Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Wahyu Tri Setiantoro

KELAS : 64.3C.07

NIM : 64215059

KELOMPOK : 4

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

LATIHAN SOAL PG PERTEMUAN Ke - 4

1. A. Mudrajat Kuncoro

2. A. US$ 1 perkapita perhari dan US$ 2 perkapita perhari

3. E. Persentase tenaga kerja di Sektor jasa

4. D. Structural Explanation

5. B. Italia

TUGAS MERANGKUM DARI VIDEO PEMBELAJARAN PERTEMUAN Ke – 4

Kelompok II (no. 2) - Hal 5, hal 10 , hal 11 dan hal 15

 Hal 5

Ukuran Kemiskiran yang digunakan Bank Dunia

Ukuran Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per
kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makananan.

Standar ukuran kemiskinan yang digunakan oleh Bank Dunia yaitu US$ 1 perkapita perhari
dan US$ 2 perkapita perhari. US dollar yang digunakan adalah US$ PPP (Purchasing Power Parity),
bukan nilai tukar resmi. Kedua batas ini adalah garis kemiskinan tersebut. Artinya orang disebut Bank
Dunia miskin bila pengeluarannya USD 1,9 per hari. Untuk acuan dolar yang digunakan Bank Dunia
dikonversi kedalam Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli. Untuk diketahui, satu dolar
setara dengan Rp 5.341 dalam PPP.
Kriteria Kemiskiran yang digunakan BPS

Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain juga berbeda. Pengertian
kemiskinan di Indonesia dibuat oleh BPS. Lembaga tersebut mendefinisikan kemiskinan dengan
membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. Dalam konteks
itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteris
tersebut.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan


dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Kriteria statistik BPS tersebut adalah:

1. Tidak miskin, adalah mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
2. Hampir tidak miskindengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. – Rp
350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya mencapai
27,12 juta jiwa.
3. Hampir miskindengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.-
atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya mencapai 30,02 juta
4. Miskindengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp
7.780.- kebawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta
5. Sangat miskin(kronis) tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui
dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar 15 juta

Berdasarkan kriteria kemiskinan yang dilansir oleh BPS tersebut menunjukan jumlah keluarga
miskin di Indonesia cukup besar. Total jumlah penduduk Indonesia kalau dihitung dengan kriteria
pengeluaran per orang hari Rp 11.687.- kebawah , mencapai sekitar 103,14 juta jiwa. Angka
kemiskinan tersebut tentu sangat besar untuk ukuran Negara kaya sumber daya alam seperti
Indonesia. Namun, hal tersebut tak membantu masyarakat mengatasi kekurangannya.

Selain itu, sebaran angka kemiskinan dari BPS, sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2011,
jumlah penduduk miskin di desa selalu lebih besar dibanding dengan di kota. Salah satu sumbangan
kenaikan angka kemiskinan di desa antara lain, rendahnya tingkat pendidikan, banyak yang jadi
buruh tani karena ketidaan lahan dan banyknya anak dalam satu keluarga. Untuk tahun 2011,
sebaran angka kemiskinan berjumlah 63,2 % ada di desa, sedang 36,8 % berada di perkotaan.
Kemkiskinan di perkotaan disebabkan, lowongan kerja sempit dan rendahnya kualitas sumber daya
manusia.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika prioritas pembangunan di arahkan ke desa. Selain
memang kuantitas angka kemiskinan dan keluarga pra sejahtera masih sangat tinggi, juga karena di
desa juga kaya dengan sumber daya alam yang belum tergarap dengan maksimal. Dengan begitu,
pengagguran yang memicua angka kemiskinan dapat ditekan. Sehingga dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi keluarga, serta mengentaskan dari keluarga pra sejahtera menjadi keluarga
sejahtera.

 Hal 10

Teori Penyebab Kemiskinan menurut Nurske

Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (viciouscircle of


poverty) menurut Nurkse (dalam Kuncoro, 1997:132). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar di
bawah. Adanya ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan, ketertinggalan, kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan
investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan, pada hakikatnya


Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan pembangunan masa
lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatan pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan
dengan hal ini Nurkse mengatakan bahwa. Suatu negara menjadi miskin karena ia merupakan
negara miskin” (A country is poor because it is poor), karena memiliki produktivitas yang rendah.
Rendahnya produktivitas akan menghasilkan penghasilan masyarakat yang rendah pula, sehingga
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya yang minim. Karena itulah mereka tidak bisa
menabung, padahal tabungan merupakan sumber utama pembentukan modal masyarakat.
Rendahnya tabungan maka investasi mengalami penurunan sehingga melingkarulang
menujukeadaan kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar.
 Hal 15

