Daftar isi 2
PASAL MENGENAI
PASAL PENUTUP 82
PEMBUKAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja puji kepada Allah Swt yang telah mengangkat jiwa orang-orang yang
suci dengan mujahadah[1], yang telah membahagiakan hati para wali dengan
musyahadah[2], yang telah menghiasi lisan orang-orang mukmin dengan zikir,
yang telah mengagungkan bisikan hati orang-orang Arif (berpengetahuan pada
Allah) dengan berfikir, yang telah menjaga khalayak hamba dari kerusakan, yang
telah menahan segala kesulitan dari para ahli zuhud, yang telah menghindarkan
orang-orang yang bertaqwa dari bayang-bayang syahwat, yang telah mensucikan
ruh orang-orang yakin dari gelapnya keraguan, yang telah menerima semua amal
perbuatan para manusia terpilih melalui do’a-do’a dan yang telah menguatkan
tali kaum merdeka dengan ikatan yang kokoh.
Aku memuji-Nya dengan pujian mereka yang telah melihat tanda-tanda kekuasaan
dan kekuatan-Nya, yang telah menyaksikan ke-Mahatunggalan dan wahdaniyah-Nya,
yang telah mengetuk pintu-pintu rahasia-Nya dan kemuliaan-Nya, yang telah
memetik buah dari sujud dan ketaatan-Nya. Aku mensyukuri-Nya dengan syukur
mereka yang telah terbakar dan hanyut dalam aliran sungai kemuliaan dan
pemuliaan-Nya.
TANDA-TANDA
PENGETAHUAN TENTANG DIRI
Ketahuilah ! bahwa pengetahuan tentang kimia kebahagiaan[3] yang bersifat
dhohir tidak ada dalam perbendaharaan ilmu kaum awam kebanyakan, akan tetapi
tersimpan dalam gudang ilmu para raja, demikian juga dengan kebahagiaan. Ia
hanya ada dalam gudang rahmat Allah Swt. Di langit sana tersimpan esensi
(jawhar) para malaikat, dan di bumi tersimpan di hati para wali yang
Arifbillah. Dan setiap orang yang mencari ini tanpa bersandar hadrat
kenabian[4], maka ia telah salah jalan dan semua daya upayanya tak lebih
seperti uang dinar palsu. Ia kira dirinya kaya raya, tapi sebenarnya miskin di
hari kiamat sebagaimana ditegaskan Allah Swt:
Dari sekian rahmat Allah pada hamba-Nya, Dia telah mengutus seratus dua puluh
empat ribu nabi untuk mengajarkan seluruh manusia tentang naskah kimia ini,
mengajarkan mereka bagaimana menjadikan hati sebagai tempaan mujahadah[5],
mengajarkan bagaimana membersihkan hati dari budi pekerti yang buruk dan
mengajarkan bagaimana mengendalikanya untuk menyusuri lorong-lorong kesucian,
seperti dijelaskan Allah Swt:
“Dialah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kitab dan hikmah.” (Q.S. al-Jum’ah [62]: 2).
Yaitu mensucikan mereka dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat kebinatangan
serta menjadikan sifat-sifat malaikat sebagai baju dan hiasan mereka.
Adapun maksud dari Kimia ini adalah bahwa semua yang berhubungan dengan
sifat-sifat negatif maka wajib menanggalkannya, dan semua yang berhubungan
dengan sifat-sifat kesempurnaa maka wajib mengenakannya. Satu-satunya rahasia
keberhasilan KIMIA KEBAHAGIAAN ini adalah kembali mundur dari keduniawian
seperti ditegaskan oleh Allah Swt:
PASAL MENGENAI
PENGETAHUAN DIRI PRIBADI
Ketahuilah ! bahwa kunci mengetahui Allah (ma’rifah Allah) adalah mengetahui
diri sendiri. Seperti firman-Nya:
“Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami atas segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar.”
(Q.S. Fussilat [41]: 52).
“Siapa saja yang tahu akan dirinya, maka ia telah mengetahui Tuhannya.”
Tidak ada sesuatupun paling dekat denganmu kecuali dirimu sendiri. Maka jika
kamu tidak mengetahui dirimu, bagaimana mungkin kamu bisa mengetahui Tuhanmu?
Jika kamu katakan bahwa aku telah mengetahui diriku, yang kamu tahu sebenarnya
adalah diri bagian jasmani (anggota badan) yang terdiri dari tangan, kaki,
kepala dan lainnya. Kamu tidak mengetahui apa yang tersimpan dalam batinmu,
yang bila sedang marah, ia mendorongmu untuk bertengkar. Jika sedang bernafsu,
ia mengajakmu kawin. Jika sedang lapar, ia memintamu makan, jika sedang haus,
ia menuntutmu minum, dan hewan sangat mirip denganmu dalam hal ini. Maka itu,
yang wajib Anda lakukan adalah mengenalkan hakikat pada dirimu hingga Anda
tahu apa sebenarnya dirimu, dari mana kamu datang hingga sampai di tempat ini,
untuk tujuan apa kamu diciptakan, dengan apa kamu bisa meraih kebahagiaan dan
dengan apa kamu mendapatkan kepuasan.
Kebahagiaan binatang jinak terletak pada makan, minum, tidur dan kawin, maka
jika kamu merasa bagian dari mereka, kenyangkan perutmu dan puaskan kelaminmu.
Kebahagiaan akan dirasakan binatang buas ketika mampu menyerang dan
melumpuhkan mangsa, kebahagiaan setan terletak pada makar, kejahatan dan
tipuan, maka jika kalian merasa bagian dari mereka, berbuatlah seperti yang
mereka perbuat.
Dan barangsiapa yang tidak memahami pada makna-makna ini, maka ia hanya
mendapat bagian kepingan-kepingannya saja, karena hakikat yang sebenarnya
terhijab (tertutup) baginya.
Ed:1
Kedua yang disebut jiwa atau ruh. Jiwa atau ruh adalah hati yang biasa Anda
sebut sebagai mata hati. Hakikatmu adalah yang batin, karena jasad yang tampak
pertama sebenarnya merupakan yang terakhir, dan jiwa yang Anda sangka sebagai
terakhir sebenarnya yang pertama, atau disebut hati.
Hati bukanlah sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri, karena itu
hanya berlaku bagi binatang dan jasad mati. Segala sesuatu yang Anda lihat
dengan mata dhohir adalah alam ini atau yang disebut alam syhadah. Sedangkan
hakikat hati bukanlah bagian alam ini, tapi alam ghaib, dan hati dialam ini
adalah hal asing. Potongan daging itu hanyalah wadahnya, semua anggota tubuh
jasmanii adalah bala tentaranya, sedang ia adalah rajanya. Ma’rifah Allah
(mengetahui Allah) dan musyahadah (menyaksikan) keindahan hadir-Nya adalah
sifat-sifat hati, beban baginya dan perintah untuknya. Dari situ ia
mendapatkan pahala dan siksa, kebahagiaan dan kepuasan mengikutinya, demikian
ruh hewani pun senantiasa mengintainya dan selalu membuntutinya.
Ed2
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: “Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku.” (Q.S. al-Isra [17]: 85).
Karena ruh merupakan bagian dari kekuasaan ilahiah, yaitu dari ‘alam al-amr
(kuasa perintah Tuhan) Allah Swt berfirman:
“Ingatlah, yang menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (Q.S. al-A’raf
[7]: 54).
Dengan demikian, pada satu sisi manusia merupakan bagian dari ‘alam al-khalq
(alam ciptaan) dan pada sisi lain bagian dari ‘alam al-amr. Segala sesuatu
yang bisa dikenai ukuran panjang lebar, kadar dan mekanisme adalah termasuk
‘alam al-khalq[6], namun hati tak memiliki ukuran panjang lebar dan ukuran
tertentu. Oleh karena itu, ia tak menerima pembagian. Jika bisa dibagi, maka
ia termasuk ‘alam al-khalq. Contohnya, dari sisi sifat bodoh, maka ia pun
menjadi bodoh dan dari sisi sifat pintar, ia pun menjadi pintar. Namun segala
sesuatu yang terdiri dari sifat bodoh dan pintar pada saat yang sama adalah
mustahil. Dengan kata lain, ia bagian dari ‘alam al-amr, karena dalam ‘alam
al-amr tidak berlaku ukuran panjang lebar dan ukuran tertentu.
Sebagian dari mereka mengira bahwa ruh bersifat qadim (awal), maka mereka
telah salah. Sebagian lain berpendapat ruh adalah ‘ard (sifat), maka mereka
pun salah, karena sifat tak pernah berdiri sendiri, tapi mengikuti yang lain.
Maka, ruh adalah asal anak Adam, dan hati adalah tempat tumbuhnya mereka.
Jadi, bagaimana mungkin dia adalah sifat! Sebagian golongan mengatakan ruh
adalah badan jamani, mereka juga salah, karena badan jasmani menerima
pembagian.
Dan ruh yang sejak tadi kita sebut hati adalah media untuk mengetahui Allah.
Oleh karena itu, ia bukan merupakan badan, juga bukan sifat, melainkan unsur
esensi malaikat.
Mengetahui tentang ruh sangatlah sulit[7], karena agama tak memberi jalan
sedikit pun. Dan agama tak memerlukan untuk mengetahuinya, sebab agama
esensinya adalah kesungguhan (mujahadah), sedang ma’rifah (mengetahui) adalah
tanda hidayah, sebagaimana firman-Nya:
Ed3
“Dan tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri.” (Q.S. al-
Mudatstsir [74]: 31).
Ed4
Ed5
Seandainya akal dalam kondisi di bawah kekuasaan amarah dan syahwat, maka
jiwanya akan rusak dan hatinya tidak akan bahagia di akhirat kelak.
Ed 6
PASAL MENGENAI
AMARAH&SYAHWAT PEMBANTU JIWA
Ketahuilah ! bahwa syahwat dan amarah pembantu jiwa. Keduanya senantiasa
menarik-nariknya, terus mempertahankan urusan makan, minum dan kawin sebagai
media indera. Kemudian jiwa mempekerjakan indera sebagai jaringan akal dan
mata-matanya, yang dengannya ia mampu menyaksikan kehadiran Allah Swt.
Kemudian indera juga mempekerjakan akal, yaitu hati sebagai lentera dan lampu
yang melalui cahayanya ia bisa melihat Hadrat Ilahiah . Dengan demikian,
kenikmatan perut dan kemaluannya menjadi terhinakan. Kemudian akal juga
memfungsikan hati, sebab hati diciptakan untuk memandang keindahan Hadrat
Ilahiah. Barang siapa yang berdaya upaya dalam fungsi ini, maka ia adalah
hamba yang sebenarnya, yang terlahir dari al-hadrah al-ilahiyah, sebagaimana
firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (Q.S. az-Zariyat [61]: 56).
Masing-masing bagian itu adalah cerminan dari setiap alam yang menghimpun
semua keadaan mengenai keadaan alam-alam lainnya. Daya khayal di bagian
permukaan otak seperti seorang komandan yang bertugas menghimpun semua
informasi para mata-mata. Daya hafal pada bagian tengah otak bagaikan pemilik
peta yang bertugas menghimpun penggalan-penggalan dari tangan sang komandan
yang kemudian disampaikan kepada akal. Jika informasi-informasi ini sampai
pada sang menteri, maka ia akan melihat keadaan kota yang sebenarnya.
Jika Anda melihat salah satu dari mereka melanggar, seperti syahwat dan
amarah, maka Anda harus berusaha keras( bermujahadah) menaklukanya. Tidaklah
mujahadah ini untuk membunuh syahwat dan amarah, sebab kerajaan tak akan
bertahan tanpa keduanya. Jika Anda melakukannya, maka Anda adalah orang yang
berbahagia, yang telah melaksanakan urusan yang hak untuk dilakukan yaitu
anugerah nikmat, wajib bagimu menghadiahkan sesuatu pada saatnya, jika tidak,
maka Anda tidak akan bahagia, dikenai siksa dan diwajibkan bertaubat.
ed
PASAL MENGENAI
TIGA FORMASI KEBAHAGIAN
Kebahagiaan sempurna dibangun di atas tiga hal, kekuatan amarah, kekuatan
syahwat dan kekuatan ilmu[8]. Tiga hal ini harus diseimbangkan agar kekuatan
syahwat tidak muncul menguasai yang justru akan merusak anda. Demikian juga
kekuatan amarah agar tidak menguasai dan membodohi, yang akan merusak dan
mengahncurkan anda. Jika kedua kekuatan tersebut seimbang dengan adanya
kekuatan keadilan dan keseimbangan, maka keduanya akan menuju pada jalan
hidayah. Jika amarah semakin menguat, maka akan mudah pada terjadinya
penyerangan dan pembunuhan, sebaliknya jika amarah melemah, maka kewaspadaan,
ketentraman dalam agama dan dunia akan hilang. Namun jika diseimbangkan, yang
akan muncul adalah kesabaran, keberanian dan kebijaksanaan.
ed
Semua ini terdiri dari empat jenis budi pekerti( akhlak). Yaitu: akhlak setan,
akhlak binatang jinak, akhlak binatang buas dan akhlak malaikat. Perilaku
jelek, yaitu makan, minum, tidur dan kawin adalah akhlak binatang jinak.
Tingkah laku amarah pemukulan, pembunuhan dan pertikaian adalah akhlak
binatang buas. Prilaku-prilaku jiwa seperti makar, penipuan, kecurangan dan
hal lain sejenis adalah akhlak setan. Terakhir, kegiatan berfikir yang
menghasilkan rahmat, ilmu dan kebaikan adalah akhlak malaikat.
ed
PASAL MENGENAI
EMPAT HAKIKAT DALAM KULIT MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa dalam kulit anak adam(manusia) terdapat empat hal, anjing,
babi, setan dan malaikat. Anjing tercela dari segi sifatnya dan bukan dari
bentuknya. Begitupun setan dan malaikat, hal-hal tercela dan keterpujianya[9]
hanya pada sifat-sifatnya dan bukan pada bentuk atau prilakunya. Babi pun
demikian, tercela dalam sifat-sifatnya bukan pada bentuk dan tingkah lakunya.
“Tak seorangpun (dari manusia) kecuali memiliki setan, aku juga memiliki
setan. Sungguh Allah telah menjagaku dari setanku hingga aku bisa
menguasainya.”[10]
Demikian syahwat dan amarah seharusnya berada dibawah kendali akal, keduanya
hanya boleh berbuat bergerak melakukan sesuatu dengan kendali akal. Maka jika
seseorang berbuat demikian, ia benarlah baginya disebut berakhlak terpuji
yaitu; sifat malaikat dan merupakan benih kebahagiaan. Jika melakukan
kebalikannya, maka ia disebut berakhlak tercela yaitu sifat-sifat setan dan
merupakan benih dari siksa.Dalam tidur ia akan melihat dirinya seakan berdiri
terpasung menjadi budak anjing dan babi. Orang ini seperti lelaki muslim yang
membawa beberapa muslim lainnya dan menahan mereka di penjara orang-orang
kafir.
Bagaimana keadanmu jika nanti pada hari kiamat sang raja, yaitu akal,
menahanmu dibawah kekuasaan syahwat dan amarah, yaitu anjing dan babi?
ed
Dan hati bisa jadi terang dan gelap, semua tak akan lolos kecuali mereka yang
mendatangi Allah dengan hati yang pasrah.
PASAL MENGENAI
KEAJAIBAN HATI&
DUA PINTU HATI
Ketahuilah ! bahwa hati memiliki dua pintu ilmu, satu untuk mimpi-mimpi dan
lainnya untuk ilmu sadar, yaitu pintu untuk ilmu realita (zahir). Saat manusia
tertidur, pintu-pintu indera tertutup, dibukakanlah pintu bathin dan
disingkapkan realitas alam ghaib dari alam malakut dan Lauh Mahfudz seperti
cahaya yang terang benderang. Untuk menyingkapnya dibutuhkan semacam tafsir
mimpi. Sedang ilmu yang dihasilkan dari realita (zahir) dikira oleh manusia
akan memunculkan kesadaran diri, dan bahwa keadaan sadar lebih utama, meskipun
sebenarnya ia tidak bisa melihat sesuatupun dari alam ghaib. Bagaimana pun
sesuatu yang terlihat antara keadaan sadar dan tidur tetap lebih utama sebagai
pengetahuan daripada apa yang terlihat melalui indera.
“Maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).
Karena semua ilmu para nabi melalui jalan ini dan bukan melalui jalan indera,
seperti ditegaskan Allah Swt:
Artinya terputus dari segala sesuatu, penyucian diri dari segalanya dan terus
memohon kesempurnaan pada-Nya, ini adalah jalan (tariq) kaum sufi zaman ini.
Sedang cara pengajaran, adalah jalan (tariq) para ulama. Semua ini dirangkum
dari jalan kenabian. Begitu juga ilmu para auliya’, sebab ilmu itu tertanam
dalam hati mereka tanpa melalui perantara, yaitu dari Hadirat Ilahi
sebagaimana firman-Nya:
“Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya di antara ilmu-ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. al-Kahfi [18]: 65).
Jalan ini tidak akan dipahami tanpa melalui latihan, dan jika tak dihasilkan
dengan rasa, maka ia pun tak bisa dihasilkan melalui pengajaran[15]. Yang
seharusnya dilakukan adalah mempercayainya hingga kita bisa mendapatkan
kebahagiaan mereka, dan ini adalah sebagian keajaiban hati. Siapa yang tak
melihat, ia tidak akan mempercayainya, seperti firman-Nya:
“Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan
sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya.” (Q.S. Yunus [10]:
39), dan firman-Nya:
“Dan ketika mereka tidak mendapat petunjuk dengannya (Alqur’an) maka mereka
berkata:
Allah berfirman:
“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Q.S. ar-Rum
[30]: 30).
Para nabi dan para wali adalah anak Adam, Allah berfirman:
Setiap yang menanam pasti memetik, siapa saja yang berjalan, pasti sampai,
siapa yang memohon, pasti akan mendapatkan. Permohonan tidak akan berhasil
tanpa mujahadah – permintaan orang yang telah renta dan arif telah melalui
jalan ini – jika dua hal ini berlaku pada seseorang, maka Allah telah
berkehendak menganugerahinya kebahagiaan dengan hukum azali hingga ia mencapai
derajat ini.
Karenanya, ketika manusia mengetahui sang menteri, maka ia akan senang, lebih-
lebih jika tahu sang raja, maka kebahagiaannya tentu lebih besar lagi.
Tak ada satu keberadaan pun di alam ini yang lebih mulia dari Allah Swt, sebab
kemuliaan yang dimiliki, semua oleh sebab-Nya dan dari-Nya, semua keajaiban
alam adalah karya-Nya, tak ada pengetahuan (ma’rifah)
PASAL MENGENAI
ALAM DAN SARIPATI MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa jika anak Adam disarikan dari alam, padanya terdapat segala
gambaran alam yang masih bisa kita temukan akarnya, sebab tulang-belulang ini
seperti pegunungan, dagingnya seperti debu, bulu-bulunya bagaikan tumbuhan,
kepalanya bagaikan langit, inderanya seperti bintang, penjelasan mengenai hal
ini sangatlah panjang. Demikian bagian dalamnya pun menyimpan gambaran alam,
sebab fungsi pencernaan yang ada dalam lambung mirip dengan seorang ahli
masak. Kekuatan yang ada pada limpa sama dengan pembuat roti, kekuatan pada
usus bagaikan tukang cukur, kekuatan yang memutihkan susu dan memerahkan darah
bagaikan tukang sepuh, penjelasan mengenai hal ini cukup panjang, yang penting
adalah hendaknya kamu mengetahui berapa banyak alam yang tersimpan bersamamu,
yang terus sibuk melayanimu, sedang Anda malah mengabaikannya, dan mereka
takpernah beristirahat, Anda bahkan tak mengenalnya dan tak bersyukur pada-Nya
yang telah menganugerahkan semua itu untukmu.
Maka untuk mengembalikannya setelah mati adalah lebih mudah lagi, sebab
pengulangan selamanya lebih mudah daripada permulaan.
Kedua, pengetahuan tentang ilmu Allah Swt bahwa ia mencakup segala sesuatu.
Sebab keajaiban dan keanehan ini tak mungkin ada kecuali dengan kesempurnaan
ilmu.
PASAL PENUTUP
Jika Anda mengetahui kemuliaan, kehormatan, kesempurnaan, keindahan dan
keagungan setelah Anda menyadari bahwa esensi hati adalah esensi yang paling
mulia, yang semua itu telah dianugerahkan kepadamu dan kelak akan ditarik
kembali, dan Anda justru tidak memintanya, malah mengabaikannya dan
menghilangkannya, maka Anda akan sangat menyesal pada hari kiamat. Berjuanglah
untuk mendapatkannya, tinggalkanlah segala kesibukan duniawi! Dan segala
kemuliaan yang tidak tampak di dunia, maka di akhirat kelak akan menjadi
kebahagiaan, keabadian tanpa kefanaan, kekuasaan tanpa kelemahan, pengetahuan
tanpa kebodohan, keindahan sekaligus keagungan.
Sedang hari ini, tak seorang pun yang lebih lemah darinya, sebab ia termiskin
dan kekurangan, akan tetapi kemuliaan akan ia alami esok jika ia tancapkan
pengetahuan tentang kebahagiaan ini dalam inti hatinya, hingga ia bisa
menyelamatkan dirinya dari perumpamaan binatang dan bisa mencapai derajat
malaikat.
Jika ia kembali pada nafsu dunia, maka ia lebih memilih menjadi binatang pada
hari kiamat, karena sebenarnya ia kembali ke asalnya yaitu tanah. Dan ia pun
akan abadi dalam siksa.
Kami berlindung kepada Allah Swt dari semua itu, kami meminta pertolongan-Nya,
sebab Ia sebaik-baik Pemelihara dan Penolong, dan rasa syukur ini untuk Alah
Swt, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa dianugerahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw dan keluarga berikut para sahabatnya.
The End
[4] Sebab Nabi saw lah yang menerima wahyu dan menerangi jalan.
[5] Hati ditempa dengan Mujahadah ibadah agar suci, seperti besi berkarat
ditempa dalam bara api agar murni.
[6] Imam Qohtoby berkata ruh tidak masuk dalam katagori objek KUN, artinya
bahwa ruh adalah kehidupan itu sendiri .Hidup dan kehidupan adalah sifat Yang
maha hidup. Ruh yang berada dalam jasad bukanlah makhluk sebagaimana jasad.
( Lihat; aTaaruf limadzhab ahli tasawwuf; alKalabadzi, hal 68, Darul kutub
ilmiah, bairut)
[7] Berkata Imam Junaidy alBagdadi Ruh adalah sesuatu yang dibiasi oleh ilmu
Allah dan tak seorangpun yang memahaminya dari makhlukNya. Dan tak
diperkenankan mengibaratkannya dengan apapun.
[8] Orang kuno yang pertama mendefinisikan tugas Jiwa adalah Plato bahwa jiwa
memiliki tiga kekuatan;kekuatan syahwat, kekuatan amarah, kekuatan Akal.
Dimanasyahwat dan amarah adalah pembantu bagi kekuatan akal. Plato
mengibaratkan Manusia dengan kekuatan dan perangkatnya adalah sebuah kota yang
mesti ditata, dimana penduduknya dibagi dalam tiga kasta: kasta buruh para
pekerja, kasta peperangan dan kasta hakim, dimana kasta buruh sebanding dengan
kekuatan syahwat, dan kasta peperangan sebanding dengan kekuatan amarah dan
kasta hakim sebanding dengan kekuatan akal. Demikian juga berpendapat
Cendikiawan Alfarabi dalam kitabnya" Aro' ahlil madinah alfadilah"
[9] Ketercelaan syetan dan keterpujian malaikat, sebab syetan hanya memilki
sifat tercela saja sedang malaikat hanya memilki sifat keterpujian.
[10] Riwayat muslim, kitab sifat kaum munafiq hadis no 70, Imam Ahmad;
Musnad;juz 6 hal 115. dari Aisyah.
[13] Imam Jurjani berkata dalam Ta'rifat hal 163: lenyapnya hati dari
mengetahui hal ihwal makhluk bahkan dari keadaan dirinya, ia liputi oleh
Sulthon hakikat, ia hadir dalam AlHaq, gaib dari dirinya dan dari makhluk.
Sebanding dengan ini adalahl kisah dalam al-Qur'an tentang Nabi yusuf, dimana
para perempuan ketika menyaksikan ketampanan Nabi Yusuf merekapun memotong
tangan sendiri, bagaimana keadaan jika seseorang melihat keindahan Dzat sang
pemilik keindahan?.
Fana menurut ahli tasauf adalah tenggelam dalam keagungan dan penyaksian
alHaq.
[15] Ini sebagaimana terjadi pada zaman alGhazali dimana para Murid penggemar
tasauf dibebani beragam aturan oleh para Syeh Tasauf yang akan menunjukan
jalan istiqomah. Adapun Tehnik tasauf alGhazali Ia mengambil langsung dari
petunjuk kenabian tanpa perantara para Syeh tasauf, dan jenis tasauf ini
doperuntukkan bagi penggemar berat seperti algazali sendiri.
[17] Sepakat para ahli Tasauf bahwa ma'rifat tidak akan sempurna dengan akal.
Dalil mereka; bagi Allah adalah Allah semata. Menurut mereka jalan akal adalah
jalan orang yang berakal adalam kebutuhanya pada dalil, kerena akal adalah
baru dan yang baru hanya kan menunjukan pada yang baru juga. Seorang pria
bertanya pada Imam Annury: apa dalilnya Allah? Ia Jawab: Allah, Maka dimana
fungsi akal? Ia jawab:Akal lemah, yang lemah hanya akan menunjukan pada yang
lemah juga.