Anda di halaman 1dari 3

Media Release

Kasongan, November, 2023 – Untuk mengatasi permasalahan iklim sekaligus mendorong


pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan kerjasama lintas pihak dan pendanaan yang
berkelanjutan untuk mengakselerasi tujuan tersebut. Investasi dengan menggunakan pendekatan
subnasional (yurisdiksi) membuka peluang bagi kabupaten untuk transisi terhadap pertumbuhan
ekonomi hijau yang berkelanjutan dengan mengkombinasikan pendanaan dan penguatan regulasi
yang dapat berkontribusi terhadap capaian daerah maupun nasional lewat pemenuhan target
penurunan emisi sekaligus pertumbuhan masyarakat yang inklusif di tingkat kabupaten.

Peluncuran Katingan Investment Outlook pada sesi JCAF #23 membahas mengenai peluang investasi
di Kabupaten Katingan dan bagaimana visi Konservasi Katingan untuk Borneo yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Daerah Katingan 2024 – 2026. Lewat peraturan Bupati no 34,
Kabupaten Katingan membangun ekonomi masyarakat berbasis perlindungan ekosistem (konservasi),
dan produksi yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Sembilan Peluang Investasi yang
sedang didorong oleh pemerintah kabupaten Katingan adalah sawit berkelanjutan, rotan
berkelanjutan, tanaman pangan dan paludikultur, ekowisata berkelanjutan dan perhutanan social,
restorasi ekosistem dan multi usaha kehutanan, dan Taman Nasional (TN) Sebangau untuk
pengelolaan ekowisata dan gambut yang berkelanjutan, sebuah inisiatif awal ini dapat menjadi pintu
masuk untuk menarik investasi masuk.

Sesi diskusi peluncuran outlook investasi di Katingan yang dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta
baik secara daring maupun luring, membahas tentang kesiapan pemerintah Katingan dari sisi
perencanaan dan investasi berikut juga tantangan yang dihadapi untuk mendongkrak masuknya
investasi yang berkelanjutan, dari sisi tata kelola, pendanaan maupun inovasi dengan
mempertimbangkan arus trend pasar global, terhadap keberlanjutan dan perubahan iklim.

Dinas BAPPEDALITBANG, Pemerintah Kabupaten mendahului sesi dengan menyampaikan kinerja


kabupaten terhadap realisasi visi Katingan Hijau, selama RPD 2024 – 2026, yang tertuang dalam
penguatan infrastruktur, ekonomi masyarakat maupun perlindungan hutan dan lingkungan.
Sedangkan dari sisi investasi, Dinas DPMPTSP menjelaskan percepatan sisi perizinan yang telah
didorong oleh Pemerintah Kabupaten yang selaras dengan visi Pemerintah Kabupaten. Namun,
keterbatasan ruang gerak pemerintah menjadi salah satu tantangan dalam merelasiasikan investasi
masuk ke Katingan. “Persoalan utama, ruang gerak untuk aktivitas perekonomian baik masyarakat
ataupun swasta. Lebih dari 80% status lahan adalah hutan jadi kendala. Sehingga realisasi investasi
di Katingan masih kecil. Tapi saya yakin ini menjadi peluang yang dapat digarap.” Ujar Kepala
Dinas DPMPTSP.

Martinus Nata, Senior Vice President PT Surveyor Indonesia, mengapresiasi peluncuran Katingan
Investment Outlook, sebuah tawaran investasi kepada pihak investor, yang memberikan kepastian
regulasi, yang diikuti beberapa ekosistem inisiatif yang telah dibangun

“Kinerja pemerintah Kabupaten Katingan sudah terdokumentasikan dengan baik, seperti yang tadi
disampaikan oleh BAPPEDALITBANG dan juga Dinas PTMPSP. Saya melihat pendekatan
yurisdiksi (yang menjadi rujukan BAPPENAS) dapat menjadi jembatan untuk mendemonstrasikan
pencapaian tersebut, sekaligus langkah awal untuk merespon permintaan pasar, salah satunya terkait
regulasi keterlusuran bagi komoditas penyebab deforestasi, EU DR (European Union Deforestation
Regulation). Dengan, skema distrik yang berbasis konservasi dan inisiatif hijau dapat Katingan
memiliki peluang resiko rendah. Karena Katingan adalah daerah konservasi, dengan inisiatif hijau,
artinya ada peluang dimana komoditas dari sana sudah aman, sehingga dapat menurunkan profile
resiko. Untuk itu, pemerintah kota dan kabupaten dapat mendokumentasikan pencapaian kota atau
kabupaten yang berkelanjutan dan inklusif dan berkontribusi terhadap SDGs, lewat I-SIM, untuk
mendapatkan profile atau gambaran yang lebih menyeluruh”.
Keterbatasan ruang gerak pemerintah yang disampaikan oleh Dinas PTMPSP sesungguhnya dapat
menjadi peluang yang dimanfaatkan. PT RMU, selaku mitra swasta yang mendukung pemerintah
Kabupaten Katingan memberikan contoh sebuah peluang sekaligus solusi untuk perlindungan hutan
dan peningkatan ekonomi masyarakat.

