Anda di halaman 1dari 25

BAB II.

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kemiskinan
Dalam arti luas kemiskinan berarti ketidakmampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhannya secara relatif sesuai dengan persepsi dirinya. Tidak
hanya ketidakmampuan ekonomis tetapi juga ketidakmampuan dalam berbagai
aspek seperti sosial, politik, maupun spiritual. Disamping itu kemiskinan juga
berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan yang biasanya mereka yang
dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta
tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai.
Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: “The denial of
choice and opportunities most basic fot human development to led a long healthy,
creative life and enjoy a decent standard of iving freedom, self esteem and the
respect of other”. Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan
itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam
pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat
memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa
dihormati seperti orang lain.
Di Indonesia, banyak pengertian tentang kemiskinan, namun data formal
yang digunakan untuk menunjukkan angka kemiskinan adalah menggunakan
metode kemiskinan yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan cara
menggunakan tingkat pengeluaran perkapita. Menurut Suharyanto (kepala BPS)
mengatakan pihaknya berpatokan pada metode yg digunakan bank dunia untuk
menentukan garis kemiskinan.
Ukuran kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Mudrajad Kuncoro, (1997)
secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya
berada di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan
kebutuhan dasar hidupnya.
2. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan
dengan keadaan masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan Kultural
Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau
sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau
dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu
pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.
Secara umum kemiskinan dapat disebabkan oleh dua kondisi, yaitu
kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat
sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana
alam. Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di
masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai
sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap
miskin.
Di Indonesia, sebagai negara berkembang angka kemiskinan masih cukup
tinggi. Karena itu, pemerintah melalui BPS membuat kriteria kemiskinan, agar
dapat menyusun secara lengkap pengertian kemiskinan sehingga dapat diketahui
dengan pasti jumlahnya dan cara tepat menanggulanginya. Dalam menentukan
rumah tangga miskin, BPS menggunakan 14 kriteria untuk menentukan apakah
suatu rumah tangga layak dikategorikan miskin. Ke-14 kriteria tersebut yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggalnya kurang dari 8 m2 per orang;
2. Lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan;
3. Dinding bangunan tempat tinggalnya terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester;
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama rumah tangga lain
menggunakan satu jamban;
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik;
6. Air minum berasal dari sumur/mata air yang tidak terlindung/sungai/air
hujan;
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah;
8. Hanya mengonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu;
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun;
10. Hanya mampu makan satu/dua kali dalam sehari;
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik;
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan;
13. Pendidikan terakhir kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
sekolah dasar (SD)/hanya SD; dan
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal
Rp500.000 seperti sepeda motor (kredit/nonkredit), emas, hewan ternak,
kapal motor ataupun barang modal lainnya.
Dengan menggunakan kriteria tersebut BPS mendatangi kantong-kantong
kemiskinan untuk memperoleh informasi dari ketua satuan lingkungan setempat,
seperti ketua RT ataupun kepala dusun, tentang rumah tangga yang betul-betul
miskin.
Landasan teori tentang kemiskinan yang ada dalam penelitian ini
menggunakan konsep teori menurut Badan Pusat Statistika, dimana dalam
mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah suatu
ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan
batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi.
Menurut BPS (2018) penetapan perhitungan garis kemiskinan sebesar Rp
401.220 ribu per bulan atau setara dengan US $ 2,5. Penetapan angka tersebut
berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan
dan non makanan. Unutk kebutuhan minimum makanan menggunakan patokan
2.100 kilo/kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan
diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur
dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
Sedangkan untuk pengeluaran kebutuhan minimum non makanan meliputi
pengeluaran untuk perumahan, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi
kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47
jenis komoditi di pedesaan. Sementara jika menggunakan garis kemiskinan Bank
Dunia, ukurannya ialah US $1,9 per kapita.
2.1.2 Jumlah Penduduk
Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral
dalam pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah
sebagai subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk
yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, namun memiliki kualitas yang
rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan
kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang
semakin terbatas.
Menurut BPS yang dimaksud dengan penduduk adalah semua orang yang
berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk
menetap. Banyak pemikir yang mengemukakan pendapat dan pemikiran mereka
tentang pertumbuhan penduduk. Ini dikarenakan pertumbuhan penduduk
merupakan hal yang penting di dalam suatau tatanan kenegaraan. Setiap negara
tentunya memiliki kebutuhan dan kapasitas yang berbeda terhadap pertumbuhan
penduduk ini.
Pertumbuhan Penduduk ialah suatu perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi
memakai “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk
merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering
dipakai secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk,
dan dipakai untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Beberapa faktor
yang mempengaruhi padatnya peduduk adalah angka kematian, kelahiran, dan
migrasi.
Teori pertumbuhan penduduk menurut Plato dan Aristoteles berpendapat
bahwa kwalitas manusia dalam memproduksi barang lebih penting dari pada
kwantitas masyarakat itu sendiri, terutama dalam memelihara kesejahteraan hidup
suatu masyarakat. Jadi penduduk yang berjumlah banyak belum tentu efisien
dalam melakukan suatu kegiaatan produksi. Pertumbuhan penduduk yang pesat
dan tidak merata serta tanpa diimbangi dengan pencapaian kualitas SDM yang
tinggi menyebabkan munculnya berbagai permasalahan-permasalahan
kependudukan. Misalnya kemiskinan, Penganguran, lingkungan tercemar untuk
memenuhi kebutuhan manusia, air bersih berkurang.
2.1.3 Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai
64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang
yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa
sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena
sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan. Sedangkan menurut Nanga
(2005: 249) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan
dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Pengangguran dapat
dikelompokan menurut sumber atau penyebabnya. Pengangguran menurut cara ini
terdapat 4 jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara
yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara
pencari kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini
tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan,
tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
2. Pengangguran Silikal
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat
kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan
teguh. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong
pengusaha menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru
digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya
permintaan agregat mengalami penurunan. Kemerosotan permintaan
agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi pekerja atau
menutup perusahaannya, maka pengangguran akan bertambah.
3. Pengangguran Struktual
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh
perubahan struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan
perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju sebagian
akan mengalami kemunduran. Kemerosotan itu akan menyebabkan
kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian pekerja
terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
4. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh
penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun
rumput telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan
perkebunan, sawah dan lahan pertanian lainnya. Begitu juga mesin telah
mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubah, memotong
rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil.
Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang
berlaku. Menurut cara ini terdapat 4 jenis penganggurran yaitu:
1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena
pertambahan lowongan pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga
kerja. Akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga
kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Menurut BPS
pengangguran terbuka, terdiri dari:
a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.
b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum molai bekerja.
2. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena
terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan
mengurangi tenaga kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi
jumlah produksi. Pengangguran ini terutama terjadi di sektor pertanian
atau jasa.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-
waktu tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi
di sektor pertanian dan perikanan.
4. Pengangguran Setengah Menganggur
Menurut BPS setengah penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah
jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut
setengah pengangguran terpaksa).
Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada
penyimpangan norma-norma masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan
masalah-masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan, meningkatnya kriminalitas,
premanisme, prostitusi, dan lain-lain. Pengangguran dapat berdampak terhadap
individu dan masyarakat, seperti pengangguran dapat menghilangkan mata
pencaharian, ketrampilan, dan ketidakstabilan sosial politik. Selain itu dapat
berdampak terhadap perekonomian Negara, seperti pengangguran bisa
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Terjadinya pembangunan ekonomi ditandai
dengan bertambahnya laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah yang lebih besar
dari pada laju pertumbuhan penduduknya. Sebagai akibatnya, ketimpangan
distribusi pendapatan semakin kecil, kemiskinan semakin berkurang, sehingga
kesejahteraan penduduk akan meningkat.
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan keadaan ekonomi dalam suatu
negara dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan memasukkan beberapa
indikator yang berkaitan dengan masalah ekonomi warganya. Menurut Boediono
(1999:8), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka
panjang. Pengertian ini mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan
jangka panjang. Boediono (1999:1-2) juga menyebutkan secara lebih lanjut bahwa
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam
pengertian ini, teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP
dan teori mengenai pertumbuhan penduduk.
Terdapat banyak teori yang dikemukakan perihal pertumbuhan ekonomi
dalam suatu negara. Salah satu teori tentang pertumbuhan ekonomi menurut
Adam Smith menyatakan dalam bukunya “Nature and Causes of the Wealth of
Nations” bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh empat
faktor yankni jumlah penduduk yang menjadi tolak ukur pendapatan perkapita,
jumlah stok barang-barang modal yang akan diperjual belikan atau diekspor, luas
tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Terdapat 4 penentu pertumbuhan ekonomi, yaitu: sumber daya manusia
(SDM), sumber daya alam (SDA), formasi capital, teknologi. Selain itu cara
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung di suatu negara
tentunya memiliki tolak ukur tersendiri. Namun umumnya yang menjadi tolak
ukur adalah Gross National Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
dan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDB digunakan sebgai indikator untuk melihat laju pertumbuhan
penduduk pada tingkat nasional, sedangkan PDRB digunakan pada tingkat daerah
seperti provinsi, kabupaten/kota bahkan kecamatan.
Menurut BPS, PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu. PDRB bisa juga didefinisikan
sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa dikatakan bahwa PDRB
adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari
semua kegiatan perekonomian di seluruh wilayah dalam periode tahun tertentu,
yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto terdiri dari dua macam cara penyajian,
yaitu :
1. PDRB atas dasar harga berlaku
Jenis pertama yang biasanya digunakan untuk penyajian data adalah
PDRB atas dasar harga berlaku. PDRB dengan jenis ini isinya
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa, dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun. Dengan menggunakan harga
berlaku, kita bisa melihat pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam sektor
ekonomi. Selain itu, bisa juga untuk melihat struktur ekonomi yang
dimiliki oleh sebuah daerah.
2. PDRB atas dasar harga konstan
PDRB dengan jenis ini, isinya menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa, dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai dasar. Biasanya, tahun yang dijadikan harga dasar ini diubah
setiap sepuluh tahun sekali, dengan tujuan untuk pembaruan. Selain itu
juga bisa untuk melihat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sebuah
daerah dari tahun ke tahun.
3. PDRB Perkapita
PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang
diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah.
PDRB perkapita ini bisa diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Data yang tersaji
dalam bentuk ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. PDRB
perkapita ini biasanya juga disajikan berdasarkan harga berlaku maupun
konstan.
Landasan teori tentang pertumbuhan ekonomi yang ada dalam penelitian ini
menggunakan konsep teori menurut Boediono, yang menjadikan GDP atau PDRB
sebagai tolak ukur dalam mengukur pertumbuhan ekonomi.
2.1.5 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suatu masyarakat dapat mencerminkan tingkat
kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah. Pendidikan menjadi suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai modal dasar kemajuan bangsa. Selain itu
pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
harus terselenggara secara merata di berbagai wilayah. Pengelolaan pendidikan
yang terpusat menjadi salah satu alternatif untuk memantau apakah
penyelenggaraan pendidikan tersebut berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter ), pikiran
(intelek) dan tubuh anak. Sedangkan menurut UUSPN Nomor 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya.
Jalur pendidikan, adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. jalur pendidikan meliputi:
1. Pendidikan Informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
misal, di sekolah pada waktu istirahat, di warung, di dalam kelas, sikap
