DI KABUPATEN SANGGAU
Photo by Tempo
DEFINISI KEMISKINAN
KETIMPANGAN
DEFINISI KEMISKINAN
Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic need approach).
(Handbook on Poverty and Inequality: The World Bank, 2009.)
P0 P1 P2
Persentase Indeks Kedalaman Indeks Keparahan
Penduduk Miskin Kemiskinan Kemiskinan
7
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (P0)
Penduduk yang termasuk miskin adalah penduduk yang rata-rata pengeluaran per kapita
per bulannya berada di bawah garis kemiskinan.
𝑞 𝛼
1 𝑧 − 𝑦𝑖
Rumus Persentase Penduduk Miskin: 𝑃𝛼 =
𝑛 𝑧
𝑖=1
Dimana:
𝛼=0
z = garis kemiskinan
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang dibawah garis kemiskinan
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
n = Jumlah penduduk
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)
𝑞 𝛼
1 𝑧 − 𝑦𝑖
Rumus Indeks Kedalaman Kemiskinan : 𝑃𝛼 =
𝑛 𝑧
𝑖=1
Dimana:
𝛼=1
z = garis kemiskinan
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang dibawah garis kemiskinan
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
n = Jumlah penduduk
INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)
𝑞 𝛼
1 𝑧 − 𝑦𝑖
Rumus Indeks Keparahan Kemiskinan: 𝑃𝛼 =
𝑛 𝑧
𝑖=1
Dimana:
𝛼=2
z = garis kemiskinan
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang dibawah garis kemiskinan
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
n = Jumlah penduduk
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
✓ Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan.
✓ Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan
mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Kabupaten A Kabupaten B
● ●
● ●
● ● ●
● ●
●
● Garis ● ● ●
● ● ● Kemiskinan
●
●
●
Contoh: Jumlah Penduduk = 10 Contoh: Jumlah Penduduk = 10
Tingkat Kemiskinan = 30% Tingkat Kemiskinan = 30%
11
ANGKA KEMISKINAN KABUPATEN SANGGAU
Persentase Penduduk yang Berada di bawah Garis Kemiskinan di Kabupaten Sanggau Tahun 2009-2021
5,1 5,02
5
4,9
4,8 4,71
4,67 4,67
4,7 4,62
4,57 4,57 4,55
4,6 4,51 4,52
4,47 4,46
4,5
4,4
4,4
4,3
4,2
4,1
4
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
INDIKATOR KEMISKINAN SANGGAU, KALBAR, DAN INDONESIA
2017 4.52 7.88 10.64 0.49 1.23 1.83 0.09 0.29 0.48
2018 4.67 7.77 9.82 0.51 1.18 1.71 0.09 0.28 0.44
2019 4.57 7.49 9.41 0.48 1.14 1.55 0.09 0.26 0.37
2020 4.46 7.17 9.78 0.82 1.01 1.61 0.21 0.23 0.38
2021 4.55 7.15 10.14 0.62 1.03 1.71 0.16 0.23 0.42
PERSENTASE KEMISKINAN KABUPATEN SANGGAU, KALBAR, DAN
INDONESIA (P0)
12
10,64
10,14
9,82 9,78
10 9,41
7,88 7,77
8 7,49
7,17 7,15
6
4,52 4,67 4,57 4,46 4,55
0
2017 2018 2019 2020 2021
2 1,83
1,8 1,71 1,71
1,61
1,55
1,6
1,4 1,23 1,18 1,14
1,2 1,03
1,01
1 0,82
0,8 0,62
0,6 0,49 0,51 0,48
0,4
0,2
0
2017 2018 2019 2020 2021
0,6
0,48
0,5
0,44
0,42
0,37 0,38
0,4
0,29 0,28
0,3 0,26
0,23 0,23
0,21
0,2 0,16
0
2017 2018 2019 2020 2021
Selain pengentasan kemiskinan, salah satu tujuan pada SDGs adalah mengurangi
ketidaksetaraan. Karena, ketimpangan pendapatan penduduk juga menjadi salah satu
masalah sosial yang ada di Indonesia.
