Kemiskinan
Materi yang akan Anda pelajari antara lain : pengertian kemiskinan, macam-macam kemiskinan,
indikator, batas, penghitungan angka kemiskinan serta
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah rendahnya taraf kehidupan suatu masyarakat baik yang berada di
pedesaan maupun yang berada di daerah perkotaan. Kemiskinan merupakan rendahnya nilai
tatanan kehidupan di suatu daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, baik yang
menyangkut masalah moral, materil maupun spirituil. Kemiskinan tidak hanya diartikan
dalam segi ekonomi saja tetapi juga harus mencerminkan kondisi riil yang sebenarnya
dihadapi keluarga miskin. Definisi kemiskinan yang mencerminkan kondisi riil yaitu
menyangkut kemungkinan orang atau keluarga miskin itu untuk melangsungkan dan
mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya, seperti nampak pada gambar berikut:
Batas garis kemiskinan yang diterapkankan setiap negara ternyata berbedabeda. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. Badan Pusat
Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita
sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994).
Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan
pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan,
sandang, serta aneka barang dan jasa.
Dalam hal ini, BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu : pendekatan kebutuhan
dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Pendekatan yang pertama
merupakan pendekatan yang sering digunakan, yaitu kemiskinan dikonseptualisasikan
sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan Head Count Index
merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah
jumlah penduduk yang berada di bawah suatu batas yang disebut batas garis kemiskinan,
yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non-makanan. Dengan
demikian, garis kemiskinan terdiri atas 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food
line) dan garis kemiskinan non-makanan (non-food line).
Makanan dan non-makanan memengaruhi penentuan pilihan komoditi. Harga, selera, dan
pendapatan akan menentukan pilihan komoditi yang akan dikonsumsi dan besarnya nilai
pengeluaran non-makanan. Sehingga, proporsi pengeluaran non-makanan merupakan fungsi
harga–harga, selera, dan pendapatan.
D. Indikator Kemiskinan
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok
tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/minyak tanah.
8. Hanya mengonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan di bawah Rp 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp 500.000,-
seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga termasuk dalam kategori
miskin. Indikator lain, seseorang atau keluarga dapat dikategorikan miskin apabila
memenuhi indikator di bawah ini:
Standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada
suatu sistem. Jika produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan perkapita akan naik.
Sebaliknya jika produktivitas berangsur menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun
beriringan. Faktor yang memengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan
perkapita:
Melonjak tingginya biaya kehidupan merupakan akibat dari tidak adanya keseimbangan
pendapatan atau gaji masyarakat. Maka kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di
atas. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di
depan publik dan banyaknya pengangguran.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk
para warga miskin, juga secara tidak lansung mematikan sumber pemasukan warga. Di sisi
lain penduduk miskin masih terbebani oleh pajak negara.
Mengukur jumlah kemiskinan dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah orang
miskin sebagai proporsi dan populasi. Pada awalnya menggunakan cara Head count Index
kemudian disempurnakan dengan cara poverty gap. Provety gap menghitung transfer yang
akan membawa pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis kemiskinan.
Ada 3 metode untuk menentukan daerah miskin, yaitu dengan metode standar deviasi
(SD), metode range (R), dan metode persepsi lapangan (PL). Suatu daerah disebut miskin
apabila paling sedikit dua atau tiga metode tersebut menyatakan miskin. Dengan metode SD,
jumlah skor setiap daerah dibandingkan dengan rata-rata skor tingkat propinsi untuk
menentukan apakah daerah tersebut miskin. Dengan metode R, skor tiap daerah
dibandingkan dengan range untuk menentukan apakah daerah tersebut miskin. Metode PL
menggunakan kuesioner khusus guna menghimpun pendapat camat/pemimpin daerah tentang
status daerah-daerah di wilayahnya. Suatu daerah/desa diklasifikasikan miskin atau tidak
tergantung dari pendapat pemimpin daerah/camat mengenai keadaan potensi/fasilitas sosial
ekonomi desa, perumahan/lingkungan, dan kependudukan. Persepsi pemimpin daerah/camat
ini akan dievaluasi oleh petugas pencacah (mantri statistik).
Seseorang dikategorikan miskin jika memiliki rata-rata penghasilan per kapita per bulan
di bawah Garis Kemiskinan yang ditentukan oleh BPS. Garis Kemiskinan adalah jumlah
rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk memenuhi kebutuhan makanan setara
2.100 kilo kalori per orang per hari serta untuk memenuhi kebutuhan non-makanan berupa
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang/jasa lainnya.Desa
Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada di
bawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat
terbatas.
1. Nurske, 1951
Mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle)
dalam rumah tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan. Tenaga
kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem
merupakan sumber daya yang tersembunyi dan merupakan potensi tabungan. Cara yang
di gunakan untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaan adalah :
Ada 3 (tiga) aspek dari pembangunan pertanian yang telah memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan tersebut, terutama daerah pedesaan.
Kontribusi terbesar bagi peningkatan terbesar bagi peningkatan pendapatan pedesaan dan
pengurangan kemiskinan pedesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam
pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi utama lainnya datang dari
program pemerintah untuk meningkatkan produksi tanaman keras. Misalnya, lebih dari
200.000 petani di luar jawa telah di bantu untuk menanam karet, kelapa dan kelapa sawit.
Selain itu, penyediaan fasilitas kredit juga merupakan salah satu alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mengurangi kemiskinan, terutama pada tataran implementasinya.
Studi empiris menunujukkan bahwa fasilitas kredit merupakan cara yang efektif untuk
mereduksi kemiskinan.
Kualitas sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan masyarakat. Kebijakan
wajib belajar perlu diiringi dengan kebijakan lain yang dapat menampung dan mengatasi
anak putus sekolah yang cenderung menjadi anak jalanan. Apabila pendidikan
masyarakat dan kualitas sumber daya manusia menjadi lebih baik maka kesadaran
masyarakat akan masa depan menjadi lebih baik. Kondisi ini akan mendorong
masyarakat untuk lebih berkreasi dalam meningkatkan taraf hidupnya.