guru, caranya bertidak mempunyai pengaruh terhadap murid.
2. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan dan
berjenjang yang terdiri atas Pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi.
3. Pendidikan non formal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. contohnya,
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majlis taklim.
Jenjang pendidikan, adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik yang meliputi,:
1. Pendidikan Anak Usia Dini, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun. bentuk PAUD : TK, RA,
TPA, dan Kelompok Bermain.
2. Pendidikan Dasar , dapat berbentuk SD /MI , dan SMP/ MTs.
3. Pendidikan Menengah, bentuknya : SMA, MA, SMK, MAK.
4. Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikn setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan perguruan tinggi.
Jenis pendidikan, adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat
dan kekhususan tujuannya. jenis pendidikan meliputi : pendidikan umum(
pendidikan dasar dan menengah), pendidikan kejuruan (SMK), Pendidikan Luar
Biasa/ khusus ( SDLB, SMPLB), Pendidikan Kedinasan ( AKABRI, AKPOL,
Akpelni), Pendidikan keagamaan ( MI, MTs, Madrasah Aliyah, IAIN),
Pendidikan akademik ( Sekolah Tinggi, Institut , Universitas), pendidikan
Profesional(Akademi, Politeknik).
Terdapat indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
APM adalah proporsi anak sekolah pada usia jenjang pendidikan tertentu
dalam kelompok usia yang sesuai dengan jejang pendidikan tersebut.
Semakin tinggi APS pada suatu kelompok usia tertentu di wilayah tertentu
menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar bagi penduduk di
wilayah tersebut untuk dapat mengenyam pendidikan menurut jenjang
tertentu.
2. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah Proporsi anak sekolah pada satu
kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan
kelompok usianya.
3. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah jenjang pendidikan
tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang, yang ditandai dengan
sertifikat/ijazah. Indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
kualitas pendidikan penduduk dengan menggunakan jenjang pendidikan
tertentu sebagai batasan minimalnya dan juga sebagai bahan analisis pasar
kerja.
4. Rata-Rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan
formal yang pernah dijalani. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah
menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tahun standar yang harus
dihabiskan seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan.
5. Angka Melek Huruf (AMF)
Angka Melek Huruf menunjukkan seberapa besar proporsi penduduk pada
usia tertentu yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf
lainnya.
6. Angka Buta Huruf (ABH)
Angka Buta Huruf adalah proporsi penduduk usia tertentu yang tidak
dapat membaca dan atau menulis huruf Latin atau huruf lainnya terhadap
penduduk usia tertentu. Angka Buta Huruf (ABH) merefleksikan belum
meratanya pendidikan yang diperoleh penduduk di suatu wilayah.
7. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sesuai Permendiknas nomor 58 tahun 2009, Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu : perkembangan moral dan agama,
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan/kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional (sikap dan
emosi), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Wikipedia, 2018).
2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang digunakan
untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat
kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu kecepatan dan status pencapaian. Pembangunan manusia didefinisikan
sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice).
Menurut BPS, IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode
penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi
penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak
tahun 2010. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu
1. Umur panjang dan hidup sehat (A long and healthy life)
Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup
saat lahir (UHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh
bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
2. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan diukur melalui indikator rata-rata lama sekolah dan harapan
lama sekolah. Rata-rata lama sekolah (RLS) adalah ratarata lamanya
(tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan
formal. Harapan lama sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya
(tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
umur tertentu di masa mendatang.
3. Standard hidup layak (Decent standard of living).
Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita
disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas
daya beli (purchasing power parity).
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks
pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan
dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-
masing komponen indeks. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam
menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi
oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia
yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena
sama pentingnya.
Status Pembangunan Manusia berdasarkan capaian pembangunan manusia
di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-
wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pembangunan
manusia. Ke-empat kelompok tersebut yaitu :
1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80
2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80
3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70
4. Kelompok “rendah”: IPM < 60
2.1.7 Upah Minimum Regional
Upah minimum merupakan standar nominal upah terendah yang wajib
digunakan sebagai pedoman pengusaha dalam pembayaran upah pekerja di
perusahaan. Tujuan ditetapkannya upah minimum oleh pemerintah adalah
menciptakan sistem pengupahan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak
pekerja dan keluarganya. Upah minimum tidak berlaku tunggal untuk seluruh
wilayah Indonesia. Dengan kata lain, di setiap daerah berlaku Upah Minimum
Regional (UMR).
UMR adalah upah minimum yang berlaku untuk satu daerah, yaitu satu
provinsi atau satu kabupaten/kota. Perusahaan yang beroperasi di suatu daerah
wajib menyesuaikan upah terendahnya dengan UMR di daerah
tersebut. Ketentuan mengenai UMR terdapat dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No 01 Tahun 1999 tentang Upah Minimum. Dalam Permenaker tersebut,
UMR dibedakan menjadi 2, yakni:
1. Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk I) atau upah minimum yang
berlaku di satu provinsi.
2. Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk II) atau upah minimum
yang berlaku di daerah kabupaten/kotamadya atau menurut wilayah
pembangunan ekonomi daerah atau karena kekhususan wilayah tertentu.
UMR terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap dan ditetapkan oleh
menteri selambat-lambatnya 40 hari sebelum tanggal berlakunya upah. UMR
ditinjau selambat-lambatnya 2 tahun sekali. Namun, sejak terbitnya Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No 226 Tahun 2000 yang merevisi pasal-pasal dalam
Permenaker No 01 Tahun 1999, maka istilah UMR tidak lagi digunakan dalam
regulasi upah minimum. Dalam Kepmenaker disebutkan beberapa perubahan,
yaitu:
1. UMR Tk I diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP).
2. UMR Tk II diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).
3. UMP dan UMK ditetapkan oleh gubernur, bukan lagi oleh menteri.
4. Peninjauan terhadap besarnya UMP dan UMK dilakukan 1 tahun sekali,
bukan lagi 2 tahun.
5. UMP dan UMK berlaku 1 Januari.
6. UMP ditetapkan selambat-lambatnya 60 hari sebelum berlakunya UMP,
atau 1 November.
7. UMK ditetapkan selambat-lambatnya 40 hari sebelum berlakunya UMK,
atau 20 November.
Selanjutnya, UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 dan PP Pengupahan
No 78 Tahun 2015, menggunakan istilah UMP dan UMK yang berlaku hingga
sekarang. UMP dan UMK ditetapkan oleh gubernur, berdasarkan kebutuhan hidup
layak dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan UMP dan UMK setiap tahun adalah
sebesar tingkat inflasi ditambah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB).
2.1.8 Inflasi
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi secara sederhana
diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya. Sementara itu, BPS mengartikan inflasi sebagai
kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya yang berlangsung
secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka
inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut
menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan
sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Kenaikan harga barang terus menerus atau inflasi terjadi bukan tanpa sebab.
Secara umum, ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi, antara lain:
1. Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang
tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan
terjadi lonjakan harga.
2. Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan.
3. Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena kenaikan daya beli masyarakat, tetapi stok barang tetap
statis.
Terdapat jenis-jenis inflasi yang dapat dilihat dari tingkat keparahan serta
berdasarkan asalnya sebagai berikut:
1. Inflasi dilihat dari tingkat keparahan.
a) Inflasi ringan. Kenaikan harga barang masih di bawah angka 10%
dalam setahun
b) Inflasi sedang. Kenaikan harga hingga 30% per tahun
c) Inflasi tinggi. Kenaikan harga barang atau jasa berkisar 30%-100%
d) Hiperinflasi. Kenaikan harga barang melampaui angka 100% per tahun.
2. Inflasi berdasarkan asalnya, dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a) Inflasi yang berasal dari domestik (domestic inflation)
Penyebabnya meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat,
kenaikan harga barang atau jasa, permintaan masyarakat tinggi, suplai
terganggu atau terbatas, biaya produksi naik, dan masih banyak lainnya.
b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Penyebabnya harga barang-barang impor atau yang berasal dari luar
negeri semakin mahal karena kenaikan harga di negara asalnya.
Inflasi di suatu negara dapat dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen
(IHK), Indeks Biaya Hidup, dan Indeks Harga Produsen. Namun, indikator yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK). Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi)
atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa
dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang
dilakukan BPS. Inflasi yang diukur IHK dikelompokkan ke 7 kelompok
pengeluaran, yakni:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Adapun rumus untuk menghitung inflasi berdasarkan Indeks Harga
Konsumen sebagai berikut:
IHK periode1 - IHK periode 2
Inflasi   100
IHK periode 2
Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai inflasi dalam suatu negara dapat
diketahui dengan tepat. Inflasi memiliki dampak cukup signifikan bagi
perekonomian suatu negara, antara lain:
1. Inflasi dapat menggerus daya beli masyarakat. Kalau daya beli turun,
masyarakat jadi irit belanja. Jika masyarakat mengurangi belanja, otomatis
pertumbuhan ekonomi nasional akan bergerak ke lambat atau stagnan, bahkan
lebih rendah.
2. Inflasi merugikan konsumen karena gaji atau penghasilan stagnan, tapi
pengeluaran atau belanja membengkak lantaran kenaikan harga barang atau jasa
yang menjadi kebutuhan utama.
3. Biaya ekspor jadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun.
4. Inflasi akan mengurangi minat orang menabung di bank.
5. Inflasi dapat mempengaruhi kestabilan mata uang rupiah.
2.1.9 Statistika Deskriptif
Statistik memiliki makna yaitu kumpulan angka-angka, grafik, gambar atau
diagram tentang suatu keadaan tertentu. Sedangkan statistika diartikan sebagai
teknik-teknik untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil
kesimpulan dari hasil analisis tersebut. Menurut Walpole (1995) statistik dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistika Deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
yang berguna (Ronald E.Walpole. h.2-5. 1993). Statistik deskriptif hanya
memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak
menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih
besar. Contoh statistik deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram,
grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan Statistik
deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi
serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi
yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan
data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data. (Dergibson
Siagian & Sugiarto. h.4-6. 2002). Statistik deskriptif lebih berkenaan dengan
pengumpulan dan peringkasan data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut.
2.1.10 Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur pertama kali dikenalkan oleh Sewall Wright (1921, 1934,
1960). Sewall Wright adalah seorang ahli genetika yang mengembangkan path
analysis untuk membuat kajian hipotesis hubungan sebab akibat dengan
menggunakan korelasi. Lebih lanjut, path analysis merupakan mempunyai
kedekatan dengan regrei berganda. Dengan kata lain, regresi berganda merupakan
bentuk khusus dari path analysis. Analisis jalur dipopulerkan oleh Duncan pada
tahun 1966 seorang ahli sosiologi.
Analisis jalur merupakan sebuah metode analisis statistik yang
memungkinkan untuk memberikan suatu tafsiran atau interpretasi kuantitatif bagi
hubungan kausal (timbal balik) dari sejumlah variabel dalam model. Analisis jalur
mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan oleh pengaruh langsung
dan tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Sedangkan menurut Robert D. Retherford (1993) analisis jalur ialah suatu teknik
untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika
variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung
tetapi juga secara tidak langsung.
 Tujuan analisis jalur
Tujuan menggunakan analisis jalur diantaranya ialah untuk:
 Melihat hubungan antar variabel dengan didasarkan pada model apriori
 Menerangkan mengapa variabel-variabel berkorelasi dengan menggunakan
suatu model yang berurutan secara temporer
 Menggambar dan menguji suatu model matematis dengan menggunakan
persamaan yang mendasarinya
 Mengidentifikasi jalur penyebab suatu variabel tertentu terhadap variabel
lain yang dipengaruhinya.
 Menghitung besarnya pengaruh satu variabel independen exogenous atau
lebih terhadap variabel dependen endogenous lainnya.
 Syarat analisis jalur
Persyaratan mutlak yang harus dipenuhi saat akan menggunakan analisis jalur
diantaranya sebagai berikut:
 Data metrik berskala interval.
 Terdapat variabel independen exogenous dan dependen endogenous untuk
model regresi berganda dan variabel perantara untuk model mediasi dan
model gabungan mediasi dan regresi berganda serta model kompleks.
 Pola hubungan antar variabel: pola hubungan antar variabel hanya satu
arah tidak boleh ada hubungan timbal balik (reciprocal).
 Hubungan sebab akibat didasarkan pada teori yang sudah ada dengan
asumsi sebelumnya menyatakan bahwa memang terdapat hubungan sebab
akibat dalam variabel-variabel yang sedang kita teliti.
 Pertimbangkan hal-hal yang sudah dibahas dalam asumsi dan prinsip-
prinsip dasar di bab sebelumnya.
 Analisis Korelasi dan Regresi
 Korelasi
Korelasi merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengukur
hubungan yang mungkin ada antara dua variabel. Analisis korelasi
digunakan untuk menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua
variabel atau lebih. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara – 1 sampai
dengan 1. Secara matematis dapat ditulis  1  r  1 . Dikatakan terjadi
hubungan liniar erat positif jika ditemukan harga r mendekati 1 dan
dikatakan mempunyai hubungan linier erat negatif bila harga r mendekati –
1 dan dikatakan tidak ada hubungan linier bila harga r mendekati 0.
Besarnya koefisien korelasi diukur dengan formula :

 x  
n

1i  x1 x 2i  x 2
̂  r  i 1

 x   x 
n n
2 2
1i  x1 2i  x2
i 1 i 1

dimana :
 : koefisien korelasi (untuk populasi)
r : koefisien korelasi (untuk sampel)
x1 : variabel pertama
x2 : varibel kedua
Berikut langkah dalam melakukan uji hipotesis untuk uji korelasi:
 Hipotesis:
H0 : 𝜌 = 0 (tidak terdapat korelasi)
H1 : 𝜌 ≠ 0 ( terdapat korelasi)
r (n  2
 Statistik uji : t hitung 
1 r2
 Tingkat signifikansi : (α) menunjukan peluang kesalahan yang ditetapkan
peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau mendukung H 0.
 Daerah kritis : |t hitung| ≥ ttabel atau nilai probabilitas sig ≤ α
 Keputusan : tolak H0 jika nilai |thitung| ≥ ttabel atau nilai sig ≤ α
 Kesimpulan : ikhtisar yang diperoleh dari pengujian hipotesis
 Regresi
Regresi merupakan sebuah metode untuk menaksir atau meramalkan
dengan terlebih dahulu mencari pola hubungan yang dapat digambarkan
secara matematis antara dua variabel atau lebih. Tujuan analisis regresi
mendapatkan pola hubungan secara matematis antara variabel X dan Y,
mengetahui besarnya perubahan variabel X terhadap Y, serta memprediksi
Y jika nilai X diketahui. Pada model regresi linier mempunyai dua model,
yaitu model regresi linier sederhana dan model regresi linier berganda.
Regresi linear sederhana hanya terdapat satu variabel X. Sedangkan
regresi linear berganda ada lebih dari satu variabel X.
Berikut persamaan model regresi linier berganda yang ditunjukkan pada
formulasi sebagai berikut:
Yi   0  1 X 1i   2 X 2i  ...   k X ki   i
Dimana :
Y = variabel terikat/dependent/respon/output
Xi = variabel bebas/independent/predictor/input ( i = 1, 2, 3, …, k)
0 = intersep
i = parameter/koefisien regresi ( i = 1, 2, 3, …, k)
i = residual yang diasumsikan identik, independen dan berdistribusi
normal atau i ~ IIDN(0, 2)
Model penduganya adalah
Yˆ  b  b X  b X  ...  b X
i 0 1 1i 2 2i k ki

Teori statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan/pendugaan


nilai Y atas dasar nilai-nilai X1, X2, ..., Xk, pola hubungan yang sesuai
adalah pola hubungan yang mengikuti model regresi, sedangkan untuk
tujuan hubungan sebab akibat pola yang tepat adalah model struktural.
 Variabel dalam analisis jalur
Berikut jenis-jenis variabel yang digunakan dalam analisis jalur sebagai
berikut:
1. Variabel eksogen (Independen)
 Sebagai variabel pemula, memberi efek pada variabel lain efek pada
variabel lain.
 Tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
 Hubungan antar variabel eksogen bersifat simetris (korelasi) / bukan
sebab akibat.
2. Variabel Antara (intervening variable)
Dapat bertindak sebagai variabel endogen atau eksogen.
3. Variabel Endogen (Dependen)
 Variabel yang keragamannya terjelaskan oleh variabel eksogen dan atau
variabel endogen lainnya.
 Ada variabel sisa (error / residual) yaitu keragaman yang tak terjelaskan.
 Tahapan analisis jalur
Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam analisis jalur sebagai berikut:
1. Merancang model berdasarkan konsep dan teori.
2. Membuat hipotesis.
3. Menyusun diagram path dan menterjemahkan dalam bentuk persamaan
4. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur.
5. Pengujian model.
6. Uji kesesuaian atau goodness of fit.
7. Pemeriksaan terhadap asumsi (normalitas dan multikolinieritas).
8. Interpretasi model
 Model Persamaan Struktural
Pada saat melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu
menggambarkan secara diagram struktur hubungan kausal antar variabel
penyebab dengan variabel akibat. Diagram ini disebut diagram jalur (path
diagram) dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari
kerangka pikir tertentu. Model Persamaan struktural atau juga disebut model
struktural yaitu apabila setiap variabel terikat/endogen (Y) secara unik
keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel bebas/eksogen (X). Berikut ini
digambarkan diagram jalur untuk model struktural sebagai berikut:

Gambar 2.1. Diagram analisis jalur model persamaan


Hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen dinyatakan
dengan . Sedangkan hubungan antar variabel endogen dengan variabel endogen
dinyatakan dengan . Dari diagram tersebut terdapat tiga variabel dependen,
sehingga persamaan struktural yang terbentuk yaitu sebgai berikut:

Persamaan struktural yang pertama menyatakan hubungan kausal antara


variabel X1 dengan Y1 secara langsung. Persamaan struktural yang kedua
menunjukkan hubungan kausal antara variabel X1 dan Y1 dengan Y2 secara tidak
langsung. Sedangkan persamaan yang ketiga menunjukkan hubungan kausal
antara variabel X1, Y1, Y2 dengan Y3 secara tidak langsung.
 Koefisien jalur
Besarnya pengaruh langsung dari suatu variabel eksogen terhadap variabel
endogen tertentu. Dinyatakan oleh besarnya numerik koefisien jalur (path
coefficient) dari eksogen ke endogen. Koefisien jalur merupakan koefisien regresi
yang distandarisasi (standardized). Koefisien jalur menyatakan hubungan
langsung antara variabel penyebab dengan variabel efek. Koefisien jalur
digunakan untuk melihat model persamaan dari diagram kausal tersebut serta
dapat digunakan untuk kepentingan perbandingan antar koefisien jalur.
Penulisan untuk notasi dan simbol dari koefisien jalur sebagai berikut 𝜌𝑖𝑘
dimana i merupakan notasi dari variabel bebas (endogen) dan k merupakan
variabel terikat (eksogen) (Somantri & Muhidin ,2006). Berikut diagram jalur
yang dapat digunakan untuk melihat nilai koefisien jalur:

Gambar 2.2 Diagram Path Analysis


Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas keeratan
hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi 𝑟𝑥1𝑥2 . Hubungan
X1, X2, ke Y1 atau X1, X2, Y1, ke Y2 adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh
langsung dari X1 ke Y2 dan dari X2 ke Y2 masing-masing dinyatakan oleh
besarnya nilai numerik koefisien jalur P(  ) Y2 X1 dan P(  ) Y2 X 2 .
 Pengujian model
 Pengujian koefisien jalur :  dan 
 Uji T statistik
 Signifikansi bila p_value < 0.05
 Statistic Goodness of Fit  Overall Model
 Mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik
varian atau korelasi dengan prediksi dari model yang diajukan
(proposed model).
 Kriteria yang digunakan dalam mengukur indeks kebaikan model
dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Indeks Kebaikan Model
Goodness of fit index Cut off Value
Chi-Square Diharapkan kecil
Significance Probability ≥ 0,05
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,9
AGFI ≥ 0,9
CMIN/DF ≤ 2,00
TLI ≥ 0,95
CFI ≥ 0,95

 Interpretasi Model
 Pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya.
 Pengaruh langsung
 Pengaruh tak langsung
 Total
 Total = efek langsung + semua efek tidak langsung
2.2 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian dalam tugas akhir milik Ravanel Yosandy Lail (2017) yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia
Tahun 2016 Dengan Menggunakan Analisis Jalur” dengan menggunakan metode
analisis jalur (path analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Jumlah
penduduk, Indeks kedalaman kemiskinan, penduduk miskin, dan tingkat
pastisipasi angkatan kerja (TPAK) memiliki pengaruh langsung dengan
pengangguran. Indeks kedalaman kemiskinan, dan tingkat pastisipasi angkatan
kerja (TPAK) memiliki pengaruh tidak langsung terhadap tingkat kemiskinan
melalui pengangguran. Untuk pengangguran dan tingkat pendidikan memiliki
pengaruh langsung dengan tingkat kemiskinan. Sedangkan indeks pembangunan
manusia (IPM) tidak memiliki pengaruh terhadap pengangguran dan tingkat
kemiskinan.
Pada penelitian dalam jurnal milik Ni Ketut Eni Endrayani dan Made Heny
Urmila Dewi (2016) yang berujudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali” dengan menggunakan
metode analisis jalur (path analysis). Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan
dengan path analysis menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh menurunkan
kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali. Tingkat pendidikan tidak
berpengaruh terhadap kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi Bali.
Investasi berpengaruh meningkatkan kemiskinan melalui pengangguran di
Provinsi Bali baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel
intervening yaitu pengangguran.
Pada penelitian dalam jurnal milik Kadek Novita Arshanti dan I. G. A. P.
Wirathi (2015) yang berujudul “Pengaruh Investasi Terhadap Pengentasan
Kemiskinan Melalui Mediasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali” dengan
menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, secara langsung variabel investasi berpengaruh negative signifikan
terhadap kemiskinan, secara langsung variabel investasi berpengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, secara langsung variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan sebesar dan
pengaruh investasi terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.
Pada penelitian dalam jurnal milik Abdul Rahman dan Muh. Fiqram
Alamsyah (2019) yang berujudul “Pengaruh Pendidikan, Pendapatan Dan
Konsumsi Terhadap Kemiskinan Masyarakat Migran Di Kota Makassar” dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan analisis jalur (path).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pendidikan tidak berpengaruh signifikan
dan berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat migran di Kota Makassar,
2) Pendapatan berpengaruh signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat
konsumsi masyarakat migran di Kota Makassar, 3) Pendidikan tidak berpengaruh
signifikan dan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan masyarakat
migran di Kota Makassar, 4) Pendapatan berpengaruh signifikan dan berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan masyarakat migran di Kota Makassar, 5)
Konsumsi tidak berpengaruh signifikan dan berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan masyarakat migran di Kota Makassar, 6) Pendidikan berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan melalui konsumsi masyarakat migran di Kota
Makassar, 7) Pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan melalui
konsumsi masyarakat migran di Kota Makassar.
Pada penelitian dalam jurnal milik Dahma Amar Ramdhan, Djoko Setyadi,
dan Adi Wijaya (2017) yang berujudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengangguran dan kemiskinan di kota Samarinda” dengan menggunakan
metode analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan kurang berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran. UMK berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran.Inflasi dan UMK berpengaruh minim terhadap tingkat.
Pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengangguran berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pengaruh inflasi terhadap tingkat
kemiskinan masih rendah. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan kurang
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan melalui tingkat pengangguran. UMK
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan melalui tingkat
pengangguran. Inflasi berpengaruh rendah terhadap tingkat kemiskinan melalui
tingkat pengangguran.
Pada penelitian dalam jurnal milik Emanuel Akin (2014) yang berujudul
“Penentu Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Kutai Barat, Indonesia” dengan
menggunakan Path Analysis. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut: (1) Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Private Investment (PMA),
Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan belanja Pemerintah bersama-sama langsung dan
pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di
Kabupaten Kutai Barat, (2 ) Tenaga Kerja berpengaruh dominan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Kutai Barat, (3) Pertumbuhan
Ekonomi, Pertumbuhan Private Investment (PMA), Tenaga Kerja, dan
Pertumbuhan output Pemerintah bersama-sama langsung dan dampak yang
signifikan terhadap jumlah Penduduk Miskin di Kutai Barat Kabupaten, (4)
Tenaga Kerja berpengaruh dominan terhadap jumlah Penduduk Miskin di
Kabupaten Kutai Barat, (5) Pertumbuhan Ekonomi, PMA, Tenaga Kerja, dan
Pertumbuhan pengaruh Pemerintah secara tidak langsung melalui IPM dari jumlah
penduduk miskin di Kutai Barat.
Pada penelitian dalam jurnal milik Fany Fibrian dan Edy Widodo (2016) yang
berujudul “Analisis Jalur Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Masyarakat Di Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan
menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara langsung dipengaruhi oleh
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), kepadatan penduduk dan tingkat
kemiskinan. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), tingkat
pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk secara tidak langsung
berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui tingkat
kemiskinan.
Pada penelitian dalam jurnal milik Benazir dan Azharsyah (2017) yang
berujudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten
Pidie Jaya” dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil
penelitian menemukan bahwa variabel sumber daya manusia dan agama
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, sedangkan variabel budaya tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Secara tidak langsung variabel
budaya berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu melalui variabel
sumber daya manusia dan variabel agama. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama variabel budaya, sumber daya manusia, dan agama
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya yang artinya
kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya harus diperhatikan oleh pemerintah, baik
Pemerintah Daerah maupun pemerintah Pusat.
Pada penelitian dalam artikel ilmiah milik Aris Rahmawan, Sunlip Wibisono,
dan Herman Cahyo D (2015) yang berujudul “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2004-2013” dengan
menggunakan metode Analisis Linier Berganda. Dari hasil regresi linier berganda
disimpulkan bahwa variabel ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh
negatif signifikan, variabel indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif
signifikan dan variabel pengangguran berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.
Pada penelitian dalam jurnal milik Malik Hakam, Sudarno, dan Abdul Hoyyi
(2015) yang berujudul “Analisis Jalur Terhadap Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif (Ipk) Mahasiswa Statistika Undip”
dengan menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Faktor yang memiliki pengaruh negatif paling besar terhadap
IPK adalah faktor banyaknya organisasi dengan pengaruh langsung sebesar -
0,3582 dan pengaruh tak langsung sebesar - 0,132. Faktor kedua yang memiliki
pengaruh negatif paling besar adalah faktor lama internet dengan pengaruh
langsung sebesar -0,2376 dan pengaruh tak langsung sebesar - 0,038. Sedangkan
faktor ketiga yang memiliki pengaruh negatif adalah faktor uang saku, walaupun
tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap IPK tetapi uang saku memiliki
pengaruh tidak langsung sebesar -0,211. Faktor yang memiliki pengaruh positif
terbesar terhadap IPK adalah faktor nilai rata-rata UN SMA dengan pengaruh
sebesar 0,258. Faktor yang memiliki pengaruh positif terbesar kedua adalah faktor
lama belajar dengan pengaruh sebesar 0,2344. Sedangkan, faktor yang memiliki
pengaruh positif terkecil adalah faktor usia dengan pengaruh sebesar 0,1901.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Variabel Hasil penelitian
1 Ravanel Analisis Analisis Jumlah penduduk, Variabel Jumlah penduduk, Indeks
Yosandy Faktor-Faktor jalur Indeks kedalaman kedalaman kemiskinan, penduduk
Lail Yang (Path kemiskinan, miskin, dan TPAK memiliki
(2017) Mempengaruhi analysis) penduduk miskin, pengaruh langsung dengan
Kemiskinan Di tingkat pastisipasi pengangguran. Indeks kedalaman
Indonesia angkatan kerja kemiskinan, dan TPAK memiliki
Tahun 2016 (TPAK), pengaruh tidak langsung terhadap
Dengan pengangguran, tingkat kemiskinan melalui
Menggunakan tingkat pendidikan, pengangguran. Untuk pengangguran
Analisis Jalur indeks dan tingkat pendidikan memiliki
pembangunan pengaruh langsung dengan tingkat
manusia (IPM), kemiskinan. Sedangkan IPM tidak
dan tingkat memiliki pengaruh terhadap
kemiskinan. pengangguran dan tingkat
kemiskinan.
2 Ni Ketut Analisis Analisis Inflasi, tingkat Variabel inflasi berpengaruh
Eni Faktor-Faktor jalur pendidikan, menurunkan kemiskinan melalui
Endraya Yang (Path investasi, pengangguran di Provinsi Bali.
ni dan Mempengaruhi analysis) pengangguran, dan Tingkat pendidikan tidak
Made Tingkat kemiskinan. berpengaruh terhadap kemiskinan
Heny Kemiskinan melalui pengangguran di Provinsi
Urmila Kabupaten/Kot Bali. Investasi berpengaruh
Dewi a Di Provinsi meningkatkan kemiskinan melalui
(2016) Bali pengangguran di Provinsi Bali baik
secara langsung maupun tidak
langsung melalui variabel
intervening yaitu pengangguran.
3 Kadek Pengaruh Analisis Investasi, Secara langsung variabel investasi
Novita Investasi jalur pertumbuhan berpengaruh negatif signifikan
Arshanti Terhadap (Path ekonomi, dan terhadap kemiskinan, secara
dan I. G. Pengentasan analysis) kemiskinan. langsung variabel investasi
A. P. Kemiskinan berpengaruh positif signifikan
Wirathi Melalui terhadap pertumbuhan ekonomi,
(2015) Mediasi secara langsung variabel
Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi berpengaruh
Ekonomi negatif signifikan terhadap
Provinsi Bali kemiskinan sebesar dan pengaruh
investasi terhadap kemiskinan
melalui pertumbuhan ekonomi.
4 Abdul Pengaruh Analisis Pendidikan, (1) Pendidikan tidak berpengaruh
Rahman Pendidikan, jalur pendapatan, signifikan dan negatif terhadap
dan Pendapatan (Path konsumsi, dan konsumsi. (2) Pendapatan
Muh. Dan Konsumsi analysis) tingkat kemiskinan berpengaruh signifikan dan positif
Fiqram Terhadap terhadap tingkat konsumsi. (3)
Alamsya Kemiskinan Pendidikan tidak berpengaruh
h (2019) Masyarakat signifikan dan negatif terhadap
Migran Di tingkat kemiskinan. (4) Pendapatan
Kota Makassar berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap tingkat kemiskinan. (5)
Konsumsi tidak berpengaruh
signifikan dan berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan. (6)
Pendidikan berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan melalui
konsumsi. (7) Pendapatan
berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan melalui konsumsi
masyarakat migran di Kota
Makassar.
5 Dahma Faktor-faktor Analisis Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi dan tingkat
Amar yang jalur ekonomi, tingkat pendidikan kurang berpengaruh
Ramdha mempengaruhi (Path pengangguran, terhadap tingkat pengangguran.
n, Djoko tingkat analysis) Upah minimum UMK berpengaruh signifikan
Setyadi, pengangguran kota (UMK), terhadap tingkat pengangguran.
dan Adi dan Tingkat Inflasi dan UMK berpengaruh minim
Wijaya kemiskinan di pendidikan, Inflasi, terhadap tingkat. Pertumbuhan
(2017) kota dan tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat
Samarinda kemiskinan. pengangguran berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
kemiskinan. Pengaruh inflasi
terhadap tingkat kemiskinan masih
rendah. Pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pendidikan kurang
berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan melalui tingkat
pengangguran. UMK berpengaruh
signifikan terhadap tingkat
kemiskinan melalui tingkat
pengangguran. Inflasi berpengaruh
rendah terhadap tingkat kemiskinan
melalui tingkat pengangguran.
6 Fany Analisis Jalur analisis Indeks Variabel IPM secara langsung
Fibrian Terhadap jalur Pembangunan dipengaruhi oleh TPT, kepadatan
dan Edy Faktor-Faktor (path Manusia (IPM), penduduk dan tingkat kemiskinan.
Widodo Yang analysis) Tingkat Sedangkan TPT, tingkat pendidikan,
(2016) Mempengaruhi Pengangguran pertumbuhan ekonomi dan kepadatan
Kesejahteraan Terbuka (TPT), penduduk secara tidak langsung
Masyarakat Di tingkat pendidikan, berpengaruh terhadap IPM melalui
Daerah pertumbuhan tingkat kemiskinan
Istimewa ekonomi dan
Yogyakarta kepadatan
penduduk, tingkat
kemiskinan
7 Aris Analisis Faktor Analisis Ketimpangan Variabel ketimpangan distribusi
Rahmaw yang Linier distribusi pendapatan dan IPM berpengaruh
an, Mempengaruhi Bergand pendapatan, indeks negatif signifikan, dan variabel
Sunlip Kemiskinan di a pembangunan pengangguran berpengaruh positif
Wibison Provinsi Jawa manusia (IPM), tidak signifikan terhadap kemiskinan
o, dan Timur Tahun pengangguran, dan di Provinsi Jawa Timur
Herman 2004-2013 kemiskinan.
Cahyo D
(2015)
8 Benazir Analisis regresi Sumber daya Variabel SDM dan agama
dan Faktor-Faktor linear manusia (SDM), berpengaruh signifikan terhadap
Azharsya yang berganda agama, budaya, dan kemiskinan, sedangkan variabel
h (2017) Mempengaruhi kemiskinan. budaya tidak berpengaruh signifikan
Kemiskinan di terhadap kemiskinan. Secara tidak
Kabupaten langsung variabel budaya
Pidie Jaya berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan yaitu melalui variabel
SDM dan variabel agama. secara
bersama-sama variabel budaya,
SDM, dan agama berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan di
Kabupaten Pidie Jaya
9 Emanuel Penentu Path Pertumbuhan 1). Pertumbuhan Ekonomi, PMA,
Akin Tingkat Analysis Ekonomi, Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan
(2014) Kemiskinan di Pertumbuhan belanja Pemerintah bersama-sama
Kabupaten Private Investment langsung dan pengaruh yang
Kutai Barat, (PMA), Tenaga signifikan terhadap IPM. 2). Tenaga
Indonesia Kerja, dan Kerja berpengaruh dominan terhadap
Pertumbuhan IPM. 3). Pertumbuhan Ekonomi,
belanja Pemerintah, PMA, Tenaga Kerja, dan
Indeks Pertumbuhan output Pemerintah
Pembangunan bersama-sama langsung dan dampak
Manusia (IPM) yang signifikan terhadap jumlah
Penduduk Miskin. 4). Tenaga Kerja
berpengaruh dominan terhadap
jumlah Penduduk Miskin. 5).
Pertumbuhan Ekonomi, PMA,
Tenaga Kerja, dan Pertumbuhan
pengaruh Pemerintah secara tidak
langsung melalui IPM dari jumlah
penduduk miskin di Kutai Barat.
10 Malik Analisis Jalur analisis Uang saku, usia, Banyaknya organisasi berpengaruh
Hakam, Terhadap jalur nilai rata-rata UN negatif terhadap IPK dengan
Sudarno, Faktor-Faktor (Path SMA, banyak pengaruh langsung sebesar -0,3582
dan Yang Analysis organisasi, lama dan pengaruh tak langsung sebesar -
Abdul Mempengaruhi ) mahasiswa dalam 0,132. Lama internet berpengaruh
Hoyyi Indeks Prestasi menggunakan negatif dengan pengaruh langsung
(2015) Kumulatif internet, lama sebesar -0,2376 dan pengaruh tak
(Ipk) waktu mahasiswa langsung sebesar - 0,038. Uang saku
Mahasiswa belajar, dan indeks berpengaruh negatif secara tidak
Statistika prestasi kumulatif langsung terhadap IPK sebesar -
Undip (IPK). 0,211. Nilai rata-rata UN SMA, lama
belajar, dan usia berpengaruh positif
terhadap IPK dengan pengaruh
masing-masing sebesar 0,258,
0,2344, dan 0,1901.

Anda mungkin juga menyukai