Indikator dan Ukuran Ketimpangan serta Kemiskinan

Kemiskinan secara konseptual dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif,
yang perbedaannya terletak pada standar penilaiannya. Indikator yang digunakan dalam
menentukan standar penilaian kemiskinan relatif sifatnya lebih subjektif daripada standar penilaian
kemiskinan absolut. Kemiskinan relatif akan bergantung pada unsur subjektif masyarakat setempat.
Sementara kemiskinan absolut sangat bergantung pada penetapan standar kebutuhan dasar, baik
makanan maupun bukan makanan.

 Kemiskinan Absolut

Konsep kemiskinan absolut atau kemiskinan mutlak berkaitan dengan standar hidup
minimum yang dianggap layak di satu daerah pada waktu tertentu. Pada konsep ini seseorang
disebut miskin jika kehidupannya dianggap lebih rendah daripada tingkat kehidupan layak.
Kehidupan layak menjadi garis pemisah antara miskin dan tidak miskin, atau dengan garis
kemiskinan. Kemiskinan absolut bisa dipahami sebagai perbedaan antara tingkat pendapatan
seseorang dan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Seseorang
disebut miskin, menurut konsep kemiskinan absolut, jika tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok
minimum, seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan, yang diperlukan untuk
bisa hidup layak dan bekerja secara optimal. Kebutuhan pokok minimum biasanya diterjemahkan
dalam ukuran finansial, mengingat banyaknya dimensi yang harus dipenuhi untuk menggambarkan
kehidupan yang layak.

Salah satu kelebihan konsep kemiskinan absolut adalah kemampuannya untuk


diperbandingkan antarwaktu dan antardaerah, dengan catatan definisi kemiskinan yang diyakini
tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat kehidupan dikatakan miskin atau
tidak bergantung pada struktur rumah tangga.Pada 2010, menurut Biro Sensus Amerika Serikat,
untuk satu keluarga yang beranggotakan empat orang, tanpa anak di bawah usia 18 tahun, jumlah
pendapatan minimal adalah US$22.541. Sementara untuk keluarga dengan tambahan dua anak
dengan jumlah orang dewasa tetap empat orang, jumlah pendapatan minimalnya US$22.162 per
tahun. Pada 2014, dengan menggunakan standar tersebut, tingkat kemiskinan sebesar 15,1 persen
atau naik dari 2010 yang mencapai 14,3 persen. Definisi kemiskinan yang tidak berubah membuat
konsep kemiskinan absolut bisa digunakan untuk menilai apakah kebijakan penanggulangan
kemiskinan berhasil atau tidak.

Garis kemiskinan yang memperhitungkan perbedaan daya beli atau biasa dikenal sebagai
garis kemiskinan PPP US$ per kapita yang ditetapkan oleh Bank Dunia adalah contoh dari aplikasi
konsep kemiskinan absolut. Kemiskinan ekstrem didefinisikan Bank Dunia sebagai hidup dengan
tingkat pendapatan kurang dari US$1,9 per hari. Populasi rujukannya adalah konsumsi rata-rata
penduduk di 15 negara termiskin didunia, yaitu Malawi, Mali, Etiopia, Sierra Leone, Niger, Uganda,
Gambia, Rwanda, Guinea-Bissau, Tanzania, Tajikistan, Mozambik, Cad, Nepal, dan Ghana. Tujuan
Bank Dunia membuat definisi kemiskinan adalah untuk membandingkan tingkat kemiskinan antara
negara, yang berdampak pada alokasi penyaluran bantuan finansial untuk memerangi kemiskinan
global.
Pada 2017, pemerintah federal mengategorikan rumah tangga beranggotakan empat orang
sebagai miskin jika pendapatan per tahunnya kurang dari US$24.600.Kertas Kerja - Pengukuran Garis
Kemiskinan di Indonesia: Tinjauan Teoretis dan Usulan Perbaikan Indikator yang biasa digunakan
sebagai penanda kemiskinan absolut adalah Foster-Greer-Thorbeck. Persamaannya: Ketika , maka
indikator FGT menjadi atau dikenal sebagai atau tingkat kemiskinan (poverty rate). Ketika , maka
indikator FGT menjadi atau dikenal sebagai indeks kedalaman kemiskinan. Ketika , maka indikator
FGT menjadi atau dikenal sebagai indeks keparahan kemiskinan.

 Kemiskinan Relatif

Berbeda dengan garis kemiskinan absolut yang bergantung pada nominal yang diperlukan
untuk memenuhi biaya hidup, garis kemiskinan relatif bergantung pada kesepakatan masyarakat
mengenai kelompok masyarakat termiskin. Jika kesepakatan tercapai, garis kemiskinan bisa
ditetapkan. Misalnya, 20 persen kelompok masyarakat terbawah yang diurutkan berdasarkan
pendapatan atau pengeluaran.

Uni Eropa mengategorikan seseorang disebut miskin jika pendapatannya lebih rendah dari
setengah ratarata pendapatan. Misalnya, di Prancis rata-rata gaji pegawai swasta adalah 3.000 euro
per bulan, atau sebesar Rp47 juta. Seseorang dikatakan miskin jika pendapatannya lebih kecil dari
1.500 euro per bulan, atau sebesarRp23,5 juta.

Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
antardaerah danantarwaktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. Namun
untuk menentukan sasaran program yang ditujukan untuk penduduk miskin, ukuran kemiskinan
relatif bisa digunakan. Indikator untuk menentukan kemiskinan relatif biasanya mencantumkan dua
informasi, yakni informasi kuantitatif yang mencerminkan distribusi dan informasi distribusi itu
sendiri. Contohnya, 60 persen dari nilai tengah pendapatan masyarakat dan 20 persen atau 40
persen penduduk dengan tingkat kesejahteraan terbawah.
Kesimpulan

Ukuran Kemiskiran yang digunakan Bank Dunia

Standar ukuran kemiskinan yang digunakan oleh Bank Dunia yaitu US$ 1 perkapita perhari dan US$ 2
perkapita perhari. US dollar yang digunakan adalah US$ PPP (Purchasing Power Parity), bukan nilai
tukar resmi.

Kriteria Kemiskiran yang digunakan BPS

Kriteria statistik BPS tersebut adalah:

1. Tidak miskin, adalah mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
2. Hampir tidak miskindengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. – Rp
350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya mencapai
27,12 juta jiwa.
3. Hampir miskindengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.-
atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya mencapai 30,02 juta
4. Miskindengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp
7.780.- kebawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta
5. Sangat miskin(kronis) tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui
dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar 15 juta

Teori Penyebab Kemiskinan menurut Nurske

Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan, pada hakikatnya


Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan pembangunan masa
lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatan pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan
dengan hal ini Nurkse mengatakan bahwa. Suatu negara menjadi miskin karena ia merupakan
negara miskin” (A country is poor because it is poor), karena memiliki produktivitas yang rendah.
Rendahnya produktivitas akan menghasilkan penghasilan masyarakat yang rendah pula, sehingga
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya yang minim. Karena itulah mereka tidak bisa
menabung, padahal tabungan merupakan sumber utama pembentukan modal masyarakat.
Rendahnya tabungan maka investasi mengalami penurunan sehingga melingkarulang
menujukeadaan kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar.

Indikator dan Ukuran Ketimpangan serta Kemiskinan

- Kemiskinan Absolute

Kemiskinan secara konseptual dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif,
yang perbedaannya terletak pada standar penilaiannya.
Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah
US$1/hari dan kemiskinan menengah dengan pendapatan US$2/hari. Indikator kemiskinan yang
dikemukakan oleh Bappenas (2004) berupa :

a. Kurangnya pangan, sandang, perumahan yang tidak layak.


b. Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif.
c. Kurangnya kemampuan membaca dan menulis
d. Kurangnya jaminan dan kelangsungan hidup.
e. Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi
f. Daya tawar yang rendah.
g. Akses ilmu pengetahuan yang terbatas.

- Kemiskinan Relatif

Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
antardaerah danantarwaktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. Namun
untuk menentukan sasaran program yang ditujukan untuk penduduk miskin, ukuran kemiskinan
relatif bisa digunakan. Indikator untuk menentukan kemiskinan relatif biasanya mencantumkan dua
informasi, yakni informasi kuantitatif yang mencerminkan distribusi dan informasi distribusi itu
sendiri. Contohnya, 60 persen dari nilai tengah pendapatan masyarakat dan 20 persen atau 40
persen penduduk dengan tingkat kesejahteraan terbawah.

Anda mungkin juga menyukai