Anda di halaman 1dari 7

Nama : SILVI SELOMITA

Npm : 21220017

Kelas: 4A

Matkul : Ekonomi Pembangunan

"Saya berjanji menaati semua tata tertib ujian dan siap menerima sanksi jika melanggarnya"

1. Pertumbuhan ekonomi merujuk pada peningkatan ukuran atau output ekonomi suatu wilayah
dalam periode waktu tertentu, biasanya diukur dengan indikator seperti Produk Domestik Bruto
(PDB) atau pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi mengindikasikan perubahan positif dalam
aktivitas ekonomi, seperti peningkatan produksi, investasi, perdagangan, dan lapangan kerja.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sering dianggap sebagai indikator kemajuan ekonomi.

Pembangunan ekonomi, di sisi lain, lebih bersifat holistik dan mencakup aspek-aspek yang lebih luas.
Pembangunan ekonomi melibatkan upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk melalui pembangunan infrastruktur, peningkatan produktivitas, peningkatan
kesejahteraan, pengurangan kemiskinan, dan peningkatan akses terhadap layanan publik seperti
pendidikan dan kesehatan. Pembangunan ekonomi juga mencakup aspek keberlanjutan sosial dan
lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi dapat saling terkait, tetapi tidak selalu sama.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu mencerminkan kemajuan dalam pembangunan
ekonomi secara menyeluruh. Misalnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak merata dapat
meningkatkan kesenjangan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk melihat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi pembangunan ekonomi, seperti distribusi pendapatan yang adil,
pembangunan infrastruktur yang inklusif, pengembangan sumber daya manusia, perlindungan
lingkungan, dan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Analisis lebih lanjut mengenai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah
pada tahun 2015 hingga 2020 akan memerlukan data spesifik terkait kinerja ekonomi wilayah
tersebut, kebijakan yang diimplementasikan, serta dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dalam analisis tersebut, akan relevan untuk memeriksa pertumbuhan sektor-sektor utama, investasi,
lapangan kerja, tingkat kemiskinan, akses terhadap layanan publik, dan indikator lain yang dapat
memberikan gambaran tentang kemajuan ekonomi dan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah.

a.Ada beberapa alasan mengapa negara sedang berkembang cenderung lebih berorientasi pada
perdagangan luar negeri daripada pasar dalam negeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kecenderungan ini termasuk:

1. Akses ke Pasar Global: Dengan terlibat dalam perdagangan internasional, negara sedang
berkembang dapat mengakses pasar global yang lebih besar. Dengan menjual barang dan jasa ke luar
negeri, mereka dapat memperluas pangsa pasar dan meningkatkan volume penjualan, yang pada
gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Keuntungan Komparatif: Negara sedang berkembang seringkali memiliki keuntungan komparatif
dalam produksi komoditas tertentu. Mereka mungkin memiliki sumber daya alam yang melimpah,
tenaga kerja yang murah, atau keahlian khusus dalam sektor tertentu. Dengan memanfaatkan
keuntungan komparatif ini, mereka dapat menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang lebih
rendah dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.

3. Diversifikasi Ekonomi: Bergantung terlalu banyak pada pasar dalam negeri dapat memiliki risiko
yang tinggi. Dengan terlibat dalam perdagangan internasional, negara sedang berkembang dapat
mengurangi ketergantungan pada pasar dalam negeri yang mungkin terbatas. Mereka dapat mencari
peluang bisnis baru dan mengembangkan sektor ekonomi yang berbeda, sehingga menciptakan
diversifikasi ekonomi yang lebih baik.

4. Peningkatan Investasi Asing: Keterlibatan dalam perdagangan internasional seringkali memikat


investasi asing langsung. Negara sedang berkembang yang menarik investasi asing dapat mengalami
peningkatan aliran modal, transfer teknologi, dan peningkatan produktivitas dalam sektor-sektor
ekonomi tertentu. Investasi asing juga dapat membantu menciptakan lapangan kerja baru dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

5. Skala Ekonomi: Dalam beberapa kasus, pasar dalam negeri mungkin tidak cukup besar untuk
mencapai skala ekonomi yang diperlukan untuk mengurangi biaya produksi. Dengan terlibat dalam
perdagangan internasional, negara sedang berkembang dapat memperoleh akses ke pasar yang lebih
besar dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat mengurangi biaya
produksi dan meningkatkan efisiensi.

Meskipun terlibat dalam perdagangan internasional dapat memberikan banyak manfaat bagi negara
sedang berkembang, penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara perdagangan luar
negeri dan pasar dalam negeri. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan juga membutuhkan
pertumbuhan sektor domestik, perlindungan industri dalam negeri yang strategis, dan pembangunan
kapasitas untuk meningkatkan daya saing di pasar global.

Salah satu ciri umum negara sedang berkembang adalah kecenderungan mereka untuk menjadi
produsen barang primer. Beberapa alasan yang menjelaskan fenomena ini antara lain:

1. Sumber Daya Alam yang Melimpah: Negara sedang berkembang seringkali memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak bumi, gas alam, logam, atau hasil pertanian.
Mereka memanfaatkan kekayaan alam ini sebagai sumber pendapatan utama dengan mengekspor
barang primer yang dihasilkan. Pemanfaatan sumber daya alam ini dapat menjadi sumber
pendapatan yang signifikan dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Ketergantungan pada Sektor Pertanian: Sektor pertanian sering menjadi tulang punggung ekonomi
negara sedang berkembang. Banyak penduduk di negara-negara tersebut masih bekerja di sektor
pertanian, dan produksi pertanian menjadi kontributor utama terhadap PDB. Karena itu, negara
sedang berkembang sering kali mengandalkan ekspor komoditas pertanian, seperti pangan, hasil
perkebunan, atau produk hutan.

3. Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur: Negara sedang berkembang mungkin menghadapi


keterbatasan dalam teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi. Kurangnya modal, keterbatasan pengetahuan teknis, dan infrastruktur yang
kurang memadai dapat membatasi kemampuan mereka untuk melakukan pengolahan lebih lanjut
atau produksi manufaktur. Akibatnya, mereka cenderung fokus pada ekspor barang primer.

4. Permintaan Global: Permintaan global terhadap barang primer seperti energi, komoditas
pertanian, atau logam biasanya tetap tinggi. Negara-negara maju atau berkembang lainnya sering
membutuhkan pasokan barang primer untuk memenuhi kebutuhan industri, energi, atau konsumsi
mereka sendiri. Permintaan ini memberikan peluang bagi negara sedang berkembang untuk
menghasilkan dan mengekspor barang primer kepada pasar global.

Namun, penting untuk dicatat bahwa sementara negara sedang berkembang dapat mengandalkan
produksi barang primer untuk menghasilkan pendapatan awal, strategi jangka panjang yang
berkelanjutan sering kali melibatkan diversifikasi ekonomi dan peningkatan nilai tambah. Upaya
untuk mengembangkan sektor manufaktur, jasa, atau industri lainnya merupakan langkah penting
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Joseph Schumpeter, seorang ekonom terkenal, mengemukakan teori tentang proses runtuhnya
masyarakat kapitalis yang dikenal sebagai "teori kreatif distraksi" atau "distraksi inovatif." Berikut
adalah ringkasan singkat dari pandangan Schumpeter:

1. Inovasi dan Pergolakan Ekonomi: Schumpeter melihat inovasi sebagai motor utama pertumbuhan
ekonomi dalam masyarakat kapitalis. Inovasi mengacu pada pengenalan baru teknologi, produk, atau
metode produksi yang mengganggu status quo. Schumpeter mengakui bahwa inovasi dapat
menyebabkan pergolakan ekonomi dan perubahan drastis dalam struktur ekonomi.

2. Siklus Bisnis: Schumpeter menggambarkan masyarakat kapitalis sebagai mengalami siklus bisnis
yang terdiri dari fase inovasi dan pertumbuhan, diikuti oleh fase penurunan dan kehancuran. Inovasi
oleh pengusaha kreatif menciptakan gelombang pertumbuhan ekonomi, tetapi seiring waktu, efek
inovasi ini mereda dan masyarakat memasuki fase stagnasi.

3. Monopoli dan Rutinitas: Schumpeter berpendapat bahwa seiring waktu, inovasi yang berhasil
menciptakan monopoli dan kecenderungan bagi perusahaan besar untuk mengadopsi rutinitas dan
konservatisme. Monopoli menghambat inovasi baru dan menciptakan penghalang bagi masuknya
pengusaha baru yang berpotensi mengguncang pasar.

4. Distraksi Inovatif: Schumpeter mengatakan bahwa dalam jangka panjang, kecenderungan


masyarakat kapitalis adalah menuju "distraksi inovatif." Artinya, perusahaan-perusahaan besar
cenderung fokus pada pengembangan produk dan peningkatan efisiensi, bukan pada inovasi radikal
atau perubahan yang mengganggu pasar secara keseluruhan.

5. Runtuhnya Masyarakat Kapitalis: Schumpeter menganggap bahwa distraksi inovatif pada akhirnya
akan mengarah pada penurunan dan runtuhnya masyarakat kapitalis. Ketika inovasi radikal tidak lagi
muncul secara luas, pertumbuhan ekonomi melambat, dan perusahaan-perusahaan besar yang tidak
inovatif terperangkap dalam rutinitas, sistem kapitalis dapat menghadapi stagnasi dan kemunduran.

Pandangan Schumpeter ini menyoroti pentingnya inovasi dalam pertumbuhan ekonomi dan
menyoroti tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kapitalis dalam menjaga keberlanjutan
pertumbuhan dan menghindari stagnasi. Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini telah
mengundang diskusi dan kontroversi di kalangan ekonom.

a) Masalah penduduk membutuhkan perhatian serius dalam rangka pembangunan ekonomi suatu
negara karena beberapa alasan berikut:

1. Tenaga Kerja dan Produktivitas: Penduduk merupakan sumber daya manusia yang penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dapat mempengaruhi
produktivitas dan kapasitas ekonomi suatu negara. Jika masalah penduduk tidak ditangani dengan
baik, seperti tingkat pengangguran yang tinggi atau kurangnya keterampilan yang relevan, hal ini
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sektor-sektor penting.

2. Konsumsi dan Pasar Dalam Negeri: Penduduk yang jumlahnya besar dapat menciptakan pasar
dalam negeri yang besar dan meningkatkan permintaan domestik. Konsumsi domestik yang kuat
dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dalam negeri, seperti industri manufaktur,
perdagangan, dan jasa. Dengan memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan penduduk, negara
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi dalam negeri.

3. Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial: Masalah penduduk juga berkaitan dengan kemiskinan dan
ketimpangan sosial. Negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi atau kesenjangan yang
signifikan dalam distribusi pendapatan dapat menghadapi tantangan dalam mencapai pembangunan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Penanganan masalah penduduk yang memperhatikan
pemenuhan kebutuhan dasar, kesetaraan akses terhadap peluang ekonomi, dan redistribusi yang adil
dapat membantu mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial.

4. Pendidikan dan Keterampilan: Penduduk yang terdidik dan memiliki keterampilan yang relevan
sangat penting untuk menggerakkan sektor ekonomi yang lebih maju dan berbasis pengetahuan.
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan dapat membantu meningkatkan kualitas tenaga kerja,
mendorong inovasi, dan memfasilitasi transformasi ekonomi menuju sektor yang lebih produktif dan
berdaya saing.
5. Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang: Perhatian serius terhadap masalah penduduk juga
penting dalam perencanaan pembangunan jangka panjang. Memahami dinamika demografis, seperti
pertumbuhan populasi, struktur usia, migrasi, dan urbanisasi, membantu pemerintah dalam
merencanakan infrastruktur, penyediaan layanan publik, kebijakan ketenagakerjaan, dan
pengembangan sektor ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan penduduk.

Secara keseluruhan, masalah penduduk memainkan peran krusial dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Dengan memberikan perhatian serius terhadap isu-isu penduduk, negara dapat
mengoptimalkan potensi tenaga kerja, mendorong konsumsi domestik, mengurangi kemiskinan dan
ketimpangan sosial, meningkatkan kualitas pendidikan, serta

Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia, beberapa langkah yang dapat ditempuh
adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan yang Berkualitas: Meningkatkan kualitas pendidikan merupakan langkah penting untuk
menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan adaptif. Investasi dalam sistem pendidikan yang baik,
mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, perlu dilakukan. Diperlukan upaya untuk
meningkatkan akses, relevansi kurikulum, pelatihan guru, dan pengembangan keterampilan teknis
dan keahlian lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

2. Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan: Program pelatihan dan peningkatan keterampilan harus
ditingkatkan untuk mengakomodasi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang.
Program-program ini dapat melibatkan pemerintah, lembaga pelatihan, dan sektor swasta untuk
memberikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan teknologi terkini. Pelatihan harus
mencakup keterampilan teknis, keterampilan manajerial, keterampilan wirausaha, dan keterampilan
komunikasi.

3. Kolaborasi antara Pemerintah dan Industri: Kerjasama antara pemerintah dan industri sangat
penting dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja. Pemerintah dapat bekerja sama dengan
perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja, mengembangkan program pelatihan
yang sesuai, dan memfasilitasi kerja sama antara lembaga pendidikan dan dunia industri. Program
magang dan pembelajaran berbasis kerja juga dapat membantu meningkatkan keterampilan praktis
dan pengalaman kerja.

4. Penyesuaian dengan Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi yang cepat mempengaruhi


persyaratan keterampilan di pasar kerja. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus proaktif dalam
mengantisipasi tren teknologi dan memperbarui kurikulum serta program pelatihan agar sesuai
dengan kebutuhan masa depan. Hal ini meliputi penguatan literasi digital, keterampilan teknologi
informasi, dan pemahaman tentang perkembangan teknologi baru seperti kecerdasan buatan, big
data, dan digitalisasi.

5. Penyediaan Akses ke Informasi dan Peluang: Informasi tentang lapangan kerja, tren industri, dan
peluang karir harus tersedia secara luas bagi tenaga kerja. Pemerintah dapat memfasilitasi
penyediaan informasi ini melalui portal online, pameran kerja, dan program penempatan kerja.
Penyediaan akses yang lebih baik ke peluang pendidikan dan pelatihan juga penting untuk
meningkatkan mobilitas sosial dan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat.

Pengembangan Kewirausahaan: Mendorong kewirausahaan dapat membuka peluang baru bagi


tenaga kerja. Pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan, pembiayaan, dan infrastruktur
untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis baru. Program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan
juga dapat membantu mengembangkan keterampilan wirausaha dan meningkatkan

Perbedaan antara Imitative Entrepreneur (Wirausahawan Tiruan) dan Innovative Entrepreneur


(Wirausahawan Inovatif) terletak pada pendekatan dan orientasi mereka dalam menjalankan bisnis.

1. Imitative Entrepreneur: Wirausahawan Tiruan adalah mereka yang mengadopsi atau meniru
model bisnis yang sudah ada. Mereka cenderung mengikuti tren atau ide bisnis yang telah terbukti
sukses di pasar. Wirausahawan tiruan umumnya fokus pada reproduksi dan replikasi ide bisnis yang
sudah ada, seringkali dengan penyesuaian kecil. Mereka mungkin menghasilkan produk atau layanan
yang serupa dengan yang sudah ada, tetapi dengan harga yang lebih murah atau dengan peningkatan
efisiensi operasional.

2. Innovative Entrepreneur: Wirausahawan Inovatif adalah mereka yang menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Mereka mencari peluang untuk mengembangkan produk, layanan, atau proses
bisnis yang benar-benar inovatif dan berpotensi mengganggu pasar. Wirausahawan inovatif berani
mengambil risiko dan mencoba ide-ide baru dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi pelanggan
dan memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Mereka mungkin menghadirkan perubahan
signifikan dalam cara bisnis dilakukan dan memperkenalkan produk atau layanan yang benar-benar
baru di pasar.

Negara sedang berkembang umumnya lebih banyak memiliki Imitative Entrepreneurs daripada
Innovative Entrepreneurs. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:

1. Keterbatasan Sumber Daya: Negara sedang berkembang sering menghadapi keterbatasan sumber
daya, baik dalam hal modal, teknologi, atau pengetahuan. Kondisi ini dapat membuat sulit bagi
wirausahawan untuk mengembangkan ide-ide inovatif yang membutuhkan investasi yang signifikan.

2. Kondisi Pasar yang Tidak Stabil: Kondisi pasar yang tidak stabil, seperti tingkat permintaan yang
rendah, tingkat pengangguran yang tinggi, atau ketidakpastian ekonomi, dapat mengurangi insentif
bagi wirausahawan untuk mengambil risiko dengan ide-ide inovatif. Mereka mungkin lebih
cenderung mengadopsi model bisnis yang sudah ada yang dianggap lebih aman.

3. Keterbatasan Infrastruktur dan Dukungan: Kurangnya infrastruktur yang memadai, sistem


pendidikan yang kurang berkualitas, dan keterbatasan dukungan pemerintah untuk inovasi bisnis
dapat menjadi hambatan bagi perkembangan wirausahawan inovatif di negara sedang berkembang.
Meskipun demikian, penting untuk mencatat bahwa wirausahawan inovatif dapat muncul di negara
sedang berkembang. Seiring dengan upaya dalam pengembangan ekosistem wirausaha dan
peningkatan akses terhadap sumber daya dan dukungan, negara-negara tersebut dapat melihat
peningkatan jumlah wirausahawan inovatif yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.

Hubungan antara inovasi dan investasi dalam konteks negara sedang berkembang dan negara maju
adalah sebagai berikut:

1. Inovasi sebagai Pendorong Investasi: Inovasi dapat menjadi pendorong investasi di negara sedang
berkembang maupun negara maju. Inovasi menciptakan peluang baru untuk bisnis dan
pengembangan ekonomi. Ketika suatu negara mampu menghasilkan inovasi yang relevan dan
bernilai, ini akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan,
produksi, infrastruktur, dan sektor-sektor terkait lainnya. Inovasi yang sukses dapat menciptakan
iklim investasi yang menguntungkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Investasi dalam Riset dan Pengembangan (R&D): Baik negara sedang berkembang maupun negara
maju perlu menginvestasikan sumber daya dalam riset dan pengembangan. Investasi dalam R&D
penting untuk menciptakan inovasi baru dan meningkatkan daya saing ekonomi. Negara maju
seringkali memiliki infrastruktur dan sumber daya yang lebih baik untuk mendukung investasi R&D
yang signifikan, sedangkan negara sedang berkembang mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal
sumber daya manusia, teknologi, dan pendanaan. Namun, melalui kerjasama internasional, negara
sedang berkembang juga dapat memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya dari negara maju
dalam upaya meningkatkan kapasitas R&D mereka.

3. Investasi dalam Infrastruktur dan Pendidikan: Baik negara sedang berkembang maupun negara
maju perlu berinvestasi dalam infrastruktur dan pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung inovasi. Infrastruktur yang baik, seperti ja…

Anda mungkin juga menyukai