Anda di halaman 1dari 9

DISKUSI 2

1. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan pemecahannya tidak mudah. Jelaskan


indikator-indikator yang dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan dan lengkapi
argumentasi sdr dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) data penduduk miskin
menurut propinsi dan daerah dimana sdr tinggal.
2. Jelaskan faktor-faktor eksternal yang menciptakan dan melanggengkan kemiskinan di
perdesaan?
3. Jelaskan strategi dan langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam upaya
penanggulangan kemiskinan di perdesaan?

Jawab:

1. Mohon ijin menanggapi diskusi..,

Indikator kemiskinan adalah alat atau parameter yang digunakan untuk mengukur dan
memahami tingkat kemiskinan dalam suatu populasi atau wilayah tertentu. Untuk mengukur
kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Beberapa indikator kemiskinan yang umum digunakan meliputi:

Garis Kemiskinan (GK)


Garis kemiskinan adalah nilai ambang batas yang digunakan untuk memisahkan antara individu
atau rumah tangga yang dianggap miskin dan yang tidak miskin. Garis kemiskinan sering kali
berdasarkan pada jumlah pendapatan yang dianggap minimal untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Jika pendapatan seseorang
atau rumah tangga di bawah garis kemiskinan, mereka dianggap miskin.
Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) merupakan nilai pengeluaran minimum untuk
kebutuhan non-makanan berupa perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket
komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47
jenis komoditi di perdesaan.
Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM

GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
Teknik penghitungan GKM

 Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference population) yaitu


20% penduduk yang berada di atas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok
referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasarkan
GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk
referensi ini, kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Non-Makanan (GKNM).
 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi
dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi, yang kemudian disetarakan
dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya
Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan
dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari 52 komoditi tersebut. Formula
dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah :

Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100
terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :

 Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan


minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non-makanan
mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan
perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993, komoditi non-
makanan terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12 komoditi di perdesaan. Kemudian
sejak tahun 1998, terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25
sub kelompok (47 jenis komoditi) di perdesaan. Nilai kebutuhan minimum per
komoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio
pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran
komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas Modul Konsumsi. Rasio
tersebut dihitung berdasarkan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD)
2004, yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga
per komoditi non-makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas Modul Konsumsi.
Nilai kebutuhan minimum non-makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai
berikut :

Persentase Penduduk Miskin


Head Count Index (HCI-P0) adalah persentase penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan (GK). Persentase penduduk miskin mengukur proporsi dari total populasi suatu
negara atau wilayah yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ini adalah metode umum untuk
mengukur tingkat kemiskinan dalam suatu masyarakat. Semakin tinggi persentase ini, semakin
besar masalah kemiskinan dalam populasi tersebut.

Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.

Indeks Kedalaman Kemiskinan


Indeks kedalaman kemiskinan mengukur sejauh mana pendapatan penduduk miskin berada di
bawah garis kemiskinan. Ini memberikan gambaran tentang seberapa jauh rata-rata
pendapatan penduduk miskin di bawah garis kemiskinan. Semakin rendah indeks kedalaman
kemiskinan, semakin dangkal kemiskinan dalam masyarakat.
Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.

5. Indeks Keparahan Kemiskinan


Indeks keparahan kemiskinan adalah indikator yang mengukur tingkat ketidaksetaraan dalam
distribusi pendapatan di antara penduduk miskin. Ini mengukur sejauh mana pendapatan
penduduk miskin bervariasi di bawah garis kemiskinan. Semakin tinggi indeks keparahan
kemiskinan, semakin tinggi tingkat ketidaksetaraan di antara penduduk miskin.
Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara
lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).


2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

Berikut ini adalah data Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk miskin menurut propinsi
dan daerah dimana saya tinggal yaitu di kota Tarakan, Kalimantan Utara:

Secara rinci, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2023 sebanyak
47,97 ribu (6,45 persen). Pada Maret 2021 penduduk miskin berjumlah 52,86 ribu.
Sedangkan tahun lalu penduduk miskin berjumlah 49,46 ribu.

Angka ini juga mengalami penurunan selama enam bulan terakhir. Di mana pada bulan
September 2022 penduduk miskin berjumlah 50,58 ribu (6,86 persen). Jumlah penduduk
miskin berkurang 2,6 ribu jiwa atau turun 0,41 persen.

Tidak hanya itu, selama periode September 2022 – Maret 2023, penduduk miskin di
daerah perkotaan menurun sebanyak 1,6 ribu jiwa dari 26,38 ribu orang pada
September 2022 menjadi 24,75 ribu orang. Sedangkan pada Maret 2023 atau secara
persentase turun sebesar 0,40 persen dari 5,58 persen menjadi 5,18 persen.

Penduduk Miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 1,0 ribu jiwa
dari 24,20 ribu orang pada September 2022 menjadi 23,22 ribu orang. Kemudian pada
Maret 2023 atau secara persentase turun 0,41 persen dari 9,15 persen menjadi 8,74
persen.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan lebih sedikit dibanding di daerah


perkotaan. Meskipun begitu, persentase penduduk miskin yang berada di daerah
perdesaan pada bulan Maret 2023 sebesar 8,74 persen, sedangkan di daerah perkotaan
sebesar 5,18 persen.
Pola ini sama dengan kondisi September 2022 persentase penduduk miskin di perkotaan
5,58 persen sedangkan di perdesaan lebih tinggi 9,15 persen.

Gubernur mengungkapkan, pemerintah terus berupaya menekan angka kemiskinan


melalui berbagai langkah. Yaitu, menyediakan akses pendidikan yang berkualitas bagi
semua anak adalah langkah penting untuk mengurangi kemiskinan,seperti menyediakan
beasiswa dan peningkatan kualitas sekolah di daerah terpencil dapat membantu anak-
anak dari keluarga miskin mendapatkan pendidikan yang layak dan meningkatkan
peluang mereka di masa depan.

Selanjutnya, adalah program pemberdayaan ekonomi dapat membantu orang miskin


meningkatkan pendapatan mereka dan keluar dari kemiskinan. Ini meliputi pelatihan
keterampilan, bantuan modal usaha, pembentukan koperasi, akses ke pasar dan
peluang kerja, serta dukungan untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM).

Gubernur telah menginstruksikan kepada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan


Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kaltara untuk memberikan pembekalan
keterampilan usaha kepada masyarakat.

Selain itu, peningkatan infrastruktur seperti jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, energi,
dan akses telekomunikasi dapat membuka aksesibilitas, mengurangi kesenjangan antara
wilayah perkotaan dan pedesaan, dan menciptakan peluang ekonomi.

Tidak hanya itu, sektor pertanian dalam meningkatkan akses petani dan teknologi
pertanian juga dapat membantu membantu mengurangi kemiskinan di daerah
pedesaan. “Program bantuan pertanian, pelatihan, pembiayaan, dan pengembangan
kelembagaan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan di
Kaltara.

Layanan dasar seperti pemenuhan akses kesehatan berkualitas adalah faktor penting
dalam menekan kemiskinan. Program-program peningkatan fasilitas kesehatan di
daerah terpencil dapat membantu masyarakat miskin mendapatkan akses perawatan
kesehatan yang diperlukan.

Selama September 2022 - Maret 2023, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 1,91 persen,
yaitu dari Rp. 802.566,- per kapita per bulan pada September 2022 menjadi Rp.
817.876,- per kapita per bulan pada Maret 2023. Pada periode September 2022-Maret
2023, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan, dari 0,603 pada keadaan
September 2022 menjadi 0,639 pada keadaaan Maret 2023. Hal serupa terjadi pada
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengalami kenaikan dari 0,098 menjadi 0,107.

2. Faktor-faktor eksternal yang menciptakan dan melanggengkan kemiskinan di daerah


pedesaan, sebagai berikut:
1. Ketidakstabilan politik dan gerakan perlawanan masyarakat.
2. Diskriminasi yang sistemik dalam hal gender, ras, etnis, agama atau kasta.
3. Ketidakjelasan hak milik dan ketidakadilan penegakan hukum terhadap
kepemilikan lahan pertanian dan bentuk sumber daya alam lainnya.
4. Tingginya konsentrasi kepemilikan lahan pertanian dan skenario sewa-menyewa
lahan yang tidak sempurna.
5. Politisi yang korup dan birokrasi pemerintah yang oportunis atau memiliki sifat
rent-seeking.
6. Kebijakan ekonomi yang mendiskriminasikan masyarakat pedesaan miskin dari
proses pembangunan, dan selanjutnya, memperparah dampak negatif dari
kemiskinan.
7. Besar dan cepat berkembangnya jumlah keluarga dengan rasio ketergantungan
yang tinggi.
8. Ketidaksempurnaan informasi karena konsentrasi kepemilikan lahan dan aset
lainnya serta akibat kebijakan pemerintah yang terdistorsi.
9. Guncangan eksternal yang terjadi karena karakteristik alamiah daerah pedesaan
(seperti: perubahan iklim) dan kondisi perekonomian internasional.

Adanya bias dalam kebijakan sosial-ekonomi juga berkontribusi terhadap kemiskinan


di daerah pedesaan. Bias kebijakan ini yang tidak memihak pada masyarakat miskin
pedesaan, antara lain:

A. Pembangunan infrastruktur dan penyediaan jaringan sosial yang cenderung


terkonsentrasi di daerah perkotaan.
B. Pajak langsung terhadap ekspor dan subsidi impor produk pertanian.
C. Subsidi terhadap usaha yang menerapkan teknologi yang bersifat capital-
intensive.
D. Orientasi pada produk pertanian untuk tujuan ekspor daripada produk pertanian
untuk pangan.
E. Kebijakan pemerintah (kepemilikan tanah, akses kredit dan penyediaan jasa
pertanian) yang lebih memihak pada pemilik tanah (landowners) dan pedagang
komersial.
3 Strategi dan langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam upaya
penanggulangan kemiskinan di perdesaan:

a) Pengumpulan informasi (information gathering). Masyarakat miskin pedesaan


bukan merupakan suatu kelompok yang homogen. Kelompok masyarakat
miskinini memiliki masalah yang bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu, upaya
yang berkelanjutan untuk memperoleh informasi mengenai masalah masyarakat
miskin pedesaan yang spesifik tersebut harus terus dilakukan sehingga
upayapenanganan kemiskinan yang diambil mampu merespons secara tepat
masalah kemiskinan yang mereka alami.
b) Kebijakan harus berfokus pada pembangunan aset yang dimiliki masyarakat
miskin (focus on building assets). Dalam hal ini, pemerintah harus menganalisis
jenis aset apakah yang paling diperlukan masyarakat miskin pedesaan untuk
meningkatkan pendapatan mereka. Aset ini bisa berupa tanah pertanian
atausumber daya lainnya, akses kredit, kesehatan, atau pendidikan.
c) Hak untuk mendapatkan tanah (the right to adequate land and water). Dalam
halini, diperlukan sebuah program reformasi pertanahan (land reform) termasuk
land titling, land redistribuțion, dan kontrak sewa yang adil antara petani dan
tuan tanah (land owners). Hal ini akan membuat pemilik dan penyewa tanah
dengan skala usaha kecil mampu menjadi produsen yang efisien dan mampu
meningkatkan standar hidupnya.
d) Pencapaian standar tingkat kesehatan dan tingkat melek huruf minimal (basic
health care and literacy). Upaya ini bertujuan untuk memperkuat modal insani
yang dimiliki oleh masyarakat miskin pedesaan sehingga mereka mampu
berkontribusi dalam perekonomian dan masyarakat.
e) Penyediaan infrastruktur.Masyarakat miskin tidak mampu memanfaatkan
sumberdaya yang dimilikinya, termasuk modal insani, jika kuantitas maupun
kualitas infrastruktur yang ada (infrastruktur irigasi, transportasi, dan
komunikasi) serta sarana pendukung lainnya (seperti jasa penelitian) tidak
mencukupi.
f) Keterlibatan institusi dan masyarakat lokal. Infrastruktur dan jasa yang terkait
dengan penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun pendukung aktivitas
ekonomi pedesaan dapat dibiayai dan dikelola secara baik jika prosesnya
melibatkan masyarakat lokal, khususnya dalam pengambilan keputusan terkait
rancangan, implementasi, serta monitoring pelaksanaan dan akuntabilitasnya.
g) Proyek pemerintah (Public works). Banyak masyarakat miskin pedesaan yang
menggantungkan dirinya pada upah buruh. Hal ini karena masyarakat miskin
pedesaan tidak memiliki aset lain selain kemampuan dan waktu untuk menjadi
buruh serta tanah dan hewan piaraan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu,
adanya program-program pembangunan yang dibiayai pemerintah
seperti:pembangunan jalan dan jembatan (public works) akan membantu
masyarakat miskin pedesaan yang miskin aset tersebut untuk menjaga kestabilan
tingkat konsumsi rumah tangga mereka dan menghindarkan mereka dari
kemiskinan temporal.
h) Program penyediaan pangan yang terdesentralisasi. Sebagian dari masyarakat
miskin pedesaan mengalami kekurangan nutrisi pada waktu tertentu. Oleh
karena itu, mereka memerlukan bantuan terkait dengan pangan yang berbeda-
beda intensitasnya (tergantung pada kondisi masing-masing masyarakat miskin
tersebut). Bantuan ini bisa berupa program penyediaan pangan pendukung
atauasistensi pangan (yang disediakan melalui sekolah, klinik, forum
kemasyarakatan)atau transfer dana yang dilakukan secara terdesentralisasi dan
memiliki target masyarakat tertentu.

SUMBER: BMP ESPA 4324/EKONOMI PEMBANGUNAN LANJUTAN/LINCOLIN ARSYAD/ MODUL


2.8-2.29 DAN MATERI INISIASI 2; https://www.bps.go.id/subject/23/kemiskinan-dan-
ketimpangan.html
https://diskominfo.kaltaraprov.go.id/tingkat-kemiskinan-alami-penurunan-3-tahun-berturut/

https://kaltara.bps.go.id/pressrelease/2023/07/17/406/persentase-penduduk-miskin-
provinsi-kalimantan-utara-maret-2023-adalah-6-45-persen.html

Anda mungkin juga menyukai