Anda di halaman 1dari 11

Purwakarta, 14 Oktober 2023

Nomor : 0002/PHI-PISH/X/2023
Perihal : Gugatan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja

Kepada Yth.:
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas
1A Khusus Jl. Surapati No. 47 Kota Bandung 40132
di
Kota Bandung

Dengan hormat,
AEP MAULANA, berkewarganegaraan Indonesia, berdomisili di Perum BKR
Blok N8 No. 12 RT 038 / RW 010, Cibening, Bungursari, Purwakarta. Pekerjaan
sebagai Karyawan Swasta. Selanjutnya disebut sebagai PENGUGAT.
Penggugat dalam perselisihan ini telah memberikan kuasa khusus kepada:
1. DIKI HARISMANA SUTANTO, S.Sos, S. H.
2. PUJA ISLAMI, S. H.
Keduanya berkewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Advokat/Pengacara pada
Kantor Advokat dan Konsultan Hukum PISH & PARTNERS beralamat di Perum
BKR Blok H1 No. 11 Desa Cibening, Kecamatan Bungursari, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 9
September 2023, domisili elektronik: adv.pish@gmail.com; dari dan karenanya
bertindak untuk dan atas nama Penggugat, Mengajukan Gugatan dalam
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja kepada:
Nama Perusahaan : PT. Honda Precision Parts Manufacturing
Tempat Kedudukan : Kota Bukit Indah, Kawasan Industri Indotaisei,
sektor 1A Blok S, Cikampek, Karawang 41373
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

1|P a g e
I. OBJEK PERSELISIHAN
Bahwa yang menjadi objek Perselisihan dalam perkara dalam a quo adalah
surat yang diterbitkan oleh Tergugat kepada Penggugat dengan nomor:
12/HPPM/IRL/VII/2022 Tentang Pemutusan Hubungan Kerja. Selanjutnya
disebut sebagai Objek Perselisihan.

A. Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial


1. Bahwa Objek Perselisihan telah menimbulkan perselisihan dan
perbedaan pendapat antara Penggugat dengan Tergugat (sesuai dengan
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Pasal (1)
ayat (1) dan ayat (2).
2. Bahwa perselisihan dan perbedaan pendapat antara Penggugat dengan
Tergugat telah diupayakan penyelesaiannya melalui proses Bipartit dan
Mediasi Tripartit sesuai dengan Undang–undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (10), ayat (11), Pasal 3 ayat (1), Ayat
(2), ayat (3), Pasal 4 ayat (1), ayat (4), dan Pasal 8.
3. Bahwa berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2004 Pasal 5, Pasal 14 ayat (1), Ayat (2), dan Pasal 81, Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung Kelas 1A Khusus
berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo.

B. Tenggang Waktu:
1. Bahwa dalam perkara a quo untuk mengupayakan agar tidak terjadinya
Pemutusan Hubungan Kerja Penggugat telah mengupayakan
penyelesaian perselisihan melalui Bipartit dan mediasi Tripartit, dan
mengajukan Gugatan Pada tanggal 10 Mei 2023 dan dengan perkara
Nomor: 81/Pdt.Sus-PHI/2023/PN/Bdg. Dengan putusan yang dibacakan
oleh majelis Hakim yang memeriksa perkara pada tanggal 4 September
2023 dengan amar putusan menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijke Verklaard), bahwa berdasarkan SEMA
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penerapan Pasal 1979 KUH Perdata (BW)
dalam perkara PHI, Gugatan a quo memenuhi tenggang waktu.

2|P a g e
II. DASAR GUGATAN:
A. Kronologi
1. Bahwa Penggugat adalah Pekerja PKWTT di PT. Honda Precision Parts
Manufacturing (Tergugat) dan telah bekerja selama 18 (delapan belas)
tahun sejak tanggal 29 Juni 2004, dengan jabatan terakhir sebagai
Operator dan menerima upah terakhir bulan Juli 2022 sebesar Rp
11.585.700,- (sebelas juta lima ratus delapan puluh lima ribu tujuh ratus
rupiah).
2. Bahwa selama Penggugat bekerja di PT. Honda Precision Parts
Manufacturing (Tergugat), Penggugat mempunyai kinerja yang baik dan
berprestasi dan telah mendapatkan promosi jabatan sebagai Team
Leader untuk regu satpam pada regu B yang beranggotakan 8 orang
personil..
3. Bahwa sebelum Penggugat diturunkan jabatannya sebagai operator
Penggugat menjabat sebagai Team Leader yang memimpin regu B yaitu
salah satu regu satpam yang ada di PT. Honda Precision Parts
Manufacturing (Tergugat). Pada hari minggu tanggal 5 Juni 2022
Penggugat masuk bekerja seperti biasanya, Penggugat memimpin regu
B yang yang berjumlah 7 personil (1 Personil izin tidak masuk kerja),
melakukan tugas pengamanan mulai pukul 07:00 WIB sampai dengan
pukul 18:00 WIB. Dalam setiap kali bertugas setiap regu satpan
termasuk regu B dibantu oleh 2 (dua) orang anggota dari Kepolisian
yaitu dari kesatuan Brimob kelapa 2 Depok yang telah bekerjasama
dalam menjalankan pengamanan di lingkungan PT. Honda Precision
Parts Manufacturing (Tergugat). Dalam rutinitas kerjanya sebagai
komandan regu, Penggugat menugaskan satu orang anggotanya untuk
ditempatkan di pintu masuk (pos 1), satu orang di meja registrasi tamu
(pos 2), satu orang di pintu gerbang keluar (pos 3), satu orang di ruang
pengawasan monitor CCTV (pos 4) dan satu orang berkeliling area
pabrik (pos 5). Dan 2 orang siaga di pos satpam. Penugasan tersebut
dilakukan bergiliran setiap satu jam sekali dari pos 1 menuju pos 2 dan
seterusnya agar setiap anggota bisa istirahat bergiliran. Dan Penggugat

3|P a g e
selaku komandan regu bertugas mengkoordinir para anggota dan
membatu anggota yang membutuhkan bantuan di lapangan. Dua orang
Anggota dari Kepolisian bertugas membantu dalam memeriksa setiap
kendaraan yang masuk dan keluar untuk membatu memantau
keamanan di lingkungan perusahaan. Pengaturan tersebut rutin
dilakukan oleh regu B dalam menjalankan tugas pengamanan di
lingkungan perusahaan yang didampingi oleh 2 anggota dari Kepolisian.
Tugas yang telah dilakukan oleh tim dari regu B yang di bantu oleh 2
orang anggota Kepolisian pada hari Minggu tanggal 5 Juni 2023 tersebut
telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana mestinya dan tidak ada
suatu kejadian apa pun. Pada pukul 18:00 WIB Penggugat mengisi buku
jurnal tugas harian dan membuat laporan tugas bahwa tidak ada
kejadian apapun di hari Minggu tanggal 5 Juni 2022 tersebut di
lingkungan perusahaan PT. Honda Precision Parts Manufacturing
(Tergugat).
4. Bahwa Pada tanggal 10 Juni 2022 Penggugat dipanggil oleh atasannya
yaitu sdr. Agus Hasanudin yang meminta klarifikasi dari Penggugat
terkait adanya penangkapan 1 (satu) unit mobil box pada hari minggu
tanggal 5 Juni 2022 oleh Kepolisian Polres Karawang, 1 (satu) unit mobil
box tersebut memuat 18 buah drum oli bekas dan 2 buah torn kempu
bekas dengan tidak dilengkapi oleh surat ijin dalam operasi di jalan raya
di wilayah hukum Kabupaten Karawang, dalam pengembangan perkara
tersebut diduga ada keterlibatan seorang karyawan PT. Honda Precision
Parts Manufacturing (Tergugat) yang bernama Agung Kurniawan, dan
barang tersebut adalah barang curian dari PT. Honda Precision Parts
Manufacturing (Tergugat) berupa 18 buah drum oli bekas dan 2 buah
torn kempu bekas. Terhadap Sdr. Agus Hasanudin, Penggugat
menyampaikan bahwa Penggugat baru mengetahui kejadian tersebut
dari Sdr. Agus Hasanudin karena seingat Penggugat pada hari Minggu
tanggal 5 Juni 2023 tidak ada kejadian pencurian di PT. Honda Precision
Parts Manufacturing (Tergugat), sedangkan terkait mobil box dan barang
yang dikeluarkan oleh sdr. Agung Kurniawan Penggugat menjelaskan

4|P a g e
benar ada mobil box yang membawa barang dari Departemen Element
Ring yang akan keluar pada waktu itu dan telah diperiksa oleh petugas di
pintu keluar, yang bertugas pada waktu itu yaitu sdr. Maula Iskandar dan
berdasarkan hasil pemeriksaanya mobil box tersebut membawa 2 buah
torn kempu bekas tetapi surat jalannya menyusul di sdr. Agung
Kurniawan dan atas keterangan dari pemeriksaan tersebut kemudian
Penggugat menghubungi sdr. Agung Kurniawan di Departemen Element
Ring dan menanyakan surat jalan dari kendaraan tersebut yang
dikonfirmasi oleh sdr. Agung Kurniawan bahwa benar surat jalan
menyusul dan sesuai dengan hasil pemeriksaan petugas tertera pada
surat jalan tersebut membawa 2 buah torn kempu bekas, kemudian
Penggugat menyerahkan surat jalan tersebut kepada sdr. Agus
Hasanudin.
5. Bahwa atas kejadian pencurian yang dilakukan oleh sdr. Agung
Kurniawan tersebut semua personil satpam regu B dimintai keterangan
oleh sdr. Agus Hasanudin, dan sebagai akibatnya ada anggota yang
diberikan sanksi/hukuman karena anggota satpam tidak mampu
menjaga keamanan di PT. Honda Precision Parts Manufacturing
(Tergugat). Penggugat adalah salah satu yang diberikan sanksi/hukuman
oleh Terggugat dengan sanksi/hukuman berupa teguran lisan dan
diturunkan jabatan dari Team Leader menjadi operator. Terhadap
hukuman/sanksi tersebut Penggugat menerimanya.
6. Bahwa setelah adanya hukuman/sanksi tersebut Penggugat bekerja
seperti biasanya, akan tetapi pada tanggal 13 Juni 2022, tiba–tiba atas
perintah dari sdr. Abdul majid kepada sdr. Heri Klara Bagja yang
merupakan komandan/Team leader baru di satpam regu B, Penggugat
tidak diperbolehkan untuk masuk bekerja dan diperintahkan untuk pulang
kembali dengan alasan yang tidak jelas. Penggugat merasa tindakan
tersebut adalah tindakan sewenang–wenang dan tidak dapat
dibenarkan, Penggugat menunggu dan mencoba menanyakan kepada
sdr. Heri Klara Bagja alasan dari perintah untuk tidak lagi diperbolehkan
untuk masuk bekerja, akan tetapi Penggugat tidak diberikan jawaban,

5|P a g e
mengikuti perintah dari atasan tersebut terpaksa Penggugat pulang
kembali kerumah.
7. Bahwa adanya tindakan sewenang–wenang dari atasan Penggugat
tersebut, Penggugat sebagai anggota dari serikat pekerja meminta
bantuan kepada serikat untuk membantu Penggugat mencari tahu dan
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Penggugat.
8. Bahwa pada tanggal 28 Juni 2022, sdr. Abdul majid mengirimkan email
kepada Penggugat yang isinya menyatakan bahwa status Penggugat di
perusahaan adalah diskorsing, terhadap sanksi/hukuman skorsing
tersebut Penggugat tidak menerimanya karena Penggugat telah
diberikan sanksi/hukuman sebelumnya sehingga Penggugat tidak dapat
dijatuhi sanksi/hukuman untuk keduakalinya terhadap satu pelanggaran.
9. Bahwa pada tanggal 8 Juli 2022, Tergugat menerbitkan surat Nomor:
12/HPPM/IRL/VII/2022 tentang Pemutusan Hubungan Kerja melalui
serikat karena Penggugat sedang di skorsing. Adapun alasan dari
penerbitan surat tersebut dicantumkan dalam isinya yang pada pokoknya
Penggugat melakukan pelanggaran berat melanggar Perjanjian Kerja
Bersama PT. Honda Precision Parts Manufacturing 2022-2024 PKB PT.
HPPM Pasal 81 ayat (3) huruf (l) “menerima sogokan atau suap untuk
kepentingan pribadi sehingga dapat membuat kerugian pada
perusahaan”.
10. Bahwa Penggugat tidak sependapat dan tidak menerima tindakan dari
Tergugat yang menerbitkan Surat Nomor: 12/HPPM/IRL/VII/2022 tentang
Pemutusan Hubungan Kerja tersebut karena Penggugat tidak merasa
melakukan apa yang dituduhkan dan terkait perkara tersebut sudah ada
kesepakatan antara Penggugat dengan Tergugat bahwa Penggugat
diberikan sanksi/hukuman berupa teguran lisan dan penurunan jabatan,
dan bahwa hukuman tersebut telah ditambahkan dengan adanya
hukuman/sanksi skorsing yang pada dasarnya tidak dapat dibenarkan.
11. Bahwa terhadap Surat Nomor: 12/HPPM/IRL/VII/2022 tentang
Pemutusan Hubungan Kerja tersebut Penggugat pada tanggal pada
tanggal 13 Juli 2022 Penggugat menyampaikan surat penolakan.

6|P a g e
12. Bahwa objek perselisihan menyatakan Penggugat membantu pencurian
dengan mengijinkan mobil box yang membawa barang curian tanpa
adanya surat jalan adalah tidak benar karena surat jalan sudah diberikan
kepada Tergugat melalui sdr. Agus Hasanudin, bahwa adanya
kejanggalan tersebut merugikan Penggugat dan Penggugat menduga
adanya informasi yang disembunyikan/tidak disampaikan oleh sdr. Agus
Hasanudin kepada Tergugat yang menjadikan hubungan antara
Penggugat dengan Tergugat menjadi berselisih, atas adanya dugaan
perbuatan tidak benar dari sdr. Agus Hasanudin tersebut, pada tanggal 7
Januari 2023 Penggugat kemudian mengadukan perbuatan sdr. Agus
Hasanudin ke Polres Karawang dengan laporan Nomor:
R/LI/54/I/2023/Reskrim. Laporan pengaduan tersebut sampai dengan
saat ini sedang diproses penyidik Polres Karawang;
13. Bahwa setelah Penggugat memberikan surat penolakan, penggugat
tetap ingin dipekerjakan kembali dan selama proses perselisihan
penggugat telah beritikad baik untuk datang dan tetap bekerja seperti
biasanya, namun bahwa tergugat tidak mengizinkannya dan penggugat
tetap tidak diperbolehkan untuk bekerja;
14. Selama proses perselisihan ini berjalan penggugat masih dinyatakan
sebagai pekerja dan karyawan dari perusahaan (tergugat), namun
penggugat sudah tidak diberikah hak – haknya sebagai karyawan
dengan sebagaimana mestinya;

B. Dasar Hukum
1. Bahwa Objek Perselisihan diterbitkan tidak sesuai dengan fakta karena
surat jalan yang dinyatakan tidak ada oleh Tergugat faktanya adalah ada
dan Penggugat dituduh telah menerima uang suap dari sdr. Agung
Kurniawan adalah tidak benar, bahwa fakta Penggugat gagal dalam
memimpin regu B dalam menggagalkan tindak kejahatan yang dilakukan
oleh sdr. Agung Kurniawan adalah benar, dan Penggugat menerimanya,
bahwa gagal dalam mencegah terjadinya pencurian bukanlah suatu
pelanggaran yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. Honda

7|P a g e
Precision Parts Manufacturing 2022-2024 PKB PT. HPPM, sehingga
sanksi/hukuman terhadap Penggugat bukanlah sanksi/hukuman sesuai
dengan yang telah diatur; meskipun kegagalan dalam tugas
pengamanan bukanlah pelanggaran tetapi sebagai bentuk tanggung
jawab moril Penggugat dengan sukarela menerima sanksi/hukuman
yang telah dijatuhkan oleh Tergugat yaitu sanksi/hukuman teguran lisan
dan penurunan jabatan, oleh karenanya setelah diberikan
sanksi/hukuman dan diberi pembinaan, Objek Perselisihan harus
dinyatakan tidak sah dan dicabut dan Penggugat harus tetap
dipekerjakan.
2. Bahwa Objek Perselisihan diterbitkan tidak sesuai dengan Prosedur
yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. Honda Precision
Parts Manufacturing 2022-2024 PKB PT. HPPM Pasal 76 ayat (6)
“Apabila yang bersangkutan dalam masa berlakunya surat
peringatan tersebut melakukan pelanggaran lagi, maka diberikan
sanksi berikutnya dan apabila setelah mendapatkan peringatan
ketiga/terakhir yang bersangkutan bersangkutan melakukan
pelanggaran lagi dalam masa berlakunya surat peringatan tersebut,
maka perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya dan
dilaksanakan sesuai dengan Prosedur undang-undang Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003”. Bahwa Pasal 76 ayat (6) tersebut
menerapkan asas “ne bis in idem” yaitu bahwa terhadap kesalahan yang
sama tidak boleh dihukum dua kali dan untuk menghukum keduakalinya
harus ada kesalahan yang kedua sesuai dengan prinsip “tiada hukum
tanpa kesalahan”. Oleh karenanya Objek perselisihan harus dinyatakan
tidak sah dan dicabut dan Penggugat harus tetap dipekerjakan.
3. Bahwa Objek Perselisihan Menyatakan Penggugat telah melakukan
kesalahan berat adalah tidak benar karena kegagalan Penggugat dalam
memimpin Regu B (satpam) dalam menggagalkan tindak kejahatan
dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dalam arti luas, yang
diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama PT. Honda Precision Parts
Manufacturing 2022-2024 PKB PT. HPPM Pasal 84 ayat (3)

8|P a g e
“perusahaan pada dasarnya tidak akan melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja akibat kecelakaan kerja. Kecuali dalam keadaan
tidak memungkinkan untuk bekerja serta tidak ada keberatan dari
pihak pekerja untuk dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja maka
pemutusan hubungan kerja akan dirundingkan dengan serikat
pekerja”. Oleh karenanya Objek perselisihan harus dinyatakan tidak sah
dan dicabut dan Penggugat harus tetap dipekerjakan.
4. Bahwa diantara Penggugat dan Tergugat telah melakukan musyawarah
melalui perundingan dan telah ada kesepakatan dengan diberikannya
sanksi/hukuman kepada Penggugat agar tidak terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama PT. Honda
Precision Parts Manufacturing 2022-2024 PKB PT. HPPM Pasal 84 ayat
(3) “Perusahaan wajib mengupayakan sejauh mungkin untuk tidak
terjadi Pemutusan Hubungan Kerja dengan melakukan langkah
pembinaan kepada pekerja dan perbaikan perusahaan.” Oleh
karenanya Objek perselisihan harus dinyatakan tidak sah dan dicabut
dan Penggugat harus tetap dipekerjakan;
5. Bahwa berdasarkan SEMA Nomor 3 Tahun 2015 “Pasca Putusan MK
Nomor 37/PUU-IX/2011, Tertanggal 2011 terkait dengan upah Proses
maka isi amar putusan adalah MENGHUKUM PENGUSAHA
MEMBAYAR UPAH PROSES SELAMA 6 BULAN, kelebihan waktu
selama proses PHI sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang
Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian perselisihan Hubungan
Industrial bukan lagi menjadi tanggung jawab para pihak.” Untuk itu
tergugat harus membayarkan upah proses kepada Tergugat selama 6
bulan dengan rincian :
Upah 1 bulan = Rp.11.585.700,- X 6 Bulan = Rp. 69.514.200,- (enam
puluh Sembilan juta lima ratus empat belas ribu dua ratus rupiah)
6. Bahwa oleh karena nilai gugatan ini dibawah Rp. 150.000.000; ( seratus
lima puluh juta rupiah) maka berdasarkan ketentuan pasal 58 Undang-
undang nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

9|P a g e
Hubungan Industrial mohon biaya perkara ini dibebankan kepada
negara;

III. KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diantara
Penggugat dengan Tergugat terdapat hubungan kerja yang baik dan
harmonis selama 18 (delapan belas) tahun, dan atas prestasinya
Penggugat telah dipromosikan menjadi Team Leader, atas hubungan baik
tersebut Penggugat bercita-cita untuk menunaikan tugasnya di PT. Honda
Precision Parts Manufacturing sampai dengan masa pensiun, namun
bahwa adanya kejadian pada tanggal 5 Juni 2022 yang dilakukan oleh sdr.
Agung Kurniawan telah menghancurkan karir dan nama baik Penggugat
sebagai Komandan dari regu B yang bertugas pada waktu kejadian karena
telah berhasil dikelabui dan kecolongan sehingga kasus pencurian tersebut
terjadi, dan tidak dapat digagalkan. Bahwa terhadap perselisihan tersebut
diantara Penggugat dan Tergugat telah terjadi kesepakatan bahwa
meskipun Penggugat tidak terlibat dalam pencurian tersebut Penggugat
dianggap telah gagal dalam menjalankan tugasnya dan patut diberi
hukuman/sanksi yaitu berupa teguran lisan dan penurunan jabatan, sanksi
tersebut telah diterima oleh Penggugat, oleh karenanya Penggugat tidak
patut lagi diberikan sanksi/hukuman lain termasuk sanksi/hukuman
Pemutusan Hubungan Kerja, maka surat nomor: 12/HPPM/IRL/VII/2022
Tentang Pemutusan Hubungan Kerja harus dinyatakan tidak sah, dicabut
dan Penggugat harus dipekerjakan kembali karena sanksi/hukuman
teguran lisan dan penurunan jabatan tersebut sudah cukup sebagai
langkah pembinaan dalam memenuhi kewajiban antara Pengusaha,
Pekerja dan Pemerintah untuk mengupayakan sejauh mungkin agar tidak
terjadi Pemutusan Hubungan Kerja.
IV. PETITUM/TUNTUTAN:
Bahwa berdasarkan seluruh rangkaian uraian dan kesimpulan di atas maka
Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Bandung Kelas 1A Khusus Cq. Majelis Hakim

10 | P a g e
Pemeriksa Perkara a quo untuk memberikan putusan dengan amar sebagai
berikut:
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah menurut hukum surat yang diterbitkan
oleh Tergugat dengan nomor: 12/HPPM/IRL/VII/2022 Tentang
Pemutusan Hubungan Kerja;
3. Memerintahkan Tergugat untuk Mencabut surat yang diterbitkan oleh
Tergugat dengan nomor: 12/HPPM/IRL/VII/2022 Tentang Pemutusan
Hubungan Kerja;
4. Memerintahkan Tergugat agar mempekerjakan kembali Penggugat;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar upah proses kepada Tergugat
selama 6 bulan dengan rincian :
Upah 1 bulan = Rp.11.585.700,- X 6 Bulan = Rp. 69.514.200,- (enam
puluh Sembilan juta lima ratus empat belas ribu dua ratus rupiah)
7. Membebankan biaya perkara ini kepada negara.

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya


(ex aequo et bono)

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Aep Maulana

DIKI HARISMANA SUTANTO, S. Sos., S. H.

PUJA ISLAMI, S. H.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai