Anda di halaman 1dari 56

BAB 4.

PENGELOLAAN LIMBAH B3 SEKTOR


KETENAGALISTRIKAN
DAFTAR ISI

 Pengertian Limbah B3
 Penghasil Limbah B3
 Identifikasi Limbah B3
 Karakteristik Limbah B3
 Bahaya Limbah B3
 Teknik Pengelolaan Limbah B3
 Dasar Hukum / Ketentuan – ketentuan
pengelolaan Limbah B3
Definisi B3 dan Limbah B3

• Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3


adalah adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup
manusia, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain

• Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

• Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat


limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun
UU No. 32 Tahun 2009
PENGHASIL LIMBAH B3
1. Industri Pupuk
- Katalis bekas,
bekas, Sludge proses produksi,
produksi, Karbon aktif
bekas
2. Industri polimer
- Monomer yang tidak bereaksi,
bereaksi, Limbah
Laboratorium,
Laboratorium, Sisa Stabiliser
3. Industri tekstil
- Sludge dari IPAL, Pelarut bekas
4. Industri Cat
- Produk out of spec, Pelarut bekas,
bekas, Residu proses
destilasi
5. Industri Baterai Kering
- Produk reject, Sludge dari IPAL, Debu
6. Eksplorasi Minyak
- Lumpur Bor Bekas,
Bekas, Sludge minyak,
minyak, Cutting Pemboran
7. PLTU Batu Bara
- Fly Ash, Bottom Ash, PCB
8. Industri Deterjen
- Residu Produksi,
Produksi, Pelarut Bekas,
Bekas, Limbah Laboratorium
9. Industri Farmasi
- Sludge produksi,
produksi, karbon aktif bekas,
bekas, residu proses
destilasi
10. Industri kertas
- Adhesif Perekat bekas,
bekas, Zat Pewarna Bekas,
Bekas, Pelarut Bekas
11. Bengkel
- Pelumas Bekas,
Bekas, Baterai Bekas,
Bekas, Asam
12. Rumah Sakit
- Limbah Infeksius:
Infeksius: darah,
darah, dsb
LIMBAH B3
 Penghasil LB3 : industri, pertambangan,
transportasi, rumah sakit, laboratorium kimia,
rumah tangga.
 Sumber LB3 → hasil kegiatan utama dan
kegiatan pemeliharaan atau pencucian alat,
bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan B3, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
(off-spec).
 3 fase, LB3 → tubuh manusia: pernapasan karena
terhisap, pori-pori kulit karena terserap, dan
mulut karena tertelan.
IDENTIFIKASI LB3
1. Identifikasi menurut sumbernya → mencocokan
m
daftar LB3 dgn lamp I PP 18 Jo 85/1999 (dari
sumber tidak spesifik; sumber spesifik; bahan
kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan,
offspec.
2. Uji karakteristik : mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun (uji TCLP),
menyebabkan infeksi, bersifat korosif,
3. Uji toksikologi: sifat akut/kronik limbah (LD 50
LC 50 & metodologi tertentu)

 Berbahaya/mencemarkan Lingkungan Hidup


IDENTIFIKASI LIMBAH B3 MENURUT SUMBERNYA
Lihat daftar pada Lampiran I PP 18 jo 85/1999:

1. Sumber tidak spesifik


 berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari
kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi
(inhibator korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain
2. Sumber spesifik
 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara
spesifik dapat ditentukan
3. Bahan kimia kadaluarsa,
kadaluarsa, tumpahan,
tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
Sumber Tidak Spesifik

• Pelarut Terhalogenasi (Kode Limbah D1xxxa)


Karbon tetra klorida,
klorida, kloro benzena,
benzena, Metilena Klorida
• Pelarut Tidak Terhalogenasi (Kode Limbah D1xxxb)
Aceton,
Aceton, Metanol,
Metanol, Toluena,
Toluena, Benzena,
Benzena, Metil Etil Keton,
Keton, dll
• Asam/
Asam/Basa (Kode Limbah D1xxxc)
Asam Sulfat Asam Klorida,
Klorida, Asam Nitrat,
Nitrat, Asam Fosfat,
Fosfat, dll
• Tidak Spesifik Lainnya (Kode Limbah D1xxxd)
PCBs,
PCBs, Lead Scrap, Limbah Minyak Diesel, Pelumas Bekas,
Bekas, Asbes,
Asbes, dll
Karbon tetra klorida,
klorida, kloro benzena,
benzena, Metilena Klorida
Sumber Spesifik

Kode Limbah D2xx


• D-220, Eksplorasi dan Produksi Migas dan Panas Bumi
Drilling Mud, Cuttings, Sludge Minyak,
Minyak, Sludge IPAL, Karbon Aktif,
Aktif, dll
• D-221, Kilang Migas
Sludge Minyak,
Minyak, Katalis Bekas,
Bekas, Karbon Aktif Bekas,
Bekas, Sludge IPAL, Filter
Bekas,
Bekas, Limbah Laboratorium,
Laboratorium, Limbah PCB’s dan Residu Dasar
tangki
• D-222, Pertambangan
Floatation Sludge/Tailing, Pelarut Bekas,
Bekas, Limbah lab., Limbah PCB’s
LIMBAH

a Y
TERDAFTAR? LIMBAH B3

T
b Y
UJI KARAKTERISTIK LIMBAH B3

UJI TOKSIKOLOGIc

LD-50 < 50mg/kg Y


(akut) LIMBAH B3

T
A a) Lampiran I
b) P enjelasan Pasal 7 ayat 3 dan Lampiran II
c) Penjelasan Pasal 7 ayat 4
A

EVALUASI KRONIS

MENGANDUNG Y Y
SALAH SATU ZAT c 11 FAKTOR d LIMBAH B3

T T

LIMBAH NON B3 LIMBAH NON B3

c) Lampiran III
d) Penjelasan Pasal 7 ayat 4
Karakteristik Limbah B3
1. Mudah Meledak
dapat meledak melalui reaksi kimia atau fisik yang
menghasilkan gas dengan suhu & tekanan tinggi
Contoh: Magnesium pada pabrik baja, debu karbon dalam
industri batubara.

2. Mudah terbakar
• Mempunyai titik nyala < 61 C dan atau titik api < 104 C
pada tekanan udara standar (760 mmHg) Contoh: eter,
alkohol, aseton
• Pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg) dapat
meledak melalui gosokan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia spontan. Contoh belerang, fosfor.
• Limbah bertekanan yg mudah terbakar : nitogen, hidrogen
• Limbah pengoksidasi ; hidrogen peroksida, bensil peroksida
3. Reaktif

• Pada suhu dan tekanan standar tidak stabil dan menyebabkan ledakan ; bubuk
besi, air kapur.
• Bereaksi keras dengan air ; natrium, kalium
• Limbah CN, S atau NH3 yang pada pH 2-12,5 menghasilkan gas, uap atau asap
beracun
• Bila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas,
uap atau asap beracun; Alkali (Na, K), Alkali Tanah (Ca).

4. Beracun
• Uji TCLP (toxicity characteristic leaching procedure); arsen,
merkuri, timbal
• Uji toksikologi (LC50 atau LD50) < 15 g/kg berat badan
5. Infeksius
• Bagian tubuh manusia (cairan) yg diamputasi,
terkena infeksi
• Limbah laboratorium, terinfeksi kuman yg
menular
Contoh : darah yang terinfeksi, organ tubuh
yang terinfeksi.

6. Korosif
• Menimbulkan korosi pada plat baja (standar
SAE 1020) dengan laju > 6,35 mm/thn pada
suhu 55 C
• Bila dicampur dengan air dapat menyebabkan
perubahan pH dengan nilai 2 <= pH <= 12,5
• Contoh : asam sulfat, asam klorida, asam cuka
BAHAYA LIMBAH B3

Paparan dari bahan berbahaya dapat mengakibatkan


hal-hal sebagai berikut:
1. Membuat kepala terasa pusing
2. Menyebabkan sakit perut
3. Iritasi pada mulut, hidung, dan tenggorokan
4. Rasa ruam pada kulit
5. Membuat gugup, gemetar dan lemas
6. Menyebabkan penyakit sementara atau
permanen
7. Dapat mengakibatkan kematian, Bahan Beracun
Pengaruh dari racun kimia

1. Pengaruh Akut
Suatu ancaman yang segera dan langsung terhadap jiwa. Tingkatan ini
melibatkan paparan yang tinggi dalam waktu singkat.
2. Pengaruh Kronik
Paparan yang brulang-ulang yang terjadi dalam waktu yang lama, 1 bulan atau 1
tahun. Tingkatan ini melibatkan paparan dengan intensitas rendah dalam waktu
lama.
3. Pengaruh Lokal
Bila racun kimia menyebabkan kerusakan pada titik pertama ketika terjadi kontak
dengan tubuh. Daerah kontak termasuk kulit, mata, hidung, tenggorokan, dan
paru-paru.
4. Pengaruh Terhadap Sistem
Bila racun kimia masuk ke dalam tubuh dan mengikuti aliran darah masuk ke
dalam organ tubuh dan daerah lainnya.
ASAM DAN BASA Arsenic

Cadmium
Merkuri (Minamata)
PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6

1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan


pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.
2) Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti
ketentuan pengelolaan limbah B3.
3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang
harus dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan
PENGELOLAAN LIMBAH B3
 Kegiatan yang meliputi pengurangan (reduksi)
reduksi),
penyimpanan,
penyimpanan, pengumpulan,
pengumpulan, pengangkutan,
pengangkutan, pemanfaatan,
pemanfaatan,
pengolahan dan/atau
dan/atau penimbunan limbah
limbah B3.

Pihak yang terkait:


 Penghasil Limbah B3
 Pengumpul Limbah B3, diluar lokasi/fasilitas bertindak
sebagai pengumpul
 Pengangkut Limbah B3
 Pemanfaat Limbah B3
 Pengolah Limbah B3
 Penimbun Limbah B3
TEKNIK PENGELOLAAN LB3
Pengelolaan LB3 → mencegah dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.

Pengelolaan Limbah B3 oleh Penghasil:


1. Limbah B3 dikelola di lingkungan sendiri atau biasa disebut on-site waste
2. Limbah yang dikelola di luar lingkungan penghasil atau disebut off-site waste
memerlukan dokumen antara lain :
• Waktu dihasilkan
• Waktu Penyerahan
• Jumlah Limbah
• Nama Pengangkut Limbah
Penyerahan kepada pihak lain tidak mengurangi tanggung jawab penghasil
Pengemasan, Pemberian Label dan Simbol
H
Penyimpanan Limbah B3
1. Penghasil Limbah B3 dapat menyimpan paling lama 90 hari
sebelum diserahkan kepada pihak lain
2. Bila Limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg/hari, penghasil
dapat menyimpan lebih dari 90 hari dengan persetujuan
Kepala Instansi yang bertanggung jawab
3. Menyiapkan catatan (manifest system) tentang limbah B3
dan membuat laporan per semester kepada Instansi yang
bertanggung jawab dengan tembusan Bupati/KD Tk.II
4. Sebagaimana Penghasil, Untuk Pengumpul, Pengangkut dan
Unit Komersial yang melakukan pengolahan dan
penyimpanan Limbah B3 juga melakukan point 3
PERSYARATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGELOLA
LIMBAH B3

 Wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota untuk kegiatan penyimpanan


sementara limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf b Permen 18 tahun 2009
 Dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke lingkungan,
maka penghasil harus mengelola limbahnya untuk kemudian
diberikan kepada pihak pengumpul limbah B3 - pasal 3 PP No 18 jo
85 tahun 1999
 Dilarang melakukan pengenceran untuk maksud menurunkan zat
racun dan bahaya limbah B3 - pasal 4 PP No 18 jo 85 tahun 1999
 Penyerahan limbah B3 ke pihak lain tidak mengurangi tanggung
jawab penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang
dihasilkannya
 Dapat menyimpan limbah B3 paling lama 90 hari sebelum
diserahkan ke pengumpul/pemanfaat/pengolah/penimbun (jika
limbah B3> 50 kg per hari) –pasal 10 PP No 18 jo 85 tahun 1999
PERSYARATAN YANG DIBUTUHKAN
UNTUK MENGELOLA LIMBAH B3
 Mencatat jenis, karakteristik, jumlah & waktu dihasilkannya limbah B3,
identitas pengangkut/pemanfaat/pengolah – pasal 11 PP No 18 jo 85
tahun 1999
 Pelaporan minimal setiap 6 bulan kepada KLH, tembusan ke
Bupati/Walikotamadya ybs
 Penghasil dapat bertindak sebagai pengangkut , wajib memenuhi ketentuan
sebagai pengangkut – pasal 15 PP No 18 jo 85 tahun 1999
 Pengangkutan limbah B3 wajib disertai dokumen limbah B3 – pasal 16.
 PLN sebagai penghasil umumnya melakukan kegiatan penyimpanan
sementara dan pengangkutan (jika diperlukan)
Pola Penyimpanan Kemasan Drum
Di Atas Palet

Penyimpanan Kemasan Limbah B3 Dengan


Menggunakan Rak
Sirkulasi Udara Dalam Ruang Penyimpanan Limbah B3
Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah
B3
DASAR HUKUM / KETENTUAN – KETENTUAN
PENGELOLAAN LIMBAH
Ketentuan Pemerintah

1. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah RI No 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Kep. No. 01/BAPEDAL/09/1995 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan
dan Pengumpulan Limbah B3
4. Kep. No. 02/BAPEDAL/09/1995 Dokumen Limbah B3
5. Kep. No. 03/BAPEDAL/09/1995 Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3
6. Kep. No. 04/BAPEDAL/09/1995 Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah B3.
7. Kep. No. 05/BAPEDAL/09/1995 Simbol dan Label Limbah B3
8. Kep. No. 255/BAPEDAL/08/1996 Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
9. Edaran Kep.BAPEDAL No. 08/SE/02/1997 Penyerahan Minyak Pelumas Bekas
10. Kep. No. 02/BAPEDAL/01/1998 Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah
B3 di Daerah
11. Kep. No. 03/BAPEDAL/01/1998 Penetapan Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah
B3
12. Kep. No. 02/BAPEDAL/01/1998 Penetapan Prioritas Limbah B3
13. Kep Men No. 128 Tahun 2003 Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis
14. Permen LH No. 02 Tahun 2008 Pemanfaatan Limbah B3
15. Permen LH No. 02 Tahun 2008 Tata Cara Pemberian Simbol dan Label B3
16. Permen 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan Limbah B3
17. Permen LH No. 30 Tahun 2009 Tata Laksana Perijinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3 Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah
B3 Oleh Pemerintah Daerah
18. Permen LH No. 33 Tahun 2009 Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah
B3
Ketentuan Perusahaan

1. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.


134.K/DIR/2007 tentang Kebijakan Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LK3)
2. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
036.K/DIR/2009 tentang Pengelolaan Limbah Padat
dan Cair Pembangkitan di PT PLN (Persero)
3. Surat Edaran No.Pol.:SE/07/IX/1994 tentang Kewajiban
Menyerahkan Pelumas Bekas
4. Surat Edaran No.08/SE/02/1997 tentang Penyerahan
Minyak Pelumas Bekas
Limbah B3 Pembangkitan

1. PLTU (batu bara): Limbah minyak pelumas, minyak solar, abu


batubara, limbah hasil pemeliharaan PLTU (majun bekas
pembersih), limbah bahan kimia laboratorium, lumpur
Instalasi Pengolahan Limbah Cair (sludge),batere bekas, toner
bekas, pelarut bekas, dll.
2. PLTD/PLTG/PLTGU/PLTP/PLTA: Limbah minyak pelumas,
minyak solar, limbah hasil pemeliharaan PLTD/PLTG (majun
bekas pembersih),batere bekas, toner bekas, pelarut bekas,
dll.
Limbah B3 Transmisi

1. Limbah minyak isolasi, minyak hidrolik, minyak pelumas


2. Limbah elektrolit batere
3. Limbah casing batere
4. Limbah drum bekas limbah minyak isolasi
5. Limbah hasil pemeliharaan transmisi (majun bekas
pembersih isolator, cairan bekas pemeliharaan)
6. Limbah bahan kimia laboratorium pengujian minyak isolasi
dan limbah hasil uji
7. Limbah hasil decomposisi gas SF6
PENANGANAN LIMBAH B3

1. Siapkan drum kosong


2. Dalam keadaan baik (tidak bocor, berkarat, tutup kuat)
3. Pengisian jgn sampai penuh (sisakan ruang)
4. Periksa kondisi, tertutup kencang, tidak ada rembesan
5. Drum dalam posisi tegak/ vertikal
6. Diberi simbol dan label B3
7. Ditempatkan pada TPS LB3
8. Selalu dalam keadaan tertutup
9. Dilakukan pemeriksaan 1 bulan sekali
10. Bila terdapat bocor, pindahkan ke
drum pengganti
11. Drum bekas hanya untuk mengemas
limbah dgn jenis yg sama
12. Drum kosong ditempatkan dlm 1 lokasi
penyimpanan
13. Isi Dokumen Neraca Limbah B3
14. Drum dikumpulkan utk diangkut
PENYIMPANAN LB3

1. Disimpan dalam 1 lokasi penyimpanan


2. Terlindungi/ memiliki atap atau penutup dan ventilasi
cukup
3. Memiliki sistem penerangan yang cukup
4. Lantai penyimpanan harus kedap air, tidak retak
5. Dibuat dengan sistem blok untuk pemeriksaan
6. Sesama jenis LB3 disatukan
7. Terdapat tembok / pemisah antara 1 jenis LB3 dgn
jenis lainnya
8. Dibuat saluran untuk ceceran / tumpahan
9. Tempat penampungan dari saluran ceceran/
tumpahan
10. Tersedia sarana penunjang
PEMBUANGAN LB3
1. Setiap LB3 yang dihasilkan tercatat Neraca Limbah B3
2. Lakukan pendataan/inventory limbah pada TPS masukan dalam neraca
LB3 diminitor oleh pejabat terkait
3. Data inventori (neraca LB3) dilaporkan setiap bulan
4. Penyusunan Dokumen Lelang +data final Neraca Limbah B3
5. Pengajuan penghapusan melalui pelelangan
6. Peserta lelang harus memiliki ijin mengelola Limbah B3.
7. Dilakukan proses pelelangan (utk lb3 yg di lelang)
8. Penyimpanan LB3 maksimal 90 hari.
9. Setelah 90 hari, LB3 harus dikeluarkan dari tempat penyimpanan
sementara untuk diberikan kepada pihak pengumpul, pengolah Limbah
B3 yang memiliki ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup.
SURAT PEMBERSIHAN LIMBAH

 Dir Keuangan 15 Jan 2010


 Dir Akuntansi 12 Januari 2010
LEMBAR NERACA LIMBAH B3/ DOK INVENTORI
SIMBOL LB3

Keputusan Kepala BAPEDAL No. 05 Tahun 1995


TPS LB3
Dokumen
Limbah B3
MSDS
MSDS
Material Safety Data Sheet/ Lembar Data Keselamatan Bahan:
Kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-
bahan kimia berbahaya.
 sifat-sifat fisik, sifat kimia,
 cara pemakaian, cara penyimpanan,
 pertolongan bila kecelakaan, pembuangan, dampak terhadap kesehatan
dan lingkungan, dll.

Informasi acuan bagi para pekerja yang menangani & mengelola bahan
kimia berbahaya, respon yang tepat dalam keadaan darurat.

● Produsen, distributor atau suplier suatu produk


MSDS
Isi MSDS :
1. Identifikasi bahan (Material Identification)
2. Label Bahaya
3. Komposisi/Informasi bahan (Material Ingredients)
4. Identifikasi Bahan Berbahaya (Hazardous Ingredients)
5. Sifat fisika dan kimia (Physical and Chemical Characteristics)
6. Data potensi bahaya kebakaran dan ledakan (Fire and
Explosion Hazard Data)
7. Data pontensi bahaya terhadap kesehatan (Health Hazard
Data)
8. Data Reaktivitas Bahan (Reactivity Data)
9. Prosedur keselamatan dan pengamanan
 Penanganan dan penyimpanan (handling and storage)
 Penanganan tumpahan dan kebocoran
 Alat pelindung diri (APD)
 Pertolongan pertama pada kecelakaan
 Pemadaman api
 Pembuangan/pemusnahan (Disposal Considerations)
10. Ecological Information
SIMBOL BAHAYA

Health (Blue) Flammability (Red)


4 Very short exposure could cause death or 4 Will rapidly or completely vaporize at normal
major residual injury (e.g., hydrogen atmospheric pressure and temperature, or is
cyanide, phosphine) readily dispersed in air and will burn readily
(e.g., propane). Flash point below 23 C (73 F)
3 Short exposure could cause serious 3 Liquids and solids that can be ignited under
temporary or moderate residual injury almost all ambient temperature conditions (e.g.,
(e.g., chlorine gas) gasoline). Flash point between 23°C (73°F) and
38°C (100°F)
2 Intense or continued but not chronic 2 Must be moderately heated or exposed to
exposure could cause temporary relatively high ambient temperature before
incapacitation or possible residual injury ignition can occur (e.g., diesel fuel). Flash point
(e.g., ethyl ether) between 38°C (100°F) and 93°C (200°F)
1 Exposure would cause irritation with only 1 Must be heated before ignition can occur (e.g.,
minor residual injury (e.g., acetone) soybean oil). Flash point over 93°C (200°F)

0 Poses no health hazard, no precautions 0 Will not burn (e.g., water)


necessary. (e.g., lanolin)

NFPA 704 standard


Simbol Bahaya
Instability/Reactivity (Yellow) Special (White)
4 Readily capable of detonation or explosive The white "special notice" area can
decomposition at normal temperatures and contain several symbols.The
pressures (e.g., nitroglycerine, RDX) following symbols are defined by
the NFPA 704 standard
3 Capable of detonation or explosive decomposition W Reacts with water in an unusual or
but requires a strong initiating source, must be dangerous manner (e.g., caesium,
heated under confinement before initiation, reacts sodium, sulfuric acid)
explosively with water, or will detonate if severely
shocked (e.g. ammonium nitrate)
2 Undergoes violent chemical change at elevated OXY Oxidizer (e.g., potassium
temperatures and pressures, reacts violently with perchlorate, ammonium nitrate,
water, or may form explosive mixtures with water hydrogen peroxide)
(e.g., phosphorus, potassium, sodium)
1 Normally stable, but can become unstable at SA Simple asphyxiant gas (includes
elevated temperatures and pressures (e.g. propene) nitrogen, helium, neon, argon,
krypton, and xenon)
0 Normally stable, even under fire exposure
conditions, and is not reactive with water (e.g.
helium)

NFPA 704 standard


HAL-
HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN OLEH
PENGHASIL DAN PENGANGKUT (JIKA DILAKUKAN)
DALAM MENGELOLA LIMBAH B3-
B3-NYA ADALAH :

1.PERIJINAN
2.PENGEMASAN
3.PELABELAN
4.PENYIMPANAN SEMENTARA
5.PENGANGKUTAN (jika diperlukan)
6.PENYERAHAN PADA PENGUMPUL
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
PENGELOLAAN LIMBAH B3 PADA
PERALATAN TRANSMISI
LANGKAH-
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENGELOLAAN
LIMBAH B3 PADA PERALATAN TRANSMISI
LANGKAH-
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PADA PERALATAN TRANSMISI
PENGURUSAN IJIN PENYIMPANAN LIMBAH B3

 Pedoman pengajuan perizinan Pengelolaan Limbah


Berbahaya Beracun mengikuti Permen 18 tahun
2009 Lampiran II mengenai Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
 Syarat minimal yang sebaiknya dimiliki untuk
Permohonan Izin Limbah B3 dinyatakan dalam
Permen 18 tahun 2009 Lampiran III
PENGURUSAN IJIN PENYIMPANAN LIMBAH
B3

 Pedoman pengajuan perizinan Pengelolaan Limbah


Berbahaya Beracun mengikuti Permen 18 tahun
2009 Lampiran II mengenai Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
 Syarat minimal yang sebaiknya dimiliki untuk
Permohonan Izin Limbah B3 dinyatakan dalam
Permen 18 tahun 2009 Lampiran III
MEKANISME PERIZINAN

Anda mungkin juga menyukai