Anda di halaman 1dari 64

Konvergensi Kemiskinan,

Ketimpangan dan Pertumbuhan


Ekonomi:
Pro-poor growth dan strategi Indonesia
menghadapi Covid-19
Navi’ah Khusniati
20/465426/PEK/26429
Magister Sains Ilmu Ekonomi
Universitas Gadjah Mada
OVERVIEW
• Kemiskinan
• Ketimpangan
• Pertumbuhan ekonomi
• Hubungan antar ketiganya
• Konsep pro-poor growth
• Strategi mengatasi konvergensi kemiskinan, ketimpangan,
pertumbuhan ekonomi di era pandemi: studi kasus Indonesia
• Penutup
KEMISKINAN
Kemiskinan

“Setiap orang yang tidak mampu


memenuhi kebutuhan dasarnya”

• kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan atau deprivation of well


being (World Bank, 2000)

• Menjadi target MDGs dan SDGs


Garis Kemiskinan: pentingkah?
“Bundle konsumsi masyarakat yang
menjadi tolok ukur seseorang termasuk
miskin/tidak”

GK seharusnya..
1. Mengambarkan penduduk miskin
2. Konsisten dan dapat dibandingkan
3. Menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan
Macam Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan absolut


• Menggunakan GKM dan GKNM sebagai indikator pengukuran

Garis kemiskinan relatif


• Membandingkan kemiskinan antar individu
Berapa besarnya
Garis Kemiskinan Indonesia?
Mengapa orang bisa masuk kategori miskin?
1. Garis kemiskinan meningkat atau inflasi meningkat
2. Pengeluaran meningkat
Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Sumbangan Garis Kemiskinan (%)
3. Keduanya Makanan Non Total Makanan Non makanan Total
makanan

Garis Kemiskinan Sept 2019 Rp324911 Rp115627 Rp440538 73.75 26.25 100

September 2020 sebesar Mar 2019 Rp335793 Rp118859 Rp454652 73.86 26.14 100

Rp 458.947 Sept 2019 Rp339004 Rp119943 Rp458947 73.87 26.13 100

perkapita/bulan Perub Sept


yoy (%)
4.34 1.73 4.18 - - -

Perub Mar 0.96 0.91 0.54 - - -


*Garis Kemiskinan terdiri dari GKM dan GKNM yoy (%)

Note: inflasi Mar-Sept 2020 sebesar 0.12% Sumber: TNP2K, 2020.


Bagaimana pengukuran
Garis Kemiskinan?
Garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen:
1. Garis kemiskinan makanan (2100 kkal/kapita/hari dan mewakili 52
komoditas pangan)
2. Garis kemiskinan non makanan (kebutuhan dasar non makanan)

Apakah garis kemiskinan sama untuk


Not poor setiap provinsi?
Tidak.

Garis kemiskinan Jakarta Rp 683.339 Jika di tahun 2020 rumah tangga miskin
Near poor sedangkan nasional Rp 458.947 memiliki 4.83 anggota maka…..

Garis kemiskinan
Poor

Extrem poor Sumber: TNP2K, 2020.


Faktor yang mempengaruhi
pengukuran garis kemiskinan:

Garis
kemiskinan
makanan
(FPL) Garis
Populasi kemiskinan
referensi non makanan
(NFPL)

Garis
Initial poverty Garis
kemiskinan
line Kemiskinan
(PL)
Cara hitung kemiskinan

Headcount Poverty Index

Poverty Gap Index

Poverty Severity Index

FGT Index

Indeks kemiskinan lainnya


Headcount poverty index (P0)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑁𝑝


P0 = 𝑥 100% P0 =
𝑁
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
1 1
P0 = σ 𝐼 (𝑦𝑖 − 𝑧)
𝑁 𝑖=1

Dikatakan miskin jika 𝑦𝑖 > 𝑧

Kelebihan:
• Mudah dilakukan

Kekurangan:
• Tidak mampu mendeteksi siapa dan
seberapa parah kemiskinannya
Sumber: Haughton & Khandker - Handbook on Poverty and Equality
Poverty Gap Index (P1)
Indeks kedalaman kemiskinan mengukur
perbedaan rata-rata pengeluaran penduduk
miskin
Perbedaan pengeluaran penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan:

Kelemahan:
• Mengetahui sejauh mana
25 kemiskinan seseorang
0.2 tetapi tidak
menggambarkan distribusi
pendapatan diantara orang
miskin
• Tidak mengetahui secara
pasti permasalahan di
Sumber: Haughton & Khandker - Handbook on Poverty and Equality extreme poor
Poverty Severity Index (P2)
Indeks keparahan kemiskinan memberikan
bobot yang lebih besar bagi individu yang lebih
miskin

Fokus pada individu di bawah garis kemiskinan

Kelemahan:
Rumit dilakukan

25
0.2

Sumber: Haughton & Khandker - Handbook on Poverty and Equality


Foster-Greer-Thorbecke
FGT (1984)
Memberikan bobot yang lebih besar untuk individu
yang lebih miskin
𝛼 = sensitivitas atau nilai dari pengeluaran
Indeksnya: perkapita

𝛼 > 2 sensitifitasnya semakin kecil dan


poverty gapnya semakin besar

𝛼 = 0 𝐻𝑒𝑎𝑑𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥

𝛼 = 1 𝑃𝑜𝑣𝑒𝑟𝑡𝑦 𝑔𝑎𝑝 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥

𝛼 = 2 𝑃𝑜𝑣𝑒𝑟𝑡𝑦 𝑆𝑒𝑣𝑒𝑟𝑖𝑡𝑦 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥


Indeks kemiskinan lainnya

• Sen index Indikator


• Watss index moneter Indikator non
• multidimensional poverty
moneter
Targeting Individu Miskin

Subsidi untuk orang miskin


• Self-selection
1 Program public work

Means testing (MT)


• Individual
2 assessment
Proxy means testing (PMT)

Community-based targeting

• Categorical or Geographic
3 group Demographic
Fenomena Kemiskinan Di Dunia

Sumber: UN SDGs
Kondisi Kemiskinan
Indonesia

Selama 2 dekade,
proporsi penduduk
miskin terus
menurun, tetapi
masih perlu menjadi
perhatian pemerintah

Sumber: BPS dan TNP2K, 2020.


Kemiskinan di Indonesia
Kondisi Kemiskinan Indonesia pada Maret 2011 – September 2020:

Jumlah penduduk miskin pada


September 2020 sebesar 27.55juta
jiwa (naik 1.13juta jiwa dari Maret
2020 dan naik 2.76juta jiwa dari
September 2019)
Persentase penduduk miskin
September 2020 sebesar 10.19%
atau naik 0.41% dari Maret 2020
dan naik 0.97% dari September
2020

Sumber: TNP2K, 2020.


Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan meningkat
disetiap provinsi maupun
pada level nasional

Sumber: BPS dan TNP2K, 2020


Bagaimana Upaya Pengentasan
Kemiskinan di Indonesia?
KETIMPANGAN
PENDAPATAN
Bagaimana cara
menghitung ketimpangan pendapatan?
“Ketimpangan pendapatan menunjukkan share
ekonomi untuk setiap individu”

• Index gini dengan range nilai 0-1


• Kurva Lorenz
Inverted U
(kurva U terbalik-Kuznet)
• Kuznets (1955) hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan
ketidakmerataan pendapatan
membentuk kurva U-terbalik
(inverted- U curve).
• Hipotesa Kuznets bersandar pada
asumsi bahwa terdapat dua sektor
ekonomi dalam suatu negara, yaitu
sektor pertanian tradisional di
perdesaan dengan pendapatan
perkapita dan ketidakmerataan
pendapatan yang rendah dan sektor
modern (sektor industri dan jasa) di
perkotaan dengan pendapatan
perkapita dan ketidakmerataan
pendapatan yang tinggi.
Ketimpangan SDGs

