Puskesmas, maka dapat disiapkan laboratorium
lapangan seperti Pustu, Posyandu, Poskesdes atau tempat lain yang memenuhi kriteria di tempat
yang ditentukan oleh Penanggung Jawab Operasional Kabupaten/Kota yang memenuhi
persyaratan untuk melakukan pemeriksaan biomedis. Tempat yang dapat digunakan untuk
pengambilan spesimen SKI 2023 harus memenuhi syarat/kondisi sebagai berikut:

1. Lokasi yang mudah dijangkau oleh calon responden SKI 2023. Definisi mudah
dijangkau oleh responden adalah berada di wilayah BS terpilih dengan jarak tempuh
maksimal 30 menit;
2. Memiliki penyimpanan sementara untuk spesimen darah berupa alat pendingin atau
kulkas (refrigerator), jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka alternatifnya adalah
mengunakan cool box yang diisi dengan ice pack yang telah dibekukan sebelumnya
(3x24 jam sebelum dibawa ke laboratorium lapangan);

3. Memiliki sumber listrik yang memadai selama 24 jam untuk tempat penyimpanan serum
sementara sebelum dikirim;
4. Memiliki ruangan tertutup dengan ventilasi dan penerangan yang cukup untuk tempat
pengambilan darah;
5. Memiliki meja dan kursi untuk responden dan tim pengambil spesimen;
6. Jika laboratorium lapangan memiliki ukuran yang kecil sebaiknya petugas medis
melakukan koordinasi dalam menentukan jadwal kedatangan responden dengan
enumerator dan penunjuk jalan.

9
3.1 Persiapan alat dan bahan :

Daftar alat dan bahan di Laboratorium Lapangan:


a. PSP/Informed Consent
b. Bahan Pengambilan Darah dan Pemisahan Serum
- Masker
- Alcohol swab
- Tali pembendung darah (tourniquet)
- Plester luka
- Sarung tangan
- Syringe 10 ml
- Syringe 5 ml
- Wing needle 25G
- Blood Lancet
- Pipet Pasteur disposable
- Cryotube 5 ml
- Parafilm 5 cm x 76 m
- Absorbant pads
- Rak Vacutainer plain*
- Centrifuge portable*
- Ice/gel pack
- Cooler box
- Alumunium foil*
c. Alat Pemeriksaan Hb
- Alat pengukur hemoglobin (Hb)
- Microcuvettes
c. Bahan Pemeriksaan Glukosa
- Alat pengukur glukosa darah
- Strip test pengukur glukosa darah
- Stiker waktu (penentuan waktu pengambilan darah 2 jam setelah pembebanan)
d. Bahan Penanganan Limbah
- Kantong plastik biohazard besar
- Kantong plastik biohazard kecil
- Sharp safety container (7,6 liter)
e. Bahan Pembebanan
- Glukosa anhidrat dikemas 75 gram
- Suplemen makanan cair 300 kalori untuk penderita DM (72 gram)
- Sendok pengaduk
- Air mineral botol 330 ml
- Gelas plastik 300 ml dan tutupnya
f. Bahan RDT dan Pembuatan Sediaan Darah Apus Tebal Malaria
- Kertas tissue
- Kaca sediaan darah berlabel (frosted end) dibuat duplo
- Kit RDT malaria kaset
- Tabung centrifuge 15 ml
- Timer
g. Bahan Pengiriman Spesimen Serum dan sediaan darah apus tebal Malaria (ke
Laboratorium Kesehatan Nasional)
- Cooler Box
- Gel Pack
- Kardus coklat
- Alamat Pengiriman
- Kotak sediaan darah
- Kertas tissue gulung
- Lakban bening/ cokelat 90 yard

10
h. Bahan Pengiriman Sediaan Darah Apus Tebal Malaria (ke Laboratorium Nasional)
- Kotak sediaan darah
- Kertas tissue gulung
i. Form Biomedis
- Form BMBG.01 (3 rangkap)
- Form BM.02 (2 rangkap)
- Form BM.03 (2 rangkap)
- Form BM.04 (2 rangkap)
- Form BG.01 (dibawa oleh tim PTGMI)
- Stiker Anggota Rumah Tangga
j. Bahan Pengiriman Form Biomedis
- Kantong Plastik (ukuran kertas folio)
k. Kartu hasil pengukuran dan pemeriksaan

3.2 Pemeriksaan Kelengkapan Persiapan di Laboratorium Lapangan


1. Memeriksa kelengkapan seluruh formulir (BMBG. 01, BM. 02, BM. 03, dan BM.
04), kartu hasil pemeriksaan, dan PSP/Informed Consent yang telah ditandatangani
oleh responden, serta berkas administrasi responden.
2. Menyiapkan ruang tunggu ART untuk kegiatan pemeriksaan dan administrasi;
3. Menyiapkan ruangan tertutup dengan ventilasi dan penerangan yang cukup untuk
tempat pengambilan darah;
4. Jika tidak tersedia refrigerator di laboratorium lapangan, maka disiapkan 2 (dua)
unit cooler box. Cooler box pertama berfungsi berfungsi untuk transport spesimen
dari laboratorium lapangan ke fasilitas kesehatan terdekat, tidak dibuka sampai
kegiatan pengambilan darah pada hari itu selesai. Cooler box kedua digunakan
selama pengambilan spesimen berlangsung / digunakan saat menunggu komponen
darah terpisah;
Pastikan gel pack yang dipakai selalu dalam kondisi beku, jika gel pack sudah
mencair maka cooler box diisi kembali oleh gel pack yang masih beku;
5. Menyiapkan meja dan kursi untuk responden dan tim pengambil spesimen;
6. Meletakkan alas absorbant pads pada meja pengambilan spesimen untuk
meminimalkan kontaminasi pada pekerja dan lingkungan;
7. Menyiapkan dan mengatur alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengambilan
dan pemeriksaan spesimen darah;
8. Menyiapkan tempat pembuangan limbah medis (sharp safety container) dan plastik
biohazard) dan non medis.

3.3 Pedoman Operasional Baku (POB) Teknik Pengambilan Darah.

3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan :


1. Masker
2. Plester luka
3. Sarung tangan
4. Wing needle 25 G
5. Disposible syringe 10 ml
6. Disposible syringe 5 ml
7. Vacutainer plain 5 ml dan 10 ml
8. Tourniquet
9. Blood lancet
10. Alcohol swab
11. Absorbant pads
12. Parafilm ± 5cm
13. Sharp safety container
14. Biohazard bag
15. Centrifuge portable
16. Ice / cool pack
11
3.3.2 Pengambilan Darah Vena Mediana Cubiti
1. Tim enumerator mendata responden dan mencocokan dengan nomor stiker yang ada dalam
form BMBG.01;
2. Siapkan tabung vacutainer tutup kuning dan tutup ungu (EDTA) yang sudah ditempelkan
stiker sesuai dengan data responden yang ada dalam form BMBG.01;

3. Siapkan tourniquet, syringe 10 ml (untuk ART usia ≥ 15 tahun), syringe 5 ml dengan atau
tanpa wing needle (untuk ART usia 5-14 tahun, wanita hamil atau balita) atau blood lancet
untuk ART balita yang sulit diambil darah venanya;

4. Siapkan tempat untuk pembuangan limbah medis (Sharp safety container) yang akan
digunakan untuk membuang jarum bekas pakai dan kantong plastik biohazard untuk
sampah medis seperti alcohol swab bekas pakai;

5. Siapkan parafilm, dan kaca sediaan yang telah diberi label untuk darah apus tebal malaria
apabila responden sedang mengalami demam atau mempunyai riwayat demam dalam dua
hari terakhir;

12
6. Cuci tangan sebelum pengambilan darah dengan menggunakan sabun air dan bersih
mengalir, atau gunakan hand sanitizer jika sulit mendapatkan air bersih mengalir.
Keringkan tangan dengan kertas tissue sekali pakai;

7. Pakai sarung tangan dalam proses pengambilan darah;

8. Responden diminta untuk duduk dengan posisi tegak dan usahakan posisi responden
senyaman mungkin, kemudian letakkan salah satu tangan responden di atas meja atau
bangku berlengan dan diluruskan, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas atau
lengan dengan pembuluh vena teraba / kelihatan;

9. Pasang tourniquet kira-kira 5 cm (atau 4-5 jari) di atas vena cubiti atau di atas lipatan siku
(jangan terlalu kencang);

10. Responden diminta untuk mengepalkan jari tangannya agar pembuluh vena menjadi
tampak/ menonjol;

13
11. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena (vena yang teraba akan seperti
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal);

12. Dilakukan desinfeksi sekitar area vena cubiti (bagian yang akan diambil) dengan
menggunakan alcohol swab 70% dengan cara memutar dari dalam ke luar, dan tunggu
hingga kering untuk menghindari adanya kontaminasi;

13. Ambil darah sebanyak 9 ml (untuk usia ≥ 15 tahun), 5 ml (untuk ART <15 tahun dan
wanita hamil). Untuk balita dapat menggunakan wing needle atau blood lancet;

14. Tempatkan keempat jari memegang bagian bawah (sebagai penyangga) dan ibu jari berada
di atas syringe, dan penusukan dilakukan dengan sudut 30 derajat pada vena untuk
kedalaman tidak ditentukan tetapi sebaiknya jangan terlalu dalam, kemudian tarik bagian
spuit sampai darah naik;

14
15. Lepaskan tourniquet dan minta responden untuk perlahan-lahan membuka kepalan
tangannya ketika darah sudah mulai masuk ke dalam syringe;

16. Setelah selesai pengambilan darah tarik syringe perlahan dan tempelkan plester pada area
di bekas suntikan. Berikan sedikit tekanan dan posisi lengan tetap lurus;

17. Tutup kembali jarum spuit dengan tutupnya dan menggunakan satu tangan;
18. Jarum segera dilepaskan untuk menghindari terjadinya hemolisis, dan dibuang dalam kotak
limbah medis (sharp safety container);

19. Beberapa tetes (kira-kira 2-3 tetes) darah kemudian diteteskan pada parafilm untuk
pemeriksaan glukosa darah, hemoglobin (Hb), dan RDT malaria. Bagi responden yang
menderita demam dalam 48 (empat puluh delapan) jam terakhir dibuatkan sediaan darah
apus tebal malaria;

’;;’’

15
20. Masukan darah sebanyak 2 ml ke dalam vacutainer tutup ungu dan sebanyak 7 ml ke
dalam vacutainer tutup kuning untuk ART usia ≥15 tahun; dan sebanyak 0.5 ml ke dalam
vacutainer tutup ungu dan sebanyak 4 ml ke dalam vacutainer tutup kuning untuk ART
usia <15 tahun. Sedangkan untuk ibu hamil darah yang dimasukan adalah sebanyak 2 ml
ke dalam vacutainer tutup ungu dan sebanyak 3 ml ke dalam vacutainer tutup kuning.

Alur Pengambilan dan Pemeriksaan Darah Vena

Kejadian Simpang (adverse event) yang Mungkin Terjadi Saat Pengambilan Darah Vena
Meskipun sangat jarang, kejadian simpang (adverse event) mungkin terjadi pada responden saat
pengambilan darah vena, dan yang umum antara lain:
- Hematoma (memar di lokasi pengambilan darah)
- Reaksi vasovagal (refleks sistem saraf involunter yang menimbulkan perlambatan denyut
jantung dan penurunan tekanan darah sementara)
- Sinkop (kehilangan kesadaran yang timbul belakangan)
- Perdarahan dari arteri
- Kerusakan saraf di sekitar lokasi pengambilan darah

Catatan:
Keberadaan tenaga kesehatan pendamping sangat diperlukan untuk mengantisipasi kejadian
tersebut di atas. Untuk penanganan kejadian simpang enumerator berkoordinasi dengan faskes
dan PJT.

16
Penanganan Kejadian Simpang
Secara umum, kejadian simpang (adverse event) bukan merupakan keadaan yang mengancam
nyawa.

1. Penanganan pada Hematoma


Hematoma biasanya terjadi akibat teknik pengambilan darah yang kurang tepat, penusukan
vena dua kali dan penekanan lengan yang kurang memadai.
- Hentikan pengambilan darah dan lepaskan tourniquet.
- Berikan penekanan yang cukup kuat pada bagian yang memar dengan perban atau kasa
dan minta responden untuk bebas menggerakkan lengannya, tetapi lengan yang terkena
jangan langsung digunakan untuk mengangkat beban berat.
2. Penanganan pada Reaksi Vasovagal
Keadaan ini timbul cepat sebelum atau saat prosedur pengambilan darah dan biasanya cepat
membaik atau pulih sendiri
a. Reaksi Vasovagal Ringan (tanpa kehilangan kesadaran)
Keadaan ini timbul cepat sebelum atau pada saat biasanya cepat membaik dan pulih
sendiri. Responden tampak pucat dan lemas.
o Hentikan pengambilan darah dan baringkan responden
o Longgarkan pakaian/aksesoris yang ketat pada tubuh responden
o Cek tekanan darah dan denyut nadi responden
o Berikan minuman kepada responden.
b. Penanganan pada Reaksi Vasovagal Berat (dengan kehilangan kesadaran)
Pada keadaan ini, responden tidak sadarkan diri, tekanan darah menurun dan denyut
jantung melambat. Reaksi vasovagal berat dapat terkait dengan syok neurogenik.
Syok neurogenik dapat timbul dari reaksi vasovagal yang berlebihan, dan
memerlukan perawatan intensif
o Hentikan prosedur pengambilan darah dan minta bantuan tenaga kesehatan
o Letakkan responden pada posisi pemulihan (kepala menghadap ke samping dan
dagu terangkat) dan pastikan bahwa jalan napas responden tidak mengalami
penyumbatan.
o Cek tekanan darah dan denyut nadi responden
o Jika responden sudah sadar, berikan minuman hangat.
o Bila pernapasan dan/atau denyut nadi tidak dirasakan (dapat menandakan syok
neurogenik), lakukan resusitasi jantung paru, yaitu penekanan dada responden
beberapa kali per menit yang diselingi dengan pemberian napas buatan. Cek
kembali pernapasan dan denyut nadi. Jika keadaan tidak membaik, rujuk ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk perawatan intensif.
Hal yang perlu diperhatikan adalah reaksi vasovagal sangat jarang ditemui, biasanya ringan,
dapat pulih cepat dan tidak perlu panik ketika menghadapinya.
3. Penanganan pada Sinkop
- Keadaan ini timbul setelah pengambilan darah dilakukan dan gejalanya serupa pada reaksi
vasovagal ringan. dapat dicegah dengan cara memberikan minuman hangat kepada
responden, dan membaringkannya. Pada saat pengambilan darah, pengalihan perhatian
berupa rangsang bunyi atau visual serta minimalisasi stres dapat menghindari keadaan ini.
Sinkop biasanya cepat pulih.
4. Penanganan pada Perdarahan Arteri
Keadaan ini biasanya timbul akibat ketidaksengajaan penusukan arteri yang ditandai dengan
muncratan darah berwarna merah terang sesuai dengan irama denyut nadi.
- Hentikan pengambilan darah dan lepaskan tourniquet.
- Berikan penekanan dengan perban atau kasa steril di tempat perdarahan minimal 15 menit
atau hingga perdarahan berhenti. Cek denyut nadi arteri radialis (pembuluh nadi yang
berdenyut dekat pangkal tangan).
- Minta bantuan tenaga kesehatan atau rujuk ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih
lanjut jika perdarahan memburuk.

17
5. Penanganan pada Kerusakan Saraf
Keadaan ini biasanya dirasakan sebagai rasa kesemutan, nyeri atau baal. Kerusakan saraf di
sekitar lokasi pengambilan darah terjadi akibat tusukan jarum atau penekanan hematoma dan
cepat membaik tanpa penanganan khusus.

Catatan :
Pengambilan darah vena pada responden dilakukan maksimal 2 kali tusukan pada lokasi yang
sama. Jika pada pengambilan darah vena pertama gagal, maka tenaga kesehatan diperbolehkan
pengambilan darah vena untuk kedua kalinya dengan persetujuan ART. Jika pada pengambilan
darah vena kedua tetap gagal, maka lakukan pemeriksaan pada ART dengan menggunakan
darah kapiler.

3.3.3 Pengambilan Darah Kapiler


Tahapan pengambilan darah kapiler adalah sebagai berikut:
1. Pegang ujung jari manis tangan kiri responden dewasa, bersihkan dengan menggunakan
alcohol swab dan tunggu sampai kering.

2. Buka penutup jarum lanset dengan memutar sampai terlepas.

3. Tekan ujung lancet pada jari dan lalu tekan kokang sampai terdengar bunyi ‘klik’.

18
4. Biarkan tetesan darah yang pertama keluar dan bersihkan dengan cara dihapus
menggunakan kertas tissue.

5. Gunakan tetesan darah yang kedua untuk pemeriksaan glukosa darah setelah 2 jam
pembebanan (atau gunakan untuk seluruh pemeriksaan jika gagal dilakukan pengambilan
darah vena)

19
3.4 Pedoman penggunaan Alat Pengukur Glukosa Darah.
3.4.1 Persiapan alat dan bahan :
Satu set alat pengukur pemeriksaan glukosa darah
3.4.2 Kontrol Alat Pengukur Glukosa Darah
Tahapan kontrol alat pengukur glukosa darah
1. Buka kemasan alat pengukur pemeriksaan glukosa darah, periksa kelengkapannya serta
dipastikan baterai sudah terpasang;

1. Layar display
2. Tombol Kembali
3. Tombol panah naik dan turun
4. Tombol Power/Set/OK
5. Slot strip dengan lampu
6. Penutup baterai
7. Portal USB
8. Tombol ejektor strip
9. Botol strip glukosa
10. Strip glukosa ujung metalik
11. Strip glukosa ujung kuning

2. Periksa tanggal kadaluarsa pada kemasan tube strip. Buka segel tube kemudian tuliskan
tanggal, bulan, dan tahun pertama kali dibuka;

3.5 Pedoman Operasional Baku (POB) Pemeriksaan Glukosa Darah

3.5.1 Persiapan alat dan bahan:


1. Satu set alat pengukur untuk pemeriksaan glukosa darah
2. Blood lancet
3. Alcohol swab
4. Darah vena puasa
5. Darah kapiler 2 jam setelah pembebanan
6. Tissue
7. Parafilm
8. Stiker waktu
9. Plastik biohazard
10. Sharp safety container

20
3.5.2 Pemeriksaan Glukosa Darah
Pemeriksaan glukosa darah dilakukan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah
sebanyak 2 kali, yaitu:
1. Pemeriksaan glukosa darah puasa

1 2 3

1. Ambil strip glukosa dan tutup kembali botol strip dengan rapat
2. Masukkan ujung metalik strip glukosa ke dalam alat
3. Alat otomatis menyala

4. Tunggu hingga muncul tampilan “apply drop” pada layar


5. Sentuhkan ujung kuning strip pada darah di parafilm
6. Tunggu beberapa saat untuk melihat hasilnya. Angka yang mucul di layar adalah
kadar glukosa darah yang terukur.
7. Catat angka pada layar pada Form BM.02 dan kartu hasil.
8. Buang strip ke dalam plastik biohazard dan lancet ke dalam sharp safety container
9. Setelah ada hasil pemeriksaan glukosa darah puasa dilanjutkan dengan:
a. pembebanan glukosa anhidrat 75gram jika kadar glukosa darah puasa <126
mg/dl dan diminum dalam waktu 5 menit.
Pembuatan pembebanan glukosa 75 gram dilakukan dengan cara melarutkan 75
gram glukosa anhidrat ke dalam 250 ml air hangat dan kemudian aduk sampai
terlarut semua.
b. makanan cair 300 kalori (5 sendok takar) jika kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl atau ART diketahui menderita DM.
Pembuatan pembebanan makanan cair 300 kalori dilakukan dengan cara
melarutkan 5 sendok takar makanan cair ke dalam 250 ml air hangat dan
kemudian aduk sampai terlarut semua.

Hal yang harus diperhatikan


• Pemeriksaan glukosa darah (GD) puasa harus dilakukan segera setelah darah
vena diteteskan di atas parafilm karena hasil pembacaan dapat berbeda dalam
hitungan menit.
• Strip yang sudah dipakai dibuang ke dalam plastik biohazard dan lancet dibuang
ke dalam sharp safety container.

21
• Meskipun pemeriksaan GD sewaktu diperbolehkan, motivasi ART untuk puasa
diprioritaskan!
• Bila ART diketahui mengalami diabetes melitus (DM), obat rutin tetap diminum
saat melakukan pembebanan.
• Strip alat glukosa darah mudah teroksidasi dan lembab (higroskopis) sehingga
botol strip harus segera ditutup setelah strip dikeluarkan.
• Setelah beberapa kali pemeriksaan jangan lupa untuk selalu memeriksa kapasitas
baterai.
• Stiker ditempel di setiap rangkap Form BM.02.
• Buku manual alat tersedia dan dapat dijadikan rujukan untuk mengatasi kendala
dan merawat alat.
• Alat pengukur glukosa darah stabil pada suhu 6-44 OC selama dioperasikan.
Dalam keadaan mati, alat stabil pada suhu antara -25 OC sampai 70 OC.
• Alat dihindari agar tidak basah dan lembab.
• Permukaan alat dibersihkan secara perlahan dengan alcohol swab.

Catatan :
• Setelah responden selesai minum larutan pembebanan, kemudian pada responden
ditempelkan stiker waktu yang menunjukkan bahwa pada waktu tersebut
responden akan dilakukan pengambilan darah kembali untuk pemeriksaan dua jam
setelah pembebanan.
• Selama 2 jam masa pembebanan (75 gram glukosa anhidrat atau 300 kalori
makanan cair) disarankan untuk tidak melakukan aktifitas berat, makan atau
minum selain dari bahan pembebanan, dan tidak merokok, tetapi diperbolehkan
meminum air putih tawar.
• Dua jam setelah pembebanan responden diambil darahnya kembali dengan
pengambilan pada darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa dua jam seteleh
pembebanan.

Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu


• Pemeriksaan GD sewaktu dilakukan bila ART adalah ibu hamil atau ART tidak
berpuasa karena suatu sebab (lupa, tidak kuat berpuasa dll.) atau ART memilih tidak
berpuasa tetapi masih bersedia untuk diambil darahnya;
• Spesimen yang digunakan adalah darah vena dan teknis pemeriksaan sama seperti
pemeriksaan GD puasa;
• Hasil pembacaan GD sewaktu dicatat pada Form BM.02 dan kartu hasil;
• Bila ART menjalani pemeriksaan GD sewaktu, pemeriksaan GD 2 jam Pasca
Pembebanan TIDAK DILAKUKAN;
• Bila ART memiliki riwayat DM dan masih mengonsumsi obat, obat tetap diminum
untuk mengetahui kualitas kontrol penyakit;
• Meskipun pemeriksaan GD sewaktu diperbolehkan, motivasi ART untuk berpuasa
tetap diprioritaskan.

2. Pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah pembebanan.


a. Bersihkan jari manis/ jari tengah tangan kiri dengan alcohol swab.

22
b. Buka penutup jarum lanset dengan memutar sampai terlepas

c. Tekan ujung lancet pada jari dan lalu tekan kokang sampai terdengar bunyi ‘klik’.

d. Bersihkan tetesan darah yang keluar pertama kali menggunakan tisu. Gunakan
tetesan darah selanjutnya pada strip accu-check

e. Tempelkan lengkung strip pada tetesan darah berikutnya sampai penuh. Tunggu
beberapa saat untuk melihat hasilnya.

hasil pengukuran
glukosa darah

f. Angka yang muncul dilayar display alat pengukur glukosa darah adalah kadar
glukosa darah yang terukur.
g. Tulis hasil dan waktu yang tertera pada layar display pada Formulir BM.02 dan
kartu hasil.
h. Buang strip ke dalam plastik biohazard.
23
Catatan :
• Jika angka pada layar alat accu-check menunjukan “HIGH” maka pada form
BM.02 catatkan hasil dengan kode “8888”
• Jika ART memuntahkan sebagian atau seluruh larutan pembebanan maka
pemeriksaan kadar GD setelah pembebanan TIDAK DILANJUTKAN dan catat
hasil pemeriksaan pada Form BM.02 sebagai “missing” dengan kode “9999”

Panduan Kode Error:


strip test rusak atau lembab. Cabut strip dan
Bila pada layar display muncul E-1
pasang ulang atau ganti jika rusak
Bila pada layar display muncul E-2 Kode chip tidak benar
Bila pada layar display muncul E-3 Error saat test
Volume darah tidak cukup atau terlambat
Bila pada layar display muncul E-4
diaplikasikan pada strip
Bila pada layar display muncul E-5 Kode chip dari lot strip yang kadaluarsa
Darah atau larutan kontrol diaplikasikan terlalu
Bila pada layar display muncul E-6
cepat sebelum gambar kedipan tetes darah muncul
Terjadi error elektronik atau pada kasus yang
Bila pada layar display muncul E-7
jarang, strip bekas dipasang ulang
Bila pada layar display muncul E-8 Temperatur di luar rentang (6- 44OC)
Bila pada layar display muncul E-9 Baterai hampir habis
Bila pada layar display muncul E-10 Setting tanggal dan waktu tidak benar

24
3.6 Pedoman Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin
3.6.1 Persiapan alat dan bahan :
1. Satu set alat pengukur hemoglobin yang terdiri dari alat pengukur hemoglobin, adaptor,
pembersih, buku manual dan petunjuk penggunaan;
2. Microcuvettes.

3.6.2 Kontrol Alat Pengukur Hemoglobin


1. Buka Kemasan alat pengukur hemoglobin dan pastikan baterai sudah terpasang atau
adaptor sudah tersambung ke sumber aliran listrik.

2. Periksa tanggal kadaluarsa pada botol microcuvettes dan buka botol kemudian tuliskan
tanggal, bulan, tahun pada saat botol microcuvettes pertama kali dibuka.

3. Alat pengukur hemoglobin darah mempunyai sistem kalibrasi internal secara otomatis.
Setiap kali unit alat pengukur hemoglobin dinyalakan, secara otomatis akan melakukan
sistem kalibrasi. Sistem kalibrasi internal ini akan dilaksanakan secara otomatis tiap 2 jam
penggunaan apabila alat selalu dalam keadaan menyala. Dengan catatan semua alat
pengukur sebelum dikirim ke lapangan telah dilakukan kontrol dengan larutan kontrol.
4. Alat pengukur sebelum dikirim ke lapangan sudah dikontrol dengan larutan kontrol.
Kontrol dilakukan dengan menggunakan larutan kontrol dengan konsentrasi normal yaitu
13,1 - 14,1 g/dL (131-141g/L).
5. Prosedur kontrol: Sentuhkan ujung microcuvette ke larutan kontrol yang berada pada
tabung, biarkan terserap dan terisi sampai penuh. Masukkan microcuvette yang sudah
berisi larutan ke dalam alat pengukur hemoglobin.
6. Perawatan alat harian dilakukan setelah selesai mengerjakan pemeriksaan terakhir pada
hari itu dengan cara membersihkannya dengan alcohol swab dan alat dalam keadaan harus
mati. Pembersihan juga dilakukan setiap muncul kode E02.
Cara perawatan alat sebagai berikut:

1 2 3 4

(1) Buka, tekan sisi kanan dan tarik keluar tempat microcuvette (2) bersihkan tempat
microcuvette dengan menggunakan alcohol swab atau cleaner swab, (3) bersihkan juga
bagian luar alat dengan alcohol swab baru, (4) setelah bersih kemudian masukkan
kembali tempat microcuvette pada posisi semula dan simpan alat dengan baik.

25
Pembersihan alat dilanjutkan dengan membersihkan lubang tempat microcuvette dengan
menggunakan cleaner swab.

1 2 3 4
(1) Lepaskan tempat microcuvette dan masukkan cleaner swab ke dalam alat (2) bersihkan
bagian dalam alat dengan hati-hati, (3) setelah dibersihkan tunggu 15 menit sampai bagian
dalam alat kering, (4) tutup dan rapikan kembali alat seperti semula dan simpan dengan
baik.

Pengaturan Alat dan Waktu


• Hidupkan alat deteksi Hb;
• Tekan kedua tombol (kiri dan kanan) bersamaan sampai muncul tanda QC di layar
display;
• Tekan tombol kanan sampai muncul angka waktu berkedip (jam, menit, bulan, hari di
baris atas & angka besar di baris bawah untuk tahun);
• Tekan tombol kiri & kanan untuk mengubah pengaturan waktu;
• Tekan dan tahan tombol kanan kembali bila semua pengaturan waktu sudah sesuai.

PERHATIAN:
• Pemeriksaan kadar hemoglobin harus segera dilakukan sesaat setelah pengukuran
glukosa darah puasa / sewaktu.
• Microcuvette bersifat higroskopis, sehingga kemasan harus ditutup rapat.
• Pengoperasian alat pengukur hemoglobin dan microcuvette harus pada suhu 15-30 oC
dan tidak boleh terpapar dengan suhu ekstrem atau sinar matahari langsung.
• Bila pada layar display alat muncul kode E02 maka hal tersebut menandakan bahwa
lubang microcuvette dalam keadaan kotor atau alat terpapar suhu yang terlalu tinggi
(panas) atau dapat juga karena holder belum terpasang secara sempurna.
• Penyimpanan alat pengukur hemoglobin pada suhu ruang tidak lebih dari 30 oC. Bila
suhu ruang lebih dari 30 oC, alat deteksi hemoglobin dapat diletakkan di atas cold pack
yang telah dilapisi dengan kertas.
• Bila pada layar display alat muncul kode E07 maka hal tersebut menandakan bahwa
baterai harus segera diganti.
• Bila pada layar display alat muncul kode E08 maka hal tersebut menandakan bahwa
microcuvette dalam keadaan rusak.

Bila saat pemeriksaan terjadi error (E02) karena lingkungan panas, maka langkah yang
harus dilakukan adalah:
• Bungkus ice pack dengan menggunakan kertas;
• Bungkus alat pengukur hemoglobin dengan menggunakan plastik agar alat tidak basah;
• Letakkan alat pengukur hemoglobin yang sudah dibungkus dengan plastik di atas ice
pack atau dapat juga menggunakan;

• Atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan karton/ kardus sebagai perantara
antara ice pack yang sudah dibungkus kertas dengan alat pengukur hemoglobin;
26
• Bila terdapat ruangan berAC maka tempatkan alat pengukur hemoglobin dalam
ruangan tersebut.

3.7 Pedoman Operasional Baku (POB) Pemeriksaan Hemoglobin

3.7.1 Persiapan alat dan bahan :


1. Satu set alat pengukur pemeriksaan hemoglobin darah
2. Microcuvettes
3. Pipet Pasteur disposable
4. Darah vena
5. Tissue
6. Parafilm
7. Sharp safety container
8. Biohazard bag

3.7.2 Pemeriksaan Hemoglobin Darah


Tahapan pemeriksaan hemoglobin darah dengan menggunakan alat pengukur hemoglobin:
1. Sentuhkan ujung microcuvette ke darah yang sudah diletakkan di atas parafilm, biarkan
darah terserap dan terisi sampai penuh.

2. Sisa darah yang tertingal di permukaan microcuvette dibersihkan dengan tissue.

3. Masukkan microcuvette yang sudah berisi darah ketempat microcuvette dan tutup
mesinnya. Ditunggu hasilnya dalam kurun waktu beberapa detik.

27
4. Angka yang muncul di layar adalah kadar hemoglobin darah spesimen yang diperiksa.
5. Tulis kadar hemoglobin dan waktu yang tertera di layar pada BM.02 (alat juga dapat
disambungkan dengan printer untuk mencetak hasil pemeriksaan hemoglobin darah).
6. Microcuvette yang sudah terpakai dibuang ke dalam sharp safety container.

7. Bersihkan alat dengan alcohol swab setiap selesai pemakaian dalam hari yang sama.

8. Setiap beberapa kali pemeriksaan memory card yang terdapat dalam alat selalu dicek
kapasitasnya

Catatan: Sebaiknya dilakukan pembersihan dan perawatan harian terhadap alat pengukur
untuk menghindari terjadinya masalah pada alat.

3.8 Pemeriksaan Malaria dengan Rapid Diagnostic Test (RDT)

Pemeriksaan RDT malaria dilakukan pada semua ART Biomedis. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendeteksi infeksi malaria falciparum dan atau non falciparum berdasarkan protein yang
dihasilkan oleh parasit malaria.

3.8.1 Persiapan alat dan bahan :


1. Kit RDT (terdiri dari kaset RDT malaria, mikropipet, swab alkohol, buffer, silika gel).
2. Timer
3. Spidol marker permanen

Paket kit RDT malaria

28
3.8.2 Tahapan Pemeriksaan Malaria dengan RDT
Tahapan pemeriksaan malaria dengan menggunakan kit RDT adalah sebagai berikut :
1. Isi terlebih dahulu formulir untuk pemeriksaan malaria (BM.02).
2. Buka kemasan sachet RDT malaria dan letakkan kaset RDT di atas permukaan yang
bersih dan rata, kemudian tempelkan stiker barcode identitas ART pada bagian atas kaset
RDT.

3. Dengan menggunakan mikropipet, ambil sampel darah yang sudah diteteskan pada
parafilm dengan tidak melebihi garis batas (specimen line) pada mikropipet. Volume
darah yang diambil sekitar 5 µL. Teteskan seluruh sampel darah ke lubang tengah kaset
RDT (S well) secara tegak lurus. Pastikan tidak ada gelembung.

4. Buka tutup botol cairan buffer dan tambahkan 2 tetes (50-100 µL) buffer ke lubang
tengah (B well) secara tegak lurus.

5. Setelah meneteskan cairan buffer, tuliskan jam dan menit saat meneteskan cairan buffer
tersebut pada kaset RDT dengan menggunakan spidol marker permanen dan pada
formulir BM.02. Waktu tersebut merupakan awal penghitungan untuk membaca hasil.
Gunakan timer untuk mengatur waktu. Hasil dapat dibaca pada 30 menit setelah
penetesan.

29
6. Tuliskan Interpretasi hasil pemeriksaan RDT pada Form BM.02 atau Lembar rekap hasil
pemeriksaan darah.

Pembacaan hasil RDT


• Malaria negatif, jika hanya muncul 1 garis di daerah kontrol (C) berdekatan dengan
tulisan malaria Ag pLDH/HRP2 Combo.

• Malaria P. falciparum, jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu satu garis di c
dan satu garis di f.

• Malaria non falciparum (PAN), jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu satu
garis di c dan satu garis di PAN.

• Malaria P. falciparum dan PAN (mixed/ campuran), jika muncul 3 garis di wilayah
pengamatan yaitu satu garis di c, satu garis di f, dan satu garis di PAN.

• Hasil dinyatakan tidak valid/ sahih, jika garis c tidak muncul, meskipun garis yang lain (f
dan PAN) muncul. Jika dinyatakan demikian, maka pemeriksaan RDT TIDAK PERLU
diulang.

7. Hasil pemeriksaan RDT kemudian dicatat pada Form BM.02.


8. Bahan-bahan bekas pakai ditangani sesuai POB penanganan limbah.

30
3.9 Pembuatan Sediaan Darah Apus Tebal Malaria

Pemeriksaan mikroskopis malaria adalah pemeriksaan baku emas untuk menentukan jenis
plasmodium penyebab malaria. Pada SKI 2023, pemeriksaan ini dilakukan hanya terhadap ART
yang saat di laboratorium lapangan mengalami demam/ panas atau mempunyai riwayat demam
dalam 48 jam terakhir. Sediaan darah apus tebal dibuat duplo pada 2 kaca sediaan yang berbeda.

Prosedur pengambilan dan pembuatan sediaan darah: Pembuatan sediaan darah apus tebal
dilakukan segera setelah penetesan larutan buffer dan pencatatan waktu pada kaset RDT (segera
setelah langkah ke 5 pada prosedur pemeriksaan dengan RDT).

3.9.1 Persiapan alat dan bahan :


1. Kaca sediaan darah yang bersih
2. Kapiler tube
3. Sarung tangan
4. Kotak sediaan darah
5. Stiker

3.9.2 Pembuatan Sediaan Darah Apus Tebal


Tahapan pembuatan sediaan darah apus tebal adalah sebagai berikut:
1. Tempelkan stiker pada ujung kasar (frosted) kaca sediaan darah. Jangan memegang
bagian bening dari kaca sediaan darah, karena kaca yang kotor/berlemak dapat
mengganggu penempelan darah

2. Ambil 2 tetes (10 µl) dari tetesan darah yang telah diteteskan pada parafilm. Tempelkan
darah tersebut pada bagian tengah kaca sediaan yang telah ditempeli stiker.

3. Gunakan salah satu ujung kaca sediaan baru sebagai “pengaduk” untuk membuat sediaan
darah apus tebal. Aduk dari luar ke dalam dan lebarkan hingga terbentuk satu apusan
darah tebal dengan diameter sekitar 1-1,5 cm. Setelah kaca sediaan pengaduk tersebut
dibersihkan dengan kertas tissue, maka dapat digunakan kembali untuk membuat sediaan
darah pada responden berikutnya.
Ketebalan sediaan yang baik adalah apabila koran atau arloji dapat terbaca di bawah
sediaan darah. Sediaan darah yang terlalu tebal atau tipis tidak dapat terwarnai dengan
baik.

31
4. Letakkan sediaan di atas permukaan yang rata dan kering.
5. Biarkan sediaan mengering di udara terbuka dan lindungi dari lalat dan debu.

6. Setelah kering sempurna, sediaan darah apus tebal digulung dengan tissue per ART dan
direkatkan dengan stiker barcode ART tersebut.

7. Gulungan tisu berisi slide sediaan apus tebal kemudian disusun pada bagian tengah kotak
slide malaria

8. Bahan-bahan bekas pakai dimasukkan ke dalam plastik biohazard.

9. Pada sisi luar penutup kotak sediaan darah dituliskan provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
nomor kode sampel.

32
3.10 Pedoman Operasional Baku (POB) Teknik Memindahkan Spesimen Darah dari
Vacuum Tube Tutup Ungu (EDTA)

Darah vena dalam syringe setelah diteteskan pada parafilm untuk pemeriksaan glukosa darah,
hemoglobin dan malaria, kemudian dimasukkan ke dalam vacuum tube tutup ungu 5 ml (dewasa)
atau mini collect tube ungu (anak). Tube berisi sampel darah kemudian dibolak- balik sebanyak ±
10 kali. Setelah itu dipindahkan ke dalam cryotube 2 ml (dewasa atau anak-anak) dan kemudian
disimpan di dalam refrigerator 2-8℃.

3.10.1 Persiapan alat dan bahan :


1. Vacuum tube tutup ungu 5 ml
2. Mini collect tube ungu
3. Cryotube 2 ml
4. Darah
5. Stiker barcode
6. Sarung tangan
7. Pipet Pasteur disposable

3.10.2 Teknik Memindahkan Darah


Langkah-langkah pembuatan serum adalah sebagai berikut:
1. Siapkan vacuum tube tutup ungu yang sudah ditempelkan stiker barcode ART.
2. Masukkan darah sebanyak kurang lebih 2 ml (dewasa) atau 0.5 ml (anak-anak) ke dalam
vacuum tube tutup ungu atau mini collect tube ungu melalui dinding tabung.
3. Tube berisi sampel darah kemudian dibolak balik kurang lebih sebanyak 10 kali. Beri
kekuatan lebih saat melakukan homogenisasi dengan mini collect tube.
4. Setelah itu dipindahkan ke dalam cryotube 2 ml (dewasa atau anak-anak) dengan
menggunakan pipet pasteur dan kemudian disimpan di dalam refrigerator 2-8℃. Satu
spesimen harus menggunakan satu pipet pasteur.

3.11 Pedoman Operasional Baku (POB) Teknik Menyiapkan Serum

Darah vena dalam syringe setelah diteteskan pada parafilm untuk pemeriksaan glukosa darah,
hemoglobin dan malaria, kemudian dimasukkan ke dalam vacutainer plain 10 ml untuk
pemisahan serum menggunakan centrifuge.
33
3.11.1 Persiapan alat dan bahan :
8. Vacutainer plain 10 ml
9. Cryotube 5 ml
10. Alat centrifuge
11. Darah
12. Stiker barcode
13. Sarung tangan
14. Pipet Pasteur disposable
15. Alumunium foil

3.11.2 Teknik Menyiapkan Serum


Langkah-langkah pembuatan serum adalah sebagai berikut:
1. Siapkan vacuum tube tutup kuning yang sudah ditempelkan stiker barcode ART.
2. Jumlah spesimen darah yang digunakan kurang lebih 7 ml (dewasa) dan 4 ml (anak-
anak)
3. Masukkan sejumlah darah tersebut ke dalam vacuum tube tutup kuning secara
perlahan melalui dinding tabung.
4. Letakkan alat centrifuge di atas meja atau pada permukaan yang datar dan tidak
bergelombang. Sambungkan dengan aliran listrik (220 V),
5. Darah didiamkan terlebih dahulu selama kurang lebih 30 menit sebelum di centrifuge.
6. Pastikan tutup vacuum tube dalam keadaan rapat, buka tutup centrifuge dan masukkan
dengan posisi seimbang. Tutup kembali centrifuge.
7. Atur kecepatan putaran pada 3000 rpm (putar penunjuk kecepatan sampai angka 6)
dan atur waktu pada timer selama 15 menit.
8. Dilarang untuk membuka tutup centrifuge selama alat bekerja
9. Setelah selesai, ambil vacuum tube dengan hati-hati agar serum tidak bercampur
kembali dengan komponenen darah yang lain.
10. Pisahkan segera serum (lapisan atas) dengan menggunakan pipet pasteur dan
masukkan ke dalam cryotube yang sudah ditempel stiker barcode ART. Satu
spesimen harus menggunakan satu pipet pasteur.
11. Untuk sampel anak, serum yang didapat kemudian dipisahkan lagi ke dalam 2 (dua)
cryotube. Cryotube pertama berisi 500 µL dan cryotube yang kedua berisi sisa serum
yang dihasilkan. Perhatian : lapisi cryotube pertama menggunakan alumunium foil
dengan rapat agar terhindar dari cahaya.
12. Serum yang diperoleh kemudian simpan di freezer (suhu -20OC) sampai waktu
pengiriman ke Laboratorium Kesehatan Nasional.
13. Matikan centrifuge dengan mencabut kabel power setelah selesai digunakan.

34
35
36
3.11.3 Pemeliharaan Alat Centrifuge
Cara pemeliharaan alat centifuge adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan bagian dalam centrifuge setiap selesai digunakan.
2. Gunakan sarung tangan setiap kali membersihkan untuk menghindari terjadinya
kontaminasi pada pekerja.
3. Bersihkan dari debu dan kotoran-kotoran yang mengandung karbon di antara tempat-
tempat tabung.
4. Selalu matikan dan putuskan hubungan dengan aliran listrik setiap selesai digunakan.

3.12 Pedoman Operasional Baku (POB) Penanganan Limbah

Dasar hukum:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/menkes/sk/x/2004 tentang
Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

Penanganan limbah merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir terjadinya
kontaminasi pekerja dan lingkungan saat pelaksanaan kegiatan pengambilan darah. Limbah bila
tidak dikelola secara benar akan sangat berbahaya, baik bagi petugas sarana pelayanan kesehatan
itu sendiri maupun bagi masyarakat umum. Disamping itu, pengelolaan limbah medis yang tidak
dilakukan dengan benar juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Diharapkan
nantinya dapat diterapkan dengan baik di lapangan.

3.12.1 Persiapan alat dan bahan :


1. Sarung tangan
2. Masker wajah
3. Tissue paper
4. Alkohol 70%
5. Biohazard bag
6. Sharp safety container.

3.12.2 Proses Penanganan Limbah


Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah adalah :
1. Meja yang digunakan sebagai tempat pengambilan spesimen dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol 70% dengan cara disemprotkan ke bagian atas meja,
dibiarkan kering sendiri atau dikeringkan secara searah atau memutar dengan
menggunakan tissue lalu di buang ke dalam plastik khusus Biohazard bag.
2. Dilakukan pemisahan untuk limbah padat medis dan non medis
a. Limbah padat medis seperti jarum suntik, jarum lancet, microcuvettes yang digunakan
untuk mengambil spesimen agar dimasukkan ke dalam kotak pembuangan khusus
(Sharp safety container)

a b

b. Limbah padat selain benda tajam dimasukkan ke dalam kantong plastik Biohazard.

37
3. Untuk pemusnahan limbah, enumerator berkoordinasi dengan PJT Kab/ Kota dan Tim
Pendamping untuk memastikan laboratorium lapangan memiliki unit pengolahan limbah
(autoclave atau incinerator).
4. Jika hanya memiliki fasilitas autoclave, semua limbah di autoclave terlebih dahulu
kemudian dibuang dengan cara ditimbun.
5. Jika terdapat incinerator semua limbah dapat dimasukkan ke dalam incinerator dan hasil
pembakaran tidak perlu ditimbun.

6. Jika tidak memiliki autoclave dan incinerator, semua limbah harus ditimbun sesuai
dengan PP No. 18/1999 Pasal 39 seperti berikut ini :
a. menutup bagian paling atas tempat penimbunan dengan tanah sedalam ≥ 0,60 meter;
b. melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat penimbunan limbah B3;
c. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif yang
mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, minimum 30 tahun sejak
ditutupnya fasilitas penimbunan limbah B3;
d. peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan kegiatannya tidak dapat dijadikan
pemukiman atau fasilitas umum lainnya.

38
3.13 Pedoman Operasional Baku (POB) Pengepakan dan Pengiriman Spesimen

Spesimen SKI 2023 berupa serum dan sediaan darah apus tebal malaria memiliki metode dan
cara pengepakan yang berbeda. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka paket pengepakan dan
pengiriman dapat dibedakan menjadi:
1. Paket yang terdiri dari spesimen serum dengan alamat kirim ke Laboratorium Kesehatan
Nasional. Pengiriman paket sampel darah, serum dan sediaan darah apus tebal dilakukan 2
(dua) kali pada setiap kabupaten.

Alur kerja pengepakan dan pengiriman spesimen terdiri dari :


• Proses persiapan
• Proses pengepakan dan pengiriman

3.13.1 Proses Persiapan


1. Pembekuan Gel Pack
Sebelum digunakan, gel pack harus dibekukan terlebih dahulu di freezer minimal selama
3x24 jam. Semakin lama dibekukan, gel pack akan semakin baik dalam menyimpan
dingin. Untuk memastikan bahwa gel pack sudah beku sempurna:
a. Dekatkan gel pack ke telinga kita dan kemudian kocok-kocok. Gel pack yang sudah
beku sempurna tidak menimbulkan suara apapun juga.
b. Gel pack terasa berat dan keras.

2. Pemeriksaan Stiker, Nomor Kode Sampel, Kelengkapan Formulir


1. Tim Enumerator melakukan :
▪ Pengecekan Stiker
Cek kesamaan stiker kode spesimen darah, serum dan jumlahnya dengan Form
BMBG.01.
Cek kesamaan stiker sediaan darah apus tebal malaria dan jumlahnya dengan Form
BM.02.
▪ Pengecekan kondisi fisik pengemasan spesimen
Cek cara penutupan (sealed) tutup cryotube pada sampel darah dan serum apakah
sudah tertutup dengan rapat. Spesimen dipastikan tidak tumpah dengan membalikkan
tube 2-3 kali keatas dan ke bawah. Untuk sediaan darah apus tebal malaria,
pengecekan yang dilakukan meliputi kondisi sediaan pecah/ tidak dan berjamur/ tidak.
▪ Pengecekan Formulir:
Form BMBG.01 jumlahnya harus sesuai dengan jumlah RT biomedis.
Form BM.02 jumlahnya harus sesuai dengan jumlah ART yang diambil darahnya
untuk pemeriksaan malaria, pemeriksaan hemoglobin dan glukosa darah.
Form BM.03 jumlahnya harus sesuai dengan jumlah ART yang dirujuk ke Puskesmas/
Rumah Sakit setempat berdasarkan hasil pemeriksaan malaria, hemoglobin dan
glukosa darah.
Pengecekan lembar persetujuan setelah penjelasan (PSP) atau informed consent.
▪ Pengisian form BM.04
Form BM.04 berisi informasi jumlah dan kondisi dari spesimen serta jumlah dan
kondisi form BMBG.01, BM.02, dan BM.03.

3.13.2 Proses Pengepakan


Tahap Kerja Proses Pengepakan meliputi :
Pengepakan cool box untuk sediaan darah, serum, kotak sediaan apus darah tebal dan
formulir yang akan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Nasional.

1. Pengepakan Formulir
Alat dan bahan
a. Kantong plastik untuk menyimpan formulir dan berkas lainnya
b. Lakban

39
Tahapan Pengepakan :
a. Masukkan semua form (BMBG.01, BM.02, BM.03, dan BM.04) ke dalam map
plastik yang sudah disediakan, kemudian masukan ke dalam map coklat tebal

b. kemudian rekatkan plastik berisi form pada bagian atas tutup cool box dengan
menggunakan lakban.

2. Pengepakan sediaan darah apus tebal malaria


Alat dan Bahan :
a. Kotak sediaan darah
b. Kertas koran
c. Kantong plastik kotak sediaan darah
d. Lakban
Tahapan Pengepakan Sediaan Darah Apus Tebal Malaria
b. Buka kotak sediaan apus darah, masukkan sediaan darah apus tebal malaria dalam
kotak sediaan darah dan periksa susunannya

c. jika diperlukan tambahkan tissue pada bagian atas untuk meredam guncangan

40
d. Setelah slide sediaan apus darah tersusun dengan rapi tutup kotak sediaan apus
darah dan di lakban

3. Pengepakan Serum
Alat dan Bahan
a. Cryotube
b. Cool box
c. Gel pack 12 (duabelas) buah
d. Lakban
e. Kertas Pengganjal (kertas koran atau lainnya)
Langkah-langkah pengepakan spesimen serum adalah sebagai berikut:
a. Masukkan cryotube 5 ml yang berisi serum ke dalam wadah pengiriman sekunder.
Pastikan permukaan cryotube tersusun rata, serta sampel utuh dan barcode jelas.
b. Lapisi cryotube dengan parafilm.

c. Masukan cryotube ke dalam cryobox sesuai urutan dan tutup cryobox dengan rapat.
Rekatkan tutup wadah pengiriman sekunder dengan menggunakan lakban.

d. Letakkan gel pack pada semua sisi cool box, kemudian masukan wadah pengiriman
sekunder kedalam cool box.

41
e. Atur cryobox di dalam cool box dengan baik dan sangga dengan pengganjal

f. Atur gel pack diantara cryobox jika hendak menumpuk secara vertikal

g. Berikan penyangga pada setiap celah yang mungkin membuat cryobox dan gel pack
bergoyang saat pengiriman dengan cara memasukkan potongan kardus atau koran
yang diremas-remas untuk merapatkan isi dalam cool box.

h. Tutup cool box dengan rapat.

3.13.3 Langkah-langkah Pengepakan dan Cara Pengiriman Spesimen


1. Langkah-langkah pengepakan
a. Susun ice pack, form dan kotak apus darah malaria dalam satu susunan vertikal
b. Rekatkan semua dengan lakban hingga kokoh dan solid

42
c. Masukan ke dalam dus besar yang sudah dilengkapi alamat pengiriman

d. Berikan pengganjal dan tutup dus dengan sempurna, potong dus bila terlalu besar

e. Paket spesimen siap dikirim

Penulisan alamat penerima dan alamat pengirim harus lengkap, jelas dan tepat.
Pengiriman paket dilakukan oleh kurir / angkutan ke Laboratorium Kesehatan Nasional
menggunakan jasa transportasi yang sesuai dengan kriteria dibawah ini.
Kriteria jasa transportasi pengiriman paket :
- Mampu mengirim spesimen serum ke Laboratorium Kesehatan Nasional dalam jangka
waktu maksimal 2x 24 jam, sehingga memerlukan jasa pengiriman “One Day Service”.
- Mempunyai perwakilan ekspedisi di Kabupaten
- Mampu dan sudah biasa mengirim spesimen dengan temperatur 4 derajat
- Mempunyai ijin usaha

Alamat Pengiriman

PENERIMA Kepada Yth.


Dr. Wirabrata, Apt.
Kepala Pusat Kebijakan
SISTEM KETAHANAN KESEHATAN DAN SUMBER DAYA KESEHATAN
BADAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

UP. Koordinator LIMS Laboratorium Nasional Prof Sri Oemiyati


(Holy Arif Wibowo 0817 9684 999)
Komplek pergudangan Kemenkes RI,
Jalan Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat 10560

PENGIRIM
NAMA : ……………………………………………………..
PROVINSI. : ……………………………………………………..
DINKES KAB/KOTA : ……………………………………………………..
NO TELP : ……………………………………………………..

43
BAB IV
PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN BIOMEDIS
DAN PENEMPELAN STIKER NOMOR KODE SAMPEL (NKS)

4.1 Tata Cara Pengisian Formulir Biomedis

4.1.1. Formulir Biomedis BMBG.01

1) Pengenalan Tempat
• Rincian Provinsi:
Isi dengan kode provinsi sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23.
RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kabupaten/Kota:
Isi dengan kode kabupaten/kota, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kecamatan:
Isi dengan kode kecamatan, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Desa/Kel:
Isi dengan kode desa/kelurahan sesuai yg tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian D/K :
Isi dengan klasifikasi Perkotaan (K) dengan kode ”1” atau Pedesaan (D) dengan
kode ”2” sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23. RTBlok I.
Pengenalan Tempat
• Rincian NKS:
Isi dengan Nomor Kode Sampel sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Bangunan Sensus :
Isi dengan Nomor Bangunan Sensus sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Urut Sampel RT:
Isi dengan Nomor urut sampel kode provinsi sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Alamat Lengkap:
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat.

2) Waktu kumpul dan lokasi pengambilan darah:


Pengisian kuisioner pada kolom ini adalah sebagai berikut:
1. Kolom waktu kumpul untuk pengambilan darah diisi dengan waktu yang telah
disepakati di lokasi Laboratorium lapangan untuk mengambil darah anggota
rumah tangga (ART) Biomedis.
2. Kolom Tanggal diisi dengan urutan tanggal bulan tahun.
3. Kolom Hari diisi dengan nama hari pada tanggal yang tertulis.
4. Kolom Jam diisi dengan rencana waktu dimulainya pengambilan spesimen darah
ART.
5. Kolom Tempat kumpul/Laboratorium lapangan untuk pengambilan darah diisi
dengan nama Laboratorium lapangan yang akan digunakan untuk mengambil
darah ART biomedis.
3) List anggota keluarga yang diambil spesimen biomedis
Kolom ini diberi nomor 1 - 7. Kolom nomor 1 – 5 diisi oleh enumerator di lapangan
dan kolom nomor 6 - 7 diisi oleh enumerator di Laboratorium lapangan dibantu oleh
tim Pendamping.

44
• Kolom nomor 1 - 5 (diisi oleh tim enumerator di rumah tangga dengan
MENYALIN dari Blok IV Keterangan ART pada Kuesioner SKI23.RT) yang
berisi:
1. No ART : Nomor disesuaikan dengan nomor urut ART pada kuesioner SKI23.
RT blok IV Keterangan Anggota Rumah Tangga
2. Nama ART : diisi sesuai nama ART tersebut
3. Umur : diisi sesuai dengan umur pada kuesioner Kesmas
4. Tempel Stiker Disini: ditempel nomor stiker ART yang datang ke laboratorium
lapangan.
5. Jenis kelamin : diisi angka 1 jika Pria dan 2 jika Wanita

• Kolom nomor 6 - 7 (diisi oleh enumerator di Laboratorium lapangan dibantu oleh


tim Pendamping)
1. Pertanyaan diambil darah : diisi angka 1 jika Ya dan angka 2 jika Tidak.
2. Tgl/Bln/Th diambil darah pengambilan darah: diisi dengan tanggal, bulan dan
tahun pengambilan darah.

4) Formulir Biomedis BMBG.01 terdiri dari 2 rangkap dengan rincian sebagai


berikut:
1. Lembar 1 : untuk Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya
Kesehatan yang disertakan bersama pengiriman spesimen (bagian penerimaan
spesimen, verifikator data & spesimen)
2. Lembar 2 : untuk enumerator agar dilakukan entri data.

4.1.2. Formulir Biomedis BM.02

1) Pengenalan Tempat diisi oleh enumerator di lapangan


• Rincian Provinsi:
Isi dengan kode provinsi sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23.
RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kabupaten/Kota:
Isi dengan kode kabupaten/ kota, sesuai yang tertulis di buku pedoman/ kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kecamatan:
Isi dengan kode kecamatan, sesuai yang tertulis di buku pedoman/ kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Desa/Kel:
Isi dengan kode desa/ kelurahan sesuai yg tertulis di buku pedoman/ kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian D/K :
Isi dengan klasifikasi Perkotaan (K) dengan kode ”1” atau Pedesaan (D) dengan
kode ”2” sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I.
Pengenalan Tempat
• Rincian NKS:
Isi dengan Nomor Kode Sampel sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Bangunan Sensus :
Isi dengan Nomor Bangunan Sensus sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian No. Urut Sampel RT:
Isi dengan Nomor urut sampel kode provinsi sesuai yang tertulis di buku
pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Alamat Lengkap:

45
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat

• Rincian No. HP :
Isi dengan Nomor Handphone ART biomedis
• Rincian Nama & Alamat Laboratorium Lapangan :
Di isi dengan nama dan alamat Laboratorium lapangan yang akan digunakan untuk
mengambil darah ART biomedis.

2) Identifikasi ART (diisi oleh enumerator di lapangan)


Rincian A: Identifikasi ART
A1: Nama ART, nomor urut ART serta umur ART dikutip dari SKI23.RT Blok IV
Keterangan Anggota Rumah Tangga
A2: Isikan jenis kelamin ART. 1 untuk laki-laki, dan 2 untuk perempuan. Untuk
ART laki-laki, isian langsung ke rincian A3. Untuk ART wanita isikan apakah
sedang hamil atau tidak sehingga tidak dilakukan pemeriksaan glukosa darah
jika ART hamil.
Pada nomor stiker ART tempelkan stiker sesuai dengan Form BMBG.01 pada
kolom 4.
A3: Dokter pendamping menanyakan riwayat hemofili/ITP/minum obat
antikoagulan/sakit berat untuk menentukan kriteria inklusi. Lingkari sesuai
jawaban ART. Jika jawaban YA tuliskan riwayat ART. Kemudian pindahkan
angka yang telah dilingkari ke kotak yang tersedia. Jika jawabannya TIDAK,
maka pemeriksaan dilanjutkan ke isian B1.
Penempelan nomor stiker disesuaikan dengan nomor stiker pada Form
BMBG.01 di kolom 4.

3) Keterangan pemeriksaan ART dan Hasil Pemeriksaan Darah Rapid Diagnostic


Test (RDT): diisi oleh enumerator di Laboratorium lapangan dibantu Tim
Pendamping
Terdiri dari 5 baris yaitu Baris B1 s/d B5
a. Rincian B1:
- Tanggal pengambilan darah
Isi tanggal, bulan dan tahun pengambilan darah.
b. Rincian B2:
• Waktu penetesan buffer:
Tulis waktu dalam jam dan menit saat penetesan buffer pada kaset RDT
dilakukan.
• Waktu pembacaan RDT:
Tulis waktu dalam jam dan menit saat hasil pemeriksaan dengan RDT dibaca.
c. Rincian B3: Interpretasi Hasil Pemeriksaan RDT Malaria
• Malaria negatif, jika hanya muncul 1 garis di daerah kontrol (C) berdekatan
dengan tulisan malaria.

• Malaria P. falciparum, jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu satu


garis di c dan satu garis di P.f.

46
• Malaria non falciparum (PAN), jika muncul 2 garis di wilayah pengamatan, yaitu
satu garis di c dan satu garis di PAN.

• Malaria P. falciparum dan PAN (mixed/campuran), jika muncul 3 garis di


wilayah pengamatan yaitu satu garis di c, satu garis di P.f, dan satu garis di
PAN.

• Hasil dinyatakan tidak valid/ sahih, jika garis c tidak muncul, meskipun garis
yang lain (P. f dan PAN) muncul. Oleh karena itu pemeriksaan RDT harus
diulang sekali lagi. Pemeriksaan RDT ulangan dapat dilakukan pada ART usia
≥ 15 tahun saat pengambilan darah kapiler untuk pemeriksaan glukosa setelah
pembebanan, sedangkan pada ART lainnya dapat menggunakan stok darah
yang ada pada tube.

Lingkari satu kode jawaban sesuai hasil pemeriksaan RDT dan pindahkan ke
dalam kotak yang tersedia.
• Kode 1 jika"Negatif"
• kode 2 jika "P. falciparum (Pf)"
• kode 3 jika “P. Non falciparum (PAN)”
• kode 4 jika “Pf dan PAN(mix)”
• kode 5 jika “Hasil tidak sahih”

d. Rincian B4: Apakah ART mengalamai panas riwayat demam/panas dalam 48


jam terakhir?
Salah satu gejala utama malaria adalah demam/panas. Oleh karena itu pada ART
dengan riwayat demam/panas dalam 48 jam terakhir sebelum pelaksanaan
laboratorium lapangan maka dilakukan pembuatan sediaan darah apus tebal.
Pewarnaan sediaan dan pemeriksaan mikroskopik dilakukan di Laboratorium
Nasional. Pengambilan sediaan darah ini dimaksudkan selain untuk menjaring
ART yang sakit malaria namun hasil RDT negatif (jumlah plasmodium dalam
darah tidak cukup untuk dideteksi RDT) juga untuk mengetahui jenis parasit yang
menginfeksi dengan lebih lengkap.

47
Lingkari satu kode jawaban sesuai jawaban ART dan pindahkan ke dalam
kotak yang tersedia. Kode 1 jika"Ya" atau kode 2 jika "Tidak"

e. No. Stiker ART ditempel pada kotak di form yang telah disediakan, pada
punggung RDT dan ujung kasar sediaan darah.
f. Rincian B5: Apakah dibuat sediaan darah apus tebal (duplo)?
Sediaan darah apus tebal dibuat duplo untuk dikirimkan ke Pusat Kebijakan
Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.

Catatan:
Jika ART dengan Hasil RDT positif (Pf atau PAN atau mix) dengan riwayat
demam/panas dalam 2 hari terakhir ATAU hasil RDT Negatif dengan riwayat
demam/panas dalam 2 hari terakhir → mengisi form BM.03 untuk dirujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit agar mendapat pengobatan selanjutnya.

4) Rincian hasil pemeriksaan kadar hemoglobin/ Hb (ART semua umur), pada nomor
urut C1
Berisi jam pengambilan darah dan hasil pemeriksaan kadar Hb. Tuliskan waktu (jam,
menit) dan tanggal pengambilan darah. Tuliskan hasil pemeriksaan kadar
haemoglobin dan berikan kode * pada hasil yang tidak normal dan salin waktu dan
tanggal yang tertera pada display alat.

Nilai normal kadar hemoglobin dalam darah merujuk pada WHO, 2011
(WHO/NMH/NHD/MNM/11.1) adalah sbb:
Bayi 0 – 4 bln (belum ada nilai referensi, sehingga perlu penilaian dokter)
Anak 5 bln - 14 thn (≥11 g/dl)
Wanita ≥ 15 thn (≥ 12 g/dl)
Wanita hamil (≥ 11 g/dl)
Laki-laki ≥ 15 thn (≥ 13 g/dl)

5) Rincian Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah (ART usia ≥ 15 tahun), pada nomor
urut D1-D9 terdiri dari :
• Rincian Riwayat penyakit diabetes (nomor urut D1-D2)
Berisi informasi apakah ART pernah menderita diabetes, dan minum obat oral
anti diabetes/injeksi insulin (diisi sesuai hasil dokter pemeriksa). lingkari Ya
atau Tidak, sesuai dengan jawaban ART. Pindahkan jawaban ke kotak yang
tersedia.
• Rincian Keadaan puasa/tidak saat pemeriksaan darah (nomor urut D3-D4)
Berisi informasi apakah ART melakukan puasa sebelum dilakukan pengambilan
darah untuk pemeriksaan glukosa darah. Nomor D3 : lingkari kode Ya atau
Tidak puasa sesuai dengan jawaban ART. Pindahkan jawaban ke kotak yang
tersedia. Nomor D4 : tuliskan jam terakhir makan,* coret yang tidak perlu
(malam/pagi).
• Rincian Pembebanan dengan glukosa anhidrat 75 gram ATAU pembebanan
dengan makanan cair 300 kalori jika diketahui menderita Diabetes Melitus
(nomor urut D5-D6)
Berisi cara pembebanan pada ART puasa. Pembebanan dilakukan setelah ada
hasil glukosa darah puasa (GDP). Pembebanan dengan glukosa anhidrat 75 gram
dilakukan bila hasil GDP < 126 mg/dl atau dengan makanan cair 300 kalori (5
sendok takar) jika diketahui menderita Diabetes Melitus/GDP ≥126 mg/dl.
Nomor D5 : tuliskan waktu (jam, menit) saat ART selesai meminum bahan
pembebanan yang harus dihabiskan dalam waktu 5 menit.
Nomor D6 : tuliskan waktu (jam, menit) 2 jam setelah pembebanan.
• Rincian Kadar Glukosa Darah, nomor urut D7-D9

48
Berisi hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah
pembebanan.
Nomor D7, D8 dan D9 : tuliskan hasil pemeriksaan dan berikan kode * pada
hasil yang tidak normal dan salin waktu, tanggal yang tertera pada display alat.
Nilai normal kadar glukosa darah merujuk pada WHO 2006, Definition and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycemia.

Kadar glukosa darah sewaktu < 200 mg/dl


Kadar glukosa darah puasa < 100 mg/dl
Kadar Glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan < 140 mg/dl
Jika ART mempunyai hasil pemeriksaan yang tidak normal (diberi tanda*),
akan dibuatkan surat rujukan (form BM.03) ke Puskesmas/ Rumah Sakit
terdekat.

Form biomedis BM.02 ditandatangani oleh enumerator dan dokter pendamping


yang melakukan pemeriksaan.
Form ini dibuat rangkap 2 yang terdiri dari :
1. Lembar 1 : untuk Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber
Daya Kesehatan yang disertakan bersama pengiriman spesimen (bagian
penerimaan spesimen, verifikator data & spesimen)
2. Lembar 2 : untuk enumerator agar dilakukan entri data.

4.1.3 Formulir Biomedis BM.03

Surat rujukan pengobatan ke Puskesmas/ Rumah Sakit (diisi oleh Tim Nakes
Pendamping/ Dokter)
Isi nama, umur, jenis kelamin dan Alamat ART yang dirujuk ke Puskesmas/RS.
1. Lingkari nomor 1 jika pemeriksaan darah ART menggunakan RDT menunjukkan
hasil positif dan tentukan jenis malaria sesuai hasil pemeriksaan
2. Lingkari nomor 2 jika pemeriksaan darah ART menggunakan RDT menunjukkan
hasil negatif namun dengan riwayat demam/panas pada saat pemeriksaan;
3. Lingkari nomor 3 dan tuliskan hasil pengukuran, jika pemeriksaan kadar hemoglobin
di bawah angka normal;
4. Lingkari nomor 4 dan tuliskan hasil pengukuran, jika pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa/ glukosa darah sewaktu/ glukosa darah dua jam setelah pembebanan
di atas angka normal.
Maka Dokter Pendamping mengisi formulir BM.03 untuk merujuk ART ke
Puskesmas atau Rumah Sakit agar mendapat pengobatan lebih lanjut.

1) Rincian Tanggal, Tanda tangan dan Nama jelas Dokter Pendamping:


Dokter Pendamping menuliskan nama tempat, tanggal dan bulan saat mengisi surat
rujukan disertai penulisan tanda tangan dan nama jelas.
2) Formulir BM.03 terdiri dari 2 rangkap dengan rincian sebagai berikut:
1. Lembar 1: untuk Puskesmas/ Rumah Sakit Rujukan
2. Lembar 2 : untuk Pusat Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber
Daya Kesehatan yang disertakan bersama pengiriman spesimen (bagian
penerimaan spesimen, verifikator data & spesimen)

4.1.4. Formulir Biomedis BM.04

Form pengiriman bahan/ spesimen biomedis


FORM BM.04 merupakan formulir rekapitulasi yang akan digunakan sebagai
pendamping untuk pengiriman data, bahan administrasi dan spesimen.

49
1. ) Pengenalan Tempat
• Rincian Provinsi:
Isi dengan kode provinsi sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23.
RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kabupaten/Kota:
Isi dengan kode kabupaten/kota, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Kecamatan:
Isi dengan kode kecamatan, sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Desa/Kel:
Isi dengan kode desa/kelurahan sesuai yg tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian D/K :
Isi dengan klasifikasi Perkotaan (K) dengan kode ”1” atau Pedesaan (D) dengan
kode ”2” sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner SKI23. RT Blok I.
Pengenalan Tempat
• Rincian NKS:
Isi dengan Nomor Kode Sampel sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat
• Rincian Alamat Lengkap:
Isi dengan alamat lengkap ART sesuai yang tertulis di buku pedoman/kuesioner
SKI23. RT Blok I. Pengenalan Tempat

1) Jenis Bahan/Spesimen
Rincian Yang diisi oleh enumerator
• Rincian Spesimen serum:
Tuliskan jumlah seluruh spesimen serum dan kondisinya yang akan dikirimkan ke
Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.
Kondisi spesimen serum diisi baik (tidak lisis) atau lisis sesuai dengan keadaan
serum saat akan dikirimkan. Kondisi lisis adalah bila serum berwarna merah.
• Rincian Sediaan darah apus tebal malaria untuk Pusjak SKK dan SDK,
BKPK:
Tuliskan jumlah seluruh spesimen sediaan darah apus tebal malaria yang akan
dikirimkan ke Laboratorium Nasional, Pusjak SKK dan SDK, BKPK.
• Rincian Nomor 3-6. Form BMBG.01, BM.02, BM.03, BM.04:
Tuliskan seluruh jumlah masing-masing form
• Rincian Nomor 7. Berkas lembar Persetujuan Setelah Penjelasan yang sudah
ditandatangani oleh ART :
Tuliskan jumlah lembar Persetujuan Setelah Penjelasan yang telah ditandatangani
oleh ART
• Rincian Nomor 8 : Tuliskan Tanggal/Bulan pengambilan darah, pengiriman
seluruh spesimen serta tanggal penerimaan spesimen (diisi oleh tim penerima di
Pusjak SKK dan SDK, BKPK)

Rincian “Diisi oleh petugas penerima spesimen”


• Rincian Kolom Suhu Spesimen Serum Yang diterima:
diisi dengan angka, berapa suhu tiap jenis bahan/spesimen, yang diterima. Diisi
oleh petugas penerima spesimen di Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan Kesehatan
dan Sumber Daya Kesehatan, BKPK.
• Rincian Kolom Jumlah Spesimen Yang Diterima:
diisi dengan angka, di tiap baris, berapa jumlah tiap jenis bahan/spesimen dan
Formulir-formulir yang diterima. Diisi oleh petugas penerima spesimen di Pusjak
SKK dan SDK, BKPK.

50
• Rincian Kolom Kondisi Spesimen Yang Diterima (diisi oleh petugas penerima
spesimen)
Untuk spesimen serum:
Kondisi spesimen serum diisi baik (tidak lisis) atau lisis sesuai dengan keadaan
serum saat akan dikirimkan. Kondisi lisis adalah bila serum berwarna merah.
Untuk sediaan darah apus tebal:
Kondisi dituliskan baik (sediaan darah tidak pecah dan tidak berjamur), pecah atau
berjamur. Tuliskan di keterangan, jika ada sediaan darah yang rusak berapa
jumlahnya.
Untuk Form. BMBG.01- Form. BM.04 dan seluruh berkas:
Kondisi dituliskan dengan baik, lengkap, robek, basah sesuai dengan yang ditulis
oleh enumerator dicocokkan dengan yang diterima oleh tim penerima spesimen.

6. Rincian Tanda Tangan


• Rincian Tanggal, Tanda tangan dan Nama jelas Ketua Tim Enumerator
Ketua Tim Enumerator menuliskan nama tempat, tanggal disertai pembubuhan
tanda tangan dan penulisan nama jelas.
• Rincian Tanggal, Tanda tangan dan Nama jelas Dokter Pendamping
Dokter Pendamping menuliskan nama tempat, tanggal disertai pembubuhan tanda
tangan dan penulisan nama jelas.
• Rincian Tanggal, Tanda tangan dan Nama jelas Petugas Penerima Spesimen:
Petugas penerima spesimen di Laboratorium Nasional Kesehatan menuliskan
tanggal saat menerima spesimen dan formulir di Laboratorium disertai
pembubuhan tanda tangan dan penulisan nama jelas.

Formulir BM.04 terdiri dari 2 rangkap dengan rincian sebagai berikut:


1. Lembar 1 (Warna putih) : dikirimkan ke Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan
Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan spesimen serum, sediaan darah apus tebal,
form dan berkas
2. Lembar 2 (Warna hijau) : digunakan untuk entry data di lapangan oleh enumerator

2.1 Stiker untuk Anggota Rumah Tangga (ART)


Stiker untuk Anggota Rumah Tangga (ART) terdiri dari 7 digit yang merupakan nomor urut
sampel ART dari total sampel biomedis nasional SKI 2023.

Contoh:
SKI1234567

1. Formulir BMBG.01 masing-masing sebanyak 2 rangkap.

Tempat penempelan stiker


(masing-masing 2 rangkap)

51
2. Formulir BM.02 masing-masing sebanyak 2 rangkap.

Tempat penempelan
stiker (masing-masing
2 rangkap)

3. Formulir BG.01 sebanyak 1 buah

Tempat penempelan
stiker

4. Kartu Kontrol 1 buah

Tempat penempelan stiker

52
5. Vacutainer masing-masing sebanyak 1 buah.

6. Cryotube 2 ml : tempat serum untuk dikirim ke Pusat Kebijakan Sistem Ketahanan


Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan

Tempat penempelan stiker

7. Kaset RDT malaria masing-masing sebanyak 1 buah.

8. Sediaan darah apus tebal malaria masing-masing sebanyak 2 buah.

Tempat penempelan stiker

9. Tissue pembungkus sediaan apus darah tebal

53

Anda mungkin juga menyukai