Anda di halaman 1dari 133

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA

DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING


PADA GURU HONORER DI KOTA SINGKAWANG

SKRIPSI

Ruth Amanda Siahaya

17081498

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
2023
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DARI
KELUARGA DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA
GURU HONORER DI KOTA SINGKAWANG

SKRIPSI

Diajukan kepada :
Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh :
Ruth Amanda Siahaya
17081498

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 26 September 2022

Yang menyatakan,

Ruth Amanda Siahaya

17081498

iii
HALAMAN MOTTO

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah

dalam doa!”

(Roma 12 : 12)

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”

(Amsal 23 : 18)

“Never give up! Because beautiful things can be born from misery”

(Bridgett Devoue)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus atas kehendak dan penyertaan-Nya maka skripsi ini dapat

dibuat dan diselesaikan. Puji syukur tak terhingga pada Tuhan Yesus Kristus yang

telah membantu, menyertai dan membimbing langkah penulis selama proses

pembuatan skripsi ini.

Kepada Bapak dan Mama yang senantiasa mengiringi doa untuk penulis serta

kasih sayang, nasihat serta dukungan moral dan materi yang tidak pernah berhenti

hingga saat ini. Terima kasih telah mengizinkan dan mempercayaiku untuk

mampu menyelesaikan pendidikan sarjanaku. Begitu juga Abang- abang ku

terkasih yang selalu menghibur dan mendukung ketika saya merasa putusasa

dalam mengerjakan skripsi saya. Keluarga besar yang selalu mendukung dan

mengiring doa kepada penulis. Sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

Alamamater penulis tercinta,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Diri Sendiri

Terimakasih sudah selalu kuat dan dapat bertahan hingga saat ini.

v
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus, atas hikmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam
penulisan dan penyusunan skripsi ini banyak pihak tang telah terlibat untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, sehingga peneliti
mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, karunia dan


penyertaan-Nya kepada penulis hingga saat ini.
2. Dr. Agus Slamet, S.TP., M.P, selaku Rektor Universitas Mercu Buana
Yogyakarta

3. Reny Yuniasanti, S.Psi., M.Psi.,Ph.D., Psikolog selaku Dekan Fakultas


Psikologi dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu,
tenaga serta kesabarannya untuk membimbing proses penelitian ini..
4. Dr. M. Wahyu Kuncoro, S.Psi., M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas
Psikologi
5. Narastri Insan utami., M.Psi selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
6. Sheilla Varadhila P, M.Psi., Psikolog selaku Sekprodi Fakultas Psikologi
S1 Kampus III Universitas Mercu Buana Yogyakarta
7. Nikmah Sofia Afiati, S.Psi., M.Psi. Selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan pengarahan dan nasehat kepada penulis selama
masa perkuliahan.
8. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan
9. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama penulis
menyelesaikan masa perkuliahan.

vi
10. Seluruh Guru Honorer di Kota Singkawang yang telah bersedia
berpartisipasi meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian penulis.
11. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Mama tercinta yang selalu
mengasihi, memberikan doa serta dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Abang-abang terkasih Ismul Yazar, Sam Mario Siahaya dan Harry Junio
Siahaya serta Kakak-kakak ipar penulis Valentina Kuriawati dan Frisca
Tea Trifani tak lupa keponakan tercinta Almeta Nora Siahaya yang selama
ini selalu menghibur, mendukung dan mewarnai hari-hari penulis.
13. Keluarga besar Siahaya yang selalu memberikan doa dan dukungan
kepada penulis.
14. Kekasihku tercinta Julius Imanuel Bothmir, yang selalu menemani penulis,
mendengarkan keluhan dan selalu memberikan semangat dan doa kepada
penulis.
15. Sahabat terkasih penulis Grace Stella Pattikawa yang selalu memberikan
semangat dan juga setia mendengarkan curahan hati penulis.
16. Sahabat seperjuangan yang telah menemani penulis saat masa-masa
perkuliahan, Novita Simanjuntak, Wide Utari, Afifah Faradilla dan Faiz
Iqbal yang selalu menemani penulis dalam susah, senang, yang
memberikan banyak pelajaran berharga dan juga motivasi.
17. Sahabat-sahabat tercintaku Isti Pane, Elsa Cindy, dan Lia Apriyanti yang
selalu menghibur dan menemani penulis selama ini.
18. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.

Yogyakarta,
Penulis,
Ruth Amanda Siahaya
17081498

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii

PERNYATAAN .................................................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii

ABSTRAK ................................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1


B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 16

A. Subjective well-being ....................................................................................... 16


1. Pengertian Subjective Well-Bing .................................................................. 16
2. Aspek-aspek Subjective Well Being ............................................................. 18
3. Faktor-faktor Subjective well-being ............................................................. 20
B. Dukungan Sosial .............................................................................................. 25
1. Pengertian Dukungan Sosial ........................................................................ 25

ix
2. Aspek - Aspek Dukungan Sosial .................................................................. 26
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dari Keluarga dengan Subjective well-
being ........................................................................................................................ 28
D. Hipotesis Penelitian.......................................................................................... 32
BAB III .................................................................................................................................. 33

METODE PENELITIAN .................................................................................................... 33

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 33


1. Definisi Operasional Subjective well-being.................................................. 33
2. Dukungan Sosial........................................................................................... 34
B. Subjek Penelitian ............................................................................................ 34
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 36
D. Metode Analisis Data ...................................................................................... 43
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 45

A. Hasil Penelitian ............................................................................................................... 45

1. Deskripsi Hasil ............................................................................................. 45


2. Deskripsi Data .............................................................................................. 47
3. Kategori Subjek penelitian ........................................................................... 48
4. Uji Prasyarat ................................................................................................. 50
5. Uji Hipotesis ................................................................................................. 51
B. Pembahasan ...................................................................................................... 52
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 58

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 61

LAMPIRAN ................................................................................................................ 64

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Subjective well-being Sebelum Uji Coba …… 38

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Subjective well-being Setelah Uji Coba …….. 39

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial dari Keluarga Sebelum

Uji Coba………………………………………………………………. 40

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial dari Keluarga Setelah

Uji Coba…………….…………………………………………..…… 41

Tabel 5. Kategori Jenis Kelamin……………………………………………...... 44

Tabel 6. Kategori Usia…………………………………………………………. 44

Tabel 7. Kategori Masa Kerja………………………………………………….. 45

Tabel 8. Kategori Tempat Mengajar…………………………………………… 45

Tabel 9. Deskripsi Statistik Data Penelitian……………………………………. 46

Tabel 10. Kategorisasi Skala Subjective well-being……………………………. 47

Tabel 11. Kategorisasi Skala Dukungan Sosial dari Keluarga…………………. 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji Coba Subjective Well-Being dan Dukungan Sosial dari

Keluarga.......................................................................................... 67

Lampiran 2. Data Uji Coba Subjective Well-Being dan Dukungan Sosial dari

Keluarga…………………………………………………...……… 75

Lampiran 3. Skala Penelitian Subjective Well-Being dan Dukungan Sosial dari

Keluarga……………………………………………………......…. 88

Lampiran 4. Data Penelitian Subjective Well-Being dan Dukungan Sosial dari

Keluarga……………………………………………………....…... 96

Lampiran 5. Uji Normalitas dan Linieritas Subjective Well-Being dan Dukungan

Sosial dari Keluarga.............…………………………………….. 101

Lampiran 6. Uji Hipotesis…………...…..…………………………………….. 107

Lampiran 7. Bukti Penyebaran……..………………………...………………... 108

xii
ABSTRAK

Subjective well-being bagi guru honorer merupakan peranan penting sebagai


penilaian bagi seseorang yang mengenai hidup mereka. Pengalaman emosi yang
menyenangkan, jarang merasakan keadaan emosi yang negatif, serta memiliki
kepuasan hidup yang tinggi menunjukan bahwa guru honorer cenderung memiliki
Subjective well-being yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial dengan subjective well-being ypada guru
honorer di Kota Singkawang. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
positif antara dukungan sosial dengan subjective well-being pada guru honorer.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 71 orang yang memiliki karakteristik usia
20-30 tahun keatas dengan masa kerja minimal 6 bulan. Metode pengumpulan
data menggunakan Skala Subjective Well-Being dan Skala Dukungan Sosial dari
Keluarga. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan korelasi product
moment dari Karl Pearson. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien
korelasi (r) = 0.342 dan p = 0.004 (p < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat
hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dari keluarga dengan
subjective well-being pada guru honorer sehingga hipotesis dalam penelitian ini
diterima.

Kata kunci : dukungan sosial dari keluarga, guru honorer, subjective well-being

xiii
ABSTRACT

Subjective well-being for honorary teachers is an important role as an assessment for


someone who is about their life. Pleasant emotional experiences, rarely feel negative
emotional states, and have high life satisfaction indicate that honorary teachers tend
to have high subjective well-being. This study aims to determine the relationship
between social support and subjective well-being of honorary teachers in
Singkawang City. The hypothesis proposed is that there is a positive relationship
between social support and subjective well-being for honorary teachers. Subjects in
this study amounted to 71 people who have the characteristics of the age of 20-30
years and over with a minimum working period of 6 months. Methods of data
collection using the Subjective Well-Being Scale and Family Social Support Scale.
The data analysis technique used is product moment correlation from Karl Pearson.
Based on the results of data analysis, the correlation coefficient (r) = 0.342 and p =
0.004 (p < 0.05). This shows that there is a significant positive relationship between
social support from the family and subjective well-being of honorary teachers so that
the hypothesis in this study is accepted.

Keyword: family sosial support, honorary teachers, subjective well-being

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal utama untuk sebuah Negara. Mutu dari sebuah

negara diukur berdasarkan kualitas pendidikan yang ada di negara tersebut.

Menurut Jamaruddin & Sudirman (2022) yang mempengaruhi mutu sebuah

negara dapat dilihat dari beberapa sektor salah satunya adalah pendidikannya.

Negara yang mempunyai mutu pendidikan yang baik dan berkualitas pasti dapat

mengatasi masalah yang dihadapi dengan maksimal baik secara finansial

ekonomi, sosial, hukum dan lain-lainnya. Guru bagi dunia pendidikan adalah

jasa yang sangat dominan dan menjadi fungsi utama, baik itu pendidikan formal

atau pun non-formal. Untuk seorang guru yang profesional, mereka wajib

menempuh pendidikan dan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

yaitu mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

anak didiknya pada pendidikan dari usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah sesuai dengan kompetensinya

(Permana, 2006). Guru mempunyai peran utama di bidang pendidikan dengan

jumlah yang paling besar, dari pekerjaan tersebut diharapkan sebagai upaya

untuk memajukan dunia pendidikan. Dalam pekerjaannya sebagai pengajar, guru

mengemban tugas yang berat, meski seringkali mendapatkan perlakuan yang

kurang adil.(Kunandar, 2010)

1
Guru didefinisikan sebagai sebuah profesi yang berkerja sebagai mengajar.

Guru sendiri bertugas untuk membagikan ilmu yang ia miliki baik secara

akademik ataupun non-akademik. Selain itu guru juga mempunyai peran lain

yaitu sebagai konselor, motivator, penasihat dan pemimpin dalam kelas. Peran

seorang guru tidak hanya mengajarkan atau membagikan ilmu saja, guru juga

mempunyai peran lain yaitu membimbing, mengarah, serta melatih anak didik

bukanlah dan hal tersebut tidak bisa disepelakan, tentunya pengalaman,

pengetahuan, ilmu serta harus menguasaai ilmu tersebut dengan baik, agar

mudah mengerti dan dipahami oleh perserta didik dengan cakap meskipun dari

pekerjaan tersebut ada beberapa menerima guru upah yang tidak sebanding

dengan pekerjaannya.(Pramono & Suddin, 2011)

Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 16, guru

yang menerima sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu

bulan gaji pokok, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah. Penerimaan

sertifikasi tersebut dianggap agar setiap guru yang menerimanya mampu

meningkatkan dan mempertahankan profesionalitasnya sebagai seorang guru yang

berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Pasal I, Ayat 9, mengatur

tentang ada dua klasifikasi guru yaitu guru PNS (pegawai negeri sipil) dan guru

non-PNS bukan pegawai negeri sipil (guru honorer dan guru bantu). Guru honorer

sampai saat ini masih menjadi sebuah problematika di bidang pendidikan

Indonesia. Berdasarkan data yang ada di lapangan, kesejahteraan pada guru

2
honorer di Indonesia masih tergolong rendah, hal tersebut berbanding terbalik

dengan guru PNS yang menerima tunjangan dan sertifikasi. Didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Istiarini & Sukanti (2012) menunjukkan

kesejahteraan guru berpengaruh dari upah yang diterima, guru yang menerima

sertifikasi tentunya lebih sejahtera dibanding dengan guru yang tidak menerima

sertifikasi, namun sertifikasi hanya diberikan kepada guru yang menyandang

status kepegawaian negeri saja (PNS) sedangkan guru non-PNS termasuk guru

honorer belum ada kebijakan yang sama dari pemerintah.

Guru honorer dan guru pegawai negeri sipil pada dasarnya memiliki tugas

dan tanggung jawab yang sama yaitu mengajar peserta didiknya. Namun,

keduanya hanya dibedakan oleh status pengangkatan saja. Guru dengan status

pegawai negeri sipil diangkat dan di legalkan langsung oleh pemerintah, maka

dari itu pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan guru PNS tersebut

(Romdin, (2020) . Untuk guru honorer belum diangkat oleh pemerintah, sehingga

pemerintah belum sepenuhnya bertanggung jawab atas kesejahteraan guru

honorer. Perbedaan itu menimbulkan keresahan untuk guru honorer. Guru honorer

yang ada hampir semua wilayah di Indonesia rata-rata mendapatkan upah dibawah

UMR (upah minimum regional). Gaji yang diterima di setiap daerah cenderung

berbeda-beda dari rentang Rp 300.000 hingga Rp 1.000.000 tentunya tidak sama

dengan status guru pegawai negeri yang menerima tunjangan, sertifikasi, gaji tiga

belas, dan lain-lain. Sama halnya dengan guru honorer di Kota Singkawang,

Kalimantan Barat. Pemerintah daerah Kalimantan Barat memiliki peraturan

3
daerah yang mengelola penyelenggaraan pendidikan termasuk di dalamnya

membahas tentang guru yaitu Peraturan Daerah Kabupaten 4 Kalimantan Barat

No.09 Tahun 2011. Pada perda tersebut pasal 123 menjelaskan terkait guru non

pegawai negeri sipil, yang dikategorikan menjadi dua yaitu guru bantu dan guru

sukarelawan. Guru bantu adalah guru yang diangkat oleh kepala dinas sedangkan

guru sukarelawan adalah guru yang diangkat oleh satuan pendidikan. Guru

honorer, guru bantu dan guru sukarelawan mendapatkan biaya berupa insentif dari

pemerintah (Romdin, 2020).

Berdasarkan data yang diperoleh dari website kemendikbud.go.id tahun

2022, terdapat sebanyak 24% atau 401.182 guru honorer, dan guru PNS sebanyak

52% atau 1.520.354 guru PNS yang ada dan menyebar luas di seluruh Indonesia,

sisanya 24% atau 401.182 merupakan guru tetap yayasan. Pada data tersebut

dengan banyaknya jumlah guru honorer yang tinggi, menurut laman resmi itu

sendiri menyatakan jika status guru yang bukan PNS atau Non-PNS termasuk

guru honorer atas kepegawaiannya masih bersifat tidak terikat dan memiliki

jangka waktu tertentu dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Menurut

Tribunnews Pontianak tahun 2022 jumlah guru honorer di Kota Singkawang

tergolong dalam jumlah kecil dengan persentase 7,8% atau 223 guru honorer

sedangkan guru PNS dengan persentase 92,2% atau 2.636 guru PNS dari 119

Sekolah Negeri yang tersebar di Kota Singkawang yang dikutip dari laman

website Kemendikbud.go.id dengan jumlah Taman Kanak-kanak 8, Sekolah Dasar

sebanyak 75, Sekolah Menengah Pertama 20, Sekolah Menengah Atas 10,

4
Sekolah Menengah Kejuruan 5, Sekolah Luar Biasa 1. Banyaknya jumlah sekolah

yang tersebar, persentase guru honorer di Kota Singkawang tergolong dalam

jumlah yang kecil. Dikutip dari lama Tribunnews 2022 Pontianak hal tersebut

dikarenakan sebagian dari guru honorer tersebut telah lulus dan diangkat menjadi

guru PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja). Meski demikian, Guru

honorer di Indonesia memiliki persentase yang cukup besar dengan presentase

guru PNS, hal tersebut menjadi permasalahan yang serius karena guru memiliki

peran penting di lembaga pendidikan. Guru honorer tetap mengembankan

tugasnya untuk mengajar dengan beberapa keputusan. Keputusan tersebut mereka

ambil bukan tanpa alasan. Mempertahankan dan menambah ilmu yang mereka

pelajari selama menjalankan kuliah salah satu alasan. Selain itu juga untuk

mempersiapkan diri untuk penerimaan CPNS nantinya, beberapa hal lainnya juga

cukup mempengaruhi, seperti faktor ekonomi dan faktor lingkungan sosial, ada

beberapa guru honorer yang meluangkan waktunya mencari pekerjaan diluar

profesinya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya,faktor lingkungan-sosial juga

mempengaruhi para guru honorer untuk tetap bertahan sebagai guru non-PNS.

(Syukur, 2015)

Para guru non-pegawai negeri atau honorer memiliki keresahan yang

beralasan mengingat honor mereka sebagai guru kurang sesuai dari jumlah yang

seharusnya mereka terima (Rohman, 2016). Sebagian besar guru honorer di

Indonesia menerima upah yang kecil memiliki ekonomi yang masih relatif rendah,

hal itu tentu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan bila dibandingkan dengan

5
upah pegawai di Indonesia. Rendahnya gaji yang dirasakan oleh guru honorer

tersebut membuat mereka merasakan hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik,

kemampuan dan memelihara hubungan. Dimana hal jika hal tersebut dapat

terpenuhi dengan baik, tentunya memberikan kesenangan dan kebahagiaan

terhadap diri sendiri yang dapat meningkatkan kesejahteraan (Romdin, 2020)

(Belum adanya standarisasi untuk UMG (Upah Minimum Guru), sehingga upah

guru honor yang diterima setiap guru cukup kecil dan bervariasi di setiap

daerahnya. Sebagaimana kita tahu, bahwa guru honorer menerima upah yang kecil

setiap bulannya dengan beban kerja yang hampir sama dengan PNS. Disamping

itu, dengan munculnya virus pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada

saat ini menambah keresahan bagi guru honorer, sehingga adanya perubahan

metode dalam proses pembelajaran karena dilakukan secara online atau daring

(dalam jaringan) maka dari itu hal tersebut menambah tekanan bagi guru honorer.

Lebih ironisnya, perekonomian selama pandemi covid-19 menurun sehingga

berdampak pada upah guru honorer yang selalu terlambat dan terkadang diterima

beberapa bulan sekali saja dan hal tersebut jauh dari kata sejahtera . Dikutip dari

kompas.id pada Maret 2021 bahwa selama pandemi guru honorer menerima upah

setiap empat bulan sekali dan jauh dari kata layak.

Dampak dari belajar daring (dalam jaringan) tentu mempengaruhi

kesejahteraan pada guru honorer yang ada. Purwanto (2020) mengatakan

pembelajaran yang dilakukan secara daring memiliki dampak yang menimbulkan

tingginya stress kerja untuk seorang guru. Perubahan metode dan media belajar

6
menjadi masalah yang mengharuskan para guru hadapi sehingga mereka harus

beradaptasi dengan metode belajar mengajar yang digunakannya. Tuntutan-

tuntutan yang diterima oleh guru honorer dengan upah di bawah minimum

tentunya menimbulkan afek negatif yaitu perasaan sedih, hina dan kurang

bersyukur. Upah di bawah minimum yang diterima guru honorer tentunya

merupakan peristiwa yang tidak menyenangkan dan berperngaruh pada

kesejateraan subjektif. Afek negatif dan afek positif yang muncul berkaitan

dengan perasaan dan suasana hati individu (Boniwell, 2012). Afek positif

mengacu pada rasa senang ,bersemangat, nyaman dan bahagia. Afek negatif

kebalikan dari afek positif yaitu merujuk pada ketegangan sebagai respon dari

perasaan marah, takut, cemas, perasaan tidak menyenangkan, kegelisahan, rasa

hina terhadap diri sendiri. Berdasarkan penyampaian dari permasalahan tersebut

dapat berdampak pada menurunnya tingkat subjective well-being guru honorer.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bukhari & Khanam (2015)

menyatakan perasaan bahagia adalah bagian dari subjective well-being dimana hal

tersebut bersifat subjektif dan keseluruhan dari kehidupan yang dimiliki oleh

individu.

Subjective well-being atau yang sering disebut kesejahteraan subjektif

adalah salah satu hal yang penting bagi kehidupan. Subjective well-being adalah

dimana individu meyakini secara subjektif memiliki kehidupan yang sesuai dan

menyenangkan yang individu tersebut inginkan adalah hal yang sesuai. (E.

Diener, 2009).

7
Subjective well-being adalah kesejahteraan subjektif secara kognitif dan

afektif. Individu dengan kesejahteraan subjektif yang tinggi dibandingkan

individu dengan kesejahteraan subjektif yang rendah, dapat dikatakan individu

tersebut memiliki subjective well-being yang tinggi. Ketika individu telah merasa

hidupnya menyenangkan dan memiliki kehidupan dengan emosional yang baik.

Eddington & Shuman (2008) menyatakan subjective well-being merupakan

penilaian seseorang terhadap kehidupannya yang mencakup perkembangan

kognitif yaitu kepuasan hidup dan ulasan afektif seperti perasaan atau emosi

positif serta negatif.

Menurut Diener (2009) Subjective well-being mempunyai dua aspek yaitu

penilaian kognitif dan afektif. Aspek evaluasi Kognitif (penilaian atau judgment)

Komponen kognitif asal subjective well-being merupakan penilaian terhadap

kepuasan hidup, yang didefinisikan sebagai penilaian atau diri hidup seorang.

evaluasi terhadap kepuasan hayati terbagi dua yaitu penilaian kepuasan hidup

secara holistik serta penilaian terhadap kepuasan domain eksklusif. Aspek afektif

berasal subjective well-being merupakan merefleksikan suatu pengalaman dasar

dalam peristiwa yg terjadi dalam hayati seseorang. Adapun bagian penting dari

afektif terbagi menjadi dua yaitu afek positif dan afek negatif. Afek positif

mempresentasikan suasana hati dan emosi yang menyenangkan, sedangkan afek

negatif yaitu sebaliknya mempresentasikan suasana hati serta emosi yg tidak

menyenangkan.

8
Fakta menunjukan bahwa yang dapat memperbaiki kualitas pendidikan

adalah kesiapan guru yang besar dalam menghadapi masalah yang ada

dilingkungan sekolah. Lingkungan kerja tentu saja membuat guru harus terbiasa

dan siap jika mengalami rasa tidak nyaman, kelelahan dan rasa jenuh. Individu

yang sering mengalami afek negatif dibandingkan dengan afek positif maka

mereka memiliki subjective well-being yang rendah (E. Diener, 2015). Jadi, bisa

dikatakan peristiwa yang tidak menyenangkan tentunya membuat individu

tersebut tidak merasa bahagia.

Hal ini sejalan dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 5 Mei

2022 yang dilakukan secara online oleh 10 guru honorer yang di Kota

Singkawang. Peneliti mendapatkan pernyataan bahwa meskipun guru honorer

sering bekerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan, upah yang didapatkan

dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang disalurkan tiap tahunnya

tergolong sedikit setiap bulannya dan upah tersebut tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari ditambah pada saat pandemi kebanyakan jam belajar

mengajar dilakukan secara online sehingga tenaga kerja guru honorer semakin

rendah.Pernyataan tersebut tentunya membuat guru honorer merasa kurang puas

dengan hasil kerja yang mereka terima sehingga menggambarkan subjective well-

being atau kesejahteraan mereka. Kondisi yang dialami guru honorer tersebut

menjadi alasan peneliti untuk meneliti masalah terkait dengan kesejahteraan guru

honorer yang ada di Kota Singkawang.

9
Berdasarkan pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lapangan

pada 10 guru honorer di Kota Singkawang, peneliti menyimpulkan dari hasil

wawancara bahwa 7 dari 10 subjek mengalami subjective well-being yang rendah

dimana mereka mengalami beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan

hidup, kehilangan minat, merasa kurang bersyukur sehingga tidak memenuhi

kepuasan psikologis mereka. Tiga diantaranya mengalami subjective well-being

yang baik dengan tidak mempermasalahkan upah yang diterima dan menganggap

posisi guru honorer merupakan sebuah peran yang mulia, melatih mental dan

menambah wawasan serta pengalaman untuk mempersiapkan diri mengikuti tes

CPNS (calon pegawai negeri sipil) atau PPPK (pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja) . Rendahnya subjective well-being di atas berkaitan dengan aspek

afek negatif yaitu merujuk pada emosi dan suasana hati yang rendah seperti sedih,

cemas, marah, tidak nyaman, takut, gelisah, dibenci dan dihina. Sedangkan afek

positif merujuk pada kesenangan subjek dalam mengajar dan bertemu dengan

siswa serta mendapat dukungan dari keluarga yang menciptakan rasa senang

dalam melakukan pekerjaan tersebut. Pada aspek kognitif, beberapa subjek merasa

kurang puas dan tidak bahagia karena beban kerja yang mereka terima sama

dengan PNS tetapi upahnya tidak setimpal, namun beberapa subjek lainnya

menerima dan menjalaninya dengan senang hati sebagai pengalaman dalam dunia

belajar mengajar. Hasil dari wawancara di atas menunjukan bahwa terkadang

timbulnya rasa rendah diri, sedih, cemas, marah, tidak nyaman, takut, gelisah,

dibenci dan dihina, kurangnya sehingga mempengaruhi subjective well-being yang

10
ada pada guru honorer. Kondisi tersebut tentu mempengaruhi tingkat stress yang

tinggi, situasi tidak menyenangkan, kelelahan fisik dan mental. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Issom & Makbulah (2017) yang menyatakan

semakin tinggi tingkat stress kerja pada guru honorer semakin rendah pula tingkat

kesejahteraannya.

Menurut penelitian Wangi & Annisaa (2015) subjective well-being atau

kesejahteraan subjektif yang rendah, individu yang menerima peristiwa yang

terjadi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan emosi tidak menyenangkan

seperti marah, cemas atau depresi memiliki self esteem yang rendah.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelumnya, beberapa guru honorer

mengatakan meskipun mereka menerima upah yang kecil, mereka tetap merasa

senang dalam mengamalkan prosefinya sebagai guru honorer. Berdasarkan

jawaban guru honorer menyebutkan dengan mengajar dan bertemu dengan peserta

didiknya mereka merasakan kepuasan, kesenangan dan pengalaman yang

menyanangkan dalam membagikan ilmu kepada mereka (peserta didik), tidak

hanya itu bertemu dengan rekan kerja di sekolah juga membantu para guru

honorer mengurangi rasa stress kerja yang mereka alami.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa guru honorer

dengan subjective well-being yang rendah cenderung kurang merasa bahagia

dalam kehidupan. Hal tersebut berdampak negatif pada guru honorer, secara aspek

afektif negatif mempengaruhi emosional ataupun suasana hati, mereka merasa

sedih dan cemas dalam kehidupan dan lingkungan, kecenderungan terhadap afek

11
negatif tersebut tentu berpengaruh pada subjective well-being yang rendah pada

guru honorer. Perasaan kurang menyenangkan yang dialami tersebut

menimbulkan emosi seperti cemas, marah dan depresi terhadap individu dan

menyebabkan rendahnya subjective well-being (Myers & Diener dalam Rohmad

& Prastiti (2014). Menurut Diener, Richard, & Oishi (2005) ada beberapa faktor

yang mempengaruhi subjective well-being yaitu kepribadian, demografis,

hubungan sosial dan dukungan sosial

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being,

peneliti memilih dukungan sosial dari keluarga sebagai variabel bebas dalam

penelitian ini. Seperti yang kita ketahui untuk mendapatkan subjective well-being

yang baik individu sangat membutuhkan dukungan sosial dari terutama dari

keluarga. Dukungan sosial yang diterima individu dari keluarga, menunjukkan

adanya penghargaan terhadap diri individu sehingga dapat merasakan adanya

rasa aman dan nyaman. Sanderson (2004)

Sarafino & Smith (2016) Dukungan sosial merupakan bentuk dari sebuah

perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang

berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Menurut Sarason (dalam

Kumalasari & Ahyani, 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial dari orang

lingkungan ataupun orang lain merupakan bentuk kepedulian seseorang untuk

dapat menghargai, bersedia membantu, peduli dan memberi kasih sayang.

Menurut Sarafino & Smith (2011) aspek-aspek dukungan sosial terdiri dari empat

12
jenis yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dukungan informasi.

Berdasarkan faktor-faktor diatas yang mempengaruhi subjective well-being,

dukungan sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam hal tersebut. Dukungan

sosial merupakan bentuk perhatian, rasa aman, nyaman sehingga menghindari

stres dan kesepian. Dukungan sosial ini bisa didapatkan dari keluarga, teman

dan lingkungan sekitar (Dwiyanti,N & Ediati, 2020) Guru honorer diharapkan

mendapat dukungan sosial terutama dari keluarga. Pada konsep dukungan sosial

mengacu pada dukungan sosial dari keluarga menurut Taylor (2015)

menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu informasi dari orang lain yaitu

berupa cinta, perhatian, kepedulian dan penghargaan dan merupakan jaringan

komunikasi dan hubungan timbal balik dari orang tua, keluarga, teman, dan

komunitas sosial. Mendapatkan dukungan sosial dari keluarga yang baik membuat

individu cenderung merasa aman, di sayangi dan menerima afeksi positif, hal

tersebut tentu berpengaruh pada subjective well-being.

Pemaparan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samputri

& Sakti (2015) yaitu Dukungan Sosial dan Subjective well-being pada Tenaga

Kerja Wanita PT. Arni Family Unggaran, dalam penelitian tersebut mengatakan

dukungan sosial menciptakan rasa nyaman, perhatian, penghargaan dan bantuan

dari orang sekitar mempengaruhi seseorang terhadap subjective well-being.

Penelitian tersebut menunjukan adanya kontibusi yang signifikan antara dukungan

13
sosial dengan subjective well-being sebesar 30,4%. Dari pemaparan di atas maka

penulis tertarik untuk membahas permasalahan terkait untuk melihat apakah ada

hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan subjective well-being pada

guru honorer.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk

mengetahui Hubungan Antara Dukungan Sosial dari Keluarga dengan

Subjective well-being pada Guru Honorer di Kota Singkawang.

2. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil

penelitian yang ada dapat membawa banyak manfaat, baik itu dipandang

secara teoritis maupun praktis bagi pengembangan ilmu masyarakat.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru,

wawasan dan pengetahuan yang dapat menambah keilmuan

khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi mengenai

subjective well-being atau kesejahteraan pada guru honorer.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan

bagi bidang pendidikan mengenai hubungan dukungan sosial dari

14
keluarga dengan subjective well-being atau kesejahteraan pada guru

honorer.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Subjective well-being

1. Pengertian Subjective Well-Bing

Menurut Diener (2009) Subjective well-being adalah situasi yang mengacu pada

kenyataan bahwa individu secara subjektif percaya bahwa kehidupannya adalah

sesuatu yang diinginkan, menyenangkan dan baik. Diener et al. (2005) mendefinisikan

subjective well-being merupakan sebuah konsep yang luas yang meliputi pengalaman

emosi yang menyenangkan, jarang merasakan keadaan emosi yang negatif, serta

memiliki kepuasan hidup yang tinggi. Subjective well-being mengacu pada semua

jenis evaluasi, baik positif maupun negatif. Termasuk yaitu evaluasi kognitif reflektif,

seperti kepuasan hidup dan kepuasan kerja, minat dan keterlibatan, dan reaksi afektif

terhadap peristiwa kehidupan, seperti sukacita dan kesedihan.

Diener (2015) memaparkan subjective well-being adalah penilaian seseorang

yang berbeda mengenai hidup mereka, peristiwa terjadi pada mereka, tubuh dan

pikiran mereka, dan keadaan tempat tinggal mereka. Selanjutnya Lucas dan Diener

(dalam Sabiq & Miftahuddin, 2017) kesejahteraan subjektif mencerminkan sejauh

mana individu berpikir dan merasa bahwa hidup mereka berjalan dengan baik.

Selain itu subjective well-being juga didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap

pengalaman hidupnya yang berupa evaluasi kognitif serta afeksi dan

merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis. (Arianti, 2019)

16
Terdapat dua pendekatan teori yang digunakan dalam kesejahteraan subjektif,

yaitu :

a. Bottom up theories

Teori ini menganggap bahwa kesejahteraan yang dirasakan individu tergantung

dari banyaknya kebahagiaan kecil atau kumpulan peristiwa bahagia. Semakin banyak

individu memiliki peristiwa bahagia, maka semakin bahagia individu tersebut (Diener

& Ryan, 2009).

b. Top down theories

Pada pendekatan teori ini menganggap bahwa kesejahteraan subjektif seseorang

tergantung pada pikiran seseorang. Apabila seseorang memiliki keadaan pikiran yang

positif, maka ia menjadi lebih bahagia (Diener & Ryan, 2009).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa subjective

well-being adalah penilaian seseorang yang berbeda mengenai hidup mereka dengan

menggunakan dua komponen utama, yaitu komponen kognitif atau disebut juga

sebagai kepuasan hidup dan komponen afektif atau disebut juga sebagai afek positif-

negatif, kemudian dijabarkan secara luas sebagai evaluasi atau penilaian individu pada

kehidupannya yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang ia alami. Individu

dengan subjective well-being yang rendah, memandang rendah hidupnya dan

menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak menyenangkan, oleh sebab

itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti kecemasan, depresi dan

kemarahan (Myers & Diener dalam Rohmad & Prastiti, 2014).

17
2. Aspek-aspek Subjective Well Being

Subjective Well-bieng menurut Diener (2009) aspek dari subjective well-being

ada tiga yaitu Aspek kognitif, afek positif dan afek negatif.

1. Aspek Evaluasi Kognitif (Penilaian atau judgment)

Komponen kognitif dari subjective well-being adalah evaluasi terhadap kepuasan

hidup, yang didefinisikan sebagai penilaian atau diri hidup seseorang. Evaluasi

terhadap kepuasan hidup terbagi 2 yaitu evaluasi kepuasan hidup secara keseluruhan

dan evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu.

1. Evaluasi kepuasan hidup secara keseluruhan yaitu suatu evaluasi

responden terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Istilah hidup dapat

didefinisikan sebagai semua bidang kehidupan seseorang pada titik

dalam waktu tertentu, atau sebagai penilaian integratif tentang kehidupan

seseorang sejak lahir. Kepuasan hidup secara global didasarkan pada

proses penilaian dimana seorang individu mengukur kualitas hidupnya

dengan didasarkan pada satu set kriteria yang unik yang mereka tentukan

sendiri. Lebih spesifik, kepuasan hidup secara global melibatkan persepsi

seseorang terhadap perbandingan keadaan hidupnya dengan standar unik

yang mereka miliki (Diener et al., 2005).

2. Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, merupakan penilaian yang

dibuat seseorang dalam mengevaluasi domain dalam kehidupannya,

seperti kesehatan fisik, mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial dan

18
keluarga. Biasanya individu menunjukkan bagaimana cara mereka

merasakan kepuasan, menunjukkan seberapa besar mereka menyukainya,

seberapa dekat individu nyaman berada di dalamnya, dan seberapa

banyak kenikmatan yang mereka alami di domain tersebut.

2. Aspek Afektif (emosional)

Secara umum bagian penting dari subjective well-being merefleksikan suatu

pengalaman dasar dalam peristiwa yang terjadi dalam hidup seseorang. Adapun bagian

penting dari afektif terbagi menjadi 2 yaitu afek positif dan afek negatif.

1. Afek positif mempresentasikan mood dan emosi yang menyenangkan,

seperti sukacita dan kasih sayang. Emosi positif atau menyenangkan

merupakan bagian dari subjective well-being karena emosi-emosi tersebut

merefleksikan 20 reaksi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang

menunjukkan bahwa hidup berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

2. Afek negatif mempresentasikan suasana hati dan emosi yang tidak

menyenangkan dan merefeleksikan respon negatif yang dialami seseorang

sebagai reaksinya terhadap kehidupan, kesehatan, keadaan dan peristiwa

yang mereka alami. Afek negatif seperti marah, sedih, cemas, khawatir,

dan stress. (Diener, 2015)

Menurut Schimmack (2008) membagi subjective well-being atas dua komponen

umum, yakni:

1. Komponen kognitif, yaitu penilaian reflektif individu atau hidupnya atau

kondisi hidup yang baik. Komponen kognitif terdiri dari kepuasan

19
hidup (life satisfaction) dan kepuasan terhadap domain (domain

satisfaction) (Diener, 2009).

2. Komponen afektif yang merupakan evaluasi dari pengalaman emosional

yang terjadi pada kehidupan individu (Diener, 2009).

Berdasarkan uraian pada aspek-aspek yang ada di atas dapat disimpulkan jika

subjektive well-being menurut Diener et al. (2005) Aspek dari subjective well-being

ada dua yaitu evaluasi kognitif dan afektif. Berdasarkan kedua aspek tersebut memiliki

komponen-komponen tersendiri. Aspek kognitif terbagi menjadi dua yaitu evaluasi

kepuasan hidup secara keseluruhan dan evaluasi kepuasan domain tertentu. Aspek

kedua yaitu aspek afektif yang merefleksikan sesuatu pengalam dasar dalam peristiwa

baik secara afek positif ataupun negatif, afek positif mempresentasikan suasana hati

dan emosi yang menyenangkan sedangkan afek negatif sebaliknya yaitu

mempresentasikan suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan. Begitu juga

Schimmack (2008) menyatakan subjective well-being menyatakan aspek subjective

well-being yaitu komponen positif dan komponen negatif. Komponen positif

merupakan refleksi dari perasaan antusias, aktif, dan siaga, sedangkan komponen

negatif merupakan dimensi umum dari keadaan yang menyedihkan dan tidak

menyenangkan yang memunculkan berbagai macam mood yang tidak disukai.

2. Faktor-faktor Subjective well-being

Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being adalah kepribadian,

demografis, hubungan sosial dan dukungan sosial. (Diener et al., 2005):

20
1. Kepribadian

Subjective well-being adalah sesuatu yang stabil dan konsisten, secara

empiris berhubungan dengan konstruk kepribadian.

2. Faktor Demografis

Faktor demografis membedakan antara orang yang sedang-sedang saja

dalam merasakan kebahagiaan dan orang yang sangat bahagia. Menurut

Diener (2015) menjelaskan bahwa sejauh mana faktor demografis tertentu

dapat meningkatkan subjective well-being tergantung dari nilai dan tujuan

yang dimiliki seseorang, kepribadian dan kultur. Pengaruh faktor demografis

terhadap subjective well-being adalah pendapatan, pernikahan dan keluarga,

umur dan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, ras dan agama.

1. Pendapatan

Pendapatan secara konsisten berhubungan dengan SWB dalam

analisis pada suatu tingkat dalam suatu Negara dan antar Negara,

namun dalam analisis di dalam individu itu sendiri dan dalam tingkat

nasional, adapun perbedaan pendapatan di dalam selang waktu tertentu

mempunyai efek yang kecil pada SWB.

2. Pernikahan dan Keluarga

Menikah memang meningkatkan SWB, tapi apabila orang yang

menikah tersebut mempunyai SWB yang rendah maka pernikahannya

cenderung menjadi buruk. Menurut Glenn dan Weaver (dalam Diener,

2016) menemukan bahwa pernikahan adalah prediktor terkuat dari

21
SWB bahkan ketika pendidikan, pendapatan, dan status pekerjaan

dikontrol. Karena efek pernikahan adalah positif tetapi tidak selalu

kuat Freudiger dan Mitchell (dalam Diener, 2016).

3. Umur dan Jenis Kelamin

Menurut Diener (dalam Sabiq & Miftahuddin, 2017) Umur dan

jenis kelamin berhubungan dengan SWB, namun efek tersebut juga

kecil, dan tergantung komponen dari SWB yang diukur. Campbell

(dalam Diener, 2016) menemukan bahwa orang yang lebih tua

memiliki kepuasan yang lebih besar dalam setiap kesehatan yang

dimilikinya.

4. Pekerjaan

Cohn dkk (dalam Diener, 2016) kepuasan dalam pekerjaan juga

mempengaruhi SWB pada seseorang. Campbell (dalam Diener, 2016)

menemukan bahwa orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak bahagia

ketika pendapatan tidak memenuhi kebutuhan.

5. Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan SWB apabila dipengaruhi oleh

status dalam pekerjaannya. Campbell’s (dalam Diener, 2016)

menyatakan bahwa ketika seseorang memiliki pendidikan yang bagus

sehingga dia dapat membagikan ilmunya kepada orang lain juga

aspirasi seseorang dalam kehidupan untuk merasakan kebahagiaan.

22
6. Ras

Meskipun efek ini belum ditemukan secara universal, penting

untuk mengontrol faktor-faktor ini jika seseorang ingin mengetahui

apakah ras memiliki efek (Diener, 2016).

7. Agama

Cameron (dalam Diener, 2016) mengungkapkan bahwa seseorang

yang memiliki tingkat religiusitas berkorelasi antara SWB dengan

perasaan positif.

8. Hubungan Sosial

Banyak penelitian telah menemukan korelasi antara berbagai

ukuran objektif dari aktivitas sosial dan berbagai ukuran SWB misalnya

kesepian dan SWB Anderson (dalam Diener, 2016). Menurut Wilson

(dalam Diener, 2016) bahwa individu yang ekstravert lebih bahagia.

9. Dukungan Sosial

Dukungan sosial telah lama dikenal dapat mengurangi

pengalaman stres, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi keparahan

penyakit, dan dapat lebih cepat dalam proses pemulihan dari gangguan

kesehatan Taylor (dalam Rahmanillah, Pratiwi, & Sari, 2018). Hasak

(dalam Diener, 2016) mengemukakan bahwa setiap orang

membutuhkan interaksi sosial dalam kehidupan, ketika orang

berinteraksi dengan orang lain otomatis orang tersebut telah menjalin

silaturahmi yang memberi kesempatan untuk berbagi. Interaksi dengan

23
orang lain bisa menimbulkan cinta dan rasa nyaman sehingga kepuasan

hidup bisa dirasakan Gordon (dalam Diener, 2016). Berdasarkan dari

teori, aspek dan faktor diatas bahwa peneliti menyimpulkan terdapat

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being.

Adapun dari beberapa faktor tersebut diatas peneliti mengangkat dan

menggunakan faktor dukungan sosial (social support) untuk melihat

hubungannya terhadap subjective well being.

Maka dapat disimpulkam bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective

well-being menurut Diener (2015) adalah kepribadian, demografis, hubungan sosial

dan dukungan social yaitu Kepribadian Subjective well-being adalah sesuatu yang

stabil dan konsisten, secara empiris berhubungan dengan konstruk kepribadian, Faktor

Demografis membedakan antara orang yang sedang-sedang saja dalam merasakan

kebahagiaan dan orang yang sangat Bahagia, Hubungan Sosial meliputi berbagai

ukuran objektif dari aktivitas sosial dan berbagai ukuran SWB misalnya kesepian dan

SWB, dan Social support dikenal dapat mengurangi pengalaman stres, meningkatkan

kesejahteraan, mengurangi keparahan penyakit, dan dapat lebih cepat dalam proses

pemulihan dari gangguan kesehatan.

24
B. Dukungan Sosial dari Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial dari Keluarga

Menurut Sarafino & Smith (2016) Dukungan sosial adalah suatu bentuk

kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari

orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Konteks dukungan

sosial dari keluarga senada dengan pendapat di atas, Taylor (2015) menggambarkan

dukungan sosial sebagai suatu informasi dari orang lain yaitu berupa cinta, perhatian,

kepedulian dan penghargaan dan merupakan jaringan komunikasi dan hubungan

timbal balik dari orang tua, keluarga, teman, dan komunitas sosial. La Rocco (dalam

Purnama, 2009) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah tindakan menolong yang

diperoleh melalui hubungan interpersonal. Individu dalam berperilaku memerlukan

dorongan dari lingkungan baik secara moril maupun materil.

Menurut Sarason, Henry, Robert, & Barbara (2014) menjelaskan dukungan

sosial sebagai kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain.

Sedangkan menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terdiri dari

informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran individu-individu

tersebut dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai dukungan sosial dari

keluarga, sama halnya dengan dukungan sosial sehingga dapat disimpulkan bahwa

dukungan sosial dari adalah bantuan atau dukungan yang bermanfaat bagi individu

25
yang berada di lingkungan keluarga sehingga individu tersebut merasa diperhatikan,

dihargai, dicintai, disayangi, serta merasa hidup bahagia dan sejahtera selain itu juga

merasakan adanya keakraban sosial, manfaat emosional serta adanya efek perilaku.

2. Aspek - Aspek Dukungan Sosial dari Keluarga

Menurut Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial terdiri dari empat aspek,

yaitu:

a. Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan

perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman,

dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan

perhatian dan afeksi seta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa

orang lain.

c. Dukungan instrumental. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung,

misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan

tugastugas tertentu.

d. Dukungan informasi. Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran,

pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman (dalam Isnawati & Suhariadi, 2013)

dukungan sosial terbagi menjadi empat aspek, yaitu:

26
a. Appraisal Support, yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan

dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.

b. Tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau

bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas.

c. Self esteem support, yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap

perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai

bagian dari sebuah kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan

yang berkaitan dengan self-esteem seseorang.

d. Belonging support, yaitu dukungan yang menunjukkan perasaan diterima

menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.

Berdasarkan uraian dari aspek-aspek dukungan sosial dari keluarga

menurut Sarafino & Smith (2011) terdiri dari empat aspek yaitu dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasi. Dukungan emosional melibatkan ekspresi rasa simpati dan perhatian

individu, dukungan penghargaan berupa menyataan setuju dengan penilaian

positif, dukungan intrumental bentuk dukungan yang melibatkan bantuan

langsung secara fisik, dan dukungan informasi yang berupa saran, feedback

dan solusi kepada orang lain. Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman

(dalam Isnawati & Suhariadi, 2013) dukungan sosial terbagi menjadi empat

aspek, yaitu Appraisal Support, Tangiable support, Self esteem support dan

Belonging support.

27
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dari Keluarga dengan Subjective
well-being

Menurut Yurni (2015) dalam penelitiannya berpendapat bahwa dukungan sosial

merupakan suatu variabel dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan sosial

seperti teman, keluarga atau orang lain baik verbal maupun non verbal, bantuan nyata

atau tidak nyata sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan terbebas dari perilaku

negatif. Menurut Sarason, Sarason, & Piece (2008) dalam penelitianya menyatakan

dukungan sosial memiliki dua komponen dasar, yang pertama adalah persepsi individu

terhadap berapa jumlah orang yang dapat diandalkan ketika individu tersebut

membutuhkan bantuan dan yang kedua adalah persepsi individu bahwa kebutuhannya

akan terpenuhi.

Kualitas hubungan sosial adalah salah satu prediktor paling konsisten dari

subjective well-being. Seseorang yang memiliki kepuasan terhadap hubungan

sosialnya, akan merasa lebih bahagia menurut Diener & Seligman (2015) dalam

penelitianya berpendapat seseorang yang memiliki subjective well-being yang tinggi,

maka individu tersebut juga memiliki relasi sosial yang kuat juga. Penelitian yang

dilakukan oleh Brannan, Biswar-Diener, Mohr, Mortazavi, & Stein (2016)

menyatakan bahwa dukungan dari teman dan keluarga memiliki relasi yang positif

terhadap subjective well-being. Seseorang yang memiliki subjective well-being yang

tinggi akan memiliki perasaan yang positif dan berdamai dengan masa lalunya.

28
Dukungan sosial menurut Marni & Yuniawati (2015) merupakan suatu informasi

dan umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa suatu individu

diperhatikan, dicintai, dihargai, dihormati, dan dilibatkan pada suatu jaringan

komunikasi. Sedangkan seseorang yang merasa tidak mendapat dukungan sosial,

mereka akan merasa tidak dihargai, dicintai, dihormati dan diperhatikan. Hal ini

didukung pada peneliti yang membuktikan bahwa ada efek positif dari dukungan

sosial dan subjective well-being (Nabulsi, 2015). Mereka yang memiliki mendapat

dukungan sosial akan memiliki subjective well-being yang tinggi dan membuat mereka

memiliki efek yang positif.

Pemaparan diatas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Samputri &

Sakti (2015) yaitu Dukungan Sosial dan Subjective well-being pada Tenaga Kerja

Wanita PT. Arni Family Unggaran, dalam penelitian tersebut menunjukan hubungan

positif yang signifikan antara dukungan sosial dan subjective well-being pada wanita

di PT. Arni Family tersebut. Dukungan sosial menjadi pertimbangan bagi peneliti

untuk mengukur faktor tersebut dengan subjective well-being pada seseorang.

Subjective well-being yang tinggi pada seseorang tentunya berdampak kecil terhadap

stressor seseorang untuk mendukung hal tersebut dukungan sosial menjadi jawaban

yang tepat.

Menurut Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial terdiri dari empat aspek yaitu

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasi. Dukungan emosional, dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan

perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan

29
diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi

serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. Seseorang yang menerima

dukungan emosional akan merasakan afek positif yang merupakan salah satu aspek

dari subjective well-being karena cenderung menerima cinta kasih, kehangatan dan

rasa bahagia, maka dari itu individu memiliki suasana hati yang baik Sarafino (2007).

Orang terdekat seperti keluarga berpengaruh dalam dukungan emosional sehingga

social support tersebut dapat menciptakan rasa percaya diri yang ada pada individu

dan menurunkan tingkat stress pada individu. Social support yang sangat penting

dalam membantu individu dalam menghadapi stressor atau masalah yang sedang

dihadapinya hal ini tentu berkaitan dengan aspek afek positif pada subjective well-

being (Gordon dalam Diener, 2016).

Aspek Dukungan penghargaan, dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang

lain. Individu yang menerima dukungan penghargaan seperti apresiasi orang terdekat

baik teman atau keluarga dari apa yang diterima oleh individu menciptakan emosi

positif sehingga berpengaruh pada performa individu terhadap pekerjaannya dan

menciptakan afek positif Boren (2013). Afek positif merupakan aspek dari subjective

well-being, Shogren, Wehmeyer, Buchanan, & Lopez (2006) mengungkapkan afek

positif meliputi antara lain simptom-simptom antusiasme, keceriaan, dan kebahagiaan

hidup.

Aspek dukungan instrumental, bentuk dukungan ini melibatkan bantuan

langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan

30
tugas-tugas tertentu. Dukungan instrumental yang diterima oleh individu dapat

mengurangi beban finansial yang dihadapi. Keberlangsungan hidup individu yang

rendah dukungan instrumental cenderung lebih mengalami tekanan, sehingga

menimbulkan stres dan kecemasan pada individu.. Dukungan instrumental yang

rendah menciptakan afek negatif yang merupakan aspek dari subjective well-being

yang rendah, Afek negatif seperti marah, sedih, cemas, khawatir, dan stress. (Diener,

2015)

Aspek Dukungan informasi, dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa

saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

Individu yang menerima masukan baik secara etika dan moral, saran dan solusi dari

lingkungan sosial baik teman, keluarga dan rekan terkait dengan kehidupan atapun

pekerjaan cenderung dapat mengelola waktu lebih efisien dan mendelegasi tugas-

tugasnya dengan baik (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Individu dengan dukungan

informasi sangat terbuka dalam menerima nasihat, saran, solusi, arahan langsung, dan

sugesti dari orang lain. (Apollo & Cahyadi, 2012)

Keempat aspek dari dukungan sosial tersebut tentunya berpengaruh pada

subjective well-being, individu dengan subjective well-being yang tinggi tentu saja

menerima hal-hal tersebut secara baik sehingga menimbulkan perasaan nyaman,

senang dan rasa puas dalam hidupnya sebagai guru honorer, selain itu performa kinerja

belajar mengajar pun menjadi maksimal ketika mendapat dukungan sosial yang baik.

Sebaliknya, Individu dengan subjective well-being yang rendah, memandang rendah

hidupnya dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak

31
menyenangkan, oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti

kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers & Diener dalam Rohmad & Prastiti, 2014).

Dukungan sosial berpengaruh pada subjective well-being individu. Dukungan

sosial yang diberikan oleh lingkungan sosial seperti keluarga, teman dan orang lain

berperan sebagai pengelola stressor sehingga dapat mengurangi afek negatif dari

subjective well-being yang menimbulkan perasaan sedih, tekanan kerja dan perasaan

kurang puas yang dihadapinya, Menurut Apollo & Cahyadi (2012) manfaat dukungan

sosial adalah mengurangi kecemasan, depsresi dan simptom simptom ganguang tubuh

bagi orang yang mengalami stress dalam pekerjaan. Didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Gurung, Taylor, & Seeman (2003) mengatakan bahwa dukungan sosial

berdampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan individu. Penyataan-penyataan di

atas menunjukan bahwa guru honorer membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan

sekitar agar tidak menimbulkan dampak negatif dari subjective well-being, sehingga

kinerja dalam proses belajar mengajar menjadi efektif dan baik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengajukan hipotesis dalam

penelitian ini, yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial dari keluarga dengan

subjective well-being pada guru honorer. Semakin tinggi dukungan sosial yang

diterima oleh guru honorer maka semakin tinggi pula subjective well-being yang

dirasakan. Semakin rendah dukungan sosial dari keluarga yang diterima oleh guru

honorer maka semakin rendah pula subjective well-being yang dirasakan.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan permasalahan serta rumusan hipotesis penelitian maka yang

menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependent : Subjective well-being

2. Variabel Independent : Dukungan Sosial dari Keluarga

1. Definisi Operasional Subjective well-being

Diener (2009) menyebutkan bahwa subjective well-being evaluasi dari kognitif

dan afektif seseorang. Evaluasi kognitif adalah berupo kepusan hidup seseorang

sedangkan evaluasi afektif adalah tentang perasaan emosi atau perasaan yang ada

dalam hidupnya. Subjective well-being pada skala penelitian yang peneliti gunakan

memodifikasi pada skala penelitian terdahulu dengan meminjam kerangka teoritis dan

beberapa aitem yang relevan pada penelitian peneliti pada skripsi Ridho Yurio Kristo

yang berjudul Hubungan antara Dukungan Sosial dan Subjective Well-Being pada

Guru Honorer di Kabupaten Gunung Kidul. Skala yang disusun berdasarkan aspek

subjective well-being kogitif, afek positif dan afek negatif.

33
Hasil dari skor subjective well-being yang diperoleh direpresntasikan dari skor

yang diperoleh subjek. Skor yang dihasilkan oleh subjek pada guru honorer yang ada

di Kota Singkawang menunjukan tinggi rendahnya subjective well-being.

2. Definisi Operasional Dukungan Sosial dari Keluarga

Dukungan sosial dari keluarga didefinisikan sebagai bentuk rasa peduli,

kenyamanan, penghargaan atau bantuan yang diterima oleh guru honorer dari orang

terdekatnya yaitu keluarga Menurut Sarafino & Smith (2016) Dukungan sosial adalah

suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima

individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok.

Hasil skor dari skala dukungan sosial dari keluarga menunjukan tinggi

rendahnya peran dukungan sosial dari keluarga yang dialami oleh guru honorer di

Kota Singkawang. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi

dukungan sosial dari keluarga yang di dapat oleh guru honorer di Kota Singkawang.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru honorer yang tersebar di Kota

Singkawang, Kalimantan Barat dengan jumlah subjek sebanyak 71. Kemudian

dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan metode probability sampling

dimana setiap individu yang berada dalam suatu populasi memiliki kesempatan

yang sama menjadi sampel (Siregar, 2014). Teknik pengambilan data dilakukan

dengan teknik simple random sampling. Hal ini bertujuan agar individu dalam

34
suatu populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel ( Siregar,

2014)

Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah :

1. Guru Honorer di Kota Singkawang

Mengajar di SD, SMP dan SMA Negeri, berjenis kelamin laki- laki maupun

perempuan dengan tidak dibatasi umur, agama, status pernikahan. Pada laman

Kemendikbud.id guru honorer adalah guru tidak tetap yang mengajar/

mengabdi di bawah wewenang pemerintah, sedangkan guru swasta disematkan

untuk seorang pengajar yang bekerja di sekolah atau institusi milik perorangan

atau kelompok.

2. Dengan masa kerja minimal 6 bulan

Masa kerja adalah lamanya waktu seorang bekerja pada suatu instansi,

organisasi dan perusahaan. Siagian (2001) lamanya masa kerja dapat menjadi

pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

menjalankan. Enam bulan masa kerja merupakan waktu ideal bagi seseorang

dalam sebuah intitusi untuk beradaptasi dengan lingkungan, mendalami tugas

dan perannya.

35
C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode penyebaran skala. Skala merupakan suatu bentuk kesepakatan

yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang

ada di dalam alat ukur. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert

yaitu metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012).

Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu skala

dukungan sosial dan subjective well-being. Skala yang digunakan dalam penelitian ini

disusun dengan menggunakan model skala yang terdiri dari empat jawaban alternatif,

yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS 32 (Sangat Tidak

Sesuai). Kriteria pemberian skor untuk aitem-aitem pada skala berkisar antara satu

sampai empat tergantung dari favorable dan unfavorable suatu aitem. Pernyataan

favorable untuk jawaban SS (Sangat Sesuai) diberikan skor = 4, S (Sesuai) diberikan

skor =3, TS (Tidak Sesuai) diberikan skor = 2, STS (Sangat Tidak Sesuai) diberikan

skor = 1. Sebaliknya pernyataan Unfavorable untuk jawaban SS (Sangat Sesuai)

diberikan skor = 3, S (Sesuai) diberikan skor =2, TS (Tidak Sesuai) diberikan skor =

2, STS (Sangat Tidak Sesuai) diberikan skor = 1.

Sebelum skala digunakan, peneliti akan melakukan uji coba skala untuk

mengetahui validitas dan relabilitas alat ukur. Jenis validitas yang digunakan dalam

skala ini adalah validitas konstruk yaitu validitas yang menyatakan sejauh mana

36
skorskor hasil pengukuran dengan suatu instrumen itu merefleksikan konstruk

teoretik yang mendasari penyusunan instrumen tersebut (Azwar, 2012).

Peneliti juga melakukan uji coba skala terlebih dahulu untuk mengetahui daya

beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Menurut Hadi (2016) peneliti pada umumnya

melakukan uji coba terhadap alat ukur terlebih dahulu dengan tujuan untuk

menghindari pertanyaanpertanyaan yang kurang jelas, meniadakan penggunaan kata-

kata yang asing, terlalu akademi, kata yang menimbulkan kecurigaan, untuk

memperbaiki pertanyaanpertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan

jawaban-jawaban yang dangkal, dan untuk menambahkan aitem yang sangat perlu

atau meniadakan aitem yang teryata tidak begitu relavan dengan tujuan riset. . Indeks

daya beda aitem yang dianggap memuaskan adalah 0.30, tetapi apabila jumlah aitem

yang valid belum mencukupi jumlah yang diinginkan, peneliti dapat

mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25 atau 0.20 (Azwar,

2016).

Berikut ini merupakan instrument pengumpulan data yang digunakan:

1. Skala Subjective well-being

Skala subjective well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

yang disusun oleh peneliti sendiri. Skala ini berjumlah 24 aitem pernyataan terdiri

dari favorabel dan unfavorabel. Skala ini disusun berdasarkan aspek yang disusun

oleh Diener (2009) yang meliputi:

37
a. Aspek afektif

Aspek afektif merefleksikan pengalaman dasar dalam peristiwa yang terjadi di

dalam hidup seseorang dengan mood dan emosi terhadap pengalaman yang

menunjukan bahwa hidup berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Adapun

bagian penting dari afektif terbagi menjadi 2 yaitu afek positif dan afek negatif.

b. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah evaluasi dari kepuasan hidup, yang didefinisikan sebagai

penilaian dari kehidupan seseorang secara umum dan keseluruhan. Evaluasi ini

terbagi menjadi dua yaitu secara global dan domain tertentu

Skala subjective well-being terdiri dari 24 aitem dengan 4 pilihan jawaban,

yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS),

untuk aspek kognitif. Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP) untuk

aspek afektif. Penggunaan 4 alternatif jawaban tersebut bertujuan agar subjek

berpendapat dan tidak bersikap netral, apabila pilihan tengah atau netral disediakan

maka kebanyakan subjek akan cenderung untuk menempatkannya dikategori tengah

tersebut, sehingga data mengenai perbedaan di antara responden menjadi kurang

informatif (Azwar, 2016).

Pernyataan favourable untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS) memperoleh

nilai 4, Sesuai (S) memperoleh nilai 3, Tidak Sesuai (TS) memperoleh nilai 2, dan

Sangat Tidak Sesuai (STS) memperoleh nilai 1 dan sebaliknya. Pernyataan

favourable untuk pilihan jawaban Selalu (SL) memperoleh nilai 4, Sering (SR)

memperoleh nilai 3, Jarang (JR) memperoleh nilai 2, Tidak Pernah (TP) memperoleh

38
nilai 1 dan sebaliknya. Adapun blueprint dari skala subjective well-being sebelum uji

coba yang dapat di lihat pada tabel 1. Berikut:

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Subjective well-being Sebelum Uji Coba


No. Aspek Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Afektif 1,4*,6,8*,10*, 2,3*,5*,7,9*,11* 11

17, 18, 19,


2. Kognitif 12,13,14,15,16, 20,21,22,23,24 13

Jumlah 10 14 24
Keterangan : nomor aitem yang berwarna merah dan bercetak tebal adalah aitem-

aitem yang gugur.

Sebelum Skala subjective well-being ini digunakan, peneliti akan melakukan

uji coba skala untuk mengetahui daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Uji coba

skala akan dilakukan pada tanggal 5 Juli 2022 sampai 10 Juni 2022 kepada 40 guru

honorer yang tersebar di sekolah-sekolah yang ada di Kota Singkawang. Seleksi

aitem menggunakan batas kriteria koefisien aitem total yang dipakai adalah 0,30 (rix ≥

0,30) Hasil uji coba yang dari 24 aitem tersebut diperoleh 17 aitem lolos dan 7 aitem

yang gugur. Nilai koefisien korelasi total-aitem dari skala subjective well-being

masing-masing adalah rentang dari 0,417 sampai 0,772 maka aitem tersebut layak

dijadikan aitem dalam penelitian. Adapun distribusi Skala subjective well-being

setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 2.

39
Tabel 2.Distribusi Aitem Skala Subjective well-being Setelah Uji Coba

Aitem
No. Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Afektif 1(6),6(1) 2(7),7(2) 4
12(3),13(8),14(4), 17(5), 18(9), 19,(12)
2. Kognitif
15(11),16(14) 20(10),21(13),22(16), 13
23(17),24(15)
Jumlah 7 10 17

Keterangan : Nomor aitem dalam () dan ditebalkan adalah nomor baru yang akan

digunakan untuk skala penelitian.

Selanjutnya untuk uji reliabilitas, menurut Azwar (2016) reliabilitas adalah

konsistensi atau sejauh mana pengukuran dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas (rxx’)

berada dalam rentang angka dari 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas (rxx’) yang mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel.

Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas (rxx’) yang mendekati angka 0,00

berarti pengukuran semakin tidak reliabel. Uji reliabilitas yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah Alpha Cronbach dengan koefisien reliabilitas alpha (α)

sebesar 0,783. Dengan demikian Skala Subjective well-being merupakan pengukuran

yang reliabel

2. Dukungan Sosial

Untuk mengukur tingkat dukungan sosial dalam penelitian ini akan digunakan

skala yang disusun oleh peneliti sebelumnya, berdasarkan aspek-aspek dukungan

40
sosial dari Sarafino & Smith (2011). Skala ini memuat aitem-aitem yang mengacu

pada aspek-aspek dukungan sosial.

a. Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan

perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman,

dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti

memberikan perhatian dan afeksi seta bersedia mendengarkan keluh kesah

orang lain.

b. Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa

pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan

performa orang lain.

c. Dukungan instrumental. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan

langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam

mengerjakan tugas-tugas tertentu.

d. Dukungan informasi. Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa

saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan

persoalan.

41
Adapun blueprint skala dukungan sosial, dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 3.Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial dari Keluarga Sebelum Uji Coba
No Aitem Jumlah
Aspek
. Favourable Unfavourable
1. Dukungan Emosional 1,6,12 7,10,11 6
2. Dukungan Penghargaan 2,5,9 4,13,19 6
3. Dukungan Instrumental 8,15,20 3,17,22 6
4. Dukungan Informasi 14,21,23 16,18,24 6
Jumlah 12 12 24

Sebelum Skala dukungan sosial ini digunakan, peneliti akan melakukan uji

coba skala untuk mengetahui daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Uji coba

skala akan dilakukan pada tanggal 5 Juli 2022 sampai 10 Juli 2022 kepada 40 guru

honorer yang tersebar di sekolah-sekolah yang ada di Kota Singkawang. Seleksi

aitem menggunakan batas kriteria koefisien aitem total yang dipakai adalah 0,30 (rix

≥ 0,30). Hasil uji coba yang diperoleh dari 24 aitem tersebut lolos maka aitem

tersebut layak dijadikan aitem dalam penelitian. Nilai koefisien korelasi total-aitem

dari skala dukungan sosial dari keluarga masing-masing adalah 1,000 dan lebih dari

0,30. Adapun distribusi Skala dukungan sosial setelah uji coba dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial dari Keluarga Setelah Uji Coba
No Aitem Jumlah
Aspek
. Favourable Unfavourable
1. Dukungan Emosional 1(3),6 (1),12(6) 7(11),10(7),11(12) 6
2. Dukungan Penghargaan 2(4),5(2),9(5) 4(13),13(14),19(19) 6
3. Dukungan Instrumental 8(9),15(8),20(15) 3(16),17(22),22(17) 6
4. Dukungan Informasi 14(10),21(23),23(21) 16(20),18(24),24(18) 6
Jumlah 12 12 24

42
Keterangan : Nomor aitem dalam () dan ditebalkan adalah nomor baru yang akan
digunakan untuk skala penelitian.

Uji reliabilitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Alpha
Cronbach dengan koefisien reliabilitas alpha (α) sebesar 1.000. Dengan demikian
Skala Dukungan Sosial dari Keluarga merupakan pengukuran yang reliabel.

D. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi

product moment yang dikembangkan oleh Pearson untuk menguji hubungan antara

dukungan sosial dengan subjective well-being. Peneliti menggunakan tenik analisis

ini karena analisis korelasi product moment sesuai untuk menguji hipotesis

mengenai hubungan antara 2 variabel. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan bantuan program analisis statistik SPSS (versi 22.0).

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melalui tahapan- tahapan, sebagai berikut:

1. Peneliti mempersiapkan alat ukur yaitu skala subjective well-being dan

Dukungan Sosial. Peneliti menyusun blueprint berdasarkan aspek- aspek

setiap variabel yang diteliti sebagai langkah awal pembuatan skala. Aitem-

aitem yang disusun berdasarkan aspek- aspek variabel tersebut kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Rancangan skala yang sudah

43
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing harus melalui proses uji coba (uji

validitas dan reliabilitas).

2. Peneliti menyusun aitem- aitem alat ukur melalui google form dan di isi oleh

guru honorer di Kota Singkawang

3. Uji coba skala (tryout) yaitu Skala Dukungan Sosial dan Skala Subjective

well-being kepada subjek dengan jumlah 40 yang dilakukan pada tanggal 5

sampai 10 Juli 2022 kepada Guru Honorer yang ada di Kota Singkawang

secara online dalam bentuk google form dengan link https://bit.ly/Skalaruth

melalui WhatsApp dan Instagram story.

4. Kemudian setelah peneliti selesai melakukan penyebaran Skala Dukungan

Sosial dan Skala Subjective well-being peneliti menghitung uji reliabilitas dan

daya beda aitem.

5. Hasil uji coba yang dilaporkan kepada dosen pembimbing kemudian disetujui

untuk dilanjutkan ke tahap penelitian (pengumpulan data).

6. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan skala kepada

guru honorer di Kota Singkawang yang berbentuk google form pada subjek

penelitian yang memenuhi kriteria dengan link

https://bit.ly/BantuPenelitianRuth melalui WhatsApp dan Instagram story.

7. Peneliti menerima skala yang diisi selanjutnya peneliti melakukan analisis

data dengan menggunakan program analisis data.

44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil

Dalam penelitian ini subjek berjumlah 71 guru honorer, jumlah tersebut terdiri

atas 45 guru honorer perempuan (63,4%) dan 26 guru honorer laki-laki (36,6%) yang

tersebar di Kota Singkawang. Dapat disimpulkan jika persentase jenis kelamin dalam

penelitian ini didominasi oleh kaum perempuan.

Tabel 5. Kategori Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Perempuan 45 63,4 %
Laki-laki 26 36,6 %
Total 71 100%

Dalam penelitian ini subjek berjumlah 71 guru honorer, terdiri dari 63 guru

honorer berusia 20 sampai 30 tahun dengan persentase (88,7%) dan 8 guru honorer

yang berusia diatas 30 tahun dengan persentase (11,3%). Dapat disimpulkan jika dari

penelitian tersebut lebih banyak guru honorer yang berusia dibawah 30 tahun.

Tabel 6. Kategori Usia

Usia Jumlah Persentase


20 – 30 tahun 63 88,7 %
>30 tahun 8 11,3%
Total 71 100%

Dalam penelitian ini subjek berjumlah 71 guru honorer, terdiri dari 40 guru

honorer yang sudah mengajar minimal 6 bulan hingga 1 tahun dengan persentase

(64,8%), 26 guru honorer yang sudah mengajar 1 sampai 3 tahun dengan persentase

45
(28,2 %) dan 5 guru honorer yang telah mengajar lebih dari 3 tahun dengan

persentase (7%). Dapat disimpulkan jika persentase masa kerja dalam penelitian ini di

dominasi oleh guru honorer yang mengajar minimal 6 bulan hingga 1 tahun.

Tabel 7. Kategori Masa Kerja

Masa Kerja Jumlah Persentase


6 bulan – 1 tahun 40 64,8%
1 – 3 tahun 26 28,2%
>3tahun 5 7%
Total 71 100%

Dalam penelitian ini berjumlah 71 guru honorer, terdiri dari 27 guru honorer

yang mengajar di Sekolah Dasar (36%), 36 guru honorer yang mengajar di Sekolah

Menengah Pertama (50,7%) dan 8 guru honorer yang mengajar di Sekolah Menengah

Atas (11,3%). Dapat disimpulkan jika persentase tempat mengajar guru honorer

kebanyakkan mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Tabel 8.Kategori Tempat Mengajar

Tempat Mengajar Jumlah Persentase


SD 27 36%
SMP 36 50,7%
SMA 8 11,3%
Total 71 100%

46
2. Deskripsi Data

Data dari penelitian ini diperoleh dari skala subjective well-being dan skala

dukungan sosial dari keluarga akan digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis

dengan menggunakan skor hipotetik dan empirik. Data skor hipotetik dan skor

empirik yang dideskripsikan adalah nilai minimum, maksimum, jarak sebaran

(range), standar deviasi dan rata-rata (mean). Berdasarkan hasil analisis skala

subjective well-being diperoleh data hipotetik dengan skor minimum subjek yaitu 1 x

17 = 17 dan skor maksimal 4 x 17 = 68, rerata hipotetik (68 + 17) : 2 = 42,5 , jarak

sebaran hipotetik 68 – 17 = 51 dan standar deviasi (68 – 17) : 6 = 8,5. Sedangkan

hasil analisis data empirik yaitu skor minimum 37 dan skor maksimum 68 dengan

rata-rata empirik 48,28 dan standar deviasi 6,966.

Pada hasil perhitungan data skala dukungan sosial diperoleh data hipotetik

dengan skor minimum subjek yaitu 1 x 24 = 24 dan skor maksimal 4 x 24 = 96, rerata

hipotetik (96 + 24) : 2 = 60 dengan standar deviasi (96 – 24) : 6 = 11,66. Sedangkan

hasil analisis data empirik diperoleh skor minimum 49, skor maksimal 96, rerata

empirik 70,41 dan standar deviasi 8.393. Ringkasan deskripsi data dari variabel

subjective well-being dan dukungan sosial dapat dilihat pada tabel 9.

47
Tabel 9. Deskripsi Statistik Data Penelitian (N=71)

Data Hipotetik Data Empirik


Variabel
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Subjective well- 17 68 42.5 8.5 37 68 48.28 6.966
being
Dukungan Sosial 24 96 60 11,66 49 96 70.41 8.393
dari keluarga

Keterangan :
N = Jumlah Subjek
Mean = Rerata
Min = skor minimal atau terendah
Max = skor maksimal atau tertinggi
SD = Standar Deviasi

3. Kategori Subjek penelitian


Pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikategorisasikan pada kedua

variabel. Kategorisasi data penelitian bertujuan untuk menempatkan individu kedalam

kelompok-kelompok yang berbeda sesuai jenjang menurut kontinum berdasarkan

atribut yang diukur (Azwar, 2016). Kategorisasi skor jawaban subjek dalam

penelitian menggunakan tiga kriteria yaitu tinggi, sedang, rendah. Klasifikasi skor

jawaban subjek dari masing-masing variabel, yaitu subjective well-being dan

dukungan sosial dari keluarga pada guru honorer di Kota Singkawang.

48
Tabel 10. Kategorisasi Skala Subjective well-being

Kategori Pedoman Skor N Persentase


Tinggi 𝑋 > 𝜇 + 1. 𝜎 X >34 21 29.6 %
Sedang (𝜇 − 1. 𝜎) < 𝑋 ≤ (𝜇 + 34< X≤ 50 70.4 %
1𝜎) 51
Rendah 𝑋 ≤ 𝜇 − 1. 𝜎 X ≤ 51 0 0%
Total 71 100%
Keterangan :
X = Skor subjek
µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standar deviasi hipotetik
N = Jumlah subjek
Bedasarkan kategori diatas dapat diketahui bahwa terdapat 21 responden atau

29.6% subjek dengan subjektive well-being yang tinggi, 50 subjek atau 70.4% subjek

dengan kategori sedang dan 0 atau 0% subjek dengan kategori rendah. Dapat

disimpulkan dari data kategori diatas jika subjective well-being pada guru honorer di

Kota Singkawang tergolong sedang.

Tabel 11. Kategorisasi Skala Dukungan Sosial dari Keluarga

Kategori Pedoman Skor N Persentase


Tinggi 𝑋 > 𝜇 + 1. 𝜎 X >71 41 57.7 %
Sedang (𝜇 − 1. 𝜎) < 𝑋 ≤ (𝜇 + 48< X≤ 30 42.3%
1𝜎) 71
Rendah 𝑋 ≤ 𝜇 − 1. 𝜎 X ≤ 48 0 0%
Total 71 100%
Keterangan :
X = Skor subjek
µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standar deviasi hipotetik
N = Jumlah subjek

49
Bedasarkan kategori diatas dapat diketahui bahwa terdapat 41 responden atau

57,7% subjek dengan dukungan sosial yang tinggi, 30 subjek atau 42,3% subjek

dengan kategori sedang dan 0 atau 0% subjek dengan kategori rendah. Dapat

disimpulkan dari data kategori diatas jika dukungan sosial dari keluarga pada guru

honorer di Kota Singkawang tergolong tinggi.

4. Uji Prasyarat

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji prasyarat yaitu uji

normalitas dan uji linieritas yang hasilnya sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data tersebut sudah memiliki.

Pedoman untuk uji normaliitas dengan sebaran data mengikuti distribusi normal

apabila nilai signifikan dari uji Kolmogrov-Smirnov > 0,050 da n apabila nilai

signifikan Kolmogrov-Smirnov < 0,050 maka sebaran data tidak mengikuti distribusi

normal (Siregar, Selvy, Gurning, & Angga, 2019). Dari hasil Uji Normalitas variabel

Subjective well-being diperoleh KS-Z = 98 dengan p = 0,087 (p > 0,050), maka dapat

disimpulkan bahwa sebaran data dari variabel subjective well-being mengikuti

sebaran data normal. Pada hasil uji normalitas variabel dukunga sosial dari keluarga

di peroleh KS-Z = 194 dengan p = 0,000 (p < 0,050), maka dapat disimpulkan bahwa

sebaran data dari dukungan sosial pada keluarga mengikuti sebaran data yang tidak

normal. Hadi (2015) menyatakan hasil normal atau tidaknya data dalam penelitian

50
tidak berpengaruh kepada hasil akhir, jika data yang penelitian tidak memenuhi

asumsi normal, maka dapat dilanjutkan dengan uji linieritas.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah hubungan anatara variabel

tergantung dan bebas linier atau tidak. Pedoman yang digunakan adalah jika p <

0,050 berarti kedua variabel tersebut ada hubungan yang linier apabila nilai p > 0,050

berarti kedua variabel tersebut tidak ada hubungan yang linier (Hadi, 2015).

Berdasarkan hasil uji linieritas pada variabel subejctive well-being dan dukungan

sosial dari keluarga di peroleh F = 12,958 dan p = 0,001. Hal tersebut menunjukan

bahwa variabel subjective well-being dan dukungan sosial dari keluarga tersebut

memiliki hubungan yang linier.

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan teknik korelasi product moment (pearson

corelation) yang dikembangkan oleh Karl Pearson (Sugiyono, 2016). Menurut Hadi

(2015) teknik korelasi (pearson corelation) digunakan untuk menetapkan hubungan

anatara dua variabel yaitu variabel bebas dan tergantung, jika diperoleh korelasi yang

signifikan berarti ada hubungan anatara variabel satu dengan variabel yang lain.

Pedoman untuk uji korelasi adalah apabila p = < 0,050 berarti ada korelasi dan

apabila p > 0,050 berarti tidak ada korelasi.

Dari hasil analisis product moment (pearson corelation) diperoleh korelasi

(rxy) hipotesis = 0.342 dengan p = 0.004 (p < 0,005) yang berarti ada hubungan

51
positif antara dukungan sosial dari keluarga dengan subjective well-being pada

guru honorer di Kota Singkawang. Selain itu, hasil analisi data tersebut juga

menunjukan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0.117 yang menunjukan

bahwa dukungan sosial keluarga memiliki kontribusi 11,7% terhadap subjective

well-being dan sisanya 88,3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

C. Pembahasan

Hasil dari penelitian ini menunjukan ada hubungan positif antara

dukungan sosial dari keluarga dengan subjective well-being pada guru honorer

dengan nilai korelasi (rxy) sebesar r = 0.342 dengan p = 0.004. Hal ini berarti

bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara dukungan sosial

dari keluarga dengan subjective well-being di Kota Singkawang dapat diterima.

Korelasi tersebut membuktikan bahwa dukungan sosial dari keluarga mempunyai

peran penting terhadap subjective well-being pada guru honorer. Hal itu sejalan

dengan hasil dalam hipotesis yang diajukan oleh peneliti dimana semakin tinggi

dukungan sosial dari keluarga maka akan semakin tinggi subjective well-being .

Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial dari keluarga maka semakin rendah

pula subjective well-being pada guru honorer. Diterimanya hipotesis dalam

penelitian ini menunjukan bahwa dukungan sosial dari keluarga dapat dianggap

sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi subjective well-being. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mauna &

Kurnia (2018) dari hasil uji hipotesis menyatakan dukungan sosial berpengaruh

positif pada subjective well-being guru honorer.

52
Hasil kategori skala subjective well-being diketahui bahwa terdapat 21

responden atau 29.6% subjek dengan subjektive well-being yang tinggi, 50

subjek atau 70.4% subjek dengan kategori sedang dan 0 atau 0% subjek dengan

kategori rendah. Dapat disimpulkan dari data kategori diatas jika subjective well-

being pada guru honorer di Kota Singkawang tergolong sedang. Pada hasil

kategori skala dukungan sosial dari keluarga terdapat 41 responden atau 57,7%

subjek dengan dukungan sosial yang tinggi, 30 subjek atau 42,3% subjek dengan

kategori sedang dan 0 atau 0% subjek dengan kategori rendah. Dapat

disimpulkan dari data kategori diatas jika dukungan sosial dari keluarga pada

guru honorer di Kota Singkawang tergolong tinggi. Diterimanya hipotesis dalam

penelitian ini diperoleh, hasil analisis data menunjukan nilai koefisien

determinasi (R²) sebesar 0.117 yang menunjukan bahwa dukungan sosial

keluarga memiliki kontribusi 11,7% terhadap subjective well-being dan sisanya

88,3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Hasil penelitian Gurung, Taylor, dan Seeman (2003) menyatakan

bahwa dukungan sosial memberikan efek postif bagi kesehatan dan

kesejahteraan individu. Dapat dikatakan dukungan sosial merupakan salah satu

faktor yang sangat diperlukan dalam dunia bekerja dan aktivitas yang

dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Dukungan sosial dibutuhkan

untuk mengurangi dampak negatif yang muncul dari kondisi stres.

Kondisi stres yang muncul akan memengaruhi subjetive well-being

53
individu. Menurut Sarafino dan Smith (2011) dukungan sosial terdiri dari empat

aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental

dan dukungan informasi.

Pada aspek pertama yaitu dukungan emosional, dukungan ini melibatkan

ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut

merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti

memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang

lain. Seseorang yang menerima dukungan emosional akan merasakan afek positif

yang merupakan salah satu aspek dari subjective well-being karena cenderung

menerima cinta kasih, kehangatan dan rasa bahagia, maka dari itu individu

memiliki suasana hati yang baik. Orang terdekat seperti teman dan keluarga

berpengaruh dalam dukungan emosional sehingga social support tersebut dapat

menciptakan rasa percaya diri yang ada pada individu dan menurunkan tingkat

stress pada individu. Social support yang sangat penting dalam membantu

individu dalam menghadapi stressor atau masalah yang sedang dihadapinya hal

ini tentu berkaitan dengan aspek afek positif pada subjective well-being (Gordon

dalam Diener, 2016). Hal ini diperkuat dengan penyataan subjek yang

menyatakan jika subjek merasa senang mendapat perhatian dari keluarga yang

bersedia meluangkan waktu mendengarkan subjek bercerita.

Aspek Dukungan penghargaan, dukungan ini melibatkan ekspresi yang

berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan

54
performa orang lain. Individu yang menerima dukungan penghargaan seperti

apresiasi orang terdekat baik teman atau keluarga dari apa yang diterima oleh

individu menciptakan emosi positif sehingga berpengaruh pada performa

individu terhadap pekerjaannya dan menciptakan afek positif. Afek positif

merupakan aspek dari subjective well-being, Shogren dkk (2006)

mengungkapkan afek positif meliputi antara lain simptom-simptom antusiasme,

keceriaan, dan kebahagiaan hidup. Hal ini diperkuat dengan penyataan subjek

bagaimana subjek senang jika mendapatkan apresiasi terhadap hasil yang subjek

peroleh.

Aspek dukungan instrumental, bentuk dukungan ini melibatkan bantuan

langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam

mengerjakan tugas-tugas tertentu. Dukungan intrumental yang diterima oleh

individu dapat mengurangi beban finansial yang dihadapi. Keberlangsungan hidup

individu yang rendah dukungan intrumental cenderung lebih mengalami tekanan,

sehingga menimbulkan stres dan kecemasan pada individu. Hal tersebut

berpengaruh pada kualitas hidup individu mengukur kriteria yang mereka tentukan

dan perbandingan hidupnya dengan standar yang mereka miliki (Diener, 2009).

Dukungan intrumental yang rendah menciptakan afek negatif yang merupakan

aspek dari subjective well-being yang rendah, Afek negatif seperti marah, sedih,

cemas, khawatir, dan stress (Diener, 2015). Hal ini diperkuat dengan penyataan

subjek yang menyatakan bahwa subjek tidak pernah merasa kekuarangan dalam

55
hal finansial dan selalu berkecukupan meskipun penghasilan yang diterima subjek

tidaklah besar.

Aspek Dukungan informasi, dukungan yang bersifat informasi ini dapat

berupa saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan

persoalan. Individu yang menerima masukan baik secara etika dan moral, saran

dan solusi dari lingkungan sosial baik teman, keluarga dan rekan terkait dengan

kehidupan atapun pekerjaan cenderung dapat mengelola waktu lebih efisien dan

mendelegasi tugas-tugasnya dengan baik (Taylor et al., 2009). Individu dengan

dukungan informasi sangat terbuka dalam menerima nasihat, saran, solusi, arahan

langsung, dan sugesti dari orang lain. (Apollo & Cahyadi, 2012). Hal ini diperkuat

dengan penyataan subjek dimana subjek tidak pernah mendapatkan deskriminasi

dari keluarga terhadap pekerjaan yang ia terima.

Berdasarkan uraian diatas menunjukan keempat aspek dari dukungan sosial

tersebut tentunya berpengaruh pada subjective well-being pada guru honorer.

Individu dengan subjective well-being yang tinggi tentu saja menerima hal-hal

tersebut secara baik sehingga menimbulkan perasaan nyaman, senang dan rasa

puas dalam hidupnya sebagai guru honorer, selain itu performa kinerja belajar

mengajar pun menjadi maksimal ketika mendapat dukungan sosial yang baik.

Sebaliknya, Individu dengan subjective well-being yang rendah, memandang

rendah hidupnya dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak

menyenangkan, oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti

kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers & Diener dalam Rohmad, 2014).

56
Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa dukungan sosial dari keluarga

penting dalam meningkatkan subjective well-being pada guru honorer. Hal tersebut

ditunjukan dengan sumbangan efektif dukungan sosial dari keluarga sebesar

11,7% terhadap subjective well-being dan sisanya 88,3 % dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang positif anatar dukungan sosial dari keluarga dengan subjective well-

being pada guru honorer . Artinya semakin tinggi dukungan sosial dari keluarga maka

semakin tinggi subjective well-being pada guru honorer. Sebaliknya semakin rendah

dukungan sosial dari keluarga maka semakin rendah subjective well-being guru

honorer. Sedangkan hasil dari kategorisasi dapat diketahui bahwa sebagian besar guru

honorer memiliki dukungan sosial dari keluarga yang cenderung tinggi, untuk hasil

kategorisasi subjective well-being diketahui bahwa sebagian besar guru honorer

cenderung sedang.

Berdasarkan hasil kategorisasi kategori skala subjective well-being menunjukan

bahwa terdapat 21 responden atau 29.6% subjek dengan subjektive well-being yang

tinggi, 50 subjek atau 70.4% subjek dengan kategori sedang dan 0 atau 0% subjek

dengan kategori rendah. Kemudian pada hasil kategori skala dukungan sosial dari

keluarga terdapat 41 responden atau 57,7% subjek dengan dukungan sosial yang

tinggi, 30 subjek atau 42,3% subjek dengan kategori sedang dan 0 atau 0% subjek

dengan kategori rendah.

58
B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagi subjek

Subjek dalam penelitian ini pada umumnya telah memiliki tingkat subjective

well-being dengan kategori sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil tersebut

diharapkan subjek yang mengambil bagian dalam penelitian ini yaitu guru

honorer dapat merespon setiap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dengan

afek positif sehingga memiliki performa yang baik dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai guru di sekolah-sekolah.

Guru honorer diharapkan mampu dalam untuk terus menjalankan tugasnya dan

menjaga keharmonisan dalam keluarga dan dapat berinteraksi sosial dengan baik

di lingkungan sekitar untuk mempertahankan subjective well-being agar selalu

dalam kondisi yang stabil.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga terbukti

memberikan sumbangan efektif sebesar 11,7% terhadap subjective well-being

dan 88,3% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang tidak dapat

diungkap dalam penelitian ini. Hal tersebut membuka ruang bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitiang yang berkaitan dengan subjective well-

being dan melihat faktor-faktor yang lain yang berkaitan dengan subjective well-

being. Kekurangan dalam penelitian ini adalah peneliti keterbatasan jumlah guru

honorer di Kota Singkawang sehingga tidak dapat mengumpulkan subjek dalam

59
jumlah yang besar. Selain itu bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian serupa untuk mempertimbangkan lokasi agar memperoleh jumlah

subjek yang lebih besar.

60
Daftar Pustaka

Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik peran ganda perempuan menikah yang
bekerja ditinjau dari dukungan sosial keluarga dan penyesuaian diri.
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

Arianti. (2019). Dampak perceraian orang tua terhadap pendidikan anak di desa
Gale-gale kecamatan Seram utara barat kabupaten Maluku tengah. IAIN
Ambon.

Azwar, S. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boniwell, I. (2012). Positive psychology in a nutshell: The science of happiness: The


science of happiness. New York: McGraw-Hill Education.

Boren, J. P. (2014). The relationships between co-rumination, social support, stress,


and burnout among working adults. Management Communication
Quarterly, 28(1), 3-25.

Brannan, D., Biswar-Diener, R., Mohr, C. D., Mortazavi, S., & Stein, N. (2016).
Friends and family: A cross-cultural investigation of social support and
subjective well-being among college students. The Journal of Positive
Psychology, 8(1), 65–75.

Bukhari, R., & Khanam, S. J. (2015). Happiness and life satisfaction among
depressed and non depressed university student. Journal of Clinical
Psychology, 14(2), 49–59.

Cahyanti, R. O. (2020). Hubungan self control dan dukungan sosial dengan


prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Universitas 17 Agustus
Surabaya.

Compton, W. C. (2005). Introduction to positive psychology. USA: Thomson


Learning.

Data Pokok Pendidikan & Data Kemendikbud 2021


https://referensi.data.kemdikbud.go.id/dashboardgtk/ptk_dash2.php?id=20
(di akses pada 19 Maret 2021).

61
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005,
Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun


2008 tentang Guru

Diener, E. (2009). Subjective well-being. The Science of Well-Being, 11–58.

Diener, E. (2015). Guidelines for national indicators of subjective well-being and ill-
being. Sinet: University Of Illines.

Diener, E. (2016). Subjective well being: the science of happiness and proposal for a
national index. American Psychologist, 55(1), 33–43.

Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction with
life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1).

Diener, E. L., Richard, E., & Oishi, S. (2005). Subjective well being: The science of
happiness and life satisfaction. Handbook of Positive Psychology.

Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2015). Very happy people. American


Psychological Society, 13(1), 81–84.

Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D. W., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2010). ew well-being measures: Short scales to assess flourishing
and positive and negative feelings. Social Indicators Research, 97(2), 143–
156.

Diener, Ed., & Ryan, K. (2009). Subjective well being: A general overview. South
African Journal of Psychology, 39(4), 391–406.

Dwiyanti, N., & Ediati, A. (2020). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan
motivasi belajar siswa SMA N 1 Batangan Kabupaten Pati. Jurnal
Empati, 7(2), 647-653.

Eddington, R., & Shuman, R. (2008). Kesejahteraan subjektif (happiness). California:


Continuing Psychology Educatin Inc.

Gurung, R. A., Taylor, S. E., & Seeman, T. E. (2003). Accounting for changes in
social support among married older adults: Insights from the MacArthur
Studies of Successful Aging. Psychology and Aging, 18(3).

62
Hadi, S. (2015). Statistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadi, S. (2016). Statistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isnawati, D., & Suhariadi, F. (2013). Hubungan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri masa persiapan pensiun pada karyawan PT pupuk Kaltim.
Jurnal Psikologi Industri Dan Organisasi, 2(1), 1–6.

Issom, F. L., & Makbulah, R. (2017). Pengaruh stres situasi kerja terhadap
psychological well-being pada guru honorer madrasah ibtidayah di kota
Tangerang. Perspektif Ilmu Pendidikan, 31(1), 61–67.

Istiarini, R., & Sukanti, S. (2012). Pengaruh sertifikasi guru dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru SMA negeri 1 Sentolo kabupaten Kulon Progo tahun
2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(1).

Jamaruddin, J., & Sudirman, S. (2022). Dimensi pengukuran kualitas hidup di


beberapa negara. Jurnal Pallangga Praja (JPP), 4(1 April), 51-63.

Kristo, Ridho,Y. 2019. Hubungan antara dukungan sosial dan subjective well-being
pada guru honorer di kabupaten gunung kidul. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma

Kumalasari, F., & Ahyani, L. N. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1), 21–31.

Kunandar. (2010). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan


profesi guru. Jakarta: Rajawali Press.

Marni, A., & Yuniawati, R. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dengan
penerimaan diri pada lansia di panti wredha budi dharma Yogyakarta.
EMPATHY, Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1), 1–7.

Mauna, M., & Kurnia, P. I. (2018). Pengaruh persepsi dukungan sosial terhadap
subjective well-being pada guru honorer sekolah dasar negeri di Jakarta utara.
JPPP-Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, 7(2), 76–80.

Nabulsi, K. (2015). No maps, no manuals: Retrieving radical republicanism, restoring


popular sovereignty. Juncture, 22(2), 147–152.

63
Permana, A. Y. (2006). profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan dalam
mempersiapkan lulusan yang profesional: Sudah siapkah. In Seminar
Nasional PTK.

Pramono, A., & Suddin, A. (2011). Pengaruh kecerdasan emosional dan komitmen
organisasi terhadap kinerja guru dengan motivasi kerja sebagai variabel
moderating. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia, 5(1), 54–64.

Purnama, A. (2009). Kepuasan hidup dan dukungan sosial lanjut usia. Yogyakarta:
B2P3KS PRESS.

Purwanto, A., Asbari, M., Fahlevi, M., Mufid, A., Agistiawati, E., Cahyono, Y., &
Suryani, P. (2020). impact of work from home (wfh) on indonesian teachers
performance during the covid-19 pandemic: An exploratory study.
International Journal of Advanced Science and Technology, 29(5), 6235–
6244.

Rahmanillah, C., Pratiwi, E. Y., & Sari, F. H. (2018). Pengaruh social support dan
self-esteem terhadap subjective well-being remaja korban bullying di pondok
pesantren. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 10(3), 269–276.

Rohmad, & Prastiti, W. D. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dengan


kesejahteraan subjektif pada mahasiswa fakultas psikologi universitas
muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rohman, M. (2016). problematika guru dan dosen dalam sistem pendidikan di


Indonesia. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 14(1).

Romdin, R. R. (2020). Kesejahteraan subjektif guru honorer sekolah dasar negeri di


gugus 02 kecamatan tiga raksa. UIN Syarif Hidayatullah.

Sabiq, Z., & Miftahuddin. (2017). Pengaruh optimisme, dukungan sosial, dan faktor
demografis terhadap kesejahteraan subjektif pada perawat. Jurnal JP31, 6(2).

Samputri, S. K., & Sakti, H. (2015). Dukungan sosial dan subjective well-being pada
tenaga kerja wanita PT. Arni family unggaran. Jurnal Empati, 4(4), 208–216.

Sanderson, C.A. (2004). Health psychology. Wiley.Com

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2016). Health psychology: Biopsychosocial


interactions. New Jersey: John Wiley & Sons.

64
Sarafino, Edward P, & Smith, T. W. (2011). Health psychology biopsychosocial
interactions. New York: John Willey & Sonc Inc.

Sarason, B. R., Sarason, G. I., & Piece, G. R. (2008). Social support: An Interactional
View. Washington DC: John Wiley & Sons.

Sarason, I. G., Henry, M. L., Robert, B. B., & Barbara, R. S. (2014). Assesing social
support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social
Psychology, 44, 127–139.

Sarason, I. G., Sarason, B. R., Shearin, E. N., & Pierce, G. R. (1987). A brief measure
of social support: practical and theoretical implications. Journal of Social and
Personal Relationships, 4(4), 497–510.

Schimmack. (2008). The structure of subjective well-being. Journal of the Science of


Subjective Well-Being, 228, 97–123.

Shogren, K. A., Wehmeyer, M. L., Buchanan, C. L., & Lopez, S. J. (2006). The
application of positive psychology and self-determination to research in
intellectual disability: A content analysis of 30 years of literature. Research
and Practice for Persons with Severe Disabilities, 31(4), 338–345.

Siagian, P. (2001). Organisasi dan Prilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Siregar, I. N. P., Selvy, Gurning, H. R., & Angga, E. (2019). Pengaruh rekrutmen dan
komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Budi raya perkasa.
Jurnal Manajemen, 5(1), 71–80.

Siregar, S. (2014). Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan


perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Kencana.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Syukur, A. (2015). Pilihan rasional guru honorer (studi pada guru honorer sekolah
dasar negeri di kota Jogjakarta wilayah utara). Universitas Gadjah Mada.

Taylor. (2015). Health psychology. New York: McGraw- Hill Companies, Inc.

65
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Wangi, E. N., & Annisaa, F. R. (2015). Subjective well-being pada guru honorer di
smp terbuka 27 Bandung. Seminar Psikologi & Kemanusiaan, 978–979.

Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and validation of
brief measures of positive and negative affect: the SPANE scales. Journal
of personality and social psychology, 54(6), 1063.

Wulan, Syarifah (November 2020). Pemkot Singkawang tambah gaji guru honorer.
Tribun Pontianak. Diakses dari https://TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Yurni. (2015). Perasaan kesepian dan self-esteem pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 15(4), 123–128.

Zubaidah, Neneng (Desember 2019). Survei jeblok, sistem pendidikan Indonesia


butuhkan terobsan. Sindo News. Diakses dari
https://edukasi.sindonews.com/berita/1465474/144/survei-jeblok-sistem-
pendidikan-indonesia-butuhkan-terobosan/20

66
LAMPIRAN

67
68
Lampiran 1

Skala Uji Coba

69
Skala Psikologi

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam Sejahtera

Perkenalkan saya Ruth Amanda Siahaya mahasiswi Psikologi Universitas Mercu

Buana Yogyakarta. Saat ini sedang melakukan pra penelitian untuk memenuhi tugas

akhir/ skripsi. Saya meminta kesediaan saudara/i untuk mengisi skala saya, semua

hasil jawaban dan identitas yang saudara/i berikan dijamin kerahasiannya serta hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Adapun kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Guru Honorer (SD, SMP, SMA)

2. Sudah bekerja minimal 6 bulan

Atas kesediaan saudara/i dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.

Sebelumnya, silahkan mengisi identitas Anda terlebih dahulu:

IDENTITAS RESPONDEN

Nama (boleh inisial) :

Usia :

Sekolah (SD, SMP atau SMA) :

70
PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat sejumlah penyataan yang menggambarkan keadaan Anda

saat ini. Baca dan pahami setiap pernyataan dengan teliti dan pilihlah salah satu

jawaban yang tersedia dengan cara memberikan tanda centang ( ) pada kolom yang

telah disediakan di sebelah kanan pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan

Anda saat ini. Adapun pilihan jawaban yang telah tersedia, dengan sebagai berikut:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak sesuai

Berilah tanggapan pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan

anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam memberikan jawaban pada

setiap pernyataan. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan. Oleh karena itu,

setelah selesai telitilah kembali jawaban anda sehingga tidak ada pernyataan yang

terlewatkan.

Berikut contoh pengisian jawaban:

71
No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyukai pekerjaan saya

Skala 1 Subjective well-being

No. Pertanyaan S SS TS ST

1. Saya menyukai pekerjaan saya

2. Pekerjaan yang saya jalani

membuat saya lelah

3. Saya tidak merasa nyaman ketika

berada dirumah

4. Bertemu dengan murid-murid

membuat saya nyaman

5. Saya sangat bersemangat dalam

menyampaikan materi

6. Saya mempunyai antusias yang

besar ketika mengajar

7. Saya merasa gelisah ketika

bertemu dengan anak didik saya di

72
sekolah

8. Saya merasa gugup ketika

menyampaikan materi kepada

murid-murid didikan saya

9. Saya percaya diri dengan

pengalaman mengajar yang saya

dapati selama kuliah

10. Saya merasa tegang setiap

mengajar

11. Saya jarang mengalami kesulitan

dalam menjalani pekerjaan

12. Saya puas dengan pekerjaan saya

13. Saya menikmati pekerjaan saya

sebagai guru

14. Saya tidak merasa terbebani

dengan profesi saya saat ini

15. Saya bangga dengan profesi saya

saat ini

73
16. Hidup saya sesuai dengan apa

yang saya inginkan

17. Saya merasa tertekan dengan

beban kerja yang saya jalani

18. Terkadang saya merasa ragu

dengan profesi saya sebagai

seorang guru

19. Saya merasa hidup orang lain

lebih baik dari pada hidup saya

20. Saya akan menangis bila

kelelahan bekerja

21. Saya kecewa dengan keputusan

yang telah saya ambil

22. Saya merasa terbebani dengan

tanggungjawab saya sebagai guru

23. Saya mudah lelah ketika

menjalankan tugas saya sebagai

guru

74
24. Terkadang saya berpikir untuk

berhenti menjadi guru

Skala II Dukungan Sosial dari Keluarga

No. Pertanyaan S SS TS ST

1. Keluarga saya peduli terhadap

saya

2. Keluarga saya bangga dengan

profesi saya

3. Saya tidak merasa nyaman ketika

berada dirumah

4. Keluarga saya menghargai setiap

usaha yang saya lakukan

5. Keluarga saya membantu saya

ketika saya kesulitan

6. Saya mempunyai teman yang setia

75
mendengarkan cerita saya di

rumah

7. Keluarga saya tidak mengetahui

keadaan saya

8. Keluarga saya bersedia membantu

saya ketika saya sakit

9. Keluarga saya peduli ketika saya

kelelahan

10. Keluarga saya acuh ketika saya

ingin bercerita

11. Keluarga saya sibuk dengan

urusan pribadi saja

12. Perhatian dari keluarga


menyenangkan bagi saya

13. Keluarga saya tidak peduli

terhadap saya

76
14. Saran yang diberikan oleh

keluarga saya sangat membantu

15. Saya tidak pernah merasa

kesulitan dalam hal finansial

16. Saya jarang mendapatkan saran

dari keluarga saya

17. Keluarga saya acuh ketika saya

kesulitan dalam finansial

18. Orang tua saya tidak peduli

terhadap pekerjaan saya

19. Keluarga saya tidak mengetahui

kemampuan saya

20. Istirahat saya selama di rumah

cukup

21. Terkadang keluarga saya

memberikan nasihat kepada saya

77
22. Saya tidak mendapat dukungan

materi dari keluarga

23. Keluarga saya merespon saya

dengan baik

24. Keluarga saya lebih cenderung

sibuk dengan urusan masing-

masing

78
Lampiran 2
Data Uji Coba Subjective well-being dan Dukungan Sosial

79
Tabulasi Data Skala Try Out Subjective well-being
X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
No. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 66
2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 63
3 4 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 67
4 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58
5 3 2 3 3 1 3 3 1 1 1 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 70
6 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 78
7 4 3 3 4 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 1 64
8 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54
9 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 65
10 4 3 3 3 2 4 4 1 1 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 74
11 4 2 3 4 1 4 1 3 2 3 2 4 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 3 3 64
12 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 57
13 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 55
14 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 59
15 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 61
16 4 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55
17 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 65
18 4 1 1 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
19 4 3 2 3 2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 66
20 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 60

80
21 3 2 3 4 1 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 56
22 4 2 3 3 2 3 4 1 1 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 73
23 3 2 2 4 2 3 4 1 2 1 3 3 3 4 3 1 3 1 1 1 2 2 2 2 55
24 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 65
25 3 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 62
26 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 72
27 4 4 4 4 1 4 4 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81
28 3 2 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 60
29 3 2 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 61
30 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 61
31 4 2 3 3 2 4 3 4 3 3 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 60
32 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 71
33 3 3 1 4 1 3 4 2 1 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 72
34 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 56
35 3 3 3 4 2 3 1 3 1 2 3 4 3 3 4 2 3 1 3 1 3 4 2 4 65
36 4 4 1 4 2 3 3 2 2 1 4 3 4 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 3 69
37 4 4 1 4 2 3 3 2 2 1 4 3 4 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 3 69
38 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 64
39 3 2 3 3 1 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 66
40 4 3 4 4 1 4 4 2 1 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 74

81
Tabulasi Data Skala Try Out Dukungan Sosial

X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
No 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 48
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72

82
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96

83
Hasil try out Subjective well-being

84
85
86
Hasil try out Dukungan Sosial

87
88
89
Lampiran 3

Skala Penelitian

Skala Psikologi

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam Sejahtera

Perkenalkan saya Ruth Amanda Siahaya mahasiswi Psikologi Universitas Mercu

Buana Yogyakarta. Saat ini sedang melakukan pra penelitian untuk memenuhi tugas

akhir/ skripsi. Saya meminta kesediaan saudara/i untuk mengisi skala saya, semua

hasil jawaban dan identitas yang saudara/i berikan dijamin kerahasiannya serta hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Adapun kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Guru Honorer di Kota Singkawang (SD, SMP, SMA)

2. Sudah bekerja minimal 6 bulan

Atas kesediaan saudara/i dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.

Sebelumnya, silahkan mengisi identitas Anda terlebih dahulu:

IDENTITAS RESPONDEN

Nama (boleh inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

90
Sekolah (SD, SMP atau SMA) :

Masa Kerja :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat sejumlah penyataan yang menggambarkan keadaan Anda

saat ini. Baca dan pahami setiap pernyataan dengan teliti dan pilihlah salah satu

jawaban yang tersedia dengan cara memberikan tanda centang ( ) pada kolom yang

telah disediakan di sebelah kanan pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan

Anda saat ini. Adapun pilihan jawaban yang telah tersedia, dengan sebagai berikut:

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak sesuai

Berilah tanggapan pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan

anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam memberikan jawaban pada

setiap pernyataan. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan. Oleh karena itu,

setelah selesai telitilah kembali jawaban anda sehingga tidak ada pernyataan yang

terlewatkan.

Berikut contoh pengisian jawaban:

91
No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyukai pekerjaan saya

Skala Subjective well-being

No. Pertanyaan S SS TS ST

1. Saya mempunyai antusias yang

besar ketika mengajar

2. Saya merasa gelisah ketika

bertemu dengan anak didik saya di

sekolah

3. Saya puas dengan pekerjaan saya

4. Saya tidak merasa terbebani

dengan profesi saya saat ini

5. Saya merasa tertekan dengan

beban kerja yang saya jalani

6. Saya menyukai pekerjaan saya

7. Pekerjaan yang saya jalani

92
membuat saya lelah

8. Saya menikmati pekerjaan saya

sebagai guru

9. Terkadang saya merasa ragu

dengan profesi saya sebagai

seorang guru

10. Saya akan menangis bila

kelelahan bekerja

11. Saya bangga dengan profesi saya

saat ini

12. Saya merasa hidup orang lain

lebih baik dari pada hidup saya

13. Saya kecewa dengan keputusan

yang telah saya ambil

14. Hidup saya sesuai dengan apa

yang saya inginkan

15. Saya bangga dengan profesi saya

saat ini

93
16. Saya merasa terbebani dengan

tanggungjawab saya sebagai guru

17. Saya mudah lelah ketika

menjalankan tugas saya sebagai

guru

Skala Dukungan Sosial dari Keluarga

No. Pertanyaan S SS TS ST

1. Saya mempunyai teman yang setia

mendengarkan cerita saya di

rumah

2. Keluarga saya membantu saya

ketika saya kesulitan

3. Saya tidak merasa nyaman ketika

berada dirumah

4. Keluarga saya bangga dengan

profesi saya

94
5. Keluarga saya peduli ketika saya

kelelahan

6. Perhatian dari keluarga

menyenangkan bagi saya

7. Keluarga saya acuh ketika saya

ingin bercerita

8. Saya tidak pernah merasa

kesulitan dalam hal finansial

9. Keluarga saya bersedia membantu

saya ketika saya sakit

10. Saran yang diberikan oleh

keluarga saya sangat membantu

11. Keluarga saya tidak mengetahui

keadaan saya

12. Keluarga saya sibuk dengan

urusan pribadi saja

95
13. Keluarga saya menghargai setiap

usaha yang saya lakukan

14. Keluarga saya tidak peduli

terhadap saya

15. Istirahat saya selama di rumah

cukup

16. Saya tidak merasa nyaman ketika

berada dirumah

17. Saya tidak mendapat dukungan

materi dari keluarga

18. Keluarga saya lebih cenderung

sibuk dengan urusan masing-

masing

19. Keluarga saya tidak mengetahui

kemampuan saya

20. Saya jarang mendapatkan saran

96
dari keluarga saya

21. Keluarga saya merespon saya

dengan baik

22. Keluarga saya acuh ketika saya

kesulitan dalam finansial

23. Terkadang keluarga saya

memberikan nasihat kepada saya

24. Orang tua saya tidak peduli

terhadap pekerjaan saya

97
Lampiran 4

Data Penelitian Subjective well-being dan


Dukungan Sosial dari Keluarga

98
Tabulasi Data skala Subjective well-being

X X X X X X X X X X X X X X X X X
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah
1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 44
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 49
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 47
4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 54
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50
7 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52
8 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 3 57
9 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 48
10 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 1 3 3 4 3 3 57
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 51
12 3 3 4 4 3 4 4 4 2 1 3 2 3 2 3 2 1 48
13 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 52
14 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 51
15 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 59
16 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 2 50
17 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 59
18 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 55
19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 49
20 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 54
21 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 2 3 4 3 51
22 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 40
23 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 40

99
24 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 41
25 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 40
26 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 41
27 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 41
28 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 46
29 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 42
30 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 43
31 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 40
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50
33 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 48
34 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 51
35 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 39
36 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 58
37 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 60
38 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 1 3 2 47
39 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 44
40 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 44
41 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 59
42 4 1 4 3 1 4 2 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 45
43 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 2 3 2 3 2 42
44 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 37
45 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 41
46 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 45
47 3 2 3 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39
48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50
49 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65

100
50 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 51
51 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 40
52 3 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 38
53 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 59
54 3 4 3 4 3 3 2 3 1 1 3 1 2 1 2 2 2 40
55 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 47
56 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 43
57 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 54
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68
59 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 42
60 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 41
61 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 45
62 4 3 4 4 1 4 2 4 1 1 4 1 1 4 1 1 1 41
63 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 53
64 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 58
65 2 2 3 3 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 41
66 3 1 4 3 3 3 3 3 3 1 4 3 3 2 4 4 2 49
67 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 3 2 53
68 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 3 2 53
69 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 47
70 4 2 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 46
71 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 3 3 54

101
Tabulasi Data Penelitian Skala Dukungan Sosial dari Keluarga

X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
N0. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 Jumlah
1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 61
2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 67
3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 1 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 77
4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 3 4 1 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 74
5 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
6 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69
7 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
8 3 3 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 74
9 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 72
10 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 75
11 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73
12 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 64
13 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 72
14 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 71
15 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 78
16 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70
17 4 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 1 74
18 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 74
19 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 68
20 3 4 1 3 4 4 4 2 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 76
21 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 72
22 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 64
23 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 59

102
24 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 65
25 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 66
26 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
27 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 62
28 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 61
29 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 56
30 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 67
31 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 66
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
34 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 67
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
36 4 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85
37 3 3 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 74
38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
40 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
41 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 73
42 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
44 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 49
48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
49 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83
50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72

103
52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
53 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 67
54 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 66
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
58 3 3 2 2 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 70
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
62 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
64 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
65 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 85
66 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 61
67 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 61
68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 96
69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 73
70 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 73
71 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 61

104
Lampiran 5

Uji Normalitas dan Linieritas

105
Hasil Analisis Data Subjective well-being dan Dukungan Sosial

Uji Prasyarat dan Uji Normalitas


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
X 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%
Y 71 100.0% 0 0.0% 71 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
X Mean 48.28 .827
95% Confidence Interval Lower
46.63
for Mean Bound
Upper
49.93
Bound
5% Trimmed Mean 48.00
Median 48.00
Variance 48.520
Std. Deviation 6.966
Minimum 37
Maximum 68
Range 31
Interquartile Range 11
Skewness .521 .285
Kurtosis -.246 .563
Y Mean 70.41 .996
95% Confidence Interval Lower
68.42
for Mean Bound

106
Upper
72.40
Bound
5% Trimmed Mean 69.91
Median 72.00
Variance 70.445
Std. Deviation 8.393
Minimum 49
Maximum 96
Range 47
Interquartile Range 7
Skewness .847 .285
Kurtosis 2.479 .563

Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti Statisti
c df Sig. c df Sig.
X .098 71 .087 .957 71 .017
Y .194 71 .000 .891 71 .000
a. Lilliefors Significance Correction

A. Subjective well-being

107
108
B. Dukungan Sosial dari Keluarga

109
Uji Linieritas

Case Processing Summary


Cases
Included Excluded Total
Percen Percen Percen
N t N t N t

110
X* 100.0 100.0
71 0 0.0% 71
Y % %

ANOVA Table
Mean
Sum of Squares Df Square F Sig.
X* Betwee (Combined) 1955.086 23 85.004 2.772 .002
Y n Linearity 12.95
397.377 1 397.377 .001
Groups 8
Deviation
1557.709 22 70.805 2.309 .008
from Linearity
Within Groups 1441.280 47 30.666
Total 3396.366 70

Measures of Association
R Eta
R Squared Eta Squared
X
.34
* .117 .759 .576
2
Y

111
Lampiran 6
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis

Correlations
X Y
X Pearson
1 .342**
Correlation
Sig. (1-tailed) .004
N 71 71
Y Pearson
.342** 1
Correlation
Sig. (1-tailed) .004
N 71 71
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).

112
Lampiran 7

Surat Izin Penelitian dan Bukti Penyebaran

113
Surat Izin Pra Penelitian

114
Penyebaran melalui Instagram Story dan Whatsapp Story

Penyebaran melalui teman/kerabat

115
116
Surat Izin Penelitian

117
118
Bukti Penyebaran

119

Anda mungkin juga menyukai