Sumber: UN SDGs
Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
• 4 hal yg mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni akumulasi
modal, pertumbuhan penduudk, kemajuan teknologi, dan system
kelembagaan
• Pertumbuhan ekonomi modern menurut Kuznet:
a. kenaikan output nasional secara terus menerus
b. kemajuan teknologi sebagai syarat perlu (necessary) untuk
merealisasi pertumbuhan
c. penyesuaian kelembagaan
Perhitungan pertumbuhan ekonomi
• Penghitungan PDB melalui 3 pendekatan:
a. pendekatan produksi
Y = (Q1.P1) + (Q2.P2) + ….. (Qn+Pn)
b. pendekatan pendapatan
Y =r+w+i+p
c. pendekatan pengeluaran
Y = C+I+G+(X-M)
• Pertumbuhan ekonomi:
𝑃𝐷𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝐵𝑡−1
𝑌= 𝑥 100%
𝑃𝐷𝐵𝑡−1
Teori Pertumbuhan Ekonomi

Modern
Neo
Keynes klasik
Klasik

Historismus
Historismus
“4 prinsip historismus yaitu
pendekatan bersifat evolusioner,
perlu peran negara, pendekatan
induktif dan mendukung pandangan
konservatif”

Walt Whitman Rostow: 5 tahapan perkembangan


1. Friedrich List: 5 tahap
perekonomian
perkembangan ekonomi dari
• Tradisional
cara produksi
• Prasyarat lepas landas
2. Bruno Hilderbrand: 3 tahapan
• Lepas landas
perkembangan perekonomian
• Menuju kedewasaan
3. Karl Bucher: 3 tahapan
• Konsumsi masyarakat tinggi
perkembangan perekonomian

Sumber: Arsyad, 2016


Klasik
Peran individu mendominasi perekonomian, laissez
faire, mekanisme pasar lebih efisien dan harga
ditentukan oleh pasar

Adam Smith David Richardo


1. pertumbuhan output total 1. Tanah terbatas
dipengaruhi sumber daya alam, 2. Jumlah penduduk ditentukan oleh
sumber daya manusia, modal jumlah upah nominal
(tabungan), luas pasar, dan 3. Akumulasi modal terbentuk saat
keuntungan diatas tingkat keuntungan lebih dari keuntungan
keuntungan minimal minimal
2. pertumbuhan penduduk 4. Teknologi selalu berkembang
dipengaruhi oleh tingkat upah 5. Pertanian sangat dominan
subsisten

Sumber: Arsyad, 2016


Klasik
Joseph Schumpeter

Kapitalisme ststem yang paling baik tetapi di jangka


panjang ada stagnasi ekonomi (asumsi full employment
dan full alokasi sumber daya

Pentingnya inovasi dan entrepreneur 3 konsekuensi inovasi:


a. Teknologi baru
b. Ada keuntungan monopolis
c. Muncul peniru/imitasi

Sumber: Arsyad, 2016


Keynes
Harrod-Domar: Modal
Tenaga
Kerja
Pentingnya pembentukan modal
dalam mendorong produksi
serta kenaikan kapasitas
produksi dan pendapatan K2
Q2

nasional ditentutkan oleh K1 Q1

kenaikan pengeluaran
masyarakat Tenaga Kerja
0 L1 L2

Sumber: Arsyad, 2016


Neo klasik
Solow-swan
Modal
Tenaga
Kerja

Pertumbuhan ekonomi bergantung pada


akumulasi faktor produksi (modal, tenaga A
D
kerja atau penduduk, dan teknologi) K3

