Anda di halaman 1dari 68

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKL

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian penting dari

pembangunan nasional di bidang kesehatan, terutama diarahkan untuk

mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Sekarang ini pendidikan kesehatan banyak sekali dilaksanakan baik di

bawah lisensi rumah sakit maupun akademi yang berdiri sendiri.

Adapun dasar hukum diselenggarakannya PKL seperti yang

tercantum dalam kurikulum program studi D III Analis Kesehatan yang

di sahkan oleh SK Dirjen Dikti No. 13/DIKTI/1990 tanggal 7 Maret 1990,

dimana peserta PKL adalah mahasiswa tingkat III yang telah

menyelesaikan 5 semester dari 6 semester yang harus ditempuh.

B. Tujuan PKL

Dalam upaya menciptakan tenaga kesehatan yang optimal maka

Prodi D III Analis Kesehatan mengadakan PKL yang bertujuan :

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan semua ilmu yang didapat baik

secara teoritis maupun praktikum selama di bangku kuliah atau

pendidikan dalam prakteknya sehari-hari di lapangan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menerima, dan

menerapkan teknologi kesehatan yang sudah berkembang.

1
3. Menambah dan memperluas daya pemikiran mahasiswa dalam

menghadapi khususnya dalam dunia kerja.

4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

pendidikan Prodi D III Analis Kesehatan Semester VI.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

PKL dilaksanakan pada laboratorium rumah sakit yang bekerja

sama dengan Prodi Diploma III Analis Kesehatan Universitas

Mohammad Husni Thamrin.

Jumlah peserta didik yang mengikuti PKL bergantung pada

kesediaan rumah sakit yang bersangkutan, dimana untuk Rumah Sakit

Umum Daerah Cengkareng, jumlah peserta didik yang mengikuti PKL

sebanyak 6 orang. Dan pelaksanaan PKL ini berlangsung mulai tanggal

07 Januari sampai 15 Maret 2019.

D. Tujuan Penulisan Laporan

1. Sebagai laporan pertanggung jawaban mahasiswa terhadap akademi.

2. Salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Analis

Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin.

3. Menambah perbendaharaan perpustakaan akademi dan

menunjang peningkatan pengetahuan mahasiswa angkatan

selanjutnya.

4. Memberikan informasi teknologi, metode-metode yang diterapkan

di rumah sakit.

2
BAGIAN II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng

1) Pada tanggal 20 Mei 2003, secara resmi bapak gubernur provinsi

DKI Jakarta meresmikan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng

(grand opening). Diiringi dengan pembukaan pelayanan penunjang

medis lainnya, Seperti : Laboratorium, Radiologi, Apotik/Farmasi,

CSSD, Ambulance, dll. Dan sebagai usaha untuk dapat memberikan

pelayanan optimal, maka sampai dengan saat ini RSUD Cengkareng

masih terus melengkapi fasilitas pelayanannya.

2) 10 Agustus 2004 : Keluarnya PERDA DKI Jakarta No.14 tentang

perubahan status UPT DINKES RSUD menjadi PT. RS Cengkareng.

3) 17 September 2004 : Penandatanganan akte notaris pendirian

PT.RS Cengkareng.

4) 23 Desember 2004 : Keluarnya surat keputusan mentri hukum dan

hak azasi manusia tentang pengesahan RS Cengkareng.

5) 1 Januari 2005 : Operasional sebagai RS dengan bentuk baru PT.

RS Cengkareng.

6) 5 Oktober 2006 : Pembubaran PT.RS Cengkareng menjadi BLU

B. Visi Dan Misi Rumah Sakit umum Daerah Cengkareng

3
1) Visi

Menjadi Rumah Sakit terbaik di Indonesia dan terdepan di Asia

Tenggara tahun 2020.

2) Misi

a. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh lapisan

masyarakat.

b. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional.

3) Makna:

Sahabat hidup sehat berkualitas

4) Motto:

Upaya terbaik untuk kesehatan anda

5) Makna:

Sahabat hidup sehat berkualitas

6) Motto:

Upaya terbaik untuk kesehatan anda

7) Tata Nilai:

a. Integritas

b. Objektifitas

c. Loyalitas

d. Unjuk kerja tinggi

e. Kemitraan

C. Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium Rsud Cengkareng

4
DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR
PELAYANAN

Kepala Bidang Pelayanan


Penunjang Medis

Kepala Instalasi
Laboratorium

Pranata Laboratorium
Mahir

Pranata Laboratorim
Terampil

Pranata Laboratorium
Pemula

Pramu Laboratorium

BAGIAN III

5
KEGIATAN PKL

A. Pra Analisa

1. Administrasi

Formulir permintaan pemeriksaan surat pengantar/formulir

permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara

lengkap :

a. Tanggal permintaan.

b. Tanggal dan jam pengambilan spesimen.

c. Identitas pasien (nama minimal dua karakter, tanggal lahir,

jenis kelamin, nomor rekam medis).

d. Jenis spesimen.

e. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.

f. Transport media/pengawet yang digunakan.

g. Keterangan klinis: diagnosa atau riwayat singkat penyakit,

riwayat pengobatan.

h. Label.

Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium

harus memuat :

1) Tanggal pengambilan spesimen

2) Identitas pasien (nama minimal dua karakter, umur, jenis

kelamin, nomor laboratorium)

3) Jenis spesimen

6
Temuan : Tidak ada, sudah sesuai prosedur.

2. Persiapan Pasien

a. Pasien harus berpuasa selama 8-10 jam untuk pemeriksaan

gula darah dan puasa 10-12 jam untuk pemeriksaan profil

lipid sebelum di ambil darah, pasien tidak diperkenankan

makan dan minum kecuali air putih.

b. Dicantumkan obat-obat yang diminum.

Temuan :

1. Pasien puasa namun tidak memenuhi kriteria

Pemecahan :

1. Jika waktu puasa tidak sesuai persyaratan, maka pihak

laboratorium meminta persetujuan apakah pasien bersedia

untuk mengulang puasa atau tetap akan melanjutkan

pemeriksaan.

3. Persiapan Pengambilan Sampel

Alat dan bahan yang disiapkan, antara lain :

a. Spuit

b. Blood lancet, autoclik

c. Kapas alkohol 70%

d. Tourniquet

e. Tabung tanpa antikoagulan

1) Kode warna

7
Merah :

a) Tabung merah tanpa antikoagulan

b) Tabung merah dengan clot activator

f. Tabung dengan Antikoagulan

1) Kode warna

Hijau : dengan Heparin

Ungu : dengan EDTA

Biru : dengan Natrium sitrat

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur

4. Teknik Pengambilan Sampel

Tempat pengambilan :

- Pembuluh darah balik lengan (Vena Cephalica, Vena

Mediana Cubiti, Vena Basilica).

- Vena Radialis (pergelangan tangan).

- Vena Femoris / Vena Juguralis (pada bayi).

Temuan :

1. Pasien puasa namun tidak memenuhi persyaratan.

2. Pengambilan darah gagal

Pemecahan :

1. Sebelum dilakukan pengambilan darah, pasien

diinformasikan untuk puasa sesuai persyaratan (10-12 jam),

apabila waktu puasa tidak memenuhi persyaratan maka

8
pihak laboratorium meminta persetujuan apakah pasien

bersedia untuk mengulang puasa atau tetap melanjutkan

pemeriksaan

2. Pengambilan darah ulang.

B. Analisa

1. Running sampel

a. Pemeriksaan Kimia Klinik menggunakan alat Architect c8000

SR.

1) Trigliserida

Metode :

GPO, enzymatic

Prinsip :

Trigliserida lipase Gliserol + free Fatty Acids Gliserol+ATP


GK Gliserol–3-Pospatase + ADP

Gliserol–3-Pospatase+O2 GPO DAP + H2O2

H2O2 + TBHB Peroksidase Quinomine + 2H2O (berwarna

merah)

Nilai Normal : 36-165 mg/dL

2) Kolesterol HDL

Metode :

Presipitasi Trinder PEG

9
Prinsip :

Dengan pemberian Poly Etylene Glycol (PEG) ke dalam

sampel, Chylomicron, VLDL, dan LDL kan mengendap.

Setelah disentrifugasi, yang tertinggal dalam supernatan

hanya HDl (High Density Lipoprotein) yang kadar

kolestrolnya ditentukan dengan metode enzimatik.

Nilai normal : 30–75 mg/dL

3) Kolesterol Total

Metode :

Enzymatik

Prinsip :

Kolesterol Ester kolesterol Esterase Kolesterol + Fatty Acid

Kolesterol + O2 kolesterol oksidase Kolesterol +

3- one + H2O2

2H2O2 + p–HBS peroksidase Quinoneimine H2O2 ( warna

merah ) Intensitas warana merah yang terbentuk sebanding

dengan kolestrol total dalam sampel.

Nilai normal : < 200 mg/dL

4) Kolesterol LDL

5) SGOT/AST

Metode :

Optimized Tris Buffer, IFCC Kinetik

10
Prinsip :

Berdasarkan reaksi kinetik enzim dengan bantuan Malate

Dehydrogenase dan NADH:

O-ketogulase + L-Asparate AST L-Glutamate +

Oksaloasetat + NADH+ H+MDH L-Malate + NAD+ + H2O.

AST mengkatalis transfer gugus amino dari L-Aspartate k

O- ketoglutarate menjadi L-Glutamate dan Oxaloacetate.

Oxaloacetate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi

oksidasi NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim

Malate Dehydrogenase (MDH). Hasil penurunan

absorbans pada λ 340 nm sesuai dengan aktivitas AST.

Lactate Dehydrogenase (LDH) ditambahkan untuk

mencegah gangguan dari piruvat endogen yang berasal

dari serum.

Nilai normal :

a. Pria = < 42 µ/L


b. Wanita = < 37µ/L
6) SGPT/ALT

Metode :

Optimized Tris Buffer, IFCC kinetik

Prinsip :

α ketoglutarate + L-alanine ALT L-Glutamate + Piruvat +

NADH + H+LDH L-Laktate + NADH+ + H2O. ALT mengkatalis

transfer gugus amino dari L-Alanine ke alfa ketoglutarate

11
menjadi L-Glutamate dan Pyruvat. Pyruvat selanjutanya

mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi

NAD+ dengan bantuan enzim Lactate Dehydrogenerase.

Hasil penurunan absorbans pada λ 340 nm sesuai dengan

aktivitas ALT.

Nilai normal :

a. Pria = < 42 µ /
b. Wanita = < 31 µ / L

7) Bilirubun Total/Direct/Indirect

Metode :

Diazo

Prinsip :

Reaksi antara billirubin dengan Diazotuzed Sulfanilic Acid

membentuk Azobilirubin yang berwarna. Dalam air hanya

Billirubin direct yang larut dan bereaksi dengan reagensia,

sehingga untuk mendapatkan nilai Billirubin total, Billirubin

Indirect harus dilepaskan ikatannya dengan albumin

sehingga larut dalam air, biasanya digunakan accelerator

atau solvent. Malloy-Evelyn menggunakan metanol.

Jendrassik Grof menggunkan Benzoat/Kafein.

Sodium nitrit ditambahkan pada sulfanilic Acid membentuk

Diazotized Sulfanilic Acid. Billirubin bereaksi dengan

12
Diazotized Sulfanilic Acid membentuk Azobillirubin yang

akan menyerap cahya pada λ 550 nm

Nilai normal :

a. Billirubin Total : 0,2–1,3 mg/dL


b. Billirubin Direct : 0 –0,5 mg/dL

8) Protein Total

Metode :

Biuret

Prinsip :

Protein + cu2+ alkali Kompleks warna

Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri dalam

suasana alkalis dan memberikan warna ungu. Intensitas

warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah protein

dalam sampel.

Nilai normal : 6,2–8,5 g / dL

9) Albumin

Metode :

BCG ( Brom Cresol Green )

Prinsip :

Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks zat

warna BCG sehingga terjadi pergeseran spectrum absorbsi

larutan yang sebanding dengan kadar albumin dalam

serum dan di baca pada λ 630 nm.

13
Nilai normal :

3,5–5,3 g/dl

10) Ureum

Metode :

Urease / GLDH, Initial Rate

Prinsip :

Urea + H2O urease 2NH3 + CO2

NH3 + α-KG + NADH + H+GLDH L-Glutamate + NAD+ + H2O

Ureum oleh urease dihidrolisis menjadi ammonia dan

karbondioksida. Dengan bantuan Glutamate

Dehydrogenase (GLDH) dan NADH, ammonia bergabung

dengan +α-KG membentuk Glutamate dan NAD+ .

Adenosin Diphosphate (ADP) dipakai untuk mengaktifkan

dan menstabilkan GLDH.

Nilai normal :

a. Ureum = 15–38 mg/dL

b. BUN = 7–18 mg/dL

11) Kreatinin

Metode :

Reaksi Jaffe

Prinsip :

Kreatinin + Sodium Pikrate alkali kreatinin-Pikrat-Komplek

(kuning – jingga). Kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat

14
alkalis membentuk warna kemerahan (Reaksi Jaffe).

Warna merah yang terbentuk berbanding langsung dengan

kadar kreatinin dan diukur dengan photometer pada λ 510

(500-620)nm.

Reaksi ini tidak spesifik dan dapat dihasilkan oleh zat-zat

lain. Spesifitas dapat ditingkatkan dengan metode Initial

Rate, tetapi reaksi positif palsu masih timbul dengan

antibiotika golongan Cepholosporin.

Nilai normal :

a. Serum = 0,4–1,4 mg/dL

b. CCT = 97–137 mL/menit

12) Asam Urat

Metode :

Enzimatik Trinder / Uricase

Prinsip :

Uric acid + O2 + 2H2O uricase Allantonin + CO2 + H2O2

2H2O2 + 4-APP + DHBS Hidrogen peroksidase Kromagen + 4H2O

Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi Allantonin dan

H2O2, DHBS, 4- Aminoantipirine dan H2O2 dengan adanya

peroksidase menghasilkan kromagen berwarna yang di

ukur pada λ 520 nm yang sebanding dengan kadar asam

urat dalam sampel.

Nilai normal : 2,5–7,7 mg/dL.

15
13) Glukosa

Metode :

Enzimatik / Hexokinase

Prinsip :

Glukosa + ATP Hexokinase G16P + ADP

G16P + NAD + G6PDH 6-Pospogluonat + NADH + H+

Glukosa berfosforasi dengan ATP dalam reaksi katalisasi

dengan Herokinase dan menghasilkan glukosa –6 –

Pospatase kemudian di oksidasi dan secara bersama

menjadi reduksi NAD+ menjadi NADH pada reaksi

katalisasi oleh G6PDH. Reaksi ini terlihat dengan kenaikan

absorbans pada λ 340 nm, sebanding dengan kadar

glukosa dalam sampel.

Nilai normal :

a. Glukosa puasa = 65-110 mg/dL

b. Glukosa 2 jam PP = < 140 mg/dL

c. Glukosa Sewaktu = < 180 mg/dL

14) CRP-Kuantitatif

Metode :

Imunoturbidimetri

Prinsip :

CRP serum bereaksi dengan lateks berlapis antibodi

monoklonal tikus antihuman CRP, dan karenanya terjadi

16
aglutinasi. Konsentrasi CRP ditentukan oleh pengukuran

perubahan absorbansi yang dihasilkan dari reaksi

aglutinasi.

Protein C-reaktif dalam sampel + lateks berlapis antibodi

monoklonal tikus protein C-reaktif anti manusi → aglutinasi

karena reaksi antigen-antibodi.

Nilai normal : <0,3 mg/dL

15) CKMB

Metode :

Enzimatik Kinetik

Prinsip :

Penggunaan reagen kimia untuk penetuan kuantitatif iso

enzem kreatinin kinasi-MB dalam serum/plasma manusia.

Nilai normal : 0–25 IU/L.

16) ALP

Metode :

p-NPP

Prinsip :

p-NPP + H2O Alkali Pospatase p Nitrophenol + H3PO4

p-Nitrophenil Pospatase dihidrolisis menjadi p-Nitrophenol

dan Phosphatase an organic. Kecepatan hidrolisis p-NPP

sebanding dengan aktivitas Alkaline Pospatase bila di baca

pada λ 405 nm.

17
Nilai normal : 35–123 IU/L

Temuan :

1. Didapatkan sampel darah yang lisis dan volume sampel

darah kurang.

Pemecahan :

1. Dilakukan pengambilan sampel ulang..

b. Pemeriksaan Elektrolit menggunakan alat Nova 5 Analyzer.

1) Natrium

2) Kalium

3) Klorida

Metode :

ISE (Ion Selektif Elektroda)

Prinsip :

Sampel yang masuk ke dalam elektroda akan di analisa

berdasarkan susunan elektroda yang ada pada alat, yang

kemudian secara otomatis akan terbaca dan hasil analisa akan

didapatkan melalui print out.

Tujuan :

Untuk mengetahui keadaan ion-ion di dalam tubuh yang

mempunyai fungsi tertentu dalam cairan intraseluler.

18
Nilai normal :

a. Natrium : 136-146 mmol/L

b. Kalium : 3,5-5,0 mmol/L

c. Chlorida : 94-111 mmol/L

Temuan :

1. Didapatkan sampel darah yang lisis.

Pemecahan :

1. Dilakukan pengambilan sampel ulang.

c. Pemeriksaan Kimia Manual

1) Widal

Metode :

Aglutinasi

Prinsip :

Adanya anibodi Salmonella pada sampel akan bereaksi

dengaan antigen yang terdapat pada reagen widal sehingga

menyebabkan reaksi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang

masih menimbulkan aglutinasi menunjukan titer antibodi

dalam serum.

Tujuan :

Untuk membantu menegakkan pemeriksaan demam typoid.

Interpretasi Hasil :

19
a) Posititf : Terbentuk aglutinasi

b) Negatif : Tidak terjadi aglutinasi apabila positif,

maka titernya adalah :

Serum : 20 ul 10ul 5ul

Reagen : 1 tetes 1 tetes 1 tetes

Titer : 1/80 1/160 1/320

Nilai normal : Negatif

Temuan :

1. Ditemukan hasil positif palsu

Pemecahan :

1. Waktu Rotator harus sesuai Prosedur (1 menit)

d. Pemeriksaan HBA1c menggunakan alat Bio Rad

Metode :

Chromatography (HBLC).

Prinsip :

Sampel secara otomatis diincerkan pada D-10 dan diinjeksikan

ke dalam Analytical Cartridge. D-10 memiringkan gradientbuffer

yang terprogram untuk meningkatkan kekuatan ion terhadap

cartridge, sehingga hemoglobin dipisahkan berdasarkan

interaksi ionik-nya terhadap bahan cartridge. Hemoglobin yang

20
terpisahkan kemudian melalui flow cell pada fotometer filter dan

akan mengukur perubahan absorbansi pada 415 nm.

Tujuan :

Untuk mengetahui terkontrol dengan baik atau tidak kadar gula

darah dalam kurun waktu kurang lebih 12 minggu ke depan.

Nilai normal : 4,0-6,0%

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur

e. Pemeriksaan Imunoserologi alat Architect i1000 SR

1) FT3

Metode :

CMIA

Prinsip :

T3 bebas (tidak terikat) yang ada pada sampel berikatan

dengan mikropartikel yang dilapisi anti-T3. Kemudian,

melewati dua kali pencucian. Ditambah konjugat T4 untuk

membentuk campuran reaksi. Serta, Ditambah pretrigger

dan trigger solution setelah pencucian kedua ke dalam

reaksi. Hasil reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan

relative light unit (RLU).

Nilai normal :

21
<1,48 ng/dL (Non-reactive)

2) FT4

Metode :

CMIA

Prinsip :

T4 bebas (tidak terikat) yang ada pada sampel berikatan

dengan mikropartikel yang dilapisi anti-T4. Kemudian,

melewati dua kali pencucian. Ditambah konjugat T3 untuk

membentuk campuran reaksi. Serta, Ditambah pretrigger

dan trigger solution setelah pencucian kedua ke dalam

reaksi. Hasil reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan

relative light unit (RLU).

Nilai normal :

<1,48 ng/dL (Non-reactive)

3) TSH

Metode :

CMIA

Prinsip :

TSH yang ada pada sampel berikatan dengan mikropartikel

yang dilapisi anti-TSH. Setelah pencucian, Ditambah

konjugat anti-ꭤ TSH berlabel akridinium untuk membentuk

reaksi. Ditambah pretrigger dan trigger solution ke dalam

campuran reaksi setelah pencucian pertama. Hasil reaksi

22
chemiluminescent diukur dalam satuan relative light unit

(RLU).

Nilai normal :

0,45 - 4,12 ng/dl

4) Total T3

Metode :

CMIA

Prinsip :

T3 yang ada pada sampel berikatan dengan mikropartikel

yang dilapisi anti-T3. Kemudian, melewati dua kali pencucian.

Ditambah konjugat T3 akridinium untuk membentuk

campuran reaksi. Serta, Ditambah pretrigger dan trigger

solution setelah pencucian kedua ke dalam reaksi. Hasil

reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan relative light

unit (RLU).

Nilai normal :

< 1,56 ng/dL (Non-reactive)

5) Total T4

Metode :

CMIA

Prinsip :

T4 yang ada pada sampel berikatan dengan mikropartikel

yang dilapisi anti-T4. Kemudian, melewati dua kali pencucian.

23
Ditambah konjugat T4 akridinium untuk membentuk

campuran reaksi. Serta, Ditambah pretrigger dan trigger

solution setelah pencucian kedua ke dalam reaksi. Hasil

reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan relative light

unit (RLU).

Nilai normal :

<1,56 ng/dL (Non-reactive)

6) Ferritin

Metode :

CMIA

Prinsip :

Ferritin yang ada pada sampel berikatan dengan

mikropartikel yang dilapisi anti-ferritin. Kemudian, melewati

dua kali pencucian. Ditambah konjugat anti-ferritin berlabel

akridinium untuk membentuk campuran reaksi. Serta,

Ditambah pretrigger dan trigger solution setelah pencucian

kedua ke dalam reaksi. Hasil reaksi chemiluminescent diukur

dalam satuan relative light unit (RLU).

Nilai normal :

> 80 ng/mL

7) Anti HIV

Metode :

CMIA

24
Prinsip :

Antigen HIV p24 dan antibodi HIV-1/HIV-2 yang ada pada

sampel berikatan dengan mikropartikel yang dilapisi antigen

HIV-1/HIV-2 dan antibodi HIV p24. Setelah pencucian,

antigen HIV p24 dan antibodi HIV-1/HIV-2 berikatan pada

konjugat berlabel akridinium (antigen HIV-1/HIV-

2[rekombinan] dan antibodi HIV p24[tikus/monoklonal])

Ditambah pretrigger dan trigger solution ke dalam campuran

reaksi setelah pencucian pertama. Hasil reaksi

chemiluminescent diukur dalam satuan relative light unit

(RLU).

Interpretasi hasil :

a. Reaktif : > 1,00 (tes ulang secara duplo

menggunakan kit reagen rapid HIV)

b. Non Reaktif : < 1,00 (tidak perlu tes ulang).

8) HbsAg Kuantitatif

Metode :

CMIA

Prinsip :

HbsAg terdapat dalam sampel berikatan dengan

mikropartikel yang dilapisi anti HBs dan konjugat anti-HBs

berlabel akridinum. Setelah pencucian, ancillarywash buffer

Ditambah ke dalam campuran reaksi. Setelah siklus

25
pencucian berikutnya prettiger dan trigger solution di

tambahkan ke dalam campuran reaksi. Hasil reaksi

chemiluminescent diukur dalam satuan Relativ Light Unit

(RLU).

Interpretasi hasil :

a. Reaktif : > 1,00 (tes ulang secara duplo

menggunakan kit reagen rapid HbsAg)

b. Non Reaktif : < 1,00 (tidak perlu tes ulang).

9) Anti Hbs Kuantitatif

Metode :

CMIA

Prinsip :

Anti-Hbs terdapat dalam sampel berikatan dengan

mikropartikel yang dilapisi antigen HBs dan konjugat anti-

HBs berlabel akridinum. Setelah pencucian, ancillarywash

buffer. Ditambah ke dalam campuran reaksi. Setelah siklus

pencucian berikutnya prettiger dan trigger solution di

tambahkan ke dalam campuran reaksi. Hasil reaksi

chemiluminescent diukur dalam satuan Relativ Light Unit

(RLU).

a. Reaktif : > 1,00 (tes ulang secara duplo

menggunakan kit reagen rapid HIV)

b. Non Reaktif : < 1,00 (tidak perlu tes ulang).

26
10) Anti HCV

Metode :

CMIA

Prinsip :

Anti-HCV yang ada pada sampel berikatan dengan

mikropartikel yang dilapisi HCV. Setelah pencucian,

Ditambah konjugat antibodi manusia berlabel akridinium

untuk membentuk reaksi. Ditambah pretrigger dan trigger

solution ke dalam campuran reaksi setelah pencucian

pertama. Hasil reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan

relative light unit (RLU).

Interpretasi hasil :

a. Reaktif : > 1,00 (tes ulang secara duplo

menggunakan kit reagen rapid Anti-HCV)

b. Non Reaktif : < 1,00 (tidak perlu tes ulang).

11) Anti HAV IgM

Metode :

CMIA

Prinsip :

IgM Anti-HAV yang ada pada sampel berikatan dengan

mikropartikel yang dilapisi virus hepatitis A (manusia).

Setelah pencucian, IgM Anti-HAV berikatan dengan konjugat

anti IgM manusia berlabel akridinium yang Ditambah..

27
Ditambah pretrigger dan trigger solution ke dalam campuran

reaksi setelah pencucian pertama. Hasil reaksi

chemiluminescent diukur dalam satuan relative light unit

(RLU).

a. Reaktif : > 1,00 (tes ulang secara duplo)

b. Non Reaktif : < 1,00 (tidak perlu tes ulang).

12) CEA

Metode :

CMIA

Prinsip :

CEA yang ada pada sampel berikatan dengan mikropartikel

yang dilapisi anti-CEA. Setelah pencucian Ditambah konjugat

anti-CEA berlabel akridinium serta pretrigger dan trigger

solution ke dalam campuran reaksi setelah pencucian

pertama. Hasil reaksi chemiluminescent diukur dalam satuan

relative light unit (RLU).

Nilai normal :

5,0 ng/mL

13) PSA Total

Metode :

CMIA

Prinsip :

28
PSA yang ada pada sampel berikatan dengan mikropartikel

yang dilapisi anti-PSA. Setelah pencucian Ditambah konjugat

anti-PSA berlabel akridinium serta pretrigger dan trigger

solution ke dalam campuran reaksi. Hasil reaksi

chemiluminescent diukur dalam satuan relative light unit

(RLU).

Nilai normal :

2,0-7,2 ng/mL

Temuan :

1. Didapatkan sampel darah yang lisis.

Pemecahan :

1. Dilakukan pengambilan sampel ulang.

f. Pemeriksaan Analisa Gas Darah dengan menggunakan alat

ABL Flex 800

Metode :

ISE (Ion Selectif Electrode)

Prinsip :

Menghitung kadar ion yang tidak diketahui kadar membrane ion

selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel

membran merupakan penukaran ion, bereaksi terhadap

perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan

potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan

29
persamaan nerst. Hasilnya kemudian dihubungkan dengan

amplifier dan ditampilkan oleh alat.

Tujuan :

Pemeriksaan untuk membantu diagnosa dokter dalam

mengevaluasi status asam basa pada pasien.

Nilai normal :

No Parameter Nilai Normal

1 Ph 7.35 – 7.45

2 pCO2 Pria : 35 – 48 mm/Hg

Wanita : 32 – 45 mm/Hg

3 pO2 83 – 108 mmHg

4 HCO3- 21 – 28 mmol/L

5 SBC Pria : 22.5 – 26.9


mmol/L
Wanita : 21.8 – 26.2
mmol/L
6 SBE Pria :<1.5 - >3.0
mmol/L
Wanita :<2.0 - >3.0
mmol/L
7 ABE <2 - >3

8 sO2 95 – 99 %

9 tCO2 Vol %

30
Temuan :

1. Pada alat keluar “note sample problem”

Pemecahan :

1. Dilihat ada bekuan dan gelembung atau tidak.

2. Dilihat sudah homogen atau belum.

g. Pemeriksaan Hematologi dengan menggunakan alat Cell Dyn

Ruby dan SYSMEX XN 1000.

1) Cell dyn Ruby

Metode :

Volumetric Impedance

Prinsip :

Multi-parameter hematologi otomatis analyzer yang dirancang

untuk digunakan diagnostik invitro volume menengah

laboratorium klinis. Instrumen ini menggunakan teknologi Full

Optic Flow Cytometry dengan MAPSS(Multi-Angel Polarized

Scatter Separation) menggunakan pengukuran 4 sudut

pencar dengan menggunakan cahaya 5 Mega watt helium

neon laser, sel darah akan mengalir pada flow cell secara

hydrodynamic focusing kemudian akan dibaca secara optic

oleh pancaran sinar laser. Untuk sel dengan analisis sel dari

pengenceran tunggal untuk menghitung dan membedakan

31
Sel Darah Putih (Leukosit) dan memberikan kinerja yang

dibutuhkan untuk sampel pasien. Instrumen analisis yang

menyebarkan cahaya laser optik, tanpa perlu gambar ke tes

lain, untuk mengadakan Sel Darah Merah (Eritrosit) dan

jumlah Trombosit.

Nilai Normal :

No Parameter Nilai Normal


(BerdasarkanJenisKelamin)

1 Hemoglobin Pria :13 – 16 (g/dl)

Wanita :12 – 14 (g/dl)

2 Hematokrit Pria : 40 – 48 (%)

Wanita : 37 – 43 (%)

3 Eritrosit Pria : 4.5 – 5.5 jt/ul

Wanita : 4 – 5 jt/ul

4 Leukosit 3.700 – 10.000 /ul

5 Trombosit 155.000 – 366.000 /ul

6 MCV 80.0 – 100 fl

7 MCH 27.0 – 31.2 pg

8 MCHC 32.0 – 35.6 %

9 Eosinofil 0.60 – 7.30 %

10 Retikulosit 0.5 – 1.5 %

11 Neutrofil 39.3 – 73.7 %

32
12 Basofil 0.00 – 1.70 %

13 Limfosit 18.0 – 48.3 %

14 Monosit 4.40 – 12.7 %

2) Sysmex XN1000

Metode :

Flow Cytometry Method

Prinsip :

Menggunakan laser semikonduktor untuk menghitung dan

mengklasifikasikan sel dengan menembakkan cahaya

dengan panjang gelombang 633 nm ke sel yang melalui

flowcell, menghasilkan informasi :Forward Scattered Light

(FSC), Side Scattered Light (SSC) dan Side Fluorescent light

(SFL).

Nilai Normal :

No Parameter Nilai Normal

1 Hemoglobin Pria :13 – 16 (g/dl)

Wanita :12 – 14 (g/dl)

2 Hematokrit Pria : 40 – 48 (%)

Wanita : 37 – 43 (%)

3 Eritrosit Pria : 4.5 – 5.5 jt/ul

Wanita : 4 – 5 jt/ul

33
4 Leukosit 3.700 – 10.100 /ul

5 Trombosit 155.000 – 366.000 /ul

6 MCV 80.0 – 100 fl

7 MCH 27.0 – 31.2 pg

8 MCHC 32.0 – 35.6 %

9 Eosinofil 0.60 – 7.30 10ˆ3/ul

10 Retikulosit 0.50 – 1.5 %

11 Neutrofil 39.3 – 73.7 10ˆ3/ul

12 Basofil 0.00 – 1.70 10ˆ3/ul

13 Limfosit 18.00 – 48.3 10ˆ3/ul

14 Monosit 4.40 – 12.7 10ˆ3/ul

Temuan :

1. Didapatkan sampel beku

2. Reagen habis saat running sample

Pemecahan :

1. Dilakukan pengambilan sampel ulang.

2. Melakukan pergantian reagen sesuai intruksi

h. Pemeriksaan Laju Endap darah menggunakan alat Ves Matic 20

Metode :

ESR Analyzer

Prinsip :

34
Ves-matic merupakan alat otomatis untuk mengukur laju

sedimentasi eritrosit (ESR) yang dianalisis langsung dari tabung

yang digunakan dan bisa digunakan untuk 30 sampel secara

bersamaan. Pembacaan ESR pada jam pertama dilakukan

dalam 26 menit atau dalam 10 menit (metode cepat) termasuk

pencampuran sampel.

Tujuan :

Digunakan untuk penentuan sedimentasi ESR atau LED secara

otomatis

Nilai normal :

<15 mm/jam

Temuan :

1. Sampel darah kurang.

2. Hasil tidak terbaca oleh alat.

Pemecahan :

1. Pengambilan darah ulang.

2. Dilakukan pemeriksaan LED Manual metode westergreen

i. Pemeriksaan Hematologi dengan metode dan alat manual

1) Golongan darah

Metode :

Aglutinasi

35
Prinsip :

Adanya aglutinogen dalam sel darah merah dan agglutinin

dalam plasma yang sesuai dapat menyebabkan aglutinasi

Interpretasi hasil :

Anti Anti Anti Anti Golongandarah/Rh


A B AB Rh

+ + + + AB/+

+ - + - A/-

- + + + B/-

- - - - O/-

+ - + + A/+

- - - + O/+

+ + + - AB/-

2) Morfologi Darah Tepi

Metode :

Manual

Prinsip :

Dibuat hapusan darah pada kaca objek sehingga

membentuk lidah api

Nilai Normal :

Basofil : 0-1%

Eosinofil : 1-3%

Neutrofil Batang : 2-6%

36
Neutrofil Segmen : 50-70%

Limfosit : 20-40%

Monosit : 2-8%

3) Laju endap darah

Metode :

Westergreen

Prinsip :

Mengukur kecepatan mengendap sel-sel darah dalam

satuan waktu dengan keadaan posisi tabung tegak lurus

Nilai normal :

Laki – laki : 0 – 10 mm/jam

Perempuan : 0 – 15 mm/jam

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur.

j. Pemeriksaan Hemostasis dengan alat Stago Compact Max.

1) PT/APTT

Metode :

Electromechanical clot detection methodology

Prinsip :

37
Pemeriksaan PT/INR, APTT, dan kadar Fibrinogen

berdasarkan peningkatan viskositas plasma yang diperiksa

setelah penambahan reagens. Perubahan viskositas diukur

dengan mengikuti perubahan amplitudo dari oscillating steel

ball yang menginduksi dan mempertahankan gerakan dari

bola logam.

Nilai normal :

PT/INR : 12.0 – 16.0 detik

APTT : 28.0 – 39.0 detik

Temuan :

1. Sampel lisis

2. Sampel kurang atau lebih

Pemecahan : .

1. Dilakukan pengambilan sampel ulang

2. Perbandingan sampel dengan anti koagulan 1:9.

k. Pemeriksaan Hemostasis Manual

a) Masa Perdarahan (Bleeding time)

Metode :

Ivy

Prinsip :

38
Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah (kapiler)

jumlah dan fungsi trombosit. Kekurangan dari faktor-faktor

pembekuan darah (faktor intrinsik) tidak menyebabkan

perpanjangan karena luka yang dibuat sedemikian rupa

kecilnya, sehingga perdarahan segera berhenti karena

pengaruh pembuluh darah dan trombosit.

Tujuan : Untuk mengatahui masa perdarahan

Nilai Normal :

0-6 Menit, bila > 10 Menit percobaan dihentikan

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur

l. Pemeriksaan Troponin I dan D-Dimer menggunakan alat Ramp

Reader

Metode :

ICT (Immunokromatografi Test)

Prinsip :

Partikel warna berlapis yang dilapisi dengan antibodi berikatan

dengan antigen (yang ada dalam sampel) dengan catridge

Tujuan :

Untuk mengetahui kadar pada pemeriksaan d-dimer dan

Troponin I

Nilai normal :

a. D-Dimer : 0-300 ng/mL

39
b. Troponin T : < 50 ng/mL

Temuan : Tidak ada, Sudah dilakukan sesuai prosedur

m. Pemeriksaan Urinalisa dan sedimen dengan alat Clinitek

Advantus.

Metode :

Carik celup

Prinsip :

Urin bereaksi dengan kertas indikator lalu terjadi perubahan

warna. Perubahan warna tersebut kemudian baca pada alat

automatic chemistry analyzer.

Metode :

Mikroskopis

Prinsip :

Endapan urin hasil sentifugasi diteteskan dikaca objek dan

ditutup dengan cover kemudian diperiksa pada perbesaran 10x

dan 40x

Interpretasi Hasil Makroskopis :

a) Glukosa : Negatif

b) Bilirubin : Negatif

c) Keton : Negatif

d) Berat jenis : 1,000 – 1,030

40
e) Darah samar : Negatif

f) pH : 4.8 – 7.4

g) Protein : Negatif

h) Urobilinogen : Negatif

i) Nitrit : Negatif

j) Leukosit : Negatif

Interpretasi Hasil Mikroskopis :

a) Epitel : Positif

b) Eritrosit : 0 – 1 eritrosit/LPB

c) Leukosit : 0 – 2 leukosit/LPB

d) Silinder Hyalin : Negatif

e) Silinder Granula : Negatif

f) Silinder Eritrosit : Negatif

g) Silinder Leukosit : Negatif

h) Silinder Lemak : Negatif

i) Silinder Epitel : Negatif

j) Ragi : Negatif

k) Bakteri : Negatif

l) Parasit : Negatif

m) Candida sp. : Negatif

n) Spermatozoa : Negatif

o) Amorf : Negatif

p) Kristal : Negatif

41
Temuan :

1. Alat scanner membaca random barcode

2. Letak carik celup pada strip loading station tidak tepat

3. Lensa objektif dan okuler mikroskop kotor

Pemecahan :

1. Sebelum running dilihat kembali di layar alat barcode sudah

sesuai atau tidak.

2. Dipastikan carik celup sudah sesuai pada tempatnya.

3. Mikroskop dibersihkan terlebih dahulu agar sedimen urin

dapat dibaca dengan jelas.

n. Pemeriksaan narkoba metode Rapid test

Metode :

Rapid test

Prinsip :

Tes didasarkan pada kompetesi penjenuhan IgG anti narkoba

yang mengandung substrat enzim yang merupan “antibodi

pendeteksi dalam strip”, oleh narkoba sampel “antigen dalam

sampel”. Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif

narkoba), maka IgG anti narkoba substrat tidak akan berikatan

dengan narkoba enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim

substrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel

42
negative narkoba) atau hanya sebagian dijenuhi (sampel

mengandung narkoba dalam jumlah dibawah ambang batas

pemeriksaan atau cut off), maka IgG anti narkoba substrat akan

berikatan dengan narkoba enzimnya secara penuh atau

sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim substart yang berwarna.

Tujuan :

Untuk mengetahui kandungan NAPZA dalam urin

Interpretasi hasil :

a) Positif : Tampak satu garis warna pada garis

Control (C).

b) Negatif : Tidak keluar dua garis warna pada garis

tes (T) dan pada garis Control (C).

c) Invalid : Jika tidak keluar garis pada garis

Control (C) dan pada Tes (T). atau terbentuk pita pink

pada Tes (T) sedangkan pada Control (C) tidak

terbentuk pita pink.

Nilai normal :

Negatif

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur

o. Pemeriksaan Faeces Manual

1) Faeces Lengkap

43
Metode :

Makroskopis dan mikroskopis

Prinsip :

Feses dioleskan pada objek glass buat 2 olesan, olesan

pertama ditambahkan larutan lugol dan olesan kedua

ditambahkan larutan sudan III untuk melihat morfologi lemak.

Interpretasi Hasil Makroskopis :

a. Warna : Kuning Kehijauan – Kuning

b. Bentuk : Padat

c. Bau : Khas

d. Konsistensi : Lunak

e. Lendir : Negatif

f. Darah : Negatif

g. Pus : Negatif

Interpretasi Hasil Mikroskopis :

a. Telur cacing : Negatif

b. Parasit : Negatif

c. Leukosit : Negatif

d. Eritrosit : Negatif

e. Lemak : Negatif

f. Sisa Makanan : Positif

2) Darah samar

44
Metode :

Rapid Test

Prinsip :

Mendeteksi adanya aktivitas pseudoperoxidase hemoglobin.

Pseudoperoxidase akan bereaksi dengan hydrogen

peroksida yang kemudian mengoksidasi zat yang tidak

berwarna menjadi zat yang berwarna.

Interpretasi Hasil :

Negatif : Terdapat satu garis pada bagian Control (C).

Positif : Terdapat dua garis pada bagian test (T) dan

control (C).

Nilai Normal : Negatif

Temuan :

1. Pengambilan spesimen tidak representatif (Darah/lendir

tidak diambil)

Pemecahan :

1. Teliti dalam pengambilan spesimen

p. Pemeriksaan Test kehamilan Beta HCG urin (Human Choorionic

gonadotropin)

Metode :

Rapid test

Prinsip :

45
Sampel pasien yang mengandung hormone HCG akan

berikatan dengan anti HCG yang terdapat pada cassette test.

Dan akan menghasilkan garis warna merah jambu yang

menandakan positif pada garis control.

Tujuan :

Urin mengandung HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin)

dideteksi menggunakan Immune reagent berlabel enzim

(Konjugat). Enzim yang terikat selanjutnya akan menghidrolisis

substrat kromogen membentuk senyawa berwarna.

Interpretasi hasil :

a) Negatif : terdapat satu garis pada bagian Control

(C).

b) Positif : terdapat dua garis pada bagian tes (T)

dan control (C).

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur.

q. Pemeriksaan Mikrobiologi

1) Microbact Alert

Metode :

Kolorimetri

Prinsip :

Bact / ALERT Mikroba Detection System memanfaatkan

sensor kolorimetri dan cahaya yang dipantulkan untuk

46
memantau kehadiran dan produksi karbondioksida (CO2)

terlarut dalam media kultur. Jika mikroorganisme hadir

dalam sampel uji, (CO2) diproduksi sebagai organisme

metabolisme.

2) Vitek 2

Metode :

Optical

Prinsip :

Vitek 2 Compact adalah sistem mikrobiologi otomatis yang

memanfaatkan teknologi kolorimetri untuk menentukan

reaksi biokimia yang terkandung dalam kartu identifikasi

bakteri. Setelah diinkubasi dengan suspense bakteri yang

belum diketahui, maka setiap kartu yang diinkubasi dibaca

dengan optic.

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur.

r. Pemeriksaan Mikrobiologi (Gram dan BTA) dengan

menggunakan metode manual

1) Gram

Prinsip :

47
Bakteri Gram positif akan menyerap zat warna primer yaitu

gentian violet yang tidak akan dilepaskan pada saat

pencucian dengan alkohol, sedangkan bakteri Gram

negatif akan melepaskan zat warna primer pada saat

pencucian dengan alkohol dan akan menyerap zat warna

sekunder.

Interpretasi hasil :

a. Bakteri Gram positif berwarna ungu.

b. Bakteri Gram negatif berwarna merah

2) Bakteri Tahan Asam

Metode :

Zeihl Neelsen

Prinsip :

Bakteri tahan terhadap asam yang akan tetap mengikat

zat warna primer (karbol fuchsin dan tidak akan dilepas

pada pencucian alcohol asam, serta tidak akan mengikat

zat warna sekunder (methylene blue), sedangkan bakteri

tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada

pencucian alcohol asam dan akan mengikat zat warna

sekunder.

Interpretasi hasil :

No Hasil Pembacaan Skala IUATLD


Tidak ada BTA / 100 lapang -/negatif
1
pandang

48
2 1-9 BTA / 100 lapang pandang Diulang
3 10-99 BTA / 100 lapang pandang + (1+)
4 1-10 BTA / 1 lapang pandang ++ (2+)
5 >10 BTA / 1 lapang pandang +++ (3+)

Nilai normal :

Negatif

Temuan :

1. Pengambilan specimen tidak spesifik

2. Pewarnaan tidak sempurna

Pemecahan :

1. Teliti dalam pengambilan specimen

2. Coiling ulang dan warnailah sesuai prosedur.

t. Pemeriksaan Serologi

1) Anti Dengue IgG/IgM

Metode :

Rapid Test

Prinsip :

Sampel pasien yang mengandung antibodi Dengue IgG atau

IgM akan berikatan dengan antigen antibodi pada reagensia

49
Dengue IgG/IgM dan akan menghasilkan garis warna jambu

yang menandakan positif seperti pada garis kontrol.

Interpretasi hasil :

C : Control line M : IgM test line G : IgG test line

a. Terlihat garis merah jambu pada garis M dan Control

berarti sampel mengandung antibodi IgM menandakan

positif primary infection.

b. Terlihat garis merah jambu pada garis M, G dan Control


GM C
berarti sampel mengandung antibodi IgG dan IgM
menandakan positif secondary infection.

GM C

c. Terlihat garis merah jambu pada garis G dan Control


berarti sampel mengandung antibodi IgG menandakan
positif secondary infection.

GM C

d. Terlihat garis merah jambu pada garis Control saja


berarti sampel dinyatakan Negatif.

GM C

50
e. Tidak adanya garis merah jambu pada garis Control
berarti reagen testnya dinyatakan invalid (tidak dapat
digunakan).

GM C

Nilai Normal :

Negatif

2) Rhemathoid Factor (RF)

Metode :

Aglutinasi

Prinsip :

Uji aglutinasi cepat untuk mendeteksi secara langsung dan

semi kuantitatif. Suspensi partikel lateks dilapisi dengan

gamma globulin yang mana antigen akan menggumpal

dengan adanya faktor rheumathoid dalam serum.

Interpretasi hasil

a. Kualitatif

1) Positif : Terbentuk aglutinasi

2) Negatif : Tidak terbentuk aglutinasi

1. Kuantitatif

51
Kadar=sensitivitas (200) x titer pengenceran yang

masih menunjukan aglutinasi. Misal : hasil titer

pengenceran yang masih menunjukan aglutinasi

terdapat pada lubang 3 jadi, titer = 1/8 = 8. Maka,

kadarnya = 200 x 8 = 1600 IU/ml.

Tabel 8.
Pemeriksaan kuantitatif Rhemathoid Factor (RF)

Pengenceran RF
mg/L

1:1 (Neat) 8

1:2 16

1:4 32

1:8 64

1:16 128

1:32 256

Nilai Normal :
Negatif

Temuan : Tidak ada, sudah dilakukan sesuai prosedur.

C. Pasca Analisa

52
1. Pencatatan Hasil

Jika hasil telah selesai, pada lembar hasil dari alat dibubuhi

paraf/nama analis yang mengerjakan (pada lembar hasil di

LIS(Laboratory Information System) diketik juga kondisi dari

spesimen ; misal serum keruh) pada kolom catatan (note). Lembar

hasil yang sudah ditempelkan dengan formulir pemeriksaan

diberikan ke bagian validasi untuk di “validasi” untuk di cek kembali

dan kemudian diprint sebagai hasil pemeriksaan laboratorium

2. Pelaporan Hasil

Hasil laboratorium yang sudah selesai, akan dilakukan

validasi teknis oleh penanggung jawab shift dan dilakukan validasi

klinis oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik.

Hasil pemeriksaan laboratorium rawat inap dan IGD dicatat

dalam buku ekspedisi ruangan dan hasil laboratorium pasien rawat

jalan/poliklinik dimasukkan ke dalam amplop tertutup.

3. Pelaporan Hasil Kritis

Hasil kritis adalah hasil abnormal dari hasil pemeriksaan

laboratorium yang mengindikasikan kelainan/gangguan yang dapat

mengancam jiwa serta memerlukan perhatian/tindakan tertentu

sehingga harus segera dilaporkan. Jika menemukan hasil tersebut

53
laporkan segera ke DPJP/dokter jaga/perawat ruangan < 30 menit

setelah hasil divalidasi.

D. Limbah

Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan

di laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan padat. Sumber

limbah laboratorium berasal dari :

1. Bahan baku yang digunakan untuk proses kegiatan laboratorium

(reagensia, bahan kimia).

2. Bahan habis pakai (media pembenihan)

3. Produk proses di dalam laboratorium (spesimen) yang digunakan

untuk pemeriksaan laboratorium (spesimen yang digunakan untuk

pemeriksaan laboratorium).

1. Limbah cair

Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari

kegiatan laboratorium yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme dan bahan kimia. Limbah cair dapat berasal dari

pelarut organik, bahan kimia (untuk pengujian pemeriksaan), air

bekas pencucian alat, sisa spesimen (darah, urin dan cairan tubuh).

2. Limbah padat

Limbah Padat secara umum dibagi menjadi :

54
a. Yang infeksius misalnya peralatan habis pakai seperti jarum

suntik/lancet, sarung tangan, kapas, botol spesimen, kemasan

reagen, sisa spesimen, media perbenihan bekas pakai, kapas lidi,

plastik spesimen. Limbah padat infeksius dimasukkan dalam

kantong plastik kuning kemudian di kumpulkan di Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) Rumah sakit sebelum di bawa

oleh pihak ketiga (PT. Jalan Hijau) Untuk di musnahkan di

Incenerator.

b. Sampah umum (domestik) yang tidak infeksius : berupa kertas,

karton/dus, kantong makanan dan plastik. Sampah umum (non

infeksius) dimasukkan dalam kantong plastik hitam.

1) Jarum suntik / lancet

Masukan jarum suntik / lancet ke wadah yang tahan tusuk,

tutup rapat. Wadah tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan

ke PT. Jalan Hijau untuk ditindaklanjuti di Insenerator.

2) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen,

kapas lidi dan kemasan reagen

Masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori

infeksius). Pada saat pembuangan, isi kantong plastik tersebut

tidak boleh dipilah-pilah, tetapi langsung dibawa oleh petugas

kebersihan untuk ditindaklanjuti (dibawa ke Rumah Sakit

rekanan). Untuk reagen dalam kemasan besar, tutup rapat mulut

reagen, berikan ke petugas kebersihan untuk ditindaklanjuti.

55
3) Sampah umum / domestik

Masukan sampah umum ke kantong plastik warna hitam.

Kantong plastik akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk

dibawa ke tempat penampungan sampah sementara dan

selanjutnya diangkut ke lokasi/tempat pembuangan/ pemusnahan

terakhir.

4) Limbah bahan tajam (Kaca objek, deck glass)

Masukkan bahan/limbah ke dalam wadah yang tahan

tusukan, tutup rapat. Serahkan wadah tersebut ke petugas

kebersihan untuk ditindaklanjuti.

5) Vacutainer (tabung penampung spesimen darah)

Tutup vacutainer dengan rapat, kumpulkan menjadi satu

bagian, masukan ke kantong plastik warna kuning, kemudian

diikat. Masukkan kantong plastik tersebut ke dalam dus, beri tanda

infeksius, Berikan dus tersebut ke petugas kebersihan untuk

dibawa ke penampungan sementara untuk diproses lebih lanjut

(dibawa ke Rumah Sakit rekanan untuk dimusnahkan).

3. Penanganan Limbah Mikrobiologi

1) Limbah (ose disposable, lidi) tersebut dimasukan ke dalam jerigen

yang sudah berisi cairan Lysol 5%.

2) Untuk limbah cawan petri bekas media, tabung kultur darah yang

negatif dan tabung positif yang sudah diperiksa, masukan ke

dalam autoclave untuk dilakukan sterilisasi.

56
3) Setelah di autoclave, limbah dimasukan ke tempat sampah

infeksius yang dilapisi dengan plastik kuning.

4) Limbah akan di ambil oleh cleaning service kemudian akan

dikumpulkan di penampungan sampah.

5) Kemudian akan diambil oleh pihak ke tiga (PT. Jalan Hijau), untuk

dimusnahkan di insenerator.

4. Penanganan Limbah Dahak

1) Buang aplikator bambu lidi lancip bekas pakai, dan kaca sediaan

yang sudah tidak dipakai kedalam derigen (baskom) yang telah

diisi desinfektan Lysol 5%.

2) Untuk limbah cawan petri bekas media, tabung kultur darah yang

negatif dan tabung positif yang sudah diperiksa, masukan ke

dalam autoclave untuk dilakukan sterilisasi.

3) Semua bahan bekas pakai direndam dalam desinfektan selama

minimal 12 jam.

4) Apabila terjadi tumpahan dahak, bersihkan segera dengan

desinfektan.

5) Limbah akan di ambil oleh cleaning service kemudian akan

dikumpulkan di penampungan sampah.

57
6) Kemudian akan diambil oleh pihak ke tiga (PT. Jalan Hijau), untuk

dimusnahkan di incinerator

E. Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal

(PME)

1. Pengendalian Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan yang dilaksanakan oleh laboratorium secara terus

menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.

Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap pra

analitik, analitik, sampai dengan tahapan pasca analitik.

2. Pengendalian Mutu Eksternal

Pemantapan mutu ekstenal (PME) adalah kegiatan secara

periodik yang di laksanakan oleh pihak luar laboratorium untuk

memantau ketepatan hasil pemeriksaan yang di laksanakan oleh

suatu laboratorium dan membandingkan dengan laboratorium lain

yang mempunyai metode yang sama ataupun berbeda.

Pemantapan mutu eksternal yang diikuti oleh Rumah Sakit

Umum Daerah Cengkareng adalah pemantapan mutu yang

dilaksanakan oleh departemen kesehatan RI, EQAS, BBLK, PDS

dan perhimpunan Dokter Patologi Klinik, yang mencakup bidang

hematologi, kimia klinik, koagulasi, urinalisa, dan imunologi. Dalam

mengikuti kegiatan pemantapan mutu eksternal, pelaksana adalah

58
semua petugas laboratorium yang saat ini bertugas pada bagian

yang sedang mengikuti PME.

3. Petugas PMI dan PME

1) Kepala Instalasi Laboratorium

2) ATLM

4. Evaluasi Pelayanan

Audit adalah proses menilai dan memeriksa kembali secara kritis

berbagai kegiatan yang dilaksanakan didalam laboratorium.

a) Audit Internal

Penilaian untuk mengukur penampilan laboratorium (dengan

membuat laporan berapa kesalahan sampel, sampling, pelaporan

hasil), Kecepatan pelayanan (adanya laporan pemakaian waktu

untuk pemeriksaan emergency), jumlah pemesanan dan

pemakaian reagen serta ketelitian hasil (pengoreksian kembali

hasil yang telah ditandatangani tenaga laboratorium senior dan

Dokter Spesialis Patologi Klinik).

b) Audit Eksternal

Penilaian dilakukan oleh pihak luar laboratorium atau pemakai

jasa laboratorium (dengan adanya quesioner ke pelanggan) untuk

memperoleh masukan terhadap pelayanan dan mutu

laboratorium.

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

59
1. Kesehatan petugas laboratorium

Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi

standar kesehatan yang telah ditentukan di laboratorium, untuk

menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan

hal–hal sebagai berikut :

1. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja

dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis,

sedangkan bagi petugas lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3

tahun.

2. Pemberian imunisasai

Vaksinasi yang diberikan :

a. Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium.

b. Vaksinasi Rubella untuk petugas wanita usia reproduksi

Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH

(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes virus)

c. Perlindungan terhadap sinar Ultra Violet

Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra violet

harus menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat

pelindung mata.

d. Pemantauan kesehatan

Minimal setiap tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin

termasuk pemeriksaan laboratorium.

2. Sarana dan prasarana K3 laboratorium

60
Yang perlu disiapkan diinstalasi laboratorium :

1. Jas laboratorium

2. Sarung tangan

3. Masker

4. Alas kaki / sepatu tertutup

5. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin desinfektan) dan air

mengalir

6. Lemari asam (fume hood) dilengkapi dengan exhaust ventalione

system.

7. Pipetting aid, rubber bulb

8. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum lacet

9. Pemancur air (emergency shower)

10. Kabinet keamanan biologis kelas II atau III

3. Pengamanan pada keadaan darurat

1. Sistem tanda bahaya

2. Sistem evakuasi

3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

4. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau ke luar laboratorium

5. Sistem informasi darurat

6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat

7. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak

pada lokasi yang mudah dicapai

8. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali

61
9. Nomor telepon ambulance, pemadam kebakaran dan polisi di

setiap ruang laboratorium

4. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal sebagai

berikut

a. Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya :

1) Menggunakan peralatan standar, misalnya : lingkungan

sengkelit ose jarum dan panjang tangkai maksimum 6 cm

2) Tidak melakukan tes katalase diatas objek. Sebaiknya gunakan

tabung atau gelas obyek yang memakai penutup. Cara lain

adalah dengan menyentuhkan permukaan koloni

mikroorganisme dengan tabung kapiler hematokrit yang berisi

hidrogen peroksida

3) Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan

disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor

4) Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan

disenfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja

b. Mencegah bahan infeksi tertelan/terkena kulit serta mata,

dengan :

1) Mencuci tangan dengan sabun/desinfektan sebelum dan

sesudah bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata selama

bekerja

2) Tidak makan, minum, merokok mengunyah permen atau

menyimpan makanan/minuman dalam laboratorium

62
3) Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam ruang

laboratorium

4) Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko

percikan bahan infeksi saat bekerja

c. Mencegah infeksi melalui tusukan

Jarum suntik, pipet pasteur kaca dan pecahan kaca objek

dapat menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan

bekerja dengan hati–hati dan memilih pipet pasteur yang terbuat

dari plastik.

d. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet

1) Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet

2) Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan infeksi

dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet

3) Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa

4) Disinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/

bahan infeksi dari pipet dengan kapas yang dibasahi

disinfektan .kapas di autoklaf setelah selesai digunakan

5) Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan

sampai tetes terakhir

6) Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan.

Biarkan selama 18-24 jam sebelum disterilisasi

63
7) Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik

untuk memipet

e. Menggunakan sentrifugasi/alat pemusing

1) Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik

2) Sentrifus harus diletakan pada ketinggian tertentu sehingga

petugas laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan

menempatkan tabung sentrifus dengan mudah

3) Periksa rotator sentrifus dan selongsong (bucket) sebelum

dipakai atau secara berkala untuk melihat tanda korosi dan

keretakan

4) Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang

5) Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan

gunakan larutan NaCl atau hipoklorit karena bersifat korosif

6) Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi terbalik agar

cairan penyeimbang dapat mengalir keluar

7) Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung

harus tertutup rapat dan selongsong yang terkunci, untuk

melindungi petugas laboratorium terhadap aerosol dan

sebaran partikel dari mikroorganaisme

8) Pastikan sentrifugasi tertutup selama dijalankan

f. Menggunakan alat homogenisasi, alat pengguncang dan alat

sonikasi

64
1) Tidak menggunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam

rumah tangga, karena dapat bocor dan menimbulkan aerosol.

Gunakan blender khusus untuk laboratorium

2) Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan

tidak cacat. Tutup botol harus pas

3) Aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dari

celah antara tutup dan tabung alat homogenisasi, alat

pengguncang (Shaker) dan alat sonikasi

4) Dapat dicegah dengan menggunakan tabung yang terbuat

dari politetrafluoretilen (PTFE) Karena tabung dari gelas dapat

pecah

5) Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi

g. Menggunakan Lemari Pendingin dan Lemari Pembeku

1) Membersihkan lemari pendingin (Refrigerator), lemari

pembeku (freezeer) dan tabung es kering (dry-ice),

melakukan defrost secara teratur

2) Membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang pecah

3) Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet

tebal saat bekerja

4) Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari pendingin dan

lemari pembeku harus didisinfeksi dengan disinfektan yang

tidak korosif

65
5) Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal

disimpan dan nama orang yang menyimpan. Wadah yang

tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluarsa harus

dimusnahkan

6) Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar

h. Membuka ampul berisi bahan infeksi yang diliofilisasi

1) Dekontaminasi permukaan luar ampul

2) Beri tanda pada bagian ampul dekat sumbat kapas atau

selulose

3) Pegang ampul dalam keadaan terbungkus kapas

4) Lepaskan bagian atas ampul dengan perlahan dan

perlakukan sebagai bahan yang terkontaminasi

5) Jika sumbat masih ada di atas bahan, lepaskan dengan forsep

steril

6) Tambahkan cairan perlahan–lahan untuk melarutkan kembali

bahan dalam ampul dan mencegah timbulnya

busa/gelembung cairan.

G. Pengelolaan SDM

Peningkatan Mutu Tenaga Analis meliputi :

1. Pendidikan

Untuk meningkatkan mutu tanaga analis kesehatan di bidang

pendidikan pihak Laboratorium RSUD Cengkareng membuat

kebijakan bagi tenaga analis kesehatan yang lulusan SMK Analis

66
kesehatan, dianjurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang DIII

Analis Kesehatan

2. Kesejahteraan

Untuk meningkatkan mutu tenaga analis kesehatan dalam

bidang kesejahteraan, petugas bagian mikrobiologi, BTA, patologi

anatomi dan pramu laboratorium mendapatkan makan tambahan

setiap harinya, serta mendapatkan kesejahteraan untuk Medical

check up berkala. Petugas laboratorium mendapatkan gaji profesi,

tunjangan, uang shift, dan remunerasi.

3. Jaminan Kesehatan Karyawan

Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus

dilakukan hal-hal berikut:

1) Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja

dengan bahan yang diduga mengandung bakteri Tuberculosis,

sedangkan bagi petugas lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3

tahun.

2) Karyawan yang belum memiliki kekebalan (HbsAg dan antiHBs

negatif) dilakukan vaksinasi Hepatitis B. Vaksinasi dilakukan satu

tahun sekali.

3) Baru-baru ini dilakukan vaksinasi Difteri kepada petugas

laboratorium

67
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL) ........................... 1
B. Tujuan PKL .................................................................................. 1
C. Tempat dan Waktu PKL .............................................................. 2
D. Tujuan Penulisan Laporan
....................................................................................................
2 ..................................................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL ............................................... 3


A. Sejarah RSUD Cengkareng .............................................................. 3

B. Visi dan Misi RSUD Cengkareng ........................................................... 4

C. Struktur Organisasi Laboratorium RSUD Cengkareng .......................... 5

BAB III KEGIATAN PKL


A. Pra Analisa .................................................................................. 6
B. Analisa......................................................................................... 9
C. Pasca Analitik .............................................................................. 16
D. Limbah ........................................................................................ 17
E. Pemantapan mutu internal & eksternal........................................ 21
F. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ............................................. 23
G. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ........................................... 30

68

Anda mungkin juga menyukai