Anda di halaman 1dari 67

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT, CAIR,

DAN B3

SEMESTER V. TEKNIK KIMIA GULA

Kunthi Widhyasih, M.Eng


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
Outline/Silabus Materi
Mata Kuliah : Penanganan Limbah /Pengelolaan Limbah
Kode : KMA506
SKS : 1 sks teori, 1 sks praktikum

Tujuan : Agar mahasiswa dapat memahami macam dan sifat limbah serta cara
penanganannya.
Materi :
• Definisi Pencemaran
• Definisi Limbah
• Parameter Ukuran Pencemaran
• Penanganan Limbah Padat dan B3
• Penanganan Limbah Cair
• Penanganan Limbah Gas
• Aturan Mengenai Pengelolan Lingkungan Pengayaan
• Konsep Produksi Bersih

Pustaka :
• Eckenfelder, W.W. and Ford, D.L. 1970. Water Pollution Control. The
Pemeertone Press. New York
• Melcaltf and Eddy. Wastewater Engineering : Treatment, Reuse , and Disposal .
1994
PENCEMARAN DAN PARAMETER
PENCEMARAN
Sumber dari Alam
Kegiatan manusia
meliputi :
- Aktivitas
- Industri

Komponen
limbah : Jalur paparan
- Padat Kehidupan
- Cair Lingkungan Manusia
- Gas • Inhalation
- B3 • Ingestion
• Dermal (skin contact)
• Eye Contact
• Makanan

Efek Ekologi
atau Efek Kesehatan
terhadap alam Manusia
Daya Dukung Lingkungan

• Tingkat kemampuan dari suatu ekosistem untuk menjaga


keseimbangan alamiahnya akibat adanya pergeseran/gangguan
yang masih dapat ditolerir oleh ekosistem tersebut.
• Contohnya ekosistem sungai mempunyai kemampuan untuk
menjaga keseimbangan alamiahnya (self purification) apabila
dimasukkan suatu zat pencemar kedalamnya
Pencemaran
Apabila dilihat dari konsep daya dukung
lingkungan pencemaran didefinisikan :
Apabila zat pencemar yang masuk ke dalam suatu
ekosistem dan melampaui batas toleransi dari
kemampuan ekosistem tersebut untuk dapat
memulihkan dirinya kepada kesetimbangan
alamiahnya, maka ekosistem tersebut akan
tercemar dan menjadi tidak seimbang
Parameter Pemantauan Limbah
A. Limbah Cair
Acuan adalah Per Men LH no 05 tahun 2002 mengenai Baku Mutu
Limbah Cair Pabrik Gula (Grand peraturannya di pp no 51 thn 1995)
Parameter yang diukur COD, BOD, Sulfida, TSS , dan Minyak/Lemak
B. Limbah Padat dan B3
Acuan adalah PP no 18 tahun 1999 mengenai tata kelola limbah B3.
Dengan hal yang diukur adalah ketaatan yang meliputi :
pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan
C. Limbah Gas
Acuan adalah PP no 41 tahun 1999 yang mengatur baku mutu emisi
Parameter yang diukur CO2, NOx, SOx
Dasar Pengelolaan Lingkungan

 Refine (Alternatif Ramah Lingkungan)


 Reduce (Pengurangan Besar Polutan)
 Reuse (Pemakaian Kembali)
 Recycle (Mengembalikan ke Siklus)
 Recovery (Pemanfaatan Lain)
 Retrieve to Energy ( Sebagai Bahan Bakar)

 Proses Fisika.
 Proses Kimia.
 Proses Biologi.
Skema proses produksi
CANE bagasse fly ash
BOILER
(70% water) MILLING HOUSE
steam
imbibition water boiler
filtrate blowdown
Cooling FILTERS
CLARIFICATION
filter mud
Pond

condensate acid-caustics
EVAPORATION
condensate

VACUUM PANS
condenser water
- Milk of lime
- SO2 gas
CRYSTALLIZATION

MOLASSES CENTRIFUGATION WHITE SUGAR


Tugas Individu 1 :

Buatlah identifikasi limbah berdasarkan


sumbernya dari proses produksi gula dan
karakteristiknya.
Dampak Lingkungan Industri Gula
• Polusi pada badan air akibat kontaminasi dan deoksigenasi oleh effluen
limbah cair apabila pabrik membuang langsung limbah atau tidak
ditangani secara memadai

• Bau menyengat akibat biodegradasi limbah dalam bentuk gas H2S

• Kerusakan tanah akibat dari:


 penguraian sisa- sisa bahan buangan oleh mikroorganisme
 penumpukan bahan – bahan padat (seperti ampas) yang
menimbulkan leachate
 perubahan pH
• Suburnya tanaman ganggang sepanjang aliran sebagai akibat
banyaknya sisa – sisa nutrien seperti phospor dan nitrogen
• Terganggunya fotosintesis pada ekosistem air karena tumpahan minyak
ke badan air
• Efek hujan asam akibat emisi gas SO2
• Menurunnya kualitas udara karena emisi asap dan gas buang hasil
pembakaran ampas pada boiler.
PENGELOLAAN LIMBAH
PADAT, B3, CAIR
Limbah B3
Pengertian :

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa usaha


dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan /atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
lainnya

(PerMen LH No 02/2008)
KLASIFIKASI B3
a. Mudah Meledak (explosive)
b. Pengoksidasi (oxidizing)
c. Mudah menyala (flammable)
d. Beracun (toxic)
e. Berbahaya (harmful)
f. Mampu mengiritasi (irritant)
g. Korosif (corrosive)
h. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment)
i. Karsinogenik (carsinogenic)
j. Mutagenik (mutanegic)
k. Teratogenik (teratogenic)
l. Bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)
explosive (E) .

toxic (T)
flammable (F)

corrosive (C) oxidizing (O)


TERPOPULER

irritating (Xi) or harmful (Xn) environmentally dangerous


Klasifikasi Umum Menurut
Karakteristiknya :

1. Mudah meledak
2. Mudah terbakar
3. Bersifat reaktif
4. Beracun
5. Menyebabkan infeksi
6. Bersifat korosif
7. Limbah lain yang apabila diuji
TCLP nya di bawah ambang batas
Sumber Limbah B3 di Pabrik Gula

1 Oli Bekas

2 Chemical Cleaning

3 Accu Bekas

4 Neon Bekas

5 Kertas saring yang Mengandung Pb


Asetat
1 Oli Bekas

Oli Bekas berasal dari penggunaan oli pelumas di


pabrik, Di PG, penghasil limbah oli bekas uatama
adalah dari stasiun gilingan. Oli dari stasiun
gilingan bercampur dengan air pendingin metal
dan dipisahkan dengan oil trap

Selain itu, oli bekas juga dihasilkan dari rumah –


rumah pompa
2 Chemical Cleaning

Chemical ckeaning bekas dan air chemical


cleaning termasuk B3

Chemical cleaning dapat bersifat asam kuat atau


basa kuat. Pengelolaan chemical cleaning dapat
dilakukan langsung oleh pabrik dengan
menggunakan bak stabilisasi dan dialirkan sedikit
demi sedikit ke kolam IPAL
3 Accu Bekas

 Aki/Accu Bekas, atau di kenal dengan istilah secondary


lead acid battery tergolong limbah B3 karena adanya
kandungan H2SO4 dan timah

 Aku bekas biasanya dimanfaatkan kembali atau diproses


kembali (recycle) untuk diambil timahnya. Kandungan
timah untuk Aki bekas sebanyak + 65 % dari berat netto aki
bekas bila diproses dengan menggunaakan rotary
furnace, apabila diproses dengan menggunakan metode
tradisional hanya di dapat 55%
4 Neon Bekas

 Pada PP No 85 Tahun 1999, pada tabel 2 “ Daftar Limbah


B3 dari sumber yang spesifik “, neon bekas termasuk
limbah B3
 Lampu neon mengandung logam berat seperti Cd, Pb, Ni,
Zn, dan Hg dimana semua zat ini merupakan
karsinogenik.Oleh sebab itu harus dipastikan limbah neon
diletakkan di dalam drum dan diletakkan di TPS B3
 Biaya pemusnahan limbah neon bekas mahal, misalnya di
PPLI Bogor sekitar US$ 210/100 kg lampu
KRITERIA PENILAIAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
Sudah memiliki izin Kementerian
limbah B3 dibuang Negara Lingkungan Hidup untuk
langsung ke pengelolaan semua jenis limbah B3
tanah/lahan yang dihasilkan. dan melaksanakan
Open burning limbah kegiatan pengelolaan sesuai dengan
terbuka/ media
B3 yang dihasilkan. ketentuan yang dipersyaratkan pada
lingkungan
izin.
BIRU

Pengolahan/
HITAM pemanfaatan/ MERAH
penimbunan
belum memiliki
izin & alat serta belum memiliki izin tetapi alat
fasilitas yang serta fasilitas yang digunakan
digunakan belum telah memenuhi persyaratan
memenuhi
persyaratan Sudah memiliki izin dari
Kementerian Negara
Dikelola oleh Lingkungan Hidup namun
pihak ketiga belum melaksanakan ketentuan
yang belum yang dipersyaratkan dalam izin
memiliki izin
Pengelolaan Limbah B3
• PENGELOLAAN LB3 Kegiatan yg meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan
• PENYIMPANAN kegiatan menyimpan limbah B3 yang
dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara

Tugas Kelompok : Cari Peraturan Mengenai Limbah B3,


buatlah ringkasan bgmn pengelolaan limbah B3 khusus
untuk Pabrik Gula
Mulai Pengumpulan sampai Pengangkutan
Limbah Padat
Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik Limbah Cair Meliputi :
1.Karakteristik Fisik
- Padatan
- Bau
- Warna
- Suhu
- Densitas
- Kekeruhan

2.Karakteristik Kimia
- pH
- Kandungan zat kimia tertentu
- Minyak dan Lemak
- Bahan Organik
- Surfaktan
- Protein, Karbohidrat.
Karakteristik Fisik
Padatan
Padatan total adalah semua bahan yang tertinggal sebagai
residu bila diuapkan pada suhu 103-105oC
Padatan yang dapat mengendap adalah padatan yang
dapat mengendap dalam cone pengendap selama 60 menit
(ml/L)
-- mengendap pada pengendap awal
Saringan yang digunalan untuk klasifikasi padatan : Kertas
Saring (Whatman GF/C) dengan ukuran nominal 1.2
mikrometer/membran polikarbonat
Fraksi Padatan Tersaring = padatan terlarut + koloid
Fraksi Koloid = Partikel dengan ukuran 0.001 - m, tidak
dapat dihilangkan melalui pengendapan
Padatan terlarut = molekul organik dan anorganik
Padatan organik menguap pada suhu di atas 550oC
sedangkan padatan anorganik tetap
Pengukuran Padatan Pada Limbah
Cair TS
Padatan sampel Evaporasi
Imhoff Cone
dapat
mengendap

Saringan

TS : Total Solid (padatan total)


SS: Suspended Solid (padatan
tersuspensi) Evaporasi Evaporasi
VSS: Volatile Suspended Solid
(padatan tersuspensi
menguap/terabukan)
FSS: Fixed Suspended Solid SS FS
(padatan tersuspensi tetap)
TVS: Total Volatile Solid (padatan
menguap/terabukan total) Muffle Oven Muffle Oven
FS: Filterable solid (padatan dapat
tersaring)
VFS: Volatile Filterable Solid
(padatan dapat disaring
menguap/terabukan) VSS FSS VFS FFS
FFS: Fixed Filterable Solid (padatan
tersaring tetap)
TFS: Total Fixed Solid (total padatan
tetap) TVS TFS

TS
Pengukuran Kandungan Organik

Kadar Pencemaran dinyatakan dengan


kandungan bahan organik. Sebagai acuan
digunakan parameter COD dan BOD

BOD (Biological Oxygen Demand)


merupakan parameter yang digunakan
sebagai acuan perencanaan dan
pengoptimalan sistem pengolahan limbah
BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND)

BOD (Biological Oxygen Demand)


Pengertian :
Jumlah Oksigen yang Diperlukan
Mikroorganisme untuk mendegradasi
(merombak) bahan organik yang
terkandung pada limbah cair
Dalam analisa biasanya ditentukan dengan
parameter BOD5
BOD5/BODu = 0.68
BOD (Biological Oxygen Demand)

Kegunaan Analisa BOD


• Mengetahui jumlah oksigen yang
dibutuhakan untuk menstabilkan bahan
organik secara biologis
• Menentukan ukuran peralatan pengolah
limbah cair
• Mengukur efisiensi beberapa proses
perlakuan
• Menentukan kesesuaian efluen dengan
aturan
BOD (Biological Oxygen Demand)
Prinsip Analisa :
Menghitung Laju
Pernafasan/Metabolisme
Mikroorganisme dalam Sampel Limbah
dengan waktu inkubasi 5 hari.
Bahan organik biodegradable + O2+ Mikroba

CO2 + H2O + NH3


BOD (Biological Oxygen
Demand)
Analisa BOD :
- Titrasi Winkler
- Elektroda
WINKLER
TITRASION
METHOD
BOD (Biological Oxygen Demand)

Keterbatasan BOD :
- Membutuhkan bakteri dalam jumlah yang tinggi
- Diperlukan pre – treatment untuk sampel terdapat
bahan beracun
- Hanya mengukur bahan yang terurai secara
biologis
- Pengukuran tidak stoikiometri
- Membutuhkan waktu lama + 5 hari
COD (Chemical Oxygen Demand)

Dipergunakan untuk mengukur bahan


organik dalam air maupun limbah cair
Jumlah oksigen ekivalen dengan bahan
pengoksidasi dalam kondisi asam dan katalis
tertentu.
Organik + Cr2O72- + H+ (katalis + panas) --- Cr3+ + CO2 + H2O

Perbandingan nilai BOD/ COD = 0.4 – 0.8


Seluruh bahan organik terukur dalam analisa COD, sedangkan yang terukur
dalam analisa BOD hanya yang biodegradable.
COD (Chemical Oxygen Demand)

Metode Analisa
COD
- Refluks terbuka dengan
menggunakan
pendingin balik
- Refluks tertutup dengan
menggunakan COD
reaktor
LAGOON SYSTEM
PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN SISTEM LAGUN

Lagun = adalah kolam dengan luasan yang cukup besar


• Merupakan sistem yang yang paling konvensional dalam
pengolahan limbah cair
• Mengadopsi fungsi self purifikasi yang dilakukan oleh alam dalam
suatu kolam
• Pemanfaatan mikroba alami masih dominan
• Sangat berpengaruh pada iklim dan cuaca
Tipe Lagoon :
1. Anaerobic Lagoon
2. Fakultatif Lagoon
3. Aerobic / Aerated Lagoon
Dalam pengolahan limbah cair tipe – tipe tersebut
dikombinasikan atau dibuat berurutan, karena
masing – masing memberikan peranan penting
dalam pengolahan limbah cair
Skema Proses

Ekualisasi Anarobic
Fakultatif Pond
Pond

Aerobic
Kolam kontrol Sedimentasi Pond/Aerated
Lagoon
Anaerobic Pond
Skema Anaerobic Pond/
Kolam Anaerobik Kerja Kolam Anaerobik
Kolam anaerobik pada sistem lagoon
merupakan kolam terpenting, karena
pada kolam ini terjadi degradasi bahan
organik hingga mencapai 60%
Pada kolam ini dimanfaatkan bakteri
anaerobik sebagai pengolah limbah
Kedalaman kolam > 4 m, supaya kondisi
anerobik dapat dicapai di dasar bak
Kolam didesain , dilengkapi dgn tanggul
penahan dan slope (seperti gambar) dan
dasar serta tepi harus kedap air untuk
mencegah kontaminasi air tanah ole
limbah
Titik Kritis Pada Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik)

A. Inhibitor (penghambat kerja B. Proses yang terjadi di


mikroba) Anaerobic lagoon :
Mikroba yang bekerja di kolam a. Konsentrasi padatan tersuspensi
anaerobik adalah mikroba anaerobik, yang berupa bahan organik akan
dalam kinerjanya dipengaruhi oleh :
terolah menghasilkan sludge yang
1. Fluktuasi Beban Organik mengendap di dasar kolam
2. Temperatur
b. Proses tahapan anaerobic yg
3. pH
terdiri dari hydrolisis – fermentasi
Apabila kondisi mikroba dalam kolam
anaerobik bersifat mesofilik berikut
– acetogenic – methanogenic
lingkungan yg harus dipenuhi c. Terjadi scum (floating sludge)
• Kadar limbah masuk ke anaerobic sebagai efek proses anaerobic
lagoon harus konstan d. Menghasilkan gas CO2, CH4, dan
• Temperatur < 39oC H 2S
• Bekerja pada pH 6.5 – 7.8
SCUM

Catatan :
pH Effluent dari anaerobic pada range
6.5 – 7.8 sebagai indikator proses berhasil.
Penambahan bahan kimia penetral pH
ditambahkan dilihat dari alkalinity air limbah
bukan pada pH influent limbah.
Range alkalinity 5000 – 10000 mg/L CaCO3
Fakultatif Pond

Kondisi Kolam Fakultatif Kinerja kolam Fakultatif


Merupakan kelanjutan dari kolam
anaerobik dalam menurunkan atau
mendegradasi bahan organik
Dalam kolam fakultatif terjadi 2
proses yaitu anaerobik yang terjadi
di dasar kolam, dan proses aerobik
yang terjadi di permukaan kolam

Terjadi denitrifikasi dan juga


pembentukan senyawa organik
sederhana.

Untuk suplai oksisgen di permukaan


kolam bisa ditambahkan unit aerotor
dengan kapasitas kecil
PROSES PADA KOLAM FAKULTATIF
A. PERAN KOLAM
FAKULTATIF B. RESIRKULASI
• Kolam fakultatif ini merupakan
sistem kerja mikroba yang
komplek, karena terjadi 2 proses
yaitu anaerobik dan aerobik
• Mikroba bersifat anaerobic di
dasar kolam untuk memadatkan
lumpur organik agar mampu
mengendap sempurna
• Mikroba akan bersifat aerobik
untuk menyempurnakan
degradasi limbah cair dan
mengurangi scum
• Terjadi sirkulasi dalam kolam dan
simbiosis antara alga dan mikroba
• Sirkulasi yang sempurna akan
mengurangi timbulnya bau
AEROBIC LAGOON

Kondisi Kolam Aerobic


Kinerja kolam Aerobic

Menyempurnakan proses
degradasi limbah yang
setelah proses anaerobic
dan fakultatif.

Pada kolam ini hanya


terjadi penstabilan
senyawa2 toksik hasil dari
proses sebelumnya
menjadi lebih sederhana
dan mengurabgi bau.
AEROBIK LAGOON
A. REAKSI NITRIFIKASI B. Control of Algae
Pada Aerobic Lagoon atau yang Pertumbuhan Algae
disebut Aerated Lagoon, di dalamnya ditentukan oleh :
terjadi penyempurnaan degradasi
limbah cair yang diikuti reaksi • HRT (Waktu tinggal di
nitrifikasi dan pengukuran timbulnya aerated lagoon)
bau. Reaksi nitrifikasi bisa berjalan • Kedalaman kolam,
baik apabila oksigen cukup.
berpengaruh pada
fotosintetis
• Proses Mixing di dalam
kolam
Pada reaksi Nitrifikasi adalah pengubahan amonium menjadi
nitrit / nitrat
Amonia - pH tinggi (8.5)
Akan diubah menjadi nitrit dan menghasilkan ion hidrogen yg
nantinya akan menetralkan kembali limbah cair.
Control Algae Blooming

• Perhatikan waktu tinggal kolam, apakah sudah


proposional dengan oksigen yang disuplai oleh
mechanical aerator

Perbandingan :
Untuk waktu tinggal 3 hari dengan kedalaman kolam
+ 3m maka oksigen yg disuplai adalah 6 W/ m3
limbah ( 30 hp/ 106 gal)

• Kedalaman kolam harus proposional dengan


luasan, hal ini berhubungan dengan sirkulasi
udara dan proses photosintesis yang akan
berkaitan dengan alga blomm
• Proses Mixing di dalam kolam harus sempurna
(kemampuan surface aerator yang digunakan)
• Penanaman tanaman air dalam lagoon akan
mengurangi alga blomming
• Apabila sudah terjadi, penanganan darurau
dengan menambahkan clorin
CONTOH INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH

PABRIK
KOLAM MINYAK KOLAM
FAKULTATIF
3 4
KOLAM KOLAM
AERAS AERAS
I I
2 1
KOLAM
ANAEROB 2 5 POMPA
TRANSFER

KOLAM
EKUALISASI 1

KOLAM
STABILISASI
inokulasi bakteri

KOLAM
MONITOR

SUNGAI
Instalasi Pengolah Air Limbah

KOLAM AERASI 1 KOLAM AERASI 1

KOLAM STABILISASI &


MONITOR LOMBA MEMANCING DI IPAL
Instalasi Pengolah Air Limbah

KOLAM PEMISAH MINYAK KOLAM ANAEROB

KOLAM FAKULTATIF 1 KOLAM FAKULTATIF 5


ACTIVATED SLUDGE PROCESS
PRINSIP DASAR :
Konsumsi Senyawa Organik-terurai oleh Mikroba Aerob

Bahan pencemar dalam


limbah cair, di IPAL PG
utamanya adalah gula
 Proses tersebut dapat berlangsung dengan baik jika kondisi
lingkungannya mendukung, yaitu :
a. Derajat keasaman (pH) yang relatif netral, yaitu pH = 6,5-
8,0
b. Suhu normal, yaitu 25-35 o C
c. Tidak ada senyawa toksik yang merugikan

Selain itu tentu dibutuhkan reaktor yang mendukung

 Proses inilah yang kemudian direkayasa menjadi Sistem


Lumpur Aktif
Buatlah Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah
Pabrik Gula lengkap dengan metode minimisasi limbah
dan pengolahan limbah cair

Anda mungkin juga menyukai