PENGUKURAN KETIMPANGAN
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat ketimpangan pengeluaran penduduk
adalah Indeks Gini Rasio. Nilai Rasio Gini berkisar antara 0 hingga 1. Jika Rasio Gini semakin
mendekati 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan semakin tinggi. Sebaliknya, jika Rasio
Gini semakin mendekati 0 mengindikasikan pemerataan distribusi pendapatan antar
penduduk.
Dimana:
fi = jumlah persen (%) penerima pendapatan kelas ke-i
Yi = jumlah kumulatif (%) pendapatan pada kelas ke-i
GINI RASIO
GINI RATIO
INDEKS GINI RATIO TAHUN 2020-2022
0,41
0,393
0,384 0,384
0,39
0,37
0,29
0,272
0,267 0,265
0,27
0,25
2020 2021 2022
5,1 5,02
5
4,9 Persentase penduduk miskin di Kabupaten Sanggau
4,8 4,67
4,71
4,67
telah berada dibawah angka 5 persen sejak 2011.
4,62
4,7 4,57 4,57 4,55 Namun angka tersebut selalu stagnan dikisaran 4
4,6 4,51 4,52
4,5
4,47 4,46 persen. Hal ini menunjukkan terjadinya “diminishing
4,4
4,4 return” dalam upaya pengentasan kemiskinan di
4,3 Kabupaten Sanggau. Pada kondisi demikian perlu
4,2 upaya identifikasi adanya kemiskinan kronis (chronic
4,1
4
poverty) serta adanya lingkaran setan kemiskinan.
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
LINGKARAN SETAN KEMISKINAN
Faisal B: "Karena
mereka yang miskin ini
miskinnya miskin
banget, jadi keraknya
kemiskinan itu ya susah
dientaskan, pasti
turunnya sedikit,"
24
Deliberately Forgotten:
Buruh Tani/Gurem, Nelayan/Anak Jermal,
Buruh Pikul
• Penduduk termiskin (extreem poor,
<US$1.90PPP/cap/day)
• Tidak tersentuh bahkan terdampak
oleh pembangunan dengan berbagai
program (subsidi, yankes, pddkn,
dsbnya).
• Sustainable Development Goals
• SDG-1: Menghapus kemiskinan
• SDG-10: Pengurangan kesenjangan
➔ Kelompok ini yg harus diperhatikan
• Bagaimana mewujudkan SDG?
25
Deliberately Forgotten
Buruh Tani/Nelayan atau Gurem
28
Kurangnya Pemahaman ttg Siapa
Orang Miskin di Perdesaan
• Pemahaman tentang petani-nelayan gurem dan buruh
tani-nelayan perlu diseriusi, tidak sekedar dari
angka/jumlahnya yg besar, namun wajah dan nature nya
harus lebih dihayati.
• Kemiskinan buruh tani/nelayan dan gurem inilah yg
merupakan kunci penyebab upaya penanggulangan
kemiskinan melambat.
29
Perubahan Paradigma:
Dari Basic needs ke Basic rights
31
Perubahan Paradigma:
Dari Basic needs ke Basic rights
➢ Dari fokus pada indikator ➔ fokus pada
determinan kemiskinan.
➢ Dari dampak jangka pendek ➔ penyebab
jangka panjang kemiskinan.
➢ Dari orang miskin sebagai beban dan objek ➔
orang miskin sebagai aset dan subjek
pembangunan
➢ Dari tampak permukaan kemiskinan ➔ akar
kemiskinan yg sering tak kelihatan
➢ Dari bantuan ➔ pemberdayaan
Dari basic needs approach ➔ basic rights 32
approach
UPAYA MENURUNKAN KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN