Anda di halaman 1dari 15

J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o .

1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1024

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PENGANGGURAN


TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN BOJONEGORO
TAHUN 2002 - 2015
*(Asih Handayani
Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro
email: setangguhrumputliar@gmail.com

Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan mengevaluasi dampak pendidikan, kesehatan dan
tingkat pengangguran di Bojonegoro untuk 2002-2015. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data
sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bojonegoro (BPS) dan sumber lain sebagai pendukung.
Ketika metode analisis digunakan dalam penelitian ini, metode analisis deskriptif. Hasilnya menyimpulkan
bahwa pendidikan dan kesehatan memiliki korelasi negatif terhadap variabel kemiskinan. Untuk variabel
pengangguran memiliki pengaruh positif terhadap variabel kemiskinan di Bojonegoro pada tahun 2002-2015
Keyword : education, health,unemployment, poverty

PENDAHULUAN

Kemiskinan ekstern tetap mencolok Pada awal pembangunan di Indonesia,


di negara berkembang, sekalipun sudah beredar suatu teori yang sangat terkenal
banyak peningkatan yang dicapai sejak mula-mula dikemukakan oleh seorang ahli
lebih dari setengah abad yang lalu. ekonomi asal Swedia dan penerima hadiah
Diperkirakan sekitar 1,374 miliar orang nobel untuk ekonomi, Ragnar Nurkse
masih hidup dengan pendapatan kurang (dalam Kuncoro, 2004:32). Teori itu
dari $1,25 perhari yang merupakan paritas disebut teori Lingkaran Setan
daya beli AS pada tahun 2005, dan sekitar Kemiskinan”, terjemahan dari “Vicius
2,6 miliar lagi hidup dengan pendapatan Sircle of Poverty” yaitu konsep yang
kurang dari $2 per hari ( Todaro&Smith, mengandaikan suatu konstellasi melingkar
2011; 250). Orang-orang miskin ini hidup dari daya- daya yang cenderung beraksi
dalam keadaan kurang nutrisi dan satu sama lain secara sedemikian rupa
keseharan yang buruk, sedikit mengenal sehingga menempatkan suatu negara
aksara atau buta sama sekali, hidup di miskin terus menerus dalam suasana
wilayah-wilayah dengan lingkungan yang kemiskinan. Teori itu menjelaskan sebab-
buruk, kurang terwakili secara politis, sebab kemiskinan dinegara-negara sedang
terpinggirkan secara sosial dan berusaha berkembang yang umumya baru merdeka
memperoleh penghasilan minim di sebuah dari penjajahan asing.
pertanian kecil dan marginal (atau sebagai Lingkaran pertama, karena miskin,
buruh tani harian) atau tinggal di seseorang tidak memiliki biaya untuk
perkampungan kumuh perkotaan mendapatkan daya beli informasi dan
pengetahuan. Daya beli informasi dan
pengetahuan ini diidentikkan sebagai
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1025

pendidikan. Rendahnya pendidikan akan rendah, dan sekali lagi ia akan jatuh
menyebabkan masyarakat yang miskin miskin. Untuk mempermudah sebenarnya
memiliki pengetahuan yang kurang. ada tiga mata rantai pokok dalam lingkaran
Pengetahuan yang kurang dan pendidikan setan kemiskinan ini yakni pendidikan,
yang rendah membuat daya saing kesehatan dan pendapatan. Untuk
seseorang di dunia kerja maupun dunia mengatasi masalah kemiskinan menurut
usaha menjadi rendah akhinya akan teori Vicius Sircle of Poverty maka salah
menyebabkan produktivitas seseorang satu rantai harus diputus. Kabupaten
menjadi kecil. Karena produktivitasnya Bojonegoro masih merupakan kabupaten
yang kecil inilah membuat masyarakat yang rawan terhadap kemiskinan di
akan jatuh miskin lagi Lingkaran kedua, Provinsi Jawa Timur.
karena miskin, seseorang hanya memiliki Data pada tahun 2012 sampai 2014
pendapatan kecil. Pendapatannya yang menunjukkan pendapatan Bojonegoro
kecil membuat daya tabungnya juga kecil, termasuk tertinggi kelima di Jawa Timur.
bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar Akan tetapi menurut Survei Sosial
hidup masih belum layak. Tabungan yang Ekonomi Nasional (Susenas) 2013, tingkat
kecil, akan membuat kepemilikan modal kemiskinan di Bojonegoro menempati
seseorang menjadi kecil pula. Kepemilikan peringkat ke-9 di Jawa Timur. Tahun 2015
modal yang kecil membuat seseorang tidak angka kemiskinan di Kabupaten
punya modal untuk membuka usaha Bojonegoro sebesar 15.71 persen,
sehingga mengakibatkan produksinya kemudian turun di tahun 2016 menjadi
rendah bahkan tidak punya usaha sama 14.60 persen (BPS, 2017). Adanya
sekali akhirnya pendapatannya kecil. penurunan kemiskinan ini, membuat
Pendapatan yang kecil juga bisa Kabupaten Bojonegoro keluar dari 10
dikarenakan tidak punya pekerjaan yang kabupaten atau kota termiskin di Jawa
dapat memenuhi kebutuhan dasar Timur. Pada tahun 2016 menjadi peringkat
hidupnya. Karena pendapatannya kecil, ia sebelas termiskin dari kabupaten atau kota
akan jatuh miskin lagi. se-Jawa Timur. Untuk bisa keluar dari
Lingkaran ketiga, karena miskin, peringkat sepuluh besar kabupaten
seseorang akan memiliki kemampuan termiskin di Jawa Timur tidak mungkin
konsumsi yang rendah. Kemampuan hanya dilakukan dalam waktu satu tahun,
konsumsi yang rendah ini akan membuat pasti membutuhkan atau memerlukan
seseorang tidak dapat memenuhi waktu yang berkesinambungan.
kebutuhan pangan, sandang, dan papan Berangkat dari hal diatas penelitian
secara layak. Hal ini juga akan berdampak ini berusaha untuk mengidentifikasi faktor-
pada buruknya status gizi seseorang. faktor yaitu tingkat pendidikan, kesehatan
Seseorang dengan status gizi yang buruk dan pengangguran yang mempengaruhi
tidak akan punya tenaga yang kuat untuk tingkat kemiskinan di Bojonegoro.
bekerja, akhirnya produktivitas kerjanya
akan buruk pula. Dari rendahnya
produktivitas inilah, pendapatannya juga
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1026

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan Salah satu teori kemiskinan, yaitu


teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious
Kemiskinan merupakan salah satu Circle of Poverty) yang dikemukakan oleh
penyakit ekonomi yang sangat sulit untuk Ragnar Nurkse (dalam Kuncoro, 2004:32)
disembuhkan. Kemiskinan mengakibatkan mengatakan bahwa, suatu negara miskin
seseorang tidak mampu memenuhi karena negara itu pada dasarnya memang
kebutuhan hidupnya. Banyak hal yang miskin. Teori ini merupakan konsep yang
menjadi faktor penyebab orang menjadi mengandaikan hubungan melingkar dari
miskin. Todaro (2003:87) memperlihatkan sumber-sumber daya yang cenderung
antara kemiskinan dan keterbelakangan saling mempengaruhi satu sama lain secara
dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek sedemikian rupa. Dengan kata lain,
non ekonomi. Tiga komponen utama lingkaran setan merupakan analogi yang
sebagai penyebab keterbelakangan dan mengumpamakan bahwa kemiskinan itu
kemiskinan masyarakat, faktor tersebut ibarat sebuah lingkaran yang tidak
adalah rendahnya taraf hidup, rendahnya memiliki pangkal ujung, sehingga akan
rasa percaya diri dan terbebas kebebasan terus berputar pada lingkaran yang sama.
ketiga aspek tersebut memiliki hubungan
Untuk mengindikasikan ukuran
timbal balik. Rendahnya taraf hidup kemiskinan selama ini yang lazim
disebabkan oleh rendahnya tingkat digunakan adalah garis kemiskinan
pendapatan, rendahnya pendapatan (poverty line), yaitu menunjukkan ketidak
disebabkan oleh rendahnya tingkat mampuan seseorang melampaui ukuran
produktivitas tenaga kerja, rendahnya garis kemiskinan.Garis kemiskinan adalah
produktivitas tenaga kerja disebabkan oleh ukuran yang didasarkan pada kebutuhan
tingginya pertumbuhan tenaga kerja, konsumsi minimum, konsumsi makanan
tingginya angka pengangguran dan dan non makanan.Menurut Badan Pusat
rendahnya investasi perkapita. Statistik (BPS) penetapan perhitungan
Jhingan (2007:28) mengemukaan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah
tiga ciri utama negara berkembang yang masyarakat yang berpenghasilan dibawah
menjadi penyebab dan sekaligus akibat Rp 7.057 per orang per hari.Penetapan
yang saling terkait pada kemiskinan. angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut
Pertama, prasarana dan sarana pendidikan berasal dari perhitungan garis kemiskinan
yang tidak memadai sehingga dapat yang mencakup kebutuhan makanan dan
menyebabkan tingginya jumlah penduduk
non makanan.Untuk kebutuhan makanan
buta huruf dan tidak memiliki keterampilan digunakan patokan 2.100 kilokalori per
ataupun keahlian. Kedua, sarana kesehatan kapita per hari.Sedang untuk pengeluaran
dan pola konsumsi buruk sehingga hanya kebutuhan minimum bukan makanan
sebagian kecil penduduk yang bisa menjadi meliputi pengeluaran untuk perumahan,
tenaga kerja produktif. Ketiga, penduduk pendidikan, dan kesehatan.
terkonsentrasi di sektor pertanian dan
pertambangan dengan metode produksi
yang telah usang dan ketinggalam zaman.
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1027

Pendidikan

Berdasarkan Undang - Undang pembangunan yang lebih hijau (greener


Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 development) dengan memperhatikan
tentang Sistem Pendidikan, pendidikan aspek-aspek lingkungan juga mudah
didefiniskan sebagai usaha sadar dan tercapai.
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar Kesehatan
Menurut Arsyad (2010: 307)
peserta didik secara aktif mengembangkan
kesehatan masyarakat merupakan salah
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
sepiritual keagamaan, pengendalian diri, satu alat kebijakan penting dalam
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, memerangi kemiskinan. Akses terhadap
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, perawatan kesehatan merupakan faktor
masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam penting bagi pembangunan ekonomi. Oleh
upaya mencapai pembangunan sektor karenanya perlu adanya jaminan kesehatan.
ekonomi yang berkelanjutan (sustainable Dalam hal ini jaminan kesehatan
merupakan pendorong pembangunan dan
development), sektor pendidikan harus
strategi penting dalam penanggulangan
memainkan peranan yang sangat strategis
kemiskinan (Suharto 2013: 59).
khususnya dalam mendorong akumulasi
modal yang dapat mendukung proses Keterkaitan antara kesehatan dengan
produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. kemiskinan juga dikemukakan oleh
Secara definisi, seperti yang dilansir dalam Samuelson dan Nordhaus (2007),
World Commision on Environmental and penyebab dan terjadinya penduduk miskin
di negara yang berpenghasilan rendah
Development (dalam Dian Satria, 2008),
adalah karena dua hal pokok, yaitu
bahwa sustainable development adalah:
rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, dan
“Sustainable development is development
lambatnya perbaikan mutu pendidikan.
that meets the needs of thepresent without
comprimising the ability of future Oleh karena itu, upaya yang harus
generations to meet their ownneeds.” dilakukan pemerintah adalah melakukan
Dalam konteks ini, pendidikan dianggap pemberantasan penyakit, perbaikan
sebagai alat untuk mencapai target yang kesehatan dan gizi, perbaikan mutu
berkelanjutan, karena dengan pendidikan pendidikan, pemberantasan buta huruf, dan
peningkatan keterampilan penduduknya.
aktivitas pembangunan dapat tercapai,
Kelima hal itu adalah upaya untuk
sehingga peluang untuk meningkatkan
memperbaiki kualitas sumber daya
kualitas hidup di masa depan akan lebih
baik. Di sisi lain, dengan pendidikan, usaha manusia.

Pengangguran
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1028

Pengangguran adalah seseorang yang sebagai salah satu faktor yang


sudah digolongkan dalam angkatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
yang secara aktif sedang mencari pekerjaan Jumlah angkatan kerja yang lebih besar
pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi berarti akan menambah jumlah tenaga
tidak dapat memperoleh pekerjaan yang produktif, sedangkan pertumbuhan
diinginkan (Sukirno, 2004:70). penduduk yang lebih besar berarti
Seperti yang dikemukan oleh Todaro meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
and Smith (2011), menyatakan bahwa Dengan kata lain, semakin banyak
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja yang digunakan dalam
angkatan kerja (yang terjadi beberapa proses produksi maka output hasil produksi
tahun kemudian setelah pertumbuhan akan mengalami peningkatan sampai batas
penduduk) secara tradisional dianggap tertentu.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam lainnya (Marzuki, 2005).Analisis data


penelitian ini adalah metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan cara
deskriptif.Jenis data yang digunakan dalam pentahapan secara berurutan dengan
penelitian ini berupa data sekunder yaitu pendekatan deskriptif, yaitu terdiri dari tiga
data yang bukan diusahakan sendiri alur yaitu pengumpulan data sekaligus
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya reduksi data dari hasil dokumentasi data
diambil dari Badan Statistik, dokumen- dari BPS Kabupaten Bojonegoro.
dokumen perusahaan atau organisasi, surat
kabar dan majalah, ataupun publikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro


Pada penelitian ini, variabel 35.664 ribu jiwa dan terendah pada tahun
pendidikan terwakili dengan banyaknya 2003 sebanyak 11.332 ribu jiwa. Pada
siswa yang menamatkan jenjang menengah tahun 2002 sampai tahun 2015 jumlah
atas atau SLTA atau sederajat.Dari data lulusan menunjukkan hasil positif dimana
yang diolah menunjukkan bahwa tingkat terjadinya peningkatan secara terus
pendidikan memiliki efek berseberangan menerus dan hanya satu kali penurunan
dengan kemiskinan. Dimana secara umum ditahun 2003 dimana dari semula 11.340
setiap terjadi kenaikan lulusan menengah ribu jiwa menjadi 11.332 ribu jiwa. Untuk
atas di Kabupaten Bojonegoro akan periode tahun sesudahnya mengalami
menurunkan jumlah angka kemiskinan. peningkatan dari tahun ke tahun.
Jumlah lulusan Sekolah Menengah
Atas/sederajat di Kabupaten Bojonegoro
tertinggi berada pada tahun 2015 sebanyak
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1029

Tabel Perbandingan Tingkat Pendidikan dan KemiskinanDi Kabupaten Bojonegoro


tahun 2002-2015

Tahun Jumlah Jumlah


Penduduk Penduduk
yang Miskin (
Menamatkan 000 )
SMA dan
sederajat (000)
2002 11.340 332.700
2003 11.332 340.900
2004 21.619 336.900
2005 21.586 323.900
2006 22.239 330.890
2007 25.365 321.460
2008 28.207 292.700
2009 29.825 262.000
2010 30.261 227.200
2011 31.653 212.900
2012 32.131 201.900
2013 34.232 196.000
2014 34.344 190.880
2015 35.664 183.990

Gambar Kuadran Tingkat Pendidikan dan Kemiskinan

Grafik kuadran pada gambar Y mewakili variabel kemiskinan yang


menunjukkan bahwa adanya hubungan semakin keatas mengarah kearah positif.
yang berbanding terbalik atau negatif dari Keadaan titik-titik sumbu koordinat yang
variabel tingkat pendidikan dan mewakili hubungan tingkat pendidikan dan
kemiskinan.Sumbu X yang mewakili kemiskinan berada di kuadran yang
variabel tingkat pendidikan dimana menunjukkan hubungan positif-negatif
semakin mengarah kekanan semakin pada kuadran II, dan negatif positif pada
mengarah kearah yang positif, dan sumbu kuadran IV.Dimana setiap terjadi kenaikan
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1030

jumlah tingkat pendidikan yang diwakili Nurkse (dalam Kuncoro, 2004;32) yang
oleh lulusan tingkat menengah atas, maka menyatakan karena miskin, seseorang tidak
terjadi penurunan variabel kemiskinan dan memiliki biaya untuk mendapatkan daya
hal sebaliknya juga terjadi dari penurunan beli informasi dan pengetahuan. Daya beli
jumlah tingkat pendidikan, maka variabel informasi dan pengetahuan ini diidentikkan
kemiskinan justru menjadi meningkat. sebagai pendidikan. Rendahnya pendidikan
Dari analisis hubungan yang telah akan menyebabkan masyarakat yang
dilakukan, variabel Tingkat Pendidikan miskin memiliki pengetahuan yang kurang.
dan kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro Pengetahuan yang kurang dan pendidikan
tahun 2002-2015 memiliki hubungan yang yang rendah membuat daya saing
negatif. Hal ini dapat dilihat dari tahun seseorang di dunia kerja maupun dunia
2002 sampai 2015 dimana setiap ada usaha menjadi sangat rendah akhinya akan
kenaikan Tingkat Pendidikan, angka menyebabkan produktivitas seseorang
kemiskinan di Kabupaten Bojoengoro menjadi kecil karena produktivitasnya
mengalami penurunan dan rata-rata kecil inilah yang membuat masyarakat
hubungan yang terjadi menunjukkan tanda akan jatuh miskin lagi.
negatif.
Hasil ini sesuai dengan teori
lingkaran kemiskinan menurut Ragnar

2. Hubungan tingkat kesehatan terhadap kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro


Jumlah pengunjung puskesmas di menerus dari tahun 2002 sampai tahun
Kabupaten Bojonegoro tertinggi berada 2015.
pada tahun 2015 sebanyak 135.886 ribu
jiwa dan terendah pada tahun 2002
sebanyak 2002 ribu jiwa. Pada tahun 2002
sampai tahun 2015 jumlah pengunjung
puskesmas menunjukkan hasil positif
dimana terjadinya peningkatan secara terus
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1031

Tabel 4.7
Perbandingan Tingkat Kesehatan dan Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2002-2015

Tahun Jumlah Jumlah


Pengunjung Penduduk
Pusat Miskin
Kesehatan ( 000 )
Masyarakat
( 000 )
2002 37.135 332.700
2003 41.603 340.900
2004 54.636 336.900
2005 56.731 323.900
2006 57.284 350.890
2007 66.383 321.460
2008 66.347 292.700
2009 61.071 262.000
2010 95.402 227.200
2011 111.861 212.900
2012 119.037 201.900
2013 122.385 196.000
2014 131.694 190.880
2015 135.886 193.990

Dari data yang diolah menunjukkan jumlah pengunjung pusat kesehatan


bahwa tingkat kesehatan memiliki efek masyarakat di Kabupaten Bojonegoro
berseberangan dengan kemiskinan.Dimana maka angka kemiskinannya menurun.
secara umum setiap terjadi kenaikan

Gambar Kuadran Tingkat kesehatan dan Kemiskinan


J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1032

Grafik kuadran pada gambar akan membuat seseorang tidak dapat


menunjukkan bahwa adanya hubungan memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
yang berbanding terbalik atau negatif dari dan papan secara layak. Hal ini juga akan
variabel tingkat kesehatan dan kemiskinan. berdampak pada buruknya status gizi
Sumbu X yang mewakili variabel tingkat seseorang. Seseorang dengan status gizi
kesehatan dimana semakin mengarah yang buruk tidak akan punya tenaga yang
kekanan semakin mengarah kearah yang kuat untuk bekerja, akhirnya produktivitas
positif, dan sumbu Y mewakili variabel kerjanya akan buruk pula. Dari rendahnya
kemiskinan yang semakin keatas mengarah produktivitas inilah, pendapatannya juga
kearah positif. Keadaan titik-titik sumbu akan rendah, dan sekali lagi ia akan jatuh
koordinat yang mewakili hubungan tingkat miskin. Akan tetapi dalam penelitian ini
kesehatan dan kemiskinan berada di malah menunjujkkan sebaliknya. Kenaikan
kuadran yang menunjukkan hubungan jumlah pengunjung puskesmas yang
positif dan negatif pada kuadran II, dan mengindikasikan bahwa banyak penduduk
negatif positif pada kuadran IV. Dimana miskin yang sakit akan tetapi jumlah
setiap terjadi kenaikan tingkat kesehatan penduduk miskin malah semakin turun.
yang diwakili oleh jumlah pengunjung Perbedaan hasil penelitian dengan
puskesmas, maka terjadi penurunan pada teori nurkse bisa disebabkan karena
variabel kemiskinan dan hal sebaliknya semakin bagusnya fasilitas dan pelayanan
juga terjadi dari penurunan tingkat masing masing pusat kesehatan masyarakat
kesehatan, maka variabel kemiskinan (public health centre) sehingga masyarakat
justru menjadi meningkat. secara umum lebih suka melakukan
Dari analisis hubungan yang telah pemeriksaan di puskesmas daripada harus
dilakukan, variabel tingkat kesehatan dan ke rumah sakit umum di Kota. Sehingga
kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro yang datang berkunjung ke puskesmas
tahun 2002-2015 memiliki hubungan yang tidak hanya warga miskin tapi masyarakat
negatif. Hal ini dapat dilihat dari tahun dengan ekonomi yang dianggap mampu
2002 sampai 2015 dimana setiap ada juga lebih suka berkunjung di puskesmas.
kenaikan tingkat kesehatan, angka
kemiskinan di Bojonegoro mengalami
penurunan dan rata - rata hubungan yang
terjadi menunjukkan tanda negatif.
Hasil penelitian ini tidak
mendukung teori yang ditunjukkan oleh
Nurske. Nurske mengatakan bahwa karena
seseorang miskin, seseorang akan memiliki
kemampuan konsumsi yang rendah.
Kemampuan konsumsi yang rendah ini
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1033

3. Hubungan tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro


Jumlah pengangguran di Kabupaten pengangguran tetapi jumlahnya tidak
Bojoengoro tertinggi berada pada tahun terlalu signifikan. Keberhasilan terhadap
2003 sebanyak 18.868 ribu jiwa dan pengurangan pengangguran terjadi ditahun
terendah pada tahun 2002 berjumlah 2.562 2010 dimana kurun waktu 2010 sampai
ribu jiwa. Untuk periode tahun 2002 2014 tingkat pengangguran turun sampai
sampai tahun 2005 terjadi perkembangan angka 11.668 ribu jiwa sampai pada angka
yang fluktuatif, dimana terjadi kenaikan 3.951 ribu jiwa.
dan penurunan yang cukup signifikan, Dari data yang diolah menunjukkan
seperti di tahun 2002 terjadi kenaikan dari bahwa tingkat pengangguran memiliki efek
angka 2.562 ribu jiwa menjadi 18.868 ribu lurus atau positif dengan kemiskinan.
jiwa di tahun 2003. Kemudian turun secara Dimana secara umum setiap terjadi
signifikan di tahun 2004 menjadi 6.207 penurunan jumlah pencari kerja di
ribu jiwa.Pada tahun 2005 naik lagi Bojonegoro maka angka kemiskinannya
menjadi 11.337 ribu jiwa.Dari tahun 2005 juga menurun.
sampai 2008 terjadi kenaikan tingkat

Tabel

Perbandingan Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro Tahun


2002-2015

Tahun Jumlah Jumlah


Pencari Penduduk
Kerja Miskin
(000) ( 000 )
2002 2.562 332.700
2003 18.868 340.900
2004 6.207 336.900
2005 11.337 323.900
2006 11.583 350.890
2007 12.137 321.460
2008 15.175 292.700
2009 9.609 262.000
2010 11.668 227.200
2011 8.257 212.900
2012 5.893 201.900
2013 4.749 196.000
2014 3.951 190.880
2015 5.116 193.990
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1034

Gambar Kuadran Pengangguran dan Kemiskinan

Grafik kuadran pada gambar terhadap kemiskinan di Bojonegoro. Hasil


menunjukkan bahwa adanya hubungan uji hubungan keduanya ini cocok dengan
yang berbanding searah atau positif dari teori lingkaran kemiskinan menurut
variabel pengangguran dan kemiskinan. Ragnar Nurkse (dalam Kuncoro, 2004;32).
Sumbu X yang mewakili variabel Nurkse mengatakan bahwa karena miskin,
pengangguran dimana semakin mengarah seseorang hanya memiliki pendapatan
kekanan akan semakin mengarah kearah kecil.Pendapatannya yang kecil membuat
yang positif, dan sumbu Y mewakili daya tabungnya juga kecil, bahkan untuk
variabel kemiskinan yang semakin keatas memenuhi kebutuhan dasar hidup masih
mengarah kearah positif. Keadaan titik- belum layak. Tabungan yang kecil, akan
titik sumbu koordinat yang mewakili membuat kepemilikan modal seseorang
hubungan variabel pengangguran dan menjadi kecil pula. Kepemilikan modal
kemiskinan berada di kuadran yang yang kecil membuat seseorang tidak punya
menunjukkan hubungan positif-positif modal untuk membuka usaha sehingga
pada kuadran I, dan negatif-negaif pada mengakibatkan produksinya rendah bahkan
kuadran III. Dimana setiap terjadi kenaikan tidak punya usaha sama sekali akhirnya
tingkat pengangguran, maka terjadi pendapatannya kecil. Pendapatan yang
kenaikan pada variabel kemiskinan dan hal kecil juga bisa dikarenakan tidak punya
sebaliknya juga terjadi dari penurunan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan
tingkat pengangguran, maka variabel dasar hidupnya. Karena pendapatannya
kemiskinan akan ikut mengalami kecil, ia akan jatuh miskin lagi
penurunan.
Variabel pengangguran menunjukkan
hubungan yang positif dan berpengaruh
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1035

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah Kuncoro, 2004:32). Dalam teori


dilakukan, dapat diambil kesimpulan Nurkse tingkat kesehatan yang rendah
sebagai berikut: akan meningkatkan kemiskinan. Akan
tetapi dalam penelitian ini tingkat
1. Variabel pendidikan terwakili dengan kesehatan yang rendah yang
banyaknya siswa yang menamatkan ditunjukkan banyaknya pengunjung
jenjang menengah atas atau SLTA puskesmas tidak menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa pendidikan peningkatan kemiskinan sebaliknya
memiliki efek berseberangan dengan tingkat kemiskinan yang berada di
kemiskinan. Dimana setiap terjadi kabupaten bojonegoro menurun dalam
kenaikan jumlah lulusan menengah kurun waktu penelitian.
atas di Bojonegoro, akan menurunkan 3. Variabel pengangguran menunjukkan
jumlah angka kemiskinan. Hasil ini hubungan yang positif dan
sesuai dengan teori Ragnar Nurkse berpengaruh terhadap kemiskinan di
(dalam Kuncoro, 2004:32) di mana Bojonegoro. Hasil penelitian kali ini
pendidikan banyak negara merupakan cocok dengan teori teori Ragnar
cara untuk menyelamatkan diri dari Nurkse (dalam Kuncoro, 2004:32),
kemiskinan. Semakin tinggi tingkat menurutnya efek buruk pengangguran
pendidikan seseorang, maka suatu adalah mengurangi pendapatan
pengetahuan dan keahlian juga akan masyarakat yang akhirnya mengurangi
meningkat sehingga akan mendorong tingkat kemakmuran yang telah
peningkatan produktivitas kerjanya. dicapai seseorang. Semakin turunnya
2. Variabel kesehatan yang diwakili oleh kesejahteraan masyarakat karena
jumlah pengunjung pusat kesehatan menganggur tentunya akan berdampak
masyarakat menunjukkan hubungan meningkatkan peluang terjebak dalam
yang negatif dan berpengaruh terhadap kemiskinan karena tidak memiliki
kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro. pendapatan.
Hasil penelitian kali ini tidak sesuai
dengan teori Ragnar Nurkse (dalam
Saran
1. Kemiskinan merupakan masalah yang kabupaten bojonegoro perlu mengusahakan
membutuhkan penanggulangan secara kebijakan yang lebih efektif untuk
intensif, diperlukan kerjasama yang menguranginya.misal menggalakkan sektor
sinergis antara kebijakan kebijakan informal untuk menambah kesempatan
pemerintah pusat dan kebijakan kebijakan kerja. Sehingga masyarakat tidak hanya
pemerintah Kabupaten Bojonegoro. berfokus mencari pekerjaan tapi juga bisa
2. Hasil kebijakan pemerintah Kabupaten menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
Bojonegoro terkait rencana aksi daerah bahkan bisa menjadi kesempatan kerja bagi
penanggulangan kemiskinan dan orang lain.
pengangguran di Kabupaten Bojonegoro 3. Pendidikan yang tercermin dari besarnya
dapat dikatakan berhasil untuk mengurangi lulusan sekolah menengah atas, memiliki
tingkat kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pengaruh negatif terhadap kemiskinan,
dari data yang dihimpun oleh peneliti sehingga diharapkan pemerintah kabupaten
bahwa terjadi penurunan yang signifikan Bojonegoro dapat kembali menggalakkan
lima tahun terakhir. Namun untuk masalah program pemberantasan putus sekolah
pengentasan pengangguran, pemerintah
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1036

supaya dapat menekan kemiskinan di pada penelitian berikutnya atau selanjutnya


wilayah Bojonegoro. bisa menggunakan indikator lain yang juga
4. Dalam penelitian ini tingkat kesehatan yang bisa mengukur tingkat kesehatan
tidak mendukung teori nurske, diharapkan masyarakat miskin.

DAFTAR PUSTAKA

Abiodun dan Liyola. 2011. Education Mankiw, Gregory. 2006. Pengantar


andEconomic Growth: The Nigerian ekonomi makro = Principles of
Experience, Journal of Emerging economics edisi ketiga. Jakarta:
Trends in Economics and Salemba Empat
Management Sciences (JETEMS)
2(3):225-231(ISSN:2141 Marzuki. 2005. Metodologi Riset.
7024),(jetems.scholarlinkresearch.org, Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi
diakses 16 Juli 2017). UII, Yogyakarta.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Niswati, Khurri. 2014. Faktor-Faktor


Pembangunan, edisi 4. Yogyakarta: Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
STIE YKPN Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2003-2011. Jurnal :EKO-REGIONAL,
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Vol.9, No.2, September 2014
Bojonegoro Dalam Angka 2017.
Rusdarti & Sebayang, Lesta Karolina.
Bojonegoro: BPS Kabupaten
2013. Faktor-Faktor Yang
Bojonegoro.
Mempengaruhi Tingkat
Baltagi. 2005. Econometric Analysis of KemiskinanDi Provinsi Jawa Tengah.
Panel Data (third ed). West Sussex: Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1,
John Wiley & Son Ltd. April 2013

Dian Satria, 2008. Modal Manusia Dan Suharto, Edi. 2013. Kemiskinan dan
Globalisasi: Peran Subsidi Perlindungan Sosial di Indonesia.
Pendidikan.http://www.diassatria.web.i Bandung: Penerbit alfabeta Bandung.
d/wpcontent/uploads/2008/12/jurnalinde
Supriatna, T. 1997. Birokrasi
f-subsidi.pdf .Diakses tanggal 21 Juli
2017. Pemberdayaan dan Pengentasan
Kemiskinan.Bandung; Humaniora
Jhingan, M.L. 2007.Ekonomi Utama Pers
Pembangunan dan Perencanaan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Sukirno,Sadono. 2004. Makroekonomi
Teori Pengantar. Jakarta: PT.Raja
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Grafindo persada
Pembangunan Daerah: Reformasi,
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Perencanaan, Strategi, dan Peluang
“.Jakarta; Penerbit Erlangga Bisnis. Bandung. Penerbit Alfabeta.
J u n a l E K B I S / V o l . X I X / N o . 1 E d i s i M a r e t 2 0 1 8 | 1037

Suryawati, Criswardani. 2005. Memahami


Kemiskinan Secara
Multidimensional. JMPK Vol 08.
September 2005

Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian


Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia

Todaro, Michael P & Smith, Stephen C.


2011.Pembangunan Ekonomi Edisi
11. Jakarta; Penerbit Erlangga

Widyasworo, Radhitya. 2014. Analisis


Pengaruh Pendidikan, Kesehatan dan
Angkatan Kerja Wanita
terhadapKemiskinan di Kabupaten
Gresik (StudiKasus Tahun 2008 –
2012). FEB UNBRAW Malang :Skripsi
tidak dipublikasikan

Yacoub,Yarlina. 2012. Pengaruh Tingkat


Pengangguran terhadap Tingkat
Kemiskinan Kabupaten/ Kota di
Provinsi Kalimantan Barat.Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas
Tanjungpura Pontianak.
J u n a l E K B I S / V o l . X V I I I / N o . 2 E d i s i S e p t e m b e r 2 0 1 7 | 1038

Anda mungkin juga menyukai