Anda di halaman 1dari 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Informasi

Informasi (information) menurut asal katanya berasal dari istilah dalam bahasa Prancis kuno
“informatio”, atau dalam bahasa Latin “informare”, yang berarti pembentukan pikiran atau
pengajaran. Informasi menurut kamus dapat diberi pengertian sebagai “fakta tentang sesuatu atau
tentang seseorang yang diberikan atau dipelajari (https://en.oxforddictionaries.com). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, informasi diberi pengertian sebagai: 1) penerangan; 2)
pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu; 3) keseluruhan makna yang menunjang
amanat yang terlihat dalam bagian-bagian amanat itu.

Istilah informasi dapat disejajarkan dengan istilah dalam bahasa Arab “khabar” (bentuk
jamaknya akhbaar) yang artinya berita. Adapun dalam Undang-undang No.14 tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, pasal 1, informasi diberi pengertian sebagai: “Pernyataan,
keterangan, gagasan, serta tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data,
fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam
berbagai kemasan dan format sesuai perkembangan teknologi informasi serta komunikasi secara
elektronik ataupun non-elektronik.”

Ada beberapa istilah informasi yang dikenal dalam Islam, yaitu Naba’, Khabar, dan I’lam.
Menurut Ibnu Manzhur, naba’ sinonim dengan kata khabar. Bentuk pluralnya adalah anba’ (Ibnu
Manzhur, t.t.: 4315). Kata naba’ berserta derivasinya disebut sebanyak 68 kali dalam al-Quran.
Meskipun sinonim dengan khabar, kata naba’ ini seringkali digunakan untuk menunjukan suatu
informasi yang penting. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa naba’ bermakna
informasi yang luar biasa besar (al-ha’il), mengerikan (al-mufzhi’), dan membuat orang terpukau
(al-bahir) (Ibnu Katsir, t.t.: Vol. 15: 227).

Al-Raghib al-Ashfahani mengatakan naba’ adalah informasi yang mengandung faedah besar,
yang dapat menghasilkan sebuah pengetahuan pasti (al-‘ilm) atau hipotesa kuat (ghalabah al-
zhann). Karenaya, suatu informasi tidak dapat dikatakan naba’ ketika informasi tersebut tidak
mengandung tiga hal tersebut (faedah besar, pengetahuan pasti, atau hipotesa kuat). Kata Nabi
juga berasal dari isim fa’il naba’ (nabi’ dan nabiy).

Anda mungkin juga menyukai