“Pengalaman kami di Katingan menunjukkan bahwa perlindungan hutan (konservasi) dan


pemberdayaan masyarakat dapat berjalan berdampingan. Masyarakat diseputaran hutan berdaya
lewat perhutanan sosial sehingga mereka tidak melakukan konversi sebaliknya menjaga, karena
penghidupannya tercukupi. Saat ini, Sektor swasta bergerak menuju net zero sehingga semua
kegiatan harus nihil karbon. Diperlukan karbon kredit untuk dekarbonisasi sehingga ada potensi
karbon kredit untuk kehutanan. Namun tentunya hal ini tidak mudah diperlukan transparansi system
dan penghitungan, dan seterusnya. Kedepan, akan ada peluang untuk Jurisdcitional-Based,
dimana kredit karbon dilakukan di skala yurisdiksi, yang memerlukan tata kelola yang benar, dan
transparansi. Dengan Investment Outlook, dan juga potensi profiling yang disampaikan oleh PT SI
dapat menjadi langkah awal membangun transparansi, dan benchmarking di tingkat Kabupaten”
ungkap Darsono, CEO PT Rimba Makmur

Dari sisi investasi dan pendanaan, pendekatan di tingkat kabupaten dilihat menjadi salah satu solusi di
tingkat rantai pasok, hal ini disebabkan kekhawatiran akan dampak perubahan iklim terhadap
keberlangsungan bisnis dan juga investasi.

“Perhatian pasar, pendanaan dan investasi terhadap krisis iklim menujukkan sinyalemen yang positif
dan semakin meningkat. Metriks keberlanjutan (sustainability, transparency) yang CDP kembangkan
menjadi salah satu benchmark investor menganalisa dalam memberikan funding/pendanaan atau
juga pinjaman. Apa yang Kabupaten Katingan kembangkan ini menjadi menarik – seperti yang
disampaikan oleh Pak Dharsono dan Pak Martinus Nata, ini bisa menjadi profile identifikasi awal
yang menjadi rujukan para investor kedepannya. Ketertarikan ini sebetulnya sudah tergambarkan
dari scoring swasta yang terlibat dalam platform multi pihak, menghubungkan supply chain mereka
terhadap inisiatif pemerintah dan dukungan pendanaan inovatif” ungkap Ibu Nur Arifiandi, Regional
Lead Policy and Regulations, SEA – CDP.

Menarik benang merah dari apa yang disampaikan oleh panelis baik dari PT SI, PT RMU maupun
CDP, sekaligus merespon tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten saat ini, skema pendanaan
kombinasi (blended finance) dapat menjadi salah satu solusi untuk Kabupaten bertransisi ke
pertumbuhan ekonomi hijau.

“Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam mendorong terselesaikannya pembiayaan
pembangunan di seluruh negara adalah skema blended finance. Tujuan dari skema ini adalah
mobilisasi arus modal swasta kepada proyek yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan
dengan tetap memberikan pengembalian finansial kepada investor. Namun, investor perlu memahami
Kabupaten Katingan itu seperti apa, sehingga Katingan Investment Outlook bisa menjadi langkah
awal. Kedepannya, profiling seperti yang disampaikan Pak Nata bisa menjadi salah satu produk utuh
dengan melibatkan pihak swasta atau lainnya. Dari sana, kita bisa mereplikasi model kolaborasi
seperti PT RMU, membuka akses ke investor atau pihak swasta lewat scoring system yang CDP
gerakkan. TFA memiliki grup potensial investor yang dapat digerakkan untuk memberikan insight”
Ujar Rizal Algamar, Direktur regional Asia Tenggara, Tropical Forest Alliance, World Economic
Forum (WEF).

Upaya Katingan dalam mendorong pembangunan hijau yang telah dipayungi oleh beberapa regulasi
diharapkan menarik peluang investasi yang lebih berkelanjutan, dan Pemeritah Kabupaten siap untuk
memfasilitasi percepatan tersebut.

“Kabupaten Katingan sangat terbuka dengan peluang investasi dan bersinergi dengan program
pemerintah yang sekaligus dapat membuka lapangan kerja. Pemerintah Kabupaten mengawal,
mendampingin dan melindungi. Sehingga dalam pelaksanaan melakukan investasi di Katingan merasa
nyaman. Akan mencoba membuka infrastruktur, jika perlu ditindaklanjuti” ujar PLJ Bupati Katingan
menutup sesi peluncuran Katingan Investment Outlook.

Jurisdictional Collective Action Forum adalah forum dialog yang dilaksanakan untuk
mengakselerasi upaya pemerintah daerah transisi menuju pembangunan hijau lewat komitmen,
inovasi dan penguatan ekosistem kerjasama dengan mengedepankan perlindungan ekosistem,
produksi yang berkelanjutan dan masyarakat yang sejahtera dan inklusif. Forum ini menjembatani
pelaku bisnis, filantropi, partner pembangunan, bersama pemerintah daerah dan juga nasional untuk
berbagi pengetahuan, pengalaman strategis dalam atasi persoalan di tingkat Kabupaten dengan model
maupun solusi yang beragam. Bersama para mitra pendukung JCAF dan Pemerintah Kabupaten,
Forum ini telah menghasilkan 18 Business Cases, 3 Policy Briefs dan 3 Investment Outlook yaitu dari
Kabupaten Siak di Riau, Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat, dan Kabupaten Katingan di
Kalimantan Tengah.

Anda mungkin juga menyukai