*Teknologi sangat dominan


B I2
Fungsi produksi cobb-douglass K2 C

𝑄𝑡 = 𝑇𝑡 𝐾𝑡𝑎 𝐿𝑏𝑡 K1
I1

Tenaga Kerja
0 L3 L4 L2 L1

Sumber: Arsyad, 2016


Modern
Ketergantungan:
Ada ketergantungan negara berkembang pada negara
maju.
Teori ini dipopulerkan oleh Paul Baran (1960), Theotonio Dos
Santos (1970), Todaro & Smith (2003)

Theotonio Dos Santos (1970) Todaro & Smith (2003)

Ketergantungan kolonial Model ketergantungan neokolonial

Ketergantungan industri keuangan Model paradigma palsu

Ketergantungan teknologi industri Tesis pembangunan dualistik

Sumber: Arsyad, 2016


Modern

Teori pembangunan endogen


Paul Michael Romer (1970)

Kritik dari neoklasik the law of diminishing


marginal returns to capital investment

𝑌 = 𝑓 𝐾, 𝐻, 𝑅

Teori ini mampu menjelaskan pertumbuhan di negara maju seperti Korea Selatan dan Singapura
Pertumbuhan ekonomi SDGs

Sumber: UN SDGs
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi regional triwulan III-2020 (yoy)
• Covid-19
menurunkan
angka
pertumbuhan
disetiap
wilayah di
Indonesia

Sumber: BPS dan BI, 2020


Konvergensi Kemiskinan,
Ketimpangan, dan
Pertumbuhan Ekonomi
Konvergensi kemiskinan, ketimpangan,
dan pertumbuhan ekonomi

• Konsep bourguignon
2004 segitiga
konvergensi
Konvergensi kemiskinan, ketimpangan,
dan pertumbuhan ekonomi
• Menunjukkan perubahan tingkat kemiskinan, dimana sumbu x
menunjukkan kepadatan distribusi pendapatan yaitu jumlah individu pada
tiap level pendapatan dalam skala logaritma. Sumbu y menunjukkan share
penduduk pada level pendapatan tertentu terhadap seluruh jumlah
penduduk.
• Peningkatan pendapatan dan perbaikan distribusi pendapatan masyarakat
secara bersama-sama akan menggeser distribusi pendapatan ke kanan dan
mempersempit ketimpangan antar individu.
• Hal ini akan mengurangi kemiskinan sebesar daerah diarsir gelap ditambah
dengan daerah diarsir lebih terang, sehingga semakin efektif dalam
mengentaskan kemiskinan. Pada kondisi ini maka jumlah orang miskin akan
sebesar daerah terang. Hubungan pertumbuhan dan kemiskinan
• Kakwani dan Son (2006) berpendapat bahwa pertumbuhan akan
mempengaruhi tingkat kemiskinan tidak hanya melalui pertumbuhan itu
sendiri, tetapi juga melalui cara pendistribusian manfaat pertumbuhan
diantara penduduk.
• Kombinasi antara pertumbuhan dan redistribusi pendapatan dalam porsi
yang tepat diperlukan untuk membuat pertumbuhan dapat bermanfaat
bagi penduduk miskin sehingga proses pengurangan kemiskinan menjadi
optimal
Konvergensi kemiskinan, ketimpangan,
dan pertumbuhan ekonomi
“Growth really does help the poor: in fact it raises their
incomes by about as much as it raises the incomes of
everybody else.. In short, globalization raises incomes, and the poor participate fully” (The
Economist, May 27, 2000, p. 94).

“There is plenty of evidence that current patterns of


growth and globalization are widening income dispar ities and hence acting as a brake on poverty
reduction”
(Justin Forsyth, Oxfam Policy Director, Letter to The
Economist, June 20, 2000, p. 6).

Martin Ravallion membuktikan apakah pertumbuhan ekonomi selalu berdampak positif pada
penurunan kemiskinan?
Perdebatan lama
terkait data kemiskinan

Ravallion (2001), menggunakan Apa yang


beberapa penyesuaian: terjadi
1. Data tingkat rumah tangga dengan
(household) dan estimasi data India?
primer
2. Consumer price tidak selalu
mewakili bundle konsumsi poor
3. Menggunakan data PCE (private
consumption expenditure) dan Tahun 1990an NAS India tidak representatif
NAS (national accounts) sebagai terhadap konsumsi dan ada peningkatan
pembanding estimasi ketimpangan (Ravallion, 2000)
Penurunan kemiskinan dan
pertumbuhan rata-rata

• Korelasi penurunan kemiskinan dan


pertumbuhan rata-rata dapat diketahui
melalui log index gini (Ravallion, 2001)
• Share of economy antar level income berbeda
• Jika distribusi pendapatan tidak berubah maka
akan berdampak buruk pada individu miskin
(saat kontraksi ekonomi maupun
pertumbuhan)
• Gambar disamping menggambarkan kondisi
jika inequality konstan terhadap proporsi
individu di bawah garis kemiskinan
Sumber: Ravallion, 2001
Apakah peningkatan
ketimpangan menghambat
penurunan kemiskinan?

Chen dan Ravallion (2001) membandingkan data household dan PCE


pada 50 negara berkembang ($1/day)
Hasilnya:
Tahun 1987 headcount Tahun 1998 headcount
poverty index 28 % poverty index 23.4 % atau 1.2
miliar jiwa (calculated on data)
dan 24.4 % yg ada di lapangan
(distribution neutral case)

Kesimpulannya:
inequality berpengaruh pada penurunan kemiskinan
Hubungan income, inequality,
poverty reduction:
Efek penurunan kemiskinan berbeda disetiap wilayah, bergantung pada pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan

Sumber: Ravallion, 2001


Inequality sebagai tantangan
penurunan kemiskinan

• Ketika kontraksi ekonomi individu miskin akan lebih menderita dari kelompok non
miskin (Ravallion, 2001)
• Apakah jika inequality tidak naik akan tetap mengambat penurunan kemiskinan
dan pro-poor growth?
• Untuk mengetahuinya menggunakan rumus:

Pengaruh poverty ditentukan oleh distribution-corrected rate of growth


Apakah ada pengaruh kebijakan terhadap
perubahan ketimpangan?

• Ada korelasi kecil efek perubahan kebijakan (termasuk trade


openness) terhadap perubahan ketimpangan (Dollar & Kraay, 2000)
• Tidak ada korelasi bukan berarti tidak ada pengaruh
• Kondisi perekonomian di awal (initial level of economy) dan target
pembangunan ekonomi setiap negara mempengaruhi korelasi
tersebut
• Beberapa peneliti mengungkapkan ada korelasi antara kebijakan dan
ketimpangan ekonomi (Li, Squire, dan Zou, 1998; Barro, 2000).
Bagaimana dengan initial distribution
pada penurunan kemiskinan?

Apakah initial distribustion penting? Untuk apa?


Increasing
(Ravallion, 1997) Share of
economy

2 pendapat mengapa initial distribution penting:


• Ketimpangan tinggi bisa menurunkan poverty Pada maksimum
inequality, poor
reduction >>>> induced-growth argument people tidak Low
• Meski initial distribution (mungkin) tidak relevan mendapat manfaat
inequality

terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi penting dari pertumbuhan


untuk tahu berapa share of economy bagi orang ekonomi
miskin >>>> growth-elasticity argument
Protect poor
people when
contraction
of economu
Bagaimana dengan initial poverty rate?
“proses pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan
tidak secara langsung hanya bergantung pada initial level of
poverty”
(Ravallion, 2012)

Ada 2 pandangan terhadap negara:


• Negara low-initial income yang bertujuan untuk meningkatkan rate of economic
growth
• Negara high-mean income bertujuan untuk menurunkan kemiskinan absolut

Hipotesis Ravallion (2012):


Apakah tingkat pertumbuhan rata-rata atau efek pertumbuhan pada penurunan
kemiskinan directly bergantung pada initial poverty rate?
Bagaimana dengan initial poverty rate?
Kesimpulannya ravallion (2012):
Menurut neo-klasik efek konvergensi terjadi saat:
1. Jika suatu negara memiliki initial lower mean income dan (biasanya)
dengan kemiskinan yg tinggi, akan cenderung meningkatkan
pertumbuhan ekononominya
2. Namun, kemiskinan yang tinggi akan menyulitkan dalam penurunan
kemiskinan jika hanya mengandalkan mean income
Pro poorness
Pro-poor Growth

Kebijakan pertumbuhan ekonomi


yang berpihak kelompok miskin

Mengapa penting? (Harmacek et al., 2017)


1. Pertumbuhan ekonomi seharusnya inklusif untuk
seluruh level income
2. Pertumbuhan ekononomi seharusnya menciptakan
kesempatan kerja, menurunkan ketimpangan dan Diperkenalkan oleh World Bank
kemiskinan 1990 dalam laporannya dengan
3. Bahkan pada negara dengan pendapatan tinggi, belum ‘broadbased growth’
tentu mampu menurunkan kemiskinan
Metode pengukuran Pro-poor growth
Menurut World Bank (2008) terdapat empat metode pengukuran pro poor growth
meliputi:
1. Pro poor growth Index (PPGI) dikemukakan oleh Kakwani and Pernia pada
tahun 2000.
2. Poverty Bias of Growth (PBG) dikemukakan oleh Kakwani pada tahun 2000.
3. Poverty Growth Curve (PGC) dikemukakan oleh Son pada tahun 2003.
4. Poverty Equivalent Growth Rate (PEGR) dikemukakan oleh Kakwani, et. al. pada
tahun 2004
PPGI
Pro-poor growth index ( Kakwani, N., & Pernia, E. M., 2000; Harmáček et al., 2017).

Growth-effect Inequality-effect

• Perubahan pengukuran kemiskinan dari waktu ke waktu didefinsikan dalam P21 = P2-P1 dimana P21 = GE + IE
• Perubahan pendapatan rata-rata (naik/turun) antar 2 periode waktu dituliskan sebagai g21
• Elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan pendapatan rata-rata dituliskan dengan notasi 𝜂 = P21/g21
• Elastisitas pertumbuhan kemiskinan dinotasikan dengan 𝜂𝑞 = GE/g21
• Elastisitas ketimpangan 𝜂𝑖 = IE/g21
• Bandingkan nilai IE dan GE (Harmáček et al., 2017

Selanjutnya, perhitungan pro-poor growth index yang dirumuskan oleh Kakwani et al., (2000) sebagai
berikut:
𝜂
PPGI = 𝜂
𝑔
PPGI
Kakwani et al. (2000) dalam Harmáček et al. (2017) mengelompokkan hasil perhitungan
PPGI dalam rentang indeks kurang dari nol hingga lebih dari 1, yaitu:

1) Jika PPGI > 1 atau nilai 𝜂𝑖 < 0 maka kemiskinan dan ketimpangan menurun sebagai Namun, jika
akhibat dari pertumbuhan ekonomi (pro-poor growth). pertumbuhan negatif
maka gunakan rumus:
𝜂𝑔
2) Jika PPGI ≥ 0 − 1 atau nilai 𝜂𝑖 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝜂𝑖 < 𝜂𝑔 maka kemiskinan menurun tetapi PPGI = 𝜂
ketimpangan meningkat sebagai akhibat dari pertumbuhan ekonomi (trickle down effect)
karena pertumbuhan ekonomi lebih banyak dirasakan oleh kelompok non-marginal.

3) Jika PPGI < 0 atau nilai 𝜂𝑖 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝜂𝑖 > 𝜂𝑔 maka kemiskinan dan ketimpangan
meningkat sebagai akhibat dari pertumbuhan ekonomi (anti pro-poor growth) karena
pertumbuhan ekonomi hanya berfokus pada peningkatan utilitas kelompok masyarakat
kaya, sedangkan kaum miskin semakin terbelakang.
PEGR
Poverty equivalent growth rate (Kakwani & Son, 2008; Harmáček et al., 2017)

“PEGR menunjukkan berapa manfaat pertumbuhan ekonomi jika setiap


penduduk memperoleh besaran manfaat yang sama”

Penghitungan ini dari perkalian PPGI terhadap pertumbuhan pendapatan rata-rata (g), diperoleh:
PEGR = g x PPGI
g = ∆ ln 𝜇
Untuk mengetahui suatu wilayah memiliki pertumbuhan pro-poor atau tidak, bandingkan nilai PEGR dan nilai g

Pertumbuhan ekonomi dikatakan pro-poor jika nilai g > 0 dan PPGI > 1 pada pertumbuhan ekonomi yang
positif, serta jika nilai g < 0 dan PPGI < 1 jika pertumbuhan ekonominya bernilai negatif (resesi).

𝜂
𝑃𝑃𝐺𝐼 ∗ =
𝜂∗𝑔

Notasi 𝜂 ∗ 𝑔 merupakan elastisitas pertumbuhan absolut


Pro-poorness di beberapa negara
Jaromír Harmáˇcek∗, Miroslav Syrovátka, Lenka Duˇsková Palack´y (2017)
membahas Pro-poor growth in East Africa

Sumber: Harmáček et al., 2017


Pro-poor growth in East Africa

• Hanya Rwanda
(2005-2010) dan
Kenya yang pro-
poor meskipun
dengan
pertumbuhan
yang berbeda

Sumber: Harmáček et al., 2017


Pro-poor growth in East Africa

Hanya Rwanda
dan Kenya
(Sebagian)
yang pro-poor
growth

Sumber: Harmáček et al., 2017


Strategi Indonesia menghadapi Covid-19

• Undang-Undang No. 2 Tahun


2020: Mendukung Kebijakan
Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan
• Pengembangan QRIS dan
transaksi e-commers
• Pemberian bantuan sosial
PENUTUP
• Kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
saling berkaitan
• Konvergensi tersebut diteliti oleh Chen dan Ravallion (2001), Ravallion
(2001), Bourguignon (2004), Kakwani & Son (2008), Harmáček et al.
(2017)
• Pertumbuhan ekonomi seharusnya inklusif untuk setiap individu
• Regulasi pertumbuhan ekonomi seharusnya berpihak pada pro-poor
growth
• Mayoritas negara di Afrika Timur masih trickle down effect
DAFTAR PUSTAKA
Banerjee, A. V., & Duflo, E. (2003). Inequality and growth: What can the data Say? Journal of Economic Growth, 8(3), 267–299.

Dollar, D., & Kraay, A. (2004). Growth is Good for the Poor. Journal of Economic Growth, 7, 195–225. Fosu, A. K. (2017). Growth, inequality, and
poverty reduction in developing countries: Recent global evidence. Research in Economics, 71(2), 306–336.

Harmáček, J., Syrovátka, M., & Dušková, L. (2017). Pro-poor growth in East Africa. Quarterly Review of Economics and Finance, 64, 82–93.

Kakwani, N., Pernia, E., Economic, N., & Authority, D. (2000). What is Pro-poor Growth? Asian Development Review, 18(1), 2–17.

Kakwani, N., & Son, H. H. (2008). POVERTY EQUIVALENT GROWTH RATE by N anak K akwani. The Review of Income and Wealth,
54(4), 643–656.

Ravallion, M. (1997). Can high-inequality developing countries escape absolute poverty? Economics Letters, 56(1), 51–57
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai