Anda di halaman 1dari 9

Nama : Cahya siswono

Nim : 3402200328

Kelas : Manajemen M

Matkul : Ekonomi Makro

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan


dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Penduduk miskin adalah
penduduk yang berada di bawah suatu batas atau disebut sebagai garis kemiskinan. Garis
kemiskinan merupakan nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan hidup minimum non-makanan.

Berikut ini penjelasan jenis-jenis kemiskinan :

1.Kemiskinan subjektif, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh seseorang memiliki dasar
pemikiran bahwa kebutuhannya belum tercukupi.

2.Kemiskinan absolut, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh penghasilan seseorang atau
keluarga dibawah standar kelayakan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup.

3.Kemiskinan relatif, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kebijakan pembangunan belum
menyentuh semua lapisan masyarakat sehingga antara pengangguran dan lapangan pekerjaan
tidak seimbang

4.Kemiskinan alamiah, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya alam disekitar
tempat tinggalnya belum mencukupi.

5.Kemiskinan kultural, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kebiasaan masyarakat


yang tidak ingin memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.

6.Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh suatu golongan


masyarakat tidak mampu memanfaatkan sumber pendapatan yang tersedia

Faktor-faktor penyebab kemiskinan diantaranya yaitu diantaranya sebagai


berikut :

1.Tingkat pendidikan yang rendah sehingga kurang memiliki keterampilan, wawasan


dan pengetahuan untuk bersaing dalam mendapatkan kesejahteraan kehidupan.
2.Terbatasnya lapangan pekerjaan

Menurut Bank Dunia (2003), menyatakan bahwa penyebab dasar kemiskinan adalah:

a. kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal;

b. terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana;

c. kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor;

d. adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang
mendukung;

e. adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi
tradisional versus ekonomi modern);

f. rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat;

g. budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam
dan lingkungannya;

h. tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance);

i. pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

Weber (Swasono, 1987) menyatakan bahwa ideologi bukan hanya menentukan masalah yang
dianggap penting, tetapi juga mempengaruhi cara mendefinisikan masalah sosial ekonomis dan
bagaimana masalah tersebut diatasi. Ada tiga cara pandang untuk memahami suatu ideologi,
yaitu pandangan menurut pemikiran:

(1). Konservatisme ,
(2). liberalisme, dan
(3). radikalisme.

Kaum konservatif memandang bahwa kemiskinan bermula dari karakteristik orang miskin itu
sendiri. Orang miskin karena tidak mau bekerja keras, boros, tidak mempunyai rencana, kurang
memiliki jiwa wiraswasta, fatalis, dan tidak ada hasrat untuk berprestasi. Orang miskin karena
memiliki budaya kemiskinan yang mencakup karakteristik psikologis, sosial dan ekonomi
(Lewis, 1983).
Pandangan konservatif cenderung melihat bahwa program-program pemerintah yang dirancang
untuk mengubah sikap mental masyarakat miskin merupakan usaha yang sia-sia karena akan
memancing manipulasi kenaikan jumlah kaum miskin yang ingin menikmati program
pemerintah. Dalam hal ini pemerintah juga dilihat sebagai pihak yang justeru merangsang
timbulnya kemiskinan.

Kaum liberal memandang manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistic and situation adaptation pada
lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit; sedangkan kaum radikal
mengabaikan budaya kemiskinan. Mereka menekankan peranan struktur ekonomi, sosial dan
politik dan memandang sebagai manusia makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif.

Kaum liberal memandang orang miskin sebagai pihak yang mengalami kekurangan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan, pelatihan, pekerjaan dan perumahan yang layak, cenderung
merasa optimis dengan kaum miskin dan menganggap mereka sebagai sumberdaya yang dapat
berkembang seperti orang-orang kaya. Bantuan pemerintah dipandang sangat bermanfaat untuk
direalisasikan.

Sedangkan kaum radikal memandang bahwa kemiskinan disebabkan struktur kelembagaan


ekonomi dan politik. Oleh karenanya, kebijakan yang ditempuh adalah melakukan perubahan
kelembagaan ekonomi dan politik secara radikal.

Departemen Sosial (2005) mengkategorikan faktor penyebab kemiskinan ke dalam dua hal, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri
individu atau keluarga fakir miskin itu sendiri yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Faktor
internal tersebut berupa kekurang mampuan dalam hal:

a). Fisik, menyangkut kecacatan fisik, kurang gizi, dan sakit-sakitan,

b). Intelektual, misalnya kurang pengetahuan, kebodohan, dan kekurangtahuan informasi,

c). Mental emosional, misalnya kemalasan, mudah menyerah, putus asa, dan tempramental,

d). Spritual, misalnya sifat tidak jujur, penipu, serakah, dan tidak disiplin,

e). Sosial psikologis, misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/ stres, kurang
relasi, kurang mampu mencari dukungan,

f). Keterampilan, misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan
lapangan pekerjaan,

g). Asset, yakni tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan
dan modal kerja.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar diri individu atau
keluarga fakir miskin yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, antara lain:

a). Terbatasnya pelayanan sosial dasar,

b). Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah,

c). Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor
informal,

d). Kebijakan sektor perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak
mendukung sektor usaha mikro,

e). Belum terciptanya sistim ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak,

f). Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal,

g). Dampak sosial negatif program penyesuaian struktural (structural adjusment program)
budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan,

h). Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana,

i). Pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi fisik material,

j). Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata, dan

k). Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

Indikator Kemiskinan BAPPENAS memberikan rumusan yang konkrit sebagai


indikator utama kemiskinan adalah:

(1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan;

(2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan;

(3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan;

(4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha;

(5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah;

(6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi;

(7) terbatasnya akses terhadap air bersih;


(8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah;

(9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam;

(10) lemahnya jaminan rasa aman;

(11) lemahnya partisipasi;

(12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga;

(13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas
dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat.

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang
terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota,
perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor
ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan
pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

Sementara indikator keluarga fakir miskin yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial RI
(2005: 15-16), yaitu :.

(1). Penghasilan rendah, atau berada di bawah garis kemiskinan yang dapat diukur dari tingkat
pengeluaran per orang per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan
kabupaten/kota.

(2). Ketergantngan pada bantuan pangan kemiskinan (zakat/raskin/santunan sosial).

(3). Keterbatasan kepemilikan pakaian yang cukup setiap anggota keluraga per tahun (hanya
mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap per orang per tahun).

(4). Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.

(5). Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anakanaknya.

(6). Tidak memiliki harta yang dapat dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga
bulan atau dua kali batas kemiskinan.

(7). Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun akibat
tidak mampu mengobati penyakit sjak awal.

(8). Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.
(9). Tinggal di rumah yang tidak layak huni.

Secara umum jika 3 (tiga) kriteria tersebut di atas terpenuhi, maka sebuah keluarga sudah
dapat dikategorikan sebagai keluarga miskin yang layak untuk memperoleh pelayanan. Semakin
banyak kriteria yang terpenuhi semakin fakir keluarga tersebut dan harus diprioritaskan
penanganannya. Untuk indikator rumah yang tidak layak huni
(sebagai indikator ke-9 di atas), dapat dilihat dari kriteria berikut :

(1). Luas bangunan sempit atau hanya mendukung fungsi ruang yang terbatas (memiliki
bagian ruangan yang tidak membedakan fungsi untuk ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, dan
dapur) atau luas lantai per orang untuk keperluan sehari-hari kurang dari 4 m2.

(2). Lantai masih dari tanah/bambu/diplester secara sederhana.

(3). Kesulitan memperoleh air bersih.

(4). Tidak memiliki tempat mandi, cuci pakaian dan membuang air besar (MCK) di rumah
sendiri yang memenuhi syarat kesehatan.

(5). Tidak mempunyai sirkulasi udara yang dapat memungkinkan sinar matahari dan udara
masuk rumah dengan baik.

(6). Dinding umumnya terbuat dari bambu/papan/bahan mudah rusak.

(7). Sanitasi lingkungan di sekitar rumah tidak sehat.

Secara umum jika 2 (dua) kriteria tersebut di atas terpenuhi, maka sebuah rumah sudah dapat
dikategorikan sebagai rumah tidak layak huni. Semakin banyak kriteria yang terpenuhi semakin
tidak layak huni rumah tersebut, dan harus diprioritaskan penanganannya.

Upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan

Dalam sisitem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan pajak


pendapatan/penghasilan merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya ketimpangan. Dengan
mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi, sebaliknya subsidi akan
membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam 10
pemberiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin
tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah digunakan untuk
membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Namun kenyataanya tidaklah
demikian. Pajak tidak hanya dibebankan pada orang kaya tetapi semua komponen masyarakat
tanpa pandang kaya atau miskin semua dikenai pajak. Inilah yang menyebabkan permasalahan
kemiskinan tak kunjung selesai. Seperti inilah sistem atau cara pengenaan pajak kepada para
wajib pajak yang terjadi dalam sistem kapitalis di Indonesia saat ini;
1. Pajak progresif (progressive tax) Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada
mereka yang berpendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak pendapatan, pajak rumah tangga dan
sebagainya

2. Pajak degresif (degressive tax) Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada
mereka yang pendapatannya semakin kecil. Contoh : pajak penjualan, pajak tontonan dan
sebagainya.

3. Pajak proposional (proposional tax) Yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan


pembebanan (persentase) yang sama terhadap semua tingkat pendapatan. Secara lebih rinci
langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah
sebagai berikut : 11

a. Pembangunan Sektor Pertanian Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam


pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan
masayrakat dipedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali
teknologi disektor pertanian. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian
yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector (rural – led
development) proses ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat, kemampuan
mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi serta dengan menciptakan pola
permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia Sumberdaya manusia merupakan investasi insani


yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika kebijakan pemerintah bisa
menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar.

c. Redistribusi Pendapatan secara lebih baik Negara akan ikut bertanggungjawab terhadap
mekanisme distribusi dengan mengedepankan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=pengertian+kemiskinan&oq=&aq
s=chrome.6.69i59i450l8.615789j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF -8

https://www.google.com/search?q=jenis+jenis+kemiskinan+dan+jela
skan&oq=&aqs=chrome.3.69i59i450l8.19493j0j7&sourceid=chrome&i
e=UTF-8

https://www.google.com/search?q=jelaskan+indikator+kemiskinan&
oq=&aqs=chrome.3.69i59i450l8.12257j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF
-8

https://www.google.com/search?q=jelaskan+bagaimana+cara+meng
atasi+kemiskinan&oq=&aqs=chrome.3.69i59i450l8.9120j0j7&sourceid
=chrome&ie=UTF-8

https://drive.google.com/file/d/1vu2PYSJkT_MMeQwf5eYWZtkajv5P
w0so/view
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemis
kinan-definisi-jenis-dan-faktor-penyebabnya?page=all

Anda mungkin juga menyukai