Anda di halaman 1dari 4

KAYU SEBAGAI KONSTRUKSI

A. PENGERTIAN KAYU

Kayu merupakan alami yang berasal dari bagian dalam batang dan cabang pohon. Sejak
zaman prasejarah, kayu telah menjadi bahan konstruksi yang tak tertandingi. Sifat alami dan
keragaman kayu membuatnya sangat berharga dalam berbagai aplikasi, dari konstruksi
bangunan hingga pembuatan furnitur, dan bahkan seni ukir. Kayu memiliki sejumlah sifat
fisik yang membuatnya unik. Ini termasuk kekuatan, ketahanan terhadap tekanan, tahan
terhadap panas, dan kemampuan isolasi termal. Sifat-sifat ini membuatnya menjadi bahan
yang sangat baik dalam struktur bangunan, di mana kekuatan dan daya tahan sangat penting.
Kayu memperlihatkan beragam variasi dari segi kualitas maupun sifat. Dimulai dari sebatang
pohon hidup dan dengan meneliti tahap-tahap penebangan, pengubahan dan pengeringan.
Proses penebangan dan pengolahan kayu melibatkan beberapa tahap penting. Berikut adalah
tahap-tahap umum dalam proses penebangan dan pengubahan kayu:

 Penebangan Pohon

Proses dimulai dengan penebangan pohon yang matang sesuai dengan jenis kayu yang
diinginkan. Pemilihan pohon yang tepat adalah kunci dalam mendapatkan kayu berkualitas.

 Pembersihan dan Pemangkasan

- Setelah pohon ditebang, cabang-cabang dan kulit kayu yang tidak diperlukan
dibersihkan.

- Pemangkasan dapat di lakukan untuk menghilangkan cabang yang tumbuh pada tinggi
yang diinginkan.

 Pengangkutan

- Pohon yang telah ditebang ke tempat pengolahan kayu dengan kendaraan khusus, seperti
truk kayu

 Pengupasan dan Pembelahan


- Kulit kayu atau lapisan luar yang tidak diinginkan dapat diupas untuk mengungkapkan
kayu yang lebih murni.

- Pohon dapat dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai dengan kebutuhan.

 Pengeringan

-Kayu harus dikeringkan untuk mengurangi kadar airnya agar sesuai dengan standar
konstruksi. Ini dapat dilakukan secara alami dengan menggantungkannya di udara
terbuka atau dengan menggunakan oven pengering. Tujuan pengeringan kayu adalah
memperkecil kandungan air dalam kayu, mencegah serangan kayu oleh jamur dan
serangga,meningkatkan kekuatan, mempermudah pengerjaan. Kayu yang akan dipakai
memiliki kadar air antara 12 – 20%. Kadar air di atas 20% mudah terserang oleh jamur.
Dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan alami (udara luar) dan pengeringan
buatan (tungku). Pengeringan alami dapat mengurangi air hingga kadar air 18 – 20%.
Pengeringan buatan dilakukan dengan tungku dan proses pengeringannya lebih cepat
dibandingkan dengan yang alami. Setelah melalui proses pengeringan kayu memerlukan
suatu tempat penyimpanan yang sering dilakukan dengan cara penumpukan kayu.
Penumpukan kayu bertujuan untuk menyimpan/mengeringkan kayu. Kesalahan
penumpukan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas kayu, oleh karena itu harus
diperhatikan cara penumpukan yang benar agar terhindar dari kerusakan atau cacat kayu.
Beberapa macam cacat kayu antara lain dapat berupa mata kayu, retak kayu dan cacat
dalam batang (lubang). Faktor penyebab kerusakan kayu terdiri atas faktor biologis
seperti cendawan (jamur), serangga dan cacing laut serta faktor non biologis seperti
cuaca dan api.

 Penggerajin

- Kayu kemudian dipotong menjadi ukuran yang diinginkan menggunakan gergaji kayu
atau mesin penggergajian.

 Pengawetan (Jika diperlukan)

- Untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan jamur, rayap, dan kelembaban, kayu
dapat diawetkan dengan bahan kimia tertentu.

 Pengelolaan lebih lanjutan


Kayu dapat diolah lebih lanjut, seperti pengamplasan, pemotongan sudut, atau
penghalusan permukaan, sesuai dengan penggunaan yang diinginkan.

 Pengecatan atau Finishing

- Untuk aplikasi interior atau eksterior, kayu dapat dicat, difinishing, ataudiberi lapisan
pelindung untuk meningkatkan penampilan dan ketuhanan terhadap cuaca.

 Distribusi

- Kayu yang telah diolah siap didistribusikan kepada konsumen, pengrajin, atau
pengguna akhir sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tahap-tahap ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kayu, tujuan penggunaan, dan
metode pengolahan yang digunakan. Dalam semua tahap, penting untuk memastikan bahwa
proses berlangsung dengan baik untuk memastikan kualitas dan keamanan kayu yang
dihasilkan.

Kayu terdiri dari sel-sel yang tersusun dari selulose. Sel-sel ini sangat kecil yang
memiliki Panjang kurang lebih 0,5 sampai 2 Mm dengan diameter 0,1 hingga 0,05 mM. Sel
tersebut berisi cairan yang terdiri dari bahan-bahan : gula, getah, damar, zat putih-telur, zat
samak, dan fecula yang dikenal sebagai protoplasma.

Adapun keuntungan dalam pemakain kayu sebagai berikut:

1. Mudah diperoleh

2. Mudah dikerjakan

3. Berat jenis ringan dibanding bahan alami

4. Sifat kenyal

5. Kuat memikul beban

6. Hantaran panas kecil

Adapun kelemahan-kelenahan kayu:

1. Mudah terbakar

2. Banyak jenis kayu yang tidak awet


3. Jenis kayu peka terhadap organisme perusak kayu

Kayu terdiri dari sel-sel yang tersusun dari selulose. Sel-sel ini sangat kecil yang
memiliki Panjang kurang lebih 0,5 sampai 2 Mm dengan diameter 0,1 hingga 0,05 mM. Sel
tersebut berisi cairan yang terdiri dari bahan-bahan: gula, getah, damar, zat putih-telur, zat
samak, dan fecula yang dikenal sebagai protoplasma.

B. GOLONGAN KAYU

1. Kayu Lunak (Softwood):

-Golongan kayu ini berasal dari pohon konifer, seperti cemara, pinus, dan cedar

-Kayu lunak umumnya lebih ringan dan lebih mudah diproses daripada kayu keras.

-Ini cocok untuk konstruksi ringan, seperti kerangka bangunan dan panel dinding.

-Kebanyakan kayu lunak memiliki serat yang lebih panjang, membuatnya baik untuk
produk-produk kayu, seperti papan lapis atau genteng.

2. Kayu Keras (Hardwood):

- Golongan kayu ini berasal dari pohon daun, seperti ek, oak, dan walnut.

- Kayu keras cenderung lebih keras dan tahan lama daripada kayu lunak.

- Digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk perabotan, lantai, dan perkakas.

- Kayu keras sering digunakan untuk hasil akhir yang lebih estetis karena sering
memiliki serat yang indah dan beragam warna.

Anda mungkin juga menyukai