Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 5

Diskusikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini


1. Jelaskan bagaimana keterkaitan antara penduduk, pengangguran dan pertumbuhan
ekonomi? Jika pertumbuhan ekonomi tinggi, mengapa masih terjadi pengangguran
yang cukup tinggi?
2. Jelaskan pendekatan wanita dalam pembangunan? Dan bagaimana melihat dan
mengukur peran wanita dalam pembangunan di Indonesia ?
3. Jelaskan tentang fenomena "pembangunan bias kota" (urban bias - Lipton) dan
keterkaitannya dengan migrasi serta lengkapi argumentasi sdr dengan menggunakan
formulasi teori migrasi Harris-Todaro?
Jawab:
1. Keterkaitan antara penduduk, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi adalah
kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, sosial, dan demografi.
Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena
penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan
pengangguran tidak memberikan kontribusi. Dengan pertumbuhan ekonomi (yang
berkualitas) diharapkan mampu menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan.
Bentuk masalah kependudukan yang dialami NSB adalah pertumbuhan penduduk tinggi,
pola penyebaran penduduk, dan mobilitas tenaga kerja yang kurang seimbang. Masalah
kependudukan yang sering kali dialami oleh NSB adalah pertumbuhan jumlah penduduk
yang sangat tinggi di NSB.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan cepatnya laju pertambahan
jumlah angkatan kerja, sedangkan kemampuan NSB dalam menciptakan kesempatan
kerja baru sangatlah terbatas. Di sisi lain,pertumbuhan penduduk yang tinggi yang
disertai dengan kualitas sumberdaya manusia(SDM) yang rendah, dan sempitnya
kesempatan kerja merupakan akar permasalahan terjadinya pengangguran yang cukup
tinggi.
Mengapa masih terjadi pengangguran yang cukup tinggi dalam pertumbuhan ekonomi
yang tinggi? Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi:
A. Tidak Sesuai Keterampilan: Pengangguran struktural dapat terjadi jika penduduk tidak
memiliki keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia. Dalam
pertumbuhan ekonomi yang cepat, permintaan pasar tenaga kerja mungkin berubah
dengan cepat, dan orang-orang dengan keterampilan yang tidak sesuai mungkin
kesulitan menemukan pekerjaan.
B. Pertumbuhan Sektor Tertentu: Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mungkin terjadi
terutama di sektor-sektor tertentu, sementara sektor lainnya mengalami stagnasi atau
penurunan. Ini dapat menghasilkan pengangguran sektor-spesifik, di mana pekerja yang
kehilangan pekerjaan di sektor tertentu kesulitan beralih ke sektor lain.
C. Ketidakcocokan Geografis: Terkadang, lapangan kerja yang tersedia mungkin tidak
berada di lokasi yang sesuai dengan penduduk yang mencari pekerjaan. Ini dapat
menghasilkan pengangguran geografis, di mana penduduk yang menganggur tidak dapat
dengan mudah pindah ke daerah di mana pekerjaan tersedia.
D. Pertumbuhan Penduduk yang Cepat: Jika pertumbuhan penduduk melebihi
pertumbuhan ekonomi, maka meskipun pertumbuhan ekonomi positif, tingkat
pengangguran bisa tetap tinggi karena peningkatan jumlah pencari kerja.
Dalam banyak kasus, mengatasi pengangguran dalam pertumbuhan ekonomi yang tinggi
memerlukan upaya dari pemerintah, sektor swasta, dan individu untuk memastikan
bahwa penduduk memiliki keterampilan yang sesuai, dan lapangan kerja tersedia di
berbagai sektor dan wilayah. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung
pelatihan, mobilitas tenaga kerja, dan penciptaan lapangan kerja.
2. Pendekatan wanita dalam pembangunan adalah pendekatan pembangunan yang
ditunjuk secara kusus untuk wanita(target spesifik pada wanita). Pendekatan wanita
dalam pembangunan memfokuskan pada bagaimana cara mengintegrasikan wanita
dalam berbagai bidang kehidupan, tanpa banyak mempersoalkan sumber yang
menyebabkan posisi wanita terhadap pria dalam lingkungan masyarakat.Tujuan yang
ingin di capai adalah untuk meningkatakan kemampuan wanita agar turut serta dalam
proses pembangunan secara serasi dan selaras sehingga memungkinakan wanita
mengejar ketertinggalannya dari pria.
bagaimana melihat dan mengukur peran wanita dalam pembangunan di Indonesia ?
Peran wanita pada umumnya diukur dengan sejumlah indikator berbasis gender yang
dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP),seperti Indeks
Pembangunan Terkait Gender(GDI),Indeks pemberdayaan perempuan(GEM),Dan Indeks
ketimpangan Gender(GII).

3. Fenomena pembangunan bias kota" atau "urban bias" adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan kecenderungan di banyak negara berkembang di mana investasi,
sumber daya, dan pengembangan lebih difokuskan pada kota-kota besar daripada
daerah pedesaan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom bernama
Michael Lipton pada tahun 1977. Urban bias menciptakan ketidakseimbangan ekonomi
dan sosial antara kota dan pedesaan, dengan konsekuensi beragam yang memengaruhi
migrasi.
Urban bias dapat berdampak pada migrasi dengan cara berikut:
I. Pertumbuhan Ekonomi Tidak Merata: Urban bias cenderung memacu pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat di kota-kota besar dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Hal ini menciptakan ketidakseimbangan dalam peluang kerja dan ketersediaan sumber
daya di berbagai wilayah, mendorong orang untuk bermigrasi ke kota demi mencari
pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.
II. Tingkat Upah dan Tarif Ketenagakerjaan: Teori migrasi Harris-Todaro menekankan
bahwa orang akan cenderung bermigrasi jika ada perbedaan upah yang signifikan antara
daerah asal dan daerah tujuan. Urban bias menciptakan perbedaan upah yang signifikan
antara kota dan pedesaan, karena biasanya upah lebih tinggi di kota, terutama di sektor-
sektor formal. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong migrasi dari pedesaan
ke kota.
III. Tidak Ada Alternatif yang Layak di Pedesaan: Keterbatasan investasi dan akses terbatas
terhadap layanan publik dan infrastruktur di pedesaan bisa membuat kehidupan di
pedesaan kurang menarik. Ini mengarah pada migrasi ke kota sebagai alternatif yang
lebih menjanjikan.
IV. Konsekuensi Migrasi: Migrasi ke kota bisa menjadi sebuah tantangan, karena kota
sering kali tidak dapat menyerap pertumbuhan penduduk dengan cepat dan efisien. Hal
ini dapat menciptakan masalah seperti ketidakpastian pekerjaan, kemiskinan perkotaan,
dan ketidaksetaraan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
Teori migrasi Harris-Todaro juga relevan dalam konteks urban bias, karena mereka
menekankan peran perbedaan upah dan peluang kerja dalam mendorong migrasi.
Konsep ini menggambarkan bagaimana ketidakseimbangan ekonomi antara kota dan
pedesaan dapat menjadi faktor pendorong migrasi penduduk dari pedesaan ke kota.
Dengan demikian, urban bias dan teori migrasi Harris-Todaro saling terkait, karena
urban bias menciptakan perbedaan peluang ekonomi antara kota dan pedesaan, yang
pada gilirannya mendorong migrasi penduduk. Migrasi ini dapat membawa manfaat
bagi individu yang mencari peluang pekerjaan yang lebih baik, tetapi juga dapat
menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang perlu dikelola dengan bijak.
SUMBER: BMP ESPA 4324/EKONOMI PEMBANGUNAN LANJUTAN/LINCOLIN ARSYAD/
MODUL 5 ; MATERI INISIASI 5
https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/
apbn_Pertumbuhan_Ekonomi_dan_Pengangguran20130611103432.pdf

Anda mungkin juga menyukai