Anda di halaman 1dari 124

PERANAN KOMPLEMENTASI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

SMA-IT MAHMUDIYYAH CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

oleh

RAHMAN ISMAIL

18.1.3677

032.14.2143.18

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana

PendidikanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KHARISMA

CICURUG , SUKABUMI

Tahun 2023

PERANAN KOMPLEMENTASI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

1
AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

SMA-IT MAHMUDIYYAH CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

oleh

RAHMAN ISMAIL

18.1.3677

032.14.2143.18

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana

PendidikanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana

PendidikanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KHARISMA

CICURUG , SUKABUMI

Tahun 2023

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

PERANAN KOMPLEMENTASI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

SMA-IT MAHMUDIYYAH CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

2
oleh

RAHMAN ISMAIL

18.1.3677

032.14.2143.18

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana

PendidikanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Telah disahkan oleh TIM Pembimbing pada tanggal :

Sukabumi ,………………………………….2023

Pembimbing 1 pembimbing II

Asep Durahman Ujang Badrussalam

Mengetahui :

Ketua STAI Ketua Program Studi PAI

Ade Nurpriatna,S.Ag,.M.Ud. Nandi Rustandi,M.Pd.I.

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PERANAN KOMPLEMENTASI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

SMA-IT MAHMUDIYYAH CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

oleh

RAHMAN ISMAIL

3
18.1.3677

032.14.2143.18

SKRIPSI

.PendidikanProgram Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Telah disahkan oleh TIM Pembimbing pada tanggal :

Sukabumi ,………………………………….2023

Penguji 1 Penguji II

……………………. …………………….

Mengetahui :

Ketua STAI Ketua Program Studi

PAI

……………………. ……………………..

ABSTRAK

Rahman ismail Peranana Kompetensi Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMA-

IT Mahmudiyyah Cicurug Kabupaten Sukabumi

Mengingat begitu pentingnya posisi guru dalam proses belajar mengajar,

maka sangatlah wajar apabila fenomena tentang rendahnya kualitas pendidikan

4
akan menunjuk guru sebagai tumpuan kesalahan atau diduga guru sebagai

penyebabnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya profesi guru itu diperhatikan.

Profesi guru harus dibedakan dengan profesi lainnya. Kebijakan yang tidak

memihak guru akan berdampak buruk bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metodenya

adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang di

maksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah

disebutkan, yang shasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi adalah sebagai lembaga

pendidikan formal, merupakan salah satu komponen yang ikut bertanggung jawab

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan Tujuan Pendidikan

Nasional secara umun dan Tujuan Pendidikan Sekolah secara internal.

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

memprioritaskan peningkatan mutu melalui perangkat/sarana pendudkung didalam

kegiatan belajar mengajar yang direalisasikan dalam ilmu pengetahuan, teknologi

(sains), kesenan dan sarana ibadah. Didalam menjalankan perannya, guru memeliki

beberapa kendala seperti kurangnya sumber belajar,kurangnya media dan

pengetahuan tentang metode pembelajaran, serta guru juga mengalami kesulitan

didalam melakukan penilaian pembelajaran. Hal ini menjadikan pelaksanaan peran

guru diadalam menerapkan pembelajaran pada proses belajar mengajar di SMA

Islam Terpadu Mahmudiyyah dapat berjalan secara optimal.

5
Kata kunci : Profesionalisme Guru, kualitas pendidikan agama islam

KATA PENGANTAR

Teriring puji syukur keahdirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah,

serta inayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW,keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya,semoga dihari

kiamat nanti kita mendapatkan syafa’at beliau. Aamiin.

6
Alhamdulillah atas fadilah rahmat dan rahmat Allah SWT sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu karunia Allah yang dilimpahkam kepada

penyusu sehingga dapat mengkaji dan memahami sebagian kecil ilmu Allah yang

snagat lua sdipermukaan bumi ini.

Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta dan

keluarga besar yangs elalu m,eberikan dukungan baik moril ataupun materil kepada

penulis dalam penyeesaian penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan

banyak terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya tas bantuan, motivasi,

didikan , dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. KH. Abuya Aang Jejen ZA Selaku Murobbi Ruhina sekaligus Ketua Yayasan

2. Bapak Ade Nurpriatna,S.Ag,M.Ud selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Kharisma Cicurug Sukabumi;

3. Ibu Ai Siti Nurmiati,. S.H.I., M.Ag, selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru

Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kharisma Cicurug

Sukabumi;

4. Ibu Ela Zakiyah,S.Ag,. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA-IT Mahmudiyyah

Cicurug Kabupaten Sukabumi

5. Bapak Budiman,S.Pd.I,. M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kesiswaan SMA-IT Mahmudiyyah

Karena terbatasnya ruang dan waktu, yang telah membantu sehingga terselesaikan

skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh

7
dari kata sempurna. Karena itu, penulis memohon lkritik dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap

semoga skripsi inidapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan umumnya para

pembaca. Aamiin.

Sukabumi,September

2023

Rahman Ismail

8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….iii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………….vi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang Penelitian ………………………………………….......................1

1.2 Perumusan dan Identifikais Masalah ……………………………………………..1

1.2.1 Rumusan Masalah………………………………………………………………....5

1.2.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………………………5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..5

1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………………………………………………….5

1.4.1 kegunaan Akademis ………………………………………………………………6

1.4.2 kegunaan Praktis ………………………………………………………………….6

1.5 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………………………….7

9
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………27

2.1 Metode Penelitian ……………………………………………………………………..27

2.2 Sumber Data……………………………………………………………………………27

2.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………….29

2.4 Teknis Analisis Data…………………………………………………………………...31

2.5 Jadwal penelitian ………………………………………………………………………33

BAB III TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………34

3.1 Hakikat Profesionalisme Guru ………………………………………………………….34

3.1.1 Pengertian Profesionalisme Guru……………………………………………………….34

3.1.2 Pendidikan Agama Islam………………………………………………………………..56

3.1.3 kualitas Pembelajaran ………………………………………………………………….67

3.2 Upaya Guru Dalam Menentukan Kualitas Pembelajaran ……………………………..51

3.3 Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran

……………………73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………………80

4.1 Hasil Penelitian …………………………………………………………………………80

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………………………………...97

4.3 Upaya Mengatasi Hambatan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SMA-IT

Mahmudiyyah…………………………………………………………………………………..107

10
4.4 Pengaruh Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA-IT Mahmudiyyah

………………………………………………………115

4.5 Implemetasi Program

BAB V KESIPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………………………………………………………………………118

5.2 Saran ……………………………………………………………………………..118

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

11
DAFTAR LAMPIRAN

1.1 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………121

1.1.1 Panduan Wawancara………………………………………………...121

1.1.2 Surat Keterangan Melakukan Izin Penelitian ……………………..124

1.1.3 Dokumentasi ………………………………………………………….125

12
PERANAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI

SMA-IT MAHMUDIYYAH CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau

tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan "Bangsa yang kurang

menghargai pendidik dan menomorduakan pendidikan akan terpuruk Indeks

Kemajuan Manusia (Human Development index)-nya" (Permadi dan Arifin, 2010:

104). FIDI yang rendah menunjukkan masih carut marutnya pendidikan, kesehatan,

dan kesejahteraan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun

2003 Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

13
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandin, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Berdasarkan pernyataan pada Undang-Undang Sisdiknas tenschut pendidikan

berperan di dalam membangun masyarakat seutuhnya. Jika suatu bga gin berhasil

dalam mewujudkan tujuan nasional, mordaskan kehidin bga yang maju di dalam

segala bidang, selayaknyalah pendidikan memperoleh tempat utama.

Kualitas manusia Indonesia yang baik dapat diakan melal penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu Guru merupakan salah satu kompone yang menempati

posisi sentral dan sangat strategi dalam sistem pendidikan. Mulyasa (2009: 5)

menyatakan bahwa "guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapa perhatian sentral, pertama, dan

utama".

Bailer (Permadi dan Arifin, 2010: 117) menyatakan bahwa "peranan gura

dalam proses belajar mengajar adalah tempat sangat sentral, Bagaimanapun

bagusnya kurikulum, kalau tidak ditunjang oleh kualitas dan kemandirian guru pada

akhirnya akan kurang berhasil".

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas mengenai peranan guts yang

sangat strategis dalam proses pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa

kualitas pendidikan sangat berhubungan dengan kualitas pendidikan guru dan

kinerjanya, meskipun ada faktor-faktor yang lainnya. Maka apabila kualitas

pendidikan ingin dicapai, kualitas guru perlu ditingkatkan sehingga kineja guru

14
maksimal. Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

Linerja guru sebagai pendidik Untuk itu kinerja guru memegang peranan penting

dalam pencapaian tujuan pengajaran secara optimal.

Kenyataannya, hal pendidikan yang dicapai oleh hangsa Indonesa belum

sesuai harapan. Berdasarkan catatan UNDP pada 14 Mars 2013, HDI (Human

Development Index) atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia menempati

peringkat 121 dari 185 negara. Walaupun terjadi peningkatan 3 peringkat dari tahun

2012, namun jika dibandingkan dengan rata-rata IPM negara- negara yang berada di

kawasan Asia Fasifik, IPM Indonesia masih di bawah rata- rata negara-negara

tersebut.

Mengingat begitu pentingnya posisi guru dalam proses belajar mengajar,

maka sangatlah wajar apabila fenomena tentang rendahnya kualitas pendidikan

akan menunjuk guru sebagai tumpuan kesalahan atau diduga guru sebagai

penyebabnya. Oleh karena itu, sudah selayaknyalah profesi guru diperhatikan Profesi

guru harus dibedakan dengan profesi lainnya. Kebijakan yang tidak memihak guru

akan berdampak buruk bagi kemajuan bangsa Indonesia (Permadi dan Arifin, 2010:

104).

Piet A. Sahertian mengatakan bahwa tugas seorang guru yang pokok ada 3

yaitu tugas profesional, tugas personal, dan tugas sosial. Adapun yang termasuk

tugas profesional itu adalah: a. Menguasai pengetahuan yang diharapkan sehingga

ia dapat memberi kegiatan kepada siswa dengan berhasil baik, b. Bertanggung

jawab dalam membina disiplin siswa, c. Melaksanakan penilaian dan bimbingan

terhadap siswa, d. Pengemban kurikulum yang sedang dilaksanakan, e. Penghubung

antara sekolah dan masyarakat serta orang tua siswa, f. Seorang pelajar yang terus

15
menerus mencari dan menyelidiki pengetahuan yang baru dan ide-ide yang baru

melengkapi informasinya.

Yang termasuk tugas personal adalah bahwa guru harus senantiasa memberi

contoh dalam kehidupan bermasyarakat terutama masyarakat sekolah. Adapun yang

termasuk hugas sosial bagi seorang guru adalah seorang seorang penceramah

zaman la harus punya komitmen dan konser terhadap masyarakat dalam

peranannya sebagai warga negara dan sebagai agen pembaharuan atau sebagai

penceramah masa depan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya tidak hanya menuntut keterampilan

teknis dari para ahli pengembangan kompetensi profesional guru, tetapi dipahami

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Perlu dilakukan berbagai program untuk

meningkatkan kualitas kinerja guru. Guru komponen utama dalam proses pendidikan

seharusnya termotivasi sehingga memperoleh kepuasan dalam menjalankan

tugasnya8. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang ter- hadap

pekerjaannya. Guru yang memperoleh kepuasan dalam bekerja akan dapat

meningkatkan kinerjanya yang pada gilirannya akan berimplikasi kepada

meningkatnya mutu pendidikan. Salah satu indikasi menigkatnya mutu pendidikan

adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa, terutama dalam mata pelajaran

PAI.

Dari uraian di atas, maka kompetensi profesionalisme guru sangat penting

untuk diteliti untuk mengetahui pengaruh dan kontribusinya terhadap peningkatan

kinerja guru. Beranjak dari pemikiran inilah maka direncanakan suatu penelitian yang

berjudul "Peranan Kompetensi Profesionalisme Guru Penddikan Agama Islam

dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMA-IT Mahmudiyyah Cicurug

16
Kabupaten Sukabumi"

Dengan demikian jelaslah bahwa pengaruh kemampuan professional guru

dan kemampuan personal guru terhadap keberhasilan proses belajar mengajar perlu

diteliti.

1.2 Perumusan dan Identifikasi Masalah

1.2.1 Perumusan

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa

masalah penelitian ini adalah:

1.2.1.1 Adakah pengaruh kualitas pendidikan terhadap profesionalisme pada guru

PAI di SMAIT Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

1.2.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka masalah ini dapat dirumuskan ke

dalam beberapa pertanyaan penelitian:

1.2.2.1 Peingkatan mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru

1.2.2.2 Bagaimana profesionalisme guru deu SMA-IT Mahmudiyyah Kecamatan

Cicurug Kabupaten Sukabumi

1.2.2.3 Bagaimana hambatan dan tingkat keberhasilan dalam meningkatkan mutu

pendidikan

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui:

17
1.3.1 Mengetahui pengaruh antara kualitas pendidikan terhadap profesionalisme

guru PAI di SMAIT Mahmudiyyah

1.3.2 Mengetahui pengaruh antara motivasi kerja terhadap profesionalisme guru PAI

di SMAIT Mahmudiyyah

1.4 Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian diharapkan mempunyai hasil yang dapat digunakan atau

dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan

bidang administrasi pendidikan atau untuk kepentingan praktik di lapangan bahkan

untuk peneliti sendiri. Dibawah ini akan diuraikan sebagai berikut:

1.4.1 Secara akademis

Dalam penelitian ini akan dikaji dan dianalisa secara mendalam tentang

peranan professionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,

sehingga dapat dijadikan bahan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pendidikan dan spesialisasi administrasi pendidikan yang secara umum dapat

diterapkan di sekolah.

1.4.2 Secara praktis

Karena penelitian ini berfokus kepada kegiatan sehari-hari disekolah yang

berkaitan antara guru ( pengajar ) dengan siswa (pelajar), sehingga terpadunya dua

kegiatan, yakni kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas

siswa) yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pengajaran, maka guru perlu

mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar.

1.4.3 Guna peneliti untuk peneliti

Karena penelitian ini berkaitan dengan administrasi pendidikan yang sedang

18
digeluti oleh peneliti, maka hasil dari penelitian ini akan menambah wawasan

keilmuan dalam bidang administrasi pendidikan serta dapat dimanfaatkan dalam

melaksanakan pengajaran dengan sebaik-baiknya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Untuk menjelaskan masalah penelitian ini digunakan beberapa teori yang

terkait langsung dengan masing-masing variable, yaitu:

1.5.1 Pembahasan Tentang Profesional Guru

1.5.1.1 Pengertian Profesionalisme Guru

Kata profesionalisme berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan

sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru,

dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat

memperoleh pekerjaan lain. (Nana Sujana, 1989:8)

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru

profesionalisme adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai

guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah

orang terdiik adan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang hanya di

bidangnya.

Yang dimaksud terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan

formal saja tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam

19
kegiatan belajar mengajar.

Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya insani. Sepanjang

masa guru tetap merupakan orang yang punya ciri khas dalam dunia pendidikan. Ia

punya profil yang khusus. Oleh karena itu eksistensinya sebagai guru yang

profesional sangat diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran.

Profesional merupakan para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh

pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaannya itu. Para profesional

dapat dilahirkan dari tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi.

1.5.1.2 Persyaratan Profesionalisme Guru.

Mengingat tugas dan tanggungjawab yang begitu komplek maka profesi ini

memerlukan persyaratan khusus antara lain :

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesionalismenya.

C. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakan.

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

1.5.1.3 Ciri-ciri Profesionalisme Guru

20
Para profesional mempunyai ciri-ciri yang khusus mereka mengabdikan pada

suatu profesi. Adapun ciri-ciri dari profesionalisme guru antara lain: 1). memiliki

suatu keahlian khusus, 2). Merupakan suatu panggilan hidup, 3). Memiliki teori-teori

yang baku secara universal, 4). Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk

diri sendiri, 5). Dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang

aplikatif, 6). Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya. Mempunyai kode

etik, 7). Mempunyai klien yang jelas, 8). Mempunyai organisasi profesi yang kuat, 9).

Mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang lain. (H.A.R. Tilaar,

2000: 138)

Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik yang profesional tentu akan

berusaha semaksimal mungkin untuk terus meningkatkan profesinya sebagai

pendidik, sehingga bisa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki kepada anak

didik sebanyak mungkin. Seorang pendidik yang profesional senantiasa memiliki

keinginan dalam mengajar selalu mencari yang terbaik yang terbaik bagi bagi

peningkatan mutu atau kualitas pendidikan dalam pembelajarannya. Hal demikian itu

jarang dan sedikit sekali dimiliki oleh seorang pendidik yang materialists, dimana

kebutuhan ekonomi yang diutamakan, padahal dengan peningkatan ilmu

pengetahuan yang dimiliki mampu memberikan segalanya. Selanjutnya semua itu

kembali pada guru itu sendiri, apakah mau berusaha sekaligus memiliki keyakinan

akan mengangkat derajat seseorang sebagai sosok manusia yang berguna bagi

agama, nusa, bangsa dan Negara.

1.5.1.4 Kompetensi guru profesional

Kompetensi guru profesional adalah salah satu unsur yang paling penting

yang harus ada sesudah siswa. Apabila seorang guru tidak mempunyai sikap

21
professional maka peserta didik yang didikakan sulit tumbuh dan berkembang

dengan sebagai mana mestinya. Hal ini karena guru adalah salah satu tumpuan bagi

Negara dakam hal pendidikan dengan adanya guru yang professional dan

berkualitasmaka akan mampu mencetak generasi penerus yang juga berkualitas

pula. Kunci yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah kompetensi, kompetensi

adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru sehingga tujuan

pendidikan bisa tercapai dengan baik.

Sementara itu standar kompetensi yang tertuang dalam peraturan menteri

pendidikan nasional menganai standart kualifikasi akademik serta kompetensi guru

dimana peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru professional harus memiliki 4

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan

kompetensi social. Dari 4 kompetensi guru profcesional tersebut harus dimiliki oleh

seorang guru melalui pendidikan profesi selama satu tahun.

1) Kompetensi pedagogik

Kompetansi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami

karakteristik yang dimiliki oleh seorang peserta didik melalui berbgai cara cara yang

utama yaitu dengan memahami peserta didik melaui perkambangan kognitif peserta

didik merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil

belajar sekaligus pengembangan peserta didik.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetansi pribadi ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus

dimiliki oleh seorang guru professional dengan cara mencerminkan kepribadian yang

baik pada diri sendiri, sikap bijaksana, bersikap dewasa dan berwibawa serta
22
memiliki akhlak yang muliya untuk menjadi suri tauladan yang baik.

3) Kompetensi professional

Kompetensi professional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh

seorang guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara meluas dan

mendalam

4) Kompetensi sosial

Kompetensi social adalah salah satu kompetenasi yang harus dimiliki oleh seorang

guru melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan denngan

seluruh tenaga kerja kependidikan atau juga dengan wali peserta didikdan

masyarakat

1.5.1.5 Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru

Dalam bahasan ini penulis akan menyajikan berbagai upaya yang dilakukan

oleh guru dan kepala sekolah atau madrasah untuk meningkatkan profesionalisme

guru dalam rangka menjalankan. proses belajar mengajar, diantaranya:

a. Belajar melalui bacaan

Dalam sub bahasan ini penulis akan menyajikan berbagai usaha yang

dilakukan oleh guru untuk meningkatkan profesionalisme diantaranya, guru harus

belajar sendiri (autodidak) melalui buku-buku atau media masa merupakan suatu

usaha yang termudah dan teringan. Disini guru-guru bisa melakukan dalam waktu

dan dana yang terbatas sekalipun.

Dalam hal ini guru bisa memanfatkan buku-buku atau media masa yang

23
tersedia diperpustakaan, sekolah ataupun toko buku tentang hal-hal yang

berhubungan dengan spesialisasinya ataupun pengetahuanumum yang dapat

menambah wawasannya.

Namun demikian satu hal yang perlu juga diketahui bahwa belajar sendiri

merupakan cara yang paling sederhana dan mudah ini seringkali sulit dilaksanakan

secara efektif dan efisien. Hal ini disebabkan kesadaran guru tentang pentingnya

membaca dan hanyaknya tugas-tugas yang harum in selesaikan, sehingga apabila

miru tidak mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, belajar sendiri inipun tidak

dapat dilaksanakan secara efektif

Tetapi sebagai guru yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya

selayaknya ia berusaha meningkatkan profesionaliame secara mandiri tanpa

menunggu dari pihak lain, seperti bantuan pemerintah dan lain-lain. Karena

kesanggupan untuk berusaha dan rasa tanggung jawab pada pekerjaanya

merupakan modal tersendiri dan utama bagi guru untuk meningkatkan

profesionalisme

b. Membuat karya ilmiah

Kesadaran dari para guru untuk lebih banyak menulis mengenai masalah-

masalah pendidikan dan pengajaran, termasuk salah satu metode yang dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam menuangkan konsep-konsep dan gagasan

dalam bentuk tulisan. Disamping itu kegiatan penulisan ini tidak hanya

menguntungkan bagi sipenulis (guru sendiri) melainkan juga bagi orang yang

membacanya

Untuk membuat karya ilmiah sebagai prestasi profesional dibutuhkan

dukungan kondisi dan fasilitas yang memadai, yakni berupa kemampuan,dan

24
kesempatan yang cukup serta perlu latihan secara terus menerus dari guru yang

bersangkutan. Oleh karena itu setiap guru harus sadar dan mau melatih diri jika ia

benar-benar ingin menumbuhkan kreativitas dirinya melalui karya tulis ilmiah tanpa

hanya menunggu karya orang lain.

c. Melanjutkan pendidikan

Pada saat sekarang ini, perkembangan dunia pendidikan dan system

pendidikan semakin meningkat, sehingga banyak diantara guru yang telah lama

mengajar juga sudah ketinggalan jaman tentang media dan sistem pendidikan yang

berlaku sekarang. Usaha terbaik para guruuntuk mengikuti ketertinggalanya adalah

dengan masuk perguruan tinggi untuk melanjutkan tingkat pendidikan. Dengan

melenjutkan tingkat pendidikan diharapkan guru dapat menambah pengetahuannya

dan memperoleh informasi-informasi baru dalam pendidikan sehingga guru tersebut

mengetahui perkembangan ilmu pendidikan dan mampu memproyeksikan masa

depan. Sebagaimana yang dikemukakan olch Cece Wijaya sebagai berikut: "Tinggi

rendahnya pengakuan profesi guru, salah satu diantaranya diukur dari tingkat

pendidikan yang ditempuhnya dalam dalam mempersiapkan jabatannya.

Sungguhpun demikian masih harus dipertanyakan bahwa guru yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi, lebih tinggi pula kemampuannya jika dibandingkan dengan guru

yang berpendidikan lebih rendah. Dewasa ini terlihat dengan adanya alih fungsi SPG,

PGA,SGO, program LPTKdan lain-lainnya.

Pada universitas terbuka untuk mempersiapkan guru SD dan FKIP, dan IKIP untuk

mempersiapkan guru SMT, SMTA",

Maka untuk guru yang masih berpendidikan PGA, SPG, SGO atau sederajat

diharuskan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi gunamenyesuaikan dengan

25
perkembangan profesi guru. Dalam usaha peningkatan pendidikan guru ini dapat

dilakukan melalui dua hal yaitu:

1. Melanjutkan pendidikan karena tugas belajar

Usaha melanjutkan pendidikan karena tugas ini dilakukan bukan atas

kehendak sendiri, tetapi merupakan tugas yang dipercayakan dari pihak pemerintah

atau lembaga tempat guru itu mengabdikan dirinya. Dalam hal ini pemerintah atau

lembaga mempunyai perhatian yang besar terhadap mutu pendidikan dengan

meningkatkan kualitas guru. Demi kepentingan ini pihak pemerintah atau lembaga

tersebut menyediakan biaya atau dana bagi guru yang melanjutkan pendidikannya.

Jadi jelasnya melanjutkan pendidikan yang dilakukan guru ini tidak murni dari

kesadaran guru akan tetapi karena mengemban tugaskelembagaan atau pemerintah.

2. Melanjutkan pendidikan karena kesadaran guru sendiri

Seorang guru yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta komitmen

terhadap perkembangan dunia pendidikan, akan berusaha memperbaiki dan

meningkatkan latar belakang pendidikannya dengan mengikuti perkuliahan lagi

sampaimemperoleh gelar sarjana untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan profesi.

Sebagai guru yang sadar akan profesinya, dia akan meningkatkan ketrampilan,

pengetahuan dan jabatannya melalui masuk perguruan tinggi tanpa menunggu tugas

dari lembaga atau pemerintahan. Tetapi ia secara mandiri dengan menyediakan

dana untuk membiayai pendidikannya itu. Dengan demikian usaha yang dilakukan

guru murni kehendak sendiri.

26
d. Penilaian terhadap diri sendiri (self evaluation)

Self evaluation adalah penilaian yang dilakukan oleh seorang guru terhadap

dirinya sendirinya sendiri. Dengan penilaian terhadap dirinya sendiri seorang guru

akan dibawa kepada pengawasan terhadap diri sendiri pula, dan hal ini akan terbawa

pula pada disiplin diri sendiri.

Keadaan ini ditandai dengan adanya kritik dan saran yang dialamatkan pada guru

tersebut, tetapi guru tersebut akan selalu menyambut gembira dan lapang dada

setiap kritik yang datang dari orang lain dan mendengarkan masukan untuk dirinya.

Dengan adanya kritikan dan masukan ini guru akan menyadari kelemahan-

kelemahan dan kemampuan dirin sendiri yang kemudian akan berusaha pula dengan

memperbaikinya. Dengan demikian, maka akan tumbuh sikap professional guru

pada guru tersebut.

e. Peranan kepala sekolah.

Kepala sekolah mempunyai peranan sangat penting dalam pendidikan, tugas

dan tanggung jawab kepala sekolah yang sangat banyak dan sangat berat la

bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran disekolah. Keseluruhan tugas dan tanggung jawabnya itu dapat

digolongkan menjadi dua bidang yaitu, tugas didalam bidang administrasi dan

bidang supervise.

Kepala sekolah dalam bidang supervise berperan sebagai supervisor yang

bertugas memberikan bimbingan, pengawasan danpenyelenggaraan pada masalah-

masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan, pengembangan

pendidikan dan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan

pengajaran. Supervise pendidikan adalah suatu aktivitas pembinaan yang

27
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam

melakukan pekerjaan mereka secara aktif.

Sedangkan tujuan supervisi pendidikan yang dilakukan kepala sekolah adalah

untuk menilai kemampuan guru sebagai pengajar dalam bidang pendidikan masing-

masing guna membantu mereka melakukan perbaikan-perbikan bila diperlukan

dengan menunjuk kan kekudrangan-kekurangan agar dapat diatasi. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka sebagai supervisor, seorang kepala sekolah harus dapat

menempuh berbagai cara dan teknik. Diantara usaha-usaha kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan pengawasan dan kedisiplinan

Pengawasan dan kedisiplinan sangat penting untuk membina pertumbuhan

jabatan guru, dengan adanya pengawasan dan kedisiplinan yang sangat baik dari

kepala sekolah maka guru akan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap

tugas yangdibebankan kepadanya. Melalui pengawasan ini kepala sekolah harus

maksimal membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi guru, penyimpangan-

penyimpangan yang dihadapi guru hendaknya dilakukan secara bijaksana, yang jelas

kedisiplinan dan pengawasan ini harus mampu menciptakan moral kerja yang baik

dikalangan guru dan seluruh staf sekolah.

2) Penyediaan sarana yang memadai

Demi tercapainya tujuan yang optimal dalam tugas guru,maka penyedian

sarana ini hendaknya mendapatkan perhatian yang serius. Keterbatasan dana

hendaknya jangan dijadikan alasan untuk tidak menyediakan sarana, karena masih

banyak usaha lain yang dapat ditempuh untuk mengatasinya. Dan yang perlu
28
diperhatikan, penyediaan sarana ini dimaksudkan tidak terbatas pada buku paket

saja, tetapi perlu dilengkapi dengan alat-alat praktikum. laboratorium, buku

kepustakaan dan perbaikan gedung sekolah. Dengan adanya sarana yang memadai,

maka guru akan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien sehingga

dapat membantu menunjang keberhasilan yang dimaksud.

3) Mengadakan rapat

Mengadakan rapat sekolah merupakan salah satu upaya peningkatan

profesionalisme guru. Dalam rapat yang diadakan kepala sekolah ini guru dapat

membahas kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi sehubungan dengan

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, secara bersama- sama dengan seluruh

peserta rapat. Dengan adanya rapat ini, guru dibantu baik secara individu maupan

kelompok untuk menemukan berbagai alternatif pemecahan yang dihadapi.

Dengan diadakan rapat guru maka diharapkan:

a) Bisa menyatukan pendapat tentang metode kerja menujupencapaian hasil kerja.

b) Membantu guru secara individu, bersama-sama menemukan, dan mengyediakan

kebutuhan dan pemecahan masalah guru.

c) Mendorong guru untuk menerima dan melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya dan penuh tanggung jawab

4) Penataran (upgrading)

Penataran (upgrading) merupakan suatu usaha kearah peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang cara-cara pembuatan alat-alat

pelajaran, pembaharuan metode mengajar dan sebagainya yang berkaitan dengan

29
pengajaran bidang studi.

Drs. Purwanto mengemukakan sebagai berikut, upgrading adalah suatu usaha

untuk kegiatan yang bertujuan untuk menungkatkan taraf ilmu pengetahuan dan

kecerdasan para pegawai guru-guru atau petugas pendidikan lainnya, sehingga

dengan demikian bertambah luas dan mendalam.30 Penataran merupakan salah

satu teknik upaya peningkatan profesionalisme guru, hal ini sesuai dengan

pengertian penataran profesionalisme guru itu sendiri yakni suatu usaha atau

kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para

pegawai, guru-guru atau petugas lainnya dari pengertian ini jelas blows mal

penataran ini diharapkan ilmu pengetahuan dan kemampuan guru berkembang, dan

selanjutnya melaksanakan tugasnya secara efektif dan efesien.

5) Seminar

Seminar merupakan suatu usaha untuk memanfaatkan sebaik-sebaiknya

produktivitas berfikir secara berkelompok berupa saling tukar pengalaman dan

saling koreksi antara anggota kelompok yang lain. Seminar merupakan bentuk

pengembangan profesi yang kadang-kadangpembahasan secara ilmiah itu berkaitan

dengan kehidupan dan tugas kewajiban guru-guru dengan perbaikan belajar

mengajar.

6) Mengadakan lokakarya (workshop)

Lokakarya (workshop) adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari

petugas-petugas pendidikan dalam memecahkan problem yang dihadapi melalui

percakapan dan bekerja secara berkelompok maupun secara perseorangan. Piet

Sahertian mengemukakan bahwa lokakarya adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kesanggupan berfikir dan bekerja sama, baik mengenai masalah-

30
masalah teoritis praktis dengan maupan praktis maksuduntuk menungkatkatkan

kualitas hidup pada umumnya serta kualitas professional guru khususnya." 31

Maka melalui teknik lokakarya ini guru diharapkan dapat belajar sesuatu,

memperoleh pengalaman belajar dengan jalan bekerja sama saling memberi dan

menerima secara gotong royong serta bertanggung jawab bersama dalam suatu

kelompok atau orgnisasi kerja yang lebih bersifat fleksibel.

Dari pernyataan diatas dapat diambil pengertian bahwa lokakarya (workshop)

merupakan suatu wadah yang didalamnya seseorang dapat belajar sesuatu dengan

jalan menemukan problem yang merintangi suatu pekerjaan dan mencari jalan keluar

untuk menyelesaikan problem tertentu. Sehingga guru berusaha untuk

mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja sama baik mengenai masalah-

masalah teoritis maupun praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup

pada umumnya serta kualitas professional pada khususnya.

Adapun tujuan pokok lokakarya adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan pribadi secara harmonis

b) Untuk memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapatmeningkatkan

pengetahuannya

c) Memupuk dan mengembangkan integritas dan perasaansocial secara lebih

mendalam.

7) Mengadakan studi tour atau studi group

Kegiatan ini biasa dilakukan oleh guru yang bertugas mengajar mata pelajaran

yang sama, sehingga hal ini dilakukan oleh khusus guru bidang studi. Mereka

berkumpul bersama-sama membahas suatu masalah yang berkaitan dengan

31
perkembangan hal-hal yang berhubungan dengan bidang studi yang mereka ajarkan

dan bagaimana cara peningkatan profesionalisme mereka dalam menagjarkan

bidang studi mereka. Studi tour atau studi group ini dilakukan dengan memilih lokasi

yang dapat membawa suasana baru, misalnya tempat-tempat wisata, sehingga lebih

menarik dan dapat menjadikan semangat baru bagi guru.

8) Mengadakan kunjungan guru-guru antar sekolah

Sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru adalah dengan

mengadakan kunjungan guru-guru antar sekolah atu studi banding. Kegiatan ini

biasanya disertai observasi terhadap situasi belajar masing-masing guru. Kegiatan

ini dapat dilakukan diantara sekolah yang lebih tinggi kualitas prestasinya dengan

sekolah perintis atau yang baru berkembang dengan tujuan untuk mengadakan

perbandingan dengan jalan mengambil hal-hal yang lebih baik dan positif dari

sekolah tersebut, lalu menjalankannya di sekolah yang lain.

9) Mengadakan riset atau percobaan-percobaan

Yang dimaksud disini adalah usaha-usaha seseorang dalam prakteknya untuk

menemukan hal-hal baru yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran secara

teoritis dan sistematis. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Riset atau percobaan ini tidak

harus dilakukan oleh ahli riset saja, tetapi juga dapat dilakukan oleh guru itu sendiri.

Sebenarnya guru sebagai pendidik yang tiap hari berhadapan dengan anak didiknya

mempunyai kesempatan yang baik untuk melakukan riset atau penelitian dalam

rangka meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, Sebagai contoh,

seorang guru dapat memilih suatu metode ataupun media tertentu untuk

menyampaikan materi, kemudian dikesempatan yang lain, guru tersebut memilih

32
metode atau media yang lainuntuk menyampaikan materi yang sama. Akhirnya guru

tersebut dapat menyimpulkan metode dan media mana yang lebih berhasil dan

sukses dapat menyampaikan meteri pada anak didiknya.

1.5.1.6 Hambatan Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan.

Ada beberapa hal yang menjadi hambatan guru dalam meningkatkan kualitas

pendidikanys, antara lain: Kurang daya inovasi Lemahiya motivasi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketidak-pedulian terhadap berbagai

perkembangan Kurangnya sarana dan prasarana pendukung (Lucy Chesar Jacobe

Donald Ari, 1982: 183)

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan

dalam bagan sebagai berikut:

Tabel 1.

Input Proses Ouput

33
Internal

a. Latar belakang kondiis


fisik siswa

b. Latar belakang kondisi


1. Guru Psikologi siswa
2. siswa
1. Menjadi manusia
yang berakhlakul
Proses pembelajaran karimah

2. Penguasaan mata
pelajaran

3. Tercapainya SKL
Eksternal
4. Menciptakan Kondisi
a. Kemampuan Guru Menyenangkan

b. Metode

c. Sistem Evaluasi

d. Pengelolaan

e. Kurikulum

Feed back

BAB II METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

34
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metodenya

adalah metode penelitan deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah

disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan (Arikunto:2010:4).

Melalui metode ini peneliti dapat mendeskripsikan suatu alasan analisis

secara utuh, sebagai suatu kesatuan yang berintegrasi tentang peranan kemampuan

profesional guru terhadap proeses belajar mengajar pada lembaga Pendidikan Islam

yang menjadi objek penelitian ini adalah SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang peranan kemampuan

profesional guru terhadap proeses belajar mengajar Data dikumpulkan dari latar

yang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Penelitian ini diharapkan

dapat menemukan sekaligus mendeskripsikan data secara menyeluruh dan utuh

mengenai peranan kemampuan profesional guru terhadap proeses belajar mengajar

di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah.

2.2 Sumber Data

Subjek penelitian merupakan sumber data yang diperoleh peneliti dari lokasi

peneltian. Menurut Arikuto (2010:172). Sumber data adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau berupa orang (informan atau

responden).

Pendidikan kualitatif biasanya sumber-sumber data yang digunakan adalah

sumer primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data pokok yang

langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian atau disebut juga sumber data

35
lapangan. Data lapangan dapat diperoleh melalui wawancara yang berupa kata-kata

atau tindakan seorang tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya. Sedangkan

sumber sekunder dalah sumber data tambahan Yang Menurut peneliti sebagai data

yang dapat menunjang data pokok. Sumber-sumber sekunder ini dapat berupa buku-

buku, dokumen-dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan hasil laporan.

Sebagaimana hal ini dapat diungkapkan oleh Lofland yang kutip oleh Moleong

(2006:157), bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,

dan tindakatan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Adapun sumber data (subjek penelitian) dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Sumber data primer dalam penelitin ini adalah kepala sekolah.

b. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah guru PAI dan siswa kelas XI IPA

Putri SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah. Selain itu juga selain data penunjang bisa

didapatkan dari dokumen-dokumen, atau arsip-arsip lainnya yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti.

2.3 Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data berkaitan dengan mekanisme yang harus

dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Ini merupakan langkah yang

paling srategis dalam penelitiam, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui pengumpulan data dan mekanismenya,

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Penelitian kualitatif, pengumpulan datanya dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), dan sumber data primer. Teknik pengumpulan data lebih

pada observasi berperan serta (participaton observation), wawancara mendalam (în

36
depth interview), dan dokumentasi. (Sacbani, 2008:186)

Penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan

beberapa teknik yang merujuk pada teori diatas, yaitu:

2.3.1 Observasi

Observasi atau pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam penelitian

karena: pertama, teknik observasi atau pengamatan didasarkan atas pengalaman

secara langsung. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, observasi atau pengamatan

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, jika terdapat kekeliruan

dalam wawancara, maka observasi atau pengamatan dapat dilakukan untuk

mengecek kepercayaan data yang keliru tadi. Kelima, teknik pengamatan

memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam,

dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,

pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. (Lexy J. Moleong:2006:174

-175)

Observasi dilakukan dengan mengamati dan mendengarkan kepala sekolah,

wakil kepala sekolah dan guru-guru SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah tentang hal-

hal yang berkaitan dengan perencanaan, penggerakan, pengawasan, faktor

penghambat dan pendorong penanaman pendidikan karakter di SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kabupaten Sukabumi.

2.3.2 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu


37
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan

itu. Maksud mengadakan wawancara antara lain: mengkintruksi mengenai orang,

kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, keperdulian dan lain-lain kebulatan,

merekonstruksi kebulatan- kebulatan demikian sebagai yang diharapkan untuk

dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah, dan memperluas

informasi yang dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi),

dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai pengecekan anggota. (Lexy J. Maleong: 2006:186)

Agar memudahkan peneliti dalam mengumpulakan data, peneliti telah

menyusun pedoman wawancara sesuai dengan permasalahan penelitian, yakni data

yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan faktor

penghambat dan pendorong penanaman pendidikan karakter di SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi.

2.3.4 Rekaman Arsip

Rekapan arsip dapat berupa rekaman keorganisasian sekolah, bagan dan

anggaran sekolah pada periode tertentu, peranan kemampuan profesional guru

terhadap proeses belajar mengajar, monev program sekolah, peta dan bagan

karakteristik sekolah, notulen, atau rekaman- rekaman pribadi seperti buku, agenda

dan lain sebagainya.

2.4 Teknik Analisis Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teori

grounded, yaitu mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Adapun prosedur yang

38
digunakan dalam penelitian ini sebagaimana dikemukakan Miles and Huberman,

yakni terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Matthew B. Miles and A.

Michael Huberman:1992:16)

2.4.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan sebuah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan untuk menelaah

secara keseluruhan data yang dihimpun dari lapangan sehingga dapat ditemukan hal

-hal pokok dari objek yang diteliti tersebut. Reduksi data berlangsung selama

penelitian sampai laporan akhir tersusun. Data yang direduksi adalah data dari

segala sumber, dipilih data yang diperlukan dan mana yang tidak diperlukan.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

2.4.1.1 Mengumpulkan data dan informasi dari hasil catatan, hasil wawancara

dari hasil pengamatan

2.4.1.2 Mencari inti/pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek

temuan penelitian ini.

2.4.2 Penyajian Data

Penyajian data merupakan perangkuman terhadap temuan peneliti dalam

susunan yang sistematis untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan

pendidikan karakter. Alur ini dilakukan selama penelitian sampai tersusun laporan

lengkap.

39
2.4.3 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap penarikan kesimpulan dari kumpulan

makna setiap kategori. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

2.4.3.1 Menguji kesimpulan yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori

yang dikemukakan, terutama teori yang relevan.

2.4.3.2 Melakukan proses pengecekan ulang, mulai dari pelaksanaannya, survey,

wawancara inti, pengamatan dari data dan info yang sudah dikumpulkan.

2.4.3.3 Membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari penelitian

yang sudah dilakukan ini.

2.5 Lokasi dan Jadwal Penelitia

2.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Sekolah ini merupakan

salah satu lembaga yang berada dibawah naungan yayasan Islam Mahmudiyyah.

Peneliti dalam penelitian di lokasi ini hanya memfokuskan kepada penanaman

pendidikan karakter melalui keteladanan dan pembiasaan saja, yang menjadi salah

satu program sekolah dalam menunjang proses pendidikan.

40
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hakikat Profesionalisme Guru

3.1.1 Pengertian Profesionalisme Guru

Profesional berasal dari kata profesi yang mempunyai makna menunjukan

pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan

kesetiaan pada pekerjaan. Sedangkan kata profesional menunjukan pada dua hal

yakni orangnya dan penampilan atau kinerja orang tersebut dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaannya. (Daryanto:2013:17)

Mengingat Pentingnya profesionalisme dalam Hadits Shahih Al-Jamius Shahih

Bukhori Muslim mengatakan bahwa:

‫ان ﷲ ﻻ ﻳﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻢ اﻧﺘﺰاﻋﺎ ﻳﻨﺘﺰﻋﻪ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس وﻟﻜﻦ ﻳﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﻘﺒﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء‬

‫) ﺣﺘﻰ اذا ﻟﻢ ﻳﺘﺮك ﻋﺎاﻣﺎ اﺗﺨﺬ اﻟﻨﺎس رؤﺳﺎ ﺟﻬﺎﻻ ﻓﺴﺌﻠﻮا ﻓﺎﻓﺘﻮا ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻓﻀﻠﻮا وأﺿﻠﻮا )رواه ﺑﺨﺎری وﻣﺴﻠﻢ‬

"Sesungguhnya Allah tidaklah menahan ilmu dari manusia, tetapi dia akan menahan

41
ilmu dengan di tahannya (diambilnya) para ulama, sehingga jika sudah tidak ada lagi

seorang alim ahli maka manusia selalu mengangkat orang-orang yang bodoh sibagai

pemimpin mereka. Maka bertanyalah orang-orang lalu dijawablah dengan tanpa ilmu,

maka sesatlah mereka dan menyesatkan .” (HR. Bukhori Muslim)

Imam Tholhah dan A. Barizi mengutip pendapat Marifin (2004:223)

menegaskan bahwa guru yang profesional adalah guru yang mampu

ruengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam lapangan

pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan

kekaryaannya itu secara ilmiah disamping mampu menekuni profesinya selama

hidupnya.

Guru profesional dapat juga diartikan yaitu guru yang memiliki kompetensi

keguruan berkat pendidikan dan latihannya dilembaga pendidikan dalam jangka

waktu tertentu. Tidak hanya itu, guru profesional adalah guru yang memiliki

kecakapan dalam menejemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif

dan efisien.

Dalam pembahasan kompetensi guru, ada hal menarik dari hasil kajian

tematik tentang kompentensi pendidik. Langkah pengkajian ayat-ayat ini tentu tidak

sembarangan dan tentunya menghasilkan konsep yang dianggap layak bahwa hasil

pemikiran tersebut adalah kandungan dari al-Qur'an. Hasil pembahasan yang ideal

tentu melalui langkah-langkah yang ideal. Adapun langkah dalam penafsiran tematik

tentang kompetensi guru diawali dengan menghimpun ayat-ayat yang dianggap

berkaitan dengan ayat pendidikan kemudian dikhususkan pada ayat tentang pendidik

dan ditafsirkan serta dianalisa.

Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban oleh guru tersebut

42
sehingga menuntut professionalitas dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan

pendapat Syafaruddin Nurdin (2000:7) menyebutkan gurumenyesatkan"

adalah seorang tenaga profesioanal yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu

merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi.

Kemudian pengertian professional dituangkan dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 4 undang-undang tersebut yang

berbunyi "profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran

atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1,

mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,

instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat

dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:377), yang dimaksud dengan guru adalah

orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian

guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan

sosok guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang

43
seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.

Suparlan dalam bukunya yang berjudul -Menjadi Guru Efektif, mengungkapkan hal

yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan 37 (2008:12),

guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan

emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008 13)

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik

memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan

diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa

adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan

hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk

sosial yang selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua

kebutuhannya.

Dari beberapa uraian tersebut tergambar bahwa menjadi seorang guru

tidaklah mudah. Apalagi menjadi guru teladan dan profesional di sekolah/madrasah.

Pada umumnya, untuk menjadi guru teladan terutama di sekolah/madrasah itu

gampang-gampang susah. Sebagi contoh, ada kecenderungan yang menarik di dunia

persekolahan kita, guru yang dieluelukan, dipuji dan diberi gelar sebagai guru yang

baik adalah guru yang murah dalam memberi nilai dan gaul dalam arti mau terlibat

langsung dengan aktifitas murid, serta menuruti semua keinginan siswa.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli, maka penulis dapat mensitetiskan

bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu

untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Untuk

44
mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap profesional

Profesional tidak hanya berarti abli saja. Namun ali memiliki keahlian juga harus

bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya tersebut. Seorang

profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki.

Selain itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta

mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk tetap

menjadi yang terbaik di bidangnya.

Pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus

dilakoni. Adapun peran-peran tersebut adalah:

a). Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para

peserta didik dan lingkungannya. Guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang

mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b) Guru sebagai pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya

motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika

faktor-faktor ini dipengaruhi, maka melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar

dengan baik.

Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan

terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh

seorang guru dalam pembelajaran. Di antaranya adalah membuat ilustrasi,

45
mendefinisiskan, menganalisis, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan

yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, dan

menyesuaikan metode pembelajaran, menciptakan kepercayaan, memberikan

pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, dan

menyesuaikan metode pembelajaran, memberikan nada perasaan. Agar

pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa

berusaha mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya

ketika mempelajari materi standar.

c) Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagi pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya, bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.

Istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental,

emosional. Kreativitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai

pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk

melaksanakan empat..

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi

yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran. Yang paling penting, peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu

tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga,

guru harus memaknai kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.

d). Guru sebagai pelatih.

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik

intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

Guru sebagai penasehat

46
2). Guru sebagai penasehat

Peran guru yang lain adalah sebagai penasehat. Guru adalah seorang

penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki

latihan khusus sebagai penasehat, dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap

untuk menasehati orang lain. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan

kebutuhan untuk kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari peranannya

mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

3) Guru sebagai pembaru (inovator)

Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh

dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna, dan mewujudkan dalam

pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalamn yang

berharga ini ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan diterima oleh peserta

didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan muda, yang juga penerjemah

pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

4) Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang

yang menganggapnya sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk

menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai

teladan, tentu saja pribadi dan sesuatu yang dilakukan guru akan mendapat sorotan

peserta didik serta orang lain di lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya

sebagai guru.

ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru. Diantaranya adalah sikap

47
dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan

kesalahan. Pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera,

keputusan. Kesehatan, dan gaya hidup. Secara umum, perilkaku guru sangat

mempengaruhi peserta didik. Tetapi, peserta didik harus berani mengembangkan

gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah menyadari kesenjangan antara

sesuatu yang diinginkan dengan dengan sesutu yang ada pada dirinya. Kemudian, ia

menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan diikuti dengan sikap

merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

5) Guru sebagai pribadi

Maksudnya, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang

pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru digugu dan ditiru."

Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk

melaksanakan, dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang

benentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat, harus

disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang

berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik

6). Guru sebagai peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan

penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan.. Untuk itu, diperlukan berbagai

penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru. Guru adalah seorang pencari atau

peneliti. Menyadari akan kekurangannya, guru berusaha mencari sesuatu yang belum

diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai

orang yang telah mengenal metodologi, tentunya ia tahu yang telah mengenal

metodologi, tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

48
7) Guru sebagai pendorong kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Guru

dituntut mendemontrasikan dan menunjukan proses kreativitas tersebut. Kreativitas

merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia

kehidupan disekitar kita. Kreativitas ditandai dengan adanya kegiatan menciptakan

sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseoran, atau adanya

kecenderungan untuk menciptakan sesuatu

8) Guru sebagai pembangkit pandangan

Dunia dalah panggung sandiwara, yang penuh dengan kisah dan peristiwa,

mulai dari kisah nyata sampai dengan kisah yang direkayasa. Guru dituntut

memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta

didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi

denagn peserta didik di segala umar. Sehingga, setiap langkah dari proses

pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.

9). Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilannya dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan

rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut

tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak efektivitas guru

pada semua peranannya.

10) Guru sebagai peindah kemah

Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang

suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal

lama menuju sesuatu yang baru, yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk

49
mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi

kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara

-cara baru yang sesuia. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak

bermanfaat bagi peserta didik.

11) Guru sebagai pembawa cerita

Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan

Keberadaannya, serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya Tidak

mungkin bagi manusia hanya munculk dalam lingkungannya dan berhubungan

dengan lingkungan tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui

cerita.

Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang

kehidupan. Karena ia, tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi

manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur.

Melalui cerita, manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang

sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang tampak

diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru

berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa

mendatang.

12) Guru sebagai aktor

Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi

yang harus ditransfer, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga

mampu memahami respons-respons pendengarnya, dan merencanakan kembali

pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, dalam yang akan

mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun, sang aktor berusaha mengurangi

50
respons bosan, dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.

13) Guru sebagai emansipator

Melalui kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan

"budak" stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan, dan

dorongan sering kali membebaskan peserta didik dari self image yang tidak

menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah

melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan

secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi

pribadi yang percaya diri.

14) Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks

karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang

mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin

dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apa pun yang dipilih dalam

penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu

persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.

15) Guru sebagai pengawet

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke

generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang

bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana

pengawet terhadap sesuatu yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum

51
Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap sesuatu yang akan diawetkan.

Guru sebagai kulminator

Guru adalah orang yengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal

hingga air (kulminasi). Melalui rancangnnya, peserta didik akan melewan tahap

kulminasi, suatu tahap yang memtingkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui

kemajuan belajarnya. Di sini, peran kulminator terpadu dengan peran sebagai

evaluator, Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serbabisa dan

serabatahu. Serta, ia mampu mentransfer kebiasaan dan pengetahuan kepada

muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

(Sitiatava Rizema Putra: 2014: 27-40)

Kemampuan-kemampuan yang disebutkan dalam empat komponen di atas

merupakan kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai guru yang bertarap

profesional, untuk mempertegas dan memperjelas kemampuan tersebut berikut ini

akan dibahas satu persatu:

1. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

Sebelum merencanakan belajar mengajar, guru terlebih dahulu mengetahui

arti dan tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara teoritis dan praktis

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, adapun makna dari perencanaan program

belajarm mengajar adalah sewaktu proyeksi atau perkiraan guru mengenai kegiatan

yang harus dilakukan oleh siswa selama pengajaran itu berlangsung. Tujuannya

adalah sebagi pedoman guru dalam melaksanakn praktek atau tindakan mengajar.

Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru

sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitektur. Ia tidak

hanya membuat gambar yang baik dan memiliki nilai estetika, akan tetapi harus

52
mengetahui makna dan tujuan dari desain bangunan yang di buatnya. Demikian

halnya guru, dalam membuat rencana belajar mengajar. Sebelum membuat

perencanaan belajar mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti, dan

tujuan perencanaan tersebut dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur

yang terdapat dalam perencanaan/program belajar mengajar suatu

proyeksi/perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama

pengajaran itu berlangsung. Tujuan program/perencanaan belajar mengajar adalah

sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan praktek atau tindakan mengajar.

Alat pendidikan yang paling utama adalah guru, karena guru memiliki peran

sebagai komunikator, model tokoh identifikasi. Mutu pendidikan tidak dengan

sendirinya akan meningkatkan dengan dibelinya alat-alat instruksional yang canggih

dan mahal. Alat-alat itu hanya bermanfaat di dalam tangan guru yang terampil dan

bijaksana. (Nasution S: 1982:17)

Pendapat ini menunjukkan kepada kita semua betapa penting peran guru

dalam meningkatkan mutu pendidikan. Agar mutu pendidikan, terutama di Indonesia,

dapat meningkat, maka salah satu cara yang harus terus dibenahi dan

dikembangkan adalah meningkatkan profesionalitas guru dan melakukan

perencanaan yang baik terhadap guru, terutama guru yang merupakan

pelaksanaannya di lapangan.

Sebelum dipaparkan lebih jauh mengenai perencanaan guru dalam proses

belajar-mengajar, ada baiknya terlebih dahulu dipaparkan mengenai apa itu guru.

Guru ialah orang yang melakukan proses kegiatan, membentuk, membimbing, dan

mengarahkan anak manusia pada kehidupan yang membahagiakan dalam mencapai

tujuan-tujuan edukatif tertentu yang diselaraskan dengan tujuan hidup

53
manusia.( Ahmad Tafsir:1992:75) Atau dengan kata lain guru ialah pendidik yang

memberikan pelajaran kepada murid, biasanya guru adalah pendidik yang

memegang mata pelajaran di sekolah (Ahmad Tafsir:1992:75)

Guru merupakan orang yang dengan usaha sadar melakukan kegiatannya

dalam membantu orang lain (dalam hal ini murid) untuk membimbing murid dalam

mencapai kehidupannya yang bahagia dengan jalan memberikan pelajaran-pelajaran

yang bermanfaat di sekolah.

Guru merupakan salah satu komponen dan personalia di dalam pendidikan.

(Pidarta Made:1983:17) Apabila guru tidak dikelola dengan perencanaan yang baik,

mustahil mutu pendidikan akan mengalami peningkatan. Guru adalah suatu profesi

atau jabatan atau pekerjaan yang memiliki ciri-ciri profesionalitas tertentu.

1) Kemampuan sosial, menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan.

2) Kemampuan personal dalam penampilan sikap yang positif terhadap tugas;

pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai guru,

3) Mempunyai lembaga pendidikan (latar belakang pendidikan)

4) Mempunyai organisasi profesi

5) Mempunyai kode etik tertentu, di antaranya mengatur perilaku etis, melindungi

profesi dan anggota; mempertahankan kesejahteraan.

6) Mempunyai sistem imbalan yang diperoleh dari pemerintah atau konsumen,

melalui SK.Men PAN No.26 tahun 1989 guru menjadijabatan fungsional yang

mendapatkan Penghasilan tambahan berupa tunjangan fungsional.( FKIP

Unja:2009:3)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan bahan dari

54
kegiatan manajemen yang perlu dikelola dengan baik agar tujuan yang diinginkan

dari proses pendidikan dicapai. Pengelolaan guru sebagai sumber daya manusia

yang profesional dapat kita masukkan kedalam lingkup kegiatan manajemen

personalia yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan.

2. Kemampuan Melaksanaan kegiatan belajar mengajar

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang pelaksanaannya adalah

menumbuhkan dan menciptakan kegiatan siswa-siswa dengan rencana yang telah

disusun.

Adapun yang termasuk dalam pengetahuan proses belajar mengajar meliputi

perinsip-prinsip mengajar keterampilan hasil belajar siswa, penggunaan alat bantu

dan keterampilan-keterampilan memilih dan

menggunakan strategi atau pendekatan mengajar. Kemampuan ini dapat diperoleh

melalui pengalaman langsung.

Melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar merupakan tahap

pelaksanaan program yang telah dibuat. Pelaksanaan proses belajar mengajar

kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan

menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun

dalam perencanaan. Gharus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang

tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dihentikan ataukah diubah metodenya pada

siswa yang belum dapat mencapai tujuan pengajaran.

Pada tahap ini pengetahuan teori tentang belajar mengajar, tentang pelajaran,

ditentukan pula kemahiran dan keterampilan teknik mengajaj. Misalnya prinsip-

prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metoda mengajar,

55
keterampilan menilai hasil belajar siswa, keterampilan memilih dan menggunakan

strategi atau pendekatan.

Proses atau kegiatan pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem

sekolah. Rancangan kegiatan pembelajaran harus merujuk pada tujuan pendidikan,

sesuai dengan jenis atau jalur lembaga pendidikan (sekolah). Tujuan pendidikan di

sekolah harus mampu memberi bekal pengetahuan dan pengalaman kepada siswa

yang berguna bagi dirinya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, perlu diupayakan

sistem pembelajaran yang optimal. Semua pihak yang terlibat dalam pengelolan

sekolah harus memprioritaskan kegiatan pengembangan sistem pembelajaran. Jika

pengembangan sistem 51 pembelajaran sudah menjadi prioritas, maka unsur utama

yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah guru. Guru harus

mampu membantu siswa dalam belajar dengan menciptakan berbagai keadaan yang

mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Kemampuan menilai proses belajar mengajar

Penilaian kemampuan dan kemajuan proses belajar mengajar guru harus

dapat menilai kemajuan yang dicapai oleh siswa yang meliputi bidang kognitif,

afektif dan psikomotorik. Kemampuan penilaian ini dapat dikatakan dalam dua

bentuk yang dilakukan melalui pengamatan terus menerus tentang perubahan

kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian dengan cara pemberian skor,

angka atau nilai-nilai yang bisa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai

para siswa, baik secara ilustratif-observatif maupun secara struktur- objektif.

Penilaian secara iluminatif observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus

menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa.

56
Sedangkan penilaian secara struktural-objektif berhubungan dengan skor, angka

atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa.

Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi artinya

penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut

Tardif dkk., (1989), berarti proses penilaian untmenggambarkan prestasi yang

dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata

evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relative lebih dikenal

dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan. (Muhibbin Syah, 2005:195)

4. Kemampuan menguasai bahan pelajaran

Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai bagian integral dari proses

belajar mengajar, dan bahan pelengkap bagi profesi guru. Guru yang bertarap

profesional mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku

pelajaran yang dapat dibaca para siswa, tidak berarti guru tidak perlu menguasai

bahan pelajaran. Ungguh ironis dan memalukan jika terjadi ada siswa yang lebih

duhulu tahu tentang sesuatu dari pada guru. (Nana Sudjana:1987:20)

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I, menentukan syarat-syarat suatu

pekerjaan profesional sebagai berikut:

1) Atas dasar panggilan hidup yang dilakukan sepenuh waktu serta untuk jangka

waktu yang lama.

2) Telah memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus.

3) Dilakukan menurut teori, prinsip, prosedur, dan anggapan-anggapan dasar yang

57
sudah baku sebagai pedoman dalam melayani klien.

4) Sebagai pengabdian kepada masyarakat, bukan mencari keuntungan finansial.

5) Memiliki kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikasi dalam melayani klien

6) Dilakukan secara otonom yang bisa diuji oleh rekan-rekan seprofesi.

7) Mempunyai kode etik yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

8) Pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan.

(Made Pidarta:1997:266)

Selain tugas-tugas yang disebutkan di atas, guru juga memiliki tugas lain

selain mengajar yang sebenarnya erat sekali kaitannya dengan kegiatan mengajar,

yaitu membuat persiapan mengajar, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain.

(Suharsimi Arikunto:1997:28) Pendapat ini dapat memberikan kesempatan kepada

kita bahwa tugas guru itu adalah mendidik muridnya dengan cara mengajar dan cara

yang lain-lain, dalam rangka mencapai perkembangan maksimal pada diri anak

sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut.

Kompetensi seorang guru itu tidak hanya mengabdi kepada profesi yang

ditekuninya. Seorang guru harus juga bisa hidup bermasyarakat dan mampu

memberikan kontribusi yang dapat membantu masyarakat dalam menciptakan

masyarakat Indonesia yang terdidik dan Pancasila dan juga selalu mencerminkan

watak kepribadian yang sejati.

Suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang memuaskan dan

dapat diterima di masyarakat bila menggunakan tiga pendekatan dalam

perencanaan pendidikan. Ketiga pendekatan itu adalah social demand, man power,

dan rote of return. Tetapi ketiga pendekatan itu bukanlah jaminan utama untuk

58
mencapai tujuan diatas bila tidak didukungoleh tenaga pendidik (guru) yang

profesional. Guru yang profesional adalah guro yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim kelas, seperti memiliki

kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empat

penghargaan kepada siswa dan kelulusan; memiliki hubungan baik dengan siswa;

secara tulusmenerima dan memerhatikan sistem; menunjukkan antusias dan

memerhatikan sistem; mampu menciptakan atmosfer untuk bekerja sama dalam

kelompok; melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan

kegiatan pembelajaran, mampu me ndengarkan siswa dalam setiap diskusi,

meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.

2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen seperti memiliki

kemampuan secara rutin untuk mengahadapi siswa yang tidak memiliki perhatian

terhadap pelajaran; mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan

tingkatan berpikir yang berbeda.

3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan

(reinforcement), seperti mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap

respons siswa, mampu memberikan respons yang membantu kepada siswa yang

lamban dalam belajar, mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban yang

kurang memuaskan, mampu memberikan bantuan yang diperlukan siswa.

4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, antara lain mampu

menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, mampu memperluas

dan menambah pengetahuan metode-metode pengajaran, mampu memanfaatkan

59
perencanaan kelompok guru untuk menciptakan metode pengajaran.

(Suyanto:2000:29)

Untuk menjadi seorang guru yang profesional dan ideal bukan suatu

pekerjaan yang gampang, melainkan suatu profesi yang kompleks dan menuntut

penguasaan-penguasaan disegala bidang kehidupan. Ada cara lain untuk

meningkatkan profesionalitas seorang guru, yaitu dengan menggunakan model CAR

(Collaborate Action Research). CAR adalah suatu cara untuk meningkatkan

profesionalitas seorang guru. Melalui penggunaan CAR, guru diajak membuat suatu

kegiatan ilmiah dengan mengguanakan langkah-langkah penelitian ilmiah, yaitu guna

diaajak merumuskan masalah yang dihadapi secara bersama, lalu diajak mencoba

merumuskan dan melakukan langkah-langkah solusinya kemudian merefleksikan

solusi yang disepakati, dan akhirnya melakukan pengembangan proses

pembelajaran yang sesuai dengan temuan CAR yang dilakukan bersama pihak

kedua.(Suyanto:2000:28-29)

Pendapat-pendapat di atas merupakan cara yang ditawarkan para ahli untuk

meningkatkan profesionalitas kerja seorang guru. Tetapi yang paling pokok adalah

bagaimana meningkatkan profesionalitas dan mekanisme kerja para guru itu sendiri

dengan memperhatikan kesejahteraannya. Bagaimana seorang guru dapat bekerja

secara profesional bila penghasilannya tidak memadai dan bahkan penghasilan itu

pun terkadang mengalami pemotongan-pemotongan di sana-sini. Mungkin hal 56 ini

juga diperhatikan oleh pengambil kebijakan dalam rangka menciptakan manusia

Indonesia yang berilmu pengetahuan yang memiliki keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan. Pemerintah jangan hanya memerhatikan pembangunan fisik bangsa

ini saja, tetapi juga diperhatikan pembangunan supra strukturnya yaitu dengan cara

meningkatkan anggaran untuk bidang pendidikan di dalam APBN.

60
Beberapa uraian di atas, menunjukan betapa pentingnya penguasaan

kompetensi bagi guru yang profesional, karena hal tersebut sangat berpengaruh

dalam upaya mutu pendidikan itu sendiri.

Tugas umum guru sebagi pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan

menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajr

mengajar agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah

lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta untuk mau belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

3.1.2 Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah

bersepakat dan bertekad untuk membentuk satu Negara kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan Islam.

Namun Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan bagi umat Islam untuk

melaksanakan dan mengembangkan pendidikan Agama Islam. Dalam Pasal 31 ayat

(2) UUD 1945 disebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

merupakan Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan satu sistem

pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki UUD 1945,melalui proses yang

melelahkan,sejak Indonesia merdeka hingga tahun 1989 dengan kelahiran UU Nomor

2 Tahun 1989, dan kemudian disempurnakan menjadi UU Nomor 20 Tahun 2003,

merupakan puncak dari usaha mengintegrasikan pendidikan Islam ke dalam sistem

61
pendidikan nasional.

Dengan demikian berarti UU Nomor 20 Tahun 2003 merupakan wadah formal

terintegrasikan pendidikan Islam dalam sistem Pendidikan Nasional, dan dengan

adanya wadah tersebut, pendidikan Islam mendapatkan peluang serta kesempatan

untuk terus dikembangkan. Karena pendidikan Islam secara terintegrasi dalam

sistem Pendidikan Nasional tersebut dapat dilihat pada pasal-pasal UU Nomor 2003,

seperti berikut ini.

Di dalam Pasal 1 ayat (2), disebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai

agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun

institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang berarti berakar pada

masyarakat bangsa Indonesia, dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan

merupakan bagian intergral dari sistem Pendidikan Nasional.

Secara terminologis Pendidikan Agama Islam berorientasi tidak hanya

sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama yang sifatnya Islamologi, melainkan

lebih menekankan aspek mendidik dengan arah pembentukan pribadi Muslim yang

ta'at, berilmu dan beramal shalih. Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang lebih

khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya

insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan komponen yang tak terpisahkan dari

pendidikan Islam yanga jangkauan dan sasarannya lebih luas, namun berfungsi

sangat strategi untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam fungsi disiplin ilmu

62
yang dipelajari oleh subyek didik.

Kekhususan Pendidikan Agama Islam ini dapat ditinjau baik dari tujuan

maupun meteri yang diajarkan hal ini tampak dalam penjelasan pasal 39.Undang-

Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang pendidikan agama. Pendidikan agama

merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Hal ini berarti

tujuan dan materi yang diajarkan disesuaikan dengan ajaran Islam, sehubungan

dengan itu tujuanpendidikan agama Islam berintikan tiga aspek yaitu iman, ilmu dan

amal (Ahmadi: 103)

Adapun Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi yang berbeda dari

subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memilki fungsi yang bermacam-macam, sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masing masing lembaga pendidikan Fungsi

yang diemban olehnya akan menentukan berbagai aspek pengajaran yang dipilih

oleh pendidik agar tujuan tercapai. Secara umum. Pendidikan Agama Islam dapat

diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan dari beberapa fungsi, yaitu

konfesional, neo konfesional, konfesional tersembunyi, implisit, dan non

kenfensional.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati

penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukununnya antar umat

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha

untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami

63
ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada ahirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Tayar Yusuf

mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk

mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada

generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT.

Sedangkan menurut A.Tafsir pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

dengan ajaran Islam.

Serta Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses

transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi

muda agar generasi muda mampu hidup.

Oleh karena itu ketika kita menyambut pendidikan Islam, maka akan

mencakup dua hal (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

atau akhlak Islam (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam

subyek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. (Abdul Majid:2004:130)

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang

pendidikan agama seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh

dengan nilai-nilai ) yang harus dipraktekkan.

Pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba

dengan TuhanNya penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan

masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama.

Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran: agama diukur

dengn berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian Tertulis di kelas yang terdapat

didemonstrasikan oleh siswa. Memang pola pembelajaran tersebut khas pola

64
pendidikan agama. Pendidikan agama secara umum pun diakui oleh para ahli dan

pelaku pendidikan Negara yang juga mengidap maslah yang sama.

Masalah besar dalam pendidikan selama ini adalah kuatnya dominisi pusat

dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga yang muncul uniform sentralistik

kurikulum, model hafal dan monolog, materi ajar yang banyak, serta kurang

menekankan pada pembentukan karakter bangsa.

Mata pelajaran pendidikan agama Islam itu secara keseluruhannya dalam

lingkup Al-Qur'an dan Al-hadis, keimanan, ahlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus

menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup

perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan haubungan manusia dengan

Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya

( Hablum minallah wa hablum minannas).

Jadi Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Memperhatikan ke empat definisi mengenai Pendidikan Agama Islam di atas,

jelaslah bahwa prisses pendidikan agama Islam sekalipun konteksnya sebagai suatu

bidang studi. Tidak sekedar menyangkut pemberian ilmu pengetahuan Agama

kepada siswa, melainkan yang lebih utama menyangkut pembinaan, pembentukan

dan pengembangan kepribadian muslim yang taat beribadah dan menjalankan

kewajibannya. (Abdul Majid:2004:40)

1) Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah,

65
mulai dari tingkat Taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Hal ini

menunjukan betapa pentingnya pendidikan Agama Islam dalam rangka

pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta

falsafah bangsa dan agama yang dianutnya. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2,

dinyatakan bahwa in kurikulum tiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat

pendidikan Pancasila, pendidikan Agama dan pendidikan kewarganegaraan.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat.

Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dapat ditinjau dari berbagai segi,yaitu:

(1) Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari perundang-undangan yang

secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan

agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga

macam yaitu: 1). Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pencasila,sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa. 2). Dasar setruktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam

Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1) Negara berdasrkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya

itu. 3). Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV /MPR/1973 yang

kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR

Np.II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No.II/MPR/1988 dan Tap.MPR No.II/MPR

1993

tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa

pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum

66
sekolah-sekolah formal, mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya Pendidikan Agama Islam di sekolah

mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Sebagaimana yang tercantum dalam

ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1993 tentang Garis- Garis Besar Haluan Negara

yang berbunyi. Kurikulum perlu terus dikembangkan secara dinamis dengan

memperhatikan kepentingan dan kekhasan daerah serta pekembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan

Kewarganegaraan, terus ditingkatkan dan dikembangkan disemua jalur, jenis dan

jenjang pendidikan nasional, ilmu dasar, ilmu pengetahuan alam dan eksakta, ilmu

pengetahuan sosial dan humaniora perlu dikembangkan secara serasi dan seimbang.

(2) Segi Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari

ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan

merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang

menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

1) Q.S.An-Nahl 25: Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik.

2) Q.S. Al-Imran 104: Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang

mungkar.

3) Al-hadis Sampaikan ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.

(3) Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan

67
masyarakat.Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik dalam individu

maupun sebagai anggota masyarakat dihadapan pada hal-hal yang membuat

hatinya tidak tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan

hidup.

Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup

yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan

yang mengakui adanya Zat yang maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat

mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang

masih primitive maupun masyarakat yang sudah modem.

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga

aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal. Ketiga aspek tersebut berisi untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang

agama Islam sehingga manjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam

keimanan, ketaqwaaan, berbangsa dan bernegara. Derektorat Jenderal

Islam:1983,84:49) Pembinaan Kelembagaan

(4) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Bahwa Pendidikan sebagai usaha membentuk pibadi manusia harus melalui

proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan

segera, berbeda dengan berbeda membentuk benda mati yang dapat dilakukan

sesuai dengan kengan pembuatnya:

Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu pestingan yang

matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikipikiran atau teori yang tepat,

68
sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah pembentuknya terhadap

anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena itu, lapangan tugas dan sasaran

pendidikan adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang yang

mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah membentuk, maka kita akan

sulit memperbaikinya.

Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam

disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut,

juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai

Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara

paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kepada arah

kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.

Oleh karena itu, usaha ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya

berdasarkan atas trial and error (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan

pendidik tanpa dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara paedagogis. Selain itu juga, pendidikan agama Islam

memberikan bahan - bahan informasi tentang pelakasanaan Pendidikan agama

Islam tersebut. Ia memberikan bahan masukan yang berupa (Input) kepada ilmu ini,

mekanisme proses kependidikan Islam dari segi operasional dapat dipersamakan

dengan proses mekanisme yang berasal dari penerimaan input (bahan masukan),

lalu di proses dalam kegiatan pendidikan (dalam bentuk kelembagaan atau non

kelembagaan yang disebut truput.

Kemudian berakhir pada output (hasil yang yang diharapkan). Dari hasil yang

diharapkan itu timbul umpan balik (feed back) yang mengoreksi bahan masukan

(input). Mekanisme proses semacam ini berlangsung terus selama proses

69
kependidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh bahan masukan (input) dari

pengalaman operasional itu, maka semakin berkembang pula pendidikan agama

Islam. (Ahmadi, Abu&Uhbiyati, Nur:2001)

3.1.3 Kualitas Pembelajaran

Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak berhasil dalam mengajar,

adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian

seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika

guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan

jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.

Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru

berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya denga

baik dan sitematik. Namun, terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi

kegagalan yang ditemuinya, yang disebabkan oleh berbagai faktor sebagai

penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai

faktor itu yang menjadi pendukungnya

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain (2006:109) mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik di antaranya yaitu:

tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta

suasana evaluasi. Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam

70
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal tolak

dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya

keberhasilan pengajaran.

Sedikit banyak perumusan judul akan mempengaruhi kegiatan pengajaran

yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan

belajara peserta didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna

mencapai tujuan. Jika kegiatan belajar

porta didik dan kegiatan guru mengajar bertentangan, dengan sendirinya juan

pengajaran pun gagal untuk dicapai.

2. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar

belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai

aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar

untuk mengantar peserta didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan

berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru

perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.

Selain itu, Pandangan guru terhadap peserta didik akan mempengaruhi

kegiatan mengajar di kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual

dengan segala perbedaan dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang

memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam

memandang peserta didik akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula, dan hasil

belajar mengajarnya pun berlainan.

3. Peserta didik

71
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam

jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari

latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Karenanya,

anak-anak berkumpul di sekolah pun mempunyai karakteristik yang bermacam-

macam. Kepribadian mereka ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka

bicara, ada yang kreatif, ada yang kincs kepala, ada yang manja, dan sebagainya.

Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka

dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan

anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi hasil

kegiatan belajar mengajar.

4. Kegiatan pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan

menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang

menggunakan pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik

sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang

menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai

makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar

yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula.

Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar

mengajar yang lebih baik.

5. Bahan dan alat evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang

sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan

pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak

72
didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai huku paket tersebut guna

kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.

Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus

selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-

item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis

dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak

hanya benar salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tetapi juga

menjodohkan (matching). melengkapi (completion) dan essay.

6. Suasana evaluasi

Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan

alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di

dalam kelas. Kelas I, kelas II, dan kelas III dikumpulkan menurut tingkatan masing-

masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan

mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain

dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini

dimaksud untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh

banyak faktor di antaranya adalah tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran,

bahan dan alat evaluasi, serta suasana

evalom Dari beberapa faktor tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi membenik

suatu kesatuan guna mencapai keberhasilan belajar yang tinggi.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswin Zain (2006:109) mengatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di antaranya yaitu:


73
tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta

suasana evaluasi.

3.2 Upaya Guru Dalam Menentukan Kualitas Pembelajaran

Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan ditentukan

oleh para guru sendiri. Upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan

profesionalismenya adalah: Memahami tuntunan standar profesi yang ada,

Mencapai kualifikasi dan komponen yang dipersyaratkan, Membangun hubungan

kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi, Mengembangkan

etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada

konstituen, Mengadopsi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi da informasi mutakhir agar senantiasa tak ketinggalan dalam

kemampuannya mengelola pembelajaran. (Daryanto:2013:115)

Untuk mengantisipasi tantangan dunia pendidikan yang semakin berat, upaya

profesionalisme guru harus dikembangkan. Menurut Balitbang Diknas, ada beberapa

cara yang dapat ditempuh dalam pengembangan profesionalitas guru, antara lain

adalah:

1) Perlunya revitalisasi pelatihan guru yang secara khusus dititik beratkan untuk

memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bukan untuk

meningkatkan sertifikasi mengajar semata-mata.

2) Perlunya mekanisme kontrol penyelenggaraan pelatihan guru untuk

memaksimalkan pelaksanaannya.

3) Perlu sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk mengetahui efektivitas

74
dan dampak pelatihan guru terhadap mutu pendidikan.

4) Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupaten/kota

5) Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan kesempatan dan

kemampuan para guru dalam penguasaan materi pelajaran.

6) Perlu untuk mengkaji ulang aturan atau kebijakan yang ada melalui perumusan

kembali aturan atau kebijakan yang lebih fleksibel dan mampu mendorong guru

mengembangkan kreativitasnya.

7) Perlunya reorganisasi dan rekonseptualisasi kegiatan pengawasan pengelolaan

sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana alternatif peningkatan mutu

guru.

8) Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penelitian terutama

penelitian tindakan kelas, agar lebih bisa memahami dan menghayati permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

9) Perlu mendorong para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha

meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan.

10) Memperketat persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan.

11) Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan kesempatan yang lebih

luas untuk meningkatkan karier.

12) Perlunya ketentuan sistem kredit point yang lebih fleksibel untuk mendukung

jenjang karier guru, yang lebih menekankan pada aktivitas dan krestivitas guru dalam

melaksanakan proses pengajaran. (Suyanto dan Asep Djihad, 2013:39-40)

75
Upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah: 1) meluruskan niat, 2)

membetulkan motivasi, 3) mempelajari materi ajar tanpa henti, 4) menerapkan

materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, 5) mempelajari metode mengajar yang

efektif. 6) mempelajari murid yang diajar, 7) memperhatikan akhlak murid.

Menurut Suyanto dan Asep Djihad upaya guru dalam menentukan proses

belajar mengajar adalah: 1).Mengajar dan mengembangkan potensi siswa,

2).Merancang pembelajar yang menarik, 3).Membangun pembelajaran menarik, 4)

Memahami gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa. (2013:62)

3.4 Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran

Guru harus mampu melakukan proses komunikasi dengan baik karena

interaksi dalam kelas sebenarnya merupakan proses komunikasi timbal balik bukan

hanya searah.

Gunawan (2004:156) mengemukakan tiga elemen penting dalam komunikasi

supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

1. Konten

Konten atau isi merupakan bagian guru, dimana semua materi dapat

dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Konten tidak hanya menyangkut informasi

yang disampaikan tetapi juga mencakup kemampuan membina hubungan dengan

murid, membangkitkan motivasi, memberikan nilai tambah dan rasa ingin tahu.

2. Penyampaian informasi

76
Meliputi media penyampaian informasi, kontak mata, suara, ekspresi wajah

maupun gerak tubuh.

3. Konteks

Konteks merupakan kondisi atau situasi yag terlibat meliputi suasana hati

atau mood, aturan yang berlaku di kelas dan sekolah mapun pengalaman

pembelajaran sebelumnya. Masalah pengelolaan kelas sangatlah komplek.

Kegagalan mengelola kelas berarti kegagalan guru dalam mengajar, sebaliknya

keberhasilan mengelola kelas merupakan kesuksesan guru dalam mengajar.

Keberhasilan guru menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas merupakan

kunci dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efisien dan memungkinkan siswa

dapat belajar dengan baik.

Puran guru sebagian besar adalah untuk membelajarkan siswa dengan

memberikan fasilitas kondisi belajar seoptimal mungkin. Pengkondisi belajar yang

optimal dapat dicapai bila guru mampu mengani seluruh komponen belajar serta

mengendalikannya. Pengaturan dan pengendalian ini untuk membuat suasana yang

menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa pengertian tersebut maka pengelolaan kelas dalam lingkup

mikro adalah suatu upaya atau aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan

dan mempertahankan kondisi belajar seoptimal mungkin dalam rangka proses

pembelajaran. Kegiatan atau usaha ini berupa penghentian tingkah laku siswa yang

menyeleweng, pemberian hadiah dan penetapan norma kelompok.

Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai bila guru mampu mengatur dan

mengendalikan siswa dan sarana prasarana dalam suasana yang menyenangkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kondisi kelas yang menyenangkan,

77
siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Kondisi kelas yang menyenangkan

merupakan indokator keberhasilan pengelolaan kelas.

Pengelolaan kelas yang berhasil merupakan syarat dari pembelajaran yang

efektif. Sasaran utama pengelolaan kelas adalah terciptanya kondisi kelas yang

nyaman untuk belajar.

Berdasarkan sasaran tersebut maka komponen pengelolaan kelas secara

umum ada dua yaitu: (1) komponen yang berhubungan dengan Pencipta kendisi

kelas dan (2) pengembalian kondisi belajar. Penciptaan kondoi kelas adalah upaya

untuk mengkondisikan situasi kelas agar suasana proses pembelajaran menjadi

nyaman. Sedangkan pengembalian kondisi belajar adalah upaya mengembalikan

situasi dan kondisi pembelajaran yang terganggu agar kondisi tersebut tidak menjadi

lebih parah.

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002-209), menyatakan bahwa komponen-

komponen keterampilan mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua

bagian yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentify dan keterampilan yang berhubungan

dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Sedangkan Hasibuan dan Moedjiono (2002:83), menyatakan bahwa

keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) keterampilan

yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, (2)

keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Kedua komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Komponen

yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang

optimal terdiri dari sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian

78
kelompok, memberi petunjuk, menegur, dan memberi penguatan. Sikap tanggap

ditujukan keseluruh siswa dan diikuti dengan memberikan perhatian yang sama

kepada seluruh siswa. Petunjuk diberikan agar siswa tahu akan tujuan yang akan

dicapai dalam pembelajaran.

Sedangkan teguran diberikan kepada siswa yang mengganggu dan

menyimpang. 2) Komponen yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar

adalah respon terhadap gangguan yang dilakukan oleh siswa dan berkelanjutan.

Komponen ini bertujuan memberikan perbaikan untuk mengembalikan kondisi kelas

pada kondisi yang baik. Perbaikan dilakukan karena adanya gangguan dari siswa

yang terus berkelanjutan dan berulang- ulang. Gangguan ini bila tidak secepatnya

diperbaiki akan membuat kondisi kelas semakin gaduh dan tidak terkendali.

Keberhasilan mengatasi gangguan yang terjadi dikelas akan menunjukkan

keberhasilan guru dalam mengelola kelas.

Secara lebih luas Wragg (1996:5), menyebutkan bahwa aspek-aspek

pengelolaan kelas meliputi: (1) pembuatan persiapan mengajar, (2) memilih pokok

bahasan, (3) bergerak keliling guna mengawasi kegiatan dikelasnya, (4)

mengorganisir kegiatan-kegiatan yang dilakukan murid-murid secara perorangan,

kelompok kecil atau keseluruhan kelas, (5) memberi penghargaan kepada murid

yang kerjanya baik atau menegur murid yang berperilaku buruk, (6) memastikan

apakah bahan-bahan dan buku yang dipergunakan tersedia dan (7) memilih strategi

pembelajaran yang efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam mengelola kelas

dapat digolongkan dalam dua aspek utama, yaitu: 1) menciptakan kondisi kelas yang

kondusif dan 2) memelihara serta mengembalikan kondisi kondusif tersebut.

Keberhasilan guru dalam memelihara supaya kondisi kelas tetap kondusif

79
memerlukan pengalaman dan kreativitas guru.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya SMA-IT Mahmudiyyah Cicurug Kabupaten

Sukabumi

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

80
adalah sebagai lembaga pendidikan formal, merupakan salah satu komponen yang

ikut bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan

Tujuan Pendidikan Nasional secara umum dan Tujuan Pendidikan Sekolah secara

internal.

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

mulai beroprasi pada tahun pelajaran 2001/2002 dan kurang lebih 2 tahun

menempati menumpang di gedung Madrasah Diniyyah Mahmudiyyah Kecamatan

Cicurug Kabupaten Sukabumi, kemudian pada tahun 2003 SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi mulai membangun gedung

belajar sendiri dan sekarang SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug

Kabupaten Sukabumi telah memiliki ruang belajar sendiri.

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

pertama kali menerima siswa baru pada tahun 2001/2002 dengan jumlah siswa 25

orang. Sebelum menempati gedung baru, SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi yang menumpang di gedung Madrasah

Diniyyah Mahmadiyyah dengan pelaksana Tugas Kepala Sekolah Drs. Aan

S.Muhammad Kemudian pada tanggal 22 April 2002 pemerintah menerbitkan ijin

operasionalnya melalui Keputusan Depdiknas Nomor: 848/1086PRP/2002 tentang

pendirian Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Terpadu Mahmadiyyah. Setelah

kurang lebih 2 tahun menumpang. tepatnya pada awal tahun pelajaran 2004/2005

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi bisa

menempati ruang baru.

Waktu pembelajaran yang dilakukan di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan

81
pukul 15.00.

4.1.2 Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa/i SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan harus ditanggapi

oleh beberapa unsur yang saling bekerjasama diantaranya:

4.1.2.1 Keadaan Guru

Salah satu komponen pendukung terpenting pada sebuah institusi pendidikan adalah

guru. Baik tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional

seorang guru, karena guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor

dalam proses pembelajaran. Sedangkan jumlah tenaga pendidikan SMA Islam

Terpadu Mahmadiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi berjumlah 30

orang

Tabel 4.1

Keadaan Guru SMA Islam Terpadu Maldryyah

No Nama Guru Pend. Mengajar bidang studi

Akhir

1 Didi Mulyadi, S.Ag.,M.Pd S2

2 Ela Zakiyah, S.Ag.,M.Pd S2 PAI

3 Drs. Patoni S1 Bhs. Arab

4 Budiman, S.Pd.I,. M.Pd S2 PAI/Kitab Kuning

5 Rusi Rusmiati, S.Pd.I.,M.Pd S2 Sosiologi

6 Yuli Purwati, S.Sos S1 Ekonomi

7 Nasrulloh, S.Pd.I S1 BTHQ

82
8 Ade Suryawan, S.Pd S1 Bhs. Indonesia

9 Lucky Luqmanul Hakim, M.Pd S2 B.Sunda

10 Dewi Purwani, S.E, S.Pd S1 Bhs. Inggris

11 Rusli Abdul Gani, M.Pd S2 Bhs. Indonesia

12 Lita Nurjanati, S.Pd S1 Biologi

13 A.Tendiansyah, MM.Pd S2 Matematika

14 Desi Yanti Maesyaroh, S.Si S1 Fisika

15 Selvira Dwikazil, S.Pd S1 Penjaskes

16 Dra. Ika Sartika S1 Sosiologi

17 Engkus Husein, SH S1 PKN

18 Irma Yani, S.pd S1 Sejarah

19 Saratina Rusmana, S.Pd S1 Prakarya

20 Siti Aisyah,S.Pd S1 Matematika

21 Nita Wahyuni, S.Si S1 Kimia

22 Sekar Zkiyatul Mukarrom, S.Pd S1 Tata Busana

23 Lieyono, S.Pd.I S1 Geografi

24 Iyus Ruswandi, SE S1 Ekonomi

25 Gian Lukiandi Kurniawan,S.P.,M,.P S2 Prakarya

26 Risma Dwi Handayani,S.Pd S1 Bhs. Arab dan Bhs.Sunda

27 Aya Hartina, S.Kom S1 Seni Budaya

28 Riki Saepulloh, S.Pd S1 Ekonomi

Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlals gura keseluruhan adalah 30

orang, yang berlatar belakang pendidikan $2 ada 8 orang. S1 ada 22 orang dan satu

orang sedang kuliah.

83
Oleh karena itu, dengan melihat latar belakang pendidikan guru di sekolah ini,

sudah memenuhi standarisasi pendidikan.

4.1.2.2 Karyawan

Kelancaran dan kebutuhan suatu pendidikann sangat ditentukan oleh peran

serta karyawan. Kelancaran pendidikan di sekolah tidak terlepas dari administrasi

yang baik, teratur dan terencana. Yang dimaksud adalah pegawai pada unit

pelaksanaan teknik SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug

Kabupaten Sukabumi adalah seluruh karyawan sekolah yang diantaranya staf Tata

Usaha, keamanan dan kebersihan.

Selanjutnya untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini

Tabel 4.2

Keadaan Karyawan SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Wahyudin,S.Pd Kepala TU S1

2 Yuli Yulianti, S.Pd Bendahara S1

3 Samsidi Staf Tata Laksana SLTA

4 Indri Rohimah, S.Pd TU S1

Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah karyawan yang d di SMA Islam

Terpadus Mahmudryyah Kecamatan Cic Kabupaten Sukabumi, sudah dapat

menunjang pelaksanan kegiatan dan pelayanan kependidikan di sekolah seperti

84
krumanus sekolah, kebersihan sekolah dan kegiatan administrasi sekolah. Jadi,

segala bentuk pelaksanaan kegiatan sekolah dapat dibantu oleh karyawan sekolah

agar proses kegiatan di sekolah berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh

SMA Islam Terpadu Malimadiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

4.1.2.3 Siswa

Siswa SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamata Cicurug Kabupaten

Sukabumi pada tahun 2021/2022 berjumlah 368 orang siswa dengan rincian, Kelas X

berjumlah 90 siswa, kelas XI berjumlah 127 siswa, dan kelas XII berjumlah 127 siswa.

Tabel 4.3

Keadaan siswa-siswi SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kelas X Kelas XI Kelas XII

Progra Romb Siswa Romb Siswa Romb Siswa Romb Siswa

m el L P el L P el L P el L P J

ml

IPA 2 2 3 2 3 3 2 3 3 6 88 10 18

3 7 0 3 5 1 1 9

IPS 2 2 3 2 3 3 2 2 3 6 78 10 17

0 4 2 2 6 5 2 9

Jumla 4 4 7 4 6 6 4 6 6 12 16 20 36

h 3 1 2 5 1 6 6 2 8

85
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jumlah sisws peremp lebih banya

dari siswa laki-laki. Jumlah siswa perempuan berjas 202 siswa dan siswa Laki-laki

berjumlah 166 siswa. Siews perempuan terbanyak berada dikelas X dan siswa laki-

laki terbanyak berada di kelas XI

4.1.3 Sarana dan Prasarana SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sesuatu yang diadakan oleh

sekelompok manusia atau alat penunjang proses pendidikan agar dapat

memberikan kontribusi secara berari dan optimal bagi jalannya proses pendidikan.

Sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan di

suatu lembaga pendidikan.

Adapun sarana dan prasarana di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1.3

Sarana Prasarana SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

No Nama Jumlah Kondisi

1 Ruang Kelas 15 Baik

2 Ruang Kepala 1 Baik

3 Ruang Guru 1 Baik

4 Ruang wakasek 1 Baik

5 Ruang Laboratorium IPA 1 Baik

6 Ruang Laboratorium Komputer 1 Baik

86
7 Ruang tata Usaha 1 Baik

8 Ruang BP/BK 1 Baik

9 Ruang UKS 1 Baik

10 Koperasi sekolah 1 Baik

11 Wc Guru 2 Baik

12 Wc Siswa 8 Baik

13 Sarana Olahraga 1 Baik

14 Sarana Ibadah 1 Baik

Tabel di atas menunjukan bahwa sarana dan prasarana SMA Islam Terpadu

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi lengkap dan berkondisi baik,

karena dengan saran adan prasarana yang lengkap dan kondisinya baik maka dapat

menunjang proses pembelajaran dan akan menghasilkan suatun proses suatu

pembelajaran yang baik serta berpengaruh pada guru, karyawan dan siswa yang

melaksanakan tugasnya masing-masing.

4.1.4 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

Visi SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten

Sukabumi, yaitu: "Mewujudkan semua warga sekolah yang bermartabat dengan

dilandasi iman dan taqwa, disiplin, berprestasi dan berakhlakul karimah"

MISI:

 Menjadikan pendidik sebagai uswatun Hasanah

 Membekali siswa dan siswi dengan berbagai program unggulan

87
 Melaksanakan pembiasaan wajib dan sunnah dilingkungan sekolah dan

sekitarnya

 Pemberdayaan siswa dan siswi dengan berbagai ekstrakurikuler

Tujuan:

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

memprioritaskan peningkatan mutu melalui perangkat/sarana pendukung didalam

kegiatan belajar mengajar yang direalisasikan dalam ilmu pengetahuan, eknologi

(sains), kesenian dan sarana ibadah.

Tujuan yang diharapkan 5 tahun kedepan

1. Tercapainya nilai standar KKM 7,00

2. Pencapaian rata-rata Ujian Nasional tiap-tiap jurusan

3. Mengoptimalkan sumber belajar di sekolah

4. Peningkatan kompetensi guru dalam rangka Kurikulum 2013

5. Memiliki Tim Olah raga, sepakbola, Bola Volley, Bola Basket yang mampu menjadi

juara di tingkat provinsi dan Nasional

6. Memiliki Laboratorium yang lengkap dan nyaman

7. Pengadaan buku-buku perpustakaan

8. Terciptanya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan

Tujuan Pembelajaran

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif guru dalam

kegiatan belajar mengajar

88
2. Meningkatakan profesionalisme guru dalam mengimplementasikan Kurikulum

2013

3. Meningkatkan Kompetensi guru didalam kompetensi antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai

4. Melengkapi perangkat atau sarana pendukung yang dibutuhkan dalam proses

kurikulum Satuan Pendidikan

5. Melatih guru-guru agar mampu memenej didalam kegiatan belajar

6. Melatih dan menyiapakan siswa unggul dalam sains

7. Melatih dalam proses pemecahan masalah (problem solving)

8. Melatih siswa cara belajar mandiri

9. Melatih siswa berprestasi berdasarkan imtaq

Motto

“Siapa yang ingin hidup didunia dengan baik hendaklah ia berilmu, siapa yang

ingin hidup di akhirat dengan baik hendaklah ia berilmu serta bila ingin keduanya

hendaklah ia berilmu " (Sumber: Data Tata Usaha SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah).

4.1.5 Susunan dalam Stuktur Organisasi dan Tufoksinya SMA Islam Mahmudiyyah

Kecamatan Cicurug Kabupatn Sukabumi

Susunan dalam Struktur organisasi SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

Kabupaten Sukabumi pada tahun pelajaran 2017/2018 terdiri dari:

1. Komite Sekola : Didi Mulyadi,S.Ag.,M.Pd

2. Kepala Sekolah : Ela Zakiyah,S.Ag M.Pd

89
3. Wakasek Kurikulum : Budiman, S.Pd.I.,M.Pd

4. Wakasek Kesiswaan : Dewi Purwani, SE,S.Pd

5. Wakasek Humas :Engkus Husein SH

6. Wakasek Sarana prasarana : Lucky Lukmanul Hakim,S.Kur.I.M.Pd

Sedangkan tugas pokok dan fungsi dalam jabatan inti pada SMA Islam

Terpadu Mahmudiyyah untuk tahun pelajaran 2017/2018 secara terinci dapat

diperhatikan di bawah ini.

4.1.5.1 Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator Administrator, Supervisor, Leader,

Inovator dan Motivator (EMASLIM).

1) Kepala sekolah sebagai educator, yaitu bertugas melaksanakan proses belajar

mengajar secara efektif dan efisien,

2) Kepala sekolah selaku manager, mempunyai tugas menyusun perencanaan;

mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan; pengawasan;

mengkoordinasikan melakukan kegiatan; evaluasi melaksanakan terhadap kegiatan;

menentukan kebijaksanaan; mengadakan rapat mengambil keputusan; mengatur

Proses Belajar Mengajar (PBM); mengatur administrasi; ketata-usahaan, siswa,

ketenagaan, sarpras, dan keuangan (RAPBS); mengatur OSIS, mengatur hubungan

sekolah dengan masyarakat dan instasi terkait.

3) Kepala sekolah menyelenggarakan selaku administrasi administrator. bertugas

perencanaan, pengorgamisaian, pengarah, pengkoordinir. pengawasan, kurikulum,

kesiswaan, ketata-usahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakan labolatorium,

keterampilan/kesenian, Bimbingan Konseling. UKS, OSIS, gedung serbaguna, media,

7K

90
4) Kepala sekolah sebagai supervisor: Proses Belajar Mengajar (PBM). kegiatan

bimbingan dan konseling kegiatan ekstrakilikuler, Kegitan ketata usahaan, kegiatan

kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, kegitan

OSIS, kegiatan 7K.

5) Kepala sekolah selaku pemimpin/leader, dapat dipercaya jujur dan bertanggung

jawab, memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa; memiliki visi dan memahami

misi sekolah; mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah; memiliki loyalitas

yang tinggi terhadap lembaga; selalu ingin memajukan keberadaan sekolah yang di

pimpinnya; mampu menampumg aspirasi siswa; selalu menerima masukan dari

bawahan dan seluruh guru demi kemajuan lembaga.

6) Kepala sekolah sebagai innovator: melakukan perubahan di bidang: Kegitan

Belajar Mengajar (PBM). Bimbingan Konseling, ekstrakulikuler; melaksanakan

pembinaan guru dan karyawan, melakukan pembaharuan dalam menggali sumber

daya di komite sekolah dan masyarakat

5.1.5.2 Wakasek kurikulum mempunyai tufoksi sebagai berikut

1) Program umum meliputi: menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru

Mata Pelajaran: membantu kepala

keterampilan/kesenian. Bimbingan Konseling. UKS, OSIS. gedung serbaguna, media,

7K

4) Kepala sekolah sebagai supervisor: Proses Belajar Mengajar (PBM), kegiatan

bimbingan dan konseling kegiatan ekstrakilikuler, Kegitan ketata usahaan, kegiatan

kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, kegitan

91
OSIS, kegiatan 7K.

5) Kepala sekolah selaku pemimpin/leader: dapat dipercaya jujur dan bertanggung

jawab, memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa; memiliki visi dan memahami

misi sekolah, mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah, memiliki loyalitas

yang tinggi terhadap lembaga; selalu ingin memajukan keberadaan sekolah yang di

pimpinnya; mampu menampung aspirasi siswa. selalu menerima masukan dari

bawahan dan seluruh guru demi kemajuan lembaga

6) Kepala sekolah sebagai innovator: melakukan perubahan di bidang, Kegitan

Belajar Mengajar (PBM), Bimbingan Konseling, ekstrakulikuler, melaksanakan

pembinaan guru dan karyawan, melakukan pembaharuan dalam menggali sumber

daya di komite sekolah dan masyarakat

5.1.5.2 Wakasek kurikulum mempunyai tufoksi sebagai berikut

1) Program umum meliputi: menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru

Mata Pelajaran; membantu kepala.sekolah mengurus kegiatan kurikulum

intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk setiap guru bidang studi dan menyediakan

silabusnya.

2) Program pokok terdiri dari: Kegiatan Awal, yakni membantu Kepala Sekolah

menyusun SK pembagian tugas mengajar guru. menyusun jadwal pelajaran,

membantu Kepala Sekolah membuat SK pembagian tugas bagi tenaga kependidikan,

membagi/menetapkan kelas sesuai dengan program, menyiapkan absensi siswa

92
yang dipegang oleh masing-masing guru bidang studi, menyiapkan jurnal kelas dan

menyiapkan absensi masing-masing guru bidang studi; Kegiatan Harian, yaitu:

membantu Kepala Sekolah mengawasi BKM, membntu Kepala Sekolah dalam

meningkatkan suasana pembelajaran yang efektif dengan menetapkan disiplin

belajar siswa, membantu guru dalam mengatasi hambatan dalam KBM, membantu

Kepala Sekolah mengawasi kegiatan pendalam materi: Kegiatan Mingguan, yaitu

memberikan laporan kepada Kepala Sekolah tentang pelaksanaan KBM selama satu

minggu, membantu Kepala Sekolah menyiapkan pelaksanaan upacara bendera

setiap hari senin, memberi laporan tentang kegiatan pendalaman materi selama satu

minggu, dan mengadakan pertemuan konsulidasi dengan masing-masing wakasek,

guru BK dan wali kelas; Kegiatan Bulanan, yaitu: mengadakan rapat

evaluasi pelaksanaan KBM dan ektrakurikuler, membantu Kepala Sekolah dalam

mengevaluasi kegiatan pandalaman materi bulan sebeblumnya, mengadakan

konsultasi dengan guru mata pelajarandan BK tentang kesulitan belajar dan absensi

siswa, membantu Kepala Sekolah dalam pelaksanaan ulangan harian bersama

(UHB), membantu Kepala Sekolah dalam pelaksanaan Midle semester/UTS;

Kegiatan Semesteran, yaitu: membantu Kepala Sekolah dalam pelaksanaan ulangan

semesteran, menyiapkan leger nilai raport semesteran yang bersangkutan,

membantu Kepala Sekolah mengawasi wali kelas dalam mengisi buku raport,

menghitung target kurikulum dan taraf serap masing-masing kelas pada setiap mata

pelajaran, membantu Kepala Sekolah dalam mengawasi pembagian buku raport,

membantu Kepala Sekolah dalam menyusun SK pembagian tugas guru semester

genap, menyiapkan jadwal pelajaran Semester genap, jurnal kelas semester genap,

absensi siswa semester genap, absensi masing-masing guru bidang studi untuk

semester genap; Kegiatan Akhir Tahun, yaitu membantu Kepala Sekolah dalam

93
penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional, mendampingi Kepala Sekolah dalam rapat

penentuan kelulusan, membantu Kepala Sekolah dalam memproses STTB dan

SKHUN, membantu Kepala Sekolah dalam pembuatan laporan,peneyelenggaraan UN

dan embantu Kepala Sekolah dalam mengevaluasi kegiatan selama satu tahun.

5.1.5.3. Wakasek kesiswaan mempunyai tufoksi sebagai berikut:

1) Mengatur pelaksanaan Bimbingan Konseling.

2) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (Keamanan, Kebersihan,

Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kesehatan dan Kerindangan).

3) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi Kepramukaan, keputraan,

keputrian, Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kesenian,

Paskibra dan Penjas.

4) Mengatur pelaksanaan Kurikuler dan Ekstra Kurikuler.

5) Menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan pengurus OSIS, MPK, dan siswa

teladan sekolah.

6) Menyelenggarakan Cerdas Cermat, Olah Raga Prestasi.

7) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.

8) Merekrut calon Paskibra untuk diusulkan mengikuti seleksi Paskibraka

5.1.5.4 Wakasek humas tufoksinya sebagai berikut :

1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan peran

komite sekolah;

2) Menyelenggarakan bakti social dan karya wisata;

3) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan sekolah (Gebyar Pendidikan);


94
4) Menyusun laporan, perbaikan dan pengisian.

5.1.5.5 Wakasek Sarana dan Prasarana tufoksinya sebagai berikut:

1) Merencanakan kebutuhan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar,

2) Merencanakan program pengadaannya;

3) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana;

4) Mengelola perawatan mengatur pembukuannya dan.

5) Menyusun laporan.

5.1.5.6 Kepala Tata Usaha

1) Penyusunan program kerja tata usaha sekolah;

2) Pengelolaan keuangan sekolah;

3) Pengurus administrasi ketenagaan dan siswa;

4) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah;

5) Penyusunan administrasi perlengkapan,

6) Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah,

7) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketata usahaan secara

berkala

5.1.5.7 BK/BP mempunyai tufoksi sebagai berikut :

1) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan konseling.

2) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

3) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah- masalah yang

95
dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

4) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam

kegiatan belajar;

5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai,

6) Mengadakan penilaian pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan;

7) Menyusun Satatistik hasil penilaian BK;

8) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar:

9) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut Bimbingan dan Konseling

(BK);

10) Menyusun laporan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

5.1.5.8 Wali kelas mempunyai tufoksi sebagai berikut:

1) Membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pengelolaan kelas;

2) Penyelenggaran administrasi kelas meliputi denah tempat duduk siswa, papan

absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi siswa, buku

pembelajaran (Buku Kelas), tata-tertib siswa;

3) Penyusunan pembuatan Statistik siswa;

4) Pengisian daftar nilai siswa (Ledger); pembuatan catatan khusus tentang siswa;

pencatatan mutasi siswa;

5) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar, pembagian buk laporan penilaian

hasil belajar.
96
4.1.5 Sasaran dan Program Pencapaian Sekolah

Sasaran dari SITA, khususnya SMA Islam Terpadu Mahmudryyals Kecamatan

Cicurug Kabupaten Sukabumi yaitu:

1) Keadaan kelembagaan (SMP, MTs, Kejar Paket B).

2) Seluruh warga umum/masyarakat maupun dinas atau instansi yang memerlukan

pelayanan pendidikan,

3) Seluruh pelaksana dan penyelenggara pendidikan

Sedangkan program pencapaian dari SMA Islam Mahmadiyyah Kecamatan Cicurug

Kabupaten Sukabumi sebagai berikut:

1) Penuntasan Wajar Dikdas 12 Tahun:

(1) Meningkatkan pelayanan pendidikan:

(2) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,

(3) Peserta UN dan US lulus 100%;

(4) Seluruh lulusan dapat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi:

(5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan:

(6) Meningkatkan produktifitas pendidikan;

(7) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya pendidikan:

(8) Pemberdayaan potensi masyarakat.

(9) Program Penunjang PBM, Pengabdian Masyarakat.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

97
Pembahasan dalam bab ini secara langsung berkaitan dengan fakta empiris.

Oleh karena itu, setelah data-data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan pembahasan. Mengingat bahwa data-data yang terkumpul bersifat

fenomenologis dan bersifat kualitatif, maka dalam membahas data digunakan

analisa diskriptif.

4.2.1 Peranan Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMA-IT Mahmudiyyah Cicurug Kabupaten

Sukabumi

4.2.1.1 Guru sebagai Pemimpin Belajar

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 21 September 2022

dapat dilihat bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran, guru membuat rencana

terlebih dahulu yaitu dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Selain itu, guru juga melakukan pengorganisasian terhadap proses belajar mengajar

yang telah direncanakan. Hal ini bertujuan agar proses pembelajaran menjadi

terencana sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Setelah melakukan pengamatan terhadap perencanaan proses belajar

mengajar, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru di kelas. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, diketahui

bahwa guru memulai pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa, mengaben

tentang kehadiran siswa dan berinteraksi mengenai kabar siswa, sebelum masuk ke

pembelajaran berikutnya guru mengingatkan kembali mengenai pembelajaran yang

telah dipelajari. Setelah itu guru meminta siswa membuka buku paket, guru terlebih

dahulu menyampaikan materi dan siswa memperhatikan guru.

Kemudian guru meminta siswa mengeluarkan masing- masing anak 1 botol

98
fanta atau sprite yang mereka bawa dari rumah untuk melakukan percobaan tinggi

rendahnya nada pada lagu yamko rambe yamko. Anak terlebih dahulu dibagikan

kelompok didepan kelas. Dan masing-masing anak mengisi air kedalam botol sesuai

dengan ukuran dari botol 1 ke botol yang ke 8. Dari botol | diisi dengan air setinggi

2,5 cm dan anak diminta teliti mengukur menggunakan penggaris kemudian botol-

botol berikutnya dengan ukuran botol ke-2 adalah 5cm, 7,5 cm, 10 cm, 12,5 cm, 15

cm, 17,3 cm sampai ke botol yang ke-8 20 cm. Setelah selesai masing-masing anak

membunyikan botol yang telah diisi dengan ukuran air yang berbeda-beda dengan

cara meniup ujung botol sehingga menghasilkan bunyi yang berbeda-beda.

Kemudian anak diminta menceritakan pengalaman mereka membunyikan botol-

botol tersebut serta membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang mereka lakukan.

Dari rangkaian kegiatan pelaksanaan proses yang dilakukan oleh guru di kelas,

terlihat peran guru sebagai pemimpin di dalam proses belajar mengajar. Dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar juga terlihat bahwa guru mengontrol kegiatan

yang dilakukan oleh siswa di dalam proses belajar mengajar seperti menuntun tahap

-tahap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan mengarahkan tugas yang

diberikan. (observasi tanggal 21 September 2022).

Hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru menjelaskan

perannya sebagai seorang pemimpin di dalam proses belajart mengajar di kelas. Hal

yang dilakukan meliputi membuat RPP, mengorganisasikan proses belajar mengajar,

melaksanakan proses belajar mengajar dan mengontrol kegiatan siswa di kelas

ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.

Selain melakukan observasi mengenai peranan guru sebagai pemimpin,

peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Budiman,S.Pd.I.,M.Pd selaku guru

PAI pada tanggal 21 September 2022. Adapun hasil wawancara yang peneliti

99
lakukan sebagai berikut:

"adapun langkah-langkah yang saya lakukan di dalam menerapkan pembelajaran di

kelas yaitu dimulai dengan merencanakan pembelajaran. Perencanaan yang saya

buat sebelum melaksanakan pembelajaran di mulai dari membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di malam hari, belajar dulu membaca materi untuk

diajarkan besok, karena materi di buku materinya sedikit kita sebagai fasilitator

harus tahu dan memberikan memberikan materi dengan cara menjelaskan apa yang

ada di buku dan mereka mencari tahu sendiri. Dan kalau media kita menggunakan

pustaka yang ada di sekolah terkadang saya juga meminta siswa membuat sendiri

atau mencari diinternet dan dibawa langsung ke sekolah. Selanjutnya saya

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP tersebut. Hal ini bertujuan agar

proses belajar mengajar yang saya lakukan di kelas bisa diorganisasikan dengan

baik dan dikontrol dengan baik pula sehingga tujuan pembelajaran menjadi tercapai"

4.2.1.2 Guru sebagai Fasilitator Belajar

Selain menjadi pemimpin besar, guru juga memiliki peran sebagai fasilitator di

dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

peneliti pada tanggal 21 September 2022, diketahui bahwa guru menggunakan

sumber belajar yang beragam seperti buku cetak yang tersedia di sekolah dan buku-

buku pendukung yang berada di perpustakaan sekolah.

Selain itu, guru menggunakan media belajar yang bervariasi di dalam proses

belajar mengajar, guru mengambil dari berbagai sumber yang ada. Misalnya media

cetak dan elektronik, serta lingkungan sekitar sekolah sehingga terjadi variasi dalam

penggunaan media. Saat proses belajar mengajar berlangsung, guru meminta siswa

untuk membawa 1 botol fanta atau sprite yang akan digunakan untuk melakukan

100
percobaan tinggi rendahnya pada lagu yamko rambe yamko. Hal ini sesuai dengan

karakteristik proses belajar mengajar tematik yang bersifat konkrit, kontekstual dan

dekat dengan siswa ( observasi 21 September 2022).

Akan tetapi berdasarkan pengamatan, ada materi yang dalam penggunaan

media sudah baik (sudah menggunakan media), serta ada juga materi yang tidak

baik (tidak menggunakan media) dalam proses belajar mengajarnya. Guru juga

terkadang mengalami kesulitan di dalam mengontrol seluruh siswa secara

bersamaan. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi ribut dan proses belajar

mengajar menjadi tidak terfokus (observasi tanggal 21 September 2022).

Hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru menjalankan

perannya sebagai fasilitator belajar. Hal yang dilakukan oleh guru di dalam

memfasilisi proses belajar mengajar meliputi menggunakan sumber belajar dan

media belajar yang variasi, akan tetapi tidak semua materi menggunakan media

yang beragam.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak

Budiman,S.Pd.I.,M.Pd mengenai fasilitasi yang guru gunakan dalam menerapkan

pembelajaran tematik di kelas. Beliau mengatakan bahwa:

"yang saya lakukan untuk memfasilitasi siswa ketika belajar di kelas adalah dengan

menentukan sumber belajar dengan tema, metode belajar yang sesuai dengan tema

dan kondisi anak serta menggunakan media belajar yang sesuai. Saya juga

menggunakan benda kongkrit yang ada di sekitar siswa agar siswa bisa lebih mudah

di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan".

4.2.1.3 Guru sebagai Moderator Belajar

101
Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki peran sebagai moderator di

dalam menerapkan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

pada tanggal 21 September 2022, diketahui bahwa peran guru sebagai moderator di

dalam pembelajaran adalah guru mengatur jalannya proses belajar mengajar sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah 102

dirancang sebelumnya yaitu mulai dari pendahuluan, inti hingga penutup.

Selain itu, setelah proses belajar mengajar selesai dilakukan. guru menarik

kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar siswa, atas dasar semua

pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik. Hal ini dilakukan oleh guru

di akhir pembelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas. (observasi tanggal 21

September 2022)

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru menjalankan

perannya sebagai moderator belajar. Hal yang dilakukan oleh guru adalah mengatur

jalannya proses pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana yang telah dirancang

sebelumnya.

Peneliti juga melakukan wawancara mengenai cara guru di dalam mengatur

proses pembelajaran sehingga pembelajaran sesuai dengan RPP. Beliau

mengatakan bahwa:

"yang saya lakukan untuk mengatur proses pembelajaran di kelas agar pembelajaran

tersebutdapat terlaksana sesuai dengan RPP yang telah saya rancang adalah:

1. Saya mengarahkan siswa dengan menjelaskan tahapan-tahapan kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan

2. Saya selalu mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut

102
selalu sesuai dengan tahapan yang telah saya jelaskan

3. Saya bersama siswa menarik kesimpulan akhir dari proses pembelajaran yang

telah dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat memahami inti dari pembelajaran

yang telah dilaksanakan".

4.2.1.4 Guru sebagai Motivator Belajar

Dalam menjalankan perannya, guru juga memiliki tigas memotivasi siswa di

dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada

tanggal 21 September 2022). diketahui bahwa guru mendorong atau memberikan

motivasi kepada siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung seperti

memberikan nilai tambah bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru secara benar.

Selain memotivasi siswa di dalam proses belajar mengajar, guru juga

menciptakan proses belajar mengajar di kelas menjadi menyenangkan dengan

memberikan permainan sederhana atan bernyanyi bersama untuk menimbulkan

kembali semangat siswa di dalam belajar. Hal ini terlihat, sebelum masyuk ke proses

belajar mengajar berikutnya guru mengingatkan kembali mengenai pembelajaran

yang telah dipelajari. Kemudian sebelum masuk ke pembelajaran inti guru meminta

siswa untuk berdiri di kursi masing- masing dan bernyanyi bersama agar anak ceria

dan siap menerima materi pembelajaran dari guru. Kemudian guru juga mengajak

siswa menyanyikan lagu daerah yang berjudul " yamko rambe yamko" yang berasal

dari daerah Papua. Pertama guru menanyikan sendiri Lagu tersebut dan siswa

mendengarkan, setelah selesai kemudian guru meminta anak bernyanyi bersama-

sama dan diiringi oleh guru. (observasi tanggal 21 September 2022)

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru: menjalankan

103
perannya sebagai motivator belajar. Hal yang dilakukan oleh guru adalah

memberikan dorongan yang bertujuan agar siswa dapat lebih senang di dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga melakukan variasi belajar

agar siswa tidak merasa bosan terhadap proses belajar mengajar yang sedang

dilaksanakan.

Selain itu, peneliti jugamelakukan wawancara mengenai hal- hal apa saja yang

dilakukan oleh guru di dalam memotivasi siswa di dalam pembelajaran. Beliau

mengatakan bahwa:

"hal-hal yang saya lakukan untuk dapat memotivasi siswa di dalam pembelajaran

antara lain:

1. Mengajak siswa bernyanyi sebelum kegiatan pembelajaran di mulai agar siswa

lebih bersemangat di dalam belajar

2. Memberi nilai tambah bagi siswa yang aktif dan dapat menjawab pertanyaan yang

saya ajukan sehingga siswa akan serius di dalam memperhatikan pembelajaran.

3. Jika siswa terlihat bosan, maka saya mengajak siswa bermain dan permainan

yang masih mengarah pada pembelajaran yang sedang berlangsung

4. Atau saya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat pulang

terlebih dahulu jika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat

menyelesaikan tugas dengan baik".

4.2.1.5 Guru sebagai Evaluator Belajar

Peran guru yang lain di dalam menerapkan pembelajaran adalah sebagai

evaluator belajar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

tanggal 21 September 2022) bahwa guru melakukan penilaian di dalam beberapa

104
aspek yaitu penilaian afektif dan psikomotor berupa nilai sikap dan tingkah laku

siswa ketika , pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu guru juga melakukan

penilaian kognitif yaitu penilaian terhadap hasil belajar siswa Gura juga memberikan

umpan balik kepada siswa setiap pergantian subitema pembelajaran, memberikan

tugas dirumah dan menjadikan evaluasi sebagai acuan rencana tindak lanjut. Hal ini

dilakukan agar guru dapat melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

telah disampaikan. Hanya saja pada pengisian penilaian siswa banyak aspek- aspek

dan lembar penilaian yang harus diisi guru sehingga guru terlihat kesulitan di dalam

melakukan penilaian

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru menjalankan

perannya sebagai evaluator belajar. Hal yang dilakukan guru yaitu melakukan

penilaian dalam aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Selain itu, guru juga

melakukan evaluasi guna membuat rencana tindak lanjut kepada siswa terhadap

materi pembelajaran yang telah disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa guru melaksanakan

peranya di dalam menerapkan pembelajaran di SMAIT Mahmudiyyah. Adapun peran

yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai pemimpin belajar, fasilitator belajar,

moderator belajar, motivator belajar serta evaluator belajar. Semua peran tersebut

dilaksanakan pada bagian-bagian pembelajaran masing-masing yaitu bagian

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

4.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru

Faktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar di SMA Islam

Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi menurut Mohamad

Isbat adalah terletak pada guru dan siswa yang sebagian besar sudah terbiasa

105
melaksanakan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan terarah. Selain itu,

di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi juga

memiliki guru-guru yang sebagian besar keluaran dari pesantren, sehingga sangat

mudah untuk melaksanakan pembelajaran yang terintegrasi antara pendidikan

umum dan pendidikan agama.

Faktor penghambat keberhasilan proses belajar mengajar di SMA Islam

Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi menurut Budiman,

S.Pd.I.,M.Pd adalah 1). buku paket yang dikeluarkan oleh dinas isi dan materinya

terlalu singkat dan sedikit sehingga sulit untuk memperluas materi hanya terpaku

pada buku guru dan siswa saja. 2). penilaian juga terlalu banyak aspek yang harus

ditilai, sehingga guru merasa kesulitan didalam melengkapi semua aspek penilaian

tersebut. 3). Keterbatasan waktu. (wawancara dengan Guru PAI,

Budiman,S.Pd.I.,M.Pd tanggal 21 September 2022).

Selain itu kendala yang dihadapi adalah bawaan anaknya itu sendiri, yang

mana ketika mereka berhadapan dengan kegiatan keagamaan, mereka merasa jenuh

dan terbebani. Karena tidak semua minat atau keinginan siswa itu sama. Seperti

yang dikemukakan dalam wawancara.

dalam melaksanakan pembinaan pendidikan karakter melalui pembiasaan

seringkali terdapat kendala-kendala yang menghambat kelancaran atau keberhasilan

pencapaian tujuan kegiatan itu yaitu "faktor bawaan dalam diri sendiri yang malas

untuk melaksanakan aktivitas selain kegiatan pembelajaran dikelas". Kendala dalam

penanaman pendidikan karakter melalui metode pembiasaan adalah kendala yang

timbul dari intensitas anggota untuk berperan aktif di dalam kegiatan ekstrakurikuler.

(wawancara dengan Guru PAI, Pak Budiman, tanggal 21 September 2022)

106
4.3 Upaya mengatasi hambatan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SMA- IT

Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan hasil wawancara/observasi di lapangan bahwa upaya sekolah

untuk kelancaran proses belajar mengajar adalah:

4.3.1 Mengikuti Kegiatan Perkuliahan Bagi Guru Yang Belum Memiliki Ijazah S1

Perkuliahan merupakan salah satu cara yang sering ditempuh untuk dapat

meningkatkan kompetensi diri, khususnya terkait dengan kompetensi intelektual.

Dengan mengikuti proses perkuliahan, seseorang dapat meningkatkan kompetensi

dirinya sedemikian rupa sehingga pengetahuannya menjadi lebih baik dan pola

pemikirannya menjadi lebih teratur dan terarah. Di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

memiliki 2 orng guru yang sedang menempuh perkuliahan S1. (wawancara dengan

Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022)

Peningkatan kualitas diri dengan mengikuti kegiatan perkuliahan merupakan

proses formal yang dilakukan, baik secara reguler maupun secara ekstensi.

Perkuliahan secara reguler berarti guru harus mengikuti kegiatan sesuai dengan

jadwal yang disusun kampus sebagaimana yang diterapkan pada perkuliahan biasa.

Guru harus mengikuti kegiatan perkuliahan sebagaimana mahasiswa umumnya.

Sementara itu, perkuliahan secara ekstensi adalah perkuliahan yang mengikuti

jadwal guru. Artinya, guru mengambil hari-hari tertentu untuk dapat mengikuti proses

perkuliahan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu tugas dan kewajiban

utamanya sebagai guru. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak

Budiman,S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022) Pada umumnya, guru yang


107
mengikuti kegiatan perkuliahan ini adalah guru yang belum mempunyai kelayakan

latar pendidikan, misalnya belum mencapai tingkat sarjana. Sesuai dengan

ketentuan, para guru sekarang ini harus mempunyai kualifikasi latar belakang

pendidikan strata 1 atau sarjana. Oleh karena itulah, guru-guru yang belum sarjana

berduyun- duyun mengikuti perkuliahan strata 1. Bahkan, tidak jarang para guru yang

sudah mempunyai latar belakang pendidikan strata 1 masih mengikuti proses

perkuliahan strata 2 atau pascasarjana. Inilah yang kita maksudkan sebagai

kesadaran profesi yang dimiliki oleh para guru kita. Kondisi seperti ini sudah

seharusnya mendapatkan apresiasi dan persepsi positif dari para pemegang

kebijakan di dunia pendidikan. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak

Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022).

4.3.2 Mengikuti Kegiatan Atau Program Pendidikan Profesi

Cara kedua yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan

kompetensi dirinya, khususnya kompetensi intelektualnya, adalah dengan mengikuti

kegiatan atau program pendidikan profesi Pendidikan profesi ini terutama terkait

dengan kompetensi yang sesuai dengan aspek pendidikan. Pendidikan profesi ini

mengedepankan proses pembekalan guru atas beberapa teori dan keterampilan

terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap guru yang mengikuti

program. pendidikan profesi diarahkan untuk dapat menguasai berbagai ilmu

pendidikan. Kegiatan ini selalu dilaksanakan oleh SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

satu semester sekali. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I,

M.Pd tanggal 21 September 2022)

Pendidikan profesi diselenggarakan oleh pemerintah secara bebarengan

dengan banyak guru dari sekolah dan daerah lain. Dalam satu waktu, sekelompok

108
guru mengikuti kegiatan pendidikan profesi yang berupaya untuk mengembangkan

kompetensi dirinya sesuai dengan kualifikasi latar belakang pendidikannya.

Pendidikan profesi yang diselenggarakan merupakan proses peningkatan

kompetensi guru yang simultan dengan ketentuan dasar kompetensi guru. Hal

khusus yang dibahas dalam program pendidikan profesi adalah peningkatan

penguasaan materi pendukung kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Guru

diingatkan kembali mengenai bagaimana menyusun program pembelajaran,

mengelola kelas pembelajaran, melakukan evaluasi terhadap proses pendidikan,

menerapkan media pendidikan, strategi pembelajaran, dan banyak hal terkait dengan

penyelenggaraan proses pendidikan yang menjadi tanggung jawab utama para guru.

(wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.1. M.Pd tanggal 21

September 2022).

Pendidikan profesi ini sangat penting diselenggarakan dan diikuti para guru

sebagai wujud tanggung jawab untuk menciptakan proses pendidikan dan

pembelajaran yang berkualitas. Hal ini dilakukan sebab ditengarai masih cukup

banyak guru yang belum mempunyai kompetensi sebagaimana yang dituntut dalam

UUD. Fenomena penurunan kualitas hasil proses pendidikan dikambinghitamkan

karena kualitas guru yang kurang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan

ada banyak aspek pendidikan yang tidak tercapai. Banyak masalah pendidikan yang

belum terselesaikan sebab tingkat kemampuan guru untuk membimbing anak dalam

penyelesaikan masalah belum mampu melakukan hal tersebut. Kondisi inilah yang

dicoba untuk diperbaiki secara simultan sehingga secara maksimal para guru

mengalami perubahan kompetensi secara signifikan. (wawancara dengan Wakasek

Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022).

4.3.3 Belajar Secara Mandiri

109
Untuk meningkatkan kualitas diri, guru dapat juga melakukannya secara

mandiri. Artinya, mereka melakukan proses belajar dengan cara mengaktifkan diri

pada kegiatan belajar dan berlatih. Kegiatan belajar dan berlatih yang dilakukan

secara mandiri dan autodidak inilah yang selanjutnya diharapkan dapat

meningkatkan kompetensi para guru. Tentunya, dalam kegiatan ini, semangat

berubah harus dimiliki oleh para guru. Hanya dengan semangat yang tinggi, proses

perubahan kompetensi yang kita harapkan dapat menjadi nyata. (wawancara dengan

Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I. M.Pd tanggal 21 September 2022).

Proses belajar mandiri yang kita maksudkan dalam hal ini adalah kesadaran

guru untuk secara intens melakukan proses pendidikan dan pembelajaran dengan

membaca dan melatih kemampuan dirinya. Sebagaimana konsep pembelajaran

mandiri, pada saat melakukan proses pembelajaran, guru melakukannya dengan

mengaktifkan diri dalam situasi belajar yang dikondisikan sendiri. Para guru tidak

membutuhkan pembimbing atau situasi khusus. Mereka dapat membaca materi

pembelajaran yang dimaksudkan dan selanjutnya melatih diri untuk menerapkan

konsep-konsep yang didapatkan dari proses membacanya. (wawancara dengan

Guru PAI, Budiman,S.Pd.I.,M.Pd, September 2022) tanggal 21

Kondisi ini dapat dilakukan oleh para guru secara sinergis dengan kegiatan

pembelajaran yang diselenggarakannya untuk anak-anak. Pada saat tertentu, guru

membaca konsep-konsep dasar pendidikan dan menerapkan konsep tersebut pada

saat menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan demikian,

guru mendapatkan dua kesempatan sekaligus, yaitu kesempatan belajar mandiri dan

kesempatan mempraktikkan segala konsep yang dipelajarinya. Dengan cara seperti

ini. peningkatan kualitas guru didapatkan secara utuh, baik teoretis maupun

praktisnya. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I. M.Pd

110
tanggal 21 September 2022)

Untuk menyelenggarakan program belajar mandiri ini, dapat dilakukan dengan

berkelompok dengan guru lainnya, misalnya dengan mengefektifkan kinerja MGMP.

MGMP atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran merupakan satu kelompok guru

dengan mata ajar yang sama dan mengadakan kegiatan efektif untuk pengondisian

proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam kegiatan periodis yang diselenggarakan,

para guru mencoba untuk mensinkronkan langkah, persepsi, dan apresiasi terkait

dengan cara musyawarah. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman,

S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022)

MGMP yang kita kenal merupakan upaya mandiri yang dilakukan oleh

kelompok guru mata pelajaran agar terjadi kesamaan materi dan metode pada saat

menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan melakukan

musyawarah ini, setidaknya para guru dapat saling belajar sebab pada saat itulah

terjadi sharing kemampuan di antara para guru. Guru-guru yang mempunyai

kemampuan atau pengalaman lebih dapat membimbing guru-guru yang masih

miskin pengalaman. Inilah yang selanjutnya kita katakan sebagai kolaborasi guru

mata pelajaran. Tentunya, jika guru secara aktif mengikuti musyawarah guru mata

pelajaran ini,kemampuan dirinya dapat meningkat secara signifikan. Ada saling

mengisi di antara para guru sehingga terjadi kesamaan dalam penyelenggaraan

proses (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I. M.Pd tanggal

21 September 2022)

4.3.4 Sikap Profesionalitas Guru

Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas

yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Dengan

111
keahliannya itu, seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik pribadi

maupun sebagai pemangku profesinya. Hal ini senada dengan yang dilakukan di

SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah dengan cara mengikutkan guru-guru untuk

pengajian mingguan, yang di selenggarakan oleh ustadz yang berkompeten

(wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21

September 2022)

Di samping dengan keahliannya, sosok profesional guru ditunjukkan melalui

tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya profesional

hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru

kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa negara, dan agamanya. Guru

profesional mempunyai tanggung jawab sosial, intelektual, moral, dan spiritual.

(wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21

September 2022)

Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,

mengelola dirinya, mengendalikan dirinya menghargai serta mengembangkan dirinya.

Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami

dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki

kemampuan interaksi yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui

penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan

melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya

senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. (wawancara

dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd tanggal 21 September 2022)

112
4.4 Pengaruh Profesionalisme Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug

Kabupaten Sukabumi

Hasil wawancara dengan wakasek kurikulum, keberadaan guru yang

profesional di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten

Sukabumi sangat membantu keberhasilan proses belajar mengajar,

Dalam proses belajar mengajar pendidik memilki peran menentukan kualitas

mengajaran yang dilaksanakannya. Yakni memberikan pengetahuan (kongnitif),

sikap dan nilai (affektif), dan keterampilan (psikomotorik). Dengan kata lain, tugas

dan peran guru yang utama terletak dibidang pengajaran. Pengajaran merupakan

alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk

dapat mengolah kelas.

penggunakan metode mengajar, strategi mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengolah proses belajar mengajar yang efektif,

mengembangkan bahan pengajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan

siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan pendidikan yang harus

mereka capai.

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar dikelas.

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerja sama antara guru dan siswa.

guru dituntut untuk mampu menyajikan materi dengan optimal. Olehnya itu guru

diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian

materi pelajaran disekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang

guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tetap dalam penyajian

materi pelajaran.

113
Sesuai hasil pengamatan, peneliti melihat hampir semua guru sebelum masuk

ke kelas, mereka mempersiapkan materi dari rumah, mulai dari RPP sampai alat atau

bahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses

kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk

nilai yang diberikan guru berupa raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang

studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Hasil prestasi siswa di SMA Islam

Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi dari tahun ketahun

dapat meningkat (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I,

M.Pd tanggal 21 September 2022)

Keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar dapat diukur dengan berhasil

tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan belajar biasanya diukur

dengan berhasil tidaknya dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar

berperan sebagai gambaran pemahaman siswa terhadap bidang studi yang

dipelajarinya. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa mampu mencapai

prestasi belajar secara maksimal. Seperti kita ketahui dalam mencapai prestasi

belajar dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah guru. Guru yang

kompeten akan mampu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Kompetensi yang

dimiliki guru sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan, dan akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Cara

pandang yang berbeda akan menimbulkan persepsi yang berbeda pada kompetensi

yang dimiliki guru, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hal ini

terbukti setelah guru mempunyai kompetensi profesional guru, nilai siswa ada

peningkatan. (wawancara dengan Wakasek Kurikulum, Pak Budiman, S.Pd.I, M.Pd

tanggal 21 September 2022)

114
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab IV sebelumnya, ada beberapa langkah yang harus dimiliki oleh seorang guru di

dalam menerapkan pembelajaran yaitu:

Didalam menjalankan perannya, guru memiliki beberapa kendala seperti

kurangnya sumber belajar, kurangnya media dan pengetahuan tentang metode

pembelajaran, serta guru juga mengalami kesulitan di dalam melakukan penilaian

pembelajaran. Hal ini menjadikan pelaksanaan peran guru di dalam menerapkan

pembelajaran pada proses belajar mengajar di SMA Islam Terpadu Mahmudiyyah

dapat berjalan secara optimal

5.2 Saran

Dari uraian kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut;

5.2.1 Kemampuan Profesional guru harus ditingkatkan

Sebagai publik figure, ada sepuluh kemampuan guru yang harus dikuasai.

Guru merupakan agen perubahan dalam pola pikir generasi bangsa dan mengemban

tugas untuk meluruskan pola pikir irasional menuju cara berpikir rasional. Jika dilihat

di masyarakat,tidak bisa dipungkiri bahwa guru dianggap sebagai orang yang serba

115
bisa khususnya di pedesaan. Penguasaan sepuluh kemampuan guru akan sangat

menunjang pembentukan karakter guru sebagai tenaga profesional sekaligus

sebagai individu di dalam masyarakat.

Berikut ini adalah sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru: 1).

Punya kemampuan untuk mengembangkan kepribadian. 2). Menguasai semua

landasan pendidikan.3). Mampu untuk menguasai bahan pengajaran. 4). Mampu

untuk menyusun program pengajaran.5). Melaksanakan semua program pengajaran.

6). Menilai hasil serta proses belajar mengajar yang sudak dilaksanakan. 7).

Program bimbingan belajar.8). Melaksanakan administrasi instansi. 9). Berinteraksi

dengan sejawat serta masyarakat. 10). Melakukan penelitian yang sederhana.

5.2.2 Proses Belajar Mengajar harus terus ditingkatkan dengan melibatkan semua

komponen madrasah.

Pembelajaran yang efektif adalah pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi

interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi

pihak yang lebih dominan. Pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya

berperan sebagai pemberi informasi, tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab

sebagai pelaksana yang yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang,

dan menggerakkan secara aktif. Selain itu, guru harus dapat menimbulkan

keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya maupun hanya sekadar untuk

bertanya. Hal itu disebabkan karena mengajar bukannya hanya suatu aktivitas yang

sekadar menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang

menuntut perubahan peran seorang guru dari informator menjadi pengelola belajar

yang bertujuan untuk membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga

terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah

116
ditetapkan sebelumnya. Salah satu tujuan pembelajaran adalah meningkatkan

kemampuan berpikir siswa dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi

siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus menyediakan peluang di dalam

kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan siswa lebih besar. Salah

satu metode untuk merangsang siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam

pembelajaran adalah dengan pertanyaan.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011.4.

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam Kegiatan Pembelajaran,

Jakarta: Delia Pres, 2004, 49.

Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah, Jogjakarta: Arr-Ruzz, 2006, 140.

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning,Bogor: Ghalia

Indonesia, 2012, 6.

31 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

Bandung: Bumi Aksara, 2009, 45

Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Gelotra Aksara

Pratama, 2006, 72

Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management Analisis Teori dan Praktik,

117
Jakarta:

Raja wali Pers,2008,107-108. 34 Ibid, hlm 13.

Kartino Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:

Pradnya Paramita, 1997, 83.

Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media, 103

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: 2004.130

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Depag, 1986, 239. 44 Derektorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Islam, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: 1983,

84,49

Ahmadi, Abu& Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001 Diknas,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Perundangan.

(Bandung, Nuansa Aulia: 2008)

Muhammad Nurdin. Kiat Menjadi Guru Profesional. (Yogyakarta: Arr-Ruzz: 2004)

LAMPIRAN -LAMPIRAN

1.1 Lampiran- lampiran

1.1.1 Panduan Wawancara

Narasumber : Budiman,S.Pd.I,.M.Pd

Jabatan : Wakasek bidang kurikulum SMA-IT

Mahmudiyyah

118
Waktu/tanggal : Rabu, 21 September 2022

Pertanyaan 1: Apakah langkah Langkah bapak untuk Menerapkan Pembelajaran di

dalam Kelas?

Jawaban: "adapun langkah-langkah yang saya lakukan di dalam menerapkan

pembelajaran di kelas yaitu dimulai dengan merencanakan pembelajaran.

Perencanaan yang saya buat sebelum melaksanakan pembelajaran di mulai dari

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di malam hari, belajar dulu

membaca materi untuk diajarkan besok, karena materi di buku materinya sedikit kita

sebagai fasilitator harus tahu dan memberikan memberikan materi dengan cara

menjelaskan apa yang ada di buku dan mereka mencari tahu sendiri. Dan kalau

media kita menggunakan pustaka yang ada di sekolah terkadang saya juga meminta

siswa membuat sendiri atau mencari diinternet dan dibawa langsung ke sekolah.

Selanjutnyasaya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP tersebut. Hal ini

bertujuan agar proses belajar mengajar yang saya lakukan di kelas bisa

diorganisasikan dengan baik dan dikontrol dengan baik pula sehingga tujuan

pembelajaran menjadi tercapai".

Pertanyaan 2: apa yang anda lakukan untuk memfasilitasi siswa ketika belajar di

kelas?

Jawaban: "yang saya lakukan untuk memfasilitasi siswa ketika belajar di

kelas adalah dengan menentukan sumber belajar dengan tema, metode belajar yang

sesuai dengan tema dan kondisi anak serta menggunakan media belajar yang sesuai.

Saya juga menggunakan benda kongkrit yang ada di sekitar siswa agar siswa bisa

lebih mudah di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan".

119
Pertanyaan 3: Apa yang anda lakukan untuk mengatur proses pembelajaran di

kelas?

Jawaban: "yang saya lakukan untuk mengatur proses pembelajaran di kelas

agar pembelajaran tersebutdapat terlaksana sesuai dengan RPP yang telah saya

rancang adalah:

1. Saya mengarahkan siswa dengan menjelaskan tahapan-tahapan kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan

2. Saya selalu mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh siswa agar kegiatan tersebut

selalu sesuai dengan tahapan yang telah saya jelaskan

3. Saya bersama siswa menarik kesimpulan akhir dari proses pembelajaran yang

telah dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat memahami inti dari pembelajaran

yang telah dilaksanakan"

Pertanyaan 4: hal hal apa saja yang dilakukan untuk memotivasi siswa ketika

belajar di kelas ?

Jawaban: "hal-hal yang saya lakukan untuk dapat memotivasi siswa di dalam

pembelajaran antara lain:

1. Mengajak siswa bernyanyi sebelum kegiatan pembelajaran di mulai agar siswa

lebih bersemangat di dalam belajar

2. Memberi nilai tambah bagi siswa yang aktif dan dapat menjawab pertanyaan yang

saya ajukan sehingga siswa akan serius di dalam memperhatikan pembelajaran.

3. Jika siswa terlihat bosan, maka saya mengajak siswa bermain dan permainan

yang masih mengarah pada pembelajaran yang sedang berlangsung

120
4. Atau saya akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat pulang

terlebih dahulu jika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat

menyelesaikan tugas dengan baik".

Pertanyaan 5: apa saja factor yang menghambat proses belajar siswa di sekolah?

Jawaban: "Faktor penghambat keberhasilan proses belajar mengajar di SMA Islam

Terpadu Mahmudiyyah Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi menurut Budiman,

S.Pd.I.,M.Pd adalah 1). buku paket yang dikeluarkan oleh dinas isi dan materinya

terlalu singkat dan sedikit sehingga sulit untuk memperluas materi hanya terpaku

pada buku guru dan siswa saja. 2), penilaian juga terlalu banyak aspek yang harus

ditilai, sehingga guru merasa kesulitan didalam melengkapi semua aspek penilaian

tersebut. 3). Keterbatasan waktu."

Pertanyaan 6: upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah untuk meningkatkan

profesionalisme guru ?

Jawaban :"Peningkatan kompetensi guru dengan mengikuti proses

perkuliahan memang proses yang paling banyak dilakukan dan cara inilah yang

dianggap paling sesuai dengan ketentuan yang ada. Dengan mengikuti kegiatan

perkuliahan, materi pelajaran atau pendidikan yang diterima guru sesuai dengan

kebutuhan dan kurikulum yang berlaku. Pada sisi lainnya, jika guru mengikuti proses

pendidikan dalam kegiatan perkuliahan, mereka mendapatkan bukti pendidikan yang

berupa ijazah yang menyatakan kualifikasinya. Pada ijazah itulah, tertera kualifikasi

yang dimilikinya berdasarkan ijazah tersebut.)."

Pertanyan 7: Adakah sanksi yang diberikan kepada guru yang tidak disiplin dengan

tanggung jawabnya ?

Jawaban: tentu saja ada, tergantung kesalahannya, jika memnag fatal sanksi
121
terberat adalah dikeluarkan nya surat peringatan atau bahkan surat pengunduran diri

Pertanyaan 8: apa pendapat anda tentang pentingnya guru yang professional?

Jawaban: "Keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar dapat diukur

dengan berhasil tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan belajar

biasanya diukur dengan berhasil tidaknya dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar berperan sebagai gambaran pemahaman siswa terhadap bidang

studi yang dipelajarinya. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa mampu

mencapai prestasi belajar secara maksimal. Seperti kita ketahui dalam mencapai

prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah guru. Guru

yang kompeten akan mampu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Kompetensi

yang dimiliki guru sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan, dan akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa. Cara

pandang yang berbeda akan menimbulkan persepsi yang berbeda pada kompetensi

yang dimiliki guru, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa. Hal ini

terbukti setelah guru mempunyai kompetensi profesional guru, nilai siswa ada

peningkatan"

1.1.2 Surat izin penelitian Skripsi

1.1.3. Dokumentasi

1.1.3.1. Dokumentasi Observasi

122
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama RAHMAN ISMAIL dilahirkan di Sukabumi, 20 Januari 1995 anak ke-

1 dari 6 bersaudara dari pasangan suami istri Bapak OMAN dan Ibu ONIH. Yang

beralamat di Kp. Citiis RT 006/RW 002 Desa Bantarkalong Kecamatan Warungkiara

Kbaupaten Sukabumi.

Jalur Pendidikan Formal yang diselesaikan Penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri ( SDN) Sukamanah Desa Bantarkalong

Kecamatan Warungkiara Kabupaten Sukabumi pada tahun 2002/2008

2. Sekolah Menengah Pertama 02 Warungkiara Desa Bantarkalong

Kecamatan Warungkiara pada tahun 2008/2011

3. Madrasah Aliyah Darul Ahkam Desa Panagogan kecamatan Gunung

Endut Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011/2014

4. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kharisma Cicurug Sukabumi

2018/2023

Jalur pemdidikan non-formal yang diselesaikan penulis :

1. Madrasah Diniyah Tarbiyatul Hasanah pada tahun 2002/2008

2. Pondok Pesantren Darul Ahkam Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten

123
Sukabumi Pada Tahun 2011/2015

3. Pondok Pesantren Al-Alawi Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi

2017

4. Pondok Pesantren Daarussyari’ah Assujaiyah Kecamatan Cicurug

Kabupaten Sukabumi Pada Tahun 2021

Semoga setiap apa yang penulis kerjakan selalu ada dalam rahmat dan ridho

ALLAH SWT.Dan mendapatkan ilmu yang sennatiasa bermanfaat baik untuk

penulis maupun orang lain di dunia dan akhirat nanti. Amiinn.

124

Anda mungkin